MODUL PERKULIAHAN PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON ) Peristiwa Kimiawi 1. Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis 2. Urutan Peristiwa Kimiawi pada Sinaps 3. Hormon Fakultas Psikologi 2014 4 Program Studi Psikologi Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh 61045 Firman Alamsyah AB, MA Abstract Kompetensi Peristiwa Kimiawi mempelajari penemuan transmisi kimiawi pada sinapsis, urutan peristiwa kimiawi pada sinaps dan hormon Mampu menyebutkan, mengidentifikasi, menjelaskan, menjabarkan tentang peristiwa kimiawi BIOPSIKOLOGI Firman Alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PERISTIWA KIMIAWI PADA SINAPSIS Sherrington memang telah menyimpulkan beberapa karakteristik sinapsis dengan tepat, tetapi ia membuat satu kesalahan fatal. Dia mengetahui bahwa kecepatan transmisi sinyal pada sinaps lebih lambat daripada transmisi sinyal di sepanjang akson, dia menganggap transmisi tersebut berjalan dengan impuls listrik karena impuls melalui proses kimiawi terlalu lambat. Sekarang, kita telah mengetahui bahwa sebagian proses pada sinapsis justru memanfaatkan proses kimiawi. Sherrington dan peneliti lain di eranya tidak pernah menduga bahwa proses kimiawi adalah proses yang dapat diandalkan. Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis Sebuah sistem saraf yang disebut sebagai sistem saraf simpatetik dapat meningkatkan irama jantung, merelaksasi otot perut, mendilatasi pupil mata, dan lain sebagainya. Seorang peneliti muda Inggris bernama T. R Elliot pada tahun 1905 melaporkan fakta yang ditemukannya, bahwa pemberian hormon adrenalin pada permukaan jantung, otot perut dan pupil mata akan menghasilkan efek yang sama seperti sistem saraf simpatetik. Elliot kemudian menyimpulkan bahwa saraf simpatetik bekerja dengan cara mengeluarkan hormon adrenalin atau senyawa kimia sejenis. Namun, bukti yang diajukan oleh Elliot kurang meyakinkan, karena efek hormon adrenalin pada organ tersebut mungkin sebenarnya ditimbulkan oleh rangsangan listrik. Pada saat itu penelitian Sherrington sedang berada di puncak kejayaannya, sehingga sebagian besar peneliti tidak memedulikan bukti yang diajukan Elliot dan tetap menganggap bahwa sinaps mentransmisi impuls listrik. Seorang peneliti Jerman bernama Otto Loewi melihat adanya kemungkinan bahwa impuls memang berupa proses kimiawi, tetapi ia tidak dapat menemukan cara untuk benar-benar membuktikannya sampai dia menemukan ide pada tahun 1920. Pada penelitiannya,Loewi menstimulasi saraf vagus pada jantung kodok secara berulang-ulang, sehingga detak jantungnya melambat. Selanjutnya, ia mengalirkan cairan dari jantung kodok tersebut ke jantung kodok kedua (yang tidak distimulasi). Ternyata, jantung kodok kedua menunjukkan penurunan detak jantung. 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar 4.1 Pengaliran cairan Loewi menstimulasi salah satu saraf vagus jantung kodok, sehingga detak jantungnya menurun. Ketika dia mengalirkan cairan ke jantung kodok berikutnya, maka jantung tersebut juga menurun detak jantungnya. Meskipun Loewi telah mempresentasikan penelitiannya, peneliti pada tiga dekade berikutnya tetap meyakini bahwa sebagian besar sinapsis mentransmisi listrik dan peristiwa transmisi kimia merupakan pengecualian. Hingga akhirnya pada tahun 1950-an, para peneliti menetapkan bahwa transmisi kimia adalah tipe komunikasi utama pada sistem saraf. Penetapan tersebut mengubah pemahaman kita dan mendasari berbagai penelitian untuk mengembangkan obat-obatan baru dalam praktik psikiatri (Carlsson, 2001). Urutan peristiwa kimiawi pada sinapsis Memahami peristiwa-peristiwa kimiawi pada sinaps merupakan hal yang sangat mendasar bagi psikologi biologis. Berikut peristiwa-peristiwa utama yang terjadi: 1. Neuron menyintesis zat kimia yang akan berfungsi sebagai neurotransmitter. Neuron menyintesis neurotransmitter yang berukuran lebih kecil pada ujung-ujung akson dan menyintesis neurotransmitter yang berukuran lebih besar (peptida) pada badan sel. 2. Neuron mentransportasi neurotransmitter peptida ke arah ujung-ujung akson. (Neuron tidak mentransportasikan neurotransmitter yang berukuran kecil karena ujung-ujung akson adalah tempat pembuatannya). 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Potensial aksi berkondukdi di sepanjang akson. Potensial aksi pada terminal postsinaptik menyebabkan ion kalsium dapat memasuki neuron. Ion kalsium melepaskan neurotransmitter dari terminal postsinaptik ke celah sinaptik. Celah sinaptik adalah rongga antara neuron prasinaptik dan neuron postsinaptik. 4. Molekul neurotransmitter yang telah dilepaskan, berdifusi lalu melekat dengan reseptor sehingga mengubah aktivitas neuron postsinaptik. 5. Selanjutnya, neurotransmitter melepaskan diri dari resptor. Neurotransmitter dapat diubah menjadi zat kimia yang tidak aktif tergantung pada zat kimia penyusunnya. 6. Molekul neurotransmitter dapat dibawa kembali ke neuron prasinaptik untuk didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang. Pada beberapa kasus, vesikel yang kososng akan ditransportasi kembali ke badan sel. 7. Meskipun belum ada penelitian yang benar-benar memberi jawaban, tetapi neuron postsinaptik mungkin melepaskan pesan-pesan umpan balik negatif yang akan memperlambat pelepasan neurotransmitter baru oleh neuron prasinaptik. Gambar 4.2 Peristiwa penting dalam transmisi pada sinaps 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Neurotransmitter Pada sebuah sinaps terdapat neurotransmitter yang dilepaskan oleh neuron pertama dan akan mempengaruhi neuron selanjutnya. Para peneliti telah mengidentifikasi zat kimia yang dianggap sebagai neurotransmitter; saat ini ada lebih dari 100 zat kimia (Borodinsky et al., 2004). Nama-nama neurotransmitter Asam amino Glutamat, GABA, glisin, aspartat, dan mungkin asam amino lain Asam amino yang Asetilkolin termodifikasi Monoamina (hasil Indoleamina: serotonin modifikasi asam amino) Katekolamina: dopamin, norefinefrin, epinefrin Peptida (rantai asam Endorfin, substansi P, neuropeptida Y dan lainamino) lainnya Purin ATP, adenosin, dan mungkin purin lain Gas-gas Nitrit oksida (NO) dan mungkin gas-gas lain Asam amino: asam yang mengandung gugus amina (NH2) Peptida: rantai asam amino (rantai asam amino yang panjang disebut dengan polipeptida, apabila banyak polipeptida bergabung disebut dengan protein. Tidak ada pembeda yang jelas antara peptida, polipeptida dan protein). Asetikolin: (sebuah kelompok yang hanya memiliki satu anggota) sebuah zat kimia yang mirip dengan asam amino, perbedaannya terletak pada penggantian gugus NH2 dengan gugus N(CH3) Monoamina: neurotransmitter yang memiliki satu gugus amina (NH2), terbentuk dari hasil metabolisme asam amino tertentu. Purin: sebuah kelompok zat kimia yang terdiri dari adenosin dan beberapa turunannya Gas-gas: nitrit oksida dan gas-gas lain yang mungkin. Sebagian besar neurotransmitter merupakan asam amino, turunan asam amino atau rantai asam amino. Gas nitrit oksida (rumus kimia NO) merupakan pengecualian yang luar biasa, karena ia merupakan sebuah gas yang dilepaskan oleh sejumlah neuron lokal yang kecil. (Nitrit oksida berbeda dengan nitrat oksida [N2O] yang juga dikenal sebagai gas tertawa). Nitrit oksida dalam jumlah besar dapat bersifat racun dan sangat sulit untuk dibuat dalam laboratorium. 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sintesis Neurotransmitter Seperti sel-sel tubuh lainnnya, makanan merupakan bahan dasar sintesis bahan kimia yang dibutuhkan oleh neuron. Hubungan antara senyawa kimia antara dopamine, epinefrin dan norepinefrin adalah berkerabat dekat dan digolongkan dalam satu kategori yaitu katekolamin (Cathecolamine) karena ketiga senyawa tersebuut memiliki gugus katekol dan amin, sebagaimana dalam gambar berikut: Gambar 4. 3 Jalur sintesis Setiap jalur sintesis diawali oleh senyawa yang ditemukan dalam makanan yang kita makan. Gambar 4.3 Jalur Sintesis Asetilkolin, Dopamin, Norepinefrin, Epinefrin dan Serotonin 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Transpor Neurotransmitter Terdapat banyak neurotransmitter yang disintesis di terminal prasinaptik dengan dengan titik pelepasannya, contohnya asetilkolin. Namun, neurotransmitter yang molekulnya besar disintesis di dalam badan sel, lalu dibawa di dalam akson menuju terminal prasinaptik,contohnya: neurotransmitter golongan peptida. Laju pengangkutan bervariasi mulai dari 1 mm pada akson yang tipis, hingga 100 mm per hari pada akson yang lebih tebal. Walaupun dengan laju tertinggi, transportasi neurotransmitter dari badan sel ke terminal prasinaptik tetap memakan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari di dalam akson yang panjang. Oleh karena itu, setelah melepaskan neurotransmitter golongan peptida, neuron membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membentuk neurotransmitter yang sama. Neuron melakukan reabsorpsi dan daur ulang 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id neurotransmitter, tetapi tidak untuk neurotransmitter golongan peptida. Oleh karena itu, suplai neurotransmitter golongan peptida pada sebuah neuron akan lebih cepat berkurang daripada neurotransmitter golongan lain. Daftar Beberapa Kelenjar Organ Hormon Hipotalamus Fungsi Beragam jenis hormon pelepas Mendorong atau menghambat beragam hormon melalui kelenjar pituitari Pituitari anterior Hormon perangsang tiroid Merangsang kelenjar tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/ TSH) Hormon perangsang folikel (Follicle Stimulating Hormone/ dan pematangan ovum (pada FSH) wanita) serta produksi sperma (pada Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic Hormone/ ACTH) Pituitari posterior Meningkatkan produksi estrogen pria) Meningkatkan sekresi hormonhormon steroid dari kelenjar adrenal Prolaktin Meningkatkan produksi susu Somatotropin atau hormon Meningkatkan pertumbuhan tubuh pertumbuhan (Growth Hormone/ termasuk lonjakan pertumbuhan GH) pada saat pubertas Oksitosin Mengendalikan kontraksi rahim, pelepasan susu, beberapa ciri-ciri perilaku parental dan kenikmatan seksual Vasopresin (hormon antidiuretik) Mengonstriksi pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah dan mengurangi volume urine Pineal Melatonin Meningkatkan rasa kantuk, mempengaruhi siklus tidur-terjaga, serta memiliki peran dalam pubertas Tiroid Paratiroid Tiroksin Meningkatkan laju pertumbuhan, Triiodotironin (Triiodothyronine) pertumbuhan dan pematangan Hormon paratiroid Meningkatkan kandungan kalsium dan menurunkan kandungan kalium dalam darah Korteks adrenal Aldosteron Menurunkan sekresi garam oleh ginjal 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kortisol, kortikosteron Merangsang hati untuk meningkatkan kadar gula dalam darah,serta meningkatkan metabolisme protein dan lemak Medula adrenal Epinefrin, norepinefrin Pengaruhnya serupa dengan sistem saraf simpatetik Insulin Pankreas Meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel serta pengubahan glukosa menjadi lemak Glukagon Meningkatkan pengubahan lemak menjadi glukosa Estrogen Ovarium Memicu perkembangan karakteristik seksual wanita Testis Progesteron Mempertahankan kehamilan Androgen Memicu produksi sperma, pertumbuhan rambut kemaluan dan karakteristik seksual pria Hati Somatomedin Merangsang pertumbuhan Ginjal Renin Mengubah protein dalam darah menjadi angiotensin yang mengendalikan tekanan darah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh secara berlebihan (hypovolemic thrist) Timus Timusin dan lainnya Mendukung respon imun Sel-sel lemak Leptin Menurunkan nafsu makan, meningkatkan aktivitas dan diperlukan untuk memulai pubertas Gambar 4.4 Letak Beberapa Kelenjar Endokrin Utama 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar 4.5 Letak Hipotalamus dan Kelenjar Pituitari di Dalam Otak 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id HORMON 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hormon adalah suatu zat kimia yang pada umumnya disekresikan oleh kelenjar dan sel-sel lain, hormon ditransportasikan oleh darah menuju organ target. Neurotransmitter dapat dianalogikan seperti sinyal pada kabel telepon, di mana pesan dikirim langsung dan khusus untuk penerima. Hormon dapat dianalogikan sebagai stasiun radio yang menyampaikan pesan kepada siapapun yang menyetel gelombang stasiun radio tersebut. Hormon berguna untuk mengatur perubahan jangka panjang pada beberapa bagian tubuh sekaligus. Gambar 4.6 Hormon-hormon pada Kelenjar Pituitari Diantara beragam tipe hormon, terdapat hormon protein dan hormon peptida yang tersusun dari rantai asam amino dan melekat dengan reseptor pada membran sel yang menyebabkan aktivasi penyampai pesan kedua di dalam sel tersebut. Proses yang melibatkan penyampai pesan kedua ini sama persis seperti yang terjadi pada sinapsis metabotropik. Pada kenyataannya, banyak zat kimia yang berperan ganda, sebagai hormon dan juga neurotransmitter, contohnya: epinefrin, norepinefrin, insulin dan oksitosin. Hormon yang bersirkulasi di otak, akan mempengaruhi aktivitas otak, begitu pula hormon yang disekresi otak akan mempengaruhi sekresi hormon lain. Kelenjar 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pituitari (pituitary gland) yang melekat pada hipotalamus terdiri dari dua kelenjar yang jelas berbeda yaitu: 1. Kelenjar pituitari anterior; tersusun atas jaringan kelenjar, menyintesis hormon walaupun hipotalamus yang mengontrol sekresinya. Pelepasan keenam hormon tersebut diatur oleh kelenjar hipotalamus untuk menyekresikan hormon pelepas (releasing hormone) yang akan mengalir dalam darah menuju kelenjar pituitari anterior. 2. Kelenjar pituitari posterior; terdiri atas jaringan saraf sebagai perluasan hipotalamus. Neuron di dalam hipotalamus menyintesis hormon oksitosin dan vasopresin (hormon antidiuretik) yang turun melalui akson menuju kelenjar pituitari posterior dan akan melepaskan hormon-hormon tersebut ke dalam darah. Di dalam kelenjar pituitari anterior, hormon tersebut menstimulasi atau menginhibisi hormon-hormon berikut ini: Hormone adrenokortikotropik Mengendalikan Adrenocorticotropic Hormone/ ACTH adrenal Hormon perangsang Tiroid Mengendalikan Thyroid Stimulating Hormone/ TSH tiroid Prolaktin Mengendalikan sekresi kelenjar susu Somatotropin atau hormon pertumbuhan Mengendalikan pertumbuhan tubuh sekresi korteks sekresi kelenjar Growth Hormone/ GH Gonadotropin Mengendalikan sekresi gonad Hormon Perangsang Folikel Follicle Stimulating Hormone/ FSH Hormon Peluteinane Luteinizing Hormone/ LH Hipotalamus mempertahankan jumlah sirkulasi hormon tertentu melalui sistem umpan balik negatif, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut ini: Gambar 4. 7 Umpan Balik Negatif yang Mengendalikan Hormon Tiroid 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Kalat, W. J. 2010. Biopsikologi. Penerbit Salemba Humanika. Edisi ke 9. Jakarta Selatan. 2014 4 Biopsikologi Firman alamsyah AB, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id