BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendikbud No 67 Th 2013 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk ke mudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas 1 2 pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Permendiknas No 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah- masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. 3 Dengan metode inkuiri berbantuan mind map ini akan dicoba untuk melakukan penelitian tentang mata pelajaran IPA untuk meningkatkan has il belajar IPA siswa kelas 5 SD. Dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran masih konvensional sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dan berdampak pada hasil belajar siswa masih rendah atau dibawah KKM. Hal ini diketahui pada saat dilakukan observasi dan wawancara pada bulan Januari pada setiap hari rabu pada tanggal 15 Januari 2014, 22 Januari 2014 dan 29 Januari 2014. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat dilihat bahwa pada saat proses pembelajaran IPA dikelas 5 SD N 12 Salatiga. Dimana peserta didiknya tidak terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga dapat dikatakan dengan pembelajaran konvensional. Dari pengamatan peneliti selama proses pembelajaran IPA berlangsung, peserta didik sebagian besar ribut dan bermainmain di kelas. Pada hasil penelitian nilai mata pelajaran IPA masih di bawah rata– rata KKM yang ditentukan. Batas nilai KKM nya yaitu 70. Tabel 1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA pra siklus pada siswa kelas 5 SD N Salatiga 12 No Ketuntasan frekuensi % 1 Tuntas 11 26,2 % 2 Tidak Tuntas 31 73,8 % Berdasarkan nilai tes awal, dari 42 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM hanyalah 11 siswa, sedangkan 31 siswa lainnya mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru 26,2% dan siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 73,8%. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode dalam pembelajaran dan media dalam pengajaran yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian pemahaman peserta didik. Pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi 4 pelajaran itu. Guru berperan membimbing dan bertindak sebagai fasilitator, dan motivator bagi siswanya. Khususnya di lingkungan sekolah dasar membutuhkan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa untuk menerapkan proses inkuiri ini di dalam pembelajaran, maka untuk sekolah dasar sebaiknya menggunakan inkuiri terbimbing. Melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, guru memberi bimbingan dan arahan kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan penyelidikan. Selain dengan penerapan pembelajaran inkuiri, akan diterapkan pula media mind map yang dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Diantaranya media mind map, jika peserta didik bisa mengaktifkan dua sisi otaknya secara efektif, maka peserta didik akan mudah menerima pelajaran yang guru sampaikan. Kemampuan peserta didik akan lebih berkembang daripada mereka harus menghafal kata demi kata. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: a. Pembelajaran monoton atau konvensional, kurang melibatkan siswa sehingga guru terlihat aktif dari pada siswa. Pada saat pembelajaran di kelas guru lebih aktif sedangkan siswa terlihat pasif, hal ini disebabkan guru hanya berceramah, tanpa ada metode atau media yang digunakan saat pembelajaran berlangsung di kelas. Bahkan siswa cenderung bermain- main dan tidak memperhatikan materi yang diberikan guru pada saat pembelajaran IPA berlangsung. b. Hasil belajar IPA rendah. Karena kurang kondusif saat pembelajaran di kelas, sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran IPA. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka batasan masalah dan supaya pembahasan dapat dilakukan dengan teliti maka permasalahan dibatasi pada penerapan metode inkuiri berbantuan media mind map untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD kelas 5 semester II tahun pelajaran 2013/2014. 5 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah diatas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan: 1. Apakah dengan penerapan metode inkuiri berbantuan media mind map dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa SD kelas 5 di SD N 12 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 ? 2. Bagaimana proses pembelajaran dengan penerapan metode inkuiri berbantuan media mind map dapat meningkatkan belajar IPA siswa SD kelas 5 di SD N 12 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang diharapkan dari penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 12 Salatiga dengan penerapan metode inkuiri berbantuan media mind map. 1.5.1 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung dan tidak langsung dalam dunia pendidikan dan menambah khasanah dalam dunia ilmu pengetahuan. Untuk itu, manfaat- manfaat tersebut dapat diuraikan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.5.1.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah yang objektif mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri dan media mind map, dalam meningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas 5 SD Negeri 12 Salatiga. 1.5.1.2. Manfaat Praktis Manfaat yang dapat diambil penelitian secara praktis antara lain: Memberi latihan kepada siswa cara belajar mandiri, berpikir kritis dan kreatif dalam menemukan inti dari materi pelajaran secara mandiri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkret. Sebagai informasi guru, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat 6 meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, khususnya metode inkuiri dengan berbantuan media mind map. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan para guru untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran di dalam kelas. Dengan hasil penelitian ini diharapkan bahwa sekolah dasar, menemukan metode dan media pembelajaran yang benar-benar tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa .