ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA DENGAN USAHA KERAMBA JARING APUNG IKAN CAMPURAN DI PERAIRAN DANAU TOBA (Kasus : Kawasan Perairan Bandar Saribu Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun) Rafael Pandiangan*), Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi **), Ibu Emalisa, SP. MSi. **) *)Alumni Fakultas Pertanian USU Hp.085762400579, E-mail: [email protected] **)Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menjelaskan kondisi eksisting Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran, (2) untuk menganalisis perbedaan biaya usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran, (3) untuk menganalisis perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran, (4) dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. Penelitian dilakukan di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun dengan pertimbangan bahwa zona tersebut terdapat potensi ikan yang diusahakan oleh rakyat. Metode penelitian digunakan secara purposive, metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata sampel tidak berpasangan (independent t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Kondisi eksisting budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan ikan campuran mencakup pembuatan KJA, pembibitan, pakan, penyakit, panen, harga, sarana dan prasarana, tenaga kerja, pemerintah, modal. 2. Ada perbedaan yang nyata antara rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. 3. Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. 4. Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. Kata kunci : Keramba Jaring Apung, Analisis perbedaan pendapatan, Ikan nila, Ikan mas ABSTRACT RAFAEL PANDIANGAN: Analysis of Income Differences Keramba Cage in Lake Toba (Case : City Zone Saribu, Haranggaol Village, District Haranggaol Horisan, Simalungun). The research led by Bapak. Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Ibu. Emalisa, SP. M.Si. Conducted in 2014. The purpose was to describe the existing condition keramba cage (KJA) tilapia and keramba cage (KJA) fish mixture, to analyse differences in the cost of business KJA tilapia and business KJA fish mixture, to analyse differences in business receipts KJA tilapia and KJA attempt mixed fish, and to analyse the differences in revenue and business KJA tilapia and business KJA fish mixture in the study area. The study conducted in Zone Bandar Saribu, Haranggaol Village, District Haranggaol Horisan, Simalungun with the consideration that the zone has a potential fish cultivated by the people. The research method used is purposive, data analyze method used is descriptive analyze and the analyze of different test average unpaired samples (independent t-test). The results showed that 1. Existing Conditions keramba cage aquaculture (KJA) tilapia and fish mixture includes cover making of KJA, seed, food, disease, crop, price, facilities and basic facilities, labour, government, and capital. 2. There is a real difference between the average cost KJA attempt keramba cage (KJA) tilapia with an average cost KJA attempt keramba cage (KJA) fish mixture. 3. There is a real difference between revenues KJA attempt keramba cage (KJA) tilapia with revenues KJA attempt keramba cage (KJA) fish mixture. 4. There is a real difference between revenues business KJA keramba cage (KJA) tilapia with income KJA attempt keramba cage (KJA) fish mixture. Keywords: Keramba cage, Analyze of income differences, Tilapia, gold fish PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut maupun perairan air tawar. Potensi sumber daya perairan umum yang cukup luas ini merupakan modal bagi penduduk sekitarnya terutama yang berminat melakukan usaha budidaya ikan air tawar di perairan umum seperti waduk, danau, dan telaga (Samadi, 2010). Usaha perikanan di Propinsi Sumatera Utara meliputi perikanan laut dan perikanan darat. Usaha perikanan darat meliputi perikanan perairan umum (sungai dan danau), dan perikanan budi daya (tambak, kolam, sawah, keramba jaring apung). Usaha perikanan darat tersebar hampir di semua daerah kabupaten. Danau Toba merupakan salah satu di antara sentra perikanan darat di Sumatera Utara (Evy, 2008). Danau Toba luasnya mencapai 1.256 kilometer persegi, perairannya dimanfaatkan sebagian warga untuk pengolahan Keramba Jaring Apung (KJA).Sedikitnya ada sekitar 7.000 petani KJA, yang tersebar di beberapa daerah seperti Haranggaol, Pangururan, Tomok, Tuktuk, Balige, Muara, Paropo, Tabun Raya, Sigapitan, Tongging dan Panahatan. Data yang diambil dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa ikan nila merupakan hasil produksi terbesar dibandingkan dengan ikan mas setiap tahunnya. Jumlah produksi terbesar terdapat pada tahun 2012 yakni sebesar 85.282 ton dan yang paling rendah pada tahun 2013 sebesar 63.684 ton. Perbedaan produksi yang paling besar terjadi pada tahun 2012 dengan produksi ikan nila 46.620 ton lebih banyak dari ikan mas. Pemeliharaan ikan mas di keramba jaring apung di Kelurahan Haranggaol dipadukan dengan pemeliharaan ikan nila. Hal itu disebabkan karena virus koi herpes yang berada di Danau Toba yang menyebabkan ikan mas tidak dapat bertahan hidup secara sendiri di KJA. Sehingga ikan mas dipadukan dengan ikan nila agar ikan mas dapat bertahan hidup. Identifikasi Masalah 1) Bagaimana kondisi eksisting budidaya usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian? 2) Apakah terdapat perbedaan antara biaya usaha KJA ikan nila dengan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian? 3) Apakah terdapat perbedaan antara penerimaan usaha KJA ikan nila dengan ushaa KJA ikan campuran di daerah penelitian? 4) Apakah terdapat antara perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dengan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian? Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui kondisi eksisting usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. 2) Untuk menganalisis perbedaan biaya usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. 3) Untuk menganalisis perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. 4) Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Dari banyaknya komoditas perikanan Indonesia, nila dapat dikatakan berprospek cerah karena sudah dikenal lama. Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan ini terus berkembang dan semakin populer di masyarakat. Bahkan kepopulerannya dapat mengalahkan jenis ikan lain yang sudah lebih dahulu hadir di Indonesia. Hal ini wajar saja karena nila tergolong ikan yang murah. Namun, sayang pembudidayaannya akhir-akhir ini banyak mengalami masalah. Nila yang ada sekarang berbeda dengan nila dahulu. Kualitasnya sekarang sudah menurun akibat keterbatasan pengetahuan dalam mengendalikan genetiknya (Usni, 1998). Sedangkan ikan mas (Cyprinus carpio,Linn) merupakan jenis ikan darat yang hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Jenis ikan konsumsi air tawar banyak digemari masyarakat karena rasa dagingnya gurih dan memiliki kadar protein tinggi. Ikan mas yang lazim disebut ikan pertumbuhan yang relatif cepat, tahan terhadap penyakit dan parasit, adaptif terhadap lingkungan yang terbatas, dan kelambatan permulaan matang kelamin. kelambatan permulaan matang kelamin menyebabkan makanan yang dikonsumsi ikan mas lebih berorientasi pada pertumbuhan saja, bukan untuk pematangan sel kelamin dan reproduksi. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan ikan mas begitu diminati dan dapat mendatangkan keuntungan tersendiri bagi si pemeliharanya. Meski demikian, sejauh ini belum diketahui secara pasti asal-usul ikan yang populer dengan julukan ikan raja ini (Tim Lentera, 2002). Landasan Teori Teori Produksi Soekartawi (1995) Faktor produksi mempunyai peranan penting dalam melaksanakan usaha keramba jaring apung. Pemilikan lahan yang semakin luas memberikan potensi yang besar dalam mengembangkan usahanya. Modal juga mempunyai peranan penting, digunakan untuk membeli sarana produksi seperti bibit, pakan, obat-obatan, dan lain-lain. Faktor produksi ini sangat mempengaruhi besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dan produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, tenaga kerja, dan modal adalah faktor penting diantara faktor produksi lainnya. Teori Biaya Produksi Biaya merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama satu tahun. TC = FC + VC dimana: TC = Total Cost (Total Biaya) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variabel Cost (Biaya Variabel) Biaya tetap tidak berubah walaupun adanya perubahan tingkat keluaran. Biaya ini tetap harus dibayar meskipun tidak ada keluaran (produksi), dan hanya dapat dihapus dengan sama sekali menutupnya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan variasi keluaran (produksi) yang dihasilkan. Semakin besar keluaran yang dihasilkan, maka biaya variabel juga semakin besar (Pindyck, R.S. dan Daniel, L.R, 2003). Biaya rata-rata dapat dihitung dengan membagikan biaya total (TC) dan produksi selama satu tahun. AC = TC/Q Dimana: AC = Average Cost (Biaya Rata-Rata) TC = Total Cost (Total Biaya) Q = Output Teori Pendapatan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. TR = Y. Py dimana: TR = total penerimaan Y = produksi yang diperoleh Py = harga Y (Soekartawi, 2002). Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani (total farm expense) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Soekartawi, 1995). Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Pd = TR – TC Dimana: Pd = Pendapatan TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya) (Soekartawi, 2002). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Daerah Penelitian ini ditetapkan secara purposive (hartanto, 2004) dengan pertimbangan bahwa Zona tersebut terdapat potensi KJA ikan nila dan KJA ikan campuran (campuran ikan nila dan ikan mas) yang diusahakan oleh rakyat. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah petani yang mengusahakan keramba jaring apung ikan nila dan jumlah petani keramba jaring apung ikan campuran di Zona Bandar Saribu Kelurahan Haranggaol, kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Sampel dalam penelitian ini adalah petani memelihara KJA dengan jumlah bibit 10.000 ekor per KJA. Adapun petani yang memelihara KJA ikan nila di Zona Bandar Saribu sebanyak 23 KK sedangkan petani yang memelihara KJA ikan campuran sebanyak 15 KK dan seluruhnya menjadi sampel penelitian. Metode Analisis Data Untuk masalah (1) dijelaskan secara deskriptif sesuai dengan keadaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran daerah penelitian. Untuk masalah (2), (3) dan (4), untuk melihat adanya perbedaan antara biaya, penerimaan dan pendapatan dengan menggunakan metode uji beda rata-rata sampel tidak berpasangan yang secara matematis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TC = FC + VC Dimana: TC = total cost (total biaya) FC = fix cost (biaya tetap) VC = variable cost (biaya tidak tetap) Penerimaan merupakan hasil perkalian jumlah produksi dengan harga jual produksi, yang dituliskan dalam rumus: TR = Qx x Px Dimana: TR = total revenue (total penerimaan) Qx = Quantity (jumlah produksi) Px = Price (harga jual produksi) Pendapatan adalah hasil pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksinya, yang dinyatakan dalam rumus: Pendapatan/Keuntungan = Penerimaan Total – Biaya Total HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Eksisting Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran Kondisi Eksisting Usaha KJA Ikan Nila KJA digunakan sebagai wadah untuk membiakkan ikan yang dibuat di areal Danau Toba. Petakan untuk lahan pemeliharaan ikan ini dibuat dengan menggunakan pelampung berupa drum atau tong yang diikatkan pada besi. Pembuatan KJA tersebut dilakukan di darat dengan ukuran 5 x 5 meter. Bibit yang dimasukkan ke dalam KJA berukuran 3-4 inch dengan panen 6 bulan. Pakan yang digunakan untuk ikan ada 2 jenis, yakni pakan terapung dan pakan tenggelam. Untuk ikan yang berumur 1-3 bulan petani memberi pakan terapung dan yang berumur 4-6 bulan petani mencampurnya dengan pakan tenggelam Secara umum ikan nila memiliki sifat yang tahan terhadap penyakit. Penyakit yang sering diderita hanya satu yaitu penyakit mata keluar, dengan ciri mata ikan nila menonjol seperti melotot, hal ini disebabkan oleh faktor bakteri yang ada diair dan seringkali ditemukan ikan tiba-tiba mati. Pemasaran ikan nila di daerah penelitian biasanya dijemput oleh agen. Agen langsung datang ke KJA petani dan membawa ikan tersebut ke pinggir pantai Danau Toba. Pembayaran hasil penjualan ikan nila dibayar setelah 1 minggu dari pengambilan ikan dan dibayar tunai, namun ada juga yang membuat penjualan ikan sebagai alat untuk membayar pakan yang selama ini dipakai oleh petani. Dimana pakan yang digunakan oleh petani sebelumnya dibayar dengan harga jual ikan yang dijual. Kondisi Eksisting Usaha KJA Ikan Campuran Pemeliharaan ikan mas dalam KJA di areal Danau Toba hampirlah punah yang disebabkan oleh virus koi herpes. Cara yang dilakukan oleh petani, seperti pembesaran ikan mas diantara ikan nila (campuran) dan pembesaran bibit di kolam darat lalu setelah 2 bulan dimasukkan ke danau. Pembuatan KJA ikan campuran sama halnya dengan pembuatan KJA ikan nila. Bibit yang dimasukkan ke dalam KJA berukuran 3-4 inch dengan panen 6 bulan. Biasanya bibit diantar langsung oleh si penjual ke pembeli yang berada di Haranggaol. Untuk ikan yang berumur 1-3 bulan petani memberi pakan terapung dan yang berumur 4-6 bulan petani mencampurnya dengan pakan tenggelam. Berbeda dengan ikan mas, Koi Herpes Virus yang menyerang seluruh perairan Danau Toba pada November 2004 membuat seluruh jenis ikan ini mati sehingga para petani trauma untuk membudidayakan ikan mas lagi di perairan Danau Toba. Namun karena permintaan pasar di Haranggaol, para petani harus membudidayakannya. Cara pembesaran ikan mas diantara ikan nila memberikan hasil yang lebih baik. Berbagai cara yang dilakukan oleh petani mulai membuahkan hasil, seperti pembesaran ikan mas diantara ikan nila dan pembesaran bibit di kolam darat lalu setelah 2 bulan dimasukkan ke danau. Barubaru ini petani membudidayakan ikan jenis lain yakni ikan patin di daerah penelitian. Saat pemanenan, petani memisahkan ikan nila dan ikan mas. Setelah dipisahkan petani langsung menjual ikannya kepada agen. Waktu panen dilakukan saat ikan berumur 6 bulan. Pemasaran ikan nila dan ikan mas di daerah penelitian biasanya dijemput oleh agen Kondisi Eksisting KJA Ikan Nila dan KJA Ikan Campuran Harga ikan yang diterima petani merupakan harga ikan yang ditetapkan oleh agen/pedagang pengumpul. Pemasaran ikan di daerah penelitian tidak memerlukan izin usaha sehingga tidak menambah biaya bagi petani. Selain itu, pajak untuk Keramba Jaring Apung (KJA) di daerah penelitian juga tidak ada. Ini menyebabkan para petani khawatir karena sewaktu-waktu pemerintah bisa saja menarik KJA mereka tanpa peringatan terlebih dahulu. Prasarana dan fasilitas yang tersedia di daerah penelitian untuk menjual ikan kurang baik karena jalan yang dilalui untuk memasarkan hasil keramba banyak yang rusak sehingga kendaraan yang akan menuju ke daerah penelitian atau berangkat dari daerah penelitian memakan waktu yang lama. Namun fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan penduduk setempat sudah cukup memadai seperti kesehatan, rumah ibadat, balai desa, dan fasilitas pendidikan meskipun yang ada hanya fasiltas pendidikan TK, SD, dan SLTP. Jumlah tenaga kerja yang tersedia di daerah ini sangat banyak. Dengan demikian tidak sulit bagi petani keramba ikan untuk mencari petani lain untuk digunakan sebagai tenaga kerjanya. Campur tangan pemerintah sangat minim di daerah penelitian dalam pemasaran usaha KJA. Tidak adanya pajak dari pemerintah menyebabkan kurangnya perhatian dari pemerintah untuk mengelola KJA tersebut. Modal untuk pembudidayaan ikan di dalam KJA ini merupakan biaya petani itu sendiri. Perbedaan Total Biaya Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran Total biaya produksi dalam usaha KJA ikan nila dan usaha KJA campuran merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel selama proses produksi. Biaya – biaya tersebut mencakup biaya penggunaan saprodi (bibit, pakan, dan bahan bakar), perawatan perahu motor, biaya penyusutan peralatan, dan upah tenaga kerja. Berikut tabel total biaya usaha KJA ikan nila dan ikan mas tahun 2014 : Tabel 1. Total Biaya Produksi Rata-Rata Per KJA Ikan Nila dan Per KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun Rata-Rata Biaya Produksi Rata-Rata Biaya Produksi Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran Jenis Biaya Produksi Rata-Rata Komposisi Rata-Rata Komposisi Biaya (Rp) (%) Biaya (Rp) (%) Sarana Produksi a. Bibit 4.717.391 14,80 5.166.667 14,26 b. Pakan 25.457.826 79,88 29.021.334 80,08 c. Bahan 200.348 448.000 Bakar 0,63 1,24 Perawatan 63.913 138.000 Perahu Motor 0,20 0,38 Penyusutan 504.413 1,58 720.733 1,99 Tenaga Kerja 928.323 2,91 742.762 2,05 Jumlah 31.872.214 100 36.237.496 100 Sumber : Analisis Data Primer Diolah, 2014 Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa biaya usaha KJA ikan campuran lebih besar daripada usaha KJA ikan nila. Jenis usaha KJA ikan nila memiliki rata-rata biaya produksi sebesar Rp. 31.872.214 sedangkan rata-rata biaya produksi usaha KJA ikan campuran dengan rata-rata biaya produksi adalah sebesar Rp 36.237.496. Adapun hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Hasil Analisis Perbedaan Total Biaya Rata-Rata Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Uraian Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran Total Biaya 31.872.214 36.237.496 t-hitung 0,000 α 0,05 Keterangan Sig-t ≤ 0,05 Sumber : Analisis Data Primer Diolah, 2014 Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa bahwa total biaya usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran memiliki nilai t-hitung sebesar (0,000) ≤ 0,05, dimana Ho ditolak dan H1 diterima sehingga kesimpulannya adalah ada perbedaan total biaya usaha KJA ikan nila dengan usaha KJA ikan campuran dapat diterima secara nyata. Perbedaan Penerimaan Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran Penerimaan usaha Keramba Jaring Apung (KJA) adalah jumlah produksi ikan yang dibesarkan dalam KJA dikalikan dengan harga masing-masing ikan tersebut. Untuk usaha KJA ikan nila, ikan nila dipanen dalam waktu 6 bulan. Harga ikan nila sebesar Rp 21.000 per kilogram. Begitu juga dengan usaha KJA ikan campuran, usaha KJA ikan campuran baik ikan nila maupun ikan mas dipanen secara bersamaan dalam 6 bulan. Harga ikan nila sebesar Rp 21.000 sedangkan harga ikan mas sebesar Rp 30.000. Penerimaan rata-rata usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Penerimaan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. No Jenis Usaha Ikan Nila Ikan Campuran Uraian Ikan Nila Ikan Mas Total Rata – Rata Produksi 2.351,478 1.515,2 (Kg) 2 Harga/kg (Rp) 21.000 21.000 3 Penerimaan (Rp) 49.381.043 31.819.200 Sumber : Analisis Data Primer Diolah, 2014 1 633 2.148,2 30.000 18.990.000 50.809.200 Tabel 3 menunjukkan bahwa penerimaan usaha KJA ikan campuran lebih besar yaitu Rp 50.809.200 daripada usaha KJA ikan nila sebesar Rp 49.381.043. Selisih penerimaan usaha KJA ikan campuran dengan usaha KJA ikan nila adalah sebesar Rp 1.428.157. Hasil analisis uji beda rata-rata penerimaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Hasil Analisis Perbedaan Penerimaan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Uraian Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran 49.381.043 51.809.200 Penerimaan t-hitung 0,042 Α 0,05 Keterangan t-hitung ≤ 0,05 Sumber :Analisis Data Primer Diolah, 2014 Tabel 4 menunjukkan bahwa penerimaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran memiliki nilai t-hitung sebesar (0,042) ≤ 0,05, dimana Ho ditolak H1 diterima sehingga kesimpulannya adalah ada perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dengan usaha KJA ikan campuran dapat diterima secara nyata. Perbedaan Pendapatan Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran Pendapatan usaha keramba jaring apung adalah penerimaan (Rp.) dikurangi total biaya produksi keramba jaring apung tersebut (Rp.). Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha keramba jaring apung dilihat dari jumlah produksi masing – masing ikan nila dan ikan mas yang dikalikan dengan harga masing – masing komoditi tersebut dan setelah itu dikurangi dengan total biaya produksi masing – masing komoditi. Untuk melihat pendapatan petani sampel usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. No Jenis Usaha KJA Ikan Nila KJA Ikan Campuran 1 Total Biaya (Rp) 31.872.214 36.237.496 2 Penerimaan (Rp) 49.381.043 50.809.200 3 Pendapatan (Rp) 17.508.829 14.571.704 Sumber : Analisis Data Primer Diolah, 2014 Tabel 5 menunjukkan bahwa pendapatan usaha KJA ikan nila lebih besar daripada usaha KJA ikan campuran. Hal ini dikarenakan biaya produksi usaha KJA ikan nila jauh lebih kecil daripada usaha KJA ikan campuran sementara penerimaan usaha KJA ikan nila hanya berselisih sedikit dengan penerimaan usaha KJA ikan campuran. Usaha KJA ikan nila memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 17.508.829/sekali periode panen atau sekitar Rp 2.918.138/bulan. Untuk usaha KJA ikan campuran memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 14.571.704/sekali periode panen atau sekitar Rp 2.428.617/bulan. Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Uraian Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran Pendapatan 17.508.829 14.571.704 t-hitung 0,003 Α 0,05 Keterangan T hitung ≤ 0,05 Sumber : Analisis Data Primer Diolah, 2014 Tabel 6 menunjukkan bahwa pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran memiliki nilai t-hitung sebesar (0,003) ≤ 0,05, dimana Ho ditolak H1 diterima sehingga kesimpulannya adalah ada perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dengan usaha KJA ikan campuran dapat diterima secara nyata. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi eksisting usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran berisi tentang pembuatan KJA, bibit dibeli petani dari Kabupaten Serdang Bedagai, Siantar, ataupun Tanjung Morawa. Petani memelihara ikan mas dengan metode campuran untuk mengurangi resiko dari serangan virus Koi Herpes, dan pemanenan dilakukan oleh agen yang membeli ikan. Harga ikan tidak stabil dan ditentukan oleh agen, petani tidak memiliki izin usaha KJA, fasilitas jalan yang rusak, tenaga kerja yang tersedia, serta kurangnya perhatian dari pemerintah. Terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. Terdapat perbedaan yang nyata antara penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. Saran Bagi petani di Kelurahan Haranggaol diharapkan lebih mengembangkan dan memperluas usaha KJA ikan nila karena lebih menguntungkan. Bagi pemerintah diharapkan agar memberikan perhatian khusus berupa pelatihan tentang budidaya KJA ikan nila dan budidaya KJA ikan campuran yang berwawasan lingkungan serta memberikan solusi terhadap pencegahan virus koi herpes kepada petani KJA. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan atau melanjutkan penelitian tentang kombinasi usaha KJA ikan mas dengan kombinasi usaha KJA yang lain seperti usaha KJA ikan patin. DAFTAR PUSTAKA Arie, Usni. 1998. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Sukabumi. Evy, R. 2008. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumberdaya Widya, Jakarta. Hartono, J. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Andi. Yogyakarta. Pindyck, R.S. dan Daniel L.R. 2003. Mikro Ekonomi. Indeks. Jakarta. Samadi, Budi. 2010. Pembesaran Ikan Dalam Keramba Jaring Apung. Pustaka Mina. Jakarta. Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo. Jakarta. Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka. Jakarta.