REPUBLIKA ● AHAD, 6 MARET 2011 B4 I S TA N A A LC A Z A R Adikarya SENIMAN Muslim Spanyol CITYPICTURES.COM Oleh Nidia Zuraya elama ratusan tahun, umat Islam pernah menguasai wilayah Spanyol bagian selatan. Salah satu tempat di Spanyol selatan yang pernah dikuasai Islam adalah Sevilla. Bahkan pada masa itu, Kota Sevilla menjadi pusat kebudayaan Muslim di Spanyol dengan nama Asybiliyyah. Sebelum kedatangan kaum Muslim, Sevilla merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Gothik (Visigoth) hingga kemudian dipindahkan ke Toledo. Pada abad ke8 M, bangsa Muslim Moor yang berasal dari Afrika Utara berhasil merebut dan menguasai kota ini. Sejak saat itu, Sevilla menjadi sebuah kota Muslim hingga awal abad ke-13 M. Di bawah kekuasaan Islam, Sevilla berkembang menjadi sebuah kota kebudayaan. Robert Hillenbrand dalam bukunya yang berjudul Islamic Art and Architecture memaparkan, seni dan arsitektur Muslim dari Arab, Mesir, dan Maghrib (sekarang Maroko) berkembang pesat di wilayah Spanyol selatan, dan bercampur dengan unsur setempat sejalan dengan penguasaan Muslim atas kota-kota di wilayah Spanyol selatan. Salah satu bangunan peninggalan kejayaan Islam yang hingga kini masih berdiri kokoh di Sevilla adalah Istana Alcazar, atau sering juga disebut Real Alcazar. Pada mulanya, bangunan Istana Alcazar merupakan sebuah benteng pertahanan bangsa Muslim Moor. Benteng pertahanan tersebut dibangun pada awal abad ke-10 M pada masa pemerintahan Abdurrahman III, tepatnya pada 913 M. Namun, di era Dinasti Muwahiddun, penguasa dinasti ini mengubah benteng pertahanan tersebut menjadi kompleks tempat tinggal raja dengan penambahan beberapa bangunan. Kompleks istana raja tersebut dikenal dengan nama Al-Muwarak. Ketika Sevilla jatuh ke tangan Ferdinand III, penguasa Kristen dari Kastilia, istana itu berganti nama menjadi Alcazar. Nama Alcazar sendiri dinyatakan berasal dari bahasa Arab yang berarti istana. Sejak saat itu, Istana Alcazar menjadi kediaman resmi keluar- S PILAR-PILARNYA BERHIASKAN TULISAN KALIGRAFI DAN TAMPAK MENGELILINGI BAGIAN PATIO DE LAS DONCELLAS. HIKENOW.COM ga Kerajaan Spanyol. Hingga sekarang, bagian atas istana ini masih digunakan bagi keluarga Kerajaan Spanyol jika mereka berkunjung ke Sevilla. Kendati dominasi Muslim di Sevilla sudah berakhir sejak 1248 M, jejak-jejak peninggalan Islam masih tampak jelas pada arsitektur bangunan Istana Alcazar meski bercampur dengan gaya gotik, renaisans, dan baroque. Gabungan keempat gaya arsitektur ini kerap disebut sebagai arsitektur Mudejar. Mudejar merupakan sebutan bagi Muslim Spanyol. Kalangan sejarawan arsitektur menilai Istana Alcazar merupakan contoh terbaik dari bangunan berarsitektur Mudejar yang pernah ada. Arsitektur khas Islam tampak jelas pada desain Oleh Nidia Zuraya sybiliyyah adalah sebutan dalam bahasa Arab untuk Sevilla. Kota itu terletak di tepian Sungai Guadalquiver. Kaum Muslim menaklukkan kota itu sekitar 712 M. Namun, sumber lain menyebutkan kota ini jatuh ke tangan kaum Muslim sekitar 716 M. Sejak itu, Sevilla menjadi kota terbesar kedua setelah Cordoba, dengan luas area mencakup 187 hektare. Kota itu telah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Sejumlah penguasa Muslim silih berganti menguasai Sevilla dari abad ke-8 M hingga 13 M. Para penguasa Muslim tersebut berasal dari Dinasti Umayyah, Dinasti Murabitun (Almoravid), dan Dinasti Muwahiddun (Almohad). Di masa lalu, Sevilla merupakan kota peradaban dunia. Berbagai macam kebudayaan A SEVILLA Kota Lintas Budaya dan Peradaban HIKENOW.COM pintu masuk ke kompleks istana. Desain pintunya berhiaskan tulisan kaligrafi Arab. Hiasan serupa juga terdapat pada bagian dinding, pilar, dan atap. Melalui pintu masuk ini, kita dapat menuju ke bagian tengah istana yang juga disebut dengan Patio de las Doncellas. Tetapi, sebelum mencapai bagian tersebut, terlebih dahulu kita akan melalui sebuah ruangan dengan langit-langit tinggi. Ruangan ini beralaskan marmer putih. Di dalam Patio de las Doncellas terdapat sebuah taman yang dilengkapi dengan kolam refleksi walau dalam ukuran yang lebih kecil dari kolam refleksi yang terdapat di kompleks Istana Alhambra. Pilar-pilar berhiaskan tulisan kaligrafi tampak mengelilingi bagian Patio de las Doncellas. Selain berkembang di sana, mulai dari kebudayaan Arab, non-Arab, Muslim, Kristen, Yahudi, dan agama lain. Hingga abad ke-9 M, kawasan perkotaan di Sevilla masih menyisakan banyak jejak peninggalan bangsa Romawi. Pada masa Romawi, kota ini bernama Romula Agusta. Tapi, ketika kota ini jatuh ke tangan umat Muslim, penguasa Muslim saat itu, Khalifah Abdurrahman II dari Dinasti Umayyah, segera memerintahkan untuk melakukan rekonstruksi besar-besaran terhadap bangunan peninggalan Romawi. Salah satunya adalah memerintahkan agar tembok kota dibangun kembali serta diperkuat. Begitu pula kawasan permukiman yang terletak di sisi timur dan utara. Pembangunan terus berlanjut hingga Khalifah Abu Ya’qub Yusuf memindahkan ibu kota ke Sevilla. Termasuk di antaranya merekontruksi Istana Alcazar. Khalifah juga membangun beberapa masjid besar. DEVIANTART.COM kaligrafi yang menghiasi dinding pilar, juga ada keramik-keramik berornamen hiasan khas Islam. Namun, jumlah hiasan keramik berornamen khas Islam yang menghiasi bagian dinding Istana Alcazar saat ini tidak sebanyak pada masa kekuasaan Islam. Pasalnya, setelah diambil alih oleh bangsa Kristen Spanyol, banyak ruangan di dalam istana ditambahkan dengan ciri Eropa dan didekorasi oleh keramik azulejos (keramik mosaik untuk dinding dengan tampilan geometri). Konsep surga Kompleks Istana Alcazar, menurut Andi Pramono dalam tulisannya yang bertajuk Implementasi Surga pada Bangunan Islam di Andalusia: Studi Kasus Real Alcazar, Sevilla, Spanyol, merupakan salah satu contoh penerapan sifat-sifat surga yang dijelaskan dalam Alquran. Sang arsitek mencoba menerapkan sifat-sifat surga dengan menghadirkan bangunan yang dikelilingi oleh taman, adanya air mancur, airnya yang mengalir, serta pepohonan yang bisa dipetik buahnya. Sebagai ruang publik dan juga sebagai ruang transisi menuju bangunan yang lebih privat, dihadirkan taman-taman yang tumbuh berbagai macam pohon dan juga tanaman lainnya. Tak hanya tanaman bunga, tetapi juga pohon buah-buahan. Keberadaan pohon buah-buahan ini seakan ditujukan untuk memanjakan penghuni istana. Kesan sejuk dan hijau dalam kawasan ini memberikan keserasian warna dengan bangunan istana yang didominasi warna merah bata. Kesan hijau tidak hanya diterapkan dengan menghadirkan tanaman pada taman yang merupakan ruang luar, melainkan juga pada beberapa bagian dalam ruang, seperti pada dinding, pintu, jendela, dan atap. Ukiran yang berbentuk sulur dan dedaunan yang dibentuk dengan pola geometri juga memberikan kesan hijau pada sisi interior. Kesan hijau ini benar-benar ditekankan oleh sang arsitek untuk memberikan suasana surga yang tidak hanya dapat dinikmati di bagian luar bangunan, tapi juga di bagian dalam bangunan, sehingga sang arsitek berharap penghuni istana akan merasakan suasana surga di dunia dengan menghadirkan konsep tanaman pada bagian dalam dan luar bangunan. ■ ed: heri ruslan Salah satunya adalah Masjid Agung Sevilla yang didirikan pada 1171-1172 M, yang kini telah berubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede. Hingga kota itu direbut oleh pasukan Nasrani pimpinan Ferdinand III dari Kastila di tahun 1248, sudah terdapat sebanyak 72 unit masjid di seluruh Sevilla. Di masa keemasannya, saat pemerintahan Dinasti Almovarid sejak 1091, Sevilla adalah kota yang sangat sibuk. Ia pusat dari banyak bidang kehidupan, mulai dari keagamaan, ilmu pengetahuan, ekonomi, hingga budaya. Banyaknya masjid, ungkap Thomas Glick dalam karyanya The Dictionary of the Middle Ages, menandakan berkembangannya aspek agama di sana. Sedangkan, hadirnya madrasah serta perpustakaan besar menunjang geliat intelektualitas. Keberadaan bangunan-bangunan berarsitektur menawan di Sevilla menunjukkan bahwa kota itu mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang seni dan budaya. Dalam artikel bertajuk Sevilla Islamic Heritage, Sara Irving menyatakan keindahan arsitektur Islam di Sevilla telah menghadirkan kekaguman hingga berabad-abad. Ini menjadi salah satu bukti kebesaran peradaban Islam di Spanyol. Sevilla juga merupakan pusat perekonomian di kawasan Laut Mediterania. Kehidupan ekonomi yang sangat kental diabadikan dalam risalah yang ditulis Ibnu Abdun. Sejarawan itu mengungkap secara akurat denyut nadi perekonomian dan perdagangan sehari-hari di kota itu. Disebutkannya bahwa produk unggulan dari wilayah ini yakni minyak zaitun. Sentra pembuatannya berada di Aljarafe. Selain itu, menurut Ibn Abdun, di pasar-pasar yang ada berlangsung transaksi dagang dalam jumlah besar untuk komoditas tekstil, rempah-rempah, dan kerajinan logam. ■ ed: heri ruslan HIKENOW.COM arsitektur