istana aljaferia

advertisement
arsitektur
REPUBLIKA ● AHAD, 31 OKTOBER 2010
B2
PLANETWARE.COM
ISTANA ALJAFERIA
Gaya Andalusia
DALAM ISTANA
ALJAFERIA TERDAPAT
SEBUAH MASJID
YANG KINI BERALIH
FUNGSI MENJADI
GEREJA.
Oleh Nidia Zuraya
panyol memiliki arti penting
dalam sejarah Islam. Sebab,
wilayah ini pernah ditaklukkan
oleh mujahid-mujahid Islam,
seperti Thariq bin Ziyad dan
Musa bin Nushair, dari dinasti
Umayyah sekitar 705-715 Masehi.
Penaklukan Spanyol yang dilakukan oleh
tentara Islam itu membuat Islam berkembang cepat ke wilayah Eropa. Bahkan, tak
cuma itu, Islam sempat menancapkan
pengaruh dan kekuasaannya di negeri
Matador ini selama beberapa abad. Tak
heran, bila berbagai peninggalan Islam
masih tampak hingga saat ini di Spanyol.
Seperti, Istana Alhambra, Granada, dan
Cordoba. Begitulah pula di wilayah Spanyol
lainnya, seperti Sevilla, Zaragoza.
Sejak abad ke-8 hingga 12 M, Zaragoza,
atau yang juga dikenal dengan sebutan Saragossa, menjadi salah satu pusat kebudayaan
Muslim di tanah Spanyol. Kota yang berada
di bagian utara-barat Spanyol ini pada mula-
S
WEBSHOTS.COM
nya dikuasai kaum Ghotik pada 470 M, lalu
ditaklukkan oleh kaum Muslim pada 712 M.
Kota ini tetap berada di bawah penguasa
Islam hingga akhirnya jatuh ke tangan Raja
Alfonso VI dari Leon pada 1118 M.
Aljaferia
Berbeda dengan wilayah lainnya, tidak
banyak peninggalan umat Islam di Zaragoza.
Bahkan, kendati ada, yang tersisa hanya
reruntuhannya saja, atau sisa-sisanya saja.
Di antara peninggalan Islam yang masih
bisa disaksikan di Zaragoza hingga saat ini
adalah sebagian dari istana yang berada
dalam sebuah benteng. Istana ini didirikan
pada periode Muluk at-Tawa’if (raja-raja
kelompok atau golongan) antara tahun
1046-1081, yang disebut Aljaferia.
Istana Aljaferia adalah bekas istana
kediaman raja-raja dinasti Bani Hud,
penguasa Muslim di Zaragoza. Istana ini
dibangun pada pertengahan abad ke-11 M.
Namun, sejak kota ini jatuh ke tangan
tentara salib, bangunan istana yang megah
ini digunakan sebagai tempat tinggal resmi
raja Kristen Spanyol beserta keluarganya,
yang dimulai oleh raja Pedro IV dari Aragon.
Bangunan Istana Aljaferia, sebagaimana
dijelaskan Yulianto Sumalyo dalam bukunya
yang berjudul Arsitektur Mesjid dan
Monumen Sejarah Muslim, dikelilingi oleh
benteng. Benteng tersebut berbentuk segi
empat tidak teratur. Sisi-sisinya saling
berhadapan dan sedikit tidak sejajar.
Dinding benteng terdiri dari kombinasi batu
dan bata. Sementara itu, pintu masuk
benteng berbentuk tapal kuda.
Dibangun oleh seniman Mudejar—
sebutan bagi Muslim Spanyol—asal Toledo,
Istana Aljaferia sangat kaya akan ornamen.
Detail plester pada bagian dinding
menampilkan pola-pola geometrik yang
rumit. Sedangkan, di bagian sudut atas dari
dinding istana masih terlihat tulisan
kaligrafi Arab.
Sebuah halaman terdapat di dalam
bangunan istana yang menghadap ke arah
Oleh Nidia Zuraya
BANI HUD A
Penguasa
Muslim Zaragoza
ljaferia diambil dari nama
pendirinya, Abu Ja’far Ahmad bin
Sulaiman (1049-1083). Abu
Ja’far merupakan penguasa Zaragoza dari Bani Hud, salah satu dari rajaraja kecil (Muluk at-Tawa’if) yang berkuasa
di Andalusia, Spanyol. Dinasti ini berkuasa
pada kurun waktu 1039-1118 M.
Laman Wikipedia menyebutkan, dinasti
Bani Hud mulai menancapkan kekuasaannya
di wilayah Zaragoza setelah berhasil mengalahkan saingan mereka, yakni Bani Tujibi. Di
bawah pimpinan Sulaiman bin Hud alJudhami yang bergelar Al-Mustain I, pasukan Bani Hud berhasil merebut Zaragoza
dari tangan tentara Bani Tujibi pada 1039.
Al-Mustain I memerintah hingga tahun
1046. Sepeninggalnya, tahta kerajaan
OM
PAIN.C
TRAVELINGINS
FESU.ORG
utara. Halaman dalam utama tersebut
berada di tengah, yang di kelilingi oleh
portico dua lantai, sehingga membentuk
sebuah sahn yang menyerupai sebuah
taman terbuka. Ujung utara dari halaman
dalam utama ini berhubungan langsung
dengan sebuah ruangan yang menampilkan
bentuk lengkung iwan. Ruangan ini di masa
lalu dipergunakan sebagai ruang singgasana
raja.
Sejak dibangun, Istana Aljaferia telah
mengalami beberapa kali renovasi. Andrew
Petersen dalam Dictionary of Islamic
Architecture mengungkapkan, perbaikan
pertama kali dilakukan pada zaman
kekuasaan Islam, yakni terhadap dinding
bagian luar istana. Renovasi selanjutnya tercatat dilakukan pada 1492. Kemudian pada
1593, beberapa bagian bangunan dalam
kompleks istana ini dikonversi menjadi
pangkalan militer.
Masjid segi delapan
Di sisi kanan, atau timur dari ruang
singgasana, terdapat sebuah masjid kecil.
Namun, bangunan masjid tersebut kini
difungsikan sebagai gereja setelah Kota
Zaragoza kembali ke tangan kekuasaan
orang-orang Kristen.
Masjid yang diberi nama al-Muqtadir ini
terletak di antara unit-unit lainnya yang
berbentuk segi empat. Setiap unit bangunan
yang terdapat dalam kompleks Istana
Aljaferia dibatasi lengkung-lengkung iwan
yang kaya pola.
Denah bangunan Masjid al-Muqtadir terbilang unik, yakni membentuk pola segi
delapan. Bentuk masjid seperti ini bisa
dikatakan jarang dan mungkin belum
pernah ada masjid sebelumnya maupun
sejamannya yang berdenah demikian.
Sejumlah tiang pilar tampak menghiasi
bangunan masjid segi delapan ini. Tiangtiang pilar ini berbentuk silinder dengan
bagian atas menampilkan model CorinthianRomawi. Pilar-pilar tersebut difungsikan
untuk menyangga pelengkung-pelengkung
yang bentuknya bermacam-macam: tapal
kuda, bergerigi, atau kombinasi keduanya.
Sementara itu,pada bagian dinding masjid
terdapat pelengkung mati yang mengedapankan pola silang-silang dengan bagian
pucuknya patah. Selain stucco bercorak
Moorish, cukup banyak naskah kaligrafi digunakan untuk menghias ruang dalam masjid.
Ciri khas dari bangunan masjid ini juga
terletak pada bagian atap masjid. Atap
Masjid al-Muqtadir ini berbentuk runcing
seperti kerucut, namun sisinya ada delapan
mengikuti bentuk denah bangunan masjid.
Atap berbentuk runcing ini merupakan ciri
khas bangunan berarsitektur Andalusia.
■ ed: syahruddin el-fikri
WEBSHOTS.COM
diambil alih oleh putranya yang bernama
Abu Ja’far Ahmad bin Sulaiman yang
bergelar Al-Muqtadir. Ia berkuasa dari
tahun 1046 hingga 1081.
Setelah kepemimpinannya, ia digantikan
oleh Yusuf al-Mutamin (1081-1085).
Ahmad bin Yusuf (1085-1110) yang
bergelar Al-Mustain II memegang tampuk
pemerintahan menggantikan al-Mutamin.
Ketiga pemimpin Bani Hud ini dikenal
sebagai pecinta budaya dan seni.
Kendati memiliki kedaulatan penuh atas
wilayah Zaragoza, namun dalam perjalanannya penguasa Bani Hud dipaksa
untuk tunduk kepada penguasa Kristen
dari Kerajaan Kastilia. Sejak awal 1055,
mereka juga diwajibkan untuk membayar
upeti kepada penguasa Kastilia.
Tidak hanya dari Kerajaan Kastilia, ancaman terhadap kedaulatan Bani Hud juga datang dari dalam negeri. Salah satunya adalah
dari kelompok Al-Murabitun. Pada 1086,
kelompok yang terdiri dari orang-orang
Afrika Utara ini berupaya untuk merebut
wilayah Zaragoza dari tangan penguasa Bani
Hud. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Sebaliknya, pada Mei 1110
M, pasukan Bani Hud justru berhasil memukul mundur orang-orang Al-Murabitun.
Kendati berhasil mengatasi perlawanan
kelompok Al-Murabitun, namun
penaklukan tersebut menjadi awal dari
berakhirnya kekuasaan Bani Hud di tanah
Zaragoza. Penguasa terakhir Bani Hud,
Imad al-Dawl Hud Abdul Malik, dipaksa
untuk meninggalkan ibu kotanya dan
bersekutu dengan penguasa Kristen dari
Aragon di bawah pimpinan Alfonso el
Batallador. Pada 1118, pasukan Raja
Alfonso berhasil merebut Kota Zaragoza
dan menjadikannya sebagai ibu kota
Kerajaan Aragon. ■ ed: syahruddin el-fikri
Download