SELASA, 31 AGUSTUS 2010 C4 ISTIMEWA sirah Alhambra D alam sejarahnya, setelah menguasai Afrika Utara, pada abad ke-13 Islam pernah menorehkan kejayaan di Semenanjung Andalusia atau Semenanjung Iberia di Eropa (Spanyol dan Portugal, termasuk selatan Prancis sekarang). Kekhalifahan Islam menjadikan daerah itu sebagai salah satu provinsi. Kekuasaan kekhalifahan Islam di sana mengalami pasang-surut dan berganti-ganti wali (gubernur). Salah satu jejak kejayaan Islam di Andalusia adalah Alhambra, sebuah benteng yang dibangun pada masa akhir Bani Umayyah di Granada, pada abad ke-13. Alhambra dalam bahasa Arab artinya merah, karena bahan bangunan terbuat dari tanah liat merah. Bangunan Alhambra pada mulanya bercat putih, tapi kini kemudian tampak kemerahan. Alhambra menempati puncak bukit Assabica di perbatasan tenggara Kota Granada (Spanyol sekarang). Alhambra tidak memiliki sebuah rencana induk (master plan) bagi keseluruhan desain situs, sehingga tata letak secara keseluruhan tidak ortogonal. Sebagai hasil dari beberapa tahap pembangunan: dari benteng asli abad ke-9, istana Moor abad ke-13, istana pada masa Kaisar Charles V pada abad ke-16, beberapa bangunan berada di posisi aneh satu sama lain. Awalnya bangunan ini dirancang sebagai kompleks militer, tapi kemudian Alhambra dijadikan kediaman dan istana kerajaan Islam di Granada pada pertengahan abad ke-13. Benteng ini kemudian mengalami perluasan dan penambahan menara pertahanan, yang secara keseluruhan dibagi menjadi dua bagian, yaitu area militer (Alcazaba) dan kota pengadilan, tempat Istana Nasrid yang merupakan kediaman raja-raja dan para bangsawan. Pada 1492, Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella I dari Castile melakukan serangan ke Granada dengan pasukan besar. Penguasa muslim, waktu itu Abu Abdullah, menyerah tanpa perlawanan berarti dan menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella. Alhambra, yang merupakan benteng terakhir kekhalifahan Islam di Andalusia, selamat dari penghancuran. Setelah penaklukan tersebut, penguasa Kristen mulai melakukan perubahan pada Alhambra, antara lain mengapur, mengecat, dan menyepuh, serta memindahkan perabotan. Mereka juga menggunakan beberapa bagian dari Alhambra. Pada 1533, Kaisar Charles V (1516-1556) membangun Istana Charles V di kompleks Alhambra. Charles V membangun kembali beberapa bagian dengan gaya Renaisans dan menghancurkan sebagian besar istana musim dingin untuk membuat ruangan dengan struktur gaya Renaisans namun tidak pernah selesai. Pada abad-abad berikutnya, seni Moor rusak, dan pada 1812 beberapa menara dihancurkan oleh Prancis di bawah perintah Sebastiani. Gempa bumi pada 1821 menyebabkan kehancuran berikutnya. Pekerjaan pemugaran dilakukan pada 1828 oleh arsitek José Contreras. Sepeninggal Contreras, pemugaran dilanjutkan oleh anaknya, Rafael, serta cucunya. Dengan desain yang sangat cantik, Alhambra dilengkapi dengan taman-taman, air mancur, sungai, istana, dan sebuah masjid, yang semuanya berada di dalam tembok benteng dan diapit 13 menara besar. Kompleks monumen Alhambra meliputi beberapa bagian, yakni Istana Charles V, Medina, Alcazaba, Rauda, Istana Nasrid, dan Generalife, yang meliputi wilayah sekitar 142 ribu meter persegi. Oleh UNESCO, Alhambra ditetapkan sebagai situs warisan dunia pada 1984. Kini Alhambra menjadi salah satu tujuan wisata utama Spanyol, yang memamerkan arsitektur Islam, bersama dengan arsitektur abad ke-16, dan terakhir bangunan peninggalan penguasa Kristen. ● BERBAGAI SUMBER | NGARTO F hadis PINTU RAYYAN Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada orang selain mereka yang masuk bersama mereka. (Hadis Riwayat Sahal bin Saad) Merayakan Kerendahan Hati di Bulan Suci Di sudut Florida, warga muslim menjalani Ramadan dengan kesadaran untuk pemurnian jiwa. S edari subuh hingga matahari tenggelam, umat Islam berpuasa dengan kerendahan hati untuk mendapatkan karunia Allah. Adalah Ruta Jouniari, perempuan warga Sarasota di antara 40-60 warga yang mengunjungi Islamic Center of Sarasota-Bradenton, Florida, Amerika Serikat, yang saban hari berpartisipasi dalam rangkaian doa dan ibadah salat. Selama 15 jam tanpa makanan dan minuman adalah keharusan buatnya sekarang, tapi cuma sekali menyesuaikan diri. Sekitar 12 tahun lalu, dia menyimpulkan dua tahun studinya mengenai agama-agama yang ada di dunia dan memilih menjadi mualaf, berpindah dari Katolik ke agama masa mudanya, yakni Islam.“Saya masih ingin mendalami ajaran-ajaran satu Tuhan. Saya hanya perlu untuk menemukannya lagi,”ucap Jouniari, 42 tahun, Ahad lalu.“Setelah melihat Islam lebih mendalam, saya menemukan itu adalah keputusan yang tepat.” Selama Ramadan yang dimulai 11 Agustus lalu, dia mulai memasak telur untuk dirinya sendiri dan suaminya, Noureddine, pada dinihari pukul 04.30 dan lalu bersiap sehari penuh berpuasa. Yang diisi dengan aktivitas pada siang hari, berdoa, dan pada malam hari salat tarawih berjemaah yang terdiri atas 8 atau 20 rakaat. Saat berbuka puasa, Jouniari kerap menyantap aneka kurma dan air putih. “Itulah bagaimana Anda berbuka dan mungkin dengan secangkir sup,” ujar Hytham Bakr, seorang warga asal Mesir yang sudah tinggal di Bradenton selama 31 tahun. “Anda mesti memperkenalkan beberapa makanan kepada perut Anda agar mudah dicerna.” Makanan yang ditelan saat matahari terbenam adalah sebuah sisi cahaya untuk pemurnian jiwa yang mewakili Ramadan, dan itulah poin terhadap aspek multikultural perayaan (bulan suci). Bakr menyebutkan, dia dan keluarganya menyambut buka diikuti doa ketika matahari tenggelam yang dilakukan setiap hari, baik bagi muslim maupun bagi yang beragama lain di lingkungan warga masyarakat itu. Keluarga-keluarga muslim dengan etnik yang berbeda-beda datang menghadiri aktivitas di pusat relawan, antara lain buat memasak bersama setiap hari. Berbagai hidangan dari Timur Tengah, Cina, hingga Amerika Selatan dan Karibia ada di sana.Variasinya dengan masakan daging domba dan nasi, ayam dan ikan yang mendahului menu dessert. Lain lagi Ardis Khan, pemimpin komunitas muslim tersebut yang merasa nyaman menyaksikannya, bahagia atas keanekaragaman rasa yang memberikan kontribusi lebih dari gizi kepada seluruh lapisan masyarakat. Khan, yang berasal dari Trinidad tapi keturunan India, mengatakan dia memfokuskan diri pada kegembiraannya pada musim libur tahun ini lebih dari pandangannya menyambut berdirinya masjid potensial dekat lokasi Ground Zero di New York City.“Kembali ke Quran ketika Allah SWT mengatakan dia menciptakan ras-ras yang berbeda sehingga bahwa mereka bisa mengenal satu dengan yang lainnya,”ucapnya.“Itu benar-benar menambah rasa dan kekayaan hikmah dan budaya masyarakat kita.”● HERALD TRIBUNE.COM | DWI ARJANTO IKLAN