Berita Pers AKSes, UNTUK INVESTASI DI PASAR MODAL INDONESIA LEBIH TRANSPARAN DAN NYAMAN Surabaya, 30 Oktober 2013 - Berkaitan dengan acara Investor Summit and Capital Market Expo (ISCME) 2013 yang diadakan di Surabaya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari ini juga menyelenggarakan pertemuan dan diskusi bersama media di kota Surabaya. Fokus diskusi yang diangkat kali ini adalah beberapa rencana kerja KSEI serta terkait informasi terkini mengenai sarana AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) yang disediakan KSEI bagi investor pasar modal untuk dapat memantau aktivitas investasinya di pasar modal secara langsung dan mandiri. Kepala Divisi Komunikasi dan Perencanaan Strategis KSEI, Alec Syafruddin, menyampaikan bahwa KSEI selalu berkomitmen untuk berperan aktif dalam pengembangan pasar modal Indonesia. Sebagai salah satu Self Regulatory Organization di pasar modal Indonesia, KSEI mendukung penuh program untuk peningkatan jumlah investor di pasar modal Indonesia, baik melalui sosialisasi dan edukasi maupun program pengembangan infrastruktur pendukungnya. Hingga saat ini potensi perkembangan pasar modal untuk bertumbuh belum didukung dengan jumlah investor yang memadai. Dibandingkan dengan total penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta, jumlah investor pasar modal baru mencapai sekitar 400 ribu orang atau 0,2% dari total penduduk Indonesia. Padahal dengan jumlah penduduk kelas menengah yang terus bertambah dan angka pendapatan per kapita yang melampaui US$ 3.000, banyak orang Indonesia yang sebetulnya berpotensi untuk menjadi investor pasar modal. Secara nasional, dana pihak ketiga di perbankan saat ini sudah mencapai sekitar Rp. 3.400 triliun, dibandingkan dengan dana investasi pemodal ritel di pasar modal yang baru mencapai sekitar Rp. 200 triliun. Potensi dana simpanan yang ada di perbankan ini sangat besar bila dialihkan menjadi dana investasi bila paradigma masyarakat Indonesia dapat berubah dari saving society menjadi investment society. Untuk Jawa Timur sendiri, berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Jawa Timur (http://jatim.bps.go.id), jumlah penduduk pada tahun 2011 telah mencapai 37.678.622 jiwa. Kota Surabaya mempunyai jumlah penduduk paling besar yaitu 2.781.047 jiwa diikuti kota Malang 2.459.982 jiwa dan kota Jember 2.345.851 jiwa. Di Jawa Timur juga terdapat 539 kantor bank dengan total dana masyarakat yang berhasil dihimpun pada akhir tahun 2011 berjumlah Rp. 252,32 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp. 39,49 triliun, deposito Rp. 101,46 triliun dan tabungan Rp. 111,37 triliun. Angka-angka ini sangat kontras jika dibandingkan dengan data pasar modal yaitu baru tercatat 21.888 investor yang berdomisili di Surabaya dengan total nilai investasi sebesar kurang lebih Rp. 17,18 miliar. Jumlah Perusahaan Efek yang telah memiliki kantor cabang di Surabaya hingga saat ini ada 54 perusahaan. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, pasar saham modal Indonesia juga sebenarnya memiliki peluang yang lebih besar untuk berkembang. Dengan keluarnya Fatwa DSN Nomor 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek tanggal 8 Maret 2011, maka pasar modal Indonesia dinyatakan telah menjalankan mekanisme kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Hingga saat ini pun sebagian besar saham yang tercatat diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah atau sekitar 300 saham masuk dalam Daftar Efek Syariah. 1/2 Infrastruktur pendukung untuk pengembangan pasar modal syariah juga terus dilengkapi. Terkait ketentuan dalam Peraturan Bapepam-LK No.V.D.3 tentang Pengendalian Internal Perusahaan Efek yang memuat ketentuan pembukaan Rekening Dana Nasabah (RDN) untuk nasabah sebagai syarat untuk melakukan transaksi, pada tahun 2013 ini KSEI menjalin sinergi dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) dan unit usaha syariah Bank Permata sebagai bank administrator RDN syariah. Dengan terselenggaranya kerjasama tersebut, investor pasar modal memiliki alternatif untuk mengadmistrasikan dananya pada bank syariah. Sedangkan bagi masyarakat yang mayoritas penduduk muslim telah memiliki fasilitas infrastruktur yang memadai untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Alec juga menegaskan mengenai pentingnya penggunaan AKSes oleh investor pasar modal Indonesia. "Kenyamanan dan transparansi informasi menjadi modal utama agar industri pasar modal dapat terus tumbuh dan menarik minat bagi investor baru. Kita semua berharap jangan sampai terjadi lagi aset investasi investor di pasar modal yang disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab". Namun semua kembali kepada kesadaran dan peran investor untuk secara aktif melakukan monitoring aktivitas investasinya di pasar modal dengan menggunakan AKSes. Dengan monitoring secara aktif dan mandiri oleh investor, diharapkan terjadinya penyalahgunaan aset investasi milik investor oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dapat ditekan. KSEI telah menjajaki kerjasama dengan beberapa bank yang menjadi administrator Rekening Dana Nasabah untuk melakukan co-branding AKSes dengan kartu ATM bank. Kerjasama ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan AKSes oleh investor guna memonitor portofolio investasinya dengan lebih mudah, melengkapi fasilitas yang telah tersedia melalui aplikasi web dan aplikasi mobile. "Sangat penting dipahami oleh investor fungsi dari AKSes ini, jangan sampai manfaatnya terlambat disadari yaitu ketika investor sudah terlanjur mengalami kerugian karena ulah oknum yang tidak bertanggungjawab. Berdasarkan data di KSEI, faktanya masih sangat mengkhawatirkan, dari sekitar 38.000 investor di Jawa Timur hanya sekitar 12% saja yang sudah memanfaatkan AKSes ," lanjut Alec. Pada kesempatan ini disampaikan juga rencana KSEI untuk melakukan pembaruan sistem utama untuk penyelesaian transaksi yaitu C-BEST Next Generation yang diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2015. Dengan perkiraan biaya pengembangan dan investasi sebesar Rp 17,66 miliar, sistem ini akan menggantikan sistem utama KSEI yang telah berumur lebih dari 10 tahun. "Pengembangan C-BEST NextG ini untuk mengimbangi implementasi sistem perdagangan JATS NextG yang telah dilakukan oleh BEI. Peningkatan kapasitas transaksi yang dapat ditangani oleh sistem JATS NextG perlu kami antisipasi juga dengan peningkatan kapasitas sistem penyelesaian transaksi dengan unjuk kerja yang juga lebih baik. Sistem C-BEST NextG yang sedang dikembangkan diharapkan dapat memproses hingga 20.000 penyelesaian transaksi per menit, jauh lebih besar dibanding sistem yang digunakan saat ini yang maksimal dapat memproses 3.000 penyelesaian transaksi per menit," pungkas Alec. Dengan hadirnya berbagai program pengembangan infrastruktur dan fasilitas perlindungan bagi investor, diharapkan masyarakat tertarik untuk menjadikan pasar modal sebagai alternatif untuk berinvestasi dan pada akhirnya dapat memajukan pasar modal Indonesia. ***** Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi: Unit Komunikasi Perusahaan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Media Contact: Zylvia Thirda Phone. (021) 5299 1062 Fax. (021) 5299 1199 2/2