Aset Milik Investor yang Terlantar di KSEI Perlu Mendapatkan

advertisement
Berita Pers
Aset Milik Investor yang Terlantar di KSEI
Perlu Mendapatkan Perhatian Segera
Jakarta, 4 Desember 2013 - Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(LPP), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) didirikan dengan tujuan untuk menyediakan
jasa Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar, dan efisien. Sebagai LPP,
KSEI menyimpan seluruh Efek yang diperdagangkan di Bursa Efek melalui mekanisme Penitipan
Kolektif, dan kemudian melaksanakan penyelesaian transaksi Efek dengan mekanisme
pemindahbukuan. Terkait mekanisme Penitipan Kolektif di KSEI, ada permasalahan yang perlu
mendapat perhatian pihak otoritas dan regulator di pasar modal dan juga para pelaku pasar, yaitu
mengenai Unclaimed Assets yang tercatat dalam rekening Efek yang ada di KSEI.
Unclaimed Assets atau aset terlantar/tak bertuan adalah aset berupa Efek atau dana milik nasabah
Pemegang Rekening KSEI, Perusahaan Efek dan Bank Kustodian, yang tidak di-claimed oleh
nasabah atau Emitennya sudah delisting dan tidak ada pihak yang mewakili Emiten. Kondisi
pertama terjadi karena Perusahaan Efek atau Bank Kustodian sudah tidak dapat menghubungi
nasabahnya, padahal nasabah tersebut masih memiliki aset yang dititipkan di KSEI. Hal ini
semakin rumit apabila Perusahaan Efek atau Bank Kustodian tersebut telah dibubarkan, dengan
demikian terjadi pengalihan kewajiban penyimpanan aset nasabah dari Perusahaan Efek atau
Bank Kustodian dimana KSEI akan menyimpan aset tersebut dalam suatu rekening tampungan.
Kondisi kedua terjadi karena Emiten atau Penerbit Efek tidak memberikan informasi mengenai
status dan perubahan identitas perusahaannya, seperti alamat, pengurus, maupun identitas
lainnya. Hal ini yang membuat KSEI terhambat dalam melakukan kegiatan administrasi Efek yang
dititipkan ke KSEI oleh Emiten atau Penerbit Efek tersebut. Hal ini juga berdampak kepada investor
yang harus dilindungi kepentingannya sebagai Pemegang Efek.
Terkait permasalahan ini, bertempat di Hotel Pullman Jakarta, KSEI menyelenggarakan Focus
Group Discussion (FGD) dengan mengundang perwakilan-perwakilan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Mahkamah Agung, Balai Harta Peninggalan - Kementerian Hukum dan HAM, Self
Regulatory Organization (PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan
KSEI), Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal Indonesia serta asosiasi-asosiasi yang terdapat di pasar modal. Sebagai salah satu agenda
dalam FGD ini dilakukan juga panel diskusi dengan tema "Status unclaimed assets berdasarkan
hukum perdata dan ketentuan perundangan di bidang pasar modal yang berlaku di Indonesia ",
dengan menghadirkan narasumber Ratnawati W Prasodjo, konsultan hukum Djohansyah,
Ratnawati & Partners; Sudarsono, Kepala Subdirektorat Peraturan Perundangan, Direktorat
Hukum dan Hubungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan
dan Jeniver Tumbuan yang mewakili Fred B.G Tumbuan, konsultan hukum Tumbuan & Partners.
Dalam sambutannya, Nurhaida, anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal OJK menyampaikan bahwa permasalahan Efek dan/atau dana terlantar merupakan
hal krusial yang perlu didiskusikan dan dicarikan solusi hukumnya. Hal ini mengingat
permasalahan ini bukanlah hal yang muncul belakangan ini saja, melainkan sudah berlangsung
cukup lama, terlebih setelah adanya konversi Efek dari script menjadi scriptless. "Berbicara
mengenai permasalahan Efek dan/atau dana terlantar ini, dari sisi pengawas Pasar Modal, paling
tidak dapat dilihat dari 2 (dua) aspek. Pertama adalah aspek kuratif atau penyelesaian terhadap
permasalahan Efek dan/atau dana Terlantar yang saat ini telah ada. Dan aspek Kedua, berkenaan
dengan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya Efek dan/atau dana terlantar tersebut di masa
mendatang atau upaya preventif", demikian disampaikan Nurhaida. Secara tidak langsung, OJK
telah melakukan upaya pencegahan dimaksud melalui sejumlah peraturan dan kebijakan yang
ada. Misalnya terkait dengan kewajiban pemodal untuk membuka Rekening Efek ketika akan
melakukan transaksi/perdagangan Efek. Selain itu, dalam melakukan pembukaan Rekening Efek
dimaksud, Perusahaan Efek juga wajib menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
Clients/KYC). Dengan penerapan KYC secara face to face basis dalam melakukan KYC,
diharapkan dapat meminimalisir penggunaan KTP milik orang lain untuk keperluan transaksi Pihakpihak tertentu yang nantinya berpotensi menimbulkan ”Efek dan/ atau Dana Terlantar”
1/2
Heri Sunaryadi, Direktur Utama KSEI dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini di KSEI
terdapat sekitar 13.000 Sub Rekening yang terkait dengan 38 saham yang Emitennya sudah
delisting dan tidak beroperasi. Emiten-emiten 38 saham tersebut tidak dapat dihubungi, sehingga
saham tidak dapat ditransaksikan maupun dikonversikan ke dalam bentuk warkat. Heri
menyampaikan, "Unclaimed assets ini sangat serius untuk segera dicarikan solusinya karena
peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku saat ini belum cukup lengkap dan
memadai untuk menangani permasalahan ini. Kami berharap FGD ini sebagai langkah awal dapat
menggali usulan atau terobosan solusi yang bisa ditindaklanjuti oleh working group, yang nantinya
dapat dituangkan dalam bentuk semacam rekomendasi untuk diusulkan dapat masuk dalam
rencana pembahasan perubahan undangan-undang pasar modal".
Nurhaida menyambut baik pelaksananaan FGD ini. "Dengan terlaksananya FGD ini, saya optimis
akan dapat menghasilkan suatu masukan ataupun terobosan hukum (recht finding) yang baru
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun apapun masukan ataupun terobosan yang
timbul dan diberikan di dalam FGD dimaksud, pada dasarnya kami harapkan tetap memperhatikan
dan mempertimbangkan perlindungan kepada pemodal serta terwujudnya Pasar Modal yang
teratur, wajar, transparan dan efisien", pungkas Nurhaida.
Hingga berita pers ini disampaikan, diskusi antar undangan yang hadir masih terus bergulir.
Dengan diselenggarakannya FGD tersebut, diharapkan diperoleh solusi terbaik guna mengatasi
adanya aset tidak terurus yang tersimpan di KSEI untuk menjaga keberlangsungan pasar modal
Indonesia yang lebih nyaman.
*****
Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Unit Komunikasi Perusahaan
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
Media Contact: Zylvia Thirda
Phone. (021) 5299 1062
Fax. (021) 5299 1199
2/2
Download