MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam dan Toleransi Fakultas Program Studi Teknik Teknik Elektro Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 90002 Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Abstract Kompetensi Toleransi dalam Islam adalah topik Memahami konsep toleransi yang penting dan menarik jika dalam Islam, agar membentuk dihubungkan dengan situasi saat ini, di karakter yang sejalan dengan nilai int ajaran Islam yang saat banyaknya kritikan bahwa Islam bersifat rahmatan lil alamin adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstreem. Islam dituduh sebagai agama yang ajarannya tidak memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, justru malah diputar balikan, bahwa Islam ajarannya adalah sarat agama dengan yang kekerasan, sehingga jauh dari perdamaian, kasih sayang dan persatuan. Padahal dalam konteks toleransi antarumat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan ‘16 2 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tafsira- tafsiran baru yang bersifat kontekstual, sehingga lebih relevan dan akomodatif PEMBAHASAN ISLAM DAN TOLERANSI Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama. Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara. Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. ‘16 3 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya. Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. KONSEP DASAR Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “tolerare” yang berarti bertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Toleran diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “tasamuh”, sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi merupakan konsep hakiki dari nilai- nilai ajaran Islam yang sepenuhnya menjadi bagian organik yang sangat dibutuhkan umat Islam di jagat raya ini. TOLERANSI DALAM ISLAM Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Semua ‘16 4 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”. Selain itu, terdapat pula hadis Nabi SAW yang menegaskan tentang persaudaraan, yang dalam terjemahnya dikatakan “sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu”. Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan. Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin. Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam. Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam. Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang ‘16 5 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diantara umat Islam dengan umat beragama lain. kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan Kerjasama dalam bidang pendidikan, pemberantasan penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain. Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari kompromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain: 1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan 2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan 3. Kelemah lembutan karena kemudahan 4. Muka yang ceria karena kegembiraan 5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan 6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian 7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi 8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali, karakteristik tersebut merupakan: 1. Inti ajaran Islam 2. kualitasnya sejajar dengan iman 3. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq). Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan: “Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”. Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur." ‘16 6 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dasar-dasar sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif, meliputi dimensi lahir maupun batin. Karena itu, toleransi tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, yang berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) yang dijadikan dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minalloh). Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haq bil bathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19) Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (arRahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif Islam) tersebut. Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil alamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam tidak bermaksud menghapus semua agama yang sudah ada, Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan ‘16 7 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam alQur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”. Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawa atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperse kutukan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhantuhan” selain Allah!” . Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Nasrani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tauhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’. Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, yang artinya: “Semu makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”. ‘16 8 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Natsir, Mohamad, Keragaman Hidup Antar Agama, Jakarta: Penerbit Hudaya, 1970 M. Quraish shihab, Wawasan al- Qur’an; tafsir maudhu’i atas pelbagai persoalan umat, Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-3 Ajat Sudrajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008 Murtadha Muthahhari, Fitrah; menyingkap hakikat, potensi, dan jati diri manusia, penerjemah: Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 2008, cet. Ke-1 Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007 ‘16 9 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id