Modul Pendidikan Agama Islam [TM9]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pendidikan
Agama Islam
Kesalehan Sosial
Fakultas
Program Studi
Teknik
Teknik Elektro
Tatap Muka
08
Kode MK
Disusun Oleh
90002
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Abstract
Kompetensi
Sikap dan perilaku Islami pada dimensi Memahami konsep Islam dalam
sosial (kesalehan sosial) merupakan sistem
tatanan kesalehan sosial, agar
membentuk karakter
moral atau etika yang berdasarkan dan mahasiswa yang luwes dan
bersumber pada prinsip pokok ajaran Islam,
dinamis sehingga mencapai
kualitas keIslaman yang
yang bertolak dari akidah yang diwahyukan paripurna
Allah kepada Nabi- Nya yang kemudian
disampaikan kepada seluruh umat manusia.
kesalehan sosial dalam Islam tidak
bisa lepas dari dua sumber pokok, yakni
akidah dan syari’ah, yang memberi batasan
mengenai tata aturan hidup yang baik, etika
dan sopan santun terhadap sesama, sikap
dan
rasa
sayang
terhadap
binatang,
tumbuhan serta makhluk lain di sekeliling.
Tujuan hidup setiap muslim adalah
menghambakan dirinya kepada Allah, agar
mencapai ridho- Nya. Ridho Allah dapat diraih
manakala dapat menjaga dan memelihara
hubungan
baik
secara
vertikal,
yakni
hubungan dengan Allah, maupun secara
horisontal, yakni hubungan dengan sesama
makhluk Allah.
Keimanan serta keyakinan terhadap
kebenaran wahyu Allah dan Sunnah rasul-
‘16
2
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Nya,
membawa
keutamaan
konsekuensi
nilai-
nilai
logis
pada
kecintaan
dan
kekaguman kepada Allah dan rasul- Nya,
yang dapat mendorong manusia untuk selalu
menghargai ni’mat hidup yang direalisasikan
dalam bentuk perilaku positif, menghargai
waktu
dan
sesama,
kesempatan,
terutama
menjalankan
segala
patuh
menghormati
dan
perintah-
tunduk
Nya
dan
menjauhi segala larangan- Nya, tanpa merasa
dipaksa atau dibebani, namun sebaliknya,
bersikap tulus dan ikhlas didalam menjalankan
segalanya.
Jaminan
keselamatan
hidup
ditegaskan oleh nabi dalam Hadis.
Kesalehan sosial sebagaimana dikemukakan
para ulama, merupakan tata aturan hidup
yang
diperuntukan
bagi
manusia
dalam
menjalani hidup agar sesuai dengan amanat
Allah dan rasul- Nya, selaras dengan kodrat
dan hakikat tugas manusia, yang senantiasa
harus menjunjung tinggi nilai- nilai ketuhanan
dan menghargai nilai- nilai kemanusiaan. Tata
aturan hidup ini sesungguhnya merupakan
kebutuhan
hidup
yang
tidak
dapat
dihindarkan, tingkat kebutuhan hidup yang
prinsipil
dan
mendasar.
Keutuhan
dan
keserasian hidup akan dapat dibina manakala
aktifitas hidupnya merujuk pada dasar etika
dan moralitas yang berdasarkan pada konsep
ketuhanan dan kemanusiaan.
‘16
3
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PEMBAHASAN
KESALEHAN SOSIAL
Persoalan interaksi sosial dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat di
dalam al- Qur’an dan Hadis atau Sunnah. Sumber tersebut merupakan batasanbatasan dalam tindakan sehari- hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik
dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat
dan bagaimana seharusnya bertindak, sehingga dengan mudah dapat diketahui,
apakah perbuatan tersebut terpuji ataau tercela, benar atau salah.
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan dahulu, mengenai
akhlak pribadi dalam Islam, dapat dikatakan bahwa akhlak Islam adalah merupakan
sistem moral atau etika yang berdasarkan dan bersumber pada prinsip pokok ajaran
Islam, yang bertolak dari akidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi- Nya yang
kemudian disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Secara umum akhlak atau moral terbagi atas moral yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan, dan kedua moral yang sama sekali
tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber- sumber
sekuler. Akhlak Islam yang merupakan sistem tuntunan akhlak yang berdasarkan
pada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dan
pokok ajaran Islam yang bermuara pada al- Qur’an dan Hadis. Akhlak Islami sebagai
sebuah tatanan etika dan moralitas individu manusia, gambaran perilaku yang Allah
tegaskan di dalam al- Qur’an serta dicontohkan Nabi dalam bentuk tindakan dan
perbuatan, serta pesan- pesan dan ketetapan beliau di dalam menjalankan aktifitas
kehidupan sehari- hari. Semuanya tergambar jelas dalam pesan dan tuntunan alQur’an dan Hadis.
Memang tidak disanksikan lagi bahwa segala perbuatan dan tindakan
manusia, apapun bentuknya, pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai
kebahagiaan yang hakiki, yang sejalan dengan kodrat keinginan manusia. Manusia
berdasarkan kodrat dan fitrahnya mempunyai dorongan kuat untuk berperilaku dan
bersikap baik, sopan, bertanggungjawab dan sikap positif lainnya. Merupakan
sunnatullah, jika manusia ingin selalu berbuat baik, menghargai orang lain dalam
berinteraksi. Jiwa manusiawi tertanam kuat dalam diri manusia, yang akan selalu
‘16
4
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mendorong tiap- tiap individu manusia untuk berperan aktif dalam menata dan
membina etika moralitas yang positif, hal ini sejalan dengan aturan pokok ajaran
Islam.
POLA DASAR PERILAKU DDALAM ISLAM (AKHLAK)
Pola perilaku dalam Islam tidak bisa lepas dari dua sumber pokok, yakni
akidah dan syari’ah, yang memberi batasan mengenai tata aturan hidup yang baik,
etika dan sopan santun terhadap sesama, sikap dan rasa sayang terhadap binatang,
tumbuhan serta makhluk lain di sekeliling. Sehubungan dengan hal itu, dapat
dikatakan bahwa pola perilaku Islam berkisar pada: Tujuan hidup setiap muslim
adalah menghambakan dirinya kepada Allah, agar mencapai ridho- Nya. Ridho Allah
dapat diraih manakala dapat menjaga dan memelihara hubungan baik secara
vertikal, yakni hubungan dengan Allah, maupun secara horisontal, yakni hubungan
dengan sesama makhluk Allah.
Keimanan serta keyakinan terhadap kebenaran wahyu Allah dan Sunnah
rasul- Nya, membawa konsekuensi logis pada keutamaan nilai- nilai kecintaan dan
kekaguman kepada Allah dan rasul- Nya, yang dapat mendorong manusia untuk
selalu menghargai ni’mat hidup yang direalisasikan dalam bentuk perilaku positif,
menghargai waktu dan kesempatan, menghormati sesama, terutama patuh dan
tunduk menjalankan segala perintah- Nya dan menjauhi segala larangan- Nya, tanpa
merasa dipaksa atau dibebani, namun sebaliknya, bersikap tulus dan ikhlas didalam
menjalankan segalanya. Jaminan keselamatan hidup ditegaskan oleh nabi dalam
sebuah Hadisnya:
“Dari Anas bin Malik berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda:”Telah
kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, selama kamu berpegang kepada
keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat. Kedua perkara tersebut adalah:
kitab Allah (al- Qur’an) dan sunnah rasul- Nya (Hadis).””
Keyakinan terhadap hari pembalasan mendorong manusia pada pola hidup
dan sikap yang baik, mengikuti aturan- aturan yang termuat di dalam al- Qur’an dan
sunnah, sesuai dengan firman Allah SWT:
‘16
5
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri
akhirat”. (Shaad[38]: ayat 46).
Ajaran sikap dalam Islam meliputi segala aspek kehidupan manusia
berdasarkan atas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan dan keburukan, yang
tidak hanya menekankan pada pesan dan anjuran, namun lebih menekankan pada
realisasi dan tindakan, sehingga dapat mencerminkan aspek akidak dan syari’ah
secara kongkrit dan benar.
Sikap
dan
perilaku
Islami,
sebagaimana
dikemukakan
para
ulama,
merupakan tata aturan hidup yang diperuntukan bagi manusia dalam menjalani
hidup agar sesuai dengan amanat Allah dan rasul- Nya, selaras dengan kodrat dan
hakikat tugas manusia, yang senantiasa harus menjunjung tinggi nilai- nilai
ketuhanan dan menghargai nilai- nilai kemanusiaan. Tata aturan hidup ini
sesungguhnya merupakan kebutuhan hidup yang tidak dapat dihindarkan, tingkat
kebutuhan hidup yang prinsipil dan mendasar. Keutuhan dan keserasian hidup akan
dapat dibina manakala aktifitas hidupnya merujuk pada dasar etika dan moralitas
yang berdasarkan pada konsep ketuhanan dan kemanusiaan.
Nilai- nilai ketuhanan di sini maksudnya adalah, bahwa dalam menjalani
hidup, manusia sangat bergantung kepada Tuhan, segalanya bermuara kepada
kekuasaan Tuhan, bagaimana tidak, badan sehat, mempunyai akal sehat dan
segala yang dirasakan pada diri manusia hakikatnya merupakan pemberian Tuhan,
yang kita sebagai manusia sangat bergantung kepada- Nya. Ini berarti bahwa tujuan
hidup manusia pada dasarnya adalah mencapai ridho Allah. Hal tersebut dapat
diraih apabila manusia tunduk dan patuh pada apa yang mejadi perintah- Nya.
Kepatuhan dan ketaatan manusia merupakan keharusan yang mutlak, tidak
dapat ditawar atau ditolelir. Realisasinya adalah, selalu mengikuti aturan- aturan
hidup yang telah diamanatkan di dalam al- Qur’an maupun Hadis, mengikuti alur
aturan hidup yang benar menurut pandangan Syari’. Sehingga tidak menjalani hidup
secara asal- asalan, tanpa memperdulikan dan memperhatikan antara hak dan
kewajiban, mana yang menjadi hak individu dan mana yang menjadi hak bersama,
tidak menghargai hak dan kehormatan hidup orang lain, selalu ingin menang sendiri.
‘16
6
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal semacam itu, akan mengarahkan manusia pada pola hidup yang egois,
tidak menghargai hak dan privasi orang lain, yang sesungguhnya menjadi
tanggungjawab setiap individu muslim. Sikap semacam itu dapat menghambat
terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera, karena akan menimbulkan
banyak perselisihan diantara umat manusia. Sikap yang membentuk seorang
manusia menjadi serakah dan tamak, sehingga tidak mau perduli dengan hak dan
privasi orang lain, lebih mengutamakan kepentingannya meski ada pihak lain yang
dirugikan. Hal semacam ini, banyak dirasakan sekarang, ddimana orang- orang kaya
dan penguasa, pada umumnya selalu bersikap serakah dan tamak, selalu ingin
mewujudkan impiannya, meski tidak jarang banyak melukai perasaan banyak orang.
Ini sebuah bukti, bahwasanya dalam menjalani hidup harus sejalan dengan konsep
ajaran Islam, agar selamat dunia dan akhirat, namun sebaliknya, apabila tidak mau
berpegang kepada ajaran Islam, maka sudah tentu hidupnya akan sengsara duniaakhirat.
Sikap dan perilaku Islami mengacu pada toleransi keragaman budaya dan
suku bangsa, menghargai dan menghormati keragaman ras dan bahasa,
mengedepankan sikap bijaksana dalam menghargai kepentingan hidup berbangsa,
demi tercipta rasa persaudaraan diantara sesama. Dalam sebuah ayat Allah
berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al- Hujurat[49]: ayat
13)
Manusia
memiliki
kapasitas
kemampuan
untuk
mengeksplorasi
dan
mengembangkan potensi kesadaran akan yang baik dan benar berdasarkan
‘16
7
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
naluriahnya. Kecenderungan menusia menyukai hal- hal yang positif merupakan
karunia yang selayaknya dimanfaatkan dengan baik, mengedepankan kesadaran
untuk mengikuti ajakan malaikat daripada memperdulikan bisikan syetan. Dengan
disertai kemampuan akal dalam mencerna dan memahami berbagai fenomena
hidup, kekuatan dalam menghayati setiap problematika hidup, memberi celah bagi
manusia untuk bisa hidup selaras dengan tuntunan al- Qur’an dan Sunnah. Ini satu
bukti nyata bahwa manusia mempunyai kemampuan menilai arti hidup yang
sesungguhnya, mampu memahami hakikat keragaman suku bangsa dan budaya,
mempunyai kemampuan berfikir dan memahami antara hak dan kewajiban setiap
individu. Inilah salah satu faktor penting yang menjadi tolok ukur akhlak dan etika
dalam Islam.
INTERAKSI DALAM ISLAM
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa
hidup menyendiri, terlepas dari interaksi dengan sesamanya. Manusia akan selalu
ketergantungan satu sama lain, saling melengkapi antar sesamanya. Ini merupakan
kodrat
kemanusiaan
yang
merupakan fitrah yang Allah karuniakan kepadanya. Untuk itu, sikap seorang muslim
harus selalu saling memahami dan menghargai hak- hak masing- masing.
Sikap dan perilaku Islami mengajarkan umat Islam untuk bersikap tanggung
jawab dan saling menyayangi, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, dan
lingkungan sekitar. Tanggung jawab tersebut meliputi tanggung jawab ibadah dan
mu’amalat, dalam arti melaksanakan tugas beribadah kepada Allah disertai tugas
dan tanggung jawab menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat. Tanggung jawab
ibadah direalisasikan dengan melaksanakan segala macam aktifitas ibadah (ritual)
seperti sholat, zakat dan lainnya disertai kecakapan etika didalam menunaikannya.
Melaksanakan sholat tidak hanya sekedar memenuhi hal-hal yang sifatnya rukun
dan syarat seperti menutup aurat, ruku’ dan sujud. Lebih dari itu pelaksanaan sholat
harus dilakukanu dengan kesopanan dan etika yang baik, berpakaian sopan,
melakukan gerakan dengan penuh kerendahan hati dan sebagainya. Ini merupakan
implementasi akhlak individu dalam kaitannya dengan ibadah. Kecakapan etika
dalam beribadah ini, efeknya akan dirasakan dalam aktifitas hidup bermasyarakat,
‘16
8
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hakikatnya kepribadian individu merupakan tolok ukur etika dan moralitas
bermasyarakat.
Tanggung jawab mu’amalat (sosial), adalah tugas individu setiap muslim
dalam menjaga perilaku dan tata kesopanan hidup bermasyarakat. Perilaku yang
baik adalah tugas yang telah Allah amanatkan di dalam al- Qur’an dan nabi
contohkan melalui pesan Hadisnya. Gambaran tentang akhlak baik tampak dalam
berbagai kisah nabi terdahulu sebagaimana terungkap jelas di dalam al- Qur’an
antara lain kisah mengenai perjalanan hidup nabi Yusuf a.s. firman Allah:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(Yusuf[12]: ayat 111)
Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari setiap individu
manusia, sebagai cerminan dari sikap keimanan dan ketakwaan seorang muslim
terhadap Allah SWT. Akhlak sebagai manifestasi dari kualitas keimanan seorang
hamba,sebagai wujud kongkrit atas keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Akhlak seorang muslim harus mengacu pada pola etika yang bersumber pada pokok
ajaran Islam, yang bermuara pada al- Qur’an dan Hadis, sebagaimana dicontohkan
oleh nabi Muhammad SAW, yang memberikan contoh (suri tauladan) secara jelas
dan nyata, diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, sehingga jelas, mana
perilaku yang benar, yang seharusnya dilakukan seorang muslim, dan mana perilaku
yang dinilai tidak baik menurut pandangan Islam. Dalam sebuah ayat Allah
menyatakan:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
‘16
9
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”.(al- Ahzab[33]: ayat 21)
Ayat tersebut memberi satu penjelasan bahwasanya, akhlak seorang muslim
harus berdasarkan pada standarisasi akhlak nabi Muhammad SAW, sebagai suri
tauladan yang baik bagi umatnya. Dalam sebuah Hadis Siti ‘Aisyah menegaskan
bahwa akhlak Rasul itu semuanya bersumber pada al- Qur’an, sehingga patut
dijadikan kiblat oleh setiap muslim.
Pola
dan
perilaku
Islami
bersifat
mengarahkan,
membimbing,
dan
membangun peradaban manusia. Dalam Islam memelihara akhlak terpuji adalah
satu kewajiban dan keharusan, perintah yang dibebankan kepada setiap muslim,
guna mencapai kebahagiaan yang hakiki, yakni:
1. Islam menjamin kebajikan yang mutlak, yang memuat nilai- nilai etika yang luhur.
Ia menjamin kebajikan yang murni, baik untuk perorangan maupun masyarakat
pada setiap keadaan.
2. Sikap dan perilaku Islami menjamin kebajikan untuk seluruh umat manusia,
tanpa membedakannya berdasarkan suku, ras, atau yang lainnya, tidak terikat
oleh ruang dan waktu, semuanya selaras dengan hakikat dan martabat manusia.
3. Kebaikan dari sikap dan perilaku Islami bersifat kekal dan abadi, tidak termakan
oleh waktu.
4. Sikap dan perilaku Islami dapat menjadi kontrol sosial, mengarahkan manusia
pada pola hidup yang bermartabat.
Sistem interaksi sosial Islam mengacu pada konsep dasar yang ditegaskan
nabi Muhammad SAW: “Tidak termasuk dalam golongan aku, seseorang yang tidak
menyayangi orang yang lebih muda darinya, dan tidak menghargai dan
menghormati orang yang lebih tua darinya”. Pernyataan ini merupakan penegasan
konsep dasar etika Islam yang menekankan sikap saling menghargai antara satu
dengan yang lainnya, menata sistem hubungaan antara yang tua dengan yang
muda, agar satu sama lain bisa hidup berdampingan, tidak saling egois dan bertolak
belakang. Orang yang usianya lebih tua dan lebih dewasa harus bersikap
menyayangi dan mengayomi yang lebih muda, memberi pengarahan dan tuntunan,
membagi pengalaman hidup serta memotifasinya pada hakikat dan tujuan hidup
yang hakiki, yakni melaksanakan segala perintah Allah serta menjauhi segala
‘16
10
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
larangan- Nya. Sementara itu, orang yang lebih muda harus bisa menghargai dan
menghormati orang yang lebih tua darinya, bersikap sopan, tidak melawan jika
diingatkan, dan menyimak segala nasehatnya. Hubungan ini tidak akan terjalin
dengan baik apabila masing- masing pihak terlalu mengedepankan sikap merasa
paling benar, sikap egois yang nantinya akan saling menyalahkan.
Problem hidup yang ada saat ini umumnya tidak demikian, yang muda
bersikap “sok tahu”, seolah mengetahui segalanya, tidak mau diingatkan dan
dinasehati, tidak perduli dengan kekhawatiran orang tua, bertindak sesuka hati tanpa
menghiraukan etika dan nilai tata kesopanan. Sedangkan yang tua merasa dirinya
paling benar karena telah banyak pengalaman, tidak mau jika diingatkan manakala
berbuat salah, bersikap ceroboh tanpa mau kompromi dan musyawarah. Hal ini
merupakan fenomena hidup yang banyak terjadi di masa sekarang, sehingga
hubungan interaksi antara yang tua dengan yang muda tidak terjalin dengan baik,
tidak harmonis dan berseberangan.
Etika Islam sangat menjunjung tinggi nilai- nilai keharmonisan hidup,
keselarasan etika, serta toleransi dalam keragaman. Merupakan dasar acuan hidup
yang komprehensif dan mutlak dijadikan sebagai pedoman. Landasn ini berkisar
pada tata aturan etika dan moralitas individu muslim di tengah kehidupan
bermasyarakat, merupakan realisasi dan perwujudan nilai- nilai kehidupan yang
qur’ani.
Islam
mengharuskan
umatnya
untuk
selalu
berbuat
kebajikan
dan
memperbanyak amal saleh. Berbuat baik dalam arti tidak hanya kepada Allah
sebagai Pencipat dan berbuat baik kepada sesama manusia, lebih dari itu manusia
berkewajiban pula untuk menjaga perilaku baik kepada makhluk lainnya (tumbuhtumbuhan dan binatang). Manusia yang baik, harus mampu menjaga habitat dan
lingkungan sekitar, menjaga keseimbangan alam, melindungi populasi binatang,
terutama binatang langka yang wajib dilindungi, sehingga keseimbangan dan
keserasian hidup dapat dirasakan di setiap sektor. Karena pada dasarnya, segala
sesuatu yang Allah ciptakan di muka bumi ini, hakikatnya merupakan fasilitas hidup
bagi manusia, yang harus dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya. Pemanfaatan yang
baik daan benar, yang sejalan dengan aturan Allah dapat menciptakan
keharmonisan dan keserasian hidup. Dalam sebuah ayat Allah berfirman:
‘16
11
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan.” (Luqman[31]: ayat 20).
Allah melarang keras sikap merusak lingkungan dan alam sekitar, melarang
tindakan yang dapat menghancurkan alam, tanpa mau perduli dengan kelestarian
lingkungan, dan keutuhan alam. Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini bebas
dimanfaatkan oleh manusia asal tidak melebihi batas- kewajaran yang diberikan
Allah, tidak merusak dan tidak memusnahkan, karena Allah sangat membenci
orang- orang yang bersikap berlebihan dan merusak. Dalam firman- Nya Allah
menegaskan:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (al- A’raf[7]: ayat 31)
Dalam ayat lain:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
‘16
12
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (alQashash[28]: ayat 77).
Melihat
dari
itu
semua,
jelas
sekali
bahwa
sesunggunya
Islam
sangat
memperhatikan aspek kehidupan masyarakat, pola interaksi yang baik dan saing
menguntungkan. Mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu bersikap toleran dan
menghargai serta menjunjung tinggi nilai- nilai kemanusiaan. Karena pada dasarnya
tujuan hidup manusia adalah mencapai ridho Allah, meraih kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat. Hal itu dapat diraih dengan cara menunaikan segala perintah- Nya dan
meninggalkan segala larangan- Nya, menjaga perilaku baik kepada Allah serta peril
aku kepada sesama makhluk, sikap saling menghargai dan menyayangi, dan sikap
individu lainnya yang diperintahkan sekaligus telah dicontohkan nabi Muhammad
SAW.
‘16
13
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983
Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995
M. Quraish shihab, Wawasan al- Qur’an; tafsir maudhu’i atas pelbagai persoalan
umat, Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-3
Murtadha Muthahhari, Fitrah; menyingkap hakikat, potensi, dan jati diri manusia,
penerjemah: Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 2008, cet. Ke-1
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
‘16
14
Pendidikan Agama Islam
Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download