MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas Program Studi Teknik Teknik Elektro Tatap Muka 08 Kode MK Disusun Oleh 90002 Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Abstract Kompetensi Sikap dan perilaku Islami pada dimensi Memahami konsep Islam dalam sosial (kesalehan sosial) merupakan sistem tatanan kesalehan sosial, agar membentuk karakter moral atau etika yang berdasarkan dan mahasiswa yang luwes dan bersumber pada prinsip pokok ajaran Islam, dinamis sehingga mencapai kualitas keIslaman yang yang bertolak dari akidah yang diwahyukan paripurna Allah kepada Nabi- Nya yang kemudian disampaikan kepada seluruh umat manusia. kesalehan sosial dalam Islam tidak bisa lepas dari dua sumber pokok, yakni akidah dan syari’ah, yang memberi batasan mengenai tata aturan hidup yang baik, etika dan sopan santun terhadap sesama, sikap dan rasa sayang terhadap binatang, tumbuhan serta makhluk lain di sekeliling. Tujuan hidup setiap muslim adalah menghambakan dirinya kepada Allah, agar mencapai ridho- Nya. Ridho Allah dapat diraih manakala dapat menjaga dan memelihara hubungan baik secara vertikal, yakni hubungan dengan Allah, maupun secara horisontal, yakni hubungan dengan sesama makhluk Allah. Keimanan serta keyakinan terhadap kebenaran wahyu Allah dan Sunnah rasul- ‘16 2 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Nya, membawa keutamaan konsekuensi nilai- nilai logis pada kecintaan dan kekaguman kepada Allah dan rasul- Nya, yang dapat mendorong manusia untuk selalu menghargai ni’mat hidup yang direalisasikan dalam bentuk perilaku positif, menghargai waktu dan sesama, kesempatan, terutama menjalankan segala patuh menghormati dan perintah- tunduk Nya dan menjauhi segala larangan- Nya, tanpa merasa dipaksa atau dibebani, namun sebaliknya, bersikap tulus dan ikhlas didalam menjalankan segalanya. Jaminan keselamatan hidup ditegaskan oleh nabi dalam Hadis. Kesalehan sosial sebagaimana dikemukakan para ulama, merupakan tata aturan hidup yang diperuntukan bagi manusia dalam menjalani hidup agar sesuai dengan amanat Allah dan rasul- Nya, selaras dengan kodrat dan hakikat tugas manusia, yang senantiasa harus menjunjung tinggi nilai- nilai ketuhanan dan menghargai nilai- nilai kemanusiaan. Tata aturan hidup ini sesungguhnya merupakan kebutuhan hidup yang tidak dapat dihindarkan, tingkat kebutuhan hidup yang prinsipil dan mendasar. Keutuhan dan keserasian hidup akan dapat dibina manakala aktifitas hidupnya merujuk pada dasar etika dan moralitas yang berdasarkan pada konsep ketuhanan dan kemanusiaan. ‘16 3 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PEMBAHASAN KESALEHAN SOSIAL Persoalan interaksi sosial dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat di dalam al- Qur’an dan Hadis atau Sunnah. Sumber tersebut merupakan batasanbatasan dalam tindakan sehari- hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana seharusnya bertindak, sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan tersebut terpuji ataau tercela, benar atau salah. Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan dahulu, mengenai akhlak pribadi dalam Islam, dapat dikatakan bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau etika yang berdasarkan dan bersumber pada prinsip pokok ajaran Islam, yang bertolak dari akidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi- Nya yang kemudian disampaikan kepada seluruh umat manusia. Secara umum akhlak atau moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan, dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber- sumber sekuler. Akhlak Islam yang merupakan sistem tuntunan akhlak yang berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dan pokok ajaran Islam yang bermuara pada al- Qur’an dan Hadis. Akhlak Islami sebagai sebuah tatanan etika dan moralitas individu manusia, gambaran perilaku yang Allah tegaskan di dalam al- Qur’an serta dicontohkan Nabi dalam bentuk tindakan dan perbuatan, serta pesan- pesan dan ketetapan beliau di dalam menjalankan aktifitas kehidupan sehari- hari. Semuanya tergambar jelas dalam pesan dan tuntunan alQur’an dan Hadis. Memang tidak disanksikan lagi bahwa segala perbuatan dan tindakan manusia, apapun bentuknya, pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, yang sejalan dengan kodrat keinginan manusia. Manusia berdasarkan kodrat dan fitrahnya mempunyai dorongan kuat untuk berperilaku dan bersikap baik, sopan, bertanggungjawab dan sikap positif lainnya. Merupakan sunnatullah, jika manusia ingin selalu berbuat baik, menghargai orang lain dalam berinteraksi. Jiwa manusiawi tertanam kuat dalam diri manusia, yang akan selalu ‘16 4 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mendorong tiap- tiap individu manusia untuk berperan aktif dalam menata dan membina etika moralitas yang positif, hal ini sejalan dengan aturan pokok ajaran Islam. POLA DASAR PERILAKU DDALAM ISLAM (AKHLAK) Pola perilaku dalam Islam tidak bisa lepas dari dua sumber pokok, yakni akidah dan syari’ah, yang memberi batasan mengenai tata aturan hidup yang baik, etika dan sopan santun terhadap sesama, sikap dan rasa sayang terhadap binatang, tumbuhan serta makhluk lain di sekeliling. Sehubungan dengan hal itu, dapat dikatakan bahwa pola perilaku Islam berkisar pada: Tujuan hidup setiap muslim adalah menghambakan dirinya kepada Allah, agar mencapai ridho- Nya. Ridho Allah dapat diraih manakala dapat menjaga dan memelihara hubungan baik secara vertikal, yakni hubungan dengan Allah, maupun secara horisontal, yakni hubungan dengan sesama makhluk Allah. Keimanan serta keyakinan terhadap kebenaran wahyu Allah dan Sunnah rasul- Nya, membawa konsekuensi logis pada keutamaan nilai- nilai kecintaan dan kekaguman kepada Allah dan rasul- Nya, yang dapat mendorong manusia untuk selalu menghargai ni’mat hidup yang direalisasikan dalam bentuk perilaku positif, menghargai waktu dan kesempatan, menghormati sesama, terutama patuh dan tunduk menjalankan segala perintah- Nya dan menjauhi segala larangan- Nya, tanpa merasa dipaksa atau dibebani, namun sebaliknya, bersikap tulus dan ikhlas didalam menjalankan segalanya. Jaminan keselamatan hidup ditegaskan oleh nabi dalam sebuah Hadisnya: “Dari Anas bin Malik berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda:”Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, selama kamu berpegang kepada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat. Kedua perkara tersebut adalah: kitab Allah (al- Qur’an) dan sunnah rasul- Nya (Hadis).”” Keyakinan terhadap hari pembalasan mendorong manusia pada pola hidup dan sikap yang baik, mengikuti aturan- aturan yang termuat di dalam al- Qur’an dan sunnah, sesuai dengan firman Allah SWT: ‘16 5 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id “Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”. (Shaad[38]: ayat 46). Ajaran sikap dalam Islam meliputi segala aspek kehidupan manusia berdasarkan atas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan dan keburukan, yang tidak hanya menekankan pada pesan dan anjuran, namun lebih menekankan pada realisasi dan tindakan, sehingga dapat mencerminkan aspek akidak dan syari’ah secara kongkrit dan benar. Sikap dan perilaku Islami, sebagaimana dikemukakan para ulama, merupakan tata aturan hidup yang diperuntukan bagi manusia dalam menjalani hidup agar sesuai dengan amanat Allah dan rasul- Nya, selaras dengan kodrat dan hakikat tugas manusia, yang senantiasa harus menjunjung tinggi nilai- nilai ketuhanan dan menghargai nilai- nilai kemanusiaan. Tata aturan hidup ini sesungguhnya merupakan kebutuhan hidup yang tidak dapat dihindarkan, tingkat kebutuhan hidup yang prinsipil dan mendasar. Keutuhan dan keserasian hidup akan dapat dibina manakala aktifitas hidupnya merujuk pada dasar etika dan moralitas yang berdasarkan pada konsep ketuhanan dan kemanusiaan. Nilai- nilai ketuhanan di sini maksudnya adalah, bahwa dalam menjalani hidup, manusia sangat bergantung kepada Tuhan, segalanya bermuara kepada kekuasaan Tuhan, bagaimana tidak, badan sehat, mempunyai akal sehat dan segala yang dirasakan pada diri manusia hakikatnya merupakan pemberian Tuhan, yang kita sebagai manusia sangat bergantung kepada- Nya. Ini berarti bahwa tujuan hidup manusia pada dasarnya adalah mencapai ridho Allah. Hal tersebut dapat diraih apabila manusia tunduk dan patuh pada apa yang mejadi perintah- Nya. Kepatuhan dan ketaatan manusia merupakan keharusan yang mutlak, tidak dapat ditawar atau ditolelir. Realisasinya adalah, selalu mengikuti aturan- aturan hidup yang telah diamanatkan di dalam al- Qur’an maupun Hadis, mengikuti alur aturan hidup yang benar menurut pandangan Syari’. Sehingga tidak menjalani hidup secara asal- asalan, tanpa memperdulikan dan memperhatikan antara hak dan kewajiban, mana yang menjadi hak individu dan mana yang menjadi hak bersama, tidak menghargai hak dan kehormatan hidup orang lain, selalu ingin menang sendiri. ‘16 6 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hal semacam itu, akan mengarahkan manusia pada pola hidup yang egois, tidak menghargai hak dan privasi orang lain, yang sesungguhnya menjadi tanggungjawab setiap individu muslim. Sikap semacam itu dapat menghambat terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera, karena akan menimbulkan banyak perselisihan diantara umat manusia. Sikap yang membentuk seorang manusia menjadi serakah dan tamak, sehingga tidak mau perduli dengan hak dan privasi orang lain, lebih mengutamakan kepentingannya meski ada pihak lain yang dirugikan. Hal semacam ini, banyak dirasakan sekarang, ddimana orang- orang kaya dan penguasa, pada umumnya selalu bersikap serakah dan tamak, selalu ingin mewujudkan impiannya, meski tidak jarang banyak melukai perasaan banyak orang. Ini sebuah bukti, bahwasanya dalam menjalani hidup harus sejalan dengan konsep ajaran Islam, agar selamat dunia dan akhirat, namun sebaliknya, apabila tidak mau berpegang kepada ajaran Islam, maka sudah tentu hidupnya akan sengsara duniaakhirat. Sikap dan perilaku Islami mengacu pada toleransi keragaman budaya dan suku bangsa, menghargai dan menghormati keragaman ras dan bahasa, mengedepankan sikap bijaksana dalam menghargai kepentingan hidup berbangsa, demi tercipta rasa persaudaraan diantara sesama. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al- Hujurat[49]: ayat 13) Manusia memiliki kapasitas kemampuan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi kesadaran akan yang baik dan benar berdasarkan ‘16 7 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id naluriahnya. Kecenderungan menusia menyukai hal- hal yang positif merupakan karunia yang selayaknya dimanfaatkan dengan baik, mengedepankan kesadaran untuk mengikuti ajakan malaikat daripada memperdulikan bisikan syetan. Dengan disertai kemampuan akal dalam mencerna dan memahami berbagai fenomena hidup, kekuatan dalam menghayati setiap problematika hidup, memberi celah bagi manusia untuk bisa hidup selaras dengan tuntunan al- Qur’an dan Sunnah. Ini satu bukti nyata bahwa manusia mempunyai kemampuan menilai arti hidup yang sesungguhnya, mampu memahami hakikat keragaman suku bangsa dan budaya, mempunyai kemampuan berfikir dan memahami antara hak dan kewajiban setiap individu. Inilah salah satu faktor penting yang menjadi tolok ukur akhlak dan etika dalam Islam. INTERAKSI DALAM ISLAM Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup menyendiri, terlepas dari interaksi dengan sesamanya. Manusia akan selalu ketergantungan satu sama lain, saling melengkapi antar sesamanya. Ini merupakan kodrat kemanusiaan yang merupakan fitrah yang Allah karuniakan kepadanya. Untuk itu, sikap seorang muslim harus selalu saling memahami dan menghargai hak- hak masing- masing. Sikap dan perilaku Islami mengajarkan umat Islam untuk bersikap tanggung jawab dan saling menyayangi, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, dan lingkungan sekitar. Tanggung jawab tersebut meliputi tanggung jawab ibadah dan mu’amalat, dalam arti melaksanakan tugas beribadah kepada Allah disertai tugas dan tanggung jawab menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat. Tanggung jawab ibadah direalisasikan dengan melaksanakan segala macam aktifitas ibadah (ritual) seperti sholat, zakat dan lainnya disertai kecakapan etika didalam menunaikannya. Melaksanakan sholat tidak hanya sekedar memenuhi hal-hal yang sifatnya rukun dan syarat seperti menutup aurat, ruku’ dan sujud. Lebih dari itu pelaksanaan sholat harus dilakukanu dengan kesopanan dan etika yang baik, berpakaian sopan, melakukan gerakan dengan penuh kerendahan hati dan sebagainya. Ini merupakan implementasi akhlak individu dalam kaitannya dengan ibadah. Kecakapan etika dalam beribadah ini, efeknya akan dirasakan dalam aktifitas hidup bermasyarakat, ‘16 8 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hakikatnya kepribadian individu merupakan tolok ukur etika dan moralitas bermasyarakat. Tanggung jawab mu’amalat (sosial), adalah tugas individu setiap muslim dalam menjaga perilaku dan tata kesopanan hidup bermasyarakat. Perilaku yang baik adalah tugas yang telah Allah amanatkan di dalam al- Qur’an dan nabi contohkan melalui pesan Hadisnya. Gambaran tentang akhlak baik tampak dalam berbagai kisah nabi terdahulu sebagaimana terungkap jelas di dalam al- Qur’an antara lain kisah mengenai perjalanan hidup nabi Yusuf a.s. firman Allah: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(Yusuf[12]: ayat 111) Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari setiap individu manusia, sebagai cerminan dari sikap keimanan dan ketakwaan seorang muslim terhadap Allah SWT. Akhlak sebagai manifestasi dari kualitas keimanan seorang hamba,sebagai wujud kongkrit atas keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Akhlak seorang muslim harus mengacu pada pola etika yang bersumber pada pokok ajaran Islam, yang bermuara pada al- Qur’an dan Hadis, sebagaimana dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, yang memberikan contoh (suri tauladan) secara jelas dan nyata, diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, sehingga jelas, mana perilaku yang benar, yang seharusnya dilakukan seorang muslim, dan mana perilaku yang dinilai tidak baik menurut pandangan Islam. Dalam sebuah ayat Allah menyatakan: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) ‘16 9 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(al- Ahzab[33]: ayat 21) Ayat tersebut memberi satu penjelasan bahwasanya, akhlak seorang muslim harus berdasarkan pada standarisasi akhlak nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya. Dalam sebuah Hadis Siti ‘Aisyah menegaskan bahwa akhlak Rasul itu semuanya bersumber pada al- Qur’an, sehingga patut dijadikan kiblat oleh setiap muslim. Pola dan perilaku Islami bersifat mengarahkan, membimbing, dan membangun peradaban manusia. Dalam Islam memelihara akhlak terpuji adalah satu kewajiban dan keharusan, perintah yang dibebankan kepada setiap muslim, guna mencapai kebahagiaan yang hakiki, yakni: 1. Islam menjamin kebajikan yang mutlak, yang memuat nilai- nilai etika yang luhur. Ia menjamin kebajikan yang murni, baik untuk perorangan maupun masyarakat pada setiap keadaan. 2. Sikap dan perilaku Islami menjamin kebajikan untuk seluruh umat manusia, tanpa membedakannya berdasarkan suku, ras, atau yang lainnya, tidak terikat oleh ruang dan waktu, semuanya selaras dengan hakikat dan martabat manusia. 3. Kebaikan dari sikap dan perilaku Islami bersifat kekal dan abadi, tidak termakan oleh waktu. 4. Sikap dan perilaku Islami dapat menjadi kontrol sosial, mengarahkan manusia pada pola hidup yang bermartabat. Sistem interaksi sosial Islam mengacu pada konsep dasar yang ditegaskan nabi Muhammad SAW: “Tidak termasuk dalam golongan aku, seseorang yang tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya, dan tidak menghargai dan menghormati orang yang lebih tua darinya”. Pernyataan ini merupakan penegasan konsep dasar etika Islam yang menekankan sikap saling menghargai antara satu dengan yang lainnya, menata sistem hubungaan antara yang tua dengan yang muda, agar satu sama lain bisa hidup berdampingan, tidak saling egois dan bertolak belakang. Orang yang usianya lebih tua dan lebih dewasa harus bersikap menyayangi dan mengayomi yang lebih muda, memberi pengarahan dan tuntunan, membagi pengalaman hidup serta memotifasinya pada hakikat dan tujuan hidup yang hakiki, yakni melaksanakan segala perintah Allah serta menjauhi segala ‘16 10 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id larangan- Nya. Sementara itu, orang yang lebih muda harus bisa menghargai dan menghormati orang yang lebih tua darinya, bersikap sopan, tidak melawan jika diingatkan, dan menyimak segala nasehatnya. Hubungan ini tidak akan terjalin dengan baik apabila masing- masing pihak terlalu mengedepankan sikap merasa paling benar, sikap egois yang nantinya akan saling menyalahkan. Problem hidup yang ada saat ini umumnya tidak demikian, yang muda bersikap “sok tahu”, seolah mengetahui segalanya, tidak mau diingatkan dan dinasehati, tidak perduli dengan kekhawatiran orang tua, bertindak sesuka hati tanpa menghiraukan etika dan nilai tata kesopanan. Sedangkan yang tua merasa dirinya paling benar karena telah banyak pengalaman, tidak mau jika diingatkan manakala berbuat salah, bersikap ceroboh tanpa mau kompromi dan musyawarah. Hal ini merupakan fenomena hidup yang banyak terjadi di masa sekarang, sehingga hubungan interaksi antara yang tua dengan yang muda tidak terjalin dengan baik, tidak harmonis dan berseberangan. Etika Islam sangat menjunjung tinggi nilai- nilai keharmonisan hidup, keselarasan etika, serta toleransi dalam keragaman. Merupakan dasar acuan hidup yang komprehensif dan mutlak dijadikan sebagai pedoman. Landasn ini berkisar pada tata aturan etika dan moralitas individu muslim di tengah kehidupan bermasyarakat, merupakan realisasi dan perwujudan nilai- nilai kehidupan yang qur’ani. Islam mengharuskan umatnya untuk selalu berbuat kebajikan dan memperbanyak amal saleh. Berbuat baik dalam arti tidak hanya kepada Allah sebagai Pencipat dan berbuat baik kepada sesama manusia, lebih dari itu manusia berkewajiban pula untuk menjaga perilaku baik kepada makhluk lainnya (tumbuhtumbuhan dan binatang). Manusia yang baik, harus mampu menjaga habitat dan lingkungan sekitar, menjaga keseimbangan alam, melindungi populasi binatang, terutama binatang langka yang wajib dilindungi, sehingga keseimbangan dan keserasian hidup dapat dirasakan di setiap sektor. Karena pada dasarnya, segala sesuatu yang Allah ciptakan di muka bumi ini, hakikatnya merupakan fasilitas hidup bagi manusia, yang harus dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya. Pemanfaatan yang baik daan benar, yang sejalan dengan aturan Allah dapat menciptakan keharmonisan dan keserasian hidup. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: ‘16 11 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Luqman[31]: ayat 20). Allah melarang keras sikap merusak lingkungan dan alam sekitar, melarang tindakan yang dapat menghancurkan alam, tanpa mau perduli dengan kelestarian lingkungan, dan keutuhan alam. Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini bebas dimanfaatkan oleh manusia asal tidak melebihi batas- kewajaran yang diberikan Allah, tidak merusak dan tidak memusnahkan, karena Allah sangat membenci orang- orang yang bersikap berlebihan dan merusak. Dalam firman- Nya Allah menegaskan: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (al- A’raf[7]: ayat 31) Dalam ayat lain: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. ‘16 12 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (alQashash[28]: ayat 77). Melihat dari itu semua, jelas sekali bahwa sesunggunya Islam sangat memperhatikan aspek kehidupan masyarakat, pola interaksi yang baik dan saing menguntungkan. Mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu bersikap toleran dan menghargai serta menjunjung tinggi nilai- nilai kemanusiaan. Karena pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah mencapai ridho Allah, meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Hal itu dapat diraih dengan cara menunaikan segala perintah- Nya dan meninggalkan segala larangan- Nya, menjaga perilaku baik kepada Allah serta peril aku kepada sesama makhluk, sikap saling menghargai dan menyayangi, dan sikap individu lainnya yang diperintahkan sekaligus telah dicontohkan nabi Muhammad SAW. ‘16 13 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983 Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995 M. Quraish shihab, Wawasan al- Qur’an; tafsir maudhu’i atas pelbagai persoalan umat, Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-3 Murtadha Muthahhari, Fitrah; menyingkap hakikat, potensi, dan jati diri manusia, penerjemah: Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 2008, cet. Ke-1 Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007 ‘16 14 Pendidikan Agama Islam Ahmad Miftah Pauzi, S.H.I., M.A. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id