UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley Indah Permatasari1, Moerfiah2 dan Ike Yulia Wiendarlina3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor. 2) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor. 1,3) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas dan mengetahui dosis yang paling efektif ekstrak etanol daun sidaguri terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang telah diinduksi aloksan. Hewan uji yang digunakan sejumlah 20 ekor tikus putih jantan yang di bagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok dosis I diberi ekstrak etanol daun sidaguri peroral dengan dosis 70 mg/200 g BB, kelompok dosis II 35 mg/200 g BB, kelompok dosis III 140 mg/200 g BB, kelompok kontrol positif diberi Metformin dosis 12,6 mg/200 g BB dan kelompok kontrol negatif diberi larutan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) 0,5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun sidaguri efektif menurunkan kadar gula darah pada tikus. Dosis III dengan dosis 140 mg/200 g BB mempunyai efektivitas paling baik terhadap penurunan kadar gula darah selama pengobatan 14 hari. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Antidiabetes, Daun Sidaguri ABSTRACT The research was aimed to effectivenees test and determine the most effective dose of ethanol extract sidaguri leaves decrease blood glucose level on white male rats of Sprague Dawley strain induced Alloxan. Research was conducted in 20 rats male that were divided into 5 group. Each treatment group consisted of 4 rats. Group I with a dose 70 mg/200 g BW, Group II with a dose 70 mg/200 g BW, group III with a dose 140 mg/200 g BW, Positive control was given Metformin orally with a dose 12,6 mg/200 g BW and negative control with Carboxy Methyl Cellulose 0,5 %. The result showed that ethanol extract sidaguri leaves could used as antidiabetic. The most effectivitnees dose to decrease blood glucose level is 140 mg/200 g BW ethanol extract sidaguri leaves for 14 days. Keyword: Diabetes Mellitus, Antidiabetic, Sidaguri Leaves digunakan untuk mengobati penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemi) dan adanya glukosa dalam urin (glukosuria). Penyebab Diabetes Mellitus adalah kegagalan pankreas menghasilkan insulin, dalam jangka panjang penyakit ini mengakibatkan risiko gangguan lebih lanjut pada retina dan ginjal, kerusakan saraf perifer dan mendorong terjadinya penyakit aterosklerosis pada jantung, kaki dan otak. Seseorang dikatakan menderita Diabetes Mellitus secara klinis apabila terdapat gejala banyak makan, banyak minum, sering kencing dan berat badan turun, serta didapatkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darahnya saat tidak puasa ≥ 200 mg/dL, kadar gula darah saat puasa ≥126 mg/dL (Soeryoko, 2011). Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk pengobatan Diabetes Mellitus salah satunya adalah tanaman sidaguri, banyak terdapat di pulau Jawa, tetapi belum banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal antidiabetes. Komponen kimia dari tanaman ini yang telah PENDAHULUAN Penyakit degeneratif semakin meningkat dengan pesat, sehingga menambah banyak metode pengobatan yang ditawarkan kepada masyarakat. Metode pengobatan modern yang ada sekarang ini cenderung menimbulkan efek samping yang berbahaya, karena bahan obatnya yang berasal dari bahan kimia sintetik, serta dapat menimbulkan efek resistensi terhadap tubuh jika pemakaian tidak teratur, sehingga penggunaannya tidak efektif. Akhir-akhir ini sebagian besar masyarakat lebih memilih metode pengobatan tradisional, yang dikenal juga dengan istilah “Back to Nature” untuk mengobati berbagai penyakit. Pengobatan dengan menggunakan tanaman obat telah ada dan dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu, banyak tanaman obat yang sudah dilaporkan mempunyai efek terapi untuk beberapa penyakit. Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan obat alami ini kebanyakan hanya bersifat empiris dan belum diuji secara ilmiah, oleh sebab itu perlu penelitian tentang obat tradisional, untuk mengetahui keseluruhan efek khasiat yang terkandung dalam tanaman obat tersebut, terutama untuk tanaman atau bagian tanaman yang 1 dilaporkan adalah flavonoid, quinon, tanin, alkaloid, saponin, terpenoid dan steroid (Annisaa, 2008), kandungan-kandungan tersebut diduga berpotensi menurunkan kadar gula darah. Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak daun sidaguri memiliki aktivitas hipourisemia pada mencit jantan (Yettrie dkk, 2012). Beberapa penelitian lain juga melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sidaguri menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga dapat menurunkan kadar asam urat (Siti, 2012) dan menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia (Agasta dan Sri, 2012). Penelitian khasiat daun sidaguri sebagai obat asam urat sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, sementara khasiatnya sebagai penurun gula darah belum banyak diteliti hanya dilakukan secara empiris oleh masyarakat. Daun sidaguri diharapkan dapat menjadi obat alternatif untuk menurunkan kadar gula darah. Analisis Karakteristik Serbuk Simplisia dan Ekstrak Kental a. Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air serbuk simplisia dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance, yaitu dengan cara menyalakan tombol on/off terlebih dahulu, kemudian pinggan diletakan di tengah dan penahan punch diatasnya, atur program akurasi dan temperatur sesuai dengan simplisia yang akan diuji lalu ditara. Ditimbang simplisia sebanyak 5 gram (akurasi sedang), disimpan di atas punch dengan jumlah serbuk yang telah disesuaikan, diratakan sampai menutupi permukaan punch lalu ditutup, setelah proses selesei persen kadar air dari simplisia akan tertera secara otomatis pada moisture balance. Penetapan kadar air ekstrak kental dilakukan menggunakan metode gravimetri, dengan cara ditimbang ekstrak kental sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan kedalam cawan porselen yang sebelumnya telah ditara terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105ºC selama 24 jam. b. Penetapan Kadar Abu Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara menimbang masing-masing sampel serbuk simplisia dan ekstrak kental sebanyak 2-3 gram, lalu dimasukkan ke dalam krus kosong yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditara, kemudian dimasukkan ke dalam tanur sampai menjadi abu, setelah itu ditunggu sampai dingin di dalam alat desikator, lalu ditimbang hingga beratnya konstan (DepKes, 1995). Analisis Fitokimia Uji Alkaloid Sebanyak 500 mg serbuk simplisia dan ekstrak kental masing-masing ditimbang, kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit lalu didinginkan dan disaring, selanjutnya filtrat digunakan sebagai larutan percobaan yang akan digunakan dalam pengujian berikut : a. Filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes Bouchardat LP. Hasil positif ditujukan dengan adanya endapan coklat sampai hitam. b. Filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes Mayer LP. Hasil positif ditujukan dengan adanya endapan putih atau kuning yang larut dalam methanol P. c. Filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes Dragendorff LP. Hasil positif ditujukan dengan adanya endapan jingga coklat (DepKes, 1995). Uji Flavonoid Sebanyak 500 mg serbuk simplisia dan ekstrak kental masing-masing ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 5 ml etanol 95 %, diambil 2 ml larutan dan ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium, kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat, METODE PENELITIAN Pengumpulan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun segar sidaguri, yang didapat dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Cimanggu, Bogor. Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Sidaguri Daun segar sidaguri sebanyak 8 kg dicuci dengan air mengalir sampai bersih, setelah itu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40-60° C selama 1 hari. Daun yang telah kering berwarna hijau kecoklatan dan mudah rapuh, lalu dihaluskan menggunakan grinder sehingga menjadi serbuk. Serbuk diayak dengan pengayak mesh 30, selanjutnya serbuk ditimbang dan ditempatkan pada wadah tertutup rapat. Rendemen serbuk simplisia total dihitung dengan membagi berat serbuk simplisia yang dihasilkan dengan berat awal daun segar. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sidaguri Sebanyak 2000 g serbuk daun sidaguri dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 20 L. Maserasi dilakukan 4x dengan masing-masing 500 g serbuk daun sidaguri dan 5 L etanol 70 %, kemudian dimaserasi selama 3x24 jam dalam botol kaca coklat. Botol diaduk setiap 6 jam sekali selama 15 menit, setelah direndam 24 jam, kemudian disaring dengan kain batis. Filtrat disimpan dalam botol kaca coklat yang lain, sedangkan residunya dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 70 %, setelah selesai dimaserasi disaring dengan kain batis. Residu ditambahkan kembali dengan sisa pelarut, lalu disaring kembali dengan kain batis. Filtrat digabungkan, lalu dienaptuangkan. Ekstrak lalu diuapkan pelarutnya menggunakan vacuum dry agar diperoleh ekstrak kental. Rendemen ekstrak total dihitung dengan membagi berat ekstrak kental yang dihasilkan dengan berat serbuk. 2 dikocok perlahan. Warna merah jingga hingga merah ungu yang terbentuk menunjukkan positif adanya flavonoid (DepKes, 1995). Uji Saponin Sebanyak 500 mg serbuk simplisia dan ekstrak kental masing-masing ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (DepKes, 1995). Uji Tanin Sebanyak 200 mg serbuk simplisia dan ekstrak kental masing-masing ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 5 ml air panas dan diaduk, setelah dingin disentrifugasi dan bagian cair didekantisir, diberi larutan NaCl 10 % kemudian saring. 1 ml ditambahkan 3 ml larutan gelatin 10 %, diperhatikan adanya endapan. Sebanyak 1 gram serbuk simplisia dan ekstrak kental masing-masing ditimbang, kemudian ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 5 menit, disaring 10 ml filtrat ditambahkan FeCl3 1 %, jika terbentuk warna hitam kehijauan atau biru menunjukkan adanya tanin (Fransworth, 1966). Pemeliharaan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley berumur 3-4 bulan dengan bobot sekitar 200-250 g. Sebanyak 20 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Selama penelitian semua kelompok tikus diberi pakan pellet BR-21E dan minum secara ad libitum. Pengukuran Kadar Gula Darah Pengujian antidiabetes dilakukan pada tikus dengan cara mengukur kadar gula darah menggunakan alat Easy Touch®, dengan mengambil darah tikus dari ekornya. Darah diteteskan pada strips yang selanjutnya dipasang pada alat Easy Touch® untuk dilihat kadar glukosa darahnya. Pengamatan kadar glukosa darah dilakukan setelah aklimatisasi selama 7 hari, pada hari ke 0 pengukuran kadar gula darah normal sebelum induksi, hari ke-3 pengukuran kadar gula darah setelah induksi, hari ke-7 dan hari ke-14 setelah pemberian perlakuan. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam mg/dL. Analisis Data Data-data yang diperoleh dianalisa dengan analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan menggunakan program SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Determinasi Tanaman Hasil determinasi yang dilaksanakan di Herbarium Bogoriense, LIPI-Bogor, dinyatakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sidaguri yang termasuk ke dalam keluarga Malvaceae, genus Sida dan jenis Sida rhombifolia L. Hasil Pembuatan Serbuk Daun Sidaguri Serbuk daun sidaguri dibuat dengan menggunakan daun segar sidaguri yang telah dicuci bersih dengan air mengalir, hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau bahan organik asing yang terdapat dalam tanaman seperti tanah, debu, batu dan lain-lain. Proses pembuatan serbuk simplisia dilanjutkan dengan pengeringan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada simplisia (DepKes, 1985), tahap terakhir pembuatan serbuk simplisia yaitu penghalusan, dalam pembuatan serbuk simplisia derajat halus mempengaruhi pada saat proses ekstraksi. Menurut Heinrich (2009) partikel besar akan sulit diekstraksi, sedangkan partikel kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga dapat diekstraksi secara lebih efisien. Serbuk simplisia disimpan pada wadah yang tertutup rapat yang dilengkapi dengan silika gel sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hasil serbuk simplisia yang diperoleh yaitu sebanyak 2,170 kg.. Rendemen serbuk simplisia daun sidaguri diperoleh sebesar 27,12 %. Pengujian Ekstrak Etanol Daun Sidaguri Induksi Aloksan Tikus diinduksi Aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB. Volume dosis yang telah dihitung diinduksi secara intraperitoneal (i.p), setelah 3 hari pemberian Aloksan, kadar gula darah tikus diperiksa. Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sidaguri Tabel 1. Uji Pemberian Perlakuan Kelompok Perlakuan Dosis I Ekstrak etanol daun I sidaguri 70 mg/200 g BB Dosis II Ekstrak etanol daun II sidaguri 35 mg/200 g BB Dosis III Ekstrak etanol daun III sidaguri 140 mg/200 g BB Kontrol positif yang diberi IV Metformin 12,6 mg/200 g BB Kontrol negatif yang diberi V larutan CMC 0,5 % Ekstrak etanol daun sidaguri dilarutkan dalam larutan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) 0,5 %. Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sidaguri Ekstrak etanol daun sidaguri dibuat dengan cara maserasi yang merupakan penyarian sederhana, keuntungan utama cara ini yaitu metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak 3 dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai (Heinrich, 2009). Penggunaan pelarut etanol pada proses maserasi diharapkan mampu menarik zat-zat yang terdapat dalam daun sidaguri yang berpotensi menurunkan kadar gula darah. Menurut Harborne (1987) senyawa flavonoid tanpa gula terikat (aglikon) cenderung lebih mudah larut dalam pelarut semi polar sampai non polar seperti etanol. Filtrat digabungkan, lalu dienaptuangkan dengan tujuan memisahkan endapan yang terdapat dalam filtrat. Ekstrak cair dipekatkan menggunakan vacuum dry agar diperoleh ekstrak kental. Ekstrak etanol daun sidaguri yang diperoleh sebanyak 483,3 g. Besarnya rendemen ekstrak menunjukkan banyaknya jumlah komponen senyawa aktif yang terekstrak selama proses ekstraksi. Rendemen yang diperoleh dari ekstrak etanol daun sidaguri adalah 24,17 %, hasil tersebut memenuhi syarat rendemen ekstrak etanol daun sidaguri yang terdapat dalam literatur yaitu tidak kurang dari 14,3 % (KemenKes RI, 2011). b. Hasil Penetapan Kadar Abu Prisnsip penetapan kadar abu yaitu bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdekstruksi kemudian menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Penentuan kadar abu berguna untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (DepKes, 2000). Penetapan kadar abu dilakukan duplo, hasil rata-rata penetapan kadar abu serbuk simplisia daun sidaguri yaitu 5,08 %, hasil tersebut memenuhi syarat karena syarat kadar abu serbuk simplisia daun sidaguri kurang dari 8 % (DepKes RI, 1995). Hasil rata-rata penetapan kadar abu ekstrak etanol daun sidaguri yaitu 3,31 %, hasil tersebut memenuhi syarat kadar abu ekstrak etanol sidaguri yaitu tidak boleh lebih dari 5,9 % (KemenKes RI, 2011). Hasil Analisis Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tanaman. Dalam penelitian ini uji fitokimia dilakukan pada serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun sidaguri. Senyawa-senyawa yang diuji meliputi alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil Analisis fitokimia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Fitokimia Hasil Analisis Golongan Hasil Senyawa Serbuk Ekstrak Alkaloid -Bouchardat Endapan + + LP coklat -Mayer LP Endapan + + putih -Dragendorff Endapan + + LP jingga Flavonoid Warna + + jingga Saponin Timbul + + buih Tanin -Larutan Endapan + + gelatin putih -Larutan Warna + + FeCl3 hitam kehijauan Alkaloid merupakan golongan terbesar dari senyawa hasil metabolit sekunder pada tanaman. Pada analisis fitokimia golongan alkaloid digunakan tiga pereaksi yaitu Bouchardat LP, Mayer LP dan Dragendorff LP. Hasil uji alkaloid pada penambahan Bouchardat LP menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan coklat. Pada penambahan Mayer LP menghasilkan reaksi positif yaitu terbentuk endapan putih kalium-alkaloid. Hasil uji alkaloid dengan penambahan Dragendorff LP menunjukkan reaksi positif yang ditandai dengan adanya endapan Hasil Analisis Karakteristik Serbuk dan Ekstrak Kental Senyawa kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia, yaitu komposisi zat berkhasiat termasuk jenis dan kadar masing-masing, berkaitan dengan hal tersebut maka penetapan karakterisasi suatu simplisia perlu dilakukan guna menjamin mutunya (DepKes, 1989). Tabel 2. Hasil Analisis Karakteristik Serbuk dan Ekstrak Kental Kadar Air Kadar Abu Ulangan Serbuk Ekstrak Serbuk Ekstrak 1 3,52 % 8,08 % 5,05 % 3,27 % 2 3,50 % 8,55 % 5,12 % 3,36 % Rata2 3,51 % 8,31 % 5,08 % 3,31 % a. Hasil Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat, penentuan kadar air berguna untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air didalam bahan (DepKes, 2000). Penetapan kadar air dilakukan duplo, hasil rata-rata penetapan kadar air serbuk simplisia daun sidaguri yaitu 3,51 %, hasil tersebut memenuhi syarat karena apabila tidak dinyatakan lain, kadar air simplisia tidak boleh lebih dari 10 % (DepKes, 1995). Hasil rata-rata penetapan kadar air ekstrak etanol daun sidaguri yaitu 8,31 %, hasil tersebut memenuhi syarat karena syarat kadar air ekstrak etanol daun sidaguri yaitu tidak lebih dari 17,5 % (KemenKes RI, 2011). 4 jingga, hal ini disebabkan karena kandungan yang terdapat dalam Dragendorff LP yaitu bismuth nitrat yang ditambahkan dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis. (Harborne, 1987). Pada pengujian flavonoid menunjukkan hasil positif terbentuk warna jingga, hal ini terjadi karena reduksi flavonoid dengan Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga. Pada pengujian saponin menunjukkan hasil positif dimana terdapat buih setelah pengocokan. Pengujian tanin hasil positif ditandai dengan adanya endapan putih bila ditambahkan dengan gelatin dan warna hijau kehitaman bila ditambahkan FeCl3, hal ini membuktikan bahwa sampel mengandung senyawa tanin karena tanin merupakan senyawa polifenol. Struktur aloksan yang mirip dengan glukosa menyebabkan aloksan memasuki sel tersebut dengan cara yang sama seperti glukosa memasuki sel-β pankreas. Rata-rata kadar gula darah tikus sebelum diinduksi aloksan adalah 113,05±9,73, setelah dilakukan induksi kadar gula darah tikus meningkat menjadi 331,35±10,94. Hasil Perlakuan Ekstrak terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Perlakuan dilakukan terhadap tikus hiperglikemik dengan kadar gula darah ≥200 mg/dL setelah diinduksi. Kelompok perlakuan tikus terdiri atas: Ekstrak etanol daun sidaguri dosis I (dosis awal) yaitu 70 mg/200 g BB, Ekstrak etanol daun sidaguri dosis II (½ dosis awal) yaitu 35 mg/200 g BB, Ekstrak etanol daun sidaguri dosis III (2x dosis awal) yaitu 140 mg/200 g BB, Kontrol positif dengan Metformin 12,6 mg/200 g BB dan Kontrol negatif dengan Larutan CMC 0,5 %. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral setiap hari selama 14 hari dan kadar gula darah diukur pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Easy Touch®, parameter yang diukur adalah kadar gula darah tikus setelah pemberian ekstrak etanol daun sidaguri. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Peningkatan Kadar Gula Darah Tikus Setelah Induksi Aloksan Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) galur Sprague Dawley umur 3-4 bulan, dengan berat badan 200250 g. Tikus diinduksi aloksan secara intraperitoneal dengan dosis yang diberikan 150 mg/kg BB. Pengecekan kadar gula darah dilakukan sebelum induksi untuk mengetahui kadar gula darah normal, keadaan tikus hiperglikemik dicapai pada hari ke-3 setelah diinduksi. Keadaan fisiologis tikus yang berbeda mempengaruhi kenaikan kadar gula darah, sehingga kadar gula darah setiap tikus tidak sama rata namun tetap dalam keadaan hiperglikemia. Grafik rata-rata peningkatan kadar gula darah setelah induksi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 1. Grafik Rata-rata Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Sebelum dan Setelah Induksi dengan Aloksan Gambar 2. Histogram Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Selama Perlakuan Tabel 4. Persentase Rata-rata Peningkatan Kadar Gula Darah Setelah Induksi (%) Berdasarkan Histogram rata-rata pada Gambar 2, menunjukkan waktu pemberian ekstrak berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus. Pengukuran kadar gula darah tikus pada hari ke-7 sudah menunjukan adanya penurunan pada setiap kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol positif Metformin mulai menunjukkan penurunan kadar gula darah yang signifikan pada hari ke-7. Menurut Soeryoko (2011) kadar gula darah normal yaitu ≤150 mg/dL, pada hari ke-14 kadar gula darah tikus yang diberi Metformin mencapai kadar gula darah normal, hal ini Kelompok Hari Hari Persentase Perlakuan ke-0 ke-3 Peningkatan Dosis 1 129,75 335,25 158,38 Dosis 2 113,25 316,5 179,47 Dosis 3 107,75 342,25 217,63 Kontrol + 108,75 339,25 211,95 Kontrol 105,75 323,5 205,91 Rata-rata 113,05 331,35 193,10 Aloksan memiliki sifat sebagai diabetonik karena aloksan merupakan molekul radikal bebas yang merusak sel-sel β-pankreas secara selektif. 5 disebabkan oleh mekanisme kerja Metformin yaitu perlambatan absorpsi glukosa dari saluran cerna dengan meningkatkan ambilan glukosa sehingga kadar gula darah menurun (Katzung, 2010), sedangkan pada kelompok kontrol negatif memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap penurunan kadar gula darah tikus karena hanya diberikan Larutan CMC 0,5 %. Penurunan kadar gula darah yang terjadi pada kontrol negatif disebabkan oleh faktor fisiologis dari masingmasing tikus yang baik. Pada perlakuan ekstrak etanol daun sidaguri dosis 1, dosis 2 dan dosis 3 mengalami penurunan kadar gula darah pada hari ke-7, tetapi kadar gula darah setiap perlakuan dosis masih tergolong tinggi. Pada pengukuran gula darah yang lebih signifikan terjadi pada hari ke-14, namun kadar gula darah tikus dengan perlakuan ekstrak secara signifikan masih lebih besar dari kontrol positif. Penurunan kadar gula darah yang terjadi pada pemberian ekstrak etanol daun sidaguri disebabkan oleh kandungan-kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Kandungan-kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol daun sidaguri yang diduga berpotensi menurunkan kadar gula darah adalah alkaloid, flavonoid dan saponin. Flavonoid mempunyai sifat sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas. Daun sidaguri mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,72 % yang dihitung sebagai kuarsetin (KemenKes RI 2011). Alkaloid dapat menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat absorbsi glukosa di usus. Saponin bekerja dengan cara menurunkan absorbsi glukosa di usus, menghambat transporter glukosa dan meningkatkan pemanfaatan glukosa di jaringan perifer dan penyimpanan glikogen (Whorter, 2001). Tabel 5. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Selama Perlakuan Hari Hari Hari Perlakuan Rata2 ke-0 ke-7 ke-14 Dosis 1 335,25 228,25 161,25 241,58b Dosis 2 316,5 246,25 185,75 249,50b Dosis 3 342,25 209,25 153,75 235,08b Kontrol + 339,25 155,5 94,75 196,50c Kontrol 323,5 320 317,75 320,42a a b Rata-rata 331,35 231,85 182,65c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf superskrip yang berbeda ke arah kolom ataupun baris menunjukkan berbeda sangat nyata. (P<0,01). Hasil uji lanjut Duncan dilihat dari pemberian dosis yaitu menunjukkan bahwa perlakuan kontrol positif (+) dengan kontrol negatif (-) berbeda sangat nyata. Pemberian dosis 1, dosis 2, dosis 3 tidak berbeda sangat nyata, tetapi bila dibandingkan dengan kontrol positif (+) dan kontrol negatif (-) hasilnya berbeda sangat nyata. Berdasarkan hasil uji Duncan dilihat dari lamanya waktu pemberian, dinyatakan bahwa lama perlakuan pada hari ke-0, hari ke-7 dan hari ke-14 berbeda sangat nyata terhadap penurunan kadar gula darah tikus. Penurunan persentase kadar gula darah setelah perlakuan dilihat dari hari ke-7 sampai hari ke-14, data dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Rata-rata Penurunan Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sidaguri (Perlakuan) Persentase Penurunan (%) Kelompok Perlakuan Hari ke-7 Hari ke-14 Dosis 1 -31,92 -51,90 Dosis 2 -22,20 -41,31 Dosis 3 -38,86 -55,08 Kontrol + -54,16 -72,07 Kontrol -1,08 -1,78 Keterangan : (-) penurunan Penurunan kadar gula darah tikus pada pengukuran hari ke-7 dan hari ke-14, dapat dilihat pada dosis 1 (70 mg/200g BB), dosis 2 (35 mg/200g BB) dan dosis 3 (140 mg/200g BB) penurunan paling tinggi adalah pada dosis 3 (140 mg/200g BB). Data diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sidaguri mempunyai efektivitas terhadap penurunan kadar gula darah, hal ini dilihat dari penurunan kadar gula darah antar kelompok perlakuan dosis ekstrak yang menunjukan adanya potensi penurunan gula darah. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa pemberian ekstrak etanol daun sidaguri pada semua dosis efektif menurunkan kadar gula darah selama pengobatan 14 hari. Dosis 3 dengan dosis 140 mg/200 g BB mempunyai efektivitas paling baik terhadap penurunan kadar gula darah, tetapi belum mendekati kontrol positif. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Badan Tikus Putih Jantan Berat badan tikus menunjukkan adanya perubahan selama perlakuan. Tabel 7. Persentase Rata-rata Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Badan Tikus Perlakuan Berdasarkan data rata-rata kadar gula darah tikus selama perlakuan yang tertera pada Tabel 5, menunjukkan bahwa hasil uji statistik pemberian dosis dan lamanya waktu pemberian mempengaruhi penurunan kadar gula darah tikus, serta adanya interaksi sangat nyata antara dosis pemberian dengan lamanya waktu perlakuan. Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Kontrol + Kontrol - 6 Berat Badan Tikus (g) Sesudah Normal Perlakuan 229,5 212,25 245,25 234,25 239,75 222,5 242 217,5 243,5 227 Persentase (%) -7,52 -4,48 -7,19 -10,12 -6,78 terhadap Staphylococcus aureus. FKIP Universitas Negeri Semarang. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosb io/article/view/1173. Diakses Sabtu, 13 Desember 2014 Pukul 16.29 WIB. Annisaa, S. 2008. Induksi Pembentukan Senyawa Sekunder Tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia L.) melalui Perlakuan Cekaman Air. Bogor: Departemen Biologi FMIPA IPB. Gambar 3. Histogram Rata-rata Hasil Penimbangan Berat Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan Penurunan berat badan tikus dapat dilihat pada Tabel 7, pada kelompok kontrol positif memiliki persentase penurunan berat badan yang paling tinggi, yaitu sebesar 10,12 %, hal ini disebabkan oleh mekanisme kerja Metformin yaitu meningkatkan ambilan glukosa dan menekan nafsu makan sehingga berpengaruh terhadap penurunan berat badan tikus. Berdasarkan Histogram pada Gambar 3, dapat dilihat perubahan berat badan tikus selama perlakuan. Berat badan tikus mengalami penurunan selama perlakuan 14 hari. Faktor fisiologis tikus mempengaruhi perubahan berat badan yang bervariasi selama perlakuan, sehingga penurunan berat badan setiap tikus tidak relatif sama. Penurunan berat badan ini disebabkan oleh tikus hiperglikemi mengalami kerusakan pankreas sehingga asupan glukosa sebagai sumber energi utama menjadi terganggu. Tubuh mengatasi masalah tersebut menggunakan cadangan energi lain yang berasal dari lemak dan protein, bila hal ini terjadi secara terus menerus maka tubuh akan mengalami penurunan berat badan. DepKes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. _________. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. _________. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. _________. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Fransworth, N.R. 1966. Biological and phytochemical screening of plants. Journal of Pharmaceutical science. 55 (3). http://www.researchgate.net/publication/ 227978906_Biological_and_phytochemi cal_screening_of_plants. Diakses Jum’at 12 Desember 2014 Pukul 13.35 WIB. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstrak etanol daun sidaguri (Sida rhombifolia L.) efektif dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan galur Sprague Dawley. 2. Dosis 3 dengan dosis 140 mg/200 g BB mempunyai efektivitas paling baik terhadap penurunan kadar gula darah selama pengobatan 14 hari, tetapi belum mendekati kontrol positif. Saran Perlu dilakukan penambahan pengukuran waktu pengobatan pada masing-masing dosis, untuk mengetahui penurunan kadar gula darah yang lebih signifikan dengan kontrol positif. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun dan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Diterjemahkan: Padmawinata, K., dan Soediro, I. Edisi III. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Heinrich, M. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Penerjemah Winny R. Syarief. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 117119. Katzung, B.G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah: Aryandhito W.N. Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 704-705, 718. KemenKes RI, 2011. Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 81, 85. DAFTAR PUSTAKA Agasta, R.S dan M. Sri. 2012. Ekstrak Metanol dan Etanol Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) Menghambat Pertumbuhan Bakteri Klebsiella pneumonia tetapi tidak 7 Siti, M.L. 2012. Uji Penghambatan Ekstrak Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) terhadap Aktivitas Xantin Oksidase dan Identifikasi Golongan Senyawa pada Fraksi yang Aktif. (Skripsi). Depok: FMIPA Farmasi Universitas Indonesia. in Diabetes. http://spectrum.diabetesjoumals. org/cgi/content/full/l 4/4/199. Diakses Selasa, 10 Maret 2015 Pukul 14.36 WIB. Wulandari, C. 2014. Efektivitas Sediaan Granul Instan Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyantum Wight.) dan Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Paleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] sebagai Antidiabetes pada Tikus Putih Jantan (Sprague Dawley). (Skripsi). Bogor : Farmasi FMIPA UNPAK. Soeryoko, H. 2011. 25 Tanaman Obat Ampuh Penakluk Diabetes Mellitus. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Halaman 17. Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Surabaya: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan DepKes RI. Yettrie, B.C., S. Awaluddin ., B. Saiful. 2012. Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) pada Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol. 1 (1): hal 21-28. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jpp/article /view/1962 Diakses Sabtu, 13 Desember 2014 Pukul 16.15 WIB. Szkudelski, T. 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β Cells Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50: 536-54. Whorter, Mc L.S. 2001. Biological Complementary Therapies: A Focus on Botanical Products 8