Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Penggunaan Limbah Cair Tahu untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Biodisel dari Mikroalga Scenedesmus sp Mohamad Agus Salim Abstrak Penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap kerapatan sel dan produksi biodisel dari mikroalga Scenedesmus sp. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan sepuluh ulangan. Perlakuan terdiri dari enam konsentrasi limbah cair tahu yaitu 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Pada puncak populasi, kerapatan sel tertinggi pada perlakuan limbah cair tahu 20% sebanyak 8.996.125 sel.ml-1 pada hari ketujuh dan kerapatan sel terendah terjadi pada pemberian limbah cair tahu 50% sebanyak 225.367 sel.ml-1 pada hari ke tigabelas. Berat basah, berat kering dan hasil minyak tertinggi terjadi pada pemberian limbah cair tahu 20% dan terendah pada pemberian limbah cair tahu 50%. Produksi biodisel tertinggi terjadi pada pemberian limbah cair tahu 20% sebanyak 32.33%-berat. Kata Kunci : limbah cair tahu, Lipida, Scenedesmus sp Abstract The research has been conducted to know the influences of provide of tofu waste water to cell density and biodiesel production of Scenedesmus sp microalgae. The experiment design was completely randomized design with ten replications. The treatments comprising of 6 concentrations of tofu waste water : 0% (control), 10%, 20%, 30%, 40% and 50%. At peak population, the highest cell density for treatment of tofu waste water 20% was 8.996.125 cell.ml-1 at the day of seven and the lowest cell density for the treatment of tofu waste water 50% was 225.367 cell.ml-1 at the day of thirteen. The highest fresh weight, dry weight and oil production were occurred in treatment of tofu waste water 20% and the lowest was occurred in treatment of tofu waste water 50%. The highest biodiesel production (32.33%-berat) was occurred in treatment tofu waste water 20%. Key words : Lipid, Scenedesmus sp, Tofu waste water. 82 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 energi alternatif yang paling sesuai dengan PENDAHULUAN kondisi wilayah Indonesia salah satunya Produksi minyak Indonesia akhir- adalah biodiesel. sebagai saat produksi yang menurun ini justru pengganti bahan bakar minyak diesel. harga minyak dunia terus meningkat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk Pemerintah mencari beragam bahan baku biodiesel. hanya tidak bisa satu alternatif mendapatkan keuntungan, namun juga Pada harus mengimpor minyak, karena produksi mengembangkan biodiesel dari berbagai minyak Indonesia kurang dari 1 juta barel bahan baku diantaranya adalah biodiesel perhari. Penurunan produksi sekitar 30% dari minyak jelantah, minyak goreng, CPO padahal sebelumnya pada tahun 1999 (crude palm oil), minyak jarak kepyar dan produksi minyak Indonesia sebesar 1,4 minyak jarak pagar (Zuhdi dan Sukardi, juta barel perhari (Kurtubi, 2004). Disisi 2005). lain kebutuhan berhasil Asam lemak merupakan produk meningkat sangat tajam, pertumbuhan dari mikroalga yang berupa minyak nabati. konsumsi bahan bakar meningkat sangat Mikroalga mengandung minyak nabati cepat yang sangat besar. Menurut Briggs (2004), mencapai bakar tersebut minyak hingga bahan penelitian energi diusulkan akhir ini terus menurun. Sebaliknya pada bukan salah Biodiesel diatas 10% (Rahayuningsih, 2005). Segala usaha mikroalga mengandung minyak lebih dari untuk mengatasi 50% beratnya. Salah satu jenis mikroalga keadaan ini perlu segera dilakukan untuk yang diteliti oleh Sheehan dkk (1998) mencari sumber energi alternatif yang kandungan dapat sehingga mencapai lebih dari 50%. Minyak nabati ketergantungan kepada sumber energi dari dapat digunakan sebagai bahan baku minyak bumi dapat dikurangi. Sumber pembuatan diperbaharui minyaknya biodiesel bahkan (Rahayu, dapat 2005; 83 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Zuhdi, 2002; Zuhdi dkk, 2003; Rahman, satunya yang terbaik sebagai sumber 1995). biodisel. Pada kenyataannya mikroalga Biomassa terbaik penghasil adalah penghasil biodisel paling tinggi. mikroalga. Mikroalga Mikroalga dapat menghasilkan minyak mampu sampai 250 kali dari kedelai. Produksi ukuran biodisel dari mikroalga akan menjadi satu- diameternya kurang dari 2 mm. Mikroalga satunya cara untuk menghasilkan bahan mengandung banyak minyak, disamping bakar itu mikroalga dapat tumbuh lebih cepat menggantikan penggunaan solar saat ini. dan mudah. Mikroalga dapat menghasilkan Mikroalga menghasilkan 7 sampai 31 kali beberapa macam bahan bakar biologi yang lebih terbarukan seperti metana yang dihasilkan minyak melalui reaksi anaerob biomassa alga, mengekstraknya sangat sederhana. biodisel adalah merupakan organisme berfotosintesis yang meskipun biodisel diperoleh dari minyak mikroalga kendaraan banyak sawit Pada yang cukup minyak untuk dibandingkan disamping itu pembuatan cara biodisel, dan biohidrogen yang diperoleh secara trigliserida bereaksi dengan metanol di fotobiologi (Fedorov, et al., 2005). dalam reaksi yang disebut transesterifikasi Ide menggunakan mikroalga atau alkoholisis. Transesterifikasi sebagai sumber bahan bakar bukan hal menghasilkan metil ester dari asam lemak, yang baru, namun saat ini menjadi yaitu biodisel, dan gliserol (Gambar 3). perhatian Reaksi besar sejak naiknya harga terdiri dari beberapa tahap: minyak bumi dan pemanasan global yang trigliserida pertama kali diubah menjadi dihubungkan dengan pembakaran bahan digliserida, bakar fosil. Dilaporkan oleh para ilmuwan monogliserida biologi bahwa mikroalga merupakan satu- gliserol (Gavrilescu dan Chisti, 2005). kemudian dan akhirnya menjadi menjadi 84 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 trigliserida ISSN 1979-8911 metanol gliserol metil ester(biodisel) Gambar 3. Transesterifikasi Minyak menjadi Biodisel. (R1–3 adalah gugus hidrokarbon). Transesterifiksi memerlukan 3 mol seperti natrium dan kalium hidroksida alkohol untuk setiap mol trigliserida untuk umum digunakan sebagai katalis menghasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol komersial pada konsentrasi sekitar 1% dari metil ester (Gambar 3). Reaksi adalah berat minyak. Alkoksida seperti natrium kesetimbangan. metoksida katalis yang lebih baik dari pada Proses industri menggunakan 6 mol metanol untuk setiap natrium mol trigliserida. Metanol yang berlebihan meningkat digunakan (Gavrilescu dan agar reaksi benar-benar mengarah ke Chisti, 2005). pembentukan metil ester yaitu biodisel. hidroksida dan yg sekarang Perbanyakan biomassa Scenedesmus Hasil dari metil ester lebih dari 98% dari sp berat dasar. Transesterifikasi dikatalisis teknik kultur. Pertumbuhan mikroalga oleh asam, alkali membutuhkan optimasi berbagai faktor Transesterifikasi dan enzim lipase. yang dikatalis alkali dapat pendukung dimanipulasi hidup untuk menggunakan memperoleh sekitar 4000 kali lebih cepat dari reaksi biomassa yang tinggi. Keberhasilan teknik yang dikatalis asam. Akibatnya, alkali kultur tergantung pada kesesuaian antara 85 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 jenis mikroalga yang dibudidayakan dan tinggi pula dan akhirnya produksi biodisel beberapa faktor lingkungan. Upaya untuk dari mikroalga pun dapat meningkat meningkatkan produksi biomassa dapat Alga hijau adalah salah satu dilakukan dengan memanipulasi faktor kelompok alga yang besar dalam hal lingkungan seperti cahaya, kadar CO2, jumlah spesies dan luas persebaran serta suhu, pH, salinitas dan nutrisi. dapat beradaptasi pada habitat ekstrim Adanya nutrisi merupakan salah satu seperti alga biru. Spesies dengan bentuk faktor utama kebutuhan pertumbuh dan tubuh lebih kecil sering ditemukan di air berkembangan mikroalga. Pertumbuhan tawar atau terestrial dengan siklus hidup mikroalga sangat membutuhkan tiga faktor meiosis utama yaitu cahaya, nutrisi dan gas spesies karbondioksida. fitoplankton Namun dalam zigotik, unisel meskipun motil laut. beberapa adalah Sel-sel dari kelas pelaksanaan kultur mikroalga, pemberian Chlorophyceae nutrisi sering diabaikan dibandingkan berwarna hijau, mengandung klorofil-a dengan dua faktor yang lain. Oleh sebab dan -b serta karotenoid. Kloroplas terdiri itu dengan mencukupi kebutuhan nutrisi atas pirenoid tepung dan minyak (Ardiles, diharapkan akan 2011). Salah satu mikroalga yang termasuk meningkat akibat pertumbuhannya yang kedalam divisio ini yaitu Scenedesmus sp. maksimal. tinggi biomassa Biomassa diharapkan mikroalga yang Mikroalga akan dapat mikroalga yang belum diketahui secara luas merupakan kloroplas mikroalga meningkatkan kandungan minyak yang ini mempunyai anggota salah satu potensinya. 86 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Gambar 1. Mikroalga Sceneesmus sp. Mikroalga hijau (Chlorophyta) seperti jenis Scenedesmus sp memiliki minyak yang akan dikonversi ke biodisel dalam jumlah yang banyak pula. struktur tubuh yang sederhana berdiameter Kegunaan penelitian ini adalah kurang dari 2 mm namun kecepatan untuk memperoleh bahan bakar alternatif pertumbuhannya memiliki yang dapat mengurangi ketergantungan kandungan minyak yang dapat dijadikan terhadap bahan bakar fosil yaitu biodisel sebagai biodisel. Pertumbuhan mikroalga dari mikroalga jenis Scenedesmus sp. membutuhkan tiga faktor utama yaitu : Biodisel yang dihasilkan ini memiliki sifat sinar matahari, nutrisi dan karbondioksida. yang unggul yaitu ramah lingkungan Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan (mengurangi dilakukan pemberian nutrisi dari limbah biodegradable, cair tahu, agar pertumbuhan dari mikroalga beracun. Selain itu kegunaan penelitian ini jenis Scenedesmus sp dapat maksimal dan adalah untuk mengurangi limbah cair yang tentunya diharapkan akan menghasilkan dihasilkan oleh pabrik tahu. Mikroalga tinggi dan mampu efek rumah renewable menggunakan dan nutrisi kaca), tidak berupa 87 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 limbah cair dengan dipelihara dalam botol Erlenmeyer 500 ml karbondioksida dalam proses fotosintesis dikultur dan disimpan di ruang kultur untuk menghasilkan karbohidrat dan gas dengan menata faktor lingkungan yang O2. Selanjutnya karbohidrat diubah oleh dibutuhkan seperti : suhu, kelembaban, mikroalga tersebut menjadi lipida. Lipida intensitas cahaya, fotoperioda. merupakan tahu bersama ISSN 1979-8911 bahan untuk pembuatan biodisel. Karakter pertumbuhan mikroalga Scenedesmus sp dianalisa dengan kurva mikroalga berdasarkan data yang yang dibuat didapatkan persatuan waktu. Dari data tersebut dapat BAHAN DAN METODE Penelitian pertumbuhan ini sepenuhnya diperhitungkan waktu generasi dilaksanakan di Laboratorium Biologi (generated/doubling time) dan Jurusan pertumbuhan berbagai dari Sains, Fakultas Saintek, relatif Universitas Islam Negeri Sunan Gunung mikroalga Scenedesmus sp hasil kultur. Djati mikroalga Perhitungan kerapatan sel dilakukan secara koleksi periodik setiap 24 jam selama 14 hari, Bandung. Scenedesmus Laboratorium Isolat sp Biologi hasil dikulturkan di menggunakan Haemacytometer. Laju dalam Medium Basal Bold (MBB) dengan pertumbuhannya dihitung menggunakan perlakuan 0, 10, 20, 30, 40 dan 50% rumus sebagai berikut (Chrismadha, et al., limbah 2006) : cair tahu. Kultur tunggal Scenedesmus sp sebanyak 250 ml yang Ln (Xt / Xo) µ = -------------------t Keterangan : µ = Laju pertumbuhan (pembelahan sel. hari-1), Xt = kerapatan sel pada waktu t, Xo = kerapatan sel awal, t = waktu (hari). 88 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Cuplikan sebanyak 1 gr dibungkus pada setiap perlakuan limbah cair tahu. dalam selongsong kertas yang di alasi Pertumbuhan jumlah sel yang cepat terjadi dengan kapas kemudian selongsong kertas pada pemberian konsentrasi limbah cair berisi cuplikan tersebut disumbat dengan tahu 20% diikuti oleh pemberian pada kapas, dikeringkan dalam oven pada suhu konsentrasi 10%, 30%, 0%, 40% dan o tidak lebih dari 80 C selama kurang lebih paling lambat pada pemberian konsentrasi 1 jam lalu dimasukkan dalam alat soxhlet 50%. yang telah dihubungkan dengan labu berisi pertumbuhan pada pemberian limbah cair batu didih yang telah dikeringkan dan telah tahu pada konsentrasi 40% dan 50% bila diketahui bobotnya. Selanjutkan diekstrak dibandingkan dengan 0% (kontrol), namun dengan heksana selama kurang lebih 6 secara keseluruhan perlakuan menunjukan jam. Ekstrak minyak dikeringkan dalam adanya pertumbuhan. Pada hari kedua dari o oven pada suhu 105 C. Produksi biodisel dilakukan melalui proses transesterifikasi dengan mencampurkan minyak hasil ekstrasi dengan campuran NaOH dan metanol. Walaupun terjadi pertambahan dari jumlah sel awal 104 sel/ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa sel memerlukan Scenedesmus lagi faktor pertumbuhannya. 1. Jumlah Sel pertumbuhan jumlah sel Scenedesmus sp sp adaptasi tidak terhadap lingkungan Penggunaan untuk medium Basal Bold pada kultur tunggal yang sama dengan medium yang digunakan untuk isolasi Terlihat pada Tabel 1. terjadi perlambatan pengamatan jumlah sel Scenedesmus sp berbagai HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi jenis Scenedesmus sp memungkinkan sel dari spesies ini dengan cepatnya bereproduksi. 89 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Table 1. Pertumbuhan rata-rata jumlah sel Scenedesmus sp (sel/ml) pada perlakuan beberapa konsentrasi limbah cair tahu selama 14 hari kultur. Hari Konsentrasi Limbah Cair Tahu (%) 0 10 20 30 40 50 1 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 2 144.553 223.000 576.820 151.000 99.135 79.122 3 345.125 817.545 1.155.867 512.876 101.223 95.554 4 518.173 1.322.154 2.987.554 1.105.132 125.775 98.122 5 789.155 2.765.865 4.997.335 1.355.155 157.257 100.988 6 885.552 3.221.546 6.912.275 1.601.112 178.583 112.431 7 912.373 4.395.575 8.996.125 *) 1.687.237 245.265 126.631 8 1.101.003 5.712.556*) 8.495.886 1.775.489 347.127 128.227 9 1.178.857 3.998.511 8.178.545 2.187.123 457.025 131.253 10 1.156.525 2.965.122 7.116.345 2.565.125*) 553.275 155.725 11 1.256.755(*) 2.617.135 6.945.435 2.399.875 567.165 177.895 12 957.487 2.365.667 6.661.255 2.210.575 775.452(*) 195.124 13 882.135 2.127.656 6.316.224 1.884.122 556.225 225.367(*) 14 799.595 1.544.754 5.875.125 1.662.355 275.668 187.267 Keterangan: (*) = populasi puncak Pertumbuhan Scenedesmus konsentrasi jumlah sp pada limbah cair sel pada perlakuan pemberian konsentrasi perlakuan limbah cair tahu 30% mencapai puncak 20% pada hari ke-10 dengan jumlah sebanyak mencapai puncak pada hari ke-7 dengan 2.565.125 sel/ml. Pertumbuhan jumlah sel jumlah sel sebanyak 8.996.125 sel/ml. Scenedesmus sp pada perlakuan pemberian Berikutnya sel konsentrasi limbah cair tahu 40% dan 50% perlakuan berada di bawah perlakuan 0% (kontrol) Scenedesmus konsentrasi pertumbuhan sp pada limbah cair tahu jumlah tahu 10% yaitu mencapai puncah pada hari ke-12 mencapai puncak pada hari ke-8 dengan dan ke-13 sebesar 775.452 sel/ml dan jumlah sel sebanyak 5.712.556 sel/ml. 225.367 sel /ml. Sedangkan pada kontrol Sedangkan jumlah sel Scenedesmus sp 90 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 populasi mencapai puncak pada hari ke-11 terakhir baik berat kering maupun berat sebesar 1.256.755 sel/ml. basah menunjukkan peningkatan yang Pencapaian puncak populasi yang nyata berdasarkan uji statistik pada selang lebih cepat pada perlakuan limbah cair kepercayaan 95% terhadap kontrol. Berat tahu tepat basah terbesar dicapai oleh kultur yang sp diberi perlakuan konsentrasi limbah cair melaksanakan fotosintesis yang lebih cepat tahu 20%, yang diikuti oleh perlakuan sehingga menghasilkan biomasa yang konsentrasi 10%, 30%, 0% (kontrol), lebih banyak. Ketersediaan unsur hara kemudian pada medium yang terbatas menyebabkan Begitupun berat kering sama seperti berat tidak mendukung terhadap pertumbuhan basah jumlah sel. Begitupun ketersediaan unsur konsentrasi limbah cair tahu 20% yang hara yang berlebihan dapat menurunkan paling tinggi. Berat kering pada semua jumlah sel karena unsur hara dari limbah perlakuan menunjukkan sekitar 10 % cair tahu dapat menyebabkan keracunan terhadap berat basahnya. pada konsentrasi memungkinkan sel yang Scenedesmus bagi sel Scenedesmus sp sehingga setelah mencapai puncak maka 40% yang dan terakhir menunjukkan 50%. perlakuan Biomassa yang lebih besar pada segera perlakuan pemberian limbah cair tahu pertumbuhan jumlah sel Scenedesmus sp konsentrasi 20% sejalan dengan jumlah sel menurun. Scenedesmus sp yang tinggi pula pada perlakuan tersebut. Limbah cair tahu yang 2. Berat Basah dan Berat Kering Biomassa yang dihitung setelah dilakukan pemanenan pada pengamatan diinduksikan ke dalam medium telah dimanfaatkan oleh sel Scenedesmus sp untuk pertumbuhan dan reproduksi. 91 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Table 2. Berat basah dan berat kering rata-rata Scenedesmus sp. pada perlakuan beberapa konsentrasi limbah cair tahu pada hari ke-14. Perlakuan Berat Basah Berat Kering (%) (gram) (gram) 0 130,72 (c) 12,65 (c) 10 198,45 (b) 18,04 (b) 20 267,55 (a) 24,56 (a ) 30 177,23(b) 17,13(b) 40 125,25(c) 12,65(c) 50 112,87(c) 11,25(c) Ket : Nilai pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Penelitian ini memperlihatkan nilai pertumbuhan hingga eksponensial biomassa yang berbeda pada setiap media pengkulturan makin meningkat sejalan kultur dengan reduksi senyawa organic pada pada konsentrasi pemberian limbah cair beberapa Sel medium, sehingga proses metabolisme mikroalga dapat memanfaatkan substrat menjadi lebih cepat (Yang dkk., 2000). organik yang terdapat pertumbuhannya, reaksi tahu. pada medium reduksi dan 3. Hasil Minyak dan Kadar Air biosintesis ATP hingga respirasi seluler yaitu glikolisis, siklus krebs dan transfer elektron berjalan lebih cepat. Laju fosforilasi oksidatif dan pembentukan energi menjadi lebih banyak dan lebih cepat sehingga terjadi peningkatan biomassa. Peningkatan biomassa dari fase Ekstraksi menggunakan pelarut etanol p.a sangat efektif karena dapat menghasilkan minyak yang cukup tinggi lebih dari 20%. Jumlah minyak yang lebih tinggi diperoleh pada semua perlakuan limbah cair tahu, kecuali perlakuan limbah 92 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 cair tahu pada konsentrasi 50%. sebesar Pada perlakuan limbah cair tahu 20% 19,976%-berat. memiliki kadar air yang mencapai 39,54 Minyak hasil ekstraksi dengan %, sehingga menghasilkan minyak yang etanol p.a ini memberikan warna agak paling tinggi yaitu 37,18%-berat. Hasil hijau. Hal ini menunjukkan terekstraksinya minyak klorofil Scenedesmus sp oleh etanol. perlakuan limbah cair tahu 50% sebesar Menurut Fajardo et al. (2007) kandungan 19,97%-berat dengan kadar air terendah air pada fase hidroalkoholik sebesar 40% 27,99%. yang terendah dicapai oleh memberikan hasil minyak yang optimal. Table 3. Hasil minyak (%) dan kadar air (%) rata-rata dari Scenedesmus sp. Dengan ekstraksi pelarut ethanol (99.8%). Perlakuan (%) Produksi minyak Kadar air (%) (%-berat) (fase hidroalkoholik) 0 21,02 (c) 28,56 (a) 10 25,65 (b) 31,23(b) 20 37,18 (a) 39,54 (a) 30 24,98(b) 31,33(b) 40 20,12(c) 28,75(c) 50 19,97(c) 27,99(c) Ket : Nilai pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Limbah cair tahu mengandung menghasilkan energi kemudian karbohidrat yang besar dapat dihidrolisis mensintesis lipid. Menurut Garcia dkk., menjadi molekul yang lebih sederhana (2010) sumber karbon organik yang paling diantaranya mudah optimum digunakan untuk pengkulturan untuk mikroalga adalah glukosa dibandingkan glukosa sehingga diserap oleh Scenedesmus sp. 93 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 karbohidrat lainnya dan ISSN 1979-8911 asam-asam biosintesis trigliserida berawal dari asam organik. Glukosa memiliki kandungan lemak yang dirombak di stroma plastid energi mencapai 2,8 kj/mol. dengan menggunakan energi berupa ATP Menurut Yang dkk. (2000), pada yang terbentuk dari perombakan 16 hingga proses glikolisis dihasilkan asam piruvat 18 atom karbon dan ATP, kemudian pada siklus asam sitrat Trigliserida adalah penggabungan dari dihasilkan NADH, FADH2 dan Asetil asam KoA. Asetil KoA membentuk asam lemak mentransferkan tiga gugus asil dari asetil jenuh dalam proses lipogenesis, kemudian KoA di retikulum endoplasma. lemak sebagai dengan prekursor. gliserol dengan asam lemak jenuh tersebut akan bereaksi Dalam penelitian ini, Scenedesmus dengan gliserol yang berasal dari proses sp. mengabsorbsi unsur karbon dari limbah glikolisis sehingga membentuk trigliserida. cair tahu oleh selnya dibantu oleh oksigen, CO2 di atmosfer dan karbon organik di kemudian dirombak menjadi lipid pada lingkungan keduanya diperlukan untuk proses respirasi selnya. Unsur karbon dari menghasilkan ATP pada sel mikroalga. glukosa disintesis menjadi trigliserida, Karbon organik lebih efektif dan cepat energi berupa ATP sangat diperlukan dimanfaatkan dalam dalam proses ini. Unsur karbon dari kondisi heterotrof untuk biosintesis lipid glukosa akan diubah menjadi asetil KoA dibandingkan pada siklus asam sitrat, kemudian asetil oleh mikroalga karbon dari proses fotosintesis. Johnson KoA dibentuk menjadi asam lemak jenuh, (2009) menyatakan kemudian terjadi proses esterifikasi dengan bahwa proses sintesis trigliserida pada gliserol mikroalga yang pada kulturnya diberi trigliserida. sehingga menghasilkan senyawa organik akan lebih cepat. Ferrell Minyak mikroalga dapat diekstrak dkk., (2010) menyatakan bahwa proses dengan hasil yang tinggi menggunakan 94 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 pelarut heksana (Hossain dkk., 2008). minyak yang dihasilkan. Jumlah biodisel Disamping itu, pertumbuhan mikroalga yang tertinggi dicapai oleh perlakuan dapat bioreaktor limbah cair tahu pada konsentrasi 20% mikroorganisme biasa untuk meningkatkan sebesar 86,96% dari hasil minyak. Jumlah produksi biomassa dan akumulasi lipid biodisel yang dihasilkan pada kultur yang tinggi supaya dihasilkan biodisel Scenedesmus sp yang diberi perlakuan yang tinggi pula (Miao dkk., 2006). berbagai konsentrasi limbah cair tahu ditumbuhkan pada memiliki nilai yang tidak berbeda yaitu sekitar 80% dari hasil minyaknya. 4. Kadar Biodisel Biodisel yang dihasilkan cukup tinggi dengan nilai lebih dari 70% dari Table 4. Kadar Biodisel (%) rata-rata dan perbandingan terhadap hasil minyak (%). Perlakuan (%) Biodisel (%-berat) 0 10 20 30 40 50 17,43 (c) 20,67 (b) 32,33 (a) 19,88(b) 17,01(c) 17,15(c) Perbandingan terhadap hasil minyak (%) 82,92 80,58 86,96 79,58 84,54 85,87 Ket : Nilai pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Minyak (trigliserida) yang menghasilkan karbonmonoksida (CO) diekstrak dari biomassa sebenarnya bisa yang beracun, selain itu masih terdapat langsung digunakan tanpa melalui proses kerak yang akan menyebabkan korosif. transesterifikasi terlebih dahulu, namun Minyak pembakarannya kurang baik dan akan kemudian dikonversi menjadi biodisel, (trigliserida) yang dihasilkan 95 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 harus melalui transesterifikasi Berat basah dan berat kering tertinggi terlebih dahulu menggunakan katalis basa dicapai oleh kultur Scenedesmus sp yang (Pranowo, 2010). mendapat perlakuan pemberian limbah cair Pada proses ISSN 1979-8911 penelitian proses tahu 20% sebesar 267,55 gram dan 24,56 transestrerifikasi berjalan dengan baik. gram. Sedangkan berat basah dan berat Data menunjukan hasil yang sejalan kering terendah dicapai pada perlakuan dengan produksi minyak yang diekstrak. pemberian limbah cair tahu 50% yaitu Menurut Xu dkk. (2007) metil ester asam sebesar 112,87 gram dan 11,25 gram. lemak merupakan derivat untuk mesin Hasil minyak dan biodisel tertinggi dicapai disel (Xu dkk., 2007). Minyak (trigliserida) oleh mikroalga adalah bahan baku pembuatan mendapat perlakuan pemberian limbah cair biodisel, jadi jumlah biodisel akan sejalan tahu 20% sebesar 37,18 %-berat dan dengan 32,33%-berat, dengan efisiensi 86,96%. jumlah ini volume minyak kultur Scenedesmus sp yang (trigliserida). Saran Perlu adanya penerapan penelitian KESIMPULAN DAN SARAN ini untuk jenis mikroalga air tawar yang lainnya dan perlu dilakukan optimasi Kesimpulan Populasi puncak pada perlakuan pemberian limbah cair tahu 20% dicapai pada hari ke-7 sebesar 8.996.125 sel/ml. Populasi puncak terendah dicapai pada perlakuan pemberian limbah cair tahu 50% pada hari ke-13 sebesar 225.367 sel/ml. pemberian limbah cair tahu untuk mengetahui konsentrasinya yang optimum bagi pertumbuhan dan kadar lipida mikroalga serta perlu segera dilakukan aplikasi di lapangan untuk mengurangi polutan limbah cair tahu di perairan dan menghasilkan biodisel sebagai bahan bakar 96 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 ramah lingkungan pengganti solar. DAFTAR PUSTAKA Bisnis&Investasi. Rabu, 26 Mei Briggs, M. (2004). Widescale Biodiesel Production from Algae. available: 2004. Rahayu, B.S. (2005). Analisa Emisi NOx dan Partikel Smoke Pada Motor [http://www.unh.edu/p2/biodiesel/ article_algae.html.] Diesel Menggunakan Bahan Bakar dikunjungi Crude Palm Methyl Ester. Tugas pada Pebruari 2005 Chrismadha,T., Mardiati, Y, Hadiansyah, D. Phytoplankton Response Increasing of 2006. to Air Concentration. Akhir. Institut Teknologi Sepuluh & Nopember: Surabaya. Rahayuningsih. (2005). “Energi Alternatif dan Kemauan Politik Pemerintah”. CO2 Limnotek. 13(1):26-32. Bisnis Indonesia. 24 Juni 2005 Rahman, M. (1995). ”Biodiesel, Alternatif Substitusi Solar Yang Menjanjikan Fajardo, A.R, L. Esteban Cerban, A. Robles Medina, F.G. Fernandez, P.A.G. Moreno, and E. Molona Grima. extraction from 2007. the Phaeodactylum bagi Acien Lipid Sheehan, J., T. Dunahay, J. Benemann, P. Roessler, (1998). A look Back at microalga The U.S. Department of Energy’s tricornutum. Aquatic SpeciesProgram: Biodiesel from Algae. National Renewable 126 A.S., Continuous Energy Laboratory: Colorado USA S. Kosourov, M.L. Ghirardi and M. Seibert, 2005. H2 photoproduction Lembaran Publikasi Lemigas No. 1/95 Eur.J.Lipid Sci.Technol.109 : 120 - Fedorov, Indonesia”. Zuhdi, MFA. (2002). Aplikasi Pengguanaan Waste Methyl Ester reinhardtii Pada High Speed Marine Diesel using a novel two- stage, sulfate- Engine. Seminar Nasional Teori limited aplikasi Teknologi Kelautan FTK by Chlamydomonas chemostat system. Appl. Biochem. Biotechnol., 124: ITS: Surabaya 403-12. Kurtubi. (2004). ”Indonesia Net Oil Importer!”. Harian Pagi Kompas. 97 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 Zuhdi, MFA., Gerianto, I., Budiono, T. (2003). Biodiesel Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Pada Motor Diesel. Laporan Riset. RUT VIII Bidang Teknologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi RI Zuhdi, MFA., Sukardi. (2005). Alga Sebagai Bahan Baku Biodiesel. available: [http://www.geocities.com/fatha laz/ biodiesel.html] dikunjungi pada 15 April 2005 98 Edisi Juli 2013 Volume VII No. 1 ISSN 1979-8911 82