I. PENDAHULUAN Industri tahu merupakan salah satu industri rumah tangga yang semakin berkembang searah dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia, tersebar di kota – kota besar dan juga pedesaan. Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, sehingga limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu bersifat asam karena proses penggumpalan protein kedelai membutuhkan bahan penggumpal yang bersifat asam. Suhu limbah cair tahu rata-rata berkisar 40°-60° C. Suhu ini lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata air lingkungan (Rahmah, 2011) Minimnya informasi serta kesadaran masyarakat untuk menangani masalah limbah cair tahu menyebabkan para pengrajin tahu membuang limbah cair ke saluran–saluran pembuangan atau badan air penerima lainnya. Jika daya tampung saluran pembuangan atau badan air penerima masih mencukupi maka tidak akan menimbulkan masalah. Apabila daya tampung badan air penerima sudah melampaui ambang batas maka limbah cair yang banyak mengandung bahan organik dapat menimbulkan masalah lingkungan, seperti bau, tingginya kadar BOD5 serta NH3. Bau dapat menunjukkan apakah suatu air limbah masih baru atau telah membusuk. Air limbah yang baru hampir tidak berbau. Bau busuk, menyerupai bau hidrogen sulfida menunjukkan adanya air limbah yang busuk. Bau disebabkan adanya campuran N, S, P, pembusukkan protein dan bahan-bahan organik lain yang terdapat dalam air limbah. Fikri (2013) menyebutkan tingginya kadar bahan organik dalam limbah cair tahu, menyebabkan penurunan kandungan oksigen dalam air sehingga kebutuhan oksigen biologi dalam perairan menjadi tinggi. Limbah cair yang mengandung polutan organik apabila tidak terurai dengan baik maka akan mengakibatkan peningkatan kadar amonia (NH3). Sumber utama amonia berasal dari pembusukkan bahan organik yang mengandung protein, apabila proses penguraian mengalami kekurangan oksigen maka akumulasi amonia menjadi tinggi. Limbah cair yang mengandung zat organik akan membusuk jika dibiarkan tergenang sampai beberapa hari di tempat terbuka. Kondisi tersebut berdampak pada tingginya nilai BOD5. Menurut Husin (2008) penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan industri, semakin tinggi BOD semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam air. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga. 1 Salah satu metode pengolahan limbah yang murah, ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan adalah metode pengolahan secara biologis. Metode penanganan limbah secara biologi yang sering dilakukan salah satunya melalui pemanfaataan mikroorganisme. Pengolahan ini merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair tahu salah satunya adalah mikroorganisme yang terdapat pada EM4 (Effective Microorganism). Mikroorganisme EM4 mampu hidup baik pada medium asam atau basa. Konsep dari Effective Microorganisms (EM) telah dikembangkan oleh Professor Teruo Higa, Uversitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. EM terdiri dari kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian menunjukkan inokulan dari EM kultur pada ekosistem tanah dan tanaman dapat memperbaiki kualitas tanah, keadaan tanah dan meningkatkan hasil panen. Effective microorganisms 4 (EM4) mengandung beberapa mikroorganisme yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), ragi (Saccharomyces sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), dan Actinomycetes (Higa & Parr, 1994) Teknik aerasi pada pengolahan limbah secara aerob dilakukan untuk penambahan penyediaan udara di mana bakteri aerob akan mendegradasi bahan organik di dalam air limbah dengan bantuan O2. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan sehingga bakteri pemakan bahan organik dapat tumbuh dengan baik. Pasokan udara yang lancar dapat mencegah terjadinya pengendapan limbah (Sugiharto, 1987). Menurut Djoko (1999), keuntungan utama yang diperoleh dari pengolahan limbah secara aerob adalah waktu yang diperlukan untuk mendegradasi limbah relatif lebih singkat dibandingkan proses anaerob. Beberapa penelitian mengenai pengolahan limbah cair tahu telah dilakukan. Berdasarkan penelitian Jasmiyati et al. (2010) yang dilakukan selama 14 hari dengan perlakuan perbandingan volume EM4 dan limbah cair tahu 1L : 20L (A) dan 1L : 10L (B). Perlakuan A (1:20) dengan BOD 6.154,30 ppm pada hari pertama mengalami penurunan konsentrasi pada hari ke 14 BOD menjadi 136,40 ppm dengan persentase 97,87%. Untuk perlakuan B (limbah cair tahu ditambahkan EM4 1:10) konsentrasi BOD mengalami penurunan pada hari ke 13 konsentrasi BOD menjadi 410,10 ppm dengan penurunan konsentrasi 93,61%. Munawaroh et al. (2013) melaporkan EM4 dengan volume 300 ml, inkubasi selama 5 hari dapat menurunkan nilai BOD limbah cair tahu dengan volume 6 L sebesar 97% (7800 mg/l menjadi 252,8 mg/l). Lama waktu aerasi mempengaruhi EM4 dalam proses degradasi. Perbedaan volume limbah EM4 dan waktu aerasi yang digunakan pada penelitian dapat mempengaruhi proses degradasi, maka penentuan variasi volume EM4 dan lama aerasi diperlukan sebagai penetapan berapa volume EM4 dan lama waktu aerasi yang optimal untuk mendegradasi limbah cair tahu. 2 Berdasarkan uraian diatas maka pada penelitian dikaji beberapa permasalahan yaitu: 1. Berapa konsentrasi EM4 yang paling efektiv dalam penurunan BOD5, NH3 dan bau limbah cair tahu 2. Berapa waktu aerasi yang paling efektiv dalam penurunan BOD 5, NH3 dan bau limbah cair tahu 3. Konsentrasi dan waktu aerasi paling efektiv dalam penurunan BOD5, NH3 dan bau limbah cair tahu Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Konsentrasi EM4 yang efektiv dalam penanganan limbah cair tahu 2. Waktu aerasi EM4 yang efektiv dalam penanganan limbah cair tahu 3. Konsentrasi dan waktu aerasi yang efektiv dalam limbah cair tahu Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Konsentrasi EM4 yang paling efektiv dalam penuruan BOD5, NH3 dan bau limbah cair tahu adalah 5 % 2. Waktu aerasi yang paling berpengaruh terhadap penuruan BOD5, NH3 dan bau limbah cair tahu adalah selama enam hari 3. Kombinasi EM4 dengan konsentrasi 5% dan waktu aerasi selama enam hari mempunyai efektivitas paling tinggi dalam penurunan BOD5, NH3 dan bau limbah cair tahu Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi penggunaan Effective Microorganism (EM4) sebagai alternatif dalam pengolahan limbah cair tahu untuk mengurangi kadar kandungan organik dalam limbah cair tahu yang sesuai dengan aturan pemerintah tentang limbah. 3