MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi FIKOM Humas Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh MK10230 Novi Erlita, Sos.M.A Abstract Kompetensi Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Dosen Pengampu dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan Mercu Buana dipergunakannya Standarisasi Modul Latar Belakang POKOK BAHASAN : Mampu memahami dan menjelaskan proses komunikasi Antar Pribadi DESKRIPSI : Modul 9 menjelaskan pengertian psikologi komunikasi interpersonal untuk memenuhi kompetensi mahasiwa PR Definisi Tema Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat komunikasi. Dengan adanya pertukaran ini komunikasi disebut sebagai proses transaksional Selain untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah Prikologi Komunikasi, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk: Dapat memahami dan mengerti bagaimana proses komunikasi terjadi khususnya komunikasi interpersonal Menganalisa contoh proses komunikasi interpersonal dalam keseharian kita sebagai pelaku komunikasi DEFINISI TEMA Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya komunikasi. Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagi proses yang menghubungkan pengirim dan penerima pesan. TUJUAN Tujuan Pembelajaran Adapun tujuan pembelajaran dari makalah ini adalah untuk mengetahui Atraksi dalam komunikasi Interpersonal dan mengetahui Hubungan Interpersonal dalam Psikologi Komunikasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Diharapkan dapat memahami konsep-konsep dan pengaruhnya pada kehidupan manusia. LATAR BELAKANG DAN STUDI KASUS A. Latar Belakang Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar.Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia. Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai.Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benarbenar memberikan arti apa yang dikatakan. Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar.Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal. Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi( communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi. Studi Kasus Komunikasi Interpersonal Ayah Dan Anak Dalam Menjaga Hubungan Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses komunikasi interpersonal ayah dan anak dalam menjaga hubungan. Penelitian ini menggunakan teori proses komunikasi interpersonal yang terdiri dari sumber penerima, encoding-decoding, pesan, saluran, hambatan, konteks, etika, dan kompetensi interpersonal. Kemudian dari proses ini difokuskan pada hal perilaku menjaga hubungan baik yaitu, Openess and routine talk, positively, assurances, Supportiveness, mediated communication, conflict, management, dan humor. Penelitian ini menggunakan tiga informan yakni ayah dan dua orang anaknya kandungnya sendiri.Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi interpersonal ayah dan anak dalam menjaga hubungan antara ‘Sigit’ dan kedua anaknya masih terlihat adanya beberapa sikap ‘Sigit’ yang lebih memihak kepada ‘Sasa’. PEMBAHASAN Definisi Komunikasi Interpersonal Deddy mulyana (2008:81) bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Komponen komunikasi Interpersonal 1. Sumber/ komunikastor merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi yakni keinginnan untuk membagi keadaan internal sendiri baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain 2. Encoding adalah suatu aktivitas internal pada komunikator dalm menciptakan pesan melalui pemilihan symbol-simbol verbal dan nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. 3. Pesan. Merupakan hasil encoding pesan adalah perangkat symbol-simbol baik verbal maupun nonverbal atau gabungan keduanya yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. 4. Saluran merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumberkepenerima atau yang menghubungkan orang ke orang lian secara umum. Penggunaan saluran/ media semata-mata karna situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatp muka. 5. Penerima atau komunikan seorang yang menerima, memahami dan menginterpresentasi pesan dalam proses komunikasi interpersonal ini penerima bersifat aktiv selain menerima pesan melakukan pula proses interprestasi dan memberikan pula umpan balik 6. Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima melalui indra penerima mendapatkan macam-macam data dalm bentuk mentah, berupa kata-kata dan sybolsimbol harus diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna 7. Respon yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. 8. Gangguan/noise beraneka ragam untuk itu harus didefinisikan noice dapat terjadi didalam komponen-komponen maupun dari system komunikasi. Noice dapat mengganggu atau embuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis. 9. Konteks komunikasi komunikasi selalu terjadi dalm suatu konteks tertentu, paling tidak ad tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksankan, misalnya: pagi, siang, sore dan malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang empengaruhi suasana komunikasi, seperti : adat istiadat, situasi rumah, norma sosial, norma pergaulan, etika, tatakrama, dan sebagainya. Proses Komunikasi Interpersonal Proses tersebut terdiri dari 6 langkah : 1. Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain. 2. Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan kedalam symbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehinggga komunikator merasa yakin dengan pesan yng disuse n dengan cara penyampaiannya. 3. Pengiriman pesan untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi seperti telephone, sms, e-mail, surat, ataupun secara tatap muka. 4. Penerimaan pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan. 5. Decoding oleh komunikan. Decoding merupakan kegiiatan internal dalam diri penerima melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk mentah, berupaka kata-kata dan symbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Dengan demikian, decoding adalah proses memahami pesan. 6. Umpan balik. Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektifitas komunikasi. Asas-asas Komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal melibatkan sekurang-kurangnya dua orang.Satu orang berperan sebagai pengirim informasi, dan seorang lainnya sebagai penerima. 1. Komunikasi berlangsung antara pikiran sesorang dengan pikiran orang lain. Komunikasi interpersonal melibatkan setidaknya 2 orang, dan masing-masing memiliki keunikan jalan pikiran. 2. Orang hanya bisa mengerti suatu hal dengan menghubungkannya pada suatu hal lain yang telah dimengerti. Artoinya dalam memahami sesuatu informasi, seseorang akan menghubungkannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimengerti. 3. Setiap orang berkomunikasi tentu memiliki tujuan. Komunikasi interpersonal bukanlah keadaan yang pasif, melaikan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. 4. Orang yang telah melakukan komunikasi mempunyai suatu kewajiban untuk meyakinkan dirinya bahwa ia memahami makna pesan yang disampaikan itu. Dalam hal ini proses encoding memliki arti yang sangat penting. Hal ini disebabkan isi pikiran dan ide seseorang komunikator perlu dikomunikasikan secara tepat menjadi pesan yang benar-benar bermakna sesuai dengan isi pikiran tersebut. 5. Orang yang tidak memahami makna informasi yang di terima, memiliki kewajiban untuk meminta penjelasan agara tidak terjadi bias komunikasi. Untuk menghindari kemungkinan miss komunikasi, diperlukan kesediaan masingmasing pihak yang berkomunikasi untuk meminta klarifikasi tidak memahami arti pesan yang diterimanya Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal 1. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan suatu pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. 2. Suasana non formal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana non formal. Dengan demikian, apabila komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di sebuat instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada herarki, jabatan, dan prosedur birokrasi. Namun lebih memilih pada pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan. 3. Umpan balik. Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara tatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. 4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi interpersonal merupakan media komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekata, baik dalam jarak fisik maupun psikologis. 5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secaara verbal dan non verbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun non verbal secara simultan. Tipe Komunikasi Interpersonal Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (terjemahan Dedi Mulyana dan Gembira Sari, 2005:15-16) menjelaskan bahwa komunikasi antar manusia muncul dalam beberapa tipe situasi yang berbeda, yaitu: 1. Komunikasi dua orang atau komunikasi diadik mencakup segala jenis hubungan antar pribadi, antara satu orang dengan oraang lain, mulai dari hubungan yang paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan lama dan mendalam. Cirri komunikasi diadik adalah pihak yang terlibat komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi diadik dapat bersifat sebagai interaksi intim dan longgar. Komunikasi interpersonal 2 orang dapat terjadi secara primer dan sekunder. Apabila pihak-pihak yang mengadakan komunikasi dapat langsung bertemu dan berhadapan muka, hal itu dikatakan bersifat primer. Sedangkan apabila dalam kontak itu diperlukan suatu perantara yang dapat berubah perorangan ataupun media, dikatakan kontak tersebut bersifat sekunder. 2. Wawancara adalah salah satu tipe komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa Tanya jawab. Keefektifan wawancara dapat ditentukan oleh sejauh mana informasi yang ingin dikumpulkan telah tercapai. Oleh karena itu agar supaya informasi-informasi penting yang diinginkan dapat diperoleh dari pihakj terwawancara, maka seorang pewawancara perlu membuat semacam pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan penting yang akan diajukan. Dalam kaitan ini perlu diingat, bahwa mutu jawaban sangat tergantung pada apakaah pewawancara dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat, serta bersedia serta menjawabnya dengan baik. 3. Komunikasi kelompok kecil. Merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah. Istilah “kelompok kecil memiliki 3 makna”: (1), jumlah anggota kelompok itu memang hanya sedikit orang, (2) diantara para anggota kelompok itu saling mengenal dengan baik, (3) pesan yang dikomunikasikan bersifat unik, khusus, dan terbatas bagi anggota. Sehingga tidak sembarang orang dapat bergabung dengan kelompok itu. Tujuan Komunikasi Interpersonal a. Mengungkapkan perhatian pada orang lain. Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mengungkapkan perhatian pada orang lain. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, ingin dan cuek. b. Menemukan diri sendiri, artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi bersadarkan dari informasi yang didapatkan dari orang lain. c. Menemukan dunia luar, dengaan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain termasuk informasi penting dan actual. d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis. Sebagai makhluk sopsial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku.komuniaksi interpersonal ialabhb proses penyampaian suatu pesan oleh seseoraang kepada orang alin untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan media). f. Mencari kesenangan atau sekedar mengahabiskan waktu. Ada kalanya seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Disamping juga mendapatkan kesenangan komunikasi interpersonal dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rilex, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari g. Menghilangkan kerugaian akibat salah komunikasi. Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (miss-comunication) dan salah interpretasi (miss-interpretation) karean dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahpahaman interpretasi h. Memberikan bantuan (conceling). Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak sebagai konselor maupun konseli dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Komunikasi Interpersonal Secara Lisan Dan Tertulis Komunikasi interpersonal dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga penerapannya perlu diperhatikan situasi dan kondisi yang ada. Komunikasi lisan (oral communication) ialah proses pengiriman pesan dengan bahasa lisan. Komunikasi lisan mempunyai beberapa kuntungan yaitu : a. Meuntungan terbesar dari komunikasi lisa adalah kecepatannya, dalam arti ketika kita melakukan tindak komunikasi dengan orang lain pesan dapat disampaikan sesegera mungkin. b. Munculnya umpan balik segera. Artinya penerima pesan dapat dengan segera member tanggapan atas pesan yang disampaikan. c. Memberikan kesempatan kepada pengirim pesan untuk mengendalikan situasi dalam arti sender dapat melihat keadaan penerima pesan pada saat berlangsungnya tindak komunikasi tersebut. Atraksi Dalam Komunikasi Interpersonal A. PENGERTIAN DAN KONSEP Dean C Barlund, ahli komunikasi interpersonal, menulis, “Mengetahui garis- garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana peesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima.” (Barlund, 1967:71). Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang kita sebut sebagai atraksi interpersonal ( Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere-ad :menuju; trahere;menarik). Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita ingin membicarakan faktor-faktor yang menyebabkan mengapa personal stimuli menarik kita. Sebagaimana sering kita bicarakan dalam bagian-bagian lain, di sini pun faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa. Yang menyebabkan saya tertarik kepada Anda boleh jadi sifat-sifat yang Anda miliki (misalnya, Anda cantik), atau suasana emosional saya (misalnya, saya sedang kesepian).Sebenarnya kedua faktor ini dalam kenyataan sering tumpang tindih, sehingga pembagian di bawah ini hanyalah untuk memudahkan penjelasan saja. B. FAKTOR-FAKTOR PERSONAL YANG MEMPENGARUHI ATRAKSI INTERPERSONAL 1. Kesamaan Karakteristik Personal Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai.Reader danEnglish mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes kepribadian.Ditemukan mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.Don Byrne (1971) menunjukkan hubungan linear antara atraksi dengan kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme.Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita dalammenafsirkan realitas sosial. Kita benar.Kita mendapat dukungan.Kita menyukai orang yang mendukung kita. “An agreeable person,” kita Disreali, “is a person who agrees with me.” (Tubbs dan Moss, 1974:93) Asas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya determinan atraksi.Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi di antara individu. Walaupun begitu,bagi komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua peserta komunikasi. 2. Tekanan Emosional (Stress) la orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional,ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schachter (1959) membuktikan pernyataan diatas dengan sebuah eksperimen.Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi.Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka akan hanya akan mendapat kejutan ringan saja. Schachter menemukan diantara subjek pada kelompok pertama (kelompok yang tingkat kecemasannya tinggi),63 persen ingin menunggu bersama orang lain ,dan diantara subjek sahabat.Schachter pada kelompok menyimpulkan bahwa kedua situasi hanya 33 penyimpul persen yang memerlikan cemas (anxiety-producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah ,mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.Ada orang menafsirkan penelitian ini lebih lanjut. 3. Harga Diri yang Rendah Elaine Walster membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian tentang keperibadian.Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen dimulai, subjek secara kebetulan (sebetulnya tidak) berjumpa dengan seseorang mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti.Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti.Si mahasiswa menunjukkan minat yang besar pada mahasiswi itu.Mereka mengobrol selama 15 menit dan sang perjaka berusaha untuk mengajak berkencan.Setelah itu, subjek diberi tes keperibadian. Sebagian subjek diberi penilaian yang positif (misalnya keperibadian dewasa, orisional, dan sensitif), setengahnya lagi diberi penilaian negatif. Maksud Walster,sebagian ditinggikan harga dirinya sebagian lagi direndahkan. Menurut kesimpulan Walster bila harga diri direndahkan,hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan kata lain orang yang rendah diri cendrung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss,1974) 4. Isolasi Sosial Manusia adalah makhluk sosial,itu sudah diketahui orang banyak.Manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu,tetapi untuk waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi narapidana, petugas rimba atau penghuni pulau terpencil kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan,maka dalam konteks isolasi sosial,kecenderungannya untuk menyenangi orang lain bertambah. C. FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL YANG MEMPENGARUHI ATRAKSI INTERPERSONAL 1. Dayatarik Fisik (Physical Attractiveness) Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Orang – orang yang cantik atau tampan biasanya lebih disenangi. Mereka, biasanya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang. Mereka cenderung dinilai lebih berhasil dalam hidupnya dana memiliki sifat – sifat yang baik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang – orang yang cantik atau tampan biasanya lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang dan biasanya diperlukan lebih sopan. 2. Ganjaran (Reward) Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal – hal yang meningkatkan harga diri kita.Menurut teori pertukaran sosial (sosial exchange theory), interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan Anda sangat menyenangkan,sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis,kita akan saling menyenangi (Thibault dan Kelley, 1959; Homans,1974; Lott dan Lott;1974). 3. Familiarity Konsep ini artinya adalah hal – hal yang sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Jika kita sering berjumpa dengan seseorang, bisanya kita akan menyukainya. Prinsip ini biasa diperluas.Pendapat dan sikap kita biasanya dipengruhi pesan yang diulang – ulang (repetisi).Prinsip ini misalnya sangat dikenal dalam periklanan. 4. Kedekatan (Proximinity) Konsep ini erat kaitannya dengan familiarity. Hubungan kita dengn orang lain tergantung seberapa dekat orang tersebut dengan kita. Penelitian menunjukan bahwa orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan dan persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan.Disini perlu dipertanyakan apakah karena saling menyukai orang berdekatan atau karena berdekatan orang menjadi saling menyukai.Pada dasarnya, kedua hal itu benar. 5. Kemampuan (Competence) Ada kecenderungan bahwa kita menyukai orang – orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari kita atau berhasil dalam kehidupannya. Pemain-pemain bulu tangkis dipuja orang ketika mereka berhasil mengalahkan lawannya, dan dicaci maki ketika mereka gagal. Orang-orang yang sukses dalam bidang apa pun,profesional atau nonprofesional umumnya mendapat simpati orang banyak. D. TEORI TENTANG LIKING a. Physical Attractiviness Theory Secara naluri, orang akan lebih menyukai orang lain yang menarik dari sisi penampilan fisik. Ini misalnya saja: cantik, tampan, bersih, rapi, teratur, dan seterusnya dan seterusnya. Orang yang penampilannya paling tidak rapi sekalipun terkadang tidak menyukai orang lain yang tidak rapi. Perokok sendiri sering tidak menyukai perokok lain yang merokoknya sembarangan. b. Competency Theory Orang cenderung lebih menyukai orang lain yang lebih kompeten, punya banyak kebisaan, lebih kreatif, lebih terampil, lebih smart, dan seterusnya dan seterusnya. Bahkan untuk urusan pekerjaan, orang lebih menyukai / mempercayai orang lain karena melihat kompetensinya ketimbangan saudaranya, anaknya atau sahabat karibnya. c. Reciprocal Theory Orang cenderung menyukai orang lain yang menyukainya (ada timbal baliknya). Like attracts like, begitu katanya. Tapi ini masih dengan catatan bahwa kesukaan yang kita tunjukkan itu haruslah genuine, bukan dibuat-buat atau hanya untuk mencari muka.Kalau itu dibuat-buat atau hanya sekedar untuk mencari muka, biasanya malah menimbulkan ketidaksenangan. d. Similiarity& Complementary Theory Orang cenderung menyukai orang lain yang punya beberapa kemiripan / kesamaan dengan dirinya. Ini misalnya saja: satu daerah, satu almamater, satu partai, satu hobi, satu visi, satu pemikiran, satu perasaan, dan seterusnya dan seterusnya. Tetapi katanya, kesamaan dan kemiripan ini tidak mampu menghasilkan kesenangan yang langgeng apabila tidak ditopang oleh unsur lain yang menjadi penguatnya. Karena itu harus ada complementary-nya: saling mengisi, saling mendukung, saling memberimendapatkan, dan seterusnya. Jika complementary-nya tidak muncul, maka dengan sendirinya similiarity-nya itu hanya sekedar masa lalu. e. Exchange Theory Orang akan menyenangi orang lain yang memberikan untung, nilai plus, atau manfaat kepadanya. Minimalnya tidak sampai merugikan.Soal itu berupa materi atau nonmateri, itu soal konteks. Prinsipnya, tidak ada manusia yang bisa menerima kerugian dari proses interaksi yang dijalankan. f. Reinforcement Theory Orang akan menyenangi orang lain yang menghargai dirinya. Ini tidak saja dialamatkan secara khusus kepada orang yang memberi penghargaan itu, melainkan juga kepada orang yang dekat dengan si pemberi.Memberi penghargaan dapat memasukkan bentuk-bentuk perasaan positif. g. Gain-loss Theory Menurut teori ini, kita akan menyukai orang lain yang evaluasinya, koreksinya, atau dukungannya kepada kita cenderung selalu membaik, bukan semakin memburuk atau biasa-biasa saja. Sebaliknya juga begitu. Kita lebih cenderung akan tidak senang sama orang lain yang makin lama bukannya makin baik penilaiannya, sikapnya atau perlakuannya. E. PENGARUH ATRAKSI INTERPERSONAL PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL Penafsiran Pesan dan Penilaian Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.Komunikator yang dipandang menarik, karena kesamaan, kedekatan, daya tarik fisik, lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap. Beberapa penelitian mencoba menghubungkan apa yang dipilih dalam Pemilu dengan kesukaan pada calon anggota Congress di Amerika Serikat. Kesamaan sikap antara pemilih dengan calon, apalagi kalau ditambah daya tarik fisik calon, merupakan prediktor (peramal) yang sangat tepat untuk meramalkan pilihan orang dalam Pemilu.Efektifitas Komunikasi Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan Anda,Anda gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci akan membuat Anda tegang,resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Bila keadaan seperti ini, yang sudah di buktikan oleh Wolosin (1975), kita perluas pada situasi komunikasi lainnya, kita dapat menyatakan bahwa komunikasi akan lebih efektif bila komunikan saling menyukai. HUBUNGAN INTERPERSONAL Hakikat dari hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Pandangan ini merupakan hal baru dan untuk menunjukan hubungan pesan komunikan ini disebut dengan metakomunikasi.Dalam hal ini berarti bahwa studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan kepada aspek rasional.aspek rasional adalah yang menjadi unit analisis dari komunikasi interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun non verbal) secara timbal balik terjadi dan halini dinamakan komunikasi interpersonal. ketika hubungan itu tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara partisipan yang terlibat. A. JENIS JENIS HUBUNGAN INTERPERSONAL 1. Model Pertukaran Sosial Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka utama dari model ini,menyimpulkan model pertukaran sosialsebagai berikut, “Asumsi dasar yangmendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaska ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. 2. Model Permainan Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,1972) yang menceritakannya dalam buku Games People Play. Analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini,orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia,Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak. Orang Tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita.Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang di ambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intiuisi,spontanitas,kreativitas,dan kesenangan. 3. Model Interaksional Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural,integratif,dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Selanjutnya,semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Dalam mempertahankan ekuilibrium,sistem dan subsistem harus melakukan transaksi yang dengan lingkungannya(medan). B. PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL 1. Pembentukan hubungan interpersonal Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process); diuraikan seacara terinci oleh Theodore Newcomb dalam The Acquaintance process(1961), Dony Byrne dalam The Attraction Paradigm(1971),dan Dalmas A.Taylor dalam Social penetration: The Development of interpersonal Relationship(1973); di sini kita tidak akan menguraikan proses ini secara terinci. Fokus kita ialah pada proses penyampaian dan penerimaaan informasi dalam peembentukan hubungan. Steve Duck (1976:127) 2. Peneguhan Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah .untuk memeihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerrlukan tindakan-tingdakan tertentu untuk engembalikan keseimbangan(equilibrium). Ada 4 faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol,rewspon yang tepat,dan nada emosioanl yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yg diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang mengontrol siapa, bilamana.jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakah yang dominan.Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor yang ketiga adalah ketepatan respon artinya, respon A dikuti oleh respon B yang sesuai. Dalam percakapan, misalnya pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan.Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal.Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungya komunikasi. Walaupun mungkin sajaterjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. C. POLA-POLA RELASIONAL Ketika suatu hubungan terbentuk, berkembang pula pola-pola komunikasi yang merupakan hasil dari aturan yang diterapkan para partisipan. Ruben menyebutkan ada empat pola relasional: 1. Suportif dan Defensif Sikap suportif merupakan sikap yang mendukung komunikasi interpersonal; sebaliknya dengan sikap defensif. 2. Tergantung (dependen) dan tidak tergantung (independen) Hubungan yang beriklim dependen dicirikan jika salah satu individu sangat tergantung pada individu lainnya, misalnya karena dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan sebagianya. Sebaliknya dalam hubungan yang independen, seorang individu secara bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada individu lainnya. 3. Progresif dan Regresif. Hubungan yang progresif adalah hubungan yang ditandai dan menimbulkan kepuasan serta harmoni. Sebaliknya dengan regresif: hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakharmonisan. 4. Self-fulfilling dan self-defeating prophecies Pola hubungan yang dipengaruhi oleh harapan dari pihak-pihak yang terlibat. Jika harapan kita terpenuhi dalam hubungan tersebut maka kita akan bersikap positif terhadap hubungan tersebut, sebaliknya jika harapan kita tidak teropenuhi maka kita akan bersikap negatif terhadap hubungan tersebut. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA HUBUNGAN INTERPERSONAL 1. Percaya Diri (trust) Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan efektifitas komunikasi. Secara ilmiah, “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”(Giffin,1967:224 234). Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya: (1) ada situasi yang menimbulkan risiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi risiko. Risiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami. Bila tidak ada risiko,percaya tidak di perlukan. (2) orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain. (3) orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. Sikap percaya akan berkembang apabial setiap komunikan menganggap komunikan lainnya berlaku jujur. 2. Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal. karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,kecemasan,harga diri yang rendah,pengaaman defensif,dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situsioanal adalah perilaku komunikasi orang lain. 3. Sikap Terbuka Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism.Sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan lebih dahulu karakteristik orang dogmatis. Contoh-contoh yang lebih jelas dsan karakteristik orang yg dogmatis atau bersikap tertutup: 1) Menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan ogika suatiu proposisi, ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dgn dirinya. 2) Berpikir simplitis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dam putih, tidak ada kelabu.ia tidak snggup membedakan yang setengah benar setengah salah. 3) Berorientasi pada sumber. Bagi orang dogmatis yg paing penting ialah siapa yg berbicara, bukan apa yg dibicarakan. 4) Mencari informasi dari sumber sendiri. 5) Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaan. 6) Tidak mampu membiarkan inkonsistensi. Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yg efektif, digmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama- sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian. DAFTAR PUSTAKA Deddy Mulyana, 2008, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Jalaludin Rakhmat, 2012, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Suranto Aw, 2011, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. Internet Searching: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/927