Identifikasi Kandungan Zat Gizi Pada Jus Tempe dan Modifikasinya

advertisement
Al-Sihah : Public Health Science Journal
371-384
Identifikasi Kandungan Zat Gizi Pada Jus Tempe dan
Modifikasinya Sebagai Alternatif Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) Pada Balita
Fadillah1, Syarfaini2, Muh. Rusmin3
1,2
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
3
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat gizi pada jus tempe dan modifikasinya sebagai alternatif PMT pada balita. Jenis penelitian ini adalah Pre-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yaitu one-shot case study design. Lokasi
penelitian ini di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar dan Universitas Negeri
Makassar. Objek dalam penelitian ini yaitu tempe, pisang dan pepaya yang kemudian
dijadikan jus dengan formula, jus tempe yaitu tempe 50 gr, gula 5 gr, dan air 90 ml. Formula
pada jus tempe pisang yaitu tempe 30 gr, pisang 15 gr, gula 5 gr, dan air 90 ml. Sedangkan
formula pada jus tempe pepaya yaitu tempe 30 gr, pepaya 15 gr, gula 5 gr, dan air 90 ml. Alat
yang digunakan dalam membuat sampel yaitu blender, pisau, talenan, panci, saringan panci,
sendok, dan piring. Adapun bahan yang digunakan yaitu masing-masing buah yang menjadi
sampel (pepaya dan pisang), tempe, gula, dan air. Parameter pengamatan yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin C dan Fe, dan juga dilakukan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan kandungan gizi pada jus tempe sebesar: karbohidrat 8,9%,
protein 8,8%, lemak 3,06 mg/gr, vitamin C 7,57 mg/gr dan Fe 1,52 mg/gr. Pada jus tempe
pisang yaitu karbohidrat 9,9%, protein 4,7%, lemak 2,5%, vitamin C 9,4 mg/gr, dan Fe 0,83
mg/gr. Sedangkan pada jus tempe pepaya karbohidrat 6,7%, protein 4,4%, lemak 3,7%,
vitamin C 9,6 mg/gr, dan Fe 1,6 mg/gr. Pada uji organoleptik jus tempe dan modifikasinya, jus
dengan nilai rata-rata tingkat kesukaan tertinggi terdapat pada jus tempe pisang (76,25%),
kemudian jus tempe pepaya (71,25%), dan jus tempe (68,75%).
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terhadap balita, disarankan kepada orangtua agar
memberikan makanan dengan nilai gizi yang tepat. Seperti pada jus tempe dan jus tempe
pisang yang kaya akan zat gizi makro sebaiknya diberikan kepada balita yang mengalami gizi
kurang dan KEP. Sedangkan pada jus tempe pepaya yang kaya akan zat gizi mikro seperti vitamin C dan Fe yang sangat baik untuk membantu absorbsi zat gizi makro dan baik untuk
penderita Anemia Gizi Besi.
Kata Kunci : Zat Gizi, Jus Tempe dan Modifikasinya, Pemberian Makanan Tambahan, Balita.
Alamat Korespondensi:
Gedung FKIK Lt.1 UIN Alauddin Makassar
Email: [email protected]
ISSN : 2086-2040
Vol. VI, No. 2, Juli-Desember 2014
372
AL -SIH AH
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
lain. Secara kuantitatif, nilai gizi tempe
Pendahuluan
K
esehatan
dimensi
merupakan
salah
dasar
satu
sedikit lebih rendah daripada nilai gizi
pembangunan
kedelai. Namun, secara kualitatif nilai gizi
manusia. Pembangunan kesehatan harus
tempe
dimulai sejak seseorang dalam kandungan
mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal
hingga mencapai usia lanjut agar hidup
ini disebabkan karena kadar protein yang
panjang dan sehat. Salah satu dari empat
larut dalam air akan meningkat akibat
sasaran pembangunan kesehatan dalam
aktivitas
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
demikian, setiap makanan atau minuman
Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 adalah
yang kita dikonsumsi harus benar-benar
menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi
diperhatikan,
15%. Pendekatan yang dilakukan untuk
kehalalan
mencapai sasaran tersebut adalah melalui
Sebagaimana anjuran Allah swt. dalam QS
upaya penanggulangan gizi kurang. Salah
Abasa/80:24.
satu penanggulangan gizi kurang dalam
Terjemahan :
Maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya (Al-Qur’an
dan Terjemahannya, 2007).
RPJMN
2010-2014
yaitu
Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi
lebih
tinggi
enzim
Proteolitik.
bukan
tapi
karena
hanya
juga
tempe
Dengan
dari
segi
manfaatnya.
kurang (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian
Makanan
Tambahan
(PMT) merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengatasi kekurangan gizi
pada kelompok usia balita. Pemberian
Makanan
Tambahan
(PMT)
ini
dimaksudkan sebagai tambahan makanan,
bukan sebagai pengganti makanan utama
sehari-hari dan berbasis bahan makanan
lokal (Kemenkes RI, 2011).
Salah satu makanan lokal khas negara
Indonesia yang sangat terkenal yaitu tempe.
Selain harga yang relatif murah, tempe juga
kaya akan zat gizi, seperti energi, protein,
lemak, hidrat arang, serat, kalsium, fosfor,
zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan lain-
Dengan dijadikannya tempe sebagai
salah satu alternatif makanan tambahan,
maka dilakukan analisis kandungan zat gizi
pada tempe terlebih dahulu. Adapun zat gizi
yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin C, dan
zat besi.
Adapun manfaat karbohidrat untuk
balita yaitu sebagai nutrisi yang tepat untuk
tumbuh kembang. Dalam usia pertumbuhan,
balita membutuhkan asupan karbohidrat
yang tergolong sederhana agar lebih cepat
diserap
menjadi
energi.
Energi
ini
dibutuhkan untuk tahapan pertumbuhan
fisik dan perkembangan otak anak sehingga
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
anak
bisa
beraktivitas
baik.
lemak. Jika lemak berkurang, vitamin yang
untuk
akan dilarutkan dalam tubuh juga akan
memastikan protein dapat berperan sebagai
berkurang. Salah satu lemak tak jenuh yang
zat pembangun.
sangat baik untuk bayi adalah asam lemak
Karbohidrat
juga
dengan
373
AL -SIH AH
berfungsi
Protein sebagai zat pembangun yang
diperlukan
bayi
dan
balita
untuk
Omega 3.
Vitamin
C
diperlukan
dalam
pembuatan sel-sel baru dan sebagai unsur
membantu absorpsi zat besi, karena zat besi
pembentuk struktur tulang, gigi, dan lain-
diubah dalam bentuk feri menjadi fero
lain. Protein juga berperan dalam proses
terlebih dahulu agar zat besi mudah diserap
pembentukan enzim dan hormon yang
oleh tubuh. Selain itu, vitamin C juga
dapat mengatur proses metabolisme dalam
berperan dalam proses pembentukan gigi
tubuh. Dalam perannya sebagai antibodi,
pada masa balita.
protein memiliki andil dalam mekanisme
pertahanan
penyakit
tubuh
dan
melawan
sangat rentan terhadap penyakit, hal ini
dan
disebabkan karena sistem imun yang
perkembangan bayi dan balita adalah
menurun. Selain itu, zat besi mempunyai
protein lengkap yang mengandung 9 jenis
peran dalam membantu penyerapan protein
amino
yang
dan membantu metabolisme energi. Zat
merupakan komponen penyusun protein
besi yang terdapat dalam hemoglobin dan
tersebut
sangat
mioglobin berfungsi untuk mengangkut
penting sebagai neurotransmitter yaitu
oksigen dan karbondioksida, sehingga
yang melangsungkan proses komunikasi
secara tidak langsung zat besi sangat
antara sel-sel otak (Adisti, 2013).
esensial
untuk
esensial.
Protein
satunya sebagai antibodi. Balita gizi kurang
yang
diperlukan
infeksi.
berbagai
Peranan zat besi pada balita salah
pertumbuhan
Asam
mempunyai
amino
peranan
Sama halnya dengan karbohidrat dan
protein, tubuh juga membutuhkan lemak.
Bagi
bayi,
pertumbuhan
menjaga
lemak
sel.
keutuhan
diperlukan
Lemak
dan
untuk
berfungsi
untuk
metabolisme
energi
(Muchtadi, 2009: 87).
Dengan berbagai fungsi zat gizi yang
terdapat dalam tempe, diharapkan mampu
mencegah
maupun
meminimalisir
perkembangan
gangguan gizi pada balita. Gangguan gizi
dinding sel termasuk sel otak. Sel otak
pada awal kehidupan dapat mempengaruhi
berkembang dengan adanya Omega 3 dan
kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang
Omega 6. Selain untuk dinding sel,
pada balita tidak hanya menimbulkan
penyerapan vitamin juga membutuhkan
gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga
374
AL -SIH AH
mempengaruhi
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
kecerdasan
dan
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
produktivitas ketika dewasa. Namun yang
yang telah dilakukan oleh pemerintah.
lebih fatal lagi akibat gizi kurang pada
Selain upaya dari pemerintah tersebut,
balita dapat menyebabkan kematian. World
upaya
Health Organization (WHO) memperkira-
diharapkan agar dapat berkesinambungan
kan bahwa 54% penyebab kematian bayi
dan saling menguntungkan satu sama lain,
dan balita didasari oleh keadaan gizi anak
sehingga tercipta keadaan yang lebih baik.
yang kurang (Irwandy, 2007).
Allah
Data terbaru hasil analisis Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) tentang
status gizi kurang di Indonesia yaitu sebesar
19,6%.
Sedangkan
Kesehatan
dari
Dasar
data
Riset
(Riskesdas,
2007)
dari
swt
masyarakat
berfirman
juga
dalam
sangat
QS
Ar-
Ra'd/13:11.
Terjemahan :
Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri
mereka
sendiri.
(Al-Qur’an
dan
Terjemahannya, 2007).
menunjukkan jumlah balita gizi kurang di
Indonesia sebesar 18,4%, dan pada tahun
Pada ayat di atas, dijelaskan bahwa
2010 prevalensi balita gizi kurang secara
nasib seseorang tidak akan berubah tanpa
nasional
sebesar 17,9% dengan 4,9%
adanya usaha dari orang itu sendiri. Seperti
diantaranya menderita gizi buruk. Sulawesi
halnya dengan upaya untuk perbaikan gizi
Selatan
kurang
baik pada tatanan negara maupun dalam
sebanyak 18,6% dan gizi buruk sebanyak
tatanan keluarga. Upaya perbaikan gizi
6,4%.
dalam sebuah keluarga akan berhasil jika
sendiri
penderita
gizi
Berdasarkan data yang diperoleh dari
betul-betul ada niat, serta upaya untuk
Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas
memperbaikinya. Salah satu upaya dalam
Kesehatan Kota Makassar, status gizi
perbaikan status gizi dalam keluarga ini
kurang yang dilaporkan selama tiga tahun
yaitu
terakhir yakni pada tahun 2010 jumlah
(PMT) pada balita.
balita yang menderita gizi kurang adalah
Pemberian
Makanan
Tambahan
Sebagaimana diketahui bahwa usia
tahun
2011
balita merupakan periode pertumbuhan dan
(13,5%)
dan
perkembangan yang sangat pesat sekaligus
tahun
2012
kelompok yang rawan kekurangan gizi, dan
berjumlah 9.413 balita (11,59%) (Dinkes
olehnya itu perlu mendapat perhatian.
Kota Makassar, 2012).
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
9.629
balita
(14,54%),
berjumlah
9.409
balita
mengalami
penurunan
di
Dari data di atas, tentu sudah banyak
usaha positif yang perlu dilakukan yaitu
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
375
AL -SIH AH
dengan Pemberian Makanan Tambahan
bagai sampel yaitu tempe yang benar-benar
(PMT) (Kemenkes RI, 2011).
berbahan
Melihat
pentingnya
dasar
kedelai
murni,
dan
Pemberian
berkualitas baik atau dalam hal ini kulit ari
Makanan Tambahan (PMT) pada balita,
kedelai dibuang terlebih dahulu sampai
melalui penelitian ini, peneliti membuat
bersih, kemudian dibuat menjadi tempe.
terobosan baru sebuah produk dengan
Sedangkan pepaya dan pisang yang diguna-
olahan tempe sebagai salah satu alternatif
kan sebagai objek penelitian yaitu pepaya
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dan pisang yang sudah matang. Ketiga
pada
menganalisis
objek penelitian ini kemudian dibuat
kandungan zat gizinya terlebih dahulu,
menjadi jus, yaitu jus tempe, jus tempe
seperti:
pisang, dan jus tempe pepaya.
balita
dengan
karbohidrat,
lemak,
protein,
vitamin C dan Fe.
Pengumpulan Data
Ada 3 metode pengumpulan data
Metode Penelitian
yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu
Lokasi dan Jenis Penelitian
dokumentasi, uji laboratorium dan uji or-
Penelitian ini dilakukan di Balai
ganoleptik. Uji laboratorium digunakan
Besar Laboratorium Kesehatan Makassar,
untuk memperoleh data tentang jumlah
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian
total atau kadar zat gizi (karbohidrat,
Kesehatan RI, Jalan Perintis Kemerdekaan
protein, lemak, vitamin C, dan Fe) dengan
Tamalanrea
menggunakan metode
Km. 11 Makassar. Jenis
tertentu. Dalam
penelitian ini merupakan penelitian Pra-
penelitian ini, analisis kadar karbohidrat
eksperimen (pre-experiment research) den-
menggunakan metode Anthrone, analisis
gan desain penelitian one-shot case study
kadar
design. Adapun pendekatan pada penelitian
Kjedahl, analisis kadar lemak dengan
ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan me-
metode Gravimetri, analisis kadar vitamin
lakukan eksperimen yang bertujuan untuk
C dengan metode Spektrofotometri UV-
mengetahui jumlah atau kadar zat gizi
VIS, dan analisis kadar Fe dengan metode
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin A,
Spektrofotometri Absorpsi Atom Serapan
dan Fe) pada objek yang diteliti.
(AAS). Sedangkan uji organoleptik yang
Objek Penelitian
digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis
protein
menggunakan
metode
Adapun objek yang diteliti pada
uji hedonik. Uji kesukaan atau hedonik
penelitian ini, yaitu tempe, pepaya, dan
menyatakan suka atau tidaknya seseorang
pisang. Adapun tempe yang digunakan se-
terhadap suatu produk dengan komponen
376
AL -SIH AH
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
uji berdasarkan rasa, warna, aroma dan
tertinggi terdapat pada jus tempe pepaya
tekstur.
(9,6 mg/gr), dan kandungan Fe tertinggi ter-
Analisis Data
dapat pada jus tempe pepaya (1,6 mg/gr).
Analisis
data
dilakukan
setelah
Uji Organoleptik
diperoleh hasil dari penelitian laboratorium
Tabel 2 menunjukkan bahwa total
dan hasil uji organoleptik. Hasil penelitian
skor
laboratorium
yang diperoleh kemudian
berdasarkan warna pada jus tempe dan
dianalisis dan dibandingkan dengan teori
modifikasinya terdapat pada jus tempe
yang ada. Sedangkan data uji organoleptik
pepaya dengan skor 17 (85%) dengan
diolah dengan menggunakan uji Deskriptif
kriteria sangat suka.
Persentase dengan menggunakan program
tertinggi
dalam
uji
organoleptik
Tabel 3 menunjukkan bahwa total
software Statistikal Product & Service
skor
tertinggi
dalam
uji
organoleptik
Solutions (SPSS) versi 17.00.
berdasarkan rasa pada jus tempe dan
modifikasinya terdapat pada jus tempe
Hasil Penelitian
pisang dengan skor 18 (90%) dengan
Uji Laboratorium
kriteria sangat suka.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kandun-
Tabel 4 menunjukkan bahwa total
gan karbohidrat tertinggi terdapat pada jus
skor
tertinggi
dalam
uji
organoleptik
tempe pisang (9,9%), kandungan protein
berdasarkan aroma pada jus tempe dan
tertinggi terdapat pada jus tempe (8,8%),
modifikasinya terdapat pada jus tempe
lemak tertinggi terdapat pada jus tempe
pisang dengan skor 17 (85%) dengan
pepaya (3,7%), kandungan vitamin C
kriteria sangat suka.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Analisis Jus Tempe dan Modifikasinya Tahun 2014
Parameter
Jus Tempe
Karbohidrat (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Vitamin C (mg/gr)
Fe (mg/gr)
Sumber: Data Primer, 2014.
8,9
8,8
3,06
7,57
1,52
Sampel
Jus Tempe
Pisang
9,9
4,7
2,5
9,4
0,83
Jus Tempe
Pepaya
6,7
4,4
3,7
9,6
1,6
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
377
AL -SIH AH
Tabel 2. Hasil Analisis Organoleptik pada Jus Tempe dan Modifikasinya berdasarkan Warna
tahun 2014
Hedonik
Sangat Suka
Suka
Tidak Suka
Sangat
Tidak Suka
Total
Jus Tempe
Panelis Skor
%
5
15
75
-
Jus Tempe Pisang
Panelis Skor
%
3
9
45
2
4
20
Jus Tempe Pepaya
Panelis Skor
%
2
8
40
3
9
45
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
15
75
5
13
65
5
17
85
Sumber: Data Primer, 2014.
Tabel 3. Hasil Analisis Organoleptik pada Jus Tempe dan Modifikasinya berdasarkan Rasa
Tahun 2014
Hedonik
Sangat Suka
Suka
Tidak Suka
Sangat
Tidak Suka
Total
Jus Tempe
Panelis Skor
%
4
12
60
1
2
10
Jus Tempe Pisang
Panelis Skor
%
3
12
60
2
6
30
-
Jus Tempe Pepaya
Panelis Skor
%
4
12
60
1
2
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
14
70
5
18
90
5
14
70
Sumber: Data Primer, 2014.
Tabel 4. Hasil Analisis Organoleptik pada Jus Tempe dan Modifikasinya berdasarkan Aroma
Tahun 2014
Hedonik
Sangat Suka
Suka
Tidak Suka
Sangat
Tidak Suka
Total
Jus Tempe
Panelis Skor
%
3
9
45
2
4
20
Jus Tempe Pisang
Panelis Skor
%
2
8
40
3
9
45
-
Jus Tempe Pepaya
Panelis Skor
%
2
6
30
3
6
30
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
13
65
5
17
85
5
12
60
Sumber: Data Primer, 2014.
378
AL -SIH AH
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
Tabel 5. Hasil Analisis Organoleptik pada Jus Tempe dan Modifikasinya berdasarkan Tekstur
Tahun 2014
Jus Tempe
Panelis Skor
%
3
9
45
2
4
20
Hedonik
Sangat Suka
Suka
Tidak Suka
Sangat
Tidak Suka
Total
Jus Tempe Pisang
Panelis Skor
%
3
9
45
2
4
20
Jus Tempe Pepaya
Panelis Skor
%
4
12
60
1
2
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
13
65
5
13
65
5
14
70
Sumber: Data Primer, 2014.
Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Analisis Organoleptik pada Jus Tempe dan Modifikasinya Tahun
2014
Jus Tempe
Hedonik
Warna
Rasa
Aroma
Jus Tempe Pisang
Tekstur
Warna
Sangat suka
Suka
75
Tidak suka
60
45
45
45
10
20
20
20
70
65
65
65
Rasa
Aroma
60
40
30
45
Jus Tempe Pepaya
Tekstur
Warna
Rasa
Aroma
Tekstur
45
40
60
30
60
20
45
10
30
10
65
85
70
60
70
Sangat
tidak suka
75
Total
Rata-rata
68,75
90
85
76,25
71,25
Sumber: Data Primer, 2014.
Pembahasan
mengemukakan bahwa manfaat karbohidrat
Uji Laboratorium
merupakan nutrisi yang tepat untuk tumbuh
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
kembang balita. hal senada juga dijelaskan
kandungan karbohidrat tertinggi diantara
Putri
ketiga jus terdapat pada jus tempe pisang
pertumbuhan, balita membutuhkan asupan
yaitu 9,9% dan terendah terdapat pada jus
karbohidrat yang tergolong sederhana agar
tempe pepaya yaitu 6,7%. Berdasarkan
lebih cepat diserap menjadi energi. Energi
Nutrisurvey (2007), kandungan karbohidrat
ini dibutuhkan untuk tahapan pertumbuhan
dalam 100 gram pisang memang cukup
fisik dan perkembangan otak anak sehingga
tinggi,
anak
yaitu
23,4 gram
dibandingkan
(2012)
bisa
bahwa
beraktivitas
dengan
baik.
Karbohidrat
yaitu
memastikan protein dapat berperan sebagai
gram.
Astawan
(2012)
berfungsi
usia
dengan kandungan karbohidrat pada pepaya
12,2
juga
dalam
untuk
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
379
AL -SIH AH
zat pembangun.
adanya kandungan protein yang terdapat
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
pada masing – masing jus, maka ketiga jus
kandungan protein tertinggi terdapat pada
tersebut layak dijadikan sebagai salah satu
jus tempe yaitu sebesar 8,8 % dan terendah
makanan tambahan untuk Balita gizi
terdapat pada jus tempe pepaya yaitu 4,4
kurang, karena fungsi utama protein yaitu
%. Berdasarkan Departemen Kesehatan
zat pembangun bagi pertumbuhan dan
Republik Indonesia Dirjen Bina Gizi
pemeliharaan jaringan tubuh. Kartasapoetra
Masyarakat dan Puslitbang Gizi (1991),
dan Marsetyo (2008) dalam bukunya yang
dalam 100 gram tempe terdapat kandungan
berjudul Ilmu Gizi (Korelasi Ilmu Gizi,
protein sebesar 20,8 gram. Sedangkan pada
Kesehatan,
pepaya, kandungan protein dalam 100
mengemukakan bahwa protein berfungsi
gram hanya 0,5 gram. Jadi, pada penelitian
sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan
ini, yang memberikan kontribusi protein
dan pemeliharaan jaringan tubuh; sebagai
tertinggi terdapat pada tempe. Meskipun
pengatur kelangsungan proses di dalam
jus tempe dan jus tempe pepaya masing –
tubuh; sebagai pemberi tenaga dalam
masing menggunakan tempe sebagai bahan
keadaan energi kurang tercukupi oleh
dasar, namun yang membedakannya yaitu
karbohidrat dan lemak.
dan
Produktivitas
Kerja)
dari segi takaran atau jumlah tempe yang
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
digunakan dalam pembuatan masing –
kandungan lemak tertinggi dari ketiga jus
masing jus. Dalam jus tempe, tempe yang
tersebut terdapat pada jus tempe pepaya
digunakan sebanyak 50 gram dan pada jus
yaitu 3,7 gram dan kandungan lemak
tempe pepaya hanya sebanyak 30 gram.
terendah terdapat pada jus tempe pisang
Penambahan pepaya pada jus tempe pepaya
yaitu 2,5 gram. Pada jus tempe pepaya dan
juga tidak terlalu banyak, yaitu 15 gram.
jus
Jadi, wajar jika dalam penelitian ini,
mempunyai takaran dalam pembuatan jus
kandungan protein pada jus tempe lebih
yang sama yaitu 30 gram tempe, 5 gram
besar dibandingkan jus tempe pepaya
gula, 90 ml air, dan 15 gram masing-
ataupun jus tempe pisang.
masing pepaya dan pisang. Namun yang
Berdasarkan Prosiding Widyakarya
Nasional
Pangan
dan
Gizi
tempe
pisang
masing-masing
membedakan antara pepaya dan pisang
(2004),
yaitu kandungan lemaknya dalam masing-
kebutuhan protein terhadap Balita umur 7 –
masing 100 gram. Kandungan lemak dalam
11 bulan sebanyak 16 gram/hari dan 1 – 3
100 gram pepaya sebanyak 16,7 gram,
tahun sebanyak 25 gram/hari. Dengan
sedangkan kandungan lemak dalam 100
380
gram
AL -SIH AH
pisang
Dari
kandungan vitamin C yang terdapat dalam
perbedaan inilah sehingga jus tempe pepaya
ketiga jus, khususnya jus tempe pepaya
lebih tinggi kandungan lemaknya dibanding
diharapkan mampu memberikan kontribusi
jus
atau sumbangan vitamin C pada balita gizi
tempe
hanya
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
pisang.
0,5
gram.
Dengan
adanya
kandungan lemak dalam ketiga jus ini,
diharapkan dapat memberikan kontribusi
kurang.
Vitamin
C
diperlukan
dalam
kepada Balita yang mengalami gizi kurang.
membantu absorpsi zat besi, karena zat besi
Berdasarkan
lemak
diubah dalam bentuk feri menjadi fero
merupakan sumber tenaga dan penghasil
terlebih dahulu agar zat besi mudah diserap
kalori terbesar yang dalam hal ini tiap gram
oleh tubuh. Selain itu, vitamin C juga
lemak menghasilkan sekitar 9 kkalori.
berperan dalam proses pembentukan gigi
Sama
pada masa balita.
halnya
Almatsier
(2010),
dengan karbohidrat
dan
protein, tubuh juga membutuhkan lemak.
Berdasarkan
tabel
1
pada
hasil
Bayi, anak, ataupun dewasa membutuhkan
penelitian menunjukkan bahwa kandungan
lemak yang merupakan 30% dari kebutuhan
zat besi tertinggi terdapat pada jus tempe
total kalori yang dibutuhkan. Bagi bayi,
pepaya yaitu 1,6 mg dan terendah terdapat
lemak diperlukan untuk pertumbuhan sel.
pada jus tempe pisang yaitu 0,83 mg. Pada
Lemak berfungsi menjaga keutuhan dan
jus tempe pepaya dan jus tempe pisang
perkembangan dinding sel termasuk sel
masing-masing mempunyai takaran dalam
otak.
pembuatan jus yang sama yaitu 30 gram
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
tempe, 5 gram gula, 90 ml air, dan 15 gram
kandungan vitamin C tertinggi terdapat
masing-masing
pepaya
dan
pada jus tempe pepaya yaitu sebesar 9,6 mg,
Berdasarkan
kemudian jus tempe pisang 9,4 mg dan
Republik
terendah terdapat pada jus tempe yaitu 7,57
Masyarakat dan Puslitbang Gizi (1991),
mg. Pepaya merupakan salah satu buah
kandungan zat besi dalam 100 gram tempe
yang kaya akan vitamin C. Kandungan
sebesar 4 mg. Kandungan zat besi pada
vitamin C dalam 100 gram pepaya sebanyak
pepaya memang lebih tinggi di banding
78 mg, lebih tinggi dibanding pisang yaitu
pisang. Dalam 100 gram pepaya terdapat zat
berkisar 9,0 mg. Berdasarkan Prosiding
besi sebesar 1,7 mg sedangkan kandungan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
zat besi dalam 100 gram pisang hanya 0,3
(2004), kebutuhan vitamin C pada balita
mg. Berdasarkan Prosiding Widyakarya
setiap hari sebesar 40 mg. Dengan adanya
Nasional
Departemen
Indonesia
Pangan
Kesehatan
Dirjen
dan
pisang.
Bina
Gizi
Gizi
(2004),
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
381
AL -SIH AH
kebutuhan zat besi pada balita setiap hari
bahwa total skor tertinggi dalam uji
sebesar 7 – 8 mg. Dengan kandungan zat
organoleptik berdasarkan warna pada jus
besi dari ketiga jus tersebut setidaknya
tempe dan modifikasinya terdapat pada jus
memberikan kontribusi zat besi kepada
tempe pepaya dengan skor 17 (85%) dan
balita yang mengalami gizi kurang dan
terendah yaitu pada jus tempe pisang
dapat
makanan
dengan skor 13 (65%). Pada dasarnya,
(2009),
tempe murni memiliki warna putih alami
dijadikan
tambahan.
Menurut
sebagai
Muchtadi
peranan zat besi pada balita salah satunya
dan
sebagai antibodi. Balita gizi kurang sangat
kecoklatan. Menurut Kasmidjo (1990),
rentan
ini
tempe yang baik harus memenuhi syarat
disebabkan karena sistem imun yang
mutu secara fisik dan kimiawi. Salah satu
menurun. Selain itu, zat besi mempunyai
syarat tempe yang baik secara fisik yaitu
peran dalam membantu penyerapan protein
berwarna
dan membantu metabolisme energi. Zat
disebabkan adanya miselia kapang yang
besi yang terdapat dalam hemoglobin dan
tumbuh
mioglobin berfungsi untuk mengangkut
Adapun yang membedakan warna antara
oksigen dan karbondioksida, sehingga
jus tempe pisang dan jus tempe pepaya
secara tidak langsung zat besi sangat
yaitu pada pisang dan pepaya itu sendiri.
esensial untuk metabolisme energi. Seperti
Menurut Meutia dan Kusnadi (2010), buah
dalam pembahasan tersebut, sangat banyak
pepaya memiliki nilai gizi yang cukup
manfaat yang dapat diperoleh dari zat besi,
tinggi karena mengandung provitamin A,
khususnya untuk balita gizi kurang.
vitamin C, mineral serta pigmen warna
Uji Organoleptik
karoten. Menurut Wirawan (2012), Pigmen
terhadap
penyakit,
hal
Pada uji organoleptik yang dilakukan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
setelah
dimasak
putih.
warnanya
Warna
pada permukaan
putih
biji
agak
ini
kedelai.
warna karoten merupakan pigmen warna
alamiah warna kuning dan oranye yang
komponen uji berupa warna, rasa, aroma
terdapat
dan testur. Adapun skala hedonik yang
memiliki
digunakan yaitu mulai dari sangat suka (4),
Sedangkan
suka (3), tidak suka (2) dan sangat tidak
cenderung putih kekuningan dan mudah
suka (1). Berikut merupakan pembahasan
mengalami
hasil uji organoleptik jus tempe dan
Yulianarthia (2013), pencoklatan adalah
modifikasinya.
proses kimia yang terjadi dalam buah dan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
sayur
pada
buah dan sayur
kemampuan
pada
antioksidatif.
pisang,
pencoklatan.
karena
serta
adanya
warnanya
Menurut
enzim
382
AL -SIH AH
polifenoloksidase
yang
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
menghasilkan
pigmen warna coklat.
pada penelitian ini berbahan dasar tempe.
Menurut Kasmidjo (1990), aroma yang khas
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
pada tempe disebabkan terjadinya degradasi
bahwa total skor tertinggi dalam uji
komponen-komponen dalam tempe selama
organoleptik berdasarkan rasa pada jus
berlangsungnya proses fermentasi. Namun,
tempe dan modifikasinya terdapat pada jus
yang membedakan antara aroma jus tempe
tempe pisang dengan skor 18 (90%) dan
pisang dan jus tempe pepaya yaitu pisang
pada jus tempe dan jus tempe pepaya
dan pepaya itu sendiri pada masing-masing
mempunyai skor yang sama yaitu 14 (70%).
jus. Jus tempe pisang dengan skor tertinggi
Pisang ambon merupakan salah satu buah
menggunakan pisang Ambon. Salah satu
ataupun jenis pisang yang banyak digemari.
keunggulan pisang ambon dengan pisang
Selain menawarkan banyak nutrisi yang
yang lain yaitu dari segi aromanya yang
penting bagi kebutuhan tubuh, pisang
khas dan banyak disukai banyak orang.
ambon juga menawarkan rasa yang enak
Selain
dan manis. Rasa yang enak dan manis inilah
berpendapat bahwa kombinasi antara tempe
sehingga panelis banyak yang menyukai jus
dan pisang ambon mempunyai aroma khas
tempe
uji
atau spesifik tempe dan pisang yang
panelis
berimbang. Sedangkan pada jus tempe
berpendapat bahwa kombinasi antara tempe
pepaya, menurut sebagian besar panelis
dan pisang jika dijadikan jus mempunyai
berpendapat bahwa aroma tempe masih
cita rasa yang sangat enak. Sedangkan pada
dominan dibanding dengan aroma pepaya.
pisang.
organoleptik,
Saat
sebagian
dilakukan
besar
itu,
sebagian
besar
panelis
jus tempe dan jus tempe pepaya, beberapa
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
panelis berpendapat bahwa rasa pada jus
bahwa total skor tertinggi dalam uji
tempe dan jus tempe
pepaya memang
organoleptik berdasarkan tekstur pada jus
tergolong enak tetapi rasa tempe masih
tempe dan modifikasinya terdapat pada jus
cukup dominan dari rasa pepaya.
tempe pepaya dengan skor 14 (70%)
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
sedangkan jus tempe dan jus tempe pisang
bahwa total skor tertinggi dalam uji
mempunyai skor yang sama yaitu 13 (65%).
organoleptik berdasarkan aroma pada jus
Pada
tempe dan modifikasinya terdapat pada jus
penelitian ini masing-masing menggunakan
tempe pisang dengan skor 17 (85%) dan
tempe sebagai salah satu bahan dasar. Pada
terendah pada jus tempe pepaya dengan
jus tempe, tempe yang digunakan sebanyak
skor 12 (60%). Pada dasarnya, ketiga jus
50 gram. Menurut Kasmidjo (1990), tempe
dasarnya, dari
ketiga
jus pada
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
383
AL -SIH AH
dengan kualitas baik memiliki tekstur yang
kandungan protein tertinggi terdapat pada
kompak.
jus
Kekompakan
tekstur
tempe
tempe
(8,8%),
kandungan
lemak
disebabkan oleh miselia kapang yang
tertinggi terdapat pada jus tempe pepaya
menghubungkan antara biji-biji kedelai.
(3,7%), kandungan vitamin C tertinggi ter-
Kompak
dapat
dapat pada jus tempe pepaya (9,6 mg/gr),
diketahui dengan melihat lebat tidaknya
dan kandungan Fe tertinggi terdapat pada
miselia
permukaan
jus tempe pepaya (1,6 mg/gr). Sedangkan
tempe. Apabila miselia tampak lebat, hal
pada uji organoleptik jus tempe dan
ini menunjukkan bahwa tekstur tempe telah
modifikasinya, jus dengan nilai rata-rata
membentuk
kompak.
tingkat kesukaan tertinggi terdapat pada jus
Sedangkan pada jus tempe pisang dan jus
tempe pisang sebesar 76,25%, kemudian
tempe
masing-masing
jus tempe pepaya sebesar 71,25%, dan jus
menggunakan tempe sebanyak 15 gram dan
tempe sebesar 68,75%, dimana ketiga jus
masing-masing dilakukan proses blend
ini termasuk dalam kriteria suka.
selama 3 – 5 menit. Menurut Sompotan
Saran
(2011),
tidaknya
yang
tekstur tempe
tumbuh pada
masa
yang
pepaya
Pepaya
yang
sudah
matang
Berdasarkan
kesimpulan
di
atas,
mempunyai tekstur yang tidak terlalu
adapun saran dalam penelitian ini, yaitu
lembek dan juga tidak terlalu keras.
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terha-
Namun, pepaya tergolong buah yang
dap balita, disarankan kepada orangtua
sangat sensitif ketika sangat matang karena
agar senantiasa memberikan makanan yang
tekstur pepaya akan sangat lembek dan
mempunyai nilai gizi yang tepat. Seperti
mudah
yang
pada jus tempe yang kaya akan zat gizi
digunakan saat uji organoleptik yaitu
makro sebaiknya diberikan kepada balita
pepaya yang sudah matang dengan tekstur
yang mengalami gizi kurang atau Kurang
tidak terlalu lembek dan tidak terlalu keras.
Energi Protein (KEP). Sedangkan pada jus
Hal inilah yang menyebabkan tekstur jus
tempe pepaya yang merupakan jus yang
tempe pepaya banyak disukai oleh panelis.
kaya akan zat gizi mikro seperti vitamin C
rusak.
Adapun
pepaya
dan Fe yang sangat baik untuk membantu
Penutup
absorbsi zat gizi makro dan sangat baik
Kesimpulan
untuk penderita Anemia Gizi Besi.
Adapun kesimpulan dalam penelitian
ini, yaitu kandungan karbohidrat tertinggi
terdapat pada jus tempe pisang (9,9%),
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departe-
384
AL -SIH AH
men Agama Republik Indonesia,
2007.
Adisti. Peran Penting Protein untuk
Pertumbuhan Bayi dan Balita.
MakananBayi.org.http://
MakananBayi.org/2013/04/peranpenting-protein-untuk-pertumbuhanbayi-dan-balita.html (17 Februari
2014).
Ali, Mohammad. Strategi Penelitian
Pendidikan.
Bandung:
Angkasa,1993.
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010.
Astawan, Made. Sehat dengan Tempe
(Panduann
Lengkap
Menjaga
Kesehatan dengan Tempe). Bogor:
Dian Rakyat, 2008.
Dinas Kesehatan Kota Makassar. Profil
Kesehatan Kota Makassar Tahun
2012. Makassar, 2012.
Irwandy. Sulawesi Selatan Penghasil
Pangan dan Gizi Buruk. Blog
Irwandy.
http://
wandy’s.weblog.com/2007/07/
sulawesi-selatan-penghasil-pangandan-gizi-buruk.html (17 Februari
2014).
Kartasapoetra dan Marsetyo. Ilmu Gizi
(Korelasi Ilmu Gizi, Kesehatan, dan
Produktivitas Kerja). Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Kemenkes RI. Panduan Penyelenggaraan
Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang.
Jakarta:
Kementrian
Kesehatan
Republik Indonesia, 2011.
Meutia, Alimia Arif dan Joni Kusnadi.
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
Ekstraksi Antioksidan dari Buah
Pepaya (Carica papaya) dengan
Menggunakan Metode Ultrasonic
Bath (Kajian Tingkat Kematangan
Pepaya dan Proporsi Volume
Pelarut; Bahan). Malang: Universitas
Brawijaya, 2012.
Muchtadi, Deddy. Pengantar Ilmu Gizi.
Bandung: Alfabeta, 2009.
Riskesdas. Penyajian Pokok-Pokok Hasil
Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013.
Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar (Laporan
Nasional 2007). Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2007.
Riskesdas.
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas 2010). Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010.
Sompotan, Johan. 3 Cara Kenali Pepaya
Matang.
http://www.okezone.com/22/09/11 3cara-kenali-pepaya-matang.html. (10
Juni 2014).
Tim Dosen PS ITP. Modul Praktikum
Biokimia dan Analisis Pangan.
Malang: Ilmu dan Teknologi Pangan,
THP-FTP Universitas Brawijaya,
2012.
Yulianarthia.
Pencoklatan
Enzimatis.
http://yulianarthia.wordpress.com/20
13/03/07/ pencoklatan-enzimatis/ (10
Juni 2014).
Download