resiko dalam investasi - Official Site of ANGGIA PARAMITA PUTI

advertisement
Risiko
MANAJEMEN INVESTASI
ANGGIA PARAMITA PUTI KENCANA, SE, MSM
UNIVERSITAS GUNADARMA
Pendahuluan
Masalah yang dihadapi pembuat
keputusan adalah :
 Risiko
 Ketidakpastian
Pendahuluan
Risiko
Kegiatan Investasi
Estimasi hasil (Cash flow)
Belum tentu sesuai dengan
yang diharapkan
Pendahuluan
Estimasi hasil (Cash flow) Belum tentu sesuai
dengan yang diharapkan
Dapat diramal
Disebakan oleh faktorfaktor tertentu
Tidak dapat diramal
Risiko
Ketidakpastian
Definisi Risiko


Risiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi
kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi
hasil yang akan diterima salama investasi sehingga dapat disusun distribusi
probabilitasnya.
Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan
untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan
untuk menyusunnya
Definisi Risiko
Menurut Arthur J. Keown,
Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi
standar)
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return –ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual
return)
Ukuran Penyebaran
 Risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang
dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran
 Alat statistika sebagai ukuran penyebaran, yaitu :
 Varians
 Standar deviasi
Risiko dan Waktu
Risiko adalah fungsi dari waktu
 Distribusi probabilitas dari cash flow akan mungkin lebih menyebar sejalan
dengan semakin lamanya waktu suatu proyek

Risiko dan Waktu
Tingkat resiko
Persepsi manajer
Berapa besar perubahan cash flow
Terjadi selama usia proyek dan Harapan
terhadap hasil (standar – Deviasi dan
expected return)
Risiko dan Waktu


Semakin lama usia investasi semakin besar kemungkinan terjadi
penyimpangan atas return yang diharapkan () dari return rata-rata (E),
yang disebabkan meningkatnya variabilitas.
Suatu proyek ber-resiko tinggi dapat disebabkan oleh factor :
- Situasi ekonomi
- Situasi politik
- Situasi keamanan
- Situasi pasar
- Situasi konsumen
- Dan lainnya
Disversifikasi Risiko


Melakukan diversifikasi invertasi pada berbagai jenis sekuritas, maka
penyimpangan hasil pengembalian akan menurun.
Total risiko terdiri dari :
- Risiko khusus perusahaam –
Risiko yang dapat didisversifikasi
- Risiko yang berhubungan dengan pasar –
Risiko yang tidak dapat didisversifikasi
Konsep Dasar Resiko

Ditujukan untuk :
- Menilai risiko dari asset sebagai individual –
risk of single asset
- Menilai risiko dari asset sebagai suatu
kelompok – risk of portfolio of assets
Preferensi Investor Terhadap Risiko
 Risk seeker
 Investor yang menyukai risiko atau pencari risiko
 Risk neutral
 Investor yang netral terhadap risiko
 Risk averter
 Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko
Preferensi Investor Terhadap risiko
Tingkat pengembalian
Risk averter
C2
Risk neutral
B2
C1
B1
A2
A1
Risk seeker
1
2
Risiko
Konteks Portofolio
 Risiko dalam portofolio dibedakan :
 Risiko sistematis
 Risiko tidak sistematis
Risiko Sistematis
 Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena
fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan
 Faktor yang mempengaruhi :
 Perubahan tingkat bunga
 Kurs valuta asing
 Kebijakan pemerintah
Risiko ini disebut risiko yang
tidak dapat didisversifikasi –
undiversifiable risk
Risiko Tidak Sistematis
 Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab risiko ini
hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu
 Terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain
 Faktor yang mempengaruhi :
 Struktur modal
 Struktur aset
 Tingkat likuiditas
Risiko ini disebut risiko
yang dapat didisversifikasi –
diversifikasi risk
Risiko Sistematis, Risiko Tidak Sistematis
dan Risiko Total
Risiko portofolio
Risiko tidak sistematis
Risiko total
Risiko sistematis
Jumlah saham dalam portofolio
Diversifikasi
 Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham,
dengan harapan jika terjadi penurunan pengembalian satu saham
akan ditutup oleh kenaikan pengembalian saham yang lain
 Bahwa risiko portofolio dipengaruhi oleh :
 Risiko masing – masing saham
 Proporsi dana yang diinvestasikan pada
masing – masing saham
 Kovarians atau koefisien korelasi antar
saham dalam portofolio
 Jumlah saham yang membentuk portofolio
Beberapa Jenis Risiko Investasi
 Risiko bisnis – business risk
 Risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan
emiten
 Risiko likuiditas – liquidity risk
 Risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan
untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang
berarti
 Risiko tingkat bunga – interest rate risk
 Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di
pasar
Risiko Tingkat Bunga
 Merupakan salah satu risiko sistematik yaitu risiko perubahan suku bunga umum
yang mempengaruhi harga surat berharga terutama yang memberi penghasilan
tetap ( obligasi ), dalam hal ini, harga obligasi turun jika suku bunga naik untuk
memberikan pembelian tingkat hasil yang sama pada harga pasar yang berlaku ,
sebaliknya harga obligasi naik jika suku bunga turun agar hasilnya turun sebagai
akibat kenaikan harga pasar itu.
 Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga,
misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan naik ini dapat menarik
minat investor saham untuk memindahkan dana ke Sertifikat Bank Indonesia,
sehingga banyak yang akan menjual saham dan harga saham akan turun oleh
karena itu perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabelitas return suatu
investasi.
 Perubahan suku bunga bisa menyebabkan perubahan komposisi portofolio
investasi.
Risiko Tingkat Bunga
 Obligasi pemerintah memiliki tingkat keamanan tertinggi (savereign risk)
karena pemerintah memiliki kemampuan untuk membebankan pajak dan
mencetak uang. Obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah biasa dikenal
sebagai obligasi ritel /ORI.
 Sebelum memutuskan untuk memilih obligasi perusahaan, pilihlah selalu dari
obligasi yang memiliki peringkat tertinggi terlebih dahulu. Peringkat ini
mencerminkan resiko kegagalan dalam membayar bunga atau pokok.
 Peringkat AAA memiliki resiko paling rendah, lalu disusul AA, A, BBB dan
seterusnya sampai D yang menandakan bahwa obligasi tersebut sudah gagal
bayar (wanprestasi). Selain resiko kegagalan seperti di atas, ada beberapa resiko
lagi yang terdapat dalam obligasi seperti : resiko suku bunga, resiko kesempatan
investasi kembali (re-investment risk) dan lain-lain.
Risiko Tingkat Bunga
 Bagi perusahaan non perbankan, risiko suku bunga lebih terasa dari sisi
kewajiban.
 Pada sisi kewajiban (pinjaman), setiap kenaikan bunga berdampak pada
turunnya laba sebaliknya penurunan suku bunga malah mengurangi kerugian
atau meningkatkan laba.
 Pada sisi aset, yaitu kekayaan perusahaan dalam bentuk investasi pada surat
berharga pinjaman (fixed income securities) seperti obligasi dan MTN (medium
term notes). Semakin tinggi suku bunga, semakin besar keuntungan yang
diraup. Pergerakan suku bunga berlawanan dengan pergerakan nilai
pinjaman.
 Setiap kenaikan suku bunga menyebabkan harga obligasi di pasar modal
menurun. Pada umumnya obligasi yang sudah dibeli kembali tidak dapat
dilempar kembali ke pasar modal. Pada saat suku bunga turun, harga obligasi
meningkat. Penurunan suku bunga yang tajam menyebabkan harga obligasi
melebihi nilai nominalnya.
Risiko Tingkat Bunga
 Misalkan anda memiliki obligasi pemerintah senilai Rp. 5.000.000,- dengan
tingkat bunga 10%. Anda membeli obligasi tersebut awal tahun 2005. Namun
sejak tahun 2008 pemerintah menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga
15%. Bunga yang Anda terima tetap 10% sementara orang lain mendapatkan
bunga yang lebih tinggi dari hari ini yaitu 15%. Dengan demikian berapa harga
yang akan pemodal tawarkan kepada Anda sebagai pemegang obligasi tersebut ?
Sudah tentu harganya akan lebih rendah dari Rp. 5.000.000,- karena obligasi
yang Anda miliki memberikan bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga
obligasi di pasar. Semakin panjang tanggal jatuh tempo obligasi, semakin tinggi
resiko suku bunga yang terdapat dalam obligasi tersebut karena fluktuasi suku
bunga lebih tinggi dalam jangka panjang.
Mengukur Risiko Suku Bunga
 Ukuran risiko suku bunga terdiri dari dua komponen:
 Eksposur è mencerminkan nilai yang terpengaruh oleh
pergerakan suku bunga. Eksposur adalah selisih antara
pinjaman dan kredit
 Probailitas pergerakkan variabel
Resiko = Eksposur x probabilitas
 Durasi
Merupakan rata-rata tertimbang dari jatuh tempo arus kas
suatu pinjaman atau kredit.
 Contoh: perusahaan menjual obligasi dengan jatuh tempo 5
tahun. Nilai nominal obligasi Rp 50 Milyar. Obligasi
memberikan kupon bunga sebesar 15% atau Rp 7.5
milyar,setiap tahun dan dibayarkan pada akhir tahun. Tingkat
yield saat ini 18% sehingga oligasi dijual dengan harga Rp
45.31
Waktu
(1)
Arus Kas
(2)
Faktor diskon
(3)=[1/1,18t]
Present Value
(4) = (2)x(3)
Present
tertimbang
(1)x(4)
Value
(5)=
1
7.500.000.000
0.8475
6.335.932.203,39
6.335.932.203,39
2
7.500.000.000
0.7182
5.386.383.223,21
10.772.766.446,42
3
7.500.000.000
0.6086
4.564.731.545,09
13.694.194.635,28
4
7.500.000.000
0.5158
3.868.416.563,64
15.473.666.254,56
5
57.500.000.000
0.4371
25.133.779.933,25
125,668.899.666,26
45.309.243.468,59
171.965.459.205,91
 Baris terakhir kolom (4) menjukan harga obligasi,yaitu total
dari present value arus kas.
 Baris terakhir kolom (5) merupakan jumlah dari total present
value tertimbang
 Durasi obligasi tersebut sebesar 3,79 tahun
Durasi = total present value tertimbang / Harga Obligasi
171.965.459.205,91 / 45.309.243.468,59 = 3,79 tahun
 Besarnya eksposur suku bunga perusahaan adalah
Eksposur = Durasi x P
 Obligasi merupakan jenis investasi jangka panjang. Modal
yang harus dikeluarkan untuk investasi obligasi relatif cukup
besar untuk investor individu.
 Nilai obligasi yang diperjualbelikan biasanya dalam satuan
yang cukup besar, misalnya Rp. 5 Miliar. Masa berlaku
(durasi) obligasi tergantung kepada lembaga atau badan yang
menerbitkannya, umumnya antara 5 sampai 10 tahun.
Semakin pendek durasi obligasi berarti semakin kecil
pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga. Semakin panjang
durasinya maka semakin sensitif terhadap perubahan suku
bunga. Anda dapat menjual obligasi yang Anda miliki pada
pihak lain di pasar sekunder sesuai dengan nilai atau harga
pasar sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
 Bunga Mengambang vs Tetap
Dua jenis sekuritas pinjaman:
Sekuritas dengan bunga tetap
Sekuritas dengan bunga mengambang
 Contoh sekuritas dengan bunga tetap adalah ketika
meminjam uang di bank,maka suku bunga ditetapkan 15%.
 Salah satu motif penggunaan suku bunga mengambang adalah
penghindaran risiko dari gejolak suku bunga.
 Penanganan Risiko Suku Bunga
Perusahaan yang berkepentingan untuk menggunakan durasi adalah mereka yang
menanggung kewajiban membayar sekaligus memiliki sumber arus kas masuk
dalam bentuk peminjaman. Untuk menghindari risiko gejolak yield atau
suku bunga, perusahaan menerapkan konsep ini.
Penghindaran risiko dengan menggunakan konsep durasi memunculkan risiko
bentuk lain yaitu: risiko jatuh tempo (maturity risk).
Dua obligasi dengan durasi yang sama bisa jadi jatuh temponya berbeda.
Demikian juga dengan kewajiban dan arus kas mausk bisa memiliki durasi yang
sama, tapi jatuh temponya berbeda. Manajemen perlu melakukan pengawasan
terhadap durasi tetapi juga jatuh tempo dari arus kas masuk dan arus kas keluar.
Suku bunga mengambang dapat mengurangi risiko suku bunga dengan
melakukan swap.
 Swap merupakan kontrak tukar menukar suku bunga dengan pihak lain.
Obligasi yang dijual dengan suku bunga mengambang bisa melakukan penukaran
suku bunga dengan pihak lain supaya mejadi bunga tetap. Unutk memudahkan
swap perusahaan bisa meminta jasa bank investasi.
Risiko Likuiditas
 Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan
uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya : jika suatu pihak tidak dapat
membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak
tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi
ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka
Aset tersebut dikatakan tidak likuid.
 risiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru
tumbuh atau bervolume kecil.
 Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian
likuiditas. Suatu lembaga dapat berkurang likuiditasnya jika peringkat kreditnya
turun, mengalami pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lain yang
menyebabkan pihak lain menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke
lembaga tersebut. Suatu perusahaan juga dapat terpapar terhadap risiko
likuiditas jika pasar yang diikutinya mengalami penurunan likuiditas.
Risiko Likuiditas
 Risiko likuiditas mempunyai dua arti :
Pertama yaitu ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak
terduganya. (Likuiditas Dana)
Kedua yaitu kemungkinan penjualan suatu asset perusahaan dengan diskon
yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Perusahaan menghadapi risiko
likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang di surat berharga.
(Likuiditas Aset)
 Ciri dari risiko likuiditas tipe kedua ini adalah besarnya spread, yaitu selisih
harga beli dan jual. Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu
yang pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem dapat menyebabkan
kebangkrutan.
Likuiditas Dana
Berkaitan dengan kekurangan dana. Hal tersebut bisa
terjadi karena perusahaan tidak mengelola kas dengan baik.
Hal pertama yang perlu diperhatikan manajemen adalah
dalam hal manajemen kas.
 3 Fungsi dari kas :
1. Fungsi Transaksi
2. Fungsi Berjaga-jaga
3. Fungsi Spekulasi

Likuiditas Aset
 Berkaitan dengan mudah tidaknya suatu asset diperjual-
belikan. Istilah asset tidak likuid banyak dijumpai di pasar
modal, terutama untuk menyebut saham yang tidak banyak
diperdagangkan.
 Saham tidur merupakan saham yang dibeli investor yang
kemudian disimpan dengan beberapa alasan investor
melakukannya
 Masalah likuiditas asset tidak hanya berlaku bagi surat berharga yang diperdagangkan
di pasar uang saja. Beberapa perusahaan memperdagangkan piutang, terutama
perusahaan yang mengalami kesilitan likuiditas. Perusahaan anjak piutang
merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli dan menjual piutang perusahaan.
Perusahaan yang menjual piutang perlu memberikan diskon kepada perusahaan
anjak piutang. Semakin tinggi risiko piutang tersebut, diskon yang diberikan pun
semakin tinggi pula.
 Semakin blue chip perusahaan, semakin likuid sahamnya. Perusahaan blue chips
adalah perusahaan yang menarik untuk perdagangan yang biasanya besar dan sehat,
setiap orang tertarik untuk memiliki.
 Perusahaan setingkat di bawah blue chips merupakan perusahaan second layer.
Perusahaan ini masih menarik bagi investor dengan selera risiko yang agak tinggi.
Investor menyimpan dan menunggu pergerakan harga saham. Pada saat ada tandatanda menggeliat naik, investor siap-siap membeli. Pada saat harga saham
diperkirakan sudah di puncak dan akan turun, investor ancang-ancang untuk
menjualnya.
 Saham di bawah kategori second layer cenderung tidak diminati investor jangka
pendek. Saham inilah yang merupakan saham tidur. Hanya investor jangka panjang
yang berminat terhadap saham-saham ini.
 Bagi manajer investasi, risiko ini menjadi sangat penting karena tidak adanya
likuiditas dari instrumen yang menjadi portofolio bisa menjadi persoalan hukum
tersendiri bagi manajer investasi tersebut.
 Misalnya, seorang investor pada sebuah portofolio membutuhkan dana sehingga
mencairkan investasinya pada portofolio tersebut. Untuk membayar pencairan
investor, manajer investasi harus menjual salah satu portofolionya. Kebetulan
dana tunai yang dimiliki tidak cukup untuk membayar pencairan investor.
Instrumen portofolio yang akan dijual juga tidak laku sampai pada hari
pembayaran, yang umumnya tiga hari setelah pencairan diajukan investor.
Akibatnya, manajer investasi tidak bisa membayar pencairan investor.
 Tidak adanya likuiditas instrumen tersebut bisa saja terjadi karena besaran yang
dijual cukup besar.
 Misalnya, instrumen investasi mempunyai pecahan Rp 5 miliar dan Rp 10 miliar
seperti pada obligasi, di mana pihak pembeli tidak mampu membeli ukuran
tersebut tetapi hanya mampu yang membeli eceran/ritel besaran Rp 500 juta
dan Rp 1 miliar. Sehingga perlu dilakukan pemecahaan dari Rp.5 milyar dan
Rp. 10 milyar tsb secepatnya.
 Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemecahan menjadi unit yang lebih
kecil paling cepat dua hari. Oleh karena itu, manajer investasi harus memiliki
instrumen investasi yang ukurannya lebih kecil agar lebih mudah dijual sehingga
tidak menemukan risiko likuiditas di masa mendatang.
 Waktu (timing) penjualan instrumen juga menjadi salah satu faktor penting
dalam rasio likuiditas.
 Misalnya, manajer investasi menjual instrumen pada hari ini dan hari ini juga
tidak laku, tetapi instrumen baru ada pembeli esok hari. Ini juga sudah termasuk
adanya risiko likuiditas bagi manajer investasi. Maka, manajer investasi harus
tahu juga besaran dari instrumen tersebut, bahkan siapa yang memiliki
instrumen tersebut. Informasi atas kepemilikan dan besaran instrumen sangat
penting sehingga manajer investasi bisa melakukan penjualan dan tidak
menemukan risiko likuiditas di masa mendatang.
 Tindakan yang harus dilakukan sebelum membeli sebuah instrumen investasi,
risiko likuiditas perusahaan harus dipelajari.
 Jumlah atau besaran (size) dari instrumen harus diketahui dan apakah
instrumen tersebut dapat dipecah-pecah sehingga mudah dijual.
 Kepemilikan dari instrumen perlu dipelajari agar tidak menemukan risiko
likuiditas di masa mendatang.
 Sering kali adanya market maker (penggerak pasar) atas instrumen tersebut
perlu juga diketahui agar likuiditas dari instrumen dapat terjamin.
Pendanaan Bank dan Peraturan
 Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana
dari masyarakat perolehan ini tergantung pada bank itu sendiri, apakah dari
simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Pemilihan sumber dana akan
menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung.oleh karena itu pemiliha
sumber dana harus dilakukan secara tepat.
 Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana yang digunakan
untuk membiayai kegiatan operasi bank tersebut. Sesuai dengan fungsi bank
sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalh bergerak
dibidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang
keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan
pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana),
sehingga dari selisih bunga tersebut bank memperoleh keuntungan.
Pendanaan Bank dan Peraturan
 sumber dana bank dapat di peroleh dari:
a) Dari bank itu sendiri
b) Dari masyarakat luas
c) Dan dari lembaga lainnya
Risiko Saham Individual
 Rumusan
n
i2 = (Pij) {Rij – E(Ri)}2
j= 1
dan
n
i =   (Pij) {Rij – E(Ri)}2
j= 1
 Keterangan
i2
i
Pij
Rij
E(Ri)
= Varians dari investasi pada saham I
= Standar deviasi saham i
= Probabilitas pengembalian pada kondisi j
= Tingkat pengembalian dari investasi pada saham I pada kondisi j
= ER dari investasi saham i
Contoh Kasus
 Data probabilitas dan tingkat pengembalian dalam berbagai
kondisi ekonomi atas saham X
Kondisi Ekonomi
Baik
Normal
Buruk
Probabilitas
30 %
40 %
30 %
 Berapa besar risiko saham X ?
Return
20 %
18 %
15 %
Penyelesaian
 Expected return –ER adalah :
E(Rx) = 30%(20%) + 40%(18%) + 30%(15%)
= 17,7 %
 Varians dan Standar deviasi
i2 = 30% (20% - 17,7%) 2 + 40% (18% 17,7 %) 2 + 30% (15% - 17,7%) 2
i
= 0.0001587 + 0.0000036 + 0.0002187
= 0.000381
=  0.000381 = 0.019519 = 1.952 %
Kasus yang tidak diketahui probabilitas
 Rumusan
n
 {Rij – E(Ri)}2
j= 1
Variansi
i2 =
a
N
n
 {Rij – E(Ri)}2
Standar
deviasi
i =
j= 1
N
Contoh Kasus
 Data periode pengamatan dan tingkat pengembalian atas saham X
Periode
Return
1
2
3
4
5
16 %
18 %
20 %
17 %
21 %
 Berapa besar risiko saham X ?
Penyelesaian
 Expected return – E(Rx)
ER = ( 16% + 18% + 20% + 17% + 21%) / 5
= 18,4 %
 Variansi
i2 = [ (16% - 18,4%)2 + (18% - 18,4%)2 +
(20% - 18,4%)2 +(17% - 18,4%)2 +
(21% - 18,4%)2 ] / 5
= [ 0.000576 + 0.000016 + 0.000256 +
0.000196 + 0.000676 ] / 5
= 0.00172 / 5
= 0.000344
Penyelesaian
 Standar deviasi
I =  0.000344
= 0.0185
atau 1.85 %
Risiko Portofolio
 Risiko portofolio dapat dihitung dengan rumus varians dan
standar deviasi :
P2 = (Xi)2 (I)2 +(Xj)2 (j)2 + 2 (Xi)(Xj)(i,j)(i)(j)
P =  (Xi)2 (I)2 +(Xj)2 (j)2 + 2 (Xi)(Xj)(i,j)(i)(j)
Keterangan simbol

(i,j)(i)(j)
: Koefisien korelasi
: Kovarian saham i dan saham j
Lanjutan …..
Keterangan :
 Korelasi
Pi = Probabilitas diraihnya pengembalian
Cov(A,B)
r(A,B) =
(A) (B)
 Kovarian
Cov(A,B) = (A,B)(A)(B)
RAi = Tingkat pengembalian aktual dari
investasi saham A
RBi = Tingkat pengembalian aktual dari
investasi saham B
E(RA) = ER dari investasi saham A
E(RB) = ER dari investasi saham B
n
=  (Pi) [ RAi – E(RA)] [RBi – E(RB)]
I=1
Download