Kuesioner Penelitian

advertisement
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas 1
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
Tanggal dan Waktu
:
:
:
:
:
Finka Ermawan/I34100083
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Nurul Fitriyanti/I34100137
Dr. Nurmala K. Pandjaitan MS. DEA. / 19591114 198811 2 001
Hubungan Antara Persepsi Dengan Perilaku Adaptasi Komunitas
Nelayan Desa Lebih Terhadap Perubahan Iklim
: 21 Maret 2014, 08.00-09.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi secara global. Berbagai
negara turut menaruh peduli pada perubahan iklim yang terjadi pada beberapa tahun kebelakang
ini. Kepedulian berbagai negara tersebut terlihat dengan diselenggarakannya konferensi PBB
mengenai perubahan iklim. Konferensi tersebut dilakukan guna membahas mengenai berbagai
keadaan iklim di berbagai negara serta kebijakan dalam menanggulangi perubahan iklim.
Perubahan iklim yang terjadi di berbagai negara memiliki berbagai dampak bagi penduduk negara
tersebut.
Perubahan iklim memberikan dampak yang besar di berbagai negara. Adapun dampak dari
terjadinya perubahan iklim adalah bertambahnya intensitas kejadian cuaca ekstrim di suatu
wilayah, perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu dan permukaan air laut (Surwaini,
Runtunuwu, dan Las 2010). Dampak perubahan iklim dapat memengaruhi keadaan di daratan
maupun di pesisir atau laut. Perubahan iklim yang terjadi di daratan dapat memengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Hal serupa juga dapat terjadi di pesisir maupun
laut. Perubahan iklim yang terjadi di pesisir atau laut dapat memengaruhi kehidupan organisme di
wilayah tersebut.
Sektor pertanian dan perikanan menjadi sektor yang paling sensitif terkena dampak
perubahan iklim di wilayah Asia (IPCC 2007). Wilayah Asia di dominasi oleh negara-negara
agraris yang menggantungkan nasibnya pada sektor pertanian maupun perikanan. Dengan
terjadinya perubahan iklim di Asia, maka sektor pertanian dan perikanan dapat terkena berbagai
dampak. Pada sektor pertanian, produktivitas tanaman-tanaman pertanian dapat berkurang. Hal
tersebut dikarenakan meningkatnya suhu di wilayah tertentu serta kondisi tanah yang semakin
terdegradasi (IPCC 2007). Menurut Muhammad, Wiadnya, dan Sutjipto (2009), yang disampaikan
pada seminar nasional tentang pemanasan global, dampak yang terjadi pada sektor perikanan
adalah meningkatnya permukaan air laut, meningkatnya suhu permukaan air laut, dan
bertambahnya intensitas terjadinya gelombang pasang. Hal itu dapat memberikan dampak lain
berupa kerusakan ekologi pesisir, yaitu mangrove dan terumbu karang (IPCC 2007).
Salah satu sektor yang terkena dampak dari perubahan iklim adalah sektor perikanan.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa perubahan iklim dapat merusak ekologi pesisir
dan laut. Menurut NOAA (2014), meningkatnya suhu laut dapat membuat terumbu karang
mengalami bleaching (pemutihan terumbu karang). Keadaan tersebut terjadi karena zooxanthellae
terlepas, sehingga membuat terumbu karang menjadi berwarna putih. Kondisi tersebut
menandakan bahwa terumbu karang berada dalam kondisi kritis. Kerusakan terumbu karang
diperparah dengan keberadaan manusia yang melakukan perusakan terumbu karang serta
penangkapan ikan secara berlebihan. Dengan kejadian itu maka organisme di sekitar terumbu
karang juga akan rusak dan dapat pula memengaruhi ketersediaan sumberdaya bagi masyarakat
pesisir.
Dampak perubahan iklim terjadi secara global. Benua Asia termasuk pada wilayah yang
terkena dampak oleh perubahan iklim. Salah satu negara di Asia yang terkena dampak perubahan
iklim adalah Indonesia. Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, wilayah
laut Indonesia sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Salah satu dampak dari perubahan
iklim yang terjadi di laut adalah permukaan laut yang semakin meningkat. Menurut Bakosuratnal
(2011), keadaan pantai utara Jawa sudah sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut disebabkan
permukaan laut yang meningkat serta diperburuk dengan penurunan tanah di kota-kota besar
seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Hal itu membuat daerah-daerah di utara Pulau Jawa
rentan terkena banjir rob yang disebabkan oleh pasangnya air laut dan erosi pantai.
Berbagai macam cara dilakukan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim di daerah
pesisir. Menurut artikel dari BBC Indonesia (2012), Kementrian Lingkungan Hidup menggunakan
cara adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim di pesisir. Hal serupa ditanggapi
oleh CSF, menurut CSF, masyarakat perlu diikutsertakan dengan cara membuat jaringan-jaringan
kuat antar masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi.
Menurut Diposaptono (2011), terdapat upaya mitigasi serta adaptasi yang terkait dengan
masyarakat. Masyarakat menjadi aktor penting dalam keberhasilan adaptasi dan mitigasi.
Pada penelitian Susandi, Herlianti, Tamamadin, dan Nurlela (2008) yang dilakukan di
Banjarmasin, dinyatakan bahwa dampak dari kenaikan muka laut dapat menghilangkan beberapa
wilayah daratan di Banjarmasin. Dari hal tersebut memberikan dampak pada bidang sosial dan
ekonomi masyarakat Banjarmasin, diantaranya munculnya genangan air di perkotaan,
terganggunya lahan-lahan produktif, serta terganggunya infrastruktur penopang hidup masyarakat.
Hal tersebut menunjukan perlunya tindakan adaptasi yang dilakukan oleh berbagai aspek
masyarakat di Banjarmasin. Adaptasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan tanggul dan
relokasi penduduk di sekitar Sungai Barito yang ikut terkena dampak kenaikan permukaan laut.
Selain di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Banjramasin, Provinsi Bali juga
merupakan salah satu pulau yang sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Provinsi Bali
merupakan sebuah provinsi yang dikelilingi oleh lautan. Berbagai dampak perubahan iklim dapat
terjadi di pesisir dan lautan Provinsi Bali. Bukan tidak mungkin daerah lautan di Provinsi Bali
menjadi krisis akibat perubahan iklim. Di lain pihak, pemerintah pusat justru lebih memperhatikan
Provinsi Bali sebagai tempat pariwisata. Pemerintah mendapatkan pemasukan dari keberadaan
Bali sebagai lokasi pariwisata tanpa memperhatikan dampak dari perubahan iklim yang terjadi di
Provinsi Bali. Dampak perubahan iklim yang sering terjadi di Bali adalah abrasi air laut serta
kenaikan permukaan laut. Seperti yang diungkapkan VoA Indonesia pada situs resminya, tercatat
88,3 kilometer garis pantai di Bali terkena dampak abrasi.
Salah satu wilayah di Provinsi Bali yang terkena dampak perubahan iklim yang
mengkhawatirkan adalah wilayah pantai yang terletak di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar,
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Kerusakan yang terjadi di perairan pantai di Desa Lebih berupa
abrasi yang disebabkan oleh bertambah tingginya permukaan air laut. Abrasi yang terjadi di Pantai
Lebih mengakibatkan tepi Pantai Lebih semakin mendekat ke jalan raya serta rumah-rumah
penduduk yang berada di sekitar pantai juga ikut terkena abrasi. Hal lain yang disebabkan oleh
abrasi di Pantai Lebih adalah rusaknya sumberdaya alam di perairan Pantai Lebih. Apabila
sumberdaya di perairan pantai Desa Lebih terganggu, maka nelayan Desa Lebih akan semakin
sulit untuk mencari ikan di perairan Desa Lebih.
Untuk menghindari terjadinya dampak perubahan iklim yang berkelanjutan, maka
pemerintah Bali memberikan inisiatif berupa pembuatan penahan ombak pasang serta
penanaman pohon di Pantai Lebih. Dengan upaya mitigasi tersebut diharapkan mampu
mengurangi dampak yang diberikan oleh perubahan iklim di Pantai Lebih. Mitigasi tersebut tidak
akan berjalan lancar tanpa adanya usaha adaptasi dari masyarakat sekitar Pantai Lebih, yaitu di
Desa Lebih, Kecamatan Gianyar. Masyarakat di Desa Lebih merupakan masyarakat yang
didominasi oleh para nelayan yang kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan laut.
Apabila terjadi perubahan iklim di laut, maka para nelayan dari Desa Lebih perlu beradaptasi
terhadap perubahaan iklim tersebut.
Kehidupan keseharian nelayan dapat menentukan persepsi mereka terhadap berbagai
fenomena yang terjadi di laut serta berbagai permasalahannya. Persepsi ini yang akan
memengaruhi tindakan adaptasi yang akan diambil oleh para nelayan. Hal tersebut menarik untuk
diteliti bagaimana hubungan antara persepsi nelayan memengaruhi perilaku adaptasi komunitas
nelayan Desa Lebih terhadap perubahan iklim serta hubungan tindakan dengan persepsi yang
dimiliki oleh nelayan. Dari hal tersebut dapat diambil sebuah tindakan adaptasi yang tepat untuk
digunakan nelayan di Desa Lebih dalam menanggapi keberadaan perubahan iklim.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
permasalahan yang dapat diangkat pada topik penelitian mengenai hubungan antara persepsi
dengan tindakan adaptasi komunitas nelayan Desa Lebih terhadap perubahan iklim, yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana hubungan klasifikasi nelayan terhadap persepsi nelayan terhadap perubahan
iklim?
2. Bagaimana hubungan persepsi dengan adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka disusunlah
beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah penelitian tersebut,yaitu :
1. Menganalisis hubungan klasifikasi nelayan dengan persepsi nelayan terhadap perubahan
iklim.
2. Menganalisis hubungan persepsi dengan tindakan komunitas nelayan terhadap perubahan
iklim.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantara lain, yaitu :
1. Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai Pola adaptasi
masyarakat pesisir terhadap dampak perubahan iklim. Dengan begitu penelitian ini dapat
menjadi referensi selanjutnya. Selain itu diharapkan dapat menambah khasanah serta
kajian ilmu pengetahuan psikologi sosial dan konsep nilai yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam menyusun berbagai kebijakan perihal penanggulangan perubahan iklim. Selain itu
menjadi acuan untuk dapat menjaga kelestarian wilayah-wilayah yang rentan terkena
dampak perubahan iklim.
3. Masyarakat Setempat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat setempat
mengenai dampak dari perubahan iklim serta membangun kesadaran masyarakat untuk
mau menjaga lingkungan tempat tinggalnya.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Perubahan Iklim
Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim
yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan yang terjadi atau faktor-faktor
yang memengaruhinya. Perubahan iklim dapat terjadi dalam sebuah dekade atau lebih (IPCC
2012). Adapun faktor-faktor yang memengaruhi iklim menurut IPCC (2012) terbagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal pada perubahan iklim adalah proses alami yang
terjadi pada atmosfer hingga ke biosfer. Sementara faktor eksternal dari perubahan iklim adalah
pengaruh dari aktivitas makhluk hidup, khususnya manusia terhadap iklim. Perubahan iklim dapat
memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung pada aktivitas manusia (UNFCCC 2000).
Dampak Perubahan Iklim
Menurut Diposaptono (2011), perubahan iklim dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
keadaan iklim yang ekstrim, sehingga memunculkan banyak peristiwa alam, seperti badai,
kekeringan, banjir, dan lain-lain. Selain itu, perubahan iklim dapat meningkatkan suhu permukaan
air laut. Dari hal tersebut membuat es yang ada di kutub mencair sehingga permukaan air lautpun
meningkat. Pada penelitian Surwaini, Runtunuwu, dan Las (2010) dikatakan bahwa dampak
perubahan iklim di wilayah Indonesia salah satunya adalah perubahan pola hujan. Hal tersebut
terlihat dari awal musim hujan yang mundur ataupun maju di beberapa wilayah di Indonesia.
Selain yang disebutkan diatas, terdapat pula dampak lanjutan yang dihasilkan dari
meningkatnya permukaan air laut. Kerusakan ekosistem pesisir, mundurnya garis pesisir, dan
abrasi pantai merupakan beberapa dampak yang terjadi karena meningkatnya permukaan laut
(Diposaptono 2011). Kerusakan ekosistem dapat membuat sebuah wilayah kehilangan
keanekaragaman hayati dan berkurangnya kemampuan ekosistem dalam menunjang
kesejahteraan manusia (DNPI 2013). Meningkatnya permukaan air laut dapat menenggelamkan
pulau-pulau karang yang berada di garis luar kepulauan (Muhammad, Wiadnya, Sutjipto 2009)
Dalam penelitian Patriana (2011) terdapat dua jenis dampak yang disebabkan oleh
perubahan iklim. Kedua dampak tersebut adalah dampak ekologis dan dampak sosial ekonomi.
Perubahan ekologis yang terjadi adalah perubahan musim ikan serta kekacauan musim angin.
Perubahan musim ikan disebabkan karena adanya kenaikan suhu lautan serta salinitas laut yang
berakibat pada perpindahan ikan-ikan. Sementara dampak sosial-ekonomi yang disebabkan oleh
perubahan iklim adalah sulitnya menentukan wilayah serta musim penangkapan ikan. Perubahan
iklim yang menyebabkan kekacauan cuaca serta perubahan pola migrasi ikan membuat nelayan
kesulitan dalam menentukan waktu maupun wilayah yang tepat untuk mencari ikan. Menurut Chen
(2008), UNEP (2009), dan Tauli-Corpuz (2008) yang dikutip Patriana (2011), Dampak lain dari
perubahan iklim yang berdampak bagi perubahan pada kegiatan produksi nelayan adalah
perubahan pola angin.
Karakteristik Nelayan
Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan, nelayan adalah orang
yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam penelitian lain disebutkan
bahwa nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam penangkapan ikan
atau binatan air (Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 dikutip
Patriana 2011). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pekerja yang membuat jaring,
pengangkut alat penangkapan ke dalam perahu tidak diartikan sebagai nelayan.
Karakteristik masyarakat pesisir merupakan sebuah representasi komunitas desa-pantai
yang dapat dilihat dari berbagai aspek menurut Satria (2002) dikutip Helmi (2011). Aspek-aspek
tersebut meliputi sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, peran wanita, struktur sosial, dan
posisi sosial nelayan. Dalam penelitian Patriana (2011) dijelaskan bahwa ciri-ciri nelayan yang
dapat diamati meliputi usia, pendidikan, lama tinggal di wilayah pesisir, pengalaman nelayan, serta
klasifikasi nelayan.
Menurut Satria (2002) dikutip Helmi (2011) nelayan yang melakukan kegiatan
penangkapan ikan di laut dapat terbagi atas dua kelompok berdasarkan kepemilikan kapital, yaitu
nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik merupakan orang-orang yang memiliki sarana
penangkapan, seperti perahu, jaring, dan alat tangkap lainnya. Sementara nelayan buruh adalah
orang-orang yang menjual jasa sebagai tenaga kerja buruh dalam kegiatan penangkapan ikan di
laut, atau dapat pula disebut sebagai anak buah kapal (ABK).
Tindakan Nelayan Terhadap Perubahan Iklim
Berbagai tindakan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menghadapi perubahaan iklim
yang terjadi di setiap daerah. Terdapat dua tindakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menghadapi perubahan iklim, yaitu mitigasi dan adaptasi (Tauli-Corpuz et al 2008). Dalam sumber
yang sama, dijelaskan pula bahwa mitigasi adalah proses pengurangan emisi gas rumah kaca
(GRK). Langkah mitigasi yang dinilai paling baik adalah perubahan gaya hidup individu maupun
kolektif, serta mengubah arah pembangunan ke arah sistem yang berkelanjutan serta rendah
karbon (Baldo-Soriano, de Chavez, Erni, dan Tugendhat 2010).
Sementara itu, menurut Tauli-Corpuz et al (2008) adaptasi diartikan sebagai proses
penyesuaian sistem ekologi, sosial, atau eknomi terhadap stimuli iklim yang sebenarnya atau yang
diharapkan dan efek atau dampaknya. Masyarakat perlu melakukan penyesuaian terhadap
keadaan ekologi. Langkah-langkah yang dapat ditempuh masyarakat untuk melakukan
penyesuaian tersebut adalah menanam berbagai tanaman atau tumbuhan, perubahan strategi
dalam berburu, serta teknik penangkapan ikan (Baldo-Soriano, de Chavez, Erni, dan Tugendhat
2010). Dalam penelitian Binternagel (2011) dijelaskan baahwa dalam menghadapi gelombang
tinggi, maka dilakukan pengelolaan irigasi, penanaman tanaman gamal, dan pembuatan
terasering.
Terdapat tiga upaya adaptasi yang dapat dilakukan menurut Diposaptono (2011), yaitu
upaya protektif dengan melakukan restorasi pantai yang bertujuan untuk melindungi pemukiman,
daerah wisata, dan daerah lainnya dari genangan air. Upaya selanjutnya adalah upaya akomodatif
dengan melakukan penyesuaian terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi. Upaya terakhir
yang disebutkan adalah upaya mundur dengan menghindari dampak perubahan iklim yang terjadi
berupa relokasi pemukiman warga.
Persepsi
Menurut Baron dan Byrne (2004) persepsi adalah suatu proses memilih, mengorganisir,
dan menginterpretasi informasi dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk
memahami dunia sekitar. Sementara menurut Mulyana (2010) dikutip oleh Purnamasari (2012)
persepsi manusia terbagi menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap manusia. Persepsi dilakukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang
berkaitan dengan objek dan orang.
Persepsi juga didefinisikan sebagai sebuah proses saat individu mengorganisasikan serta
menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna pada lingkungan mereka Robbins
(2001) dikutip Purnamasari (2012). Sebagai contohnya adalah saat seseorang akan membeli
sebuah barang misalnya mobil, sangat mungkin pembelian yang dilakukannya dapat
memengaruhi hal yang dipersepsikannya. Unsur lingkungan dapat memengaruhi persepsi yang
dimiliki seseorang seperti lokasi, cahaya, panas, atau keberadaan faktor situasional. Kedekatan
objek antara satu sama lain dapat cenderung dipersepsikan bersama-sama, bukan secara
terpisah (Purnamasari 2012).
Myers (1988) mengatakan bahwa persepsi merupakan sebuah arahan seseorang untuk
berperilaku. Pengertian ini didasarkan pada saat terdapat suatu stimulus yang menarik
perhatiannya, maka yang akan terjadi adalah suatu proses perceiving dan meaning selain itu,
terdapat pula interpretasi terhadap simbol-simbol yang ada pada stimulus tersebut. Proses
persepsi tersebut dipengaruhi oleh konteks dimana individu tersebut berada.
Pada riset yang dilakukan oleh Copsey, Dalimunthe, Hoijtink, dan Stoll (2013) dijelaskan
bahwa masyarakat perlu memiliki informasi terlebih dahulu mengenai perubahan iklim di daerah
tempat tinggalnya. Informasi tersebut didapat berdasarkan pengalamannya berada di wilayah
tersebut. Persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional
seperti pemahaman terhadap perubahan iklim, pengetahuan dampak perubahan iklim yang
dirasakan masayrakat, kesiapan mereka dalam menghadapi perubahan iklim, serta reaksi yang
dilakukan masyarakat.
2.2. KERANGKA PEMIKIRAN
Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena yang terjadi dalam cakupan global. Sektor
pesisir merupakan salah satu sektor yang terpapar oleh perubahan iklim. Masyarakat pesisir harus
memiliki sebuah tindakan untuk dapat menghadapi perubahan iklim yang terjadi di daerah pesisir.
Aktor utama yang menjadi sorotan adalah komunitas nelayan. Sebagai seorang nelayan tentunya
perlu melakukan kegiatan melaut. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Terpaparnya kawasan pesisir oleh perubahan seperti gelombang tinggi dan kenaikan permukaan
air laut dapat memengaruhi pekerjaan komunitas nelayan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan
adaptasi dalam menghadapi fenomena perubahan iklim yang terjadi di sektor pesisir.
Komunitas nelayan yang melakukan kegiatan melaut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
nelayan besar dan nelayan kecil. Kedua kelompok tersebut terbagi berdasarkan kepemilikan
kapitalnya masing-masing. Dengan kepemilikan kapital yang berbeda tentu saja memiliki cara-cara
yang berbeda dalam melaut dan mencari penghasilan. Perbedaan cara melaut dan mencari
penghasilan membuat kelompok nelayan besar dan nelayan kecil memiliki perbedaan pada
interaksinya dengan bentuk perubahan iklim. Klasifikasi nelayan tersebut juga berhubungan
dengan persepsi nelayan terhadap perubahan iklim.
Persepis nelayan terhadap perubahan iklim dapat dilihat dari tingkat keterpaparan nelayan
oleh perubahan iklim. Dari situlah masyarakat akan mencari informasi mengenai perubahan iklim
tersebut, sehingga tingkat pengetahuan juga dapat memengaruhi persepsi yang dimiliki oleh
nelayan. Persepsi nelayan terhadap perubahan iklim juga dapat tumbuh karena reaksi yang
dilakukannya terhadap perubahan iklim yang terjadi di desanya. Persepsi masyarakat nelayan
berdasarkan ketiga hal tersebut dapat berhubungan pada tindakan adaptasi apa yang dilakukan
oleh komunitas nelayan Desa Lebih dalam menghadapi perubahan iklim.
Tindakan adaptasi nelayan dapat digolongkan pada tindakan akomodatif, tindakan
protektif, dan tindakan mundur. Ketiga tindakan tersebut dapat dilakukan oleh komunitas nelayan.
Akan tetapi, dapat lebih baik apabila komunitas nelayan telah memiliki persepsi sebelumnya
mengenai perubahan iklim tersebut. Ketiga tindakan adaptasi tersebut dapat disesuaikan dengan
persepsi nelayan terhadap perubahan iklim yang terjadi di Desa Lebih. Hal tersebut dapat
digambarkan pada kerangka pemikiran yang disajikan pada gambar berikut ini.
Klasifikasi Nelayan
Berdasarkan
Kapital yang
Dimiliki
 Nelayan Besar
 Nelayan Kecil
Persepsi Nelayan
Terhadap Perubahan
Iklim
 Tingkat keterdedahan
dampak
 Pemahaman tentang
perubahan iklim
 Reaksi masyarakat
terhadap perubahan
iklim
Adaptasi
Komunitas
Nelayan Terhadap
Perubahan Iklim
 Tindakan
protektif
 Tindakan
akomodatif
 Tindakan
mundur
Keterangan :
: Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari kerangka pemikiran (Gambar 1) dapat ditarik beberapa hipotesis penelitian, yaitu:
1. Terdapat hubungan antara klasifikasi nelayan berdasarkan kapital yang dimiliki dengan
persepsi nelayan terhadap perubahan iklim.
2. Terdapat hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan adaptasi yang
dilakukan nelayan terhadap perubahan iklim.
2.4. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional yang digunakan dari masing-masing variabel dalam penelitian, antara lain :
1. Klasifikasi nelayan adalah pembagian komunitas nelayan berdasarkan modal yang dimiliki
oleh nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan. Klasifikasi nelayan terbagi
menjadi dua, yaitu nelayan besar dan nelayan kecil. Hal ini dapat diukur melalui :
a. Nelayan Besar adalah nelayan yang memiliki sarana penangkapan ikan.
b. Nelayan Kecil adalah nelayan yang memiliki jasa untuk menjadi tenaga pada kegiatan
penangkapan ikan.
2. Persepsi nelayan terhadap perubahan iklim adalah pemahaman dan interpretasi berbagai
informasi untuk memahami peristiwa perubahan iklim. Pengukuran persepsi nelayan dapat
diukur dengan adanya :
a. Tingkat keterdedahan dampak adalah tingkat dampak yang dirasakan oleh komunitas
nelayan di daerah tempat tinggal nelayan. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
b. Tingkat pemahaman tentang perubahan iklim adalah pemahaman nelayan terhadap
kejadian perubahan iklim yang terjadi di tempat tinggal nelayan. Data diukur dengan skor
ya (2) dan tidak (1).
c. Reaksi yang dilakukan masyarakat bentuk respon yang diberikan oleh masyarakat dalam
menghadapi perubahan iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
3. Adaptasi komunitas nelayan adalah penyesuaian yang dilakukan oleh nelayan terhadap
berbagai peristiwa yang disebabkan oleh perubahan iklim. Data dikategorikan kedalam :
a. Tindakan akomodatif adalah tindakan penyesuaian diri terhadap dampak yang terjadi
akibat perubahan iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
b. Tindakan protektif adalah tindakan pencegahan dampak yang terjadi akibat perubahan
iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1)
c. Tindakan mundur adalah tindakan untuk menghindari dampak yang terjadi akibat
perubahan iklim. Data diukur dengan skor ya (2) dan tidak (1).
3. PENDEKATAN LAPANG
3.1. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua buah pendekatan penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif
dengan didukung pendekatan kualitatif untuk menambah data dan informasi yang diperoleh.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat sehingga
dapat memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan
cara wawanacara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi terkait tujuan penelitian yang
dilakukan.
3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena beberapa pertimbangan,
diantaranya ialah:
1. Pantai Lebih yang terletak di Desa Lebih mengalami dampak perubahan iklim yang dapat
dikategorikan parah.
2. Terdapat penahan ombak sebagai tindakan sementara yang dilakukan pemerintah untuk
menanggulangi dampak perubahan iklim di Pantai Lebih.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan, dimulai pada bulan
Februari 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan
proposal penelitian dilanjutkan dengan kolokium penyampaian proposal penelitian dan perbaikan
proposal penelitian. Dilanjutkan dengan pengambilan data di lapangan, lalu pengolahan dan
analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Kegiatan
1
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan Proposal
Skripsi
Pengambilan Data
Lapang
Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan Draft Skripsi
Uji Petik
Sidang Skripsi
Perbaikan Laporan
Skripsi
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian
3.3. TEKNIK PENGAMBILAN INFORMAN DAN RESPONDEN
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari responden dan informan. Unit analisa dalam
penelitian ini adalah komunitas nelayan pada masyarakat nelayan di Desa Lebih. Responden yang
diambilo berjumlah 35 orang. Responden tersebut diambil dari dua klasifikasi kelompok, yaitu
kelompok nelayan besar dan nelayan kecil. Pengambilan responden dilakukan dengan
menggunakan stratified random sampling. Responden akan diwawancarai sesuai dengan
kuesioner yang telah dibuat, jawabannya tersebut dianggap mampu memberikan informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini.
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data Primer didapatkan dari observasi lapang, kuesioner, serta wawancara mendalam yang
dilakukan kepada responden maupun informan. Data sekunder didapatkan dari dokumen tertulis di
kantor desa dan kantor kecamatan. Selain itu, data sekunder dapat diperoleh dari berbagai buku
maupun penelitian sebelumnya yang telah melakukan penelitian terkait
3.5. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini data yang diperoleh secara kualitatif maupun kuantitatif akan diolah
untuk selanjutnya dianalisis. Untuk data yang diperoleh melalui metode kuantitatif akan diolah
dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Pembuatan tabel tabulasi silang, tabel frekuensi,
grafik, dan diagram yang diolah menggunakan aplikasi tersebut. Sementara kualitatif akan diolah
dengan melakukan reduksi data, penyajian daa, dan penarikan kesimpulan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan data yang relevan, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan sesuai
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
[Bakosuratnal] Badan koordinasi survei dan pemetaan nasional. 2011. Workshop Dampak
Kenaikan Permukaan Laut Pada Lingkungan Pantai Indonesia [internet]. [dikutip 21
Februari
2014].
Dapat
diunduh
dari
http://www.bakosurtanal.go.id/rilispers/show/workshop-dampak-kenaikan-permukaan-laut-pada-lingkungan-pantaiindonesia-2
[BBC Indonesia] British Broadcasting Corporation in Indonesia. 2012. Kampung Iklim untuk
turunkan emisi [internet]. [dikutip 18 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/05/120515_kampungiklim.shtml
[DNPI] Dewan Nasional Perubahan Iklim. Loss and Damage Terkait Perubahan Iklim: Sebuah
Dimensi Baru Bagi Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia [internet]. [dikutip 20 Februari
2014]. Dapat diunduh dari http://www.dnpi.go.id/DMS.V3/download.php?id=343
[IPCC].Intergovernmental Panel of Climate Change. 2007. Impact, Adaptation, and Vulnerability
[internet].
[dikutip
18
Februari
2014].
Dapat
diunduh
dari
http://www.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg2/en/ch10s10-1-2.html
[IPCC].Intergovernmental Panel of Climate Change. 2012. Glossary of terms. In: Managing the
Risks of Extreme Events and Disasters to Advance Climate Change Adaptation. A
Special Report of Working Groups I and II of the Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) [internet]. [dikutip 18 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://www.ipcc.ch/pdf/special-reports/srex/SREX-Annex_Glossary.pdf
[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2014. What is Coral Bleaching?
[internet].
[dikutip
20
Maret
2014].
Dapat
diunduh
dari
http://oceanservice.noaa.gov/facts/coral_bleach.html
[UNFCCC] United Nation Framework Conveention on Climate Change. 2007. Sekilas Tentang
Perubahan Iklim [internet]. [dikutip 20 Februari 2014]. Dapat diunduh dari
http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_i
klim.pdf
[UU] Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Pratama Gelora
Aksara. 307 hal.
[VoA Indonesia] Voice of America in Indonesia. 2014. 88,3 Kilometer Garis Pantai Bali Alami
Abrasi
[internet].
[dikutip
18
Februari
2014].
Dapat
diunduh
dari
http://www.voaindonesia.com/content/garis-pantai-bali-alami-abrasi/1826370.html
Baldo-Soriano E, de Chavez R, Erni C, Tugendhat H. 2010. Apa itu REDD? Sebuah Panduan
untuk Masyarakat Adat [internet]. [dikutip 23 Februari 2014 ]. Dapat diunduh dari
www.forestpeoples.org
Binternagel NB. 2011. Adaptation to Natural Hazards in Central Sulawesi, Indonesia-Strategies of
Rural Households [disertasi][internet].[dikutip 10 Maret 2014]. Dapat diunduh dari
http://ediss.uni-goettingen.de/bitstream/handle/11858/00-1735-0000-0006-B2F8C/binternagel.pdf?sequence=1
Copsey T, Dalimunthe S, Hoijtink L, Stoll N. 2013. Indonesia : Bagaimana Orang Indonesia Hidup
di Tengah Perubahan Iklim dan Bentuk Komunikasi Apa yang Dapat Dilakukan [internet].
[dikutip
15
Maret
2014].
Dapat
diunduh
dari
http://downloads.bbc.co.uk/rmhttp/mediaaction/pdf/climateasia/reports/translations/homep
age/ClimateAsia_Indonesian_Bahasa.pdf
Diposaptono S. 2011. Sebuah Kumpulan Pemikiran : Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan
Iklim (Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Abrasi, Pemanasan Global, dan Semburan Lumpur
Lapindo). Jakarta [ID]: Kementrian Kelautan dan Perikanan. 192 hal.
Helmi A. 2011. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis Kawasan Pesisir (Studi
Kasus: Desa Pulau Panjang, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan) [skripsi]. Bogor [ID]:Institut Pertanian Bogor. 119 hal
Muhammad S, Wiadnya DGR, Sutjipto DO. 2009. Adaptasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Kelautan Terhadap Dampak Perubahan Iklim Global. Seminar Nasional Pemanasan
Global : Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia, 31 Januari 2009,
Malang.
[internet].
[dikutip
2
Maret
2014].
Dapat
diunduh
dari
http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/Makalah_ClimatChange-UB_31Jan09.pdf
Purnamasari AI. 2013. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Desa Cipaganti Terhadap Kukang Jawa
(Nycticebus javanicus) [skripsi]. Bogor [ID]:Institut Pertanian Bogor. 96 hal
Patriana R. 2011. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus Nelayan Dusun
Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)
[skripsi]. Bogor [ID]:Institut Pertanian Bogor. 128 hal.
Surmaini E, Runtunuwu E, dan Las I. 2013. Upaya Sektor Pertanian dalam menghadapi
Perubahan Iklim. Jurnal Litbang Pertanian [internet]. [dikutip 18 Februari 2014]; 30 (1).
Dapat diunduh dari http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3301111.pdf
Susandi A, Herlianti I, Tamamdin M, Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Ketinggian Muka Laut di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan [internet].
[dikutip
23
Februari
2014]
12(2).
Dapat
diunduh
dari
http://blog.umy.ac.id/ghea/files/2011/12/Dampak-Perubahan-Iklim-Terhadap-KetinggianMuka-Laut-Banjarmasin.pdf
Tauli-Corpuz V. et al. 2008. Panduan Tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat [internet].
[dikutip 3 Maret 2014]. Dapat diunduh dari www.tebtebba.org
LAMPIRAN
Peta Lokasi
Kuesioner Penelitian
Nomor Responden
Hari, Tanggal Survei
Tanggal Entri Data
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN PERILAKU ADAPTASI KOMUNITAS NELAYAN
DESA LEBIH TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
I.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Alamat
:
Nomor telpon
Pendidikan
:
:
Lama Tinggal di lokasi
Pekerjaan utama
:
:
Pekerjaan Sampingan
:
tahun
(
(
(
(
(
) Tidak Tamat SD
) Tamat SD
) Tamat SMP / Sederajat
) Tamat SMA / Sederajat
) Tamat Perguruan Tinggi
( ) Nelayan
( ) Pedagang
( ) Lainnya :
II.
KLASIFIKASI NELAYAN
No Pernyataan
Apakah bapak/ibu memiliki sendiri
perahu untuk melaut?
Apakah bapak/ibu memiliki sendiri
jaring untuk menangkap ikan?
Apakah bapak/ibu menyewakan
perahu dan jaring kepada orang
lain?
Apakah bapak/ibu mempekerjakan
nelayan lain untuk melaut?
Apakah bapak/ibu mendapatkan
penghasilan dari menyewakan
kapal ke orang lain?
Apakah bapak/ibu mengambil
keputusan untuk melaut?
Ya
Tidak
Alasan
III.
PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Tingkat keterdedahan
No Pernyataan
Apakah bapak/ibu merasakan
dampak perubahan iklim?
Apakah bapak/ibu merasakan
dampak perubahan iklim
mengubah kehidupan bapak/ibu?
Apakah dampak perubahan iklim
menjadikan kehidupan bapak/ibu
lebih baik?
Apakah dampak perubahan iklim
mengubah keadaan lingkungan
sekitar rumah bapak/ibu?
Apakah dampak perubahan iklim
mengubah cara-cara bapak/ibu
dalam mencari nafkah?
Tingkat pengetahuan
No Pernyataan
Apakah bapak/ibu pernah
mendengar istilah perubahan iklim
sebelumnya?
Apakah bapak/ibu menganggap
perubahan iklim itu sedang terjadi?
Apakah bapak/ibu mengetahui
bentuk perubahan iklim yang
terjadi di sini?
Apakah bapak/ibu mengetahui
dampak-dampak yang terjadi dari
perubahan iklim?
Apakah bapak/ibu mengetahui
tindakan apa saja yang dapat
bapak/ibu gunakan untuk
menghadapi perubahan iklim?
Reaksi yang dilakukan
No Pernyataan
Setelah mengetahui keberadaan
perubahan iklim, apakah bapak/ibu
siap menghadapi perubahan iklim?
Apakah bapak/ibu akan melakukan
tindakan-tindakan untuk
menghadapi perubahan iklim?
Apakah bapak/ibu sudah tahu
tindakan apa saja yang akan
digunakan?
Apakah bapak/ibu sudah
melakukan tindakan tersebut?
Apakah bapak/ibu bisa
melanjutkan tindakan tersebut
secara berkelanjutan?
Ya
Tidak
Alasan
Ya
Tidak
Alasan
Ya
Tidak
Alasan
IV.
No
TINDAKAN ADAPTASI NELAYAN
Pernyataan
Apakah bapak/ibu akan
menghadapi perubahan iklim yang
terjadi?
Apakah tindakan yang digunakan
oleh bapak/ibu adalah tindakan
yang berkelanjutan?
Apakah bapak/ibu akan mencari
tindakan yang dapat mengurangi
dampak perubahan iklim?
Apakah tindakan yang bapak/ibu
lakukan akan menyesuaikan
dengan dampak perubahan iklim
yang dirasakan?
Apakah bapak/ibu akan berusaha
untuk dapat menjaga
kelangsungan kehidupan bapak/ibu
di sini?
Apakah bapak/ibu melakukan
tindakan baru yang dirasa lebih
baik dari tindakan yang
sebelumnya dilakukan?
Ya
Tidak
Alasan
Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Teknik Sampling
3.3. Pengumpulan Data
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Desa Lebih
5. KLASIFIKASI NELAYAN DI DESA LEBIH
6. HUBUNGAN KLASIFIKASI NELAYAN DENGAN PERSEPSI NELAYAN
6.1. Hubungan Nelayan Besar dengan Tingkat Keterdedahan
6.2. Hubungan Nelayan Besar dengan Tingkat Pemahaman
6.3. Hubungan Nelayan Besar dengan Reaksi yang diberikan
6.4. Hubungan Nelayan Kecil dengan Tingkat Keterdedahan
6.5. Hubungan Nelayan Kecil dengan Tingkat Pemahaman
6.6. Hubungan Nelayan Kecil dengan Reaksi yang diberikan
7. HUBUNGAN PERSEPSI NELAYAN DENGAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
8. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.2. Saran
Download