Kasus Pelanggaran ICT Fokus Pada Etika Rumah Sakit - E

advertisement
Nama : Cicik Indah Pahlawati
NIM : 20111030030
Kasus Pelanggaran ICT
Fokus Pada Etika Rumah Sakit
ICT adalah akronim dari Information Communication Technology. ICT adalah sistem
atau teknologi yang dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil,
memindahkan, menganalisis, menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data
menjadi sebuah informasi, sedangkan etika(Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Sebagai mahluk sosial pelaku pengguna ICT memiliki kode etik universal sebagai
acuan dalam menjaga perilaku dan kehormatan dalam menggunakan ICT. Setiap lingkungan
punya nilai etika tersendiri dan tidak ada nilai baku yang berlaku identik, tiap orang dapat
memiliki interprestasi yang berbeda terhadap prinsip yang disepakati. Pelanggaran etika ICT
yang berhubungan dengan rumah sakit kerap terjadi. Berikut contohnya:
1. Pembuatan-pengedaran video operasi gagal “palsu” yang telah di edit guna
menjatuhkan rumah sakit pesaing.
2. Mengeluh di dunia maya dengan konten menyudutkan rumah sakit tertentu.
3. Membuat software perhitungan guna menyembunyikan data akuntansi tertentu guna
kepentingan korupsi.
4. Tidak melakukan kalibrasi-maintenance terhadap alat-alat yang terkomputerisasi
seperti EKG, alat cek gula darah, alat laboratorium, ventilator, monitor pemantau
pasien intensif di ICU dan lain-lain.
5. Menyebarkan catatan medis orang tertentu lewat jejaring sosial dan sebagainya.
6. Membuat website, seolah-olah merupakan web domain dari rumah sakit pesaing
dengan mencantumkan JANJI MULUK dengan harapan akan terjadi gap antara
konsumen dan rumah sakit pesaing.
Kasus Pelanggaran ICT Merujuk Undang-Undang ITE Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
Perbuatan yang dilarang
Pasal 27
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
Magister Manajemen Rumah Sakit - UMY
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau
Nama : Cicik Indah Pahlawati
NIM : 20111030030
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
Baik.
4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.
Pasal 28
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Ketentuan pidana
Pasal 45
1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam)tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Contoh Kasus :
Seperti yang kita ketahui, kasus Prita Mulyasari merupakan kasus pelanggaran tehadap UU
ITE yang mengemparkan Indonesia. Nyaris berbulan-bulan kasus ini mendapat sorotan
masyarakat lewat media elektronik, media cetak dan jaringan sosial seperti facebook dan
twitter.
Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit Omni
Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit tersebut Prita tidak
mendapat kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak
memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun
tidak memberikan rekam medis yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita Mulyasari
mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut melalui surat elektronik yang kemudian
menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni
Internasional marah, dan merasa dicemarkan.
Lalu RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita
Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Dan waktu itupun Prita sempat
ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat
pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Kasus ini kemudian banyak menyedot perhatian publik yang berimbas
dengan munculnya gerakan solidaritas “Koin Kepedulian untuk Prita”. Pada tanggal 29
Desember 2009, Ibu Prita Mulyasari divonis Bebas oleh Pengadilan Negeri Tangerang.
Magister Manajemen Rumah Sakit - UMY
Nama : Cicik Indah Pahlawati
NIM : 20111030030
Contoh kasus di atas merupakan contoh kasus mengenai pelanggaran Undang-Undang
Nomor 11 pasal 27 ayat 3 tahun 2008 tentang UU ITE. Dalam pasal tersebut tertuliskan
bahwa: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan /atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik.
Sejak awal Dewan Pers sudah menolak keras dan meminta pemerintah dan DPR untuk
meninjau kembali keberadaan isi dari beberapa pasal yang terdapat dalam UU ITE tersebut.
Karena Undang-undang tersebut sangat berbahaya dan telah membatasi kebebasan
berekspresi (mengeluarkan pendapat) seseorang. Selain itu beberapa aliansi menilai : bahwa
rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi.
Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para
moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu.
Oleh karena itu dengan adanya hukum tertulis yang telah mengatur kita hendaknya kita selalu
berhati-hati dalam berkomunikasi menggunakan media. Menurut saya dengan adanya kasus
yang telah menimpa Prita menjadi tersangka atas pencemaran nama baik/ dan mendapat
sanksi ancaman penjara selama 6 tahun dan denda sebesar Rp. 1 M, kita harus lebih berhatihati dalam menghadapi perkembangan Teknologi di era globaliosasi ini. Hendaknya kita
dapat mengontrol diri kita sendiri jika akan menulis di sebuah akun.
Kasus Prita ini seharusnya kita jadikan pelajaran untuk melakukan intropeksi diri guna
memperbaiki sistem hukum dan Undang-undang yang banyak menimbulkan perdebatan dan
pertentangan. Selain itu seharusnya pihak membuat undang-undang hendaknya lebih jelas
dan lebih teliti dalam memberikan sanksi sesuai dengan aturan dalam UU yang berlaku.
Hukum yang telah ada memang kadang kurang bisa terima dengan baik dan menimbulkan
perdebatan di berbagai kalangan.
Magister Manajemen Rumah Sakit - UMY
Download