PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAPTINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRIDI DUSUN KERET DESA SUMBERJATI, MOJOANYAR MOJOKERTO *Rina Mardiyana, Desi Tri Handayani *STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto ABSTRACT SADARI or breast self-examining is the easiest, the cheapest and the simplest way to detect breast cancer earlier. Many people don’t know yet about this earlier detection activity. The aim of this research is to find out the influence of the health education about breast selfexamining (SADARI) toward the level of girls’ knowledge in Keret village. The design which is used in this research is pre-experimental with pre-post test type in a group (one group pra-post test design). There are some variables that are used in this research, free variable that is used is health education about breast self-examining (SADARI), while the tied variable is the level of girls knowledge in Keret village. The population is Keret village girls about 41 respondents. Data taken using a questionnaire. Data were analyzed using descriptive analysis. The result was no defference in getting the level of knowledge of girls in keret village before and after health education about knowing that the average before being given health education after 4,88 becomes 9,95 that given health education. From this result, girl’s are expected to continuouslylearn to improve awareness and increase knowledge and skills in doing breast self examining (SADARI), especially the stages to do brest self examining (SADARI) so that the earlier the breast cancer is known the higher the number of healing. Keywords: SADARI, health education, knowledge. PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan dini. Usaha untuk ini adalah melakukan pertumbuhan serta perkembangbiakan sel SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) abnormal yang muncul pada jaringan (Soelarto, 1995). Pemeriksaan Payudara payudara. Kanker Sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara merupakan penyebab kematian atau perabaan sendiri untuk menemukan kedua akibat kanker pada wanita, setelah timbulnya kanker leher rahim, dan merupakan kanker payudara (Marmi, 2013). SADARI atau yang paling banyak ditemui diantara pemeriksaan wanita (Rasjidi, 2009). metode termudah, tercepat, termurah dan (Shadine, 2009). benjolan payudara abnormal sendiri pada adalah Kanker payudara tergolong pada paling sederhana yang dapat mendeteksi keganasan yang dapat didiagnosis secara secara dini kanker payudara (Poniyah, 2012). Banyak orang yang belum sebab 85 % kelainan di payudara justru mengetahui mengenai aktivitas deteksi dini pertama kali di kenali oleh penderita atau masih memiliki kesadaran yang (Imam rendah untuk melakukan hal tersebut Constanta (Shadine, 2009). menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara Deteksi dini kanker penting mengingat di Rasjidi, 2009). dalam Foster Shadine dan (2009) payudara lebih sedikit pada wanita yang temukannya penderita penyakit kanker melakukan pemeriksaan SADARI payudara pada usia 15 tahun. (Sutjipto (pemeriksaan payudara sendiri) Ketua YKPJ Rs. Dharmais, 2010). dibandingkan yang tidak. Di Indonesia ada dua kasus kanker Menurut WHO (2004), lebih dari tertinggi yaitu kanker servik dan kanker 50% perempuan yang terdiagnosa kanker payudara. Ditemukan 12.014 (28,7 %) payudara perempuan dengan usia 30-50 tahun penapisan, hanya 20% sampai 30% wanita terdapat payudara melakukan SADARI, (Riskesdas, 2013). Sedangkan menurut melakukan secara BPPD Provinsi Jawa Timur, pada tahun penelitian yang dilakukan (Novianti, 2013) 2010 penderita kanker payudara sejumlah di 4.736 penderita dan tahun 2012 mencapai menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan 7.487 penderita. Di RS Dharmais, hampir remaja putri tentang pemeriksaan payudara 85 % pasien kanker payudara datang ke sendiri rumah sakit dalam keadaan sudah stadium berjumlah 61 responden (87,1%) yang lanjut. berpengetahuan benjolan Hal ini pada akan mempengaruhi tidak Ma’arif pernah (4,1%) teratur. (SADARI) dan (12,8%) Padahal jika kanker payudara ditemukan berpengetahuan baik (0%). Berdasarkan 9 tidak responden ada Studi yang Pendahuluan yang baik (Poniyah, 2012). Kabupaten Mojokerto, melalui kuesioner kenyataannya di kurang tingkat kesembuhan pasien akan sangat Pada dilakukan Pasuruan masih cukup yang Menurut Durensewu prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. dalam keadaan sudah stadium awal, maka melakukan Desa Sumberjati dengan pada 10 orang, 2 (20 %) orang mengatakan berkembangnya teknologi saat ini kanker cukup mengetahui apa itu Pemeriksaan dapat di deteksi dini. Bagi setiap wanita Payudara Sendiri dan bagaimana cara dianjurkan melakukannya, sedangkan 8 (80 %) orang rutin untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). mengatakan tidak Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi Pemeriksaan semua wanita dimulai sejak usia subur, bagaimana cara melakukannya. Payudara mengetahui Sendiri dan Kurangnya informasi mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. tentang bagaimana cara meraba yang tepat Berdasarkan latar belakang diatas, pada payudara serta ketidaksiapan mental penulis tertarik meneliti tentang “Pengaruh dan takut bila ditemukan adanya benjolan Pendidikan atau kanker didalam tubuhnya, merupakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) faktor penyebab wanita tidak melakukan terhadap tingkat Pengetahuan Remaja Putri pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. (Fifi, 2011). Akibatnya banyak penderita Mojoanyar Kab. kanker payudara datang ke rumah sakit mengetahui seberapa dalam keadaan sudah stadium lanjut. Oleh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan karena itu, perlunya kaum wanita untuk payudara melakukan pemeriksaan payudara sendiri tingkat pengetahuan Remaja Putri. Kesehatan sendiri tentang Mojokerto” jauh untuk pengaruh (SADARI) terhadap (SADARI), wanita juga diharapkan untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dini adanya kanker payudara, sehingga dapat diobati dengan tepat dan tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%) Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan wanita adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita. Menurut Herawani (2002), pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang teknik penelitian ini adalah pra- eksperimental dengan pendekatan one group pre-post test design. (Rasjidi, 2009). melalui dalam praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat Populasinya adalah semua remaja putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling sejumlah 41 responden. Analisa Data penelitian ini menggunakan analisa deskriptif. HASIL PENELITIAN fakta atau kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Dengan demikian masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat 1. Tingkat pengetahuan sebelum diberikan kesehatan tentang remaja putri pendidikan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) 100 85 80 60 baik 40 cukup 20 12.5 2.5 Diagram 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Berdasarkan 0 tabel 4.6 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden Sumber : Kuisioner, Juli 2015 tentang SADARI setelah dilakukan post- Diagram 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) test Berdasarkan diagram 4.5 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang SADARI saat pre-tes tadalah pengetahuan kurang 35 responden (85 %), sedangkan pengetahuan cukup 5 responden adalah 2.Tingkat pengetahuan berpengetahuan putri baik berjumlah 23 responden (56 %). 2. Perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang payudara sendiri pemeriksaan (SADARI). 85 100 56 50 remaja cukup berjumlah 18 responden (44%), sedangkan (12,5 %) dan berpengetahuan baik 1 responden (2,5 %). berpengetahuan 2.5 44 12.5 sebelum 0 sesudah 0 baik cukupkurang sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) 60 50 Sumber : Kuisioner, Juli 2015 56 44 40 baik 30 cukup 20 kurang 10 Diagram 4.7 Perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). 0 0 Sumber : Kuisioner, Juli 2015 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa perbedaan remaja putri tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) diberikan diberikan pendidikan kesehatan yaitu respondenyang berpengetahuan baik yaitu 9,95. Hal ini menunjukkan terdapat dari 2,5 % menjadi 56 % mengalami perubahan tingkat pengetahuan remaja kenaikan sebesar 95,5 %, responden yang putri sebelum dan sesudah diberikan berpengetahuan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan cukup dari 12,5 % menjadi 44 % mengalami kenaikan sebesar 70 % sedangkan responden payudara sendiri (SADARI). yang Berdasarkan tabel 4.8 diketahui berpengetahuan kurang dari 0 % menjadi bahwa tingkat pengetahuan remaja putri 85 % mengalami kenaikan sebesar 100 %. sebelum diberikan pendidikan kesehatan Hal ini menunjukkan terdapat perubahan nilai terendahnya 1 dan nilai tertinggi 7, tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan dan pendidikan kesehatan nilai terendah 7 dan nilai kesehatan tentang pemeriksaan payudara tertinggi 12. Hal ini menunjukkan bahwa sendiri (SADARI). terdapat perubahan tingkat pengetahuan 4. Rata-rata tingkat pengetahuan remaja remaja sesudah diberikan sesudah putri diberikan sebelum pendidikan dan sesudah putri sebelum dan sesudah diberikan diberikan pendidikan kesehatan tentang pendidikan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). pemeriksaan kesehatan tentang payudara sendiri (SADARI). tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri Tabel 4.8 Rata-rata tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Responden Berdasarkan Mean Min Max SD Tingkat Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan standar deviasnya 40,98, sesudah diberikan pendidikan kesehatan standar deviasinya 398,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan standar deviasi tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Sebelum 4,88 1 11 40,98 Sesudah 9,95 7 12 398,05 Berdasarkan bahwa rata-rata tabel tingkat 4.8 diketahui pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu 4,88 dan sesudah PEMBAHASAN Tingkat Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan diagram 4.5 diketahui pendidikan adalah kombinasi apapun dari bahwa tingkat pengetahuan Remaja Putri pengalaman pembelajaran terencana yang tentang SADARI masih kurang berjumlah didasarkan pada teori-teori yang logis yang 35 responden (85%), yang berpengetahuan membekali individu, cukup sebesar 5 responden (12,5%), dan masyarakat dengan ada memiliki mendapatkan informasi. Masih banyaknya pengetahuan baik (2,5%). Adapun faktor- responden yang memiliki pengetahuan faktor yang mempengaruhi pengetahuan kurang karena juga di pengaruhi oleh menurut yaitu malasnya responden pengalaman, informasi atau 1 responden yang Notoadmojo pendidikan, (2007) umur, kelompok, peluang untuk dalam kurangnya dan mencari informasi kepercayaan, dukungan keluarga, sosial tentang deteksi dini kanker payudara budaya, informasi / media. Adanya 1 (SADARI). (2,5%) responden yang berpengetahuan adalah Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Hasil penelitian pengetahuan akademi/perguruan tinggi dan 5 (12,5%) menunjukkan pengetahuan remaja putri responden berpengetahuan cukup karena dalam dipengaruhi oleh pendidikan responden melalui SADARI pada tingkat tahu dan yang berpendidikan SMA meskipun sudah memahami sesudah diberikan pendidikan pernah mendapatkan infromasi tentang kesehatan responden yang berpengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). cukup berjumlah 18 responden (44%), Sedangkan sedangkan berpengetahuan baik berjumlah baik karena sebelumnya mendapatkan sudah infromasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) serta pendidikan 35 responden (85%) responden berpengetahuan kurang dikarenakan 35 deteksi dini kanker payudara 23 responden (56 %). responden selama dibangku sekolah belum Mayoritas responden atau 23 (56%) pernah mendapatkan infromasi mengenai responden berpengetahuan baik karena pemeriksaan payudara sendiri. mereka sudah mendapatkan informasi Informasi yang diperoleh baik itu formal maupun sangat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), menghasilkan meskipun responden sudah mendapatkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. pendidikan kesehatan, akan tetapi ada 18 Menurut Notoadmojo (2007), Pengetahuan responden berpengaruh informal yaitu berupa pendidikan kesehatan tentang sehingga dapat dipengaruhi oleh pendidikan karena (44%) responden yang berpengetahuan cukup. Hal ini dipengaruhi baik oleh faktor umur dan subjek itu sendiri. mengikuti pendidikan kesehatan Menurut semakin Notoadmojo cukup pengetahuan meningkat. umur yang maka dimiliki Dari uraian dikarenakan responden berminat yang (2003), diberikan oleh peneliti, dan dalam proses tingkat belajar peneliti tidak hanya memberi semakin ini dapat penjelasan saja tetapi (gambar, demonstrasi), ada instrumen serta kondisi disimpulkan bahwa bertambahnya umur lingkungan yang kondusif dan subjek yang seseorang maka akan bertambah pula mendukung. pengetahuan yang didapatnya. Dengan demikian kanker payudara dapat di deteksi Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto. Sebelum diberikan pendidikan sejak dini sehingga akan meningkatkan kesehatan mengenai deteksi dini kanker tingkat harapan hidup seorang wanita. payudara melalui pemeriksaan payudara usia yang semakin matang diharapkan pengetahuan deteksi dini kanker payudara (SADARI) akan bertambah dan dengan Pendidikan untuk mendapa kesehatan diperlukan tinformasi. Menurut Herawani (2002), pendidikan kesehatana dalah penambahan pengetahuan kemampuan seseorang melalui dan teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Menurut (Nursalam, 2008), Proses pendidikan kesehatan adalah tidak lain proses belajar yang memiliki tiga komponen utama yaitu masukan (input), proses, dan hasil (output). Dalam proses belajar di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu materi, lingkungan, instrument dan subjek. Perubahan pengetahuan responden yang sendiri (SADARI) dari yang berpengetahuan kurang 35 responden (85 %), berpengetahuan cukup 5 responden (12,5 %) dan berpengetahuanbaik 1 responden (2,5 %), kemudian sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner, responden yang berpengetahuan cukup berjumlah 18 responden (44%), sedangkan berpengetahuan baik berjumlah 23 responden (56 %). Menurut (Nursalamdan Ferry, 2008), Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan menciptakan peluang individu untuk sadar bagi senantiasa untuk individubelajar memperbaiki kesadaran serta meningkatan pengetahuan dan keterampilannya demi kepentingan kesehatannya. Sesuai dengan kesehatan adalah berpengetahuan cukup pengertian menurut (Notoadmojo, 2007) berjumlah pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini sedangkan terjadi berjumlah setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan 23 Sebagian responden (44%), berpengetahuan baik responden %). (56 besar responden berpengetahuan baik, hal ini dikarenakan yang sebagian responden sudah mendapatkan diberikan pada Remaja putri tentang pendidikan kesehatan atau informasi pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) tentang pemeriksaan payudara sendiri merupakan (SADARI). salah kesehatan 18 satu bentuk hasil pengindraan terhadap suatu objek yang 3. Ada perbedaan tingkat pengetahuan diberikan dalam melakukan pemeriksaan remaja payudara diberikan pemberian sendiri (SADARI), pendidikan dimana kesehatan putri sebelum pendidikan dan sesudah yaitu rata-rata (mean) sebelum diberikan pendidikan merupakan sebuah modal utama untuk kesehatan dilakukan pada remaja putrid agar dapat sesudah diberikan pendidikan kesehatan mencegah terjadinya kanker payudara. rata-rata (mean) menjadi 9,95. KESIMPULAN 1. Tingkat (SADARI) sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah berpengetahuan kurang responden berpengetahuan (85%), cukup sedangkan 5 responden (12,5%), dan berpengetahuan baik 1 responden (2,5%). Hal ini dikarenakan sebagian responden belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). 2. Tingkat 4,48 sedangkan SARAN pengetahuan Remaja Putri tentang pemeriksaan payudara sendiri 35 sebesar pengetahuan Remaja Putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sesudah diberikan pendidikan 1. Hendaknya remaja putri lebih meningkatkan pengetahuan dan tahapan dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk deteksi dini kanker payudara dengan cara mencari informasi yang lebih banyak dari media massa atau pun dengan mengundang tenaga kesehatan dalam memberikan informasi sehingga dapat menambah pengetahuan dan mau melakukan SADARI. 2. Diharapkan membuat peneliti rancangan berikutnya kerja saat melakukan penelitian, peneliti harus bisa melihat siapa responden kita, peneliti memberikan jeda waktu dalam melakukan post test, serta hasil penelitian ini sebagian data awal terutama tentang faktor-faktor yang pengetahuan tentang payudara sendiri mempengaruhi Keperawatan. Medika. Jakarta: Salemba Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pemeriksaan (SADARI), dalam deteksi dini kanker payudara sehingga hasil penelitian dapat lebih ditingkatkan lagi. DAFTAR PUSTAKA Herawani, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan : Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing. Marmi. 2013. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini, dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: CV. Sagung Seto. Saraswati, Sylvia. 2010. 52 Penyakit Perempuan: Mencegah dan mengobati 52 Penyakit yang sering diderita Perempuan. Jogjakarta: Katahari. Saryono dan Ari Setyawan. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan DIII, DIV, S1, Dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiadi. 2007. Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Shadine, Mahannad. 2009. Penyakit Wanita, Pencegahan, Deteksi Dini & Prngobatannya. Jakarta: Keen Books. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Syafrudin dan Yudhia F. 2009. Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Yunita, 2010. Stop Kanker. Jakarta : Agro media Pustaka. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu