laporan penelitian pengaruh prestasi belajar siswa pada konsep

advertisement
LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KONSEP
GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS ( THINK
PAIR SHARING ) DI SMP NEGERI 16 BANDA ACEH
TIM PENELITI
1. JULI FIRMANSYAH, S.Pd M.Pd
NIDN : 0125078601
2. MIFTAHUL JANNAH
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ( LP2M )
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Pengaruh Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Getaran dan
Gelombang dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperati Tipe TPS ( Think Pair Sharing ) di SMP Negeri
16 Banda Aceh
Peneliti/ Pelaksana
Nama Lengkap
: Juli Firmansyah, S.Pd M.Pd
Perguruan Tinggi
: Universitas Serambi Mekkah
NIDN
: 0125078601
Program Studi
: Pendidikan Fisika
Jabatan Fungsional
: Staf Pengajar
Nomor Hp
:
Alamat e-mail
:
Anggota
Nama Lengkap
: Miftahul Jannah
Perguruan Tinggi
: Universitas Serambi Mekkah
Penanggung Jawab
:
Tahun Pelaksanaan
:
Biaya Tahun Berjalan :
Mengetahui,
Dekan Fakultas FKIP USM
Banda Aceh, 2013
Ketua,
Drs. M ISA RANI, M.Pd
M.Pd
NIP . 19640206 189031 003
JULI FIRMANSYAH, S.Pd
NIDN . 0125078601
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT (LP2M)
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
Alamat: Jalan Tgk.Imum Lueng Bata-Batoh Telp.(0651) 26160 dan (0651) 22471 Fax.22471 Banda Aceh
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Juli Firmasyah, S.Pd M.Pd
NIDN
: 1319118701
Pangkat/Golongan
:
Jabatan Fungsional
: Staf Pengajar
Alamat
:
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian saya dengan judul “
Pengaruh Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Sharing ) di
SMP Negeri 16 Banda Aceh” bersifat original. Bilamana dikemudian hari ditemukan
ketidak sesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses
sesuai dengan pernyataan ini,maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya
dengan sebenar-benarnya.
Mengetahui,
Ketua Lembaga Peneliti
Universitas Serambi Mekkah
Banda Aceh, 2013
Ketua Peneliti,
Ir.Lukmanul Hakim,MP
M.Pd
NIP . 19611231 1994031 006
Juli Firmasyah, S.Pd
NIDN.1319118701
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Prestasi Belajar Siswa
pada Konsep Getaran dan Gelombang dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Sharing ) di SMP Negeri 16 Banda Aceh”.
Selanjutnya, selawat dan salam penulis sampaikan kepangkuan Nabi Besar
Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang
penuh ilmu pengetahuan..
Penulisan laporan penelitian ini dapat terwujud berkat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak
yang tak mungkin dapat penulis sebutkan semua.
Dalam penelitian ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan, namun penulis menyadari bahwa tulisan penelitian ini masih kurang dari
sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritikan yang sifatnya membangun dari
semua pihak untuk penyempurnaan penelitian ini.Atas segala bantuan dan bimbingan
tersebut, penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga Allah swt. melimpahkan
berkah dan nikmat-Nya kepada kita semua.
Amin ya Rabbal Alamin
Banda Aceh, 2013
Ketua Peneliti
Juli Firmasyah, S.Pd M.Pd
ABSTRAK
Salah satu pakar pendidikan berhasil menciptakan cara baru dan praktis untuk
mempengaruhi keadaan mental pelajar yang dilakukan oleh guru. Semua itu
terangkum dalam Quantum Teaching yang berarti pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada dalam diri siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri
siswa itu sendiri maupun bagi orang lain. Disinilah letak pengembangan metode
pembelajaran Quantum Teaching, yaitu menggubah bermacam-macam interaksi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Karena itulah guru harus tahu apa yang
ada pada siswanya. Begitu juga harus ada kerjasama yang solid antara guru dan
siswa, bila guru berusaha membimbing dan mengarahkan siswanya, maka diharapkan
siswa juga berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil belajar. Berdasarkan masalah
tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar fisika pada konsep
gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh. Bertolak dari rumusan masalah maka penulis
melakukan penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching
terhadap hasil belajar Fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Quantum Teaching terhadap hasil belajar fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16
Banda Aceh.
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 16
Banda Aceh yang terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 90 orang siswa. Sedangkan yang
menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 30 orang siswa dan kelas VIII-3 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah
30 orang siswa. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampling,
Instrumen penelitian ini dilakukan tes awal dan tes akhir pada pokok bahasan gaya.
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan statistik uji-t yang dikemukakan oleh
Sudjana.
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh harga ttabel = 1,67 sedangkan
thitung= 13,81. Jadi thitung > ttabel. Maka Ho ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha
yaitu ada pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap prestasi hasil
fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
ABSTRAK........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4.AnggapanDasar………………………………………………... .... 5
1.5.Hipotesis……………………………………………………… ...... 5
1.6. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengertian Quantum Teaching .................................................... 6
2.2. Asas Utama Quantum Teaching .................................................. 7
2.3. Kerangka Perencanaan Quantum Teaching ................................. 9
2.4. Pengertian Hasil Belajar.............................................................. 10
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ......................... 12
2.6. Konsep Gaya .............................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 26
3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ....................................................... 26
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 26
3.4. Instrumen
Penelitian.......................................................................27
3.5. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 27
3.6. Metode Pengolahan Data ............................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 30
4.2 Pengolahan Data.......................................................................... 32
4.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis ....................................................... 48
4.4 Pembahasan................................................................................. 50
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 52
5.2 Saran ........................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Menendang bola berarti memberikan gaya pada bola..................................... 19
2.2 Mendorong mobil merupakan contoh gaya sentuh ......................................... 20
2.3 Magnet memilikigaya tarik magnet ............................................................... 20
2.4 Neraca pegas ................................................................................................. 21
2.5 Balok memberikan gaya pada meja sebesar w , Sedangkan meja
memberikan gaya pada balok sebesar N . Besar N  w ................................ 22
2.6 Tali meregang akibat gaya berat benda .......................................................... 23
2.7 Bola yang menggelinding di tanah kasar mengalami gaya gesek ................... 23
2.8 Gaya digambarkan sebagai anak panah ......................................................... 24
2.9 Resultan gaya-gaya searah ............................................................................ 25
2.10 Resultan gaya berlawanan arah................................................................... 25
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Nilai tes awal dan tes akhir kelas eksperimen (kelas VIII-3) pada
SMP Negeri 16 Banda Aceh .......................................................................... 30
4.2 Nilai tes awal dan tes akhir kelas kontrol (kelas VIII-2) pada SMP
Negeri 16 Banda Aceh .................................................................................. 31
4.3 Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas eksperimen............................. 34
4.4 Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas kontrol ................................... 35
4.5 Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas eksperimen ............................ 37
4.6 Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas kontrol................................... 39
4.7 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas
eksperimen .................................................................................................... 43
4.8 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas
kontrol .......................................................................................................... 44
4.9 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas
eksperimen .................................................................................................... 45
4.10 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas
kontrol ....................................................................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel F
Lampiran 2. Tabel Z Score
Lampiran 3. Tabel Harga Kritik Chi Kuadrat
Lampiran 4. Tabel Distribusi t
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 6. LKS
Lampiran 7. Instrumen Tes
Lampiran 8. Surat Keterangan Bimbingan
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kota Banda Aceh
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari SMP Negeri 16 Banda Aceh
Lampiran 12. Biodata Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hidup, segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup dan segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat,
karena melalui pendidikan yang teratur dapat melahirkan manusia yang memiliki
pengetahuan sikap dan keterampilan. Menurut Driyankara (ditjet dikti, 1983/1984:19)
bahwa:“Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda, pengangkatan
manusia ketaraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan disebut juga
memanusiakan manusia muda”.
Diera reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar
dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan membawa
implikasi meluas terhadap pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap
generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan
tuntutan zaman.
Dalam pelaksanaan pendidikan banyak problematika yang dihadapi, mulai
dari proses belajar mengajar hingga bagaimana guru itu memanajemen sebuah kelas.
Problem–problem tersebut merupakan sebagian dari contoh–contoh problematika
pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan pemikiran yang mendalam dan
sistematis bagi tiap–tiap pendidikan sehingga dalam melaksanakan fungsinya akan
lebih mantap. Selain masalah tersebut, ada juga timbul masalah yang lain seperti
menakuti atau tidak menyukai terhadap salah satu mata pelajaran, seperti halnya
fisika.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sain yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan dedukatif dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan peristiwa alam sekitar. Berbagai peristiwa
dalam kehidupan sehari–hari merupakan peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu
fisika, seperti halnya kita berjalan hal ini merupakan bagian dari konsep gerak dan
gaya, bermain ayunan berarti bermain dengan getaran, untuk melakukan berbagai
kegiatan atau pekerjaan kita membutuhkan energi dan masih banyak lagi peristiwa
yang lainnya. Tapi sayangnya masih banyak siswa yang menganggap bahwa fisika
adalah ilmu yang rumit dan membosankan.
Untuk menumbuhkan minat dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran fisika
yaitu guna harus menemukan model–model pembelajaran yang lebih tepat. Menurut
Abbas (2004:2)“Banyaknya faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar
siswa, salah satunya adalah ketidak tepatannya penggunaan model pembelajaran yang
digunakan oleh guru kelas”.
Kenyataan menunjukan bahwa ketika saya PPL selama ini kebanyakan guru
menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasi guru.
Karena pola tersebut sudah banyak digunakan oleh guru dalam menjalankan proses
belajar mengajar maka pembelajaran seperti itu harus mencari dan menerapkan
metode lainnya dalam proses belajar mengajar. Saya tidak menemukan model
pembelajaran baru di sekolah tempat saya PPL, maka dari itu saya mencoba salah
satu model pembelajaran yang bisa diterapkan di sekolah tersebut. Yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar yang sedang
popular akhir–akhir ini, hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif dapat
membantu siswa memahami konsep–konsep fisika yang sulit. Dan membantu siswa
menemukan kemampuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Tim Urge
(1997:1) bahwa:“Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
tidak hanya unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep–konsep IPA
yang sulit, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan, kerja sama,
berpikir kreatif dan mengembangkan sikap sosial siswa”.
Model pembelajaran kooperatif lerning merupakan suatu model pembelajaran
yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyatadi masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama–
sama diantara semua anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas,
dan perolehan belajar. Menurut Michaels (1977:5)“cooperative learning is more
effective in increasing motive and performance students”.
Model
pembelajaran
cooperative
learning
mendorong
peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama
pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan
alternative pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut,
maka
dalam pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa
terutama aspek efektif siswa dapat dilakukan secara bersama–sama. Menurut Hamid
Hasan (1996:6), bahwa:“Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif
sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kongnitif
dan afektif”.
Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya,
terbuka dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa
untuk
memperoleh
dan
memberikan
masukan
diantara
mereka
untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan moral, serta keterampilan yang ingin
dikembangkan dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam tipe adapun salah
satu tipe yang paling sederhana adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share) yaitu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Tipe ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2–6 anggota). TPS memiliki Prosudur belajar yang terdiri atas siklus
regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun tahapan TPS dimasukkan
sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.
Ibrahim (200:23) menyatakan siklus regular pembelajaran TPS
1. Tahapan pengajaran
2. Tahapan belajar tim
3. Tahapan TPS
4. Tahapan penilaian
5. Tahapan penghargaan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin meneliti “ apakah pembelajaran
kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep fisika”.
Untuk itu penulis ingin mengadakan suatu penelitian dengan model penelitian dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dirumuskan melalui penelitian yang
berjudul:“Pengaruh preatasi belajar siswa pada konsep Getaran dan Gelombang
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair
Sharing ) di SMP Negeri 16 Banda Aceh”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh prestasi belajar siswa pada konsep getaran
dan gelombang dengan menggunakan metode kooperatif tipe TPS (Think Pairs
Share).
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan
gelombang dengan menggunakan metode kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share).
1.4
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh prestasi
belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share) di SMP Negeri 16 Banda Aceh.
1.5
Anggapan Dasar
Perumusan anggapan dasar dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
menjadi pondasi bagi pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
anggapan dasar adalah Kooperatif tipe Think Pair Sharing sebagai salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar fisika.
1.6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan kepada
a.
Sebagai bahan masukkan bagi penulis dalam rangka meningkatkan kualita
belajar khususnya mata pelajaran fisika.
b.
Sebagai bahan masukkan guru dalam menyusun strategi kongnitif siswa.
c.
Sebagai bahan masukkan terhadap siswa agar lebih bermotivasi dalam
memahami konsep – konsep fisika dengan baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara
bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota
kelomponya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam
menuntaskan permasalahan.
Sehubungan denga pengertian tersebut, Etin Solihatindan Raharjo (Slavin
2007:4) bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana
pembelajar belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Selanjutnya dikatakan pula,
keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas
anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pada dasarnya kooperative mengandung pengertian sebagai suatu sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggoita kelompok itu sendiri. kooperative juga dapat diartikan sebagai suatu
struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota
kelompok.
Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (Salvin 2007:4): Model pembelajaran
ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu, “getting
better together”, atau “railah yang lebih baik secara bersama-bersama”.
Model belajar Kooperatifmerupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara
sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan
perolehan belajar. Etin Solihatin dan Raharjo (Michaels 2007:5): “Cooperative
learning is more effective in increasin motive and performance students”. Model
pembelajaran Kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena
siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan
alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif, pengembangan dan kualitas diri siswa terutama
aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelom
kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan
belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif maupun konatif.
Menurut Estiti ( 2006:8 ) bahwa:
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam tim ( team) untuk menuntaskan tujuan belajar.
2. Tim terdiri dari siswa–siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan
tinggi, sedang, rendah.
3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis
kelamin.
4. Sistem penghargaan diorientasi baik pada kelompok maupun individu.
2.2
Pengertian Model Think Pair Share (TPS)
Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-
rekannya dari Universitas Maryland. “Think Pair Share memiliki prosedur secara
eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab,
saling membantu satu sama lain” Ibrahim (Estiti, 2007:10) dengan cara ini
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif
yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini
punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa.
Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau
prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.
Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa
untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan
untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat
didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu
konsep.
Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah
tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
1. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri
mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa
sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau
semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui
jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran.Dalam
menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan
bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali
pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban
mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu,
guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap
siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini
dapat menghasilkan jawaban bersama.Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari
4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi
mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat
menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan
masalah yang lain.
3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk
berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas.
Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan
satu ke pasangan yang lain,sehingga seperempat atau separuh dari pasanganpasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini
merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa
langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai
pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain.
Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi
maupun penguatan di akhir pembelajaran.
2.2.1 Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share
Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu
think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Sharing
adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1
Pendahuluan
Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu
untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah
Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang
harus dicapai oleh siswa
Tahap 2
Think
Tahap 3
Pair
Tahap4
Share
Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui
kegiatan demonstrasi
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada seluruh siswa
Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai
jawaban tugas yang telah dikerjakan
Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk
berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas
dengan dipandu oleh guru.
Tahap 5
Siswa dinilai secara individu dan kelompok
Penghargaan
Ibrahim (2000: 26-27)
Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut:
a. Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.Pada tahap ini, guru
juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap
tahap kegiatan.
b. Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi
untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu
(“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap
pertanyaan yang diberikan.Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru
menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini
dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan
meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan
pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang
telah diberikan oleh guru.Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan
berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap
ini,
siswa dapat
mempresentasikan
jawaban
secara
perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok.
Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran
mereka.
e. Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun
kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan
nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat
presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
2.2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Model Think Pair Share
Kelebihan
pembelajaran
TPS
adalah
sebagai
berikut:
dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea atau gagasan dengan katakata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
Fogarty dan Robin (1996:5) menyatakan bahwa:
Teknik belajar mengajar think pair share mempunyai beberapa keuntungan
sebagai berikut:
 Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
 Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,
 Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat
sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.
Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share
memberikan keuntungan.
Siswa secara
individu dapat
mengembangkan
pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga
kualitas jawaban juga dapat meningkat. Akuntabilitas berkembang karena siswa
harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi)
dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan
seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota
untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah
berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena
pasangannya.
Menurut Spencer Kagan (Maesuri, 2002:4) “manfaat Think-Pair-Share
adalah:
(1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan
tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat
dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat
tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para
siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan
kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
(2) para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir
ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi
mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan
pertanyaaan tingkat tinggi”.
Menurut Mahmudi (2009:32), kelebihan pembelajaran TPS adalah dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
1. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
3. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan
memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses
pendidikan jangka panjang.
4. Pembelajaran TPS bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan
lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih
cepat.
Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-Pair-Share
juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah:
1. metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di
sekolah.
2. sangat
memerlukan
kemampuan
dan
ketrampilan
guru,
waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
3. menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berfikir anak dan.
4. mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan
ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara
kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa
yang dikemukakan (Lie 2004:58).
Dari kutipan di atas kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk
banyak.Sedangkan Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok
berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
Dari
Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
Bebih sedikit ide yang muncul.
Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
kutipan di atas untuk mengatasi hambatan dalam penerapan metode
kooperatif think pair share yaitu guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan
kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal tersebut dilakukan agar siswa
tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Guru akan
memberikan point pada siswa, jika siswa tersebut mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan pada tahap share.
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang
terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar
mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi
belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan
terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata
prestasi dan belajar.Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih
mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan
dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli.
“Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan
baik secara individu maupun secara kelompok” (Djamarah, 1994:19). Sedangkan
Mas’ud Hasan Abdul Dahar (Djamarah 1994:21) bahwa “Prestasi adalah apa yang
telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat
perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu
hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995:2)“Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang
dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang
hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62)bahwa “Prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran”.
Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Dari kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah
hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang
kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
2.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas
menurut Slameto (1995 : 54) yaitu “Faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor
kelelahan”.
1. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan
dan faktor cacat tubuh.
a. Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika
kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah
ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurnanya mengenai tubuh atau badan.“Cacat ini berupa buta,
setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain”
(Slameto, 2003:55).
2. Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan,
kesiapan.
a. Intelegensi
Slameto (2003:56)“Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat”.
Dari pendapat di atas jelaskan bahwa intelegensi yang baik atau
kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi
seorang anak dalam usaha belajar.
b. Perhatian
Menurut al-Ghazali (Slameto 2003:56) bahwa “Perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata
kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek”.
Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak
lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku
pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
c. Bakat
Menurut Hilgard (Slameto 2003:57) bahwa “Bakat adalah the capacity to
learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar”.
Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003:136)
bahwa “Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”.
Dari pendapat di atas jelaskah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu
pada seseorang sangat ditentukan leh bakat yang dimilikinya sehubungan
dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar
keterampilan, bakat memeganmg peranan penting dalam mencapai suatu
hasil akan prestasi yang bail. Apabila seseorang guru atau orang tua
memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
d. Minat
Menurut Jersild dan Taisch (Nurkencana 1996:214) bahwa “Minat adalah
menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu”.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang
gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan
teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga
akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar
siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh
karena ada daya tarik baginya.
e. Motivasi
Menurut Slameto (2003:58) bahwa “Motivasi erat sekali hubungannya
dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan
tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu
perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah
motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya”.
Dalam perkembanganya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu: (a). motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan
sesuatau pekerjaan belajar.Sedangkan motovasi ekstrinsik dimaksud
dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang
menyebabkan
siswa
tersebut
malakukan
kegiatan
belajar.Dalam
memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untukmengarahkan perhatian siswa kepada sasaran
tertentu.
f. Kematangan
Menurut Slameto (2003:58) bahwa “Kematangan adalah sesuatu tingkah
atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah
siap melaksanakan kecakapan baru”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu
organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri
makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya
masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan
sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu
sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
g. Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto
(2003:59) adalah “Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk
memberikan respon atau reaksi”.
Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan
siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak
positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima
suatu mata pelajaran dengan baik.
3. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai
berikut:
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecendrungan untuk membaringkan tubuh”.Kelelahan jasmani terjadi karena
ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar
pada bagian tertentu.Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena
memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena
terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi
prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan
sampai
terjadi
kelelahan
dalam
belajarnya
seperti
lemah
lunglainya
tubuh.Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti
memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena
terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian.Ini semua besar sekali
pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.Agar siswa selaku pelajar
dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.
b. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
“Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat” (Slameto, 1995:60).
1. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi
dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang
kebudayaan dan suasana rumah.
a.
Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar
anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo (Slameto 2003:60) mengemukakan
bahwa “Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”. Keluarga
yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat
menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan
negara.
Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di
dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh
terhadap belajarnya.
b.
Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003:60) bahwa “yang penting dalam keluarga adalah
relasi orang tua dan anaknya”. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau
dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi
adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap
acuh tak acuh, dan sebagainya.
c.
Keadaan keluarga
Menurut
Hamalik
(2002:160)bahwa
“Keadaan
keluarga
sangat
mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari
keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga,
pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga
terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.”
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi
prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada
anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya
sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang
tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.
d.
Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003:64) bahwa “Anak belajar perlu dorongan dan
pengertian orang tua”. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugastugas rumah.Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi
kesulitan yang dialaminya.
e.
Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003:63) bahwa “Keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak”. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan
lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
f.
Latar belakang kebudayaan
“Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap
anak dalam belajar” (Roestiyah, 1989:156). Oleh karena itu perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar
yang optimal.
g.
Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan
pendapat Slameto (2003:63) yang mengemukakan bahwa “Suasana rumah
merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana
anak-anak berada dan belajar”. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut
tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. Suasana ini
dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya.
Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara
anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka
keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran,
kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media
pendidikan, yaitu :
a.
Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004:104) “Faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil
belajar yang akan dicapai oleh siswa”. Sedangkan menurut Nana Sudjana
(Djamarah 2006:39) “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar”.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan
motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara
mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam
menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan
dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar
mengajar.
b.
Model pembelajaran
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali
terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal
ini model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya
terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang
disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa,
terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa menilih dan
menentukan
metode
pembelajaran
yang
tepat
untuk
digunakan
dalam
pembelajaran.
Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya: model pembelajaran
kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan
lain sebagainya. Dalam hal ini, model yang diterapkan adalah model kooperatif
tipe TPS, dimana model atau metode ini berpengaruh terhadap proses belajar
siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
c.
Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu
hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa,
misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya.
Menurut Purwanto (2004:105) menjelaskan bahwa “Sekolah yang cukup
memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah
dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam
menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak”.
Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya alat-alat pelajaran
dan cara menggunakannya karena hal itu akan meperudah dan mempercepat
belajar anak.
d.
Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa,
kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003:63)
bahwa “Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses
belajar maupun prestasi belajar siswa”. Dari pendapat di atas dapat dipahami
betapa berpengaruhnya kurikulum yang baik terhadap proses elajar dan prestasi
siswa.
e.
Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003:67). Kedisiplinan sekolah ini
misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata
tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
f.
Media pendidikan
“Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah,
maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah
yang besar pula” (Roestiyah, 1989:152). Media pendidikan ini misalnya seperti
buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat
mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik.
3. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman
bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.
a.
Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003:70) bahwa “Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya”. Tetapi jika siswa ambil
bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi,
kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih
jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
b.
Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya.
Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk
perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka
perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Menurut Slameto (2003:73) “Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang
baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman
bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka
perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan
pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik
harus bijaksana”.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak,
karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan
dirinya dengan kebiasaan-kebiasaaan lingkungannya. Oleh arena itu, apabila
seorang siswa berpempat tinggal disuatu lingkungan temannya yang rajin belajar
maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya,
sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
c.
Cara Hidup Lingkungan
“Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh
terhadap pertumbuhan anak” (Roestiyah, 1989:155). Hal ini misalnya anak tinggal
di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh
rajin juga tanpa disuruh.
2.4
Konsep Getaran dan Gelombang
2.4.1 Pengertian Getaran
Pernahkah kamu melihat jam dinding yang memakai bandul? Jarum jam
tersebut bergerak akibat adanya gerak bolak-balik bandul. Gerakan bandul itu
disebut getaran. Marilah kita selidiki apa sebenarnya getaran itu.
pindah ke tengah
Gambar 2.1 Gerakan bandul sederhana
Jadi, getaran adalah gerak bolak-balik melalui titik setimbang.Satu getaran
didefinisikan sebagai satu kali bergetar penuh, yaitu dari titik awal kembali ke
titik tersebut.Satu kali getaran adalah ketika benda bergerak dari titik A-B-C-B-A
atau dari titik B-C-B-A-B. Bandul tidak pernah melewati lebih dari titik A atau
titik C karena titik tersebut merupakan simpangan terjauh
Simpangan terjauh itu disebut amplitudo. Di titik A atau titik C benda akan
berhenti sesaat sebelum kembali bergerak. Contoh amplitudo adalah jarak BA
atau jarak BC.Jarak dari titik setimbang pada suatu saat disebut simpangan.
2.4.2 Contoh Getaran
Beberapa contoh getaran yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari
antara lain :
- sinar gitar yang dipetik
- bandul jam dinding yang sedang bergoyang
Gambar 2.2 Jam dinding berbandul
- ayunan anak-anak yang sedang dimainkan
- mistar plastik yang dijepit pada salah satu ujungnya, lalu ujung lain
diberisimpangan dengan cara menariknya, kemudian dilepaskan tarikannya.
Gambar 2.3 Mistar Plastik yang digetarkan
2.4.3. Periode dan Frekuensi Getaran
a. Periode Getaran
Periode getaran adalah waktu yang digunakan dalam satu getaran dan
diberi simbol T. Untuk gambar ayunan di atas, jika waktu yang diperlukan oleh
bandul untuk bergerak dari B ke A, ke C, ke A, dan kembali ke B adalah 0,2 detik,
maka periode getaran bandul tersebut 0,2 detik atau T = 0,2 detik = 0,2 s
Periode suatu getaran tidak tergantung pada amplitudo getaran.
pindah ke tengah
Gambar 2.4 Gerakan bandul 1 kali getaran

titik A merupakan titik keseimbangan

simpangan terbesar terjauh bandul ( ditunjuk kan dengan jarak AB = AC )
disebut amplitudo getaran
jarak tempuh B – A – C – A – B disebut satu getaran penuh

b. Amplitudo
Dalam gambar 2 telah disebutkan bahwa amplitudo adalah simpangan
terbesar dihitung dari kedudukan seimbang.Amplitudo diberi simbol A, dengan
satuan meter.
c. Frekuensi Getaran
Frekuensi getaran adalah jumlah getaran yang dilakukan oleh sistem dalam
satu detik, diberi simbol f. Untuk sistem ayunan bandul di atas, jika dalam waktu
yang diperlukan oleh bandul untuk bergerak dari B ke A, A ke C, C ke A, dan
kembali ke B sama dengan 0,2 detik, maka :
- dalam waktu 0,2 detik bandul menjalani satu getaran penuh
- dalam waktu 1 detik bandul menjalani 5 kali getaran penuh
Dikatakan bahwa frekuensi getaran sistem bandul tersebut adalah 5
getaran/detik atau f = 5 Hz.
d. Hubungan antara Periode dan Frekuensi Getaran
Dari definisi periode dan frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan :
Keterangan :
T = periode, satuannya detik atau sekon
f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz
2.4.3 PengertianGelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu
medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat
medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan
menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung
jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat
rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu
detik.
Gelombang terjadi karena adanya usikan yang merambat.Menurut
konsep fisika, cerminan gelombang merupakan rambatan usikan, sedangkan
mediumnya tetap. Jadi, gelombang merupakan rambatan pemindahan energi tanpa
diikuti pemindahan massa medium.
Gambar 2.5 Gelombangyang menyebar kesegala arah
2.4.4. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium dalam
perambatannya.
Contoh gelombang mekanik :
- Gelombang yang terjadi pada tali jika salah satu ujungnya digerak-gerakkan.
Gambar 2.6 Gelombang pada tali
- Gelombang yang terjadi pada permukaan air jika diberikan usikan padanya (
misal dengan menjatuhkan batu di atas permukaan air kolam yang tenang ).
Gambar 2.7 Gelombang pada Air
Jenis-Jenis Gelombang
a. Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak
lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu
bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan,
Gambar 2.8 Gelombang transversalpada tali
Contoh gelombang transversal :
- getaran sinar gitar yang dipetik
- getaran tali yang digoyang-goyangkan pada salah satu ujungnya
b. Gelombang Longitudinal
Gelombang logitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah
yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada.Gelombang yang
terjadi berupa rapatan dan renggangan.Contoh gelombang longitudinal seperti
slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.
Gambar 2.9 Gelombang logitudinal pada slingki
Gambar 2.10 Gelombang logitudinal
Contoh gelombang longitudinal :
- gelombang pada slinki yang diikatkan kedua ujungnya pada statif kemudian
diberikan usikan pada salah satu ujungnya
- gelombang bunyi di udara
Gambar 2.11 Gelombang Bunyi
1. Panjang Gelombang
A. Pengertian Panjang Gelombang
Panjang satu gelombang sama dengan jarak yang ditempuh dalam waktu satu
periode.
1) Panjang gelombang dari gelombang transversal
Perhatikan ilustrasi berikut!
Gambar 2.12 Simpul, panjang gelombang, perut, Amplitudo, lembah
Pada gelombang transversal, satu gelombang terdiri atas 3 simpul dan 2 perut.
Jarak antara dua simpul atau dua perut yang berurutan disebut setengah panjang
gelombang atau ½ λ (lambda),
2) Panjang gelombang dari gelombang longitudinal
Gambar 2.13 Rapatan, renggangan, panjang gelombang
Pada gelombang longitudinal, satu gelombang (1λ) terdiri dari 1 rapatan dan 1
reggangan.
B. Cepat Rambat Gelombang
Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam satu sekon disebut cepat
rambat gelombang. Cepat rambat gelombang dilambangkan dengan v dan
satuannya m/s atau m s-1. Hubungan antara v, f, λ, dan T adalah sebagai berikut :
Gambar 2.14 Hubungan panjang gelombang, cepat rambat dan frekuensi
Keterangan :
λ= panjang gelombang , satuannya meter ( m )
v = kecepatan rambatan gelombang, satuannya meter / sekon ( ms-1 )
T = periode gelombang , satuannya detik atau sekon ( s )
f = frekuensi gelombang, satuannya 1/detik atau 1/sekon ( s-1 )
2. Pemantulan Gelombang
Jika gelombang melalui suatu rintangan atau hambatan, misalnya benda
padat, maka gelombang tersebut akan dipantulkan. Pemantulan ini merupakan
salah satu sifat dari gelombang.Pemantulan gelombang pada ujung tetap akan
mengalami perubahan bentuk atau fase. Akan tetapi pemantulan gelombang pada
ujung bebas tidak mengubah bentuk atau fasenya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan pada SMPN 16 Banda Aceh, pelaksanaan
pengambilan data dalam penelitian ini mulai tanggal 3 Februari sampai 6 Februari
2012.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 di SMP 16 Banda Aceh yang terdiri dari 3
kelas.Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas.Cara
pengambilan sampel ditetapkan secara random sampling atau secara acak. Untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol, siswanya mempunyai tingkat kemampuan yang
relatif sama. Untuk memastikan kehomogenan sampel tersebut dilakukan uji
homogenitas dari nilai ulangan pokok bahasan sebelumnya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai dengan pengumpulan data awal yaitu nilai ulangan
harian siswa. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang terambil berasal
dari populasi yang sama. Penulis mulai mengajar materi gaya dikelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan dikelas
kontrol dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Setelah
materi gaya selesai dilakukan dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah
dicapai.
3.4 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian dengan menggunakan tes, berupa soal-soal
dalam materi getaran dan gelombang yang diajukan kepada responden dengan jumlah
soal 20. Masing-masing soal skornya 5, yang menjawab dengan benar.
3.5 Tehnik Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data diawali dengan melakukan uji homogenitas.Uji
homogenitas dilakukan dengan mentabulasikan data kedalam daftar distribusi
frekkuensi. Menurut sudjana (2002:47) menggunakan langkah langkah yang harus
ditempuh yaitu:
1. Tentukan rentan (R) ialah data terbesar dikurangi data terkecil.
2. Tentukan banyaknya kelas interval (K)dengan menggunakan aturan Sturges,
Yaitu:
banyaknya kelas = 1+(3,3) log n
3. Tentukan panjang kelas interval P dengan rumus
4. Mencari nilai rata-rata (x) dan Varians (S2) dan simpangan baku (s)
Menurut sudjana (2002:67) untuk menghitung rata-rata menggunakan rumus:
=
Keterangan :
= skor rata-rata siswa
fi = frekuensi kelas interval data
xi = nilai tengah
selanjutnya untuk menentukan varians sudjana (2002:95) menggunakan:
s2 =
keterangan :
S2 = Varians
n = banyak siswa
untuk menguji kesamaan varians menurut Sudjana (2002:250)rumus:
F=
3.5.1. Uji Normalisasi Sebaran Data
Untuk menguji normalitas data terlebih dahulu dibuat kedalam daftar
distribusi kemudian dihitung rata-rata varians dan simpangan baku .untuk menguji
kenormalan sampel, menurut sudjana (2002:273) rumus:
Keterangan:
Ei = frekuensi diharapkan
Oi = frekuensi Pengamatan
Z = Skor
3.5.2. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi berguna untuk mengetahui apakah sampel dari
penelitian ini berasal dari populasi yang sama, sehingga generalisasi dari hasil
penelitian ini akan berlaku pula bagi populasi.
Untuk menguji homogen sampel menurut Sudjana (2002:250) dapat
digunakan rumus:
F
var ians terbesar
var ians terkecil
Untuk tes awal kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F  F n1 1,n2 1 dengan
α = taraf nyata untuk pengujian, hipotesis yang akan diuji yaitu:
H0
: s12  s22
Ha
: s12  s22
3.5.2 Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Ho : µ1 = µ2 : prestasi belajar siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran
kooperatif
tipe TPS sama dengan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran non kooperatif.
Ha : µ1>µ2 : prestasi belajar siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran
kooperatif
tipe TPS lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran non kooperatif.
Untuk pengujian hipotesis digunakan taraf signifikan 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Dengan uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun
ketentuan untuk penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
1. Menolak hipotesis nihil (H0) dan menerima hipotesis (Ha) bila thitung ≥ ttabel
2. Menerima hipotesis nihil (H0) dengan menolak hipotesis (Ha) bila thitung < ttabel
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai (angka) yang diperoleh dari
hasil tes.
Untuk menganalisis data diperlukan suatu alat analisis, yaitu menggunakan uji
statistik.Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik t-test. Menurut sudjana
2005:239) statistik yang digunakan
dan
Keterangan:
t
= Nilai t yang dicari
x1 = Nilai rata – rata kelas eksperimen
x2 = Nilai rata – rata kelas kontrol
s1
= Standar deviasi kelas eksperimen
s2
= Standar deviasi kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan
pada siswa di SMP Negeri 16 Banda Aceh, kelas VIII-2 yang berjumlah 30 siswa
(kelas kontrol) dan kelas VIII-3 berjumlah 30 siswa (kelas eksperimen). Adapun data
yang telah diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.1
Nilai tes awal dan tes akhir kelas eksperimen (kelas VIII-1) pada SMP Negeri 16
Banda Aceh
Nilai
No
Nama Siswa
Tes Awal
Tes Akhir
1
Albasyir
20
58
2
Alya Rifqah Mulya
34
80
3
Avellia Putri
22
92
4
Bela Gebrina
30
80
5
Cut Adinda Safira
30
68
6
Dewi Isra
30
76
7
Chairunnisa
36
68
8
Desy Srimula
30
72
9
Dora Elsa Nabila
26
88
10
Dewi Afrilidya Putri
32
76
11
Lisa Nurqari
22
84
Nilai
No
Nama Siswa
Tes Awal
Tes Akhir
12
Maula Aslima
24
64
13
Mutiara B
28
68
14
Mawar Sari
28
68
15
M. Ikhsan Rinaldi
22
96
16
Nurul Husna
32
49
17
Nuning Natasya
36
84
18
Nadia Ulfa
28
80
19
Nadila Sari
32
68
20
Nurrahmi
40
64
21
Putri Damayanti
17
52
22
Puja Aprilia
30
64
23
Reza Wahyudi
36
84
24
Suci Miranda
26
76
25
Putri Aprilia
26
56
26
Tara Atika
26
60
27
Nuraini Ariska
24
52
28
Ilham Maulana
34
72
29
Putri Andriani
40
72
30
Bustami
34
74
(Sumber: SMP Negeri 16 Banda Aceh, 2011.)
Tabel. 4.2
Nilai tes awal dan tes akhir kelas kontrol (kelas VIII-3) pada SMP Negeri 16 Banda
Aceh
Nilai
No
Nama Siswa
Tes Awal
Tes Akhir
1
Aidil Adha Syahputra
26
48
2
Dedi Akbar
32
52
3
Donna Irma Sari
30
64
4
Dedek Hidayat
26
64
5
Dini Rahma Linda
30
72
6
Diki Satreza Putra
28
80
7
Elly Mulyani
28
54
8
Farah Dita
24
56
9
Fika Handayani
20
64
10
Heru Dika Aulia
20
64
11
M. Samsul Rachman
18
56
12
Mega Syafira
26
68
13
Nisrina Athirah
26
60
14
Nabila
28
68
15
Ortari Zuraisah
20
56
16
Putri Misbahul Jannah
34
80
17
Razziq Isnan S.
30
64
18
Reni Aprilia
26
64
19
Rahmi Rahmani
20
48
20
Rizki Adami
18
60
Nilai
No
Nama Siswa
Tes Awal
Tes Akhir
21
Riski Adisya
34
81
22
Silvi
30
56
23
Seri Reka Lesdiana
32
68
24
Venni Jelita
24
56
25
Yara Ulfa
22
56
26
Reval Syahputra
18
40
27
Riska Amelia
18
68
28
Siti Nazlla
17
40
29
M. Fauzan
26
56
30
Muhammad Habibi
24
48
(Sumber: SMP Negeri 16 Banda Aceh, 2011.)
4.2 Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data tersebut dikelompokkan
dalam tabel distribusi frekuensi, sebelum membuat daftar frekuensi, terlebih dahulu
ditentukan rentang kelas (R), banyak kelas (K) dan panjang kelas (P) sehingga rata
tengah (X) dapat ditentukan, untuk nilai tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dan data ditabulasikan dalam distribusi ferkuensi dan ditentukan nilai rata-ratanya,
varians dan simpangan baku yang akan digunakan dengan uji-t
a. Nilai tes awal siswa kelas eksperimen
Pengolahan data untuk tes awal pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
Range (R) = Nilai tertinggi – Nilai terendah
= 40 – 17
= 23
Besarnya interval kelas (K) untuk kelas eksperimen adalah:
K
= 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 30
= 1 + (3,3) 1,477
= 1 + 4,874
= 5,874 (diambil K = 6)
Panjang kelas interval dihitung dengan persamaan:
P
=
Range
Interval Kelas
=
23
6
= 3,833 (diambil P = 4)
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas eksperimen
No
urut
1
Kelas
interval
17 – 20
2
f1
x1
x12
f1 . x1
f1 . x12
2
18,5
342,25
37
684,5
21 – 24
5
22,5
506,25
112,5
2531,25
3
25 – 28
7
26,5
702,25
185,5
4915,75
4
29 – 32
8
30,5
930,25
244
7442
5
33 – 36
6
34,5
1190,25
207
7141,5
6
37 – 40
2
38,5
1482,25
77
2964,5
863
25679,5
Jumlah
30
(Sumber: Hasil perhitungan, 2012.)
Nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen dari tabel 4.3 di atas adalah:
X1 
 f .x
f
1
1
1
X1 
863
30
X 1  28,7
Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh:
2
2
1
S 
n1  f 1 .x1   ( f1 .x 1 ) 2
n1 (n1  1)
S12 
30(25679,5)  (863) 2
30(30  1)
S12 
770385  744769
30(29)
S12 
25616
870
S12 = 29,44
S1  29,44
S1  5,42
b. Nilai tes awal siswa kelas kontrol
Berdasarkan Range (R) siswa kelas kontrol adalah:
R
= Nilai tertinggi – Nilai terendah
= 34 – 17
= 17
Besarnya interval kelas (K) untuk siswa kelas kontrol adalah:
K
= 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 30
= 1 + (3,3) 1,477
= 1 + 4,874
= 5,874 (diambil K = 6)
Panjang kelas interval (P) nilai tes awal kelas kontrol adalah:
P
=
Range
Interval Kelas

17
6
= 2,833 (diambil P = 3)
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas kontrol
No
urut
1
Kelas
Interval
17 – 19
2
f2
x2
x22
f2 . x2
f2 . x22
5
18
324
90
1620
20 – 22
5
21
441
105
2205
3
23 – 25
3
24
576
72
1728
4
26 – 28
9
27
729
243
6561
5
29 – 31
4
30
900
120
3600
6
32 – 34
4
33
1089
132
4356
762
20070
Jumlah
30
Sumber: Hasil Perhitungan, 2011.
Nilai rata-rata tes awal kelas kontrol dari tabel 4.4 di atas adalah:
 f .x
f
2 2
X2 
2
X2 
762
30
X 2  25,4
Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh:
S 22 
n2
 f .x   ( f .x )
2
2 2
n2 (n2  1)
2 2
2
S22 
30(20070)  (762) 2
30(30  1)
S22 
602100  580644
30(29)
S 22 
21456
870
S 22 = 24,66
S 2  24,66
S2  4,96
c. Nilai tes akhir siswa kelas eksperimen
Untuk mengetahui Range (R) pada tes akhir kelas eksperimen adalah sebagai
berikut:
R
= Nilai tertinggi – Nilai terendah
= 96 – 49
= 47
Besarnya interval kelas (K) untuk kelas eksperimen adalah:
K
= 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 30
= 1 + (3,3) 1,477
= 1 + 4,874
= 5,874 (diambil K = 6)
Panjang kelas interval dihitung dengan persamaan:
P
=
Range
Interval Kelas
=
47
6
= 7,833 (diambil P = 8)
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas eksperimen
No
urut
1
Kelas
Interval
49 – 56
2
f1
x1
x12
f1 . x1
f1 . x12
4
52,5
2756,25
210
11025
57 – 64
5
60,5
3660,25
302,5
18301,25
3
65 – 72
8
68,5
4692,25
548
37538
4
73 – 80
7
76,5
5852,25
535,5
40965,75
5
81 – 88
4
84,5
7140,25
338
28561
6
89 – 96
2
92,5
8556,25
185
17112,5
2119
153503,5
Jumlah
30
(Sumber: Hasil perhitungan, 2012.)
Nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen dari tabel 4.5 di atas adalah:
X1 
 f .x
f
1
1
1
X1 
2119
30
X 1  70,63
Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh:
2
2
1
S 
n1  f 1 .x1   ( f1 .x 1 ) 2
n1 (n1  1)
S12 
30(153503,5)  (2119) 2
30(30  1)
S12 
4605105  4490161
30(29)
S12 
114944
870
S12 = 132,11
S1  132,11
S1  11,49
d. Nilai tes akhir siswa kelas kontrol
Berdasarkan Range (R) siswa kelas kontrol adalah:
R
= Nilai tertinggi – Nilai terendah
= 81 – 40
= 41
Besarnya interval kelas (K) untuk siswa kelas kontrol adalah:
K
= 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 30
= 1 + (3,3) 1,477
= 1 + 4,874
= 5,874 (diambil K = 6)
Panjang kelas interval (P) nilai tes akhir kelas kontrol adalah:
P
=
Range
Interval Kelas

41
6
= 6,833 (diambil P = 7)
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas kontrol
No
urut
1
Kelas
Interval
40 – 46
2
f2
x2
x22
f2 . x2
f2 . x12
2
43
1849
86
3698
47 – 53
4
50
2500
200
10000
3
54 – 60
10
57
3249
570
32490
4
61 – 67
6
64
4096
384
24576
5
68 – 74
5
71
5041
355
25205
6
75 – 81
3
78
6084
234
18252
1829
114221
Jumlah
30
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.)
Nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol dari tabel 4.6 di atas adalah:
X2 
 f .x
f2
X2 
1829
30
2 2
X 2  60,96
Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh:
S 22

n2
2
 f .x   ( f .x )
2 2
2 2
n2 ( n2  1)
S 22 
30(114221)  (1829) 2
30(30  1)
S 22 
3426630  3345241
30(29)
S 22 
81389
870
2
S 22 = 93,55
S 2  93,55
S 2  9,67
Berdasarkan kedua varians di atas dapat dihitung nilai varians gabungan
sebagai berikut:
S gab
2
(n1  1) S12  (n2  1) S 22

(n1  n2  2)
2
S gab

(30  1)132,11  (30  1)93,55
30  30  2
2
S gab

( 29)132,11  ( 29)93,55
58
2
S gab

3831,19  2712,95
58
2
S gab

6544,14
58
2
S gab
 112,83
2
S gab
 112,83
Sgab = 10,62
Sebelum dilakukan analisa data dengan menggunakan rumus uji-t, maka
terlebih dahulu data dari masing-masing harus memenuhi syarat-syarat homogenitas
variansi dan normalitas.
4.2.1 Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi berguna untuk mengetahui apakah sampel dari
penelitian ini berasal dari populasi yang sama, sehingga generalisasi dari hasil
penelitian ini akan berlaku pula bagi populasi.
Untuk menguji homogen sampel menurut Sudjana (2002:250) dapat
digunakan rumus:
F
var ians terbesar
var ians terkecil
Untuk tes awal kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F  F n1 1,n2 1 dengan
α = taraf nyata untuk pengujian, hipotesis yang akan diuji yaitu:
H0
: s12  s22
Ha
: s12  s22
a. Uji Homogenitas variansi tes awal
F
var ians terbesar S 22 24,66
 2 
 0,83
var ians terkecil
29,44
S1
F  n1 1,n2 1
F(0,05) (29,29) = 1,85
Berdasarkan harga Fhitung 1,03 dan Ftabel 1,85, karena Fhit< Ftab atau 0,83 < 1,85
maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari
populasi yang sama berarti variansnya homogen.
Untuk tes akhir kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F ≥ F n1 1,n2 1 dengan
α = taraf nyata untuk pengujian, hipotesis yang akan di uji yaitu:
H0
Ha
: s12  s22
:s2 s2
1
2
b. Uji homogenitas variansi nilai tes akhir
F
var ians terbesar S12 132,11
 2 
 1, 41
var ians terkecil
93,55
S2
F  n1 1,n2 1
F(0,05) (29,29) = 1,85
Berdasarkan harga Fhitung 1,41 dan Ftabel 1,85, karena Fhit< Ftab atau 1,41 < 1,85
maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari
populasi yang sama berarti variansnya homogen.
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas ini
berdistribusi normal atau tidak, maka hipotesis yang di uji adalah:

Tolak Ho jika 2hitung ≥ 2tabel

Terima Ho jika 2 hitung<2tabel
Dengan kriteria tolak H0 jika 2 hitung ≥ 2tabel dengan taraf α = taraf nyata
untuk pengujian dan dk = (k-3).
H0 : Oi = Ei (sampel diambil dari populasi berdistribusi normal)
Ha : Oi> Ei (sampel diambil dari populasi berdistribusi tidak normal)
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas eksperimen
Kelas
No
Interval
1
2
Batas
kelas
(x)
Score
(Z)
Batas
luas
daerah
16,5
-2,25
0,4878
20,5
-1,51
0,4345
17 – 20
21 – 24
Luas
tiap
daerah
Ferekuensi
yang
diharapkan
(Ei)
Frekuensi
pengamatan
(Oi)
0,0533
1,60
2
0,1551
4,65
5
3
25 – 28
24,5
-0,77
0,2794
0,2634
Ferekuensi
yang
diharapkan
(Ei)
7,90
4
29 – 32
28,5
-0,04
0,0160
0,2440
7,32
8
5
33 – 36
32,5
0,70
0,2280
0,2071
6,21
6
6
37 – 40
36,5
1,44
0,4351
0,0503
1,51
2
40,5
2,18
0,4854
Kelas
No
Interval
Batas
kelas
(x)
Score
(Z)
Batas
luas
daerah
Luas
tiap
daerah
Frekuensi
pengamatan
(Oi)
7
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.)
Zscore =
x  X1
S1
Keterangan:
X 1 = 28,7
S1 = 5,42
Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik:
k
2  
i 1
(Oi  Ei) 2
Ei
; Sudjana (2002:273)
Sehingga dari tabel di atas diperoleh:
(2  1,60) 2 (5  4,65) 2 (7  7,90) 2 (8  7,32) 2 (6  6,21) 2
 




1,60
4,65
7,90
7,32
6,21
2

(2  1,51) 2
1,51
 2  0,101  0,026  0,103  0,063  0,007  0,160
 2  0,46
Berdasarkan tabel 4.7 distribusi chi-kuadrat untuk kelas eksperimen pada taraf
signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga
2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 0,46 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tes awal kelas eksperimen mengikuti distribusi normal.
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas kontrol
Kelas
No
Interval
1
2
3
Batas
kelas
(x)
Score
(Z)
Batas
luas
daerah
16,5
-1,36
0,4131
19,5
-0,81
0,2910
17 – 19
20 – 22
22,5
23 – 25
-0,27
0,1064
0,1064
25,5
26 – 28
0,27
0,2910
4
29 – 31
28,5
0,81
0,4131
5
32 – 34
31,5
1,36
6
0,4713
Luas
tiap
daerah
Ferekuensi
yang
diharapkan
(Ei)
Frekuensi
pengamatan
(Oi)
0,1221
3,66
5
0,1846
5,54
5
0,2128
6,38
3
0,1846
5,54
9
0,1221
3,66
4
0,0582
1,76
4
34,5
1,90
Sumber: Hasil Perhitungan, 2011.
Zscore =
x  X2
S2
Keterangan:
X 2 = 24
S2 = 5,51
Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik:
k
2  
i 1
(Oi  Ei) 2
Ei
; Sudjana (2002:273)
Sehingga dari tabel di atas diperoleh:
2 

(5  3,66) 2 (5  5,54) 2 (3  6,38) 2 (9  5,54) 2 (4  3,66) 2




3,66
5,54
6,38
5,54
3,66
(4  1,76) 2
1,76
 2  0,488  0,052  1,793  2,164  0,031  2,834
 2  7,36
Berdasarkan tabel 4.8 distribusi chi-kuadrat untuk kelas kontrol pada taraf
signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga
2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 7,36 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tes awal kelas kontrol mengikuti distribusi normal.
Tabel 4.9
Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas eksperimen
Kelas
No
Interval
1
2
3
Batas
kelas
(x)
Score
(Z)
Batas
luas
daerah
48,5
-1,93
0,4732
56,5
-1,23
0,3907
64,5
-0,53
0,2010
72,5
0,16
0,0636
49 – 56
57 – 64
65 – 72
Luas
tiap
daerah
Ferekuensi
yang
diharapkan
(Ei)
Frekuensi
pengamatan
(Oi)
0,0825
2,48
4
0,1897
5,69
5
0,2646
7,94
8
4
73 – 80
80,5
0,86
0,3052
0,2416
Ferekuensi
yang
diharapkan
(Ei)
7,25
5
81 – 88
88,5
1,56
0,4406
0,1354
4,06
4
6
89 – 96
96,5
2,25
0,4878
0,0472
1,42
2
Kelas
No
Interval
Batas
kelas
(x)
Score
(Z)
Batas
luas
daerah
Luas
tiap
daerah
Frekuensi
pengamatan
(Oi)
7
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.)
Zscore =
x  X1
S1
Keterangan:
X 1 = 70,63
S1 = 11,49
Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik:
k
2  
i 1
(Oi  Ei) 2
Ei
; Sudjana (2002:273)
Sehingga dari tabel di atas diperoleh:
2 

(4  2,48) 2 (5  5,69) 2 (8  7,94) 2 (7  7,25) 2 (4  4,06) 2




2,48
5,69
7,94
7,25
4,06
(2  1,42) 2
1,42
 2  0,940  0,084  0,0005  0,008  0,001  0,241
 2  1,27
Berdasarkan tabel 4.9 distribusi chi-kuadrat untuk kelas eksperimen pada taraf
signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga
2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 1,27 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tes akhir kelas eksperimen mengikuti distribusi normal.
Tabel 4.10
Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas kontrol
Kelas
No
Interval
1
2
3
4
5
6
Batas
kelas
(x)
Score
(Z)
Batas
luas
daerah
39,5
-2,22
0,4868
46,5
-1,50
0,4332
53,5
-0,77
0,2794
60,5
-0,05
0,0199
67,5
0,68
0,2518
74,5
1,40
81,5
2,12
40 – 46
47 – 53
54 – 60
61 – 67
68 – 74
Luas
tiap
daerah
Ferekuensi
yang
diharapkan
(Ei)
Frekuensi
pengamatan
(Oi)
0,0536
1,61
2
0,1538
4,61
4
0,2595
7,79
10
0,2717
8,15
6
0,1674
5,02
5
0,0638
1,91
3
0,4192
75 – 81
0,4830
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.)
Zscore =
x  X2
S2
Keterangan:
X 2 = 60,96
S2 = 9,67
Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik:
k
2  
i 1
(Oi  Ei) 2
Ei
; Sudjana (2002:273)
Sehingga dari tabel di atas diperoleh:
(2  1,61) 2 (4  4,61) 2 (10  7,79) 2 (6  8,15) 2 (5  5,02) 2
 




1,61
4,61
7,79
8,15
5,02
2

(3  1,91) 2
1,91
 2  0,096  0,082  0,630  0,568  0,0001  0,616
 2  1,99
Berdasarkan tabel 4.10 distribusi chi-kuadrat untuk kelas kontrol pada taraf
signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga
2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 1,99 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tes akhir kelas kontrol mengikuti distribusi normal.
4.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:
H0 :1 = 2
(tidak ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think
Pair Sharing) terhadap hasil belajar fisika pada konsep getaran dan
gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh).
Ha :1>2 :
(ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair
Sharing) terhadap prestasi hasil fisika pada konsep getaran dan
gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh).
Berdasarkan hasil penelitian tes akhir dari kedua kelas (eksperimen dan
kontrol) diperoleh rata-rata yaitu: untuk kelas eksperimen nilai rata-ratanya ( X 1 ) =
70,63 variansnya (S12) = 132,11 untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-ratanya ( X 2 )
= 60,96 variansnya S22 = 93,55, sehingga diperoleh stándar deviasi gabungan antara
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 10,62.
Karena uji yang digunakan adalah uji satu pihak yaitu pihak kanan maka
kriteria pengujian yang berlaku adalah tolak H0 jika t > t1 - α. Derajat kebebasan
(n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – ) (Sudjana, 2002: 242).
t
X1  X 2
s gab
t
70,63  60,96
10,62
t
1
1

n1 n2
1
1

30 30
9,67
10,62 0,033  0,033
t
9,67
10,62 x 0,066
t
9,67
0,70
t  13,81
Berdasarkan perhitungan yang telah diselesaikan diatas, maka kita lihat bahwa
nilai t penelitian didapat yaitu thitung= 13,81. Untuk membandingkan dengan ttabel,
maka perlu dicari dahulu derajat kebebasan dengan menggunakan rumus:
dk = (n1 + n2) – 2
= (30+30) – 2
= 58
Harga t dengan signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 58 dari tabel
distribusi diperoleh ttabel= 1,67 sedangkan thitung= 13,81. Jadi thitung> ttabel. Maka Ho
ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha yaitu ada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing) terhadap prestasi belajar siswa pada konsep
getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan
statistik uji t, ternyata harga thitung>ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ho
ditolak dan Ha diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Saring) terhadap prestasi hasil fisika
pada konsep getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh.
Peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari konsepKooperatif tipe TPS
(Think Pair Saring) yaitu siswa di beri kesempatan dan waktu lebih banyak untuk
berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Mengutip pendapatnya Spencer
Kagan (Maesuri 2002:4) mengatakan bahwa: “Para siswa menggunakan waktu yang
lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain
ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think Pair Sharing lebih banyak siswa yang
mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya.
Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan
kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share
memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya
masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban
juga dapat meningkat.Akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling
melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan
pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh
kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat
secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas
paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 16 Banda Aceh di kelas VIII-3 sebagai
kelas kontrol dan kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen, maka hasil pengolahan data
diperoleh yaitu harga ttabel = 1,67 sedangkan thitung = 13,81. Jadi thitung> t tabel, maka Ho
ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha yaitu ada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing) terhadap prestasi hasil fisika pada konsep getaran
dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya para guru lebih banyak berpikir tentang strategi dan metode apa yang
harus diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan. Jadi bukan
kegiatan pembelajaran yang menuntut mereka untuk mengajarkan materi yang harus
dikuasai oleh siswa. Dengan demikian pemahaman tentang berbagai strategi
pembelajaran hendaknya lebih ditingkatkan. Meskipun sesungguhnya strategi
pembelajaran dapat diciptakan oleh diri kita sendiri.
2. Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan gagasannya,
berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif
dalam
segala
permasalahan
yang
ditemui
dalam
kehidupan
sehari-hari,
mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, karena itu
merupakan jalan untuk mendapatkan motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Lie, Anita . (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Dwitasari, Yuyun. (2007). Strategi-strategi pembelajaran untuk penelitian. Jakarta: Surya
Pena Gemilang.
http://Marlinlogoportofolio.blogspot.com/2008/12/pembelajarankooperatif.html,diankes
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html#ixzz1mPRZ8o8S
Solihatin,Etin. (2007). Cooperative Learning.Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto H. ( 2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Karim, Saeful. (2008). Belajar IPA: Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 Untuk Kelas
VIII/ SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Krisno, H. Moch. Agus. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Depdiknas.
Nasution. (2006). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Nata, Abudin. (2003). Manajemen Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana.
Poerwadarminta. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Tabbrany, Rusyan. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wasis. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Depdiknas.
Download