LAPORAN PENELITIAN PENGARUH PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS ( THINK PAIR SHARING ) DI SMP NEGERI 16 BANDA ACEH TIM PENELITI 1. JULI FIRMANSYAH, S.Pd M.Pd NIDN : 0125078601 2. MIFTAHUL JANNAH Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ( LP2M ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH 2013 HALAMAN PENGESAHAN Judul : Pengaruh Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperati Tipe TPS ( Think Pair Sharing ) di SMP Negeri 16 Banda Aceh Peneliti/ Pelaksana Nama Lengkap : Juli Firmansyah, S.Pd M.Pd Perguruan Tinggi : Universitas Serambi Mekkah NIDN : 0125078601 Program Studi : Pendidikan Fisika Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Nomor Hp : Alamat e-mail : Anggota Nama Lengkap : Miftahul Jannah Perguruan Tinggi : Universitas Serambi Mekkah Penanggung Jawab : Tahun Pelaksanaan : Biaya Tahun Berjalan : Mengetahui, Dekan Fakultas FKIP USM Banda Aceh, 2013 Ketua, Drs. M ISA RANI, M.Pd M.Pd NIP . 19640206 189031 003 JULI FIRMANSYAH, S.Pd NIDN . 0125078601 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH Alamat: Jalan Tgk.Imum Lueng Bata-Batoh Telp.(0651) 26160 dan (0651) 22471 Fax.22471 Banda Aceh SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Juli Firmasyah, S.Pd M.Pd NIDN : 1319118701 Pangkat/Golongan : Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian saya dengan judul “ Pengaruh Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Sharing ) di SMP Negeri 16 Banda Aceh” bersifat original. Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan pernyataan ini,maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan sebenar-benarnya. Mengetahui, Ketua Lembaga Peneliti Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, 2013 Ketua Peneliti, Ir.Lukmanul Hakim,MP M.Pd NIP . 19611231 1994031 006 Juli Firmasyah, S.Pd NIDN.1319118701 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Sharing ) di SMP Negeri 16 Banda Aceh”. Selanjutnya, selawat dan salam penulis sampaikan kepangkuan Nabi Besar Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang penuh ilmu pengetahuan.. Penulisan laporan penelitian ini dapat terwujud berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang tak mungkin dapat penulis sebutkan semua. Dalam penelitian ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, namun penulis menyadari bahwa tulisan penelitian ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan penelitian ini.Atas segala bantuan dan bimbingan tersebut, penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga Allah swt. melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Alamin Banda Aceh, 2013 Ketua Peneliti Juli Firmasyah, S.Pd M.Pd ABSTRAK Salah satu pakar pendidikan berhasil menciptakan cara baru dan praktis untuk mempengaruhi keadaan mental pelajar yang dilakukan oleh guru. Semua itu terangkum dalam Quantum Teaching yang berarti pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada dalam diri siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri siswa itu sendiri maupun bagi orang lain. Disinilah letak pengembangan metode pembelajaran Quantum Teaching, yaitu menggubah bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Karena itulah guru harus tahu apa yang ada pada siswanya. Begitu juga harus ada kerjasama yang solid antara guru dan siswa, bila guru berusaha membimbing dan mengarahkan siswanya, maka diharapkan siswa juga berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil belajar. Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh. Bertolak dari rumusan masalah maka penulis melakukan penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar Fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 16 Banda Aceh yang terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 90 orang siswa. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 orang siswa dan kelas VIII-3 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang siswa. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampling, Instrumen penelitian ini dilakukan tes awal dan tes akhir pada pokok bahasan gaya. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan statistik uji-t yang dikemukakan oleh Sudjana. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh harga ttabel = 1,67 sedangkan thitung= 13,81. Jadi thitung > ttabel. Maka Ho ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha yaitu ada pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap prestasi hasil fisika pada konsep gaya di SMP Negeri 16 Banda Aceh. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... i ABSTRAK........................................................................................................ iii DAFTAR ISI .................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4 1.4.AnggapanDasar………………………………………………... .... 5 1.5.Hipotesis……………………………………………………… ...... 5 1.6. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Pengertian Quantum Teaching .................................................... 6 2.2. Asas Utama Quantum Teaching .................................................. 7 2.3. Kerangka Perencanaan Quantum Teaching ................................. 9 2.4. Pengertian Hasil Belajar.............................................................. 10 2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ......................... 12 2.6. Konsep Gaya .............................................................................. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 26 3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ....................................................... 26 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 26 3.4. Instrumen Penelitian.......................................................................27 3.5. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 27 3.6. Metode Pengolahan Data ............................................................ 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 30 4.2 Pengolahan Data.......................................................................... 32 4.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis ....................................................... 48 4.4 Pembahasan................................................................................. 50 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 52 5.2 Saran ........................................................................................... 52 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Menendang bola berarti memberikan gaya pada bola..................................... 19 2.2 Mendorong mobil merupakan contoh gaya sentuh ......................................... 20 2.3 Magnet memilikigaya tarik magnet ............................................................... 20 2.4 Neraca pegas ................................................................................................. 21 2.5 Balok memberikan gaya pada meja sebesar w , Sedangkan meja memberikan gaya pada balok sebesar N . Besar N w ................................ 22 2.6 Tali meregang akibat gaya berat benda .......................................................... 23 2.7 Bola yang menggelinding di tanah kasar mengalami gaya gesek ................... 23 2.8 Gaya digambarkan sebagai anak panah ......................................................... 24 2.9 Resultan gaya-gaya searah ............................................................................ 25 2.10 Resultan gaya berlawanan arah................................................................... 25 DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Nilai tes awal dan tes akhir kelas eksperimen (kelas VIII-3) pada SMP Negeri 16 Banda Aceh .......................................................................... 30 4.2 Nilai tes awal dan tes akhir kelas kontrol (kelas VIII-2) pada SMP Negeri 16 Banda Aceh .................................................................................. 31 4.3 Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas eksperimen............................. 34 4.4 Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas kontrol ................................... 35 4.5 Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas eksperimen ............................ 37 4.6 Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas kontrol................................... 39 4.7 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas eksperimen .................................................................................................... 43 4.8 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas kontrol .......................................................................................................... 44 4.9 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas eksperimen .................................................................................................... 45 4.10 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas kontrol ....................................................................................................... 47 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel F Lampiran 2. Tabel Z Score Lampiran 3. Tabel Harga Kritik Chi Kuadrat Lampiran 4. Tabel Distribusi t Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 6. LKS Lampiran 7. Instrumen Tes Lampiran 8. Surat Keterangan Bimbingan Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari SMP Negeri 16 Banda Aceh Lampiran 12. Biodata Mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hidup, segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup dan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat, karena melalui pendidikan yang teratur dapat melahirkan manusia yang memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan. Menurut Driyankara (ditjet dikti, 1983/1984:19) bahwa:“Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda, pengangkatan manusia ketaraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan disebut juga memanusiakan manusia muda”. Diera reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan membawa implikasi meluas terhadap pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam pelaksanaan pendidikan banyak problematika yang dihadapi, mulai dari proses belajar mengajar hingga bagaimana guru itu memanajemen sebuah kelas. Problem–problem tersebut merupakan sebagian dari contoh–contoh problematika pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan pemikiran yang mendalam dan sistematis bagi tiap–tiap pendidikan sehingga dalam melaksanakan fungsinya akan lebih mantap. Selain masalah tersebut, ada juga timbul masalah yang lain seperti menakuti atau tidak menyukai terhadap salah satu mata pelajaran, seperti halnya fisika. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sain yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan dedukatif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan peristiwa alam sekitar. Berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari–hari merupakan peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu fisika, seperti halnya kita berjalan hal ini merupakan bagian dari konsep gerak dan gaya, bermain ayunan berarti bermain dengan getaran, untuk melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan kita membutuhkan energi dan masih banyak lagi peristiwa yang lainnya. Tapi sayangnya masih banyak siswa yang menganggap bahwa fisika adalah ilmu yang rumit dan membosankan. Untuk menumbuhkan minat dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran fisika yaitu guna harus menemukan model–model pembelajaran yang lebih tepat. Menurut Abbas (2004:2)“Banyaknya faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, salah satunya adalah ketidak tepatannya penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas”. Kenyataan menunjukan bahwa ketika saya PPL selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasi guru. Karena pola tersebut sudah banyak digunakan oleh guru dalam menjalankan proses belajar mengajar maka pembelajaran seperti itu harus mencari dan menerapkan metode lainnya dalam proses belajar mengajar. Saya tidak menemukan model pembelajaran baru di sekolah tempat saya PPL, maka dari itu saya mencoba salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan di sekolah tersebut. Yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar yang sedang popular akhir–akhir ini, hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa memahami konsep–konsep fisika yang sulit. Dan membantu siswa menemukan kemampuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Tim Urge (1997:1) bahwa:“Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep–konsep IPA yang sulit, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan, kerja sama, berpikir kreatif dan mengembangkan sikap sosial siswa”. Model pembelajaran kooperatif lerning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyatadi masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama– sama diantara semua anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Menurut Michaels (1977:5)“cooperative learning is more effective in increasing motive and performance students”. Model pembelajaran cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan alternative pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa terutama aspek efektif siswa dapat dilakukan secara bersama–sama. Menurut Hamid Hasan (1996:6), bahwa:“Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kongnitif dan afektif”. Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberikan masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam tipe adapun salah satu tipe yang paling sederhana adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yaitu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Tipe ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2–6 anggota). TPS memiliki Prosudur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun tahapan TPS dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim. Ibrahim (200:23) menyatakan siklus regular pembelajaran TPS 1. Tahapan pengajaran 2. Tahapan belajar tim 3. Tahapan TPS 4. Tahapan penilaian 5. Tahapan penghargaan Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin meneliti “ apakah pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep fisika”. Untuk itu penulis ingin mengadakan suatu penelitian dengan model penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dirumuskan melalui penelitian yang berjudul:“Pengaruh preatasi belajar siswa pada konsep Getaran dan Gelombang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing ) di SMP Negeri 16 Banda Aceh”. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan metode kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan Rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan metode kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share) di SMP Negeri 16 Banda Aceh. 1.5 Anggapan Dasar Perumusan anggapan dasar dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk menjadi pondasi bagi pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah Kooperatif tipe Think Pair Sharing sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar fisika. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan kepada a. Sebagai bahan masukkan bagi penulis dalam rangka meningkatkan kualita belajar khususnya mata pelajaran fisika. b. Sebagai bahan masukkan guru dalam menyusun strategi kongnitif siswa. c. Sebagai bahan masukkan terhadap siswa agar lebih bermotivasi dalam memahami konsep – konsep fisika dengan baik. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan permasalahan. Sehubungan denga pengertian tersebut, Etin Solihatindan Raharjo (Slavin 2007:4) bahwa “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana pembelajar belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya kooperative mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggoita kelompok itu sendiri. kooperative juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (Salvin 2007:4): Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu, “getting better together”, atau “railah yang lebih baik secara bersama-bersama”. Model belajar Kooperatifmerupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Etin Solihatin dan Raharjo (Michaels 2007:5): “Cooperative learning is more effective in increasin motive and performance students”. Model pembelajaran Kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif, pengembangan dan kualitas diri siswa terutama aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelom kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif maupun konatif. Menurut Estiti ( 2006:8 ) bahwa: Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri–ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam tim ( team) untuk menuntaskan tujuan belajar. 2. Tim terdiri dari siswa–siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, rendah. 3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin. 4. Sistem penghargaan diorientasi baik pada kelompok maupun individu. 2.2 Pengertian Model Think Pair Share (TPS) Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan- rekannya dari Universitas Maryland. “Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain” Ibrahim (Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya. Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. 1. Think (berpikir secara individual) Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran.Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. 2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku) Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama.Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. 3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain,sehingga seperempat atau separuh dari pasanganpasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran. 2.2.1 Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Sharing adalah sebagai berikut: Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahap 1 Pendahuluan Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang harus dicapai oleh siswa Tahap 2 Think Tahap 3 Pair Tahap4 Share Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru. Tahap 5 Siswa dinilai secara individu dan kelompok Penghargaan Ibrahim (2000: 26-27) Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut: a. Tahap pendahuluan Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. b. Tahap think (berpikir secara individual) Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru.Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama. d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka. e. Tahap penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas. 2.2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Model Think Pair Share Kelebihan pembelajaran TPS adalah sebagai berikut: dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea atau gagasan dengan katakata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Fogarty dan Robin (1996:5) menyatakan bahwa: Teknik belajar mengajar think pair share mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut: Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran, Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan. Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya. Menurut Spencer Kagan (Maesuri, 2002:4) “manfaat Think-Pair-Share adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik. (2) para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi”. Menurut Mahmudi (2009:32), kelebihan pembelajaran TPS adalah dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 1. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. 3. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. 4. Pembelajaran TPS bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat. Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-Pair-Share juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah: 1. metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah. 2. sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal. 3. menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan. 4. mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa yang dikemukakan (Lie 2004:58). Dari kutipan di atas kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.Sedangkan Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: Dari Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. Bebih sedikit ide yang muncul. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok. kutipan di atas untuk mengatasi hambatan dalam penerapan metode kooperatif think pair share yaitu guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal tersebut dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Guru akan memberikan point pada siswa, jika siswa tersebut mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan pada tahap share. 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar.Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli. “Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok” (Djamarah, 1994:19). Sedangkan Mas’ud Hasan Abdul Dahar (Djamarah 1994:21) bahwa “Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Slameto (1995:2)“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62)bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran”. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. 2.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar a. Faktor dari dalam diri siswa (intern) Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu “Faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan”. 1. Faktor Jasmani Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. a. Faktor kesehatan Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. b. Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan.“Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain” (Slameto, 2003:55). 2. Faktor psikologis Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. a. Intelegensi Slameto (2003:56)“Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. Dari pendapat di atas jelaskan bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. b. Perhatian Menurut al-Ghazali (Slameto 2003:56) bahwa “Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek”. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. c. Bakat Menurut Hilgard (Slameto 2003:57) bahwa “Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar”. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003:136) bahwa “Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”. Dari pendapat di atas jelaskah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan leh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memeganmg peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang bail. Apabila seseorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. d. Minat Menurut Jersild dan Taisch (Nurkencana 1996:214) bahwa “Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu”. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. e. Motivasi Menurut Slameto (2003:58) bahwa “Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya”. Dalam perkembanganya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (a). motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatau pekerjaan belajar.Sedangkan motovasi ekstrinsik dimaksud dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut malakukan kegiatan belajar.Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untukmengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. f. Kematangan Menurut Slameto (2003:58) bahwa “Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru”. Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar. g. Kesiapan Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003:59) adalah “Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi”. Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik. 3. Faktor kelelahan Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut: Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh”.Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu.Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh.Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian.Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis. b. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) “Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat” (Slameto, 1995:60). 1. Faktor keluarga Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah. a. Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo (Slameto 2003:60) mengemukakan bahwa “Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara. Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. b. Relasi antar anggota keluarga Menurut Slameto (2003:60) bahwa “yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya”. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya. c. Keadaan keluarga Menurut Hamalik (2002:160)bahwa “Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.” Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya. d. Pengertian orang tua Menurut Slameto (2003:64) bahwa “Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua”. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugastugas rumah.Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya. e. Keadaan ekonomi keluarga Menurut Slameto (2003:63) bahwa “Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak”. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya. f. Latar belakang kebudayaan “Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar” (Roestiyah, 1989:156). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. g. Suasana rumah Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:63) yang mengemukakan bahwa “Suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar”. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah. 2. Faktor sekolah Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu : a. Guru dan cara mengajar Menurut Purwanto (2004:104) “Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (Djamarah 2006:39) “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar”. Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar. b. Model pembelajaran Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya: model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya. Dalam hal ini, model yang diterapkan adalah model kooperatif tipe TPS, dimana model atau metode ini berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa c. Alat-alat pelajaran Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Menurut Purwanto (2004:105) menjelaskan bahwa “Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak”. Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya alat-alat pelajaran dan cara menggunakannya karena hal itu akan meperudah dan mempercepat belajar anak. d. Kurikulum Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003:63) bahwa “Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa”. Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa berpengaruhnya kurikulum yang baik terhadap proses elajar dan prestasi siswa. e. Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003:67). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain. f. Media pendidikan “Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula” (Roestiyah, 1989:152). Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik. 3. Faktor Lingkungan Masyarakat Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya. a. Kegiatan siswa dalam masyarakat Menurut Slameto (2003:70) bahwa “Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya”. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. b. Teman Bergaul Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Menurut Slameto (2003:73) “Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana”. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaaan lingkungannya. Oleh arena itu, apabila seorang siswa berpempat tinggal disuatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. c. Cara Hidup Lingkungan “Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak” (Roestiyah, 1989:155). Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh. 2.4 Konsep Getaran dan Gelombang 2.4.1 Pengertian Getaran Pernahkah kamu melihat jam dinding yang memakai bandul? Jarum jam tersebut bergerak akibat adanya gerak bolak-balik bandul. Gerakan bandul itu disebut getaran. Marilah kita selidiki apa sebenarnya getaran itu. pindah ke tengah Gambar 2.1 Gerakan bandul sederhana Jadi, getaran adalah gerak bolak-balik melalui titik setimbang.Satu getaran didefinisikan sebagai satu kali bergetar penuh, yaitu dari titik awal kembali ke titik tersebut.Satu kali getaran adalah ketika benda bergerak dari titik A-B-C-B-A atau dari titik B-C-B-A-B. Bandul tidak pernah melewati lebih dari titik A atau titik C karena titik tersebut merupakan simpangan terjauh Simpangan terjauh itu disebut amplitudo. Di titik A atau titik C benda akan berhenti sesaat sebelum kembali bergerak. Contoh amplitudo adalah jarak BA atau jarak BC.Jarak dari titik setimbang pada suatu saat disebut simpangan. 2.4.2 Contoh Getaran Beberapa contoh getaran yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari antara lain : - sinar gitar yang dipetik - bandul jam dinding yang sedang bergoyang Gambar 2.2 Jam dinding berbandul - ayunan anak-anak yang sedang dimainkan - mistar plastik yang dijepit pada salah satu ujungnya, lalu ujung lain diberisimpangan dengan cara menariknya, kemudian dilepaskan tarikannya. Gambar 2.3 Mistar Plastik yang digetarkan 2.4.3. Periode dan Frekuensi Getaran a. Periode Getaran Periode getaran adalah waktu yang digunakan dalam satu getaran dan diberi simbol T. Untuk gambar ayunan di atas, jika waktu yang diperlukan oleh bandul untuk bergerak dari B ke A, ke C, ke A, dan kembali ke B adalah 0,2 detik, maka periode getaran bandul tersebut 0,2 detik atau T = 0,2 detik = 0,2 s Periode suatu getaran tidak tergantung pada amplitudo getaran. pindah ke tengah Gambar 2.4 Gerakan bandul 1 kali getaran titik A merupakan titik keseimbangan simpangan terbesar terjauh bandul ( ditunjuk kan dengan jarak AB = AC ) disebut amplitudo getaran jarak tempuh B – A – C – A – B disebut satu getaran penuh b. Amplitudo Dalam gambar 2 telah disebutkan bahwa amplitudo adalah simpangan terbesar dihitung dari kedudukan seimbang.Amplitudo diberi simbol A, dengan satuan meter. c. Frekuensi Getaran Frekuensi getaran adalah jumlah getaran yang dilakukan oleh sistem dalam satu detik, diberi simbol f. Untuk sistem ayunan bandul di atas, jika dalam waktu yang diperlukan oleh bandul untuk bergerak dari B ke A, A ke C, C ke A, dan kembali ke B sama dengan 0,2 detik, maka : - dalam waktu 0,2 detik bandul menjalani satu getaran penuh - dalam waktu 1 detik bandul menjalani 5 kali getaran penuh Dikatakan bahwa frekuensi getaran sistem bandul tersebut adalah 5 getaran/detik atau f = 5 Hz. d. Hubungan antara Periode dan Frekuensi Getaran Dari definisi periode dan frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan : Keterangan : T = periode, satuannya detik atau sekon f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz 2.4.3 PengertianGelombang Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik. Gelombang terjadi karena adanya usikan yang merambat.Menurut konsep fisika, cerminan gelombang merupakan rambatan usikan, sedangkan mediumnya tetap. Jadi, gelombang merupakan rambatan pemindahan energi tanpa diikuti pemindahan massa medium. Gambar 2.5 Gelombangyang menyebar kesegala arah 2.4.4. Gelombang Mekanik Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium dalam perambatannya. Contoh gelombang mekanik : - Gelombang yang terjadi pada tali jika salah satu ujungnya digerak-gerakkan. Gambar 2.6 Gelombang pada tali - Gelombang yang terjadi pada permukaan air jika diberikan usikan padanya ( misal dengan menjatuhkan batu di atas permukaan air kolam yang tenang ). Gambar 2.7 Gelombang pada Air Jenis-Jenis Gelombang a. Gelombang Transversal Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan, Gambar 2.8 Gelombang transversalpada tali Contoh gelombang transversal : - getaran sinar gitar yang dipetik - getaran tali yang digoyang-goyangkan pada salah satu ujungnya b. Gelombang Longitudinal Gelombang logitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada.Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan.Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas. Gambar 2.9 Gelombang logitudinal pada slingki Gambar 2.10 Gelombang logitudinal Contoh gelombang longitudinal : - gelombang pada slinki yang diikatkan kedua ujungnya pada statif kemudian diberikan usikan pada salah satu ujungnya - gelombang bunyi di udara Gambar 2.11 Gelombang Bunyi 1. Panjang Gelombang A. Pengertian Panjang Gelombang Panjang satu gelombang sama dengan jarak yang ditempuh dalam waktu satu periode. 1) Panjang gelombang dari gelombang transversal Perhatikan ilustrasi berikut! Gambar 2.12 Simpul, panjang gelombang, perut, Amplitudo, lembah Pada gelombang transversal, satu gelombang terdiri atas 3 simpul dan 2 perut. Jarak antara dua simpul atau dua perut yang berurutan disebut setengah panjang gelombang atau ½ λ (lambda), 2) Panjang gelombang dari gelombang longitudinal Gambar 2.13 Rapatan, renggangan, panjang gelombang Pada gelombang longitudinal, satu gelombang (1λ) terdiri dari 1 rapatan dan 1 reggangan. B. Cepat Rambat Gelombang Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam satu sekon disebut cepat rambat gelombang. Cepat rambat gelombang dilambangkan dengan v dan satuannya m/s atau m s-1. Hubungan antara v, f, λ, dan T adalah sebagai berikut : Gambar 2.14 Hubungan panjang gelombang, cepat rambat dan frekuensi Keterangan : λ= panjang gelombang , satuannya meter ( m ) v = kecepatan rambatan gelombang, satuannya meter / sekon ( ms-1 ) T = periode gelombang , satuannya detik atau sekon ( s ) f = frekuensi gelombang, satuannya 1/detik atau 1/sekon ( s-1 ) 2. Pemantulan Gelombang Jika gelombang melalui suatu rintangan atau hambatan, misalnya benda padat, maka gelombang tersebut akan dipantulkan. Pemantulan ini merupakan salah satu sifat dari gelombang.Pemantulan gelombang pada ujung tetap akan mengalami perubahan bentuk atau fase. Akan tetapi pemantulan gelombang pada ujung bebas tidak mengubah bentuk atau fasenya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penilitian ini dilaksanakan pada SMPN 16 Banda Aceh, pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian ini mulai tanggal 3 Februari sampai 6 Februari 2012. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 di SMP 16 Banda Aceh yang terdiri dari 3 kelas.Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas.Cara pengambilan sampel ditetapkan secara random sampling atau secara acak. Untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, siswanya mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama. Untuk memastikan kehomogenan sampel tersebut dilakukan uji homogenitas dari nilai ulangan pokok bahasan sebelumnya. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dimulai dengan pengumpulan data awal yaitu nilai ulangan harian siswa. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang terambil berasal dari populasi yang sama. Penulis mulai mengajar materi gaya dikelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan dikelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Setelah materi gaya selesai dilakukan dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai. 3.4 Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data penelitian dengan menggunakan tes, berupa soal-soal dalam materi getaran dan gelombang yang diajukan kepada responden dengan jumlah soal 20. Masing-masing soal skornya 5, yang menjawab dengan benar. 3.5 Tehnik Pengolahan Data Kegiatan pengolahan data diawali dengan melakukan uji homogenitas.Uji homogenitas dilakukan dengan mentabulasikan data kedalam daftar distribusi frekkuensi. Menurut sudjana (2002:47) menggunakan langkah langkah yang harus ditempuh yaitu: 1. Tentukan rentan (R) ialah data terbesar dikurangi data terkecil. 2. Tentukan banyaknya kelas interval (K)dengan menggunakan aturan Sturges, Yaitu: banyaknya kelas = 1+(3,3) log n 3. Tentukan panjang kelas interval P dengan rumus 4. Mencari nilai rata-rata (x) dan Varians (S2) dan simpangan baku (s) Menurut sudjana (2002:67) untuk menghitung rata-rata menggunakan rumus: = Keterangan : = skor rata-rata siswa fi = frekuensi kelas interval data xi = nilai tengah selanjutnya untuk menentukan varians sudjana (2002:95) menggunakan: s2 = keterangan : S2 = Varians n = banyak siswa untuk menguji kesamaan varians menurut Sudjana (2002:250)rumus: F= 3.5.1. Uji Normalisasi Sebaran Data Untuk menguji normalitas data terlebih dahulu dibuat kedalam daftar distribusi kemudian dihitung rata-rata varians dan simpangan baku .untuk menguji kenormalan sampel, menurut sudjana (2002:273) rumus: Keterangan: Ei = frekuensi diharapkan Oi = frekuensi Pengamatan Z = Skor 3.5.2. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi berguna untuk mengetahui apakah sampel dari penelitian ini berasal dari populasi yang sama, sehingga generalisasi dari hasil penelitian ini akan berlaku pula bagi populasi. Untuk menguji homogen sampel menurut Sudjana (2002:250) dapat digunakan rumus: F var ians terbesar var ians terkecil Untuk tes awal kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F F n1 1,n2 1 dengan α = taraf nyata untuk pengujian, hipotesis yang akan diuji yaitu: H0 : s12 s22 Ha : s12 s22 3.5.2 Pengujian Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Ho : µ1 = µ2 : prestasi belajar siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran non kooperatif. Ha : µ1>µ2 : prestasi belajar siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran non kooperatif. Untuk pengujian hipotesis digunakan taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Dengan uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun ketentuan untuk penerimaan dan penolakan hipotesis adalah: 1. Menolak hipotesis nihil (H0) dan menerima hipotesis (Ha) bila thitung ≥ ttabel 2. Menerima hipotesis nihil (H0) dengan menolak hipotesis (Ha) bila thitung < ttabel Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai (angka) yang diperoleh dari hasil tes. Untuk menganalisis data diperlukan suatu alat analisis, yaitu menggunakan uji statistik.Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik t-test. Menurut sudjana 2005:239) statistik yang digunakan dan Keterangan: t = Nilai t yang dicari x1 = Nilai rata – rata kelas eksperimen x2 = Nilai rata – rata kelas kontrol s1 = Standar deviasi kelas eksperimen s2 = Standar deviasi kelas kontrol n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa di SMP Negeri 16 Banda Aceh, kelas VIII-2 yang berjumlah 30 siswa (kelas kontrol) dan kelas VIII-3 berjumlah 30 siswa (kelas eksperimen). Adapun data yang telah diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: Tabel. 4.1 Nilai tes awal dan tes akhir kelas eksperimen (kelas VIII-1) pada SMP Negeri 16 Banda Aceh Nilai No Nama Siswa Tes Awal Tes Akhir 1 Albasyir 20 58 2 Alya Rifqah Mulya 34 80 3 Avellia Putri 22 92 4 Bela Gebrina 30 80 5 Cut Adinda Safira 30 68 6 Dewi Isra 30 76 7 Chairunnisa 36 68 8 Desy Srimula 30 72 9 Dora Elsa Nabila 26 88 10 Dewi Afrilidya Putri 32 76 11 Lisa Nurqari 22 84 Nilai No Nama Siswa Tes Awal Tes Akhir 12 Maula Aslima 24 64 13 Mutiara B 28 68 14 Mawar Sari 28 68 15 M. Ikhsan Rinaldi 22 96 16 Nurul Husna 32 49 17 Nuning Natasya 36 84 18 Nadia Ulfa 28 80 19 Nadila Sari 32 68 20 Nurrahmi 40 64 21 Putri Damayanti 17 52 22 Puja Aprilia 30 64 23 Reza Wahyudi 36 84 24 Suci Miranda 26 76 25 Putri Aprilia 26 56 26 Tara Atika 26 60 27 Nuraini Ariska 24 52 28 Ilham Maulana 34 72 29 Putri Andriani 40 72 30 Bustami 34 74 (Sumber: SMP Negeri 16 Banda Aceh, 2011.) Tabel. 4.2 Nilai tes awal dan tes akhir kelas kontrol (kelas VIII-3) pada SMP Negeri 16 Banda Aceh Nilai No Nama Siswa Tes Awal Tes Akhir 1 Aidil Adha Syahputra 26 48 2 Dedi Akbar 32 52 3 Donna Irma Sari 30 64 4 Dedek Hidayat 26 64 5 Dini Rahma Linda 30 72 6 Diki Satreza Putra 28 80 7 Elly Mulyani 28 54 8 Farah Dita 24 56 9 Fika Handayani 20 64 10 Heru Dika Aulia 20 64 11 M. Samsul Rachman 18 56 12 Mega Syafira 26 68 13 Nisrina Athirah 26 60 14 Nabila 28 68 15 Ortari Zuraisah 20 56 16 Putri Misbahul Jannah 34 80 17 Razziq Isnan S. 30 64 18 Reni Aprilia 26 64 19 Rahmi Rahmani 20 48 20 Rizki Adami 18 60 Nilai No Nama Siswa Tes Awal Tes Akhir 21 Riski Adisya 34 81 22 Silvi 30 56 23 Seri Reka Lesdiana 32 68 24 Venni Jelita 24 56 25 Yara Ulfa 22 56 26 Reval Syahputra 18 40 27 Riska Amelia 18 68 28 Siti Nazlla 17 40 29 M. Fauzan 26 56 30 Muhammad Habibi 24 48 (Sumber: SMP Negeri 16 Banda Aceh, 2011.) 4.2 Pengolahan Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data tersebut dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi, sebelum membuat daftar frekuensi, terlebih dahulu ditentukan rentang kelas (R), banyak kelas (K) dan panjang kelas (P) sehingga rata tengah (X) dapat ditentukan, untuk nilai tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dan data ditabulasikan dalam distribusi ferkuensi dan ditentukan nilai rata-ratanya, varians dan simpangan baku yang akan digunakan dengan uji-t a. Nilai tes awal siswa kelas eksperimen Pengolahan data untuk tes awal pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut: Range (R) = Nilai tertinggi – Nilai terendah = 40 – 17 = 23 Besarnya interval kelas (K) untuk kelas eksperimen adalah: K = 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 30 = 1 + (3,3) 1,477 = 1 + 4,874 = 5,874 (diambil K = 6) Panjang kelas interval dihitung dengan persamaan: P = Range Interval Kelas = 23 6 = 3,833 (diambil P = 4) Tabel 4.3 Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas eksperimen No urut 1 Kelas interval 17 – 20 2 f1 x1 x12 f1 . x1 f1 . x12 2 18,5 342,25 37 684,5 21 – 24 5 22,5 506,25 112,5 2531,25 3 25 – 28 7 26,5 702,25 185,5 4915,75 4 29 – 32 8 30,5 930,25 244 7442 5 33 – 36 6 34,5 1190,25 207 7141,5 6 37 – 40 2 38,5 1482,25 77 2964,5 863 25679,5 Jumlah 30 (Sumber: Hasil perhitungan, 2012.) Nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen dari tabel 4.3 di atas adalah: X1 f .x f 1 1 1 X1 863 30 X 1 28,7 Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh: 2 2 1 S n1 f 1 .x1 ( f1 .x 1 ) 2 n1 (n1 1) S12 30(25679,5) (863) 2 30(30 1) S12 770385 744769 30(29) S12 25616 870 S12 = 29,44 S1 29,44 S1 5,42 b. Nilai tes awal siswa kelas kontrol Berdasarkan Range (R) siswa kelas kontrol adalah: R = Nilai tertinggi – Nilai terendah = 34 – 17 = 17 Besarnya interval kelas (K) untuk siswa kelas kontrol adalah: K = 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 30 = 1 + (3,3) 1,477 = 1 + 4,874 = 5,874 (diambil K = 6) Panjang kelas interval (P) nilai tes awal kelas kontrol adalah: P = Range Interval Kelas 17 6 = 2,833 (diambil P = 3) Tabel 4.4 Distribusi frekuensi nilai tes awal siswa kelas kontrol No urut 1 Kelas Interval 17 – 19 2 f2 x2 x22 f2 . x2 f2 . x22 5 18 324 90 1620 20 – 22 5 21 441 105 2205 3 23 – 25 3 24 576 72 1728 4 26 – 28 9 27 729 243 6561 5 29 – 31 4 30 900 120 3600 6 32 – 34 4 33 1089 132 4356 762 20070 Jumlah 30 Sumber: Hasil Perhitungan, 2011. Nilai rata-rata tes awal kelas kontrol dari tabel 4.4 di atas adalah: f .x f 2 2 X2 2 X2 762 30 X 2 25,4 Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh: S 22 n2 f .x ( f .x ) 2 2 2 n2 (n2 1) 2 2 2 S22 30(20070) (762) 2 30(30 1) S22 602100 580644 30(29) S 22 21456 870 S 22 = 24,66 S 2 24,66 S2 4,96 c. Nilai tes akhir siswa kelas eksperimen Untuk mengetahui Range (R) pada tes akhir kelas eksperimen adalah sebagai berikut: R = Nilai tertinggi – Nilai terendah = 96 – 49 = 47 Besarnya interval kelas (K) untuk kelas eksperimen adalah: K = 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 30 = 1 + (3,3) 1,477 = 1 + 4,874 = 5,874 (diambil K = 6) Panjang kelas interval dihitung dengan persamaan: P = Range Interval Kelas = 47 6 = 7,833 (diambil P = 8) Tabel 4.5 Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas eksperimen No urut 1 Kelas Interval 49 – 56 2 f1 x1 x12 f1 . x1 f1 . x12 4 52,5 2756,25 210 11025 57 – 64 5 60,5 3660,25 302,5 18301,25 3 65 – 72 8 68,5 4692,25 548 37538 4 73 – 80 7 76,5 5852,25 535,5 40965,75 5 81 – 88 4 84,5 7140,25 338 28561 6 89 – 96 2 92,5 8556,25 185 17112,5 2119 153503,5 Jumlah 30 (Sumber: Hasil perhitungan, 2012.) Nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen dari tabel 4.5 di atas adalah: X1 f .x f 1 1 1 X1 2119 30 X 1 70,63 Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh: 2 2 1 S n1 f 1 .x1 ( f1 .x 1 ) 2 n1 (n1 1) S12 30(153503,5) (2119) 2 30(30 1) S12 4605105 4490161 30(29) S12 114944 870 S12 = 132,11 S1 132,11 S1 11,49 d. Nilai tes akhir siswa kelas kontrol Berdasarkan Range (R) siswa kelas kontrol adalah: R = Nilai tertinggi – Nilai terendah = 81 – 40 = 41 Besarnya interval kelas (K) untuk siswa kelas kontrol adalah: K = 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 30 = 1 + (3,3) 1,477 = 1 + 4,874 = 5,874 (diambil K = 6) Panjang kelas interval (P) nilai tes akhir kelas kontrol adalah: P = Range Interval Kelas 41 6 = 6,833 (diambil P = 7) Tabel 4.6 Distribusi frekuensi nilai tes akhir siswa kelas kontrol No urut 1 Kelas Interval 40 – 46 2 f2 x2 x22 f2 . x2 f2 . x12 2 43 1849 86 3698 47 – 53 4 50 2500 200 10000 3 54 – 60 10 57 3249 570 32490 4 61 – 67 6 64 4096 384 24576 5 68 – 74 5 71 5041 355 25205 6 75 – 81 3 78 6084 234 18252 1829 114221 Jumlah 30 (Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.) Nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol dari tabel 4.6 di atas adalah: X2 f .x f2 X2 1829 30 2 2 X 2 60,96 Selanjutnya varians dan simpangan bakunya dapat diperoleh: S 22 n2 2 f .x ( f .x ) 2 2 2 2 n2 ( n2 1) S 22 30(114221) (1829) 2 30(30 1) S 22 3426630 3345241 30(29) S 22 81389 870 2 S 22 = 93,55 S 2 93,55 S 2 9,67 Berdasarkan kedua varians di atas dapat dihitung nilai varians gabungan sebagai berikut: S gab 2 (n1 1) S12 (n2 1) S 22 (n1 n2 2) 2 S gab (30 1)132,11 (30 1)93,55 30 30 2 2 S gab ( 29)132,11 ( 29)93,55 58 2 S gab 3831,19 2712,95 58 2 S gab 6544,14 58 2 S gab 112,83 2 S gab 112,83 Sgab = 10,62 Sebelum dilakukan analisa data dengan menggunakan rumus uji-t, maka terlebih dahulu data dari masing-masing harus memenuhi syarat-syarat homogenitas variansi dan normalitas. 4.2.1 Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi berguna untuk mengetahui apakah sampel dari penelitian ini berasal dari populasi yang sama, sehingga generalisasi dari hasil penelitian ini akan berlaku pula bagi populasi. Untuk menguji homogen sampel menurut Sudjana (2002:250) dapat digunakan rumus: F var ians terbesar var ians terkecil Untuk tes awal kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F F n1 1,n2 1 dengan α = taraf nyata untuk pengujian, hipotesis yang akan diuji yaitu: H0 : s12 s22 Ha : s12 s22 a. Uji Homogenitas variansi tes awal F var ians terbesar S 22 24,66 2 0,83 var ians terkecil 29,44 S1 F n1 1,n2 1 F(0,05) (29,29) = 1,85 Berdasarkan harga Fhitung 1,03 dan Ftabel 1,85, karena Fhit< Ftab atau 0,83 < 1,85 maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang sama berarti variansnya homogen. Untuk tes akhir kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F ≥ F n1 1,n2 1 dengan α = taraf nyata untuk pengujian, hipotesis yang akan di uji yaitu: H0 Ha : s12 s22 :s2 s2 1 2 b. Uji homogenitas variansi nilai tes akhir F var ians terbesar S12 132,11 2 1, 41 var ians terkecil 93,55 S2 F n1 1,n2 1 F(0,05) (29,29) = 1,85 Berdasarkan harga Fhitung 1,41 dan Ftabel 1,85, karena Fhit< Ftab atau 1,41 < 1,85 maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang sama berarti variansnya homogen. 4.2.2 Uji Normalitas Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas ini berdistribusi normal atau tidak, maka hipotesis yang di uji adalah: Tolak Ho jika 2hitung ≥ 2tabel Terima Ho jika 2 hitung<2tabel Dengan kriteria tolak H0 jika 2 hitung ≥ 2tabel dengan taraf α = taraf nyata untuk pengujian dan dk = (k-3). H0 : Oi = Ei (sampel diambil dari populasi berdistribusi normal) Ha : Oi> Ei (sampel diambil dari populasi berdistribusi tidak normal) Tabel 4.7 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas eksperimen Kelas No Interval 1 2 Batas kelas (x) Score (Z) Batas luas daerah 16,5 -2,25 0,4878 20,5 -1,51 0,4345 17 – 20 21 – 24 Luas tiap daerah Ferekuensi yang diharapkan (Ei) Frekuensi pengamatan (Oi) 0,0533 1,60 2 0,1551 4,65 5 3 25 – 28 24,5 -0,77 0,2794 0,2634 Ferekuensi yang diharapkan (Ei) 7,90 4 29 – 32 28,5 -0,04 0,0160 0,2440 7,32 8 5 33 – 36 32,5 0,70 0,2280 0,2071 6,21 6 6 37 – 40 36,5 1,44 0,4351 0,0503 1,51 2 40,5 2,18 0,4854 Kelas No Interval Batas kelas (x) Score (Z) Batas luas daerah Luas tiap daerah Frekuensi pengamatan (Oi) 7 (Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.) Zscore = x X1 S1 Keterangan: X 1 = 28,7 S1 = 5,42 Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik: k 2 i 1 (Oi Ei) 2 Ei ; Sudjana (2002:273) Sehingga dari tabel di atas diperoleh: (2 1,60) 2 (5 4,65) 2 (7 7,90) 2 (8 7,32) 2 (6 6,21) 2 1,60 4,65 7,90 7,32 6,21 2 (2 1,51) 2 1,51 2 0,101 0,026 0,103 0,063 0,007 0,160 2 0,46 Berdasarkan tabel 4.7 distribusi chi-kuadrat untuk kelas eksperimen pada taraf signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga 2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 0,46 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes awal kelas eksperimen mengikuti distribusi normal. Tabel 4.8 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes awal kelas kontrol Kelas No Interval 1 2 3 Batas kelas (x) Score (Z) Batas luas daerah 16,5 -1,36 0,4131 19,5 -0,81 0,2910 17 – 19 20 – 22 22,5 23 – 25 -0,27 0,1064 0,1064 25,5 26 – 28 0,27 0,2910 4 29 – 31 28,5 0,81 0,4131 5 32 – 34 31,5 1,36 6 0,4713 Luas tiap daerah Ferekuensi yang diharapkan (Ei) Frekuensi pengamatan (Oi) 0,1221 3,66 5 0,1846 5,54 5 0,2128 6,38 3 0,1846 5,54 9 0,1221 3,66 4 0,0582 1,76 4 34,5 1,90 Sumber: Hasil Perhitungan, 2011. Zscore = x X2 S2 Keterangan: X 2 = 24 S2 = 5,51 Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik: k 2 i 1 (Oi Ei) 2 Ei ; Sudjana (2002:273) Sehingga dari tabel di atas diperoleh: 2 (5 3,66) 2 (5 5,54) 2 (3 6,38) 2 (9 5,54) 2 (4 3,66) 2 3,66 5,54 6,38 5,54 3,66 (4 1,76) 2 1,76 2 0,488 0,052 1,793 2,164 0,031 2,834 2 7,36 Berdasarkan tabel 4.8 distribusi chi-kuadrat untuk kelas kontrol pada taraf signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga 2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 7,36 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes awal kelas kontrol mengikuti distribusi normal. Tabel 4.9 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas eksperimen Kelas No Interval 1 2 3 Batas kelas (x) Score (Z) Batas luas daerah 48,5 -1,93 0,4732 56,5 -1,23 0,3907 64,5 -0,53 0,2010 72,5 0,16 0,0636 49 – 56 57 – 64 65 – 72 Luas tiap daerah Ferekuensi yang diharapkan (Ei) Frekuensi pengamatan (Oi) 0,0825 2,48 4 0,1897 5,69 5 0,2646 7,94 8 4 73 – 80 80,5 0,86 0,3052 0,2416 Ferekuensi yang diharapkan (Ei) 7,25 5 81 – 88 88,5 1,56 0,4406 0,1354 4,06 4 6 89 – 96 96,5 2,25 0,4878 0,0472 1,42 2 Kelas No Interval Batas kelas (x) Score (Z) Batas luas daerah Luas tiap daerah Frekuensi pengamatan (Oi) 7 (Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.) Zscore = x X1 S1 Keterangan: X 1 = 70,63 S1 = 11,49 Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik: k 2 i 1 (Oi Ei) 2 Ei ; Sudjana (2002:273) Sehingga dari tabel di atas diperoleh: 2 (4 2,48) 2 (5 5,69) 2 (8 7,94) 2 (7 7,25) 2 (4 4,06) 2 2,48 5,69 7,94 7,25 4,06 (2 1,42) 2 1,42 2 0,940 0,084 0,0005 0,008 0,001 0,241 2 1,27 Berdasarkan tabel 4.9 distribusi chi-kuadrat untuk kelas eksperimen pada taraf signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga 2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 1,27 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes akhir kelas eksperimen mengikuti distribusi normal. Tabel 4.10 Distribusi frekuensi untuk normalitas dari nilai tes akhir kelas kontrol Kelas No Interval 1 2 3 4 5 6 Batas kelas (x) Score (Z) Batas luas daerah 39,5 -2,22 0,4868 46,5 -1,50 0,4332 53,5 -0,77 0,2794 60,5 -0,05 0,0199 67,5 0,68 0,2518 74,5 1,40 81,5 2,12 40 – 46 47 – 53 54 – 60 61 – 67 68 – 74 Luas tiap daerah Ferekuensi yang diharapkan (Ei) Frekuensi pengamatan (Oi) 0,0536 1,61 2 0,1538 4,61 4 0,2595 7,79 10 0,2717 8,15 6 0,1674 5,02 5 0,0638 1,91 3 0,4192 75 – 81 0,4830 (Sumber: Hasil Perhitungan, 2012.) Zscore = x X2 S2 Keterangan: X 2 = 60,96 S2 = 9,67 Untuk menguji pasangan hipotesis di atas digunakan statistik: k 2 i 1 (Oi Ei) 2 Ei ; Sudjana (2002:273) Sehingga dari tabel di atas diperoleh: (2 1,61) 2 (4 4,61) 2 (10 7,79) 2 (6 8,15) 2 (5 5,02) 2 1,61 4,61 7,79 8,15 5,02 2 (3 1,91) 2 1,91 2 0,096 0,082 0,630 0,568 0,0001 0,616 2 1,99 Berdasarkan tabel 4.10 distribusi chi-kuadrat untuk kelas kontrol pada taraf signifikan 0,05 dan derajat bebas (dk) = (K – 3) = (6 – 3) = 3, maka diperoleh harga 2hitung<2tabel yaitu 2 hitung = 1,99 dan 2tabel = 7,81, ini berarti Ho diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes akhir kelas kontrol mengikuti distribusi normal. 4.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah: H0 :1 = 2 (tidak ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing) terhadap hasil belajar fisika pada konsep getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh). Ha :1>2 : (ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing) terhadap prestasi hasil fisika pada konsep getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh). Berdasarkan hasil penelitian tes akhir dari kedua kelas (eksperimen dan kontrol) diperoleh rata-rata yaitu: untuk kelas eksperimen nilai rata-ratanya ( X 1 ) = 70,63 variansnya (S12) = 132,11 untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-ratanya ( X 2 ) = 60,96 variansnya S22 = 93,55, sehingga diperoleh stándar deviasi gabungan antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 10,62. Karena uji yang digunakan adalah uji satu pihak yaitu pihak kanan maka kriteria pengujian yang berlaku adalah tolak H0 jika t > t1 - α. Derajat kebebasan (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – ) (Sudjana, 2002: 242). t X1 X 2 s gab t 70,63 60,96 10,62 t 1 1 n1 n2 1 1 30 30 9,67 10,62 0,033 0,033 t 9,67 10,62 x 0,066 t 9,67 0,70 t 13,81 Berdasarkan perhitungan yang telah diselesaikan diatas, maka kita lihat bahwa nilai t penelitian didapat yaitu thitung= 13,81. Untuk membandingkan dengan ttabel, maka perlu dicari dahulu derajat kebebasan dengan menggunakan rumus: dk = (n1 + n2) – 2 = (30+30) – 2 = 58 Harga t dengan signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 58 dari tabel distribusi diperoleh ttabel= 1,67 sedangkan thitung= 13,81. Jadi thitung> ttabel. Maka Ho ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha yaitu ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing) terhadap prestasi belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh. 4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan statistik uji t, ternyata harga thitung>ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Saring) terhadap prestasi hasil fisika pada konsep getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh. Peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari konsepKooperatif tipe TPS (Think Pair Saring) yaitu siswa di beri kesempatan dan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Mengutip pendapatnya Spencer Kagan (Maesuri 2002:4) mengatakan bahwa: “Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think Pair Sharing lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik. Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.Akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 16 Banda Aceh di kelas VIII-3 sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen, maka hasil pengolahan data diperoleh yaitu harga ttabel = 1,67 sedangkan thitung = 13,81. Jadi thitung> t tabel, maka Ho ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha yaitu ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Sharing) terhadap prestasi hasil fisika pada konsep getaran dan gelombang di SMP Negeri 16 Banda Aceh. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya para guru lebih banyak berpikir tentang strategi dan metode apa yang harus diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan. Jadi bukan kegiatan pembelajaran yang menuntut mereka untuk mengajarkan materi yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian pemahaman tentang berbagai strategi pembelajaran hendaknya lebih ditingkatkan. Meskipun sesungguhnya strategi pembelajaran dapat diciptakan oleh diri kita sendiri. 2. Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan gagasannya, berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, karena itu merupakan jalan untuk mendapatkan motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Lie, Anita . (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Dwitasari, Yuyun. (2007). Strategi-strategi pembelajaran untuk penelitian. Jakarta: Surya Pena Gemilang. http://Marlinlogoportofolio.blogspot.com/2008/12/pembelajarankooperatif.html,diankes http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html#ixzz1mPRZ8o8S Solihatin,Etin. (2007). Cooperative Learning.Jakarta: Bumi Aksara. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sunarto H. ( 2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Karim, Saeful. (2008). Belajar IPA: Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 Untuk Kelas VIII/ SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas. Krisno, H. Moch. Agus. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Depdiknas. Nasution. (2006). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Nata, Abudin. (2003). Manajemen Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Poerwadarminta. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Tabbrany, Rusyan. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wasis. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Depdiknas.