Iklim Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Sumatera Utara

advertisement
Proposal Tesis
Iklim Kebebasan Beragama
dan Berkeyakinan di Sumatera Utara
(Analisa Terhadap Kasus Diskriminasi)
Oleh:
EKO MARHENDI
Diseminarkan pada tanggal, 11 Desember 2009
Prodi Pemikiran Islam Program Pascasarjana
IAIN Sumatera Utara
Latar Belakang Masalah


Kebebasan beragama merupakan persoalan akut yang tak pernah henti
dibenturkan dalam wacana kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagian
kalangan memandang bahwa kebebasan beragama bukan berarti bebas
memunculkan isme yang bertentangan dengan mainstream agama yang telah
diakui di Indonesia (UU No. 1 PNPS/1965), sebagian yang lain memandang
bahwa kebebasan beragama hendaknya direfleksikan dengan konstitusi
negara yang dengan jelas menjamin kebebasan dimaksud (Pasal 29 ayat 2
UUD 1945, dsb)
Jaminan konstitusi terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam
perspektif hukum pada dasarnya sudah cukup mapan, namun kerap kali
dipersempit oleh undang-undang turunannya. Fakta ini misalnya dapat dilihat
berdasarkan benturan yang terjadi antara undag-undang PNPS No. 1
PNPS/1965 yang mengakui eksistensi Konghucu dengan Surat Ederan
Menteri dalam Negeri No 477/74054/ BA.012/4683/95 yang hanya mengakui
lima agama di Indonesia (tidak termasuk Konghucu, meski belakangan
konghucu kembali diakui pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
Sambungan:
Latar Belakang Masalah



Isu kebebasan beragama sendiri merupakan persoalan klasik yang telah
muncul sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia. Masalah kebebasan
beragama ini dapat dilihat, antara lain adanya diskriminasi terhadap agama
dan keyakinan lain dalam rancangan awal pasal 29 undang-undang dasar
1945 BPUPKI yang berbunyi “Negara berdasar atas ketuhanan yang maha
esa dan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
(Musdah Mulia, 2007:207).
Hingga saat ini, isu kebebasan beragama merupakan isu yang belum juga
selesai dibicangkan, bahkan menjadi isu yang paling menonjol beberapa tahun
terakhir dalam perbincangan tentang tema Ciivl Liberty. Isu kebebasan
beragama menjadi perbincangan hangat ketika tindak diskriminasi terhadap
agama dan keyakinan tertentu semakin marak terjadi di beberapa wilyah
Indonesia.
Tahun 2008 dianggap sebagai tahun di mana kebebasan beragama semakin
terancam berdasarkan laporan Tahunan The Wahid Institute tentang
Pluralisme Beragama dan Berkeyakinan. Laporan ini juga menunjukkan bahwa
Sumatera UItara―yang ditengarai sebagai model kerukunan
nasional―teridentifikasi satu kasus yang mengindikasikan terjadinya
pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Konflik antara umat
Islam kelurahan Jati
Makmur kota Binjai
dengan panitia
pembangunan Gerja
HKBP Resort Baru
Sambungan:
Latar Belakang Masalah
55 kasus (24 %)
50 kasus (21 %)
29 kasus (12 %)
28 kasus (12 %)
21 kasus (9 %)
20 kasus (9 %)
14 kasus (6 %)
Fatwa-fatwa
keagamaan
Moralitas
dan pornografi
Kebebasan berpikir
dan berekspresi
Konflik tempat ibadah
Regulasi bernuansa agama
Potensi keretakan hubungan
antar umat beragama
Penyesatan terhadap Individu/Kelompok
Kekerasan terhadap/atas nama agama
17 kasus (7 %)
Sambungan:
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah


Membincang Sumatera Utara dalam frame kebebasan beragama memang
tidak lebih harmonis dari predikat yang disandangnya sebagai “Model
Kerukunan Nasional”. Disatu pihak masyarakat Sumatera Utara cukup
kooperatif menampilkan toleransi terhadap berbagai perbedaan, bahkan kasus
serius yang berpeluang melahirkan permusuhan. Akan tetapi di pihak lain,
terdapat pula beberapa kasus yang penting dicatat sebagai kasus yang
mengindikasikan “belenggu” bagi kebebasan beragama dan berkeyakinan di
Sumatera Utara.
Contoh kasus yang dapat disebutkan misalnya, respon umat Islam terhadap
tindakan yang dilakukan Ny. Vera Natrida Tambunan (Isteri mantan Gubernur
Sumatera Utara, Rudolf Pardede) yang telah membagi-bagikan buku
bermuatan misi kekristenan yang ditengarai dilakukan di kalangan siswa/i
muslim. Jika tindakan yang dilakukan Ny. Vera Natrida Tambunan dapat
ditafsirkan sebagai bagian dari misi Kristenisasi, dalam konteks kebebasan
beragama tentunya hal ini sejajar dengan dakwah yang berlaku di kalangan
umat Islam.
Sambungan:
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah


Problem yang kemudian muncul adalah, Peraturan Menteri Agama No 1 Tahun
1978 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar
Negeri, khususnya diktum pada pasal 4(b) yang menyebutkan larangan
“penyebaran pamflet, majalah, buletin, buku-buku, dan bentuk barang
penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah
memeluk/menganut agama lain”, secara eksplisit dapat menjadi delik hukum
untuk menjerat tindakan yang dilakukan Ny. Vera Natrida Tambunan. Namun
demikian, pada saat yang sama, diktum ini tidak mampu menertibkan jargonjargon bernuansa agama melalui spanduk/brosur, dan hal-hal lain menyangkut
penyiaran agama yang beredar bebas di ranah publik.
Contoh kasus yang lain dapat diambil melalui penelitian yang dilakukan
Rousdy (2003) berjudul: “Konversi Agama dalam Perspektif Masyarakat Karo”
yang mengemukakan temuan bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan
konversi agama pada masyarakat Karo kecamatan Simpang Empat kabupaten
Karo, Sumatera Utara, adalah faktor dakwah yang dilakukan dari rumah ke
rumah, baik melalui jalur keluarga maupun yang lainnya. Kasus ini tentunya
sangat bertentangan dengan pasal 4(c) yang menyebutkan larangan
“melakukan kunjungan dari rumah ke rumah umat yang telah
memeluk/menganut agama yang lain.
Sambungan:
Latar Belakang Masalah
Pembatasan Masalah




Contoh kasus yang disebutkan sebelumnya memperlihatkan adanya perlakuan
diskriminatif pada pihak-pihak tertentu terkait jaminan konstitusi terhadap
kebebasan beragama dan berkeyakinan, maupun jaminan konstitusi terhadap
batasan dalam mengaplikasikan ajaran agama dan keyakinan tersebut.
Fakta kekerasan terhadap agama dan keyakinan memang sangat minim
ditemukan di Sumatera Utara, dan kondisi ini menjadi salah satu indikator
penilaian yang menjadikan Sumatera Utara sebagai model kerukunan
nasional. Akan tetapi, faktanya akan berbeda jika “kacamata” diskriminasi
dijadikan sebagai dimesi untuk melihat kehidupan beragama dan berkeyakinan
di Sumatera Utara.
Diskriminasi sendiri merupakan objek yang nyata adanya. Sebagaimana yang
banyak diberitakan media, diskriminasi setidaknya ditunjukkan dengan
minimnya akses pelayanan publik terhadap pemeluk keyakinan parmalim,
pelarangan praktik-praktik keyakinan yang dianggap menyimpang, dan atau,
sebagaimana laporan The Wahid Institute, perlakuan diskriminatif terhadap izin
pendirian rumah Ibadah.
Beberapa kasus di atas merupakan segelintir contoh dari sekian banyak
kasus yang dapat ditemukan jika dilakakukan pengamatan dan pengkajian
yang lebih mendalam. Tindak diskriminasi semacam ini tentunya memiliki
dampak tersendiri bagi iklim kebebasan beragama dan berkeyakinan di
Sumatera Utara
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
Bentuk-bentuk diskriminasi apa saja yang mengindikasikan
pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan
berkeyakinan di Sumatera Utara?
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan diskriminasi
tersebut?
Bagaimana dampak diskriminasi terhadap iklmim
kebebasan beragama dan berkeyakinan?
Bagaimana eksistensi resolusi terhadap kasus-kasus
diskriminasi?
Batasan Istilah


Iklim kebebasan beragama digunakan sebagai terminologi untuk
menunjukkan suasan/kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan
di Sumatera utara melalui analisa beberapa kasus diskriminasi.
Kebebasan beragama sendiri merupakan salah satu elemen penting
hak azasi manusia yang telah diratafikasi berdasarkan undangundang No 39 Tahun 1999 tentang hak azasi manusia, dan undangundang No 12 Tahun 2005 tentang pengesahan konvenan
internasional tentang hak-hak sipil dan politik. Selain itu, kebebasan
beragama juga dicerminkan berdasarkan undang-undang dasar 1945
pasal 29 ayat 2.
Diskriminasi merupakan terminologi yang cenderung digunakan dalam
aspek hukum yang memiliki makna perlakukan pembedaan
berdasarkan ras, agama, dan haluan politik
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
Menginventarisir bentuk-bentuk diskriminasi yang
mengindikasikan pelanggaran terhadap kebebasan
beragama dan berkeyakinan di Sumatera Utara.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
diskriminasi.
Menganalisis dampak diskriminasi terhadap iklmim
kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Mengumpulkan data dan informasi tentang eksistensi
resolusi terhadap kasus-kasus diskriminasi.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Rujukan dan bahan telaah untuk membangun teori dan
konsep kehidupan beragama dan berkeyakinan,
khususnya bagi peneliti Sosiologi Agama, praktisi hak
azasi manusia dan civil liberty, serta para misionaris/
pendakwah agama
Rujukan dan bahan telaah bagi pemerintah Provinsi
Sumatera Utara untuk merumuskan berbagai kebijakan
yang terkait dengan kehidupan beragama dan
berkeyakinan di Sumatera Utara. Manfaat ini diambil dalam
upaya mempertahankan predikat Sumatera Utara sebagai
Model Kerukunan Nasional.
Khazanah keilmuan baru dan sumbangan teoretik bagi
kajian tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Metodologi Penelitian




Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field
research) model studi kasus dengan penekanan masalah tentang
tindak diskriminasi terhadap agama dan keyakinan di Sumatera Utara.
Subjek penelitian yang dipilih adalah kelompok agama dan keyakinan
yang terindikasi mengalami perlakuan diskriminatif, serta beberapa
pihak berupa lembaga maupun individu yang dipandang kompeten
dalam masalah yang diteliti.
Data pada penelitian ini diperoleh berdasarkan dua sumber: primer
dan skunder. Data primer diperoleh melaui subjek penelitian
sedangkan data skunder merupakan sumber data pendukung yang
diperoleh berdasarkan penelaahan terhadap literatur, dokumentasi,
dan informasi lain yang terkait.
Penelitian ini mengambil paradigma kualitatif sehingga data sekaligus
sumbernya sewaktu-waktu dapat berkembang dalam proses penelitian
Sambungan:
Metodologi Penelitian





Pengumpulan data dilakukan melalui empat cara, yaitu: obeservasi,
wawancara mendalam (in depth interview), diskusi ahli, dan studi literatur.
Obeservasi dilakukan dengan tujuan menemukan data lapangan melalui
pengamatan langsung terhadap kasus-kasus diskriminasi.
In Depth Interview merupakan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
melalui wawancara langsung kepada subjek penelitian dan berupaya
menemukan kesamaan dan validitas jawaban yang diberikan responden
hingga peneliti mengalami titik jenuh.
Diskusi para ahli merupakan teknik pengumpulan data melalui diskusi bersama
para ahli yang dianggap kompeten membahas permasalahan penelitian.
Diskusi dilakukan secara formal maupun non formal. Pelaksanaan diskusi
formal dilaksanakan dengan upaya melakukan kerjasama dengan beberapa
lembaga yang memiliki konsentrasi pada masalah kebebasan beragama dan
berkeyakinan, sedangkan diskusi non formal dilakukan dengan membentuk
kelompok diskusi terbatas (limited group).
Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data skunder melalui penelusuran
literatur, undang-undang, peraturan daerah dan kebijakan pemerintah,
pemberitaan media, serta informasi lain yang relevan dengan masalah
penelitian.
Sambungan:
Metodologi Penelitian



Analisi data pada penelitian ini diklasifikasikan melalui empat tahap: pertama,
mengumpulkan seluh data yang tersedia; kedua, mengklasifikasikan data
melalui kategori-katgori tertentu; ketiga, mendeskripsikan data; dan, keempat,
melakukan analisis dan pembahasan secara verbal.
Penelitian ini bersifat grounded research, di mana teori berfungsi untuk
mempertajam kepekaan peneliti dalam melihat data serta merumuskan teori
berdasarkan data yang diperoleh. Dengan demikian, secara sederhana hasil
kajian pada penelitian ini akan menyajikan generalisasi dan sumbangan dalam
membangun teori-teori terkait.
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan secara induktif dengan
menyimpulkan hasil penelitian dari hal-hal yang bersifat khusus kepada yang
umum
Ouatline Penelitian





Bab I Pendahuluan
Bab II Monografi Sumatera Utara
Bab III Konsep Dasar Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan
Bab IV Diskriminasi Terhadap Kebebasan dan
Berkeyakinan di Sumatera Utara
Bab V Penutup
Outline Penelitian
Bab I
Pendahuluan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Batasan Istilah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Kajian Terdahulu
Metodologi Penelitian
Garis-garis Besar Isi Tesis
Outline Penelitian
Bab II
Monografi Sumatera Utara
A.
B.
C.
D.
Letak Geografis
Keadaan Demografi
Potret Kehidupan Sosial Masyarakat
Sketsa Kehidupan Beragama dan Berkeyakinan
Outline Penelitian
Bab III
Konsep Dasar Kebebasan Beragama
dan Berkeyakinan
A.
B.
A.
B.
Hakikat Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
Landasan Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan
1. Basis Teologis
2. Landasan Konstituen
3. Landasan Moral Kemanusiaan
4. Landasan Sosio-Kultural
Pluralisme sebagai Fondasi Kebebasan
Beragama dan Berkeyakinan
Potret Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di
Indonesia
Outline Penelitian
Bab IV
Diskriminasi Terhadap Kebebasan
Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia
A.
B.
C.
D.
Bentuk-bentuk Diskriminasi: Deskripsi Beberapa
Kasus
Faktor-faktor Penyebab Diskriminasi
Dampak Diskriminasi Terhadap Kebebasan
Beragama dan Berkeyakinan
Resolusi Terhadap Tindak Diskriminasi
Outline Penelitian
Bab V
Penutup
A.
B.
Kesimpulan
Saran dan Rekomendasi
TERIMAKASIH
Download