1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah sebuah bentuk karya seni yang terdiri dari bunyi-bunyian instrumental atau vokal ataupun keduanya, yang menghasilkan sebuah karya yang indah dan harmonis. Namun demikian, definisi musik akan terus berubah mengikuti perkembangan jaman. Tak seorang pun mengetahui kapan orang mulai membuat musik. Boleh jadi secara alami musik sudah mulai dimainkan ketika pertama kali manusia hadir di muka bumi ini. Di era modern ini musik dianggap sebagai suatu seni yang terpenting dan selalu berkembang. Musik mulai dikenal orang pada abad ke 15, yang dikenal dengan era Renaisance, Barok, Klasik, Romantik, dan yang terakhir era modern. Kesemua era tersebut di atas umumnya orang menyebut musik klasik barat, yang ada pada abad 15. Musik klasik mempunyai tempatnya tersendiri dikalangan penggemar musik. Beberapa kalangan mengatakan bahwa musik klasik adalah musiknya kalangan elit. Musik klasik sering kali diidentikkan dengan alat musik piano dimana banyak sekali musisi-musisi yang menciptakan alunan lagu musik klasik yang dimainkan dengan piano. Piano merupakan alat musik yang bisa dimasukkan dalam kategori alat musik tertua, sekaligus termahal di dunia. Banyak legenda musisi papan atas yang menggunakan piano sebagai alat musik utamanya. Namun saat ini kita sering menjumpai alat musik piano dimainkan di setiap pertunjukan musik di berbagai acara konser. Hal ini menunjukkan bahwa alat musik piano sudah tidak lagi menjadi barang yang hanya dimiliki kalangan atas saja. Perkembangan musik yang begitu populer di Indonesia membuat kursus piano menjadi favorit masyarakat. Selain itu, pembelajaran piano dianggap lebih menarik oleh masyakarat karena bisa diaplikasikan secara langsung dalam memainkan lagulagu popular. Mengingat lagu popular adalah lagu yang dekat di hati masyarakat. Melihat animo masyarakat tentang musik cukup besar, maka banyak bermunculan lembaga musik baik formal maupun non formal. Salah satunya adalah pendidikan seni musik di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes). Pendidikan Seni Musik di FBS Unnes merupakan lembaga musik formal yang memiliki alat musik barat yaitu piano, drum, gitar dan biola. 2 Selain itu juga memiliki alat musik timur atau biasa disebut juga musik nusantara Indonesia yaitu gamelan Jawa, gamelan Bali, kulintang, dan angklung. Dalam hal ini musik yang mudah dikenal dan dimainkan serta baik untuk pendidikan adalah alat musik piano. Permainan piano juga sudah dikenal untuk menstimulasi otak dan baik untuk perkembangan musik anak. Untuk mengenal musik piano dibutuhkan metode dan teknik yang benar. Metode dan teknik pengenalan piano yang dipakai di pendidikan seni musik FBS Unnes adalah memakai metode ceramah dan teknik membaca partitur lagu satu demi satu. Partitur pengenalan dasar piano yang dipakai adalah memakai partitur anak yang bergambar Sedangkan dalam observasi peneliti, dosen mengajar orang dewasa (mahasiswa), yang tentunya materi, teknik, dan metode harus menyesuaikan obyek yang diberikan materi. Dalam hal ini mahasiswa mengalami kejenuhan dan metode dan teknik pembelajaran piano untuk anak. Mengingat pengajaran antara anak dan orang dewasa sangat berbeda. Dilihat dari usia, kondisi kelenturan jari, daya tangkap, minat, serta kesehatan sangat berbeda. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk meneliti relevansi materi pembelajaran piano di pendidikan seni musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. 1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan uraian latar belakang di ats, maka masalah utama dalam penelitian tentang Relevansi Materi Teknik Bermain Piano Terhadap Ketrampilan Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Piano Dasar di Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang (Unnes) adalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran piano di prodi seni musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. 1.2.2 Bagaimana perbedaan pengajaran piano antara orang dewasa (mahasiswa) menurut usia, karakter, dan kondisi fisik 1.2.3 Bagaimana teknik dan metode pembelajaran piano mahasiswa prodi seni musik Unnes 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang Relevansi Materi Teknik Bermain Piano Terhadap Ketrampilan Mahasiswa 3 Peserta Mata Kuliah Piano Dasar di Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang (Unnes), meliputi: 1.3.1 Untuk mengetahui kendala-kendala mahasiswa prodi seni musik dalam menghadapi pembelajaran piano dasar di prodi seni musik Unnes 1.3.2 Untuk mengidentifikasi perbedaan pengajaran piano antara orang dewasa (mahasiswa) dengan anak menurut usia, karakter, kondisi fisik. 1.3.3 Untuk mengidentifikasi teknik dan metode pembelajaran piano dasar pada orang dewasa (mahasiswa) prodi seni musik Unnes 1.4Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini secara umum, diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan baik teoretis maupun praktis kepada pihak-pihak terkait tentang pengembangan pendidikan dalam pembelajaran piano di perguruan tinggi. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan praktis bagi dosen seni musik dalam membantu pembuatan materi berdasarkan teknik dan metode berdasarkan sasaran yang akan dicapai, dengan mengingat subyek didik di perguruan tinggi yaitu mahasiswa seni musik. Hal lain, karena penelitian ini merupakan studi kasus, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk rintisan awal dan mendorong bagi peneliti lain agar lebih memperdalam dan memperluas jangkauan, baik wilayah objek penelitian maupun jenis bentuk seni yang dikaji. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap Perkembangan Belajar Orang Dewasa Perkembangan manusia dititik beratkan pada usia dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang terjadi sepanjang rentang kehidupan. Perkembangan kognitif secara spesifik difokuskan pada perubahan dalam cara berfikir, memecahkan masalah, memori, dan intelegensi. Kognisi berkembang melalui peningkatan-peningkatan pola-pola yang teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif akan menurun pada masa tua dikarenakan proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu yang berbaur dengan lingkungannya. Sebelum kita membahas tentang perkembangan orang dewasa, lebih dahulu penulis akan membahas sedikit tentang perkembangan remaja. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun, atau yang disebut masa dewasa awal. Jadi masa dewasa dimulai sejak seseorang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah), atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun) (Mapiarre, 1983; 15). Seseorang dikatakan dewasa, apabila seseorang mencapai kemasakan kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil ajar latih yang ditunjang kesiapannya, apabila dilihat dari lingkup pendidikan. Bisa juga dikatakan dewasa apabila seseorang mempunyai ukuran tubuh dan siap berproduksi, apabila dilihat dari lingkup biologis. Sedangkan menurut E.B Hurlock (1968) seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa disebut dewasa apabila dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual atau pubertas, sampai seseorang tersebut meninggal dunia. kedewasaan sama dengan kematangan. Dalam hal ini Hurlock menganggap 5 Ciri-ciri kematangan menurut pendapat Anderson (dalam Mapiarre, 1983; 17) sebagai berikut: (1) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau utnuk kepentingan pribadi. (2) Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuantujuan itu dapat didefinisikannya secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. (3) Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang-orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain. (4) Keobyektifan; orang matang memiliki sikap obyektif yatu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. (5) Menerima kritik dan saran; orang atang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya. (6) Pertanggungjawaban terhadap usahausaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang-orang lain membantu usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia menerima bantuan orang lain, tetapi tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya. (7) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang yang matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri seirama dengan kenyataankenyataan yang dihadapinya dalam situasi-situasi baru. Melihat banyaknya standar umum bagi ciri-ciri kematangan menurut Anderson tadi, dari sini dapat dikatakan bahwa orang dewasa belum tentu memiliki kematangan psikis. Bagaimana kedudukan dewasa dibandingkan matang secara psikis yang mengenai seseorang, kiranya akan jelas dengan uraian Anderson yang kurang lebih seperti berikut : 6 Ada pula rumusan negatif dalam memberikan batasan kematangan, maksudnya mereka yang memberikan perilaku yang tidak matang adalah lepas dari kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap yang bertanggung jawab. Lebih-lebih lagi masyarakat kebanyakan berbicara tentang beberapa perilaku dewasa yang kekanak-kanakan. Karena itu seseorang yang menghadapi masalah-masalahnya dengan temper tentrums umumnya disebut sebagai belum matang karena tentrums merupakan tipe anak yang membedakannya dengan orang dewasa. Bagi orang yang tidak mempunyai pendirian, umumnya juga disebut sebagai tidak matang, sebab anak-anak muda, berpindah dari minat satu ke minat lainnya, yang bagi orang tua cenderung untuk tetap pada jabatan sela ia dapat melakukannya. Suatu ketidakstabilan emosi bagi seseorang juga dapat disebut sebagai tidak matang, sebab anak-anak kebanyakannya lebih menunjukkan reaksi emosi yang ekstrem terhadap stimuli yang bermacam-macam dibandingkan dengan orang dewasa. Karena banyak orang lanjut usia itu diketahui sangat tidak dapat berdiri sendiri, tidak bertanggung jawab dan tidak efektif, maka mereka disebut tidak matang, meskipun mereka dalam masa dewasa. Lagipula, banyak orang dewasa terlihat dalam berbagai situasi bertindak kegila-gilaan dan menunjukkan perilaku yang tidak matang (Anderson, 1951 dalam Mappiare, 1983: 18) Sehingga dapat disimpulakan bahwa masa dewasa mempunyai ciri sebagai berikut : (1) Usia reproduktif (reproductive age); (2) Usia memantapkan letak kedudukan (settling-down age); (3) Usia banyak masalah (problem age); (4) Usia tegang dalam hal emosi (emotional tension). 2.2 Pembelajaran Piano Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pencapaian materi piano tidak semudah yang dibayangkan, karena untuk bisa mempraktekkan suatu lagu, peserta didik harus melalui suatu proses. Dalam proses pembelajaran apapun, kita senantiasa dihadapkan oleh 3 hal yaitu waktu, proses dan hasil. Tidak terkecuali dalam belajar musik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks 7 pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa atau mahasiswa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana dosen tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan altematif-altematif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing atau dosen yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakekalnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Di samping itn, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadiriya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu 8 menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka. Oleh karena sifat belajar hagi orang dewasa adalah hersifat subjektif dan unik, maka terlepas dan benar atari salahnya, segala pendapat perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dart pembimbingnya, dan pada akhimya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut maka suasana belajar yang kondusif tak akan pemah terwujud. Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berheda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling herbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang hagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll). Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadiriya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan pisis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau diperma1ukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai altematif kebebasan mengemukakan ide/ gagasan dapat diciptakan. Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar sccara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam prihadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersehut. Oleh sebab itu, latar belakang 9 pendidikan, latar helakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masingmasing individu dapat memberi wama yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil. Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, herani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dan belajar. Pada akhimya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya herharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dan orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan. Begitu pula pembelajaran piano yang membutuhkan interaksi antara pengajar dan peserta didik. Pembelajaran piano adalah proses interaksi antara guru dan peserta didik, agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Materi dapat tersampaikan dengan baik karena adanya metode atau strategi yang tepat. 2.2.1 Materi Pembelajaran Piano Materi pembelajaran piano adalah suatu lagu dalam bentuk partitur yang disampaikan dari guru untuk peserta didik, dengan harapan materi dapat dimengerti dan dapat dimainkan oleh peserta didik dengan baik. Pencapaian materi piano tidak semudah yang dibayangkan, karena untuk bisa mempraktekkan suatu lagu, peserta didik harus melalui suatu proses. Dalam proses pembelajaran apapun, kita senantiasa dihadapkan oleh 3 hal yaitu waktu, proses dan hasil. Tidak terkecuali dalam belajar musik. Nada tidak dapat dilihat atau diperhatikan, tetapi dapat didengar ataupun diperdengarkan. Nada adalah bunyi yang getarannya teratur. Untuk menuliskan nada, digunakan notasi (simbol). Pada dasarnya, notasi hanya dapat melukiskan 10 dua sifat nada, yaitu tinggi rendah dan panjang pendek. Dengan notasi, kita dapat mengenal, membaca, menulis, dan menyanyikan lagu. Dalam musik, pada umumnya digunakan dua sistem penulisan, yaitu sistem yang menggunakan not angka dan not balok. Notasi balok adalah simbol atau tanda untuk menyatakan tinggi atau rendahnya suara yang diwujudkan dengan gambar. Materi yang diajarkan berkaitan dengan pengenalan not balok adalah bentuk not balok, nama dan nilai ketukan not balok, garis paranada, bentuk dan nilai tanda diam, tanda kunci, birama, tanda accidental, dan tangga nada. Seperti halnya alat musik lain, piano memiliki teknik tersendiri dalam memainkannya. Teknik tersebut antara lain teknik penjarian (fingering), sentuhan (touching), dinamika, teknik menggunakan pedal (pedaling). (Rere Aley, 2001: 70). Teknik penjarian piano adalah suatu teknik mengenai tata cara kesesuaian membunyikan nada dengan penjarian dalam penekanan tuts piano, dengan maksud memberikan penjelasan bagaimana cara memainkannya. Teknik penjarian piano mempunyai bermacam fungsi dalam permainannya. Dengan teknik ini diharapkan seorang pianis mampu memainkan karya musik dengan penjarian yang sesuai dengan keinginan sang komponis, disamping memberikan kemudahan kepada pianis agar nyaman dalam memainkannya. Materi pembelajaran piano dibuat dengan permulaan yang berbeda. Seperti pada buku Faber and Faber Lesson Primer, dimulai dari menekan tut hitam dengan nomor jari benar, yang berfungsi untuk menguatkan jari. Pada buku Little Finger To Play oleh John Thompson, memulai dari penempatan jari, disertai dengan nama nada dan nomor jari, serta penempatan tangan kanan dan kiri dengan berbeda kunci (kunci G dan F). Kemudian pada buku John Thompson grade 1, memulai dengan lagu disertai dengan pengertian phrase. Buku John Thompson grade 1 ini dipakai oleh dosen piano 1 di Pendidikan Seni Musik Unnes. Terakhir adalah buku Beyer opus101, yang memulai dengan hitungan / ketukan per birama, dua tangan (kanan dan kiri) memakai kunci G. 11 2.2.2 Strategi Pembelajaran Piano Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi pembelajaran piano diberikan kepada peserta didik dengan berbagai macam dasar, antara lain:1) diawali dengan mengenal nomor jari, 2) menekan tuts hitam, kemudian tuts putih, 3) mengenal hitungan notasi dan tanda istirahat. 4) mengetahui tuts tempat nada dan nama nada di piano. 5) kemudian selanjutnya peserta didik mempelajari sedikit dasar teori musik untuk mempelajari lagu-lagu latihan. Setelah dijelaskan mengenai pembelajaran awal, maka kita pelu mengetahui strategi pembelajaran piano, yaitu: 1) Membiasakan diri bermusik dengan membaca sesuai dengan dasar teori musik. 2) Setelah terbiasa mendengarkan dan memainkan nada-nada dari buku-buku yang diberikan, dan tangan/jari peserta didik sudah trampil kita berikan lagu-lagu populer. 3) peserta didik juga diberikan tangganada, trinada, arpegio untuk memperluas wawasan bermain piano, terutama untuk mengiringi seseorang dalam bernyanyi. 4) Peserta didik wajib menampilkan diri dengan bermain piano di depan umum atau yang disebut dengan konser atau resital untuk menumbuhkan percaya diri pada peserta didik. 5) Mengikuti penilaian atau ujian yang diadakan universitas, nasional, maupun internasional. 12 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini mengkaji masalah pembelajaran piano dasar melalui studi kasus. Fokus kajian diarahkan pada upaya merelevankan pembelajaran piano dasar pada orang dewasa (mahasiswa) ketika penelitian berlangsung, berikut dengan hasil yang diperoleh. Sesuai dengan masalah dan fokus kajian tersebut, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena sesuai dengan ciri-ciri dan sifat data penelitian kualitatif (Miles dan Huberman, 1992; Sutopo, 1990) yang patut dan memberi peluang dalam upaya memberikan pemahaman dan penjelasan secara kualitatif atas suatu fenomena yang unik atau spesifik secara mendalam. Selain itu dengan pendekatan ini data-data yang diperoleh dari nara sumber, informan, dokumen yang ada, serta perilaku yang diamati akan lebih bersifat utuh (holistik). A. Lokasi dan Sasaran Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Prodi Seni Musik Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNNES. Di lokasi lembaga pendidikan tinggi tersebut, terselenggara pembelajaran piano dasar pada mahasiswa prodi seni musik yang memiliki masalah-masalah dengan teknik, metode dan materi pembelajaran piano dasar. Sedangkan setting yang dipilih sebagai latar yang selanjutnya dijadikan sebagai pusat perhatian dalam kegiatan pengamatan akan ditentukan secara purposive, yakni dengan menentukan mahasiswa Prodi Seni Musik semester II yang ada di Jurusan Pendidkan Sendratasik. Selanjutnya yang menjadi sasaran kajian secara spesifik menyangkut masalah (1) Untuk mengidentifikasi perbedaan pengajaran piano antara orang dewasa (mahasiswa) dengan anak menurut usia, karakter, kondisi fisik; (2) Untuk mengidentifikasi teknik dan metode pembelajaran piano dasar pada orang dewasa (mahasiswa) prodi seni musik 13 Unnes; (3) Untuk mengetahui kendala-kendala mahasiswa prodi seni musik dalam menghadapi pembelajaran piano dasar di prodi seni musik Unnes. B.Teknik Pengumpulan Data Sehubungan dengan karakteristik pendekatan penelitian ini, maka untuk mengumpulkan data dan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas digunakan beberapa teknik, meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan tipe open ended dan dilanjutkan dengan wawancara terfokus. Bentuk wawancara tersebut digunakan kepada seluruh subyek penelitian, dengan, dengan kedalaman materi pertanyaan yang disesuaikan dengankebutuhan onformasi mauoun data penelitian. Agar pelaksanaan wawancara dapat berlangsung secara fleksibel (tidak kaku) serta tetap sesuai dengan substansi permasalahan peneltiian, maka dalam prosesnya digunakan pedoman wawancara. Selanjutnya untuk mendukung ketepatan penerimaan data dari para informan penelitian, digunakan pula alat bantu rekam berupa mini cassette recorder. Penggunaan alat tersebut dimaksudkan agar perhatian peneliti pada saat wawancara betul-betul bisa terpusat pada permasalahan yang akan digali tanpa harus terganggu oleh kegiatan pencatatan. Teknik pengumpulan data yang kedua adalah observasi. Kegiatan observasi terhadap setting penelitian antara lain dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran materi-materi piano dasar yang biasa diberikan usia anak kecil, disini diberikan kepada mahasiswa, sehingga menimbulkan kejenuhan pada mahasiswa. Dalam rangka membantu mencari data pendukung kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan, dalam penelitian juga digunakan studi dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan menelaah data-data dari dokumen internal maupun eksternal. a.Teknik Analisis Data Strategi analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengembangkan deskripsi kasus. Dengan strategi kasus maka hasil analisis 14 penelitian dipaparkan dalam bentuk topik-topik dan sub-topik yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dalam operasionalnya proses analisis dilakukan dengan alur sebagai berikut : a. Reduksi data Pada tahap ini peneliti melakukan pemilahan, pemusatan perhatian, pengabstrakan, dan melakukan transformasi data “kasar” yang diperoleh dari catatan-catatan lapangan dilakukan peneliti dan hasil rekaman data lapangan. Reduksi data sebagai upaya untuk menajamkan, menggolongkan/mengkategorikan , mengarahkan, dan mengorganisasi data agar pada akhirnya dapat ditarik suatu simpulan. b. Kategorisasi Setelah dilakukan reduksi data, maka upaya yang dilakukan terhadap data adalah menyusunan ke dalam satuan-satuan. Setelah itu, satuan-satuan yang ada dikategorikan. Pada saat melakukan pengkategorian sekaligus pula dilakukan koding. Pemberian kode dimaksudkan sebagai simbol kategori-kategori yang dikembangkan dari permasalahan penelitian yang nantinya akan membantu peneliti saat mengorganisasi dan menyusun kembali perolehan data lapangan. c. Penafsiran Data Penafsiran data sebagai alur ketiga dari proses analisis data dilakukan untuk mendeskripsikan, mengorganisasi kategori-kategori yang dikembangkan melalui proses analisis dalam rangka untuk menyusun teori substantif. Proses analisis yang di dalamnya mencakup kegiatan pemrosesan satuan, dan kategorisasi, serta penafsiran data dalam penelitian ini dilakukan tidak dalam proses yang berurutan, namun merupakan proses yang berlangsung secara bersamaan/interaktif (Miles dan Huberman, 1992: 15-21). 15 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Prodi Pendidikan Seni Musik FBS Unnes Program Pendidikan Seni Musik FBS Unnes berdiri, bersamaan dengan kelahiran IKIP Semarang. Embrio fakultas itu adalah lembaga pendidikan guru yang berupa penyelenggaraan kursus Meiddelbaar Onderwijzer A Cursus (MO-A) untuk calon guru SMTP dan Meiddelbaar Onderwijzer B Cursus (MO-B) untuk calon guru SMTA. Status Kedua lembaga tersebut kemudian diubahnya menjadi B-I dan B-II. Pada tanggal 1 Januari 1961 kursus B-I dan B-II diintegrasikan ke Universitas Diponegoro (UNDIP) menjadi satu fakultas yang diberi nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Fakultas ini memiliki lima belas jurusan, empat di antaranya bernaung di Fakultas Keguruan Bahasa dan Seni. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.124 Tahun 1969 IKIP Semarang diubah menjadi Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang peresmiannya dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 27 Januari 2000. Dengan perubahan ini FPBS berubah nama menjadi Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Kini dengan 6 jurusan, FBS memiliki 17 prodi pada jenjang S1, termasuk Jurusan Seni Drama Tari dan Musik. Selain itu FBS berencana membuka prodi baru yang akan diintegrasikan ke jurusan Bahasa Asing, yaitu prodi Pendidikan Bahasa Cina-Mandarin (S1) dan Desain Komunikasi Visual (S1) yang merupakan peningkatan status dari Pengutamaan menjadi Program Studi. Tentu saja ada kesempatan untuk membuka prodi lain seperti Pendidikan Bahasa Korea, Bahasa Jerman dan sebagainya. 4.1.1 Visi dan Misi dari Program Studi Pendidikan Seni Musik S1 Visi dari program studi pendidikan seni musik pada tahun 2015 adalah menghasilkan lulusan kependidikan yang berakhlak mulia, memiliki kemampuan akademik dan profesional di bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan kependidikan seni musik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan mampu 16 bersaing baik dalam skala regional, nasional maupun internasional, sesuai dengan visi, misi Unnes yaitu konservasi budaya yang sehat, unggul dan sejahtera. Misi dari program studi pendidikan seni musik memiliki misi membangun masyarakat yang akademis dan fungsional dengan berupa menyelenggarakan: 1) pendidikan akademik dan profesional di bidang ilmu dan ketrampilan seni tari dan seni musik untuk menghasilkan tenaga akademik yang profesional, berakhlak mulia, unggul dan mampu bersaing di bidang seni tari dan seni musik. 2) penelitian untuk menghasilkan pembaruan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang seni tari dan seni musik, serta menyamai sumber daya manusia yang andal dan terpercaya di dalam penelitian seni. 3) pengabdian kepada masyarakat untuk membantu memecahkan masalah yang terjadi di dalam masyarakat di bidang ilmu dan keterampilan seni tari dan seni musik. 4) kerjasama dengan berbagai pihak di tingkat lokal, nasional dan internasional di bidang Tri Dharma perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas akademik. Tujuan jurusan seni drama, tari dan musik, fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Semarang adalah memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman di bidang kependidikan seni tari dan seni musik untuk menghasilkan lulusan: (1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhut, bermartabat; (2) bertanggung jawab, berwawasan luas, dan siap melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya; (3) memiliki kemampuan akademik dan profesional dalam bidang seni tari dan seni musik; (4) terampil, mandiri, dan mampu bersaing dalam dunia global; dan (5) mampu meneliti, mengaplikasikan, dan mengabdikan ilmunya demi memberikan manfaat kepada masyarakat. 4.1.2 Jumlah dan Karakteristik Mahasiswa Jumlah mahasiswa mata kuliah piano 1 pada semester genap tahun akademik 2013/2014 di program pendidikan seni musik Unnes adalah 104 mahasiswa. Mata kuliah piano 1 dan 2 merupakan mata kuliah yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa program seni musik. Mata kuliah piano 1 ini biasanya diambil pada semester 2, apabila mahasiswa mengikuti paket 17 perkuliahan. Sedangkan jumlah mahasiswa mata kuliah piano 2 pada semester ganjil tahun akademik 2014/2015 di program seni musik Unnes adalah 92 mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah piano 1 dan 2 tersebut tidak hanya mahasiswa baru yang mengikuti paket, tetapi ada juga mahasiswa semester lain yang ingin memperbaiki nilai, atau mengulang karena semester kemarin tidak lulus. Jumlah mahasiswa 104 ataupun 92 tersebut di atas, tidak hanya diampu oleh seorang dosen saja, tetapi oleh beberapa dosen. Seorang dosen mengampu 10 mahasiswa atau biasa disebut rombongan belajar (rombel). Rombel tersebut kemudian diberi simbol urutan angka, seperti misal: rombel 1, rombel 2 dan seterusnya. Mahasiswa yang mengikuti program studi seni musik hampir 50 persen berasal dari daerah pantura, seperti Kota Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal. Sisanya berasal dari Kota Pati, Jepara, Rembang, Kudus, Purwodadi, Demak dan Semarang. Menurut pengamatan peneliti, karakteristik dari orang pantura adalah menyukai lagu yang hingar bingar, seperti jenis rock, dangdut dan paling ringan adalah pop. Begitu pula sebagian besar pada mahasiswa program studi seni musik menyukai lagu jenis tersebut di atas, tetapi tidak semua seperti itu. Menurut hasil wawancara pada sebagian mahasiswa, kebanyakan mereka belum mengenal alat musik piano, mahasiswa hanya mengenal gitar, keyboard, dan drum. 4.1.3 Prosedur Seleksi dan Persyaratan Kompetensi Calon Mahasiswa Prosedur seleksi calon mahasiswa pada program studi Seni Musik Unnes menggunakan seleksi tertulis dan seleksi praktek. Dalam seleksi tertulis, perguruan tinggi Unnes menyeleksi mata kuliah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, sains dan pengetahuan umum. Sedangkan seleksi praktek, mewajibkan mahasiswa memainkan alat musik dan tambahan talenta seni musik yang dipunyai (alat musik lain atau vokal). Mahasiswa tidak diharuskan bisa membaca not balok, tetapi mahasiswa harus mempunyai sense music yang bagus. 18 Lebih tepatnya peneliti mencantumkan persyaratan kompetensi calon mahasiswa sebagai berikut: (1) Calon mahasiswa diharapkan memahami dan menirukan dengan tepuk tangan tentang ritmis; (2) Calon mahasiswa diharapkan memahami dan menirukan rangkaian nada yang dibunyikan penyeleksi; (3) Calon mahasiswa diharapkan memahami dan menirukan interval nada yang dibunyikan penyeleksi; (4) Calon mahasiswa bisa menjawab pertanyaan dari penyeleksi seputar motivasi dan keinginan masuk ke program studi pendidikan seni musik. Kesimpulan, untuk diterima menjadi mahasiswa pendidikan seni musik, tidak harus bisa notasi balok, tetapi mempunyai sense of music tanpa mengenal simbol musik (notasi balok) dahulu. 4.2 Pembelajaran Piano Pada Program S1 Pendidikan Seni Musik Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa atau mahasiswa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada ingatannya), bilamana dosen tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan altematif-altematif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing atau dosen yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakekalnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Di samping itn, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadiriya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka. Oleh karena sifat belajar hagi orang 19 dewasa adalah hersifat subjektif dan unik, maka terlepas dan benar atari salahnya, segala pendapat perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dart pembimbingnya, dan pada akhimya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut maka suasana belajar yang kondusif tak akan pemah terwujud. Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berheda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling herbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang hagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pembimbing sangat pemecatan, membantu cemoohan, bagi dll). Keterbukaan kemajuan orang seorang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadi dirinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan fisik mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau diperma1ukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai altematif kebebasan mengemukakan ide/ gagasan dapat diciptakan. Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar sccara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam prihadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersehut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar helakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau 20 masing-masing individu dapat memberi wama yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil. Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, herani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dan belajar. Pada akhimya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya herharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dan orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan. Pembelajaran piano adalah pertemuan antara dosen, mahasiswa dan sumber belajar yaitu materi piano baik teori maupun praktek, dalam suatu lingkungan belajar (kelas). Pada awal pembelajaran piano, dosen menjelaskan alat musik piano atau yang disebut organologi piano. Kemudian mahasiswa dijelaskan tentang cara duduk dalam bermain piano, yaitu tegak lurus, tangan berbentuk L, kaki tidak boleh ditumpangkan, tetapi harus lurus ke bawah. Selanjutnya mahasiswa diberi pengetahuan dasar dari piano berupa teori musik, sehingga mahasiswa dapat berlatih etude/exercises yang dianjurkan. Ditambah dengan materi tangganada, trinada, arpegio, akor dengan penjarian yang benar. Penilaian diadakan setiap satu minggu sekali. Setiap memberikan tugas dosen memberi contoh kemudian mahasiswa menirukan, kemudian sesekali lagu tugas dihafal untuk melatih memorizing masing-masing individu. Kemudian 4 minggu sebelum pertemuan diakhiri, dosen memberikan materi harmoni manual dengan tugas prakteknya. Materi harmoni manual ini wajib untuk hafal akor. Materi harmoni manual dalam program pendidikan seni musik berfungsi untuk mengiringi vokal, paduan suara, bahkan untuk memainkan piano solo. Materi harmoni manual ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa apabila terjun di masyarakat. Pada akhir semester mata kuliah piano 1 dan 2, 21 dosen mengadakan ujian, yang berisi tangganada lengkap (2#, 2b), reading (membaca not balok), memainkan lagu nasional dengan sistem harmoni manual, dengan nada dasar yang telah ditentukan, sight reading (memainkan lagu tanpa mempelajari terlebih dahulu). 4.2.1 Jenis Mata Kuliah dan Tujuannya Mata kuliah piano di program pendidikan seni musik ada 5 semester, antara lain piano 1 dan 2 merupakan jenis mata kuliah piano dasar, yang wajib diambil semua mahasiswa program studi pendidikan seni musik. Mata kuliah piano 1 dan 2 bertujuan untuk mempraktekan teori musik yang diberikan pada semester 1 dan 2, memberikan dasar dalam bermain piano secara benar, memerikan rasa percaya diri untuk terjun ke masyarakat. Selanjutnya adalah piano penjurusan, yang disebut PIIP Piano. PIIP Piano adalah mata kuliah pilihan. Mahasiswa wajib memilih salah alat musik yang harus ditekuni. Alat musik pilihannya antara lain: drum, gitar, piano, biola, vokal. PIIP tersebut ditekuni sampai dengan 2 semester, yaitu PIIP 1 dan PIIP 2. Kemudian program pendidikan seni musik juga menyediakan 1 semester yaitu Piano pengiring. Piano pengiring ini merupakan mata kuliah tidak wajib. Mata kuliah ini boleh diambil, boleh tidak. Mata kuliah ini biasanya diambil oleh mahasiswa yang masih kurang sks nya. 4.2.2 Materi dan Proses Pembelajarannya Materi dari mata kuliah piano 1 adalah tangganada dan trinada oleh Latifah Kodijat, Buku Hanon yang fungsinya sama untuk technical development. Buku John Thompson Grade 1, untuk pengaplikasian teori musik ke alat musik piano, ditambah dengan pengekspresian suatu lagu. Materi dari mata kuliah piano 2 adalah untuk technical development sama dengan piano 1 hanya ingkat kesukarannya lebih ditingkatkan. Buku tambahan adalah dari burgmuller opus 100, duvernoy opus 176, dan czerny opus 599, diambil sesuai dengan materi apa yang dibahas. Kemudian ditambah dengan materi harmoni manual dengan contoh lagu dari lagu nasional. 22 4.3 Kendala mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran piano di prodi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Kendala mahasiswa prodi pendidikan seni musik dalam mengkuti pembelajaran piano dasar di program studi pendidikan seni musik Unnes disebabkan oleh tiga hal: (1) belum dimilikinya ketrampilan membaca notasi balok pada saat menempuh mata kuliah piano 1 dan 2; (2) pada umumnya mahasswa tidak memiliki alat musik piano atau alternatifnya (keyboard); (3) waktu yang tersedia untuk latihan tebatas; (4) terbatasnya jumlah piano di lab seni musik. 4.3.1 Mahasiswa belum memiliki ketrampilan membaca notasi balok pada saat menempuh mata kuliah piano 1 dan 2. Lagu-lagu sebagai materi pembelajaran kurang menarik, terlalu banyak etude atau exercises dengan tehnis yang diulang-ulang, pendapat Anggraeni di sela-sela latihan piano, sambil memberi nama notasi balok dia mencoba nada satu per satu. Sebetulnya dia mempunyai niat untuk belajar, tetapi hanya kurang terbiasa dan kurang cepat dalam membaca not balok tersebut. Membaca not balok adalah sebuah ketrampilan membaca. Apabila sering membaca, dia akan cepat membacanya, karena terbiasa. Menurut pengakuan mahasiswa semester 2 bernama Arif, yang mengikuti mata kuliah piano 1, merasa berat dalam mempelajari lagu dengan menggunakan notasi balok. Arif masih baru pertama kali menerima teori musik semester 1 kemarin, dan dia tidak terbiasa membaca notasi balok. Arif memang termasuk mahasiswa yang tidak terlalu ambisi dengan pelajaran yang menggunakan notasi balok, tetapi dia juga sudah memahami notasi balok. Karena tidak terbiasa membaca not balok, maka apabila bermain piano kurang bisa cepat. Ada yang mengatakan bahwa, lagu-lagu sebagai materi pembelajaran menggunakan not balok kurang diminati mahasiswa. Mahasiswa kurang siap 23 mempelajari lagu dengan menggunakan not balok, karena bekal teori musik dari awal sangatlah minim. Dengan adanya pernyataan tersebut, peneliti mengkroscek ke dosen teori musik, apakah betul untuk belajar piano teori musik pada semester sebelumnya materinya sedikit sekali ? Ternyata tidak, kata dosen pengampu mata kuliah teori musik. Teori musik selama 16 kali pertemuan sudah banyak sekali untuk bekal memainkan piano., tetapi kurang terbiasanya mahasiswa dalam melatih ketrampilan membaca, ekspresi dan menghitung ketukan (ritmis), serta interval. Mungkin pada waktu teori musik mahasiswa kurang mengaplikasikan teori tersebut ke dalam sebuah lagu. 4.3.2 Mahasiswa tidak memiliki alat musik piano atau alternatifnya (keyboard) Alat musik piano atau alternatif (keyboard) masih jarang dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa harus latihan piano di lab.sendratasik. Hal ini yang menyebabkan kurangnya latihan pada mahasiswa. Menurut Saman, mahasiswa harus antri untuk berlatih, yaitu dengan cara kesepakatan waktu dan sesuai urutan kedatangan. Jadi mereka membuat kesepakatan apabila yang datang dulu, itulah yang pertama, dan waktu ditentukan sesuai jumlah mahasiswa yang datang latihan. Kalau sudah ada kesepakatan mereka rela menunggu temannya, karena sudah ada kesepakatan. Kepemilikan alat musik alternatif masing jarang dijumpai, menurut Resya salah seorang mahasiswa semester 3 mengatakan dia takut hilang apabila membawa keyboard di kos-kosan karena belum tahu kondisi lingkungan koskosan. Jadi sebetulnya Resya punya tetapi tidak dibawa ke kos. Ada pula yang memang tidak punya sama sekali, mereka susdah siap untuk latihan di lab. Kampus. 4.3.3 Waktu yang tersedia untuk latihan tebatas Menurut pengakuan Saman bahwa waktunya habis untuk tugas-tugas teori dan tugas praktek alat musik yang lain. Selain waktu yang menjadikan kendala, 24 sarana atau alat musik piano yang terbatas, sedangkan dia tidak mempunyai alat musik di kos. Saman selalu antri, untuk bisa belajar piano di kampus. Menurut Saman waktu penilaian 1 minggu sekali terlalu cepat. Karena mata kuliah yang lain pun juga banyak tugas. 4.3.4 Terbatasnya jumlah piano di lab seni musik. Dalam perkuliahan pasti ada penilaiannya, untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah mengerti dan dapat memainkan dengan alat musik piano. Setiap 1 minggu sekali dosen mengadakan penilaian, yang disebut penilaian harian. Hal tersebut dilakukan untuk mengejar target silabus yang telah dibuat oleh dosen. Apabila dikalkulasi, pembelajaran piano ada 16 pertemuan, dengan 1minggu penilaian harian. Hal ini sangat memberatkan mahasiswa, karena tidak hanya piano saja yang dinilai, tetapi juga alat musik yang lain. Sarana pembelajaran yaitu alat musik piano hanya dipunyai 7 buah oleh Unnes. 4.4 Karakteristik materi dan sumber belajar Karakteristik materi piano adalah membaca, sight reading (membaca tanpa belajar terlebih dahulu), meniru, mengingat, bermain piano harus sesuai dengan teori (aplikasi teori ke praktek piano), berekspresi sesuai dengan lagu tersebut. Dosen memberi contoh, kemudian mahasiswa menirukan sambil melihat partitur atau membaca. Tetapi ada juga pelajaran sight reading atau membaca tanpa belajar dulu) Sumber belajar adalah diambilkan dari buku John Thompson Grade 1, dan tangganada untuk piano 1. Buku Czerny opus 599, Burgmuler opus 100, dan Duvernoy opus 176 beserta lagu populer. Lagu populer diberikan tidak beupa not balok, tetapi berupa not angka disertai dengan akor. Tangganada, trinada, akor dan arpegio dosen mengambil dari buku Hanon Virtuoso of Pianist dari Schirmer London atau Buku dengan pengarang Latifah Kodijat. 4.5 Teknik dan metode pembelajaran piano 1 dan 2 mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Musik FBS Unnes Teknik dan metode pembelajaran pada piano 1 dan 2 sangat wajib diberikan, karena merupakan dasar atau fondasi untuk permainan selanjutnya. 25 Dalam interaksi belajar mengajar, metode mengajar dipandang sebagai salah satu komponen yang ada didalamnya yang mana komponen satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Metode mengajar sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin berhasillah pencapaian tujuan, artinya apabila guru dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan bahan pengajaran, murid, situasi kondisi, media pengajaran maka semakin berhasillah tujuan pengajaran yang ingin dicapai (Soetomo, 1993: 144). Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Dalam pembelajaran piano di program pendidikan seni musik metode pengajaran adalah metode ceramah, tanya jawab, dan tugas Tetapi karena yang dihadapi adalah orang dewasa, maka metode tersebut tidak terlalu mengikat. Misalnya kita memakai metode ceramah. Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Dalam pembelajaran piano, metode ceramah tersebut dapat diselingi dengan metode lain seperti tanya jawab, pemberian tugas, dan sebagainya. Ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, diskusi, penugasan). Selain itu, ceramah yang dimaksud pada pembelajaran piano adalah ceramah yang menjelaskn tentang cara bermain piano disertai dengan aplikasinya di piano. Ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan siswa melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman siswa. Hal yang harus dipersiapkan dan direncanakan guru sebelum melaksanakannya, agar penggunaannya lebih efektif yaitu. 1. Membatasi waktu yang disesuaikan dengan tingkat usia siswa, semakin kecil usia hendaknya waktunya semakin sedikit untuk memberikan ceramah. 2. Menentukan pokok masalah yang akan dicermahkan dengan membuat ikhtisar, atau dengan membuat catatan penting yang akan dijelaskan. 26 3. Menyusun beberapa pertanyaan kepada siswa. Pertanyaaan ini nantinya akan menjadi umpan balik bagi guru untuk mengetahui sejauh mana keaktifan murid dalam mengikuti pelajaran. 4. Membuat kesimpulan pokok-pokok bahan, agar setiap anak memahami akan materi yang disampaikan. 5. Menyusun alat evaluasi untuk menilai apakah berhasil atau tidak ceramah yang diberikan. Jadi bisa disimpulkan bahwa pembelajaran piano memakai metode ceramah, hanya menjelaskannya sambil diaplikasikan/dipraktekan di piano. Kebanyakan yang diceramahkan adalah teori musiknya. Setelah menjelaskan, tentunya mahasiswa sudah jelas tentang teori yang diberikan, kemudian ditentukannya tugas lagu untuk mengetahui mahasiswa tersebut mengikuti perkuliahan di kampus. Tugas tersebut juga berfungsi untuk memperlancar ketrampilan bermain piano, sehingga pada pertemuan berikutnya sudah siap dengan materi berikutnya. Apabila diperhatikan, tugas tersebut hampir seperti evaluasi mingguan. Mengapa diadakannya evaluasi mingguan ? Karena apabila tidak diadakan evaluasi mingguan, ilmu yang diberikan oleh dosen akan menumpuk, padahal pembelajaran piano (praktek) ini adalah proses. Jadi inilah bedanya metode yang dipakaikan pada pembelajaran praktek. 4.5.1 Teknik Pembelajaran Piano 1dan 2 di Prodi Pendidikan Seni Musik FBS Unnes Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja. 27 Penetapan pemilihan metode seharusnya guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini mengacu pada garis besar program pengajaran yang dibagi dalam dua jenis: (1) Rancangan proses untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan memedomani masa lampau yang pernah dialami, misalnya dengan latihan keterampilan, melalui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain, sehingga mampu memberi wawasan baru pada masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya dan (2) Proses pembelajaran yang dirancang untuk tujuan meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, keterampilan baru, untuk mendorong masing-masing individu orang dewasa dapat meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang menjadi kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya, misalnya belajar menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat ia bekerja. Sejalan dengan itu, orang dewasa belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia dapat melihat pula, dan makin efektif lagi kalau dapat juga mengerjakan. Fungsi bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara demonstrasi, peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis peserta dapat mendengar, berbicara, melihal dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling efektif. 4.5 Relevansi antara materi pembelajaran piano dasar terhadap pencapaian ketrampilan mahasiswa Ada 3 keuntungan yang dimiliki orang dewasa dibanding anak-anak, yaitu (1) bahwa niat belajar piano itu datang dari diri sendiri dengan tanpa paksaan oleh siapapun. Ini adalah kunci keberhasilan dalam belajar piano. Ada banyak anakanak belajar piano tetapi banyak di antara mereka tidak suka piano. Mereka belajar karena orangtuanya memaksa mereka untuk kursus piano. Sebagai akibatnya, setelah beberapa waktu, khususnya ketika sudah remaja atau duduk di 28 sekolah SMA, mereka mulai punya banyak alasan agar bisa berhenti belajar piano. Salah satu alasannya adalah adanya kesibukan belajar, kegiatan di sekolah, dan persiapan-persiapan ujian akhir dan sebagainya. Biasanya anak-anak yang dipaksa belajar piano akan cenderung kurang berhasil. Orang dewasa sebaliknya, niat itu datang dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia telah mengambil suatu keputusan apa yang akan ia lakukan, dan menetapkan target dalam belajar piano; (2) Kedua, daya tangkap, konsentrasi, response dan kemampuan menganalisa orang dewasa jauh lebih baik dari anak-anak. Jika seorang anak belajar piano di tempat kursus selama 45 menit, bisa dikatakan konsentrasi belajarnya mungkin hanya 30 menit dan sisanya mengerjakan teori atau ngobrol dan lain-lain. Tetapi orang dewasa bisa berkonsentrasi dan meresponi pengajaran hingga lebih dari 60 menit. Dalam poin ini, seorang guru piano akan senang karena ia tidak bersusah payah mengajarkan suatu materi seperti mengajar anak-anak. Umumnya, orang dewasa bisa mencerna perkataan dan penjelasan meskipun disampaikan satu kali saja. Namun tidak demikian bagi anak-anak. Meskipun sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja ia tidak bisa mengerti. Singkatnya, orang dewasa lebih mudah menerima suatu pelajaran dan mudah mengerti apa yang dimaksud gurunya; (3) Ketiga, orang dewasa bisa mengatur jam belajar dan latihan sendiri. Karena orang dewasa sudah punya tujuan kenapa ia harus belajar piano, maka ia bisa berkomitmen dan berdedikasi tanpa paksaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sendiri. Ia akan mengatur jam latihan dan belajarnya dengan baik. Tidak seperti anak-anak yang asyik bermain dengan teman-temannya dan melupakan jam latihan pianonya. 4.5.1 Harapan mahasiswa terhadap materi pembelajaran piano dasar Harapan mahasiswa mata kuliah piano 1 dan 2 program studi pendidikan seni musik Unnes adalah (1) Mahasiswa menginginkan materi piano 1 dan 2 tidak terlalu susah; (2) Mahasiswa menginginkan waktu penilaian tidak 1 minggu sekali tetapi 2 minggu sekali; (3) Mahasiswa menginginkan materi piano 1 dan 2 adalah lagu yang enak didengar. 29 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Hendaknya materi pembelajaran piano dengan ketrampilan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Musik disesuaikan dengan psikologi orang dewasa. Sehingga mahasiswa mempunyai semangat dalam belajar piano. Karena pembelajaran piano pada orang dewasa sebetulnya lebih menguntungkan, yaitu orang dewasa mempunyai niat belajar piano yang tinggi dan datang dari diri sendiri dengan tanpa paksaan oleh siapapun. Ini adalah kunci keberhasilan dalam belajar piano. Keuntungan yang kedua yaitu orang dewasa mempunyai daya tangkap, konsentrasi, response dan kemampuan menganalisa jauh lebih baik dari anak-anak. Keuntungan yang ketiga yaitu orang dewasa bisa mengatur jam belajar dan latihan sendiri. Karena orang dewasa sudah punya tujuan kenapa ia harus belajar piano, maka ia bisa berkomitmen dan berdedikasi tanpa paksaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sendiri. Ia akan mengatur jam latihan dan belajarnya dengan baik. Hanya pada orang dewasa, semaikin bertambah usia fisik semakin menurun, kelenturan jari orang dewasa tidak selentur anak-anak. Melihat psikologi orang dewasa yang lebih menguntungkan tersebut, teknik bermain piano serta metode bermain piano lebih dimatangkan lagi serta materi dibat lebih menarik lagi, sehingga akan mencapai tujuan pembelajaran. 30 DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.E 1951. Psychology of Development and Personal Adjustment H.S Becker, 1964, Personal Changes in Adult Life Hurlock. E.B 1968, Development Psychology Mapiarre. Andi, 1983, Psikologi Orang dewasa, Surabaya:Usama Offset Printing Irawati, I.R. 1992. Musik Jazz dan Dangdut dalam Analisis Stratifikasi Sosial dalam Jurnal Sosiologi FISIP UI. Vol. 1. Johnson, D.P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern jilid 1. Jakarta: PT. Gramedia. Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Bina Aksara. Mack, D. 1995. Apresiasi Musik Populer. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. Miles, M.B dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press. Oetomo. 1995. Penelitian Kualitatif Dalam Bagong Suyanto, dkk. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga Universiy Press. Parto, S. 1996. Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Piper, S. dan Jabo, S. 1987. ”Musik Indonesia dari Tahun 1950-an hingga 1980an”. dalam Prisma, No. 5, tahun XVI, Mei. Poloma, M.M. 1984. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali. Prier, K.E. 1991. Sejarah Musik Jilid 1. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. ______,. 1993. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Reed, H.O. dan Sidnell, R.G. 1978. The Materials of Music Composition. Philippines: Addison Wesley Publishing Company, Inc. Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press. Rizki HS, Irfanda. 2009. “Perkembangan Bentuk Penyajian dan Fungsi Eine Kleine Nachtmusik K.525 Karya Wolfgang Amadeus Mozart”. Harmonia 31 Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni volume IX No.2 desember 2009 p.114-125. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1993. “Ekspresi Seni Orang Miskin: Adaptasi Simbolik terhadap Kemiskinan”. Disertasi Doktor Bidang Antropologi Progran Pascasarjana Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan). ______,. 1993. “Dangdut dan Orang Miskin: Analisis Kesenian dalam Perspektif Antropologi”. Media FPBS IKIP Semarang No.2 tahun XVI Juli 1993 p.47-69. Shadily, H. 1992. Ensiklopedi Indonesia Jilid 3. Jakarta: Ictiar Baru-Van Hoeve. Silberman, Alphon. 1977. The Sosiology of Musik. USA: Greenwood Press. Sunarko, H. 1988. Seni Musik. Klaten:PT. Intan Pariwara. Sunarto, K. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Susanti, E.H. 1995. ”Penelitian Kualitatif”. Dalam Bagong Suyanto, dkk. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga Universiy Press. Sutopo, H.B.1990. ”Metode Penelitian Kualitatif”, Makalah disajikan ddi depan dosen Jurusan Teknologi Pendidikan dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta, tanggal 21 Desember 1990. Sylado, R. 1991. “Musik Pop Indonesia: Suatu Kekebalan Sang Mengapa”. dalam Edi Sedyawati dan Supardi Djoko Damono. Seni dalam Masyarakat Indonesia (Bunga Rampai), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tambajong, J. 1992. Ensiklopedi Musik. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. Triyanto. 1997. “Perubahan Kesenian dalam Perspektif Teori Sosiohistoris Siklus Ibnu Khaldun”. Media FPBS IKIP Semarang No.4 tahun XX Oktober 1997 p.69-84. Utomo, Udi. 2000. Musik Klasik dan Penggemarnya: Analisis Kesenian dalam Perspektif Sosiologi (Studi Kasus di Kota Semarang). Tesis pada Program Pascasarjana Unair Surabaya. Zeitlin, I.M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 32 LAMPIRAN-LAMPIRAN 2. Personalia Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kelompok dengan data personalia peneliti sebagai berikut: 1. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap & Gelar : Kusrina Widjajantie, S.Pd, M.A b. Golongan, Pangkat & NIDN : IIIa, Penata Muda/ 0018057205 c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli d. Jabatan Struktural :- e. Fakultas/Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pend.Seni Musik f. Perguruan Tinggi : UNNES g. Bidang Keahlian : Seni Musik h. Waktu untuk penelitian ini : 12 jam/minggu 2. Anggota Peneliti : a. Nama Lengkap & Gelar : Dr. Udi Utomo M.Si b. Golongan, Pangkat & NIP :IVA/LektorKepala/196708311993011001 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala d. Jabatan Struktural :- e. Fakultas/Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pend. Seni Musik f. Perguruan Tinggi : Unnes g. Bidang Keahlian : Seni Musik h. Waktu untuk penelitian ini : 12 jam/minggu