2. METODE ELEMEN 2. 1 Pengantar Metoda Elemen Hingga membagi daerah yang ditinjau dalam pias-pias kecil yang disebut elemen (Lihat Gambar 2.1.). Persamaan yang merupakan proses fisik misalnya aliran air diberlakukan pada elemen-elemen tersebut sehingga diperoleh rumusan dalam bentuk hubungan nilai-nilai yang dicari di antara elemen-elemen. darat laut Gambar 2.1. Pembagian daerah yang ditinjau dalam elemen-elemen. Elemen-elemen dapat bermacam-macam bentuknya. Bentuk elemen yang biasa dipakai pada masalah satu dimensi adalah elemen garis. Sedangkan pada masalah dua dimensi elemen segi tiga atau elemen segi empat dan pada masalah tiga dimensi elemen tetrahedral (bentuk tiga dimensi dengan empat bidang sisi) atau elemen balok yang mempunyai enam bidang sisi (lihat Gambar 2.2.). Bentuk-bentuk tersebut adalah bentuk yang paling sederhana dan bentuk yang mungkin dibuat di tiap dimensi yang bersangkutan. Pemilihan bentuk-bentuk sederhana adalah sesuai dari filosofi Metoda Elemen Hingga yaitu menyederhanakan bentuk rumit daerah yang sedang ditinjau sehingga permasalahan dapat dipecahkan. 10 Proses-proses yang terlibat dalam prosedur metoda ini adalah • • • • • interpolasi, integrasi, fungsi pembobot, fungsi transformasi koordinat, dan pembentukan deret Taylor. Proses yang terakhir diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah aliran tak permanen. Di bawah ini akan diuraikan proses interpolasi dan kaitan antara proses interpolasi dalam Metoda Elemen Hingga. Prosesproses yang lain akan dijelaskan kemudian saat diperlukan dalam penjelasan MEH selanjutnya. 11 2.2. Interpolasi dan Aplikaslnya dalam Metoda Elemen Hingga Apabila pada suatu daerah diketahul nilai-nilai suatu besaran di titik-titik tertentu, misalnya tinggi tekanan piezometris di beberapa tempat diketahui, maka nilal besaran tersebut di tempat lain dapat ditaksir. Penaksiran ini dalam bahasa matematika disebut interpolasi atau ekstrapolasi. Interpolasi dipakai untuk menyatakan penaksiran nilai di suatu tempat yang berada di antara tempat-tempat lain yang nilainya dipakai sebagai pegangan dalam penaksiran tersebut. Pada proses ekstrapolasi tempat yang ditaksir nilainya berada di luar kelompok tempat-- tempat yang diketahui nilainya. Adakalanya interpolasi dan ekstrapolasi mempunyai prosedur atau rumus yang sama. Metoda Elemen Hingga menggunakan teknik interpolasi untuk merumuskan persamaan diskret, yaltu persamaan yang berdasarkan nilainilal di titik-titik di dalam daerah yang ditinjau, dan pada proses fisik yang dihadapi. Di dalam Metoda Elemen Hingga perumusannya melibatkan proses integrasi atau penjumlahan seluruh nhlai-nilai yang berada di dalam daerah yang ditinjau. Proses integrasi mi dibawa ke suatu perumusan yang hanya mengandung niIai-nilai di titik-titik tertentu (titik-titik sudut-sudut batas antar elemen-elemen yang disebut juga sebagai “node” atau simpul) saja, sehingga interpolasi diperlukan untuk mendapatkan nilai-nilai di tempat-tempat di antara titik-titik tersebut (di dalam elemen-elemen). 12 Karena interpolasi ini dipakai dalam suatu proses perumusan, maka nilai pada simpul yang dipakai sebagai dasar perkiraan juga merupakan nilai-nilai yang belum diketahui. Interpolasi yang paling sederhana adalah yang berdasarkan pada anggapan bahwa nilai di antara dua simpul adalah sama dengan nilai rata-rata nilai di dua simpul tersebut. Jadi nilai di dalam suatu elemen dianggap seragam sebesar rata-rata nilai di titik-titik sudutnya ( nilai di “node”). Interpolasi setingkat Iebih tinggi adalah menganggap nilai di antara dua simpul berada pada garis yang menghubungkan nilai-nilai di dua simpul tersebut. Dalam perumusan matematisnya interpolasi garis ini dapat ditulis dalam bentuk yang 13 berlaku umum sebagai suatu seri penjumlahan berikut ini. f(x)= f(x1)N1(x)+f(x2) N2(x) 2 = f x N x i 1 i 2.1 i dengan f(x) : nilai fungsi di x ( yang ditaksir), f(x1) : nilal fungsi di x1 ( diketahui atau seakan-akan diketahul), f(x2) : nilai fungsi di x2 (diketahui atau seakan-akan diketahui), N1(x) : fungsi dasar (“basis function”) atau sering pula disebut sebagai fungsi bentuk (“shape function”) titik x1, N1(x) = (1-x)/(x2-x1), N2(x) : fungsi dasar (“basis function”) titik x2, N2(x) = x/(x2-x1). Formulasi di atas dijelaskan secara grafis di Gambar 2.6. berkut ini (lihat juga Gambar 2.4.). Fungsi dasar milik simpul ke-i (basis function) dalam intenpolasi pada Metoda Elemen Hingga mempunyal sifat khusus yaitu dia berharga satu pada simpul ke-i tersebut dan berharga nol pada simpul yang lain (simpul ke-j, ji) dalam elemen yang sama. Interpolasi yang Iebih teliti lagi adalah yang menggunakan fungsi dasar berupa fungsi parabolis atau fungsi kuadratis. Dalam satu elemen garis diperlukan tiga titik yang dipakai sebagai dasar interpolasi. Pada umumnya untuk menyederhanakan bentuk persamaan fungsi dasar seperti ini dipakai sumbu koordinat lokal. Sumbu koordinat lokal ini dibuat 14 sedemikian rupa sehingga x1= -1, x2=0 dan x3=1. Interpolasi kuadratis dalam elemen dapat dUelaskan dalam bentuk persamaan dan gambar sebagai berikut ini. Interpolasi untuk fungsi 2 dimensi pada elemen 2 dimensi menggunakan metoda yang sama seperti di atas. Bahkan untuk dimensi yang Iebih besar lagi metoda interpolasi yang dipakai juga sama. Pada elemen 2 dimensi fungsi dasar merupakan fungsi yang berubah terhadap sumbu x dan sumbu y. Fungsi basis pada elemen 2 dimensi merupakan bidang yang mempunyai nilai 1 pada titik tersebut dan memotong semua titik-titik lain dalam elemen yang sama pada bidang sumbu x dan y (benilai 0 pada titiktitik tersebut). 15 Sebagai contoh, interpolasi linier pada elemen segi tiga mempunyai bentuk persamaan 3 f x, y f xi , yi N i x, y 2.3 i 1 dengan Ni (x,y) = ai + bi x + ci y, ai = (xjyk – xkyj)/2A bi = (yj – yk)/2A, ci = (xk - xj)/2A, A = luas elemen segi tiga Untuk lebih jelasnya perumusan interpolasi tersebut pembaca dapat memeriksa sketsa pada Gambar 2.8. 16 2.3. Metoda Sisa Berbobot (“Weighted Residual”) Proses penaksiran atau pendekatan suatu nilai fungsi dengan menggunakan teknik interpolasi seperti diuraikan di atas memberikan hasil penaksiran yang mempunyai beda dengan ‘’solusi eksak”. Solusi eksak pada masalah-masalah sederhana adalah solusi analitis (jika ada), sedangkan pada masalah rumit solusi eksak dapat tidak ditemui. Beda tersebut disebut juga sebagai kesalahan (“error”’). Kesalahan antara hasil pendekatan dan solusi eksak mempunyai nilai yang berbeda-beda di titik-titik maupun di dalam elemen-elemen. Berangkat dari ide meminimumkan kesalahan tersebut secara “over all” dalam daerah yang dihitung, Metoda Sisa Berbobot membentuk suatu persamaan yang menyatakan bahwa integral error dikalikan dengan suatu set fungsi pembobot dalam domain komputasi sampai dengan nol sebagai berikut ini. W ( x, y) fungsi error (x,y) d = 0 ; j = 1, N j 2.4 dengan Wj(x,y) adalah suatu fungsi pembobot sejumlah N sehingga terdapat N persamaan yang harus dipenuhi. Fungsi error (x,y) adalah selisih antara solusi eksak dan solusi oleh fungsi pengganti/pendekat (approximating function) dan adalah domain komputasi pada sumbu x dan y. Fungsi error adalah selisih antara solusi persamaan diferensial parsial fungsi asal (yang dicari) yang di mana-mana dalam disyaratkan sama dengan nol dan solusi persamaan diferensial parsial fungsi pendekat yang tidak sama dengan nol. Sebagai contoh persamaan diferensial parsial fungsi asal h (x,y). 2h 2h 0 x 2 y 2 2.5 Persamaan di atas harus dipenuhi di seluruh domain komputasi. Metode sisa berbobot akan mencari (mencoba dan men-set angka koefisiennya) suatu fungsi pengganti untuk h(x,y) dengan hˆ x, y yang kita kenal sifat-sifatnya dengan baik sehingga persamaan pengganti karena variabelnya pendekat menjadi 2 hˆ 2 hˆ error atau residu = R (x,y) x 2 y 2 Metode sisa berbobot akan mencari : ĥ (x,y) dengan syarat 17 2.6 W j R d 0 ; j = I, N 2.7 Selanjutnya ada beberapa varian dari Metoda Sisa Berbobot yang ditentukan oleh pemilihan fungsi pembobot yang dipakai. Untuk mendapatkan pendekatan yang akurat pemilihan fungsi pembobot ini perlu dicermati karena efektifitas fungsi pembobot tertentu dipengaruhi oleh bentuk persamaan diferensial yang dihadapi. Karena bidang ini di luar konteks yang dibahas dalam tulisan ini maka pemilihan varian-varian tersebut tidak akan dibahas lebih lanjut. 2.4. Metoda Bubnov-Galerkin Dalam Metode Elemen Hingga diantara banyak metode dikenal dua metode yang umum yaitu Metode Bubnov-Galerkin dan Metode Petrov-Galerkin. Metode yang disebut pertama adalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah-masalah /problem-problem simetris, misalnya masalah difusi, sedangkan yang ke dua sesuai untuk menyelesaikan masalah tidak simetris seperti masalah aliran/ konveksi. Metode Bubnov-Galerkin menggunakan bentuk fungsi yang sama untuk fungsi pembobot dan fungsi dasar yang dipakal dalam proses interpolasi. Metode ini menghasilkan sifat simetri dalam persamaan diskret yang diperoleh. Sifat simetri ini sesuai untuk penyelesaian masalah yang persamaannya mempunyai sifat eliptik atau parabolik. Pada masalah satu dimensi metode ini memberikan skema diskrit orde satu yang menyerupai skema “central difference” pada Metode Beda Hingga. 2.8 Untuk masalah yang diangkat dalam contoh di atas, dapat diperoleh perumusan diskret, karena 2 hˆ R( x, y ) maka w x, y hˆ dx dy 0 2 2.9 j 18 Bentuk 2h dapat dijabarkan lagi dalam bentuk persamaan interpolasi. Interpolasi tersebut adalah usaha untuk mendapatkan h di suatu tempat dalam koordinat (x,y) dan nilai-nilai h di titik-titik sudut elemen yang bersangkutan (elemen tempat h yang diinterpolasi), yaitu h i,, dan dapat ditulis sebagai berikut, 2.10 dengan penulisan ringkas menjadi n hˆ hˆi N i 2.11 i 1 sedangkan interpolasi untuk turunan dan fungsi h adalah 2.12 2.13 2.14 2.15 19 Dengan mengingat bahwa fungsi pembobot sama (dalam Bubnov-Galerkin) dengan fungsi interpolasi (W = N) diperoleh persamaan diskret sebagai berikut, 2 n n 2 N j ˆ N i dxdy 0 , j=1, N N h h j j 2 2 j x y i 1 i 1 2.16 Persamaan diskret di atas mengandung turunan derajat dua fungsi interpolasi. Oleh karena itu mensyaratkan pemilihan fungsi interpolasi yang berupa fungsi, minimal berderajat dua (fungsi kuadratis). Dalam usaha menyederhanakan formulasi diskret dapat digunakan Hukum Integrasi Bagian dari Green (“Green’s Lemma”) 2.17 2.18 Dengan mengaplikasikan hukum tersebut di atas dapat diperoleh persamaan diskret, 2.19 dengan notasi tensor dapat ditulis 2.20 Karena keadaan pada batas domain komputasi tinggi tekanan diketahui maka suku ke dua persamaan di atas dapat dipindah ke ruas kanan sehingga diperoleh persamaan 20 i,j = 1,N 2.21 Persamaan tersebut di atas terdiri dari N persamaan, karena j=1,N. Oleh karena itu dapat dibentuk dalam persamaan matriks-vektor sebagai berikut ini. 2.22 2.5. Penyelesaian Persamaan Matriks dan Vektor Persamaan terakhir di atas (2.22) adalah suatu persamaan matriks dan vektor. Dalam persamaan tersebut di atas hanya vektor h saja yang tidak diketahui, sehingga persamaan dapat diselesaikan. Untuk menyelesaikan persamaan tersebut yaltu mencari vektor h dapat dilakukan operasi matriks standar yang ada seperti dengan mencari invers matriks K menggunakan metode eliminasi Gauss atau Metode Faktorisasi Matriks LU atau dengan cara iterasi seperti metode iterasi Jacobi maupun Gauss-Seidel. Perlu diketahui bahwa sebelum operasi matriks tersebut dilakukan, kondisi batas harus sudah dimasukkan ke dalam persamaan. 21