2.-15-22-Suratmi - STIKES Muhammadiyah Lamongan

advertisement
PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP KESIAPAN PASIEN POST
OPERASI MENGHADAPI PEMULANGAN DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD dr. SOEGIRI LAMONGAN
Mubtadi Faisol*, M. Bakri PDA**, Suratmi***
…………......……….…… ……
. .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….
Kesiapan pasien menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen,
dan motivasi pasien pasca bedah untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta
dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Survei awal di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan pada 5 responden menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengatakan belum siap
dipulangkan atau belum siap menghadapi pemulangan. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan pasien post operasi menghadapi pemulangan di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Desain penelitian menggunakan desain pra eskperimental (one group pre and post test
design), populasi yaitu seluruh pasien post operasi di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011. Metode sampling menggunakan Simple Random Sampling.
Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sebelum dilakukan
discharge planning sebagian besar pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak 70%
dan sebagian kecil pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 4 sebanyak 6%. Sedangkan
setelah dilakukan discharge planning hampir seluruh pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan
4 sebanyak 87% dan sebagian kecil pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak 13%.
Dari uji yang dilakukan maka didapatkan nilai Z = -5.807 dan p = 0,000 dimana p < 0,05 artinya
ada pengaruh discharge planning terhadap kesiapan pasien post operasi menghadapi pemulangan
di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh discharge planning terhadap
kesiapan pasien post operasi menghadapi pemulangan di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan. Melihat hasil penelitian ini maka discharge planning terhadap pasien post operasi perlu
dilakukan oleh perawat di ruangan.
Kata kunci : Discharge Planning, Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
PENDAHULUAN. …… .
… ….
Tindakan operasi atau pembedahan
merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan
buruk yang akan membahayakan bagi pasien
bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran
penting perawat dalam setiap tindakan
pembedahan dengan melakukan intervensi
keperawatan
yang
tepat
untuk
mempersiapkan pasien baik secara fisik
maupun psikis (Rondhianto,2008).
Kesiapan pasien dalam menghadapi
pemulangan sangat mempengaruhi terjadinya
infeksi atau komplikasi post operasi. Menurut
Martinsusilo (2007) ada dua komponen
utama dari kesiapan yaitu kemampuan dan
SURYA
keinginan.
Kemampuan
merupakan
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
yang dimiliki seorang ataupun kelompok
untuk melakukan kegiatan atau tugas
tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan
dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi
untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan
tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari
kemampuan dan keinginan.
Martinsusilo (2007) membagi tingkat
kesiapan berdasarkan kuantitas keinginan dan
kemampuan bervariasi dari sangat tinggi
hingga sangat rendah, antara lain tingkat
kesiapan 1 artinya bahwa pasien tidak
mampu dan tidak ingin atau tidak mampu
dan ragu untuk menghadapi pemulangan,
15
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
METODE PENELITIAN.…
… .…
Desain penelitian dalam penelitian
ini adalah desain pra eskperimental (one
group pre and post test design) yaitu
penelitian
eksperimen
yang
hanya
menggunakan
kelompok
studi
tanpa
menggunakan kelompok kontrol. Seluruh
pasien post operasi di ruang bougenville
RSUD dr. Soegiri Kab. Lamongan sebanyak
52 responden. Serta variabel independent
discharge planning sedangkan variabel
dependent kesiapan pasien post operasi
menghadapi pemulangan. Pengumpulan data
dengan menggunakan lembar kuesioner serta
pengolahan data meliputi editing, coding,
scoring, tabulating dan diuji dengan
menggunakan uji sign rank test (wilcoxon).
tingkat kesiapan 2 artinya bahwa pasien tidak
mampu tetapi berkeinginan atau tidak
mampu tetapi percaya diri menghadapi
pemulangan, tingkat kesiapan 3 artinya
bahwa pasien mampu tetapi ragu atau mampu
tetapi tidak ingin melakukan kegiatan yang
diajarkan setelah pasien berada di rumah, dan
tingkat kesiapan 4 artinya bahwa pasien
mampu dan ingin atau mampu dan yakin
melakukan kegiatan yang diajarkan setelah
pasien berada di rumah. Kebanyakan pasien
memiliki tingkat kesiapan rendah dalam
menghadapi
pemulangan.
Hal
ini
memungkinkan terjadinya infeksi atau
komplikasi post operasi. Oleh karena itu,
perlu diberikan informasi kepada pasien agar
mampu mengenali tanda bahaya untuk
dilaporkan
kepada
tenaga
medis
(Rondhianto,2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Williams (2006) bahwa mayoritas pasien
yang menerima informasi tentang nyeri,
manajemen luka, aktivitas, nutrisi, dan
komplikasi pada umumnya merasakan bahwa
tidak mengalami perasaan khawatir yang
membuat mereka melakukan kunjungan rutin
ke fasilitas kesehatan setelah dipulangkan.
Sedangkan pasien yang tidak mendapat
informasi tentang nyeri dan manajemen luka
mengalami kekhawatiran yang memaksa
mereka untuk melakukan kunjungan tidak
rutin kepada suatu fasilitas kesehatan setelah
dipulangkan.
Kesuksesan tindakan discharge
planning
menjamin
pasien
mampu
melakukan tindakan perawatan lanjutan yang
aman dan realistis setelah meninggalkan
rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &
Potter, 2005).
Mengingat pentingnya dilakukan
discharge planning terhadap pasien post
operasi, peneliti merasa tertarik untuk
menyelidiki bagaimana pengaruh discharge
planning
terhadap kesiapan pasien
menghadapi pemulangan. Secara khusus
dalam hal ini peneliti ingin meneliti pengaruh
discharge planning terhadap kesiapan pasien
post operasi menghadapi pemulangan di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan.
.
SURYA
HASIL .PENELITIAN
…
1. Data Umum
1) Karakteristik Responden
(1) Distribusi Responden berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel 1 distribusi pasien post operasi
berdasarkan jenis kelamin di ruang
Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
N
Jenis
Frekuensi Prosentase
O
Kelamin
(%)
1 Laki – laki
25
54
2 Perempuan
21
46
Jumlah
46
100,0
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa sebagian besar jenis kelamin pasien
adalah laki – laki sebanyak 25 pasien atau
54% dan hampir sebagian perempuan
sebanyak 21 pasien atau 46%.
(2) Distribusi Responden berdasarkan
Usia
Tabel 2 distribusi pasien post operasi
berdasarkan usia di ruang Bougenville
RSUD dr. Soegiri Lamongan bulan
Maret-Mei 2011.
No
Usia Frekuensi Prosentase
(th)
(%)
1.
18-30
13
28
2.
31-40
9
20
3.
41-50
24
52
Jumlah
46
100
16
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
(5) Distribusi Responden berdasarkan
Pendidikan Terakhir
Tabel 5 distribusi pasien post operasi
berdasarkan pendidikan terakhir di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
Terakhir
(%)
1.
SD
26
56,5
2.
SMP
11
24
3.
SMA
9
19,5
Jumlah
46
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien post operasi
berada pada rentan usia 41-50 tahun
sebanyak 24 pasien atau 52% dan sebagian
pasien post operasi berada pada rentan usia
31-40 tahun sebanyak 9 pasien atau 20%
(3) Distribusi Responden berdasarkan
Status Pernikahan
Tabel 3 distribusi pasien post operasi
berdasarkan status pernikahan
di
ruang BougenvilleRSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
No
Status
Frekuensi Prosentase
Pernikahan
(%)
1.
Menikah
39
85
2.
Belum
7
15
Menikah
Jumlah
46
100
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien post operasi
berpendidikan terakhir SD sebanyak 26
pasien atau 56,5% dan sebagian kecil pasien
post operasi berpendidikan terakhir SMA
sebanyak 9 pasien atau 19,5%.
(6) Distribusi Responden berdasarkan
Pekerjaan
Tabel 6 distribusi pasien post operasi
berdasarkan pekerjaan di ruang
Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
(%)
1. Petani
21
46
2. Ibu Rumah
12
26
3. Tangga
6
13
4. Pedagang
7
15
Lain-lain
Jumlah
46
100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa hampir seluruh pasien post operasi
berstatus menikah sebanyak 39 pasien atau
85% dan sebagian kecil belum menikah
sebanyak 7 pasien 15%.
(4) Distribusi Responden berdasarkan
Suku Bangsa
Tabel 4
distribusi pasien post operasi
berdasarkan suku bangsa di ruang
Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
No
Suku
Frekuensi Prosentase
Bangsa
(%)
1. Jawa
45
98
2. Madura
1
2
Jumlah
46
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
bahwa hampir sebagian pasien post operasi
berpekerjaan sebagai petani sebanyak 21
pasien atau 46% dan sebagian kecil pasien
post operasi berpekerjaan sebagai pedagang
sebanyak 6 pasien atau 13%.
Dari Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
bahwa hampir seluruh pasien post operasi
bersuku Jawa sebanyak 45 pasien atau 98%
dan sebagian kecil bersuku Madura sebanyak
1 pasien atau 2%.
SURYA
17
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
PEMBAHASAN .…
2. Data Khusus Responden
1) Tingkat Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi
Pemulangan
Pre
Discharge Planning dan Post Discharge
Planning
Tabel 7 Tingkat Kesiapan Pasien Post
Operasi Menghadapi Pemulangan
Pre Discharge Planning dan Post
Discharge Planning Di Ruang
Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
No
1.
2.
3.
4.
Tingkat
Kesiapan
Tingkat
Kesiapan 1
Tingkat
Kesiapan 2
Tingkat
Kesiapan 3
Tingkat
Kesiapan 4
Jumlah
Pre
Discharge
Planning
Frekuensi
(%)
Post
Discharge
Planning
Frekuensi
(%)
0
0 (0)
11 (24)
0 (0)
32 (70)
6 (13)
3 (6)
40 (87)
46 (100)
46 (100)
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa
sebelum dilakukan discharge planning sebagian
besar pasien post operasi memiliki tingkat
kesiapan 3 sebanyak 32 pasien atau 70% dan
sebagian kecil pasien post operasi memiliki
tingkat kesiapan 4 sebanyak 3 pasien. Sedangkan
setelah dilakukan discharge planning hampir
seluruh pasien post operasi memiliki tingkat
kesiapan 4 sebanyak 40 pasien atau 87% dan
sebagian kecil pasien post operasi memiliki
tingkat kesiapan 3 sebanyak 6 pasien atau 13%.
2) Pengaruh discharge planning terhadap
kesiapan pasien post operasi menghadapi
pemulangan di ruang Bougenville RSUD
dr. Soegiri Lamongan.
Hasil analisis dengan uji sign rank test
(wilcoxon) yang menggunakan program SPSS PC
for Windows versi 16,0 tentang pengaruh
discharge planning terhadap kesiapan pasien post
operasi menghadapi pemulangan di ruang
Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan dapat
diketahui bahwa nilai Z = -5.807 dan p = 0,000
dimana p < 0,05 maka H1 diterima artinya ada
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan
pasien post operasi menghadapi pemulangan di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
SURYA
.…
1. Tingkat Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi
Pemulangan
Sebelum
Dilakukan Discharge Planning
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
bahwa fakta sebelum dilakukan discharge
planning sebagian besar pasien post operasi
memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak 70%. Pada
pembagian tingkat kesiapan menurut Martinsusilo
(2007) yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan suatu tugas tetapi tidak yakin
dan khawatir untuk melakukannya sendiri atau
tingkatan yang memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu tugas tetapi tidak ingin
menggunakan kemampuan tersebut.
Berdasarkan model konseptual Orem
(2006) tentang sistem keperawatan, maka tingkat
kesiapan pasien dalam penelitian ini sebelum
dilakukan discharge planning termasuk kategori
sistem kompensasi parsial dimana pasien
memiliki beberapa kemampuan untuk melakukan
perawatan diri tetapi tidak dapat mencapai
perawatan
mandiri
jika
tidak
dibantu.
Kemampuan yang sudah dimiliki responden
dalam penelitian ini antara lain motivasi yang
tinggi untuk melakukan perawatan diri setelah
berada di rumah, baik dalam hal tindakan
pengobatan di rumah, tanda-tanda bahaya,
perawatan luka, aktivitas di rumah, diet di rumah,
maupun dalam hal perawatan lanjutan.
Menurut Martinsusilo (2007), ada dua
komponen utama dari kesiapan yaitu kemampuan
dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki
seorang ataupun kelompok untuk melakukan
kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan
berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan
motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan
tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari
kemampuan dan keinginan yang berbeda yang
ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang
diberikan.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi
pemulangan adalah kemampuan yang mencakup
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta
keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen,
dan motivasi pasien pasca bedah untuk
melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan
serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain.
Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan
apabila pasien mengetahui pengobatan, tandatanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden
Hospital, 2004).
18
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
Tingkat
kesiapan
pasien
dalam
menghadapi pemulangan dipengaruhi oleh
karakteristik demografi yang meliputi usia,
tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Tingkat pendidikan pasien mempengaruhi
tingkat kesiapan pasien dalam menghadapi
pemulangan. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien post operasi
berpendidikan terakhir SD sebanyak 56,5%
.Menurut (Koentjoroningrat yang dikutip oleh
Nursalam dan Siti Pariani, 2001) makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi, sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai baru yang diperkenalkan. Sebaliknya jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.
Kesiapan pasien dalam menghadapi
pemulangan juga dipengaruhi oleh faktor
keluarga, terutama dalam hal dukungan.
Sedangkan dukungan keluarga dipengaruhi oleh
faktor sosial ekonomi. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa hampir sebagian pasien post
operasi berpekerjaan sebagai petani sebanyak
46%. Akhmadi (2009) mengatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua.
Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan orang tua. Orang tua
dengan kelas sosial menengah keatas mempunyai
tingkat dukungan yang lebih tinggi daripada
orang tua dengan kelas sosial bawah.
Pekerjaan juga berpengaruh terhadap
dukungan keluarga, hal ini sesuai dengan teori
Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009)
mengatakan bahwa keluarga memberikan
dukungan instrumental yang merupakan sebuah
sumber pertolongan praktis dan konkrit. Bentuk
dukungan ini merupakan penyediaan materi yang
dapat memberikan pertolongan langsung seperti
pemberian uang, pemberian barang, makanan
serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi
stres karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi.
Dukungan instrumental sangat diperlukan
terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap
dapat dikontrol.. Keluarga seharusnya menjadi
motivator baik dalam psikologi maupun materi
dari pasien yang sedang melaksanakan program
rehabilitasi medik karena dukungan seperti ini
mampu membantu penyelesaian masalah yang
dihadapi pasien.
SURYA
Faktor pendidikan keluarga mempengaruhi
dukungan keluarga sesuai teori Friedman (1998)
dalam Akhmadi (2009) mengatakan bahwa
keluarga memberikan dukungan informasional
yang berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
diseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian
informasi, saran atau umpan balik tentang situasi
dan kondisi individu yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Jenis informasi
seperti ini dapat menolong individu untuk
mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.
Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti
yang khusus pada individu.
Dengan pendidikan yang tinggi maka
semakin berpengaruh terhadap informasi serta
cara penyampaian yang jelas. Dengan informasi
yang jelas terhadap pasien dapat meningkatkan
kesadaran pasien bahwa pentingnya mengikuti
program rehabilitasi medik dalam mencapai
pemulihan yang optimal dan meminimalkan
bahkan mencegah terjadinya komplikasi post
operasi. Dengan informasi yang jelas pula mampu
memberikan sugesti kepada pasien post operasi
dalam meningkatkan kepercayaan diri karena
pasien post operasi mengalami gangguan harga
diri rendah yang dapat mempengaruhi pemulihan
secara optimal.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya khususnya mengenai tindakan
pengobatan di rumah, tanda-tanda bahaya,
perawatan luka, aktivitas di rumah, diet di rumah,
maupun dalam hal perawatan lanjutan.
Perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal dibangku sekolah, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendididkan nonformal
seperti penyuluhan maupun seminar kesehatan.
2. Tingkat Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi
Pemulangan
Setelah
Dilakukan Discharge planning
Setelah dilakukan discharge planning,
tingkat
kesiapan
responden
menghadapi
pemulangan mengalami peningkatan, dimana
hampir seluruh pasien post operasi memiliki
tingkat kesiapan 4 sebanyak 87% dalam kategori
tingkat kesiapan yang dirumuskan oleh
Martinsusilo
(2007)
dalam
menghadapi
19
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
pemulangan yaitu mampu dan ingin dan yakin
melakukan kegiatan yang diajarkan setelah berada
di rumah.
Berdasarkan model konseptual orem
(2006) tentang sistem keperawatan, maka tingkat
kesiapan pasien dalam penelitian ini setelah
dilakukan discharge planning termasuk kategori
sistem suportif-edukatif, yaitu pasien mampu
melakukan atau belajar tentang perawatan diri,
dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan
perawat lebih kepada memotivasi responden
untuk melakukan pengetahuan yang sudah
diterima.
Usia juga mempengaruhi kesiapan pasien
dalam menghadapi pemulangan, berdasarkan
fakta sebagian besar pasien post operasi berada
pada rentan usia 41-50 tahun sebanyak 52%.
Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
usia adalah umur yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat akan berulang tahun.
Bertambahnya usia seseorang akan lebih
memperhatikan masalah kesehatannya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Santrock (2002) bahwa
pada saat seorang dewasa madya sudah mulai
merasakan penurunan fungsi fisik akan lebih
memperhatikan
kesehatannya.
Hal
ini
dikarenakan seseorang yang sudah mulai
merasakan penurunan fungsi fisik akan lebih
memperhatikan masalah kesehatannya.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Galloway (1993, dalam nursingcenter, 2009)
bahwa pasien mampu memprediksi kebutuhan
mereka akan informasi berhubungan dengan
proses penyembuhan dan mereka menginginkan
informasi yang mudah dimengerti sebanyak
mungkin
sebelum
mereka
menghadapi
pemulangan.
Semakin
cukup
umur,
tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan
lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Usia yang matang mampu membuka kesadaran
bagi keluarga maupun pasien tentang pentingnya
mengikuti
program
rehabilitasi
melalui
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
Dengan pengalaman yang dimiliki tersebut
mampu menjadikan pelajaran dan solusi terhadap
masalah-masalah yang akan maupun sedang
dihadapi oleh keluarga dan pasien post operasi
dalam mengikuti program rehabilitasi sehingga
memunculkan suatu tindakan untuk kebaikan
serta pemulihan bagi pasien.
SURYA
Jadi, semakin bertambahnya usia pasien
maka semakin tinggi motivasi pasien untuk
melakukan hal yang sudah diajarkan terutama
dalam hal perawatan diri setelah berada di rumah,
baik dalam hal tindakan pengobatan di rumah,
tanda-tanda bahaya, perawatan luka, aktivitas di
rumah, diet di rumah, maupun dalam hal
perawatan lanjutan. Disamping itu pengalaman
hidup pasien juga mempengaruhi tingkat kesiapan
pasien dalam menghadapi pemulangan. Semakin
banyak pengalaman hidup, maka semakin tinggi
tingkat kesiapan pasien dalam menghadapi
pemulangan.
3. Pengaruh Discharge Planning Terhadap
Kesiapan Pasien Post Operasi Menghadapi
Pemulangan Di Ruang Bougenville RSUD
dr. Soegiri Lamongan
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
bahwa sebelum dilakukan discharge planning
sebagian besar pasien post operasi memiliki
tingkat kesiapan 3 sebanyak 70% dan sebagian
kecil pasien post operasi memiliki tingkat
kesiapan 4 sebanyak 6%. Sedangkan setelah
dilakukan discharge planning hampir seluruh
pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 4
sebanyak 87% dan sebagian kecil pasien post
operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak
13%.
Hasil analisis dengan uji sign rank test
(wilcoxon) yang menggunakan program SPSS PC
for Windows versi 16,0 tentang pengaruh
discharge planning terhadap kesiapan pasien post
operasi menghadapi pemulangan di ruang
Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan dapat
diketahui bahwa nilai Z = -5.807 dan p = 0,000
dimana p < 0,05 maka H1 diterima artinya ada
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan
pasien post operasi menghadapi pemulangan di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Williams (2006) bahwa
mayoritas pasien yang menerima informasi
tentang nyeri, manajemen luka, aktivitas, nutrisi,
dan komplikasi pada umumnya merasakan bahwa
tidak mengalami perasaan khawatir yang
membuat mereka melakukan kunjungan rutin ke
fasilitas
kesehatan
setelah
dipulangkan.
Sedangkan pasien yang tidak mendapat informasi
tentang nyeri dan manajemen luka mengalami
kekhawatiran yang memaksa mereka untuk
melakukan kunjungan tidak rutin kepada suatu
fasilitas kesehatan setelah dipulangkan.
Discharge planning yang tidak baik
dapat menjadi salah satu faktor yang memperlama
proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett
20
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
dan Fordham, 1982 dalam Torrance 2006). Oleh
karena itu, pasien perlu dipersiapkan untuk
menghadapi pemulangan. Menurut Orem (2006),
intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri
sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah
satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan
adalah
discharge
planning
(perencanaan
pemulangan)
untuk
mempromosikan tahap kemandirian tertinggi
kepada pasien, teman-teman dan keluarga dengan
menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan
diri (The Royal Marsden Hospital, 2006).
Perry dan Potter (2005) mengatakan
bahwa pada saat pulang, pasien harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang
dibutuhkan untuk memenuhi perawatan dirinya.
Kesuksesan
tindakan
discharge
planning
menjamin pasien mampu melakukan tindakan
perawatan lanjutan yang aman dan realistis
setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001
dalam Perry & Potter, 2006). Oleh karena itu,
pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan
apabila pasien mengetahui pengobatan, tandatanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden
Hospital, 2004).
Dari hasil penelitian diatas bila
dihubungkan dengan teori atau konsep yang
menyebutkan bahwa
pengaruh
discharge
planning terhadap kesiapan pasien post operasi
menghadapi pemulangan sudah dapat dibuktikan
oleh peneliti. Dengan kesimpulan adanya
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan
pasien post operasi menghadapi pemulangan.
Dalam discharge planning keluarga harus
dilibatkan agar mereka mampu mendukung usaha
pasien dalam melakukan perawatan diri.
Dukungan sosial keluarga merupakan faktor
penting dalam kesiapan pasien menghadapi
pemulangan . Dengan dukungan keluarga sangat
membantu untuk menjelaskan serta memberi
contoh mengenai apa yang sebaiknya dilakukan
dan apa yang tidak. Dengan contoh yang baik
mampu meningkatkan kesiapan pasien dalam
menghadapi pemulangan, sehingga
pasien
mampu meningkatkan tingkat kemandirian secara
maksimal yang bertujuan mengembalikan fungsi
anggota tubuh setelah mengalami gangguan.
Mengingat
pentingnya
dilakukan
discharge planning terhadap pasien post operasi,
maka discharge planning perlu dilakukan oleh
perawat
untuk
mempersiapkan
pasien
menghadapi pemulangan agar tidak terjadi
hospitalisasi ulang karena infeksi sekunder.
SURYA
KESIMPULAN DAN SARAN.
…
1. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan serta tujuan penelitian tentang
Pengaruh discharge planning terhadap kesiapan
pasien post operasi menghadapi pemulangan di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan,
kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Sebelum dilakukan discharge planning
sebagian besar pasien post operasi memiliki
tingkat kesiapan 3 yaitu mampu tetapi ragu
atau mampu tetapi tidak ingin
2) Setelah dilakukan discharge planning hampir
seluruh pasien post operasi memiliki tingkat
kesiapan 4 yaitu mampu dan ingin atau
mampu dan yakin
3) Ada pengaruh discharge planning terhadap
kesiapan pasien post operasi menghadapi
pemulangan di ruang Bougenville RSUD dr.
Soegiri Lamongan.
2.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas,
maka ada beberapa saran dari peneliti yakni
sebagai berikut:
1) Bagi Akademik
Dengan
adanya
perkembangan
pengetahuan tentang discharge planning,
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
pendukung teori yang sudah ada.
2) Bagi Praktis
1.1 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan akan
digunakan oleh perawat di ruangan untuk
melakukan
discharge
planning
dalam
mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan,
dalam artian bahwa pasien mampu melakukan
perawatan berkelanjutan di rumah.
1.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan kerangka berfikir dan sebagai informasi
untuk meningkatkan pengetahuan bagi peneliti
selanjutnya mengenai pengaruh
discharge
planning terhadap kesiapan pasien post operasi
menghadapi pemulangan.
1.3 Bagi Responden
Dengan adanya penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam melakukan
perawatan mandiri di rumah.
21
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
. .
.DAFTAR PUSTAKA
.
Tanjung Rejo Kabupaten Deli.
[email protected]. Diakses
pada 19 desember 2010.
. .
Aditama.2003. Pengertian rumah sakit dan
pembagian rumah sakit. Jakarta :
Salemba Medika.
Harun.1994.Analisis Kepuasan Pasien Rawat
Inap terhadap Mutu Pelayanan
Rumah
Sakit
Nirmala
Suri
Sukohardjo
dengan
Methode
Servqual, Tesis Kajian Administrasi
Rumah Sakit. Depok: FKUI
Aziz, Alimul.2003. Riset Keperawatan Dan
Teknik Penulisan ilmiyah, Jakarta :
Salemba Medika
Depkes RI. 2001. Riset Keperawatan Dan
Teknik Penulisan ilmiyah. Jakarta :
Salemba Medika.
Effendy,
Ingerani.2002. Tingkat Kepuasan Pelanggan
Terhadap Pelayanan Kesehatan di
Propinsi DKI Jakarta.Jakarta:
Dinkes Prop. DKI Jakarta dan
Badan Litbangkes Depkes RI
Nasrul.1998.
Dasar-dasar
keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta.
Kotler.2002.
Mengukur
Kepuasan
Pelanggan : Panduan Menciptakan
Pelayanan Bermutu. Jakarta :
penerbit ppm .
Herry, 2009. Fasilitas Kesehatan Sudah
Memadai. www.padang-today.com.
Diakses pada 10 desember 2010
Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan, Edisi kedua.Jakarta:
Rineka Cipta
Hotmariani, Purba 2008. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Penderita ISPA yang mendapat
pelayanan kesehatan di Puskesmas
SURYA
22
Vol.02, No.XII, Agus 2012
Download