meningkatkan hasil belajar matematika siswa - e

advertisement
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 84-88
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
MENGGUNAKAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR
Serly Wahyuni1), Sri Elniati2), Syafriandi3)
1
) FMIPA UNP, email: [email protected]
2,3
) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
Abstract
Existing Handout have not been able to help students to relate course material to real life students,
especially for plane face of solid shapes. Beside this, students have not yet been demanded to find concept
because the concept has already. Therefore, it is necessary to develop Handout that can lead students to
discover conceps. For overcome this situation,Handout need to improved to Contextual based
Mathematic Handout in plane face of solid shapes. This jurnal will discuss howto improve result learns of
students in plane face of solid shapes with use Contextual based Mathematic Handout.
Keywords - Contextual
based Mathematic Handout, result learns
PENDAHULUAN
Bahan ajar merupakan komponen penting
dalam pembelajaran karena dapat digunakan
sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa.
Depdiknas (2008) menyatakan bahwa ”Bahan ajar
adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis baik tertulis maupun tidak, sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan
siswa untuk belajar”. Guru diharapkan
mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan lingkungan siswa. Bahan ajar
yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat
membantu mereka mengaitkan materi yang
dipelajari dengan kehidupan nyata mereka.
Dengan demikian diharapkan siswa dapat
meningkatkan pemahaman mereka tentang materi
yang mereka pelajari. Di samping itu, dengan
adanya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa dapat membangun komunikasi yang efektif
antara guru dengan siswa.
Mengingat begitu pentingnya bahan ajar,
maka diharapkan guru dapat mengembangkan
bahan ajar yang dapat membantu siswa
mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan
kehidupan sehari-hari dan melatih siswa dalam
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dalam
hal ini mengkonstruksi pengetahuan siswa pada
materi bangun ruang sisi datar.
Materi mengenai mengidentifikasi sifat-sifat
kubus, balok, prisma dan limas serta bagianbagiannya, membuat jaring-jaring kubus, balok,
prisma dan limas, serta menghitung luas
permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan
limas
merupakan materi yang masih sulit
dipahami siswa. Hal ini disebabkan karena siswa
belum dibiasakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dan menemukan suatu konsep.
Salah satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam pikirannya. Guru dapat
memberikan kemudahan dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri. Depdiknas
(2002: 1) menyatakan bahwa, “pendekatan
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat”. Dengan demikian, pendekatan
84
kontekstual adalah pembelajaran yang dapat
membantu siswa membuat hubungan antara
materi yang mereka pelajari dengan kehidupan
nyata mereka. Siswa akan lebih lama mengingat
materi yang telah dipelajarinya, sehingga
mempermudah siswa dalam memecahkan
berbagai persoalan matematika. Oleh karena itu,
dibutuhkan bahan ajar untuk memudahkan siswa
untuk memahami materi bangun ruang sisi datar.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
yang disusun secara sistematis baik tertulis
maupun tidak tertulis. Secara garis besar bahan
ajar terdiri dari pengetahuan keterampilan dan
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan (Depdiknas 2008). Sebuah bahan ajar
hendaklah memiliki kapasitas dari pencapaian
kompetensi. Sagala (2009) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan
secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan
dari bahan yang telah dipelajari. Pengertian ini
mengatakan bahwa belajar merupakan usaha
untuk menemukan sesuatu dari bahan ajar.
Dengan adanya bahan ajar, siswa dapat belajar
mandiri di rumah sebelum mempelajari materi
tersebut bersama guru di sekolah.
Kenyataan yang ditemui di lapangan
menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan
selama ini belum mampu membantu siswa untuk
mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan
kehidupan nyata mereka. Bahan ajar tersebut
berupa buku teks yang tersedia di perpustakaan
sekolah. Buku tersebut juga belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pemahamannya sendiri dan mereka juga belum
dituntun untuk menemukan suatu konsep, karena
konsep sudah diberikan secara utuh. Hal tersebut
mengakibatkan
mereka
lebih
cenderung
menghafal suatu konsep daripada memahaminya.
Jika hal ini terus dibiarkan maka siswa tidak
akan terbiasa untuk menemukan dan menerapkan
sendiri ide-ide yang mereka miliki dan tidak
mengetahui kaitan antara materi yang mereka
pelajari dengan kehidupan nyata mereka. Dengan
demikian perlu dilakukan inovasi pembelajaran
yang
dirancang
agar
siswa
terbiasa
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan
mengaitkan meteri yang mereka pelajari dengan
kehidupan nyata mereka. Salah satu cara yang
dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan
bahan ajar berupa handout matematika berbasis
kontekstual. Bahan ajar ini dirancang dengan
desain isi, warna, dan tampilan gambar yang
menarik untuk memotivasi siswa dalam belajar.
Uraian materi dan kegiatan pembelajaran
mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya.
Riduwan (2009: 200) menyatakan bahwa
”motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam
belajar, karena motivasi akan menentukan
intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh
siswa”. Dengan adanya usaha siswa untuk belajar
maka siswa akan mampu mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dan menemukan suatu konsep
dengan bantuan handout matematika berbasis
kontekstual.
Handout matematika berbasis kontekstual
berisi materi pelajaran, kegiatan siswa dan latihan.
Handout matematika berbasis kontekstual mampu
membantu siswa mengaitkan materi yang mereka
pelajari dengan kehidupan nyata mereka,
mengarahkan siswa untuk dapat membangun
sendiri pengetahuannya dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri sehingga pengetahuan
yang mereka peroleh tersebut dapat bertahan lama
dalam ingatan mereka. Permasalahan yang ingin
dijawab melalui jurnal ini adalah “bagaimana
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
dengan menggunakan handout matematika
berbasis kontekstual pada materi bangun ruang
sisi datar?”. Permasalahan yang dibahas dalam
jurnal ini telah dikaji dalam penelitian.
METODE PENELITIAN
Handout ini dikembangkan dengan model
4-D (four-D models). Model ini terdiri dari empat
tahap pengembangan yaitu: pendefinisian
(define), perancangan (design), pengembangan
(develop), dan penyebaran (disseminate). Dalam
penelitian ini hanya dilakukan penelitian dari
tahap define (pendefenisian) sampai tahap develop
(pengembangan).
83
HASIL PENELITIAN
Penyusunan isi handout dilakukan
berdasarkan hasil analisis kurikulum dan konsep
pada materi bangun ruang sisi datar. Materi yang
dikembangkan pada handout matematika berbasis
kontekstual
berpedoman
pada
komponen
kontekstual yakni konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, permodelan,
refleksi, dan penilaian autentik, sehingga siswa
lebih aktif mengungkapkan ide yang mereka
miliki. Desain handout matematika berbasis
kontekstual
dibuat
dengan
menggunakan
Microsoft Word dan bantuan Corel Draw.
handout matematika berbasis kontekstual
dirancang dengan warna ungu. Warna ungu
digunakan karena dapat menambah kekuatan
imajinasi, kreatif, dan menambah inspirasi. Huruf
dalam handout matematika berbasis kontekstual
diketik dengan menggunakan huruf jenis Comic
Sans MS yang terkesan lebih santai, akrab, tidak
kaku, dan sesuai dengan tingkat usia peserta didik
kelas VIII. Isi handout dirancang dan
dikembangkan mengacu pada prinsip kontekstual.
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas,
uji praktikalitas, dan uji efektivitas handout
matematika berbasis kontekstual. Berikut
merupakan hasil rata-rata validitas handout
matematika berbasis kontekstual.
Hasil
validitas
secara
keseluruhan
menunjukkan bahwa handout matematika
berbasis kontekstual dikategorikan sangat valid
dan layak digunakan.
Setelah memperoleh handout matematika
berbasis kontekstual yang layak digunakan,
selanjutnya dilakukan uji coba terbatas. Data
praktikalitas handout matematika berbasis
kontekstual diperoleh dari lembar observasi
ketelaksanaan handout, angket kepraktisan, dan
wawancara. Dari hasil observasi diperoleh bahwa
handout matematika berbasis kontekstual praktis
dilaksanakan, waktu yang digunakan untuk setiap
langkah pembelajaran efektif, siswa mudah
menggunakan dan mengerjakan tugas pada
handout, serta guru dapat membimbing siswa
dalam pembelajaran. Dari hasil angket
kepraktisan diperoleh handout mudah digunakan
dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
tugas dan kegiatan yang ada pada handout sudah
mencukupi. Dari hasil wawancara diperoleh
informasi bahwa handout matematika berbasis
kontekstual mudah digunakan dan mampu
membantu guru mengefektifkan waktu dalam
pembelajaran. Secara keseluruhan handout
matematika berbasis kontekstual sudah praktis
digunakan dalam pembelajaran matematika.
Selanjutnya dari data efektivitas diketahui
bahwa handout matematika berbasis kontekstual
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
belajar yang dicapai siswa dikaitkan dengan
KKM. Dari 30 siswa yang mengikuti tes, terdapat
26 orang siswa (86,7%) yang memperoleh nilai
lebih atau sama dengan KKM yang ditetapkan
sekolah. Artinya 26 orang siswa tersebut
dikatakan tuntas untuk belajar. Sedangkan 4 orang
siswa lainnya (13,3%) memperoleh nilai dibawah
KKM dan mereka dikatakan belum tuntas dalam
belajar.
PEMBAHASAN
Materi bangun ruang sisi datar termasuk
pada bagian geometri. Materi bangun ruang sisi
datar di kelas VIII SMP merupakan Standar
Kompetensi (SK) yang ke-5 yaitu: Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagianbagiannya, serta menentukan ukurannya. Berikut
kompetensi dasar SK yang ke-5 dalam PERMEN
22 TH 2006:
1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok,
prisma dan limas serta bagian-bagiannya
2. Membuat jaring-jaring kubus, balok,
prisma dan limas
3. Menghitung luas permukaan dan volume
kubus, balok, prisma dan limas
Menurut siswa materi ini masih sulit mereka
pahami. Hal ini disebabkan karena pada
pembelajaran bangun ruang sisi datar di sekolah
dasar mereka cenderung menghafal rumus tanpa
tahu dari mana rumus tersebut diperoleh. Mereka
memperoleh pengetahuan dari penjelasan guru
tanpa terlibat langsung dalam pembelajaran. Hal
ini mengakibatkan pengetahuan yang mereka
peroleh tidak bertahan lama dalam ingatan
mereka.
Satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri
84
pengetahuan di dalam pikirannya. Siswa harus
dilibatkan secara aktif dalam menggali informasi
untuk memperoleh pengetahuan bagi diri mereka
sendiri.
Melalui pemberian handout matematika
berbasis kontekstual kepada siswa, seorang guru
dapat melatih siswa untuk mengaitkan materi
yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata
mereka, mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
dan menemukan suatu konsep. Hal tersebut dapat
dilakukan siswa dengan mengerjakan kegiatan
pembelajaran yang disajikan pada handout
matematika berbasis kontekstual. Dengan
demikian, pengetahuan yang mereka peroleh
dapat bertahan lama dalam ingatan mereka.
Materi pada handout matematika berbasis
kontekstual diawali dengan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Sumber belajarnya adalah
lingkungan rumah dan sekolah sehingga
memancing rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat
dilihat pada salah satu materi yang disajikan
dalam handout matematika berbasis kontekstual
yaitu pada indikator menghitung luas permukaan
kubus. Pada awal pembelajaran siswa dihadapkan
pada masalah dalam kehidupan sehari-hari yaitu
menghitung luas permukaan kotak kue yang
berbentuk kubus. Kemudian siswa dibimbing
untuk menemukan konsep luas permukaan.
Setelah itu siswa diminta untuk menentukan
rumus luas permukaan kubus berdasarkan konsep
awal yang telah mereka miliki.
Selain digunakan dalam pembelajaran
bersama guru di sekolah, handout ini juga dapat
membantu siswa dalam belajar mandiri di rumah.
Trianto (2010: 113) menyebutkan bahwa, “Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan
bergelut
dengan
ide-ide”.
Dalam
pembelajaran, guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus mengkonstruksi dan menemukan
pengetahuan mereka sendiri. Guru dapat
memberikan kemudahan kepada siswa dengan
memberi kesempatan kepada mereka untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri.
Siswa akan termotivasi dalam belajar ketika
mereka terlibat langsung dalam pembelajaran.
Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sardiman
(2006:97) memberikan penjelasan bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,
dan dengan bekerja sendiri. Jadi, siswa tidak
hanya menerima penjelasan dari guru, tetapi
menggali sendiri sehingga mereka memperoleh
pengetahuan baru melalui kegiatan yang mereka
lakukan sendiri. Handout dapat membantu
pembelajaran menjadi lebih baik. Pembelajaran
yang dilaksanakan tidak lagi berpusat pada guru
(teacher centered) tapi berpusat pada siswa
(student centered).
Pembelajaran dengan handout matematika
berbasis kontekstual merupakan usaha penyeleng
garaan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum
beralih kepada unit berikutnya. Siswa dapat
belajar mandiri sebelum mempelajari materi pada
handout tersebut bersama dengan guru di sekolah.
Pada saat pembelajaran menggunakan
handout di sekolah, guru mengorganisasikan
siswa untuk belajar melalui kerjasama dengan
teman sebangku untuk meyelidiki masalah secara
bersama.
Selanjutnya
guru
memberikan
pertanyaan kepada siswa yang membuat mereka
berpikir tentang masalah tersebut dan bagaimana
memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong
pertukaran ide atau gagasan secara bebas dan
menyimpulkan pengetahuan yang telah mereka
peroleh secara bersama-sama.
Handout harus disusun secara terstruktur
dan terencana dengan memperhatikan tujuan
pengajaran dan menentukan materi yang
dikembangkan. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan guru diperoleh bahwa,
handout matematika berbasis kontekstual mudah
digunakan dan mampu membantu guru dan siswa
dalam mempelajari materi bangun ruang sisi
datar. Desain handout matematika berbasis
kontekstual sudah bagus dan sederhana. Seluruh
siswa yang mengikuti uji coba menyukai desain
handout. Menurut mereka isi, warna, dan
tampilan gambar yang terdapat pada handout
menarik sehingga mereka tertarik untuk
mempelajari materi yang terdapat pada handout
tersebut. Selain itu, handout matematika berbasis
kontekstual dapat membantu guru dalam
85
mengefektifkan waktu karena siswa telah
mempelajari materi tersebut terlebih dahulu di
rumah sebelum mempelajarinya di sekolah.
Dalam
pembelajaran
di
sekolah,
penggunaan handout tidak menemui kendala yang
berarti. Pada akhir pembelajaran dilakukan tes
hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diperoleh
siswa bergantung pada tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Untuk mengetahui
seberapa berhasil siswa dalam belajar perlu
dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar.
Sebagaimana diungkapkan oleh Arikunto (2001:
25)
bahwa
”Evaluasi
adalah
kegiatan
mengumpulkan data untuk mengukur sejauh mana
tujuan sudah tercapai”. Jadi, evaluasi berfungsi
untuk
mengetahui
sejauh
mana
tujuan
pembelajaran dapat dicapai siswa.
Hasil pengolahan data tes hasil belajar siswa
yang diikuti oleh seluruh siswa kelas VIII2 SMP
Negeri 1 Banuhampu yang berjumlah 30 orang
menunjukkan hasil belajar yang dicapai siswa
(setelah menggunakan handout matematika
berbasis kontekstual) berada pada kategori baik.
Dari 30 orang siswa yang mengikuti ulangan
harian hanya 4 siswa (13,3%) yang nilainya masih
dibawah KKM yaitu 70. Dapat disimpulkan
persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada
materi segitiga dan segiempat mencapai 86,7%.
Hal ini menunjukkan penggunaan handout
matematika berbasis kontekstual efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kajian dalam pembahasan
dapat disimpulkan bahwa handout maetmatika
berbasis kontekstual dapat melatih siswa dalam
mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan
kehidupan nyata mereka, mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dan menemukan suatu konsep.
Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh
siswa akan bertahan lama. Siswa akan lebih lama
mengingat materi yang telah dipelajarinya,
sehingga
mempermudah
siswa
dalam
memecahkan berbagai persoalan matematika.
Handout matematika berbasis kontekstual mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk itu disarankan kepada guru
matematika
di
sekolah
agar
dapat
mengembangkan handout matematika berbasis
kontekstual pada materi lain yang masih dirasa
sulit bagi siswa baik berupa bahan ajar cetak
maupun non cetak untuk mengoptimalkan
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang
dipelajari. Selain itu disarankan kepada guru dan
peneliti lainnya agar lebih banyak memberikan
soal-soal yang menantang bagi siswa seperti soalsoal berpikir kritis. Sehingga siswa terbiasa untuk
menyelesaikan masalah matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan (edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Riduwan. 2009. Belajar Penelitian untuk Guru,
Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfebeta.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar.
Bandung: Alfabeta.
Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
86
Download