(hlt) pada materi sifat ko - Jurnal Universitas Serambi Mekkah

advertisement
Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016
ISSN : 2337 - 8085
PROFIL KEMAMPUAN ANALISIS RESPON SISWA SEKOLAH MENENGAH
ATAS MELALUI HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY (HLT) PADA
MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Said Ali Akbar
Pendidikan Kimia Universitas Serambi Mekkah
Email: [email protected]
ABSTRAK
Sering sekali siswa mengalami kesulitan dalam belajar, terlebih untuk
pembelajaran kimia yang dinilai topik berkhayal. Materi sifat koligatif larutan
merupakan mata pelajaran kimia yang banyak mempelajari konsep yang
abstrak. Implementasi HLT oleh guru dirasa sangat baik, karena pada
instrumen ini guru mendasari pemikiran untuk memilih desain alur
pembelajaran khusus, yang mana hasil belajar optimal pun dapat dicapai
sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengenali profil respon siswa
terhadap materi sifat koligatif menggunakan HLT. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan dengan melihat respon siswa yang muncul berdasarkan prediksi
respon yang telah disediakan. Selanjutnya, melalui analisis skor tes
kemampuan siswa, untuk aplikasi analisis aktivitas belajar, juga penilaian
Keterampilan Proses Sains (KPS). Hasil yang diperoleh, respon yang muncul
sesuai dari total prediksi sebesar 76%, hanya 12% diluar dari prediksi respon.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa didaktis yang disajikan guru sebagai
lintasan belajar siswa telah cukup baik. Selanjutnya, penelusuran KPS siswa
melalui penggunaan HLT menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Selain itu,
aktivitas belajar siswa secara visual, oral, dan motor menunjukkan nilai yang
cukup optimal yaitu 90%, 78%, dan 80%.
Kata-kata kunci: Respon siswa, HLT, Koligatif
PENDAHULUAN
Guru sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik diibaratkan sebagai orang tua
kedua bagi peserta didiknya, yang dengan penuh semangat mengajarkan berbagai hal
baru dan mengembangkan potensi (Hamdani. 2011). Namun, adanya kesulitan belajar
(Learning Obstacle) akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, sehingga siswa memiliki prestasi belajar yang rendah.
Kesulitan belajar ini bahkan dapat menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin
menimbulkan suatu keputusasaan sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti
di tengah jalan (W.S Winkel, 1983). Untuk hal itu, guru dituntut untuk merencanakan
sebuah pembelajaran yang dapat membantu peserta didik memahami pelajaran dengan
baik.
Materi sifat koligatif larutan merupakan mata pelajaran kimia yang banyak
mempelajari konsep yang abstrak. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami konsep materi ini, terbukti dari hasil ulangan yang banyak tidak mencapai
85
Said Ali Akbar
KKM (Mairisiska, T., Sutrisno., Asrial. 2014). Pembelajaran yang terjadi selama ini
cenderung ke arah menghafalkan definisi dan menyelesaikan rumus praktis tanpa
menggali pemahaman konsep yang sebenarnya. Kurangnya keaktifan siswa
menyebabkan mereka sulit memahami materi dan menyelesaikan soal-soal yang
membutuhkan pemahaman konsep, sehingga indikator-indikator yang ada dalam materi
sifat koligatif larutan ini tidak bisa tercapai dengan maksimal (Luoga, N, E.,
Ndunguru, P, A., and Mkoma, S, L. 2013 ).
Seringnya, materi sifat koligatif larutan berisi konsep atau teori dan hitungan
diajarkan dengan metode utama ceramah, eksperimen, tanya jawab ataupun latihan
bersama. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan
konsep sifat koligatif larutan baik teoritis maupun hitungannya, sehingga
memungkinkan terjadinya miskonsepsi (Luoga, N, E., Ndunguru, P, A., and Mkoma,
S, L. 2013) dan (Sheehan, Maria. 2010). Disisi lain, pelaksanaan praktikum pada materi
ini yang jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu karena kurangnya
waktu, tidak semua sekolah memiliki alat laboratorium yang lengkap, dan operasional
pelaksanaan praktikum membutuhkan biaya yang tinggi. Hal ini membuat siswa
cenderung merasa takut untuk memegang alat dan bahan kimia sehingga siswa kurang
fokus pada materi (Argandi. R., Martini, K S., dan Saputro, A, N, C. 2013).
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, guru perlu menyiapkan rancangan
suatu desain pembelajaran sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Desain
pembelajaran menggunaan Hypothetical Learning Trajectory (HLT) dirasa cocok
karena selain berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas sekaligus
sebagai suatu tindakan antisipatif terhadap kemungkinan masalah yang dihadapi oleh
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Wijaya, A. F. C. 2015).
Hypothetical Learning Trajectory (HLT) merupakan salah satu lintasan belajar
yang disediakan oleh guru yang didasari pada pemikiran untuk memilih desain
pembelajaran khusus, sehingga hasil belajar terbaik sangat mungkin dicapai untuk
mengkarakterisasi sifat refleksif dari rancangan pembelajaran dan pertimbangan
kesulitan belajar. HLT disusun berdasarkan tiga komponen yaitu: tujuan pembelajaran
secara langsung, kegiatan pembelajaran, dan hipotesis pembelajaran tentang prediksi
pemikiran atau respon siswa (Wijaya, A. F. C. 2015). Ketiga komponen HLT bersifat
fleksibel, guru dapat mengubah arah tujuan pembelajaran dan mengadaptasi kegiatan
pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan respon siswa yang muncul saat
kegiatan pembelajaran. Untuk itu Hypothetical Learning Trajectory ini dapat
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan jalan yang lebih baik
(Haryani, D. 2012).
HLT terdiri dari tujuan pembelajaran untuk siswa, rencana aktivitas
pembelajaran, dan dugaan dari proses pembelajaran di kelas. Pada waktu menyusun
dugaan proses pembelajaran di kelas, peneliti perlu memprediksi perkembangan
pengetahuan matematika di kelas dan pemahaman atau strategi siswa yang mungkin
muncul sebagaimana yang terjadi pada waktu kegiatan pembelajaran sesungguhnya
(Putri, R. I. I. 2012 ). Pada waktu mendesain aktivitas pembelajaran (instructional
activity), guru perlu membuat dugaan dan memperhatikan reaksi siswa dalam setiap
tahap dalam lintasan belajar yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Dugaan lintasan
belajar siswa (hypothetical learning trajectory) merupakan dugaan yang dikaji lebih
lanjut dari hari ke hari selama penelitian berlangsung berdasarkan rencana dalam
aktivitas-aktivitas pembelajaran (Putri, R. I. I. 2012).
86
Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016
ISSN : 2337 - 8085
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menggunakan HLT dalam
merancang suatu desain pembelajaran pada materi sifat koligatif larutan. Sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas, HLT juga dapat digunakan sekaligus
sebagai suatu tindakan antisipatif terhadap masalah yang timbul oleh siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Penyusunan implementasi HLT pada topik materi
tersebut, diharapkan agar guru maupun calon guru dapat mengetahui beragam
kemampuan siswa yang terbentuk saat diterapkan. Oleh karena itu, melalui penelitian
ini, diharapkan profil respon dan beragam kemampuan siswa pada pembelajaran kimia
untuk materi sifat koligatif larutan berbasis HLT dapat diidentifikasi dan dianalisis oleh
para calon guru, untuk kemudian dipetakan profil kemampuan calon guru tersebut
sebagai profil kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang guru.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMAN 10 Fajar harapan Banda Aceh. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. HLT digunakan sebagai instrumen
pembelajaran dan pengembangan beragam kemampuan siswa. Data diolah melalui dua
jenis analisis, yaitu: analisis kualitatif dengan melihat respon siswa yang muncul
berdasarkan prediksi respon yang telah disediakan, dan analisis skor tes kemampuan
siswa, untuk aplikasi analisis aktivitas belajar, juga penilaian KPS.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis respon siswa melalui hypothetical learning trajectory (HLT) terdiri dari
6 cakupan sub-materi pada 1 jenis materi pembelajaran Kimia sekolah menengah yaitu
topik sifat koligatif larutan. Terlihat pada Gambar 1, untuk setiap cakupan sub-materi,
lebih dari 50% respon yang muncul sesuai dengan prediksi respon awal. Ada 3 submateri yang menimbulkan respon diluar prediksi. Selanjutnya, perbandingan tipe
respon terhadap total prediksi respon menunjukkan 12% respon siswa yang muncul
diluar respon. Selain itu, respon yang muncul sesuai dari total prediksi sebesar 76%
(Gambar 2). Berdasarkan hasil tersebut, didaktis yang disajikan guru sebagai lintasan
belajar siswa telah cukup baik.
100
90
Persentase (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
Tipe Respon
Gambar 2. Perbandingan Tipe Respon terhadap Jumlah Prediksi. 1) Respon diluar
prediksi, 2) Respon yang tidak muncul, 3) Respon Muncul.
87
Said Ali Akbar
Analisis jenis pengetahuan siswa menggunakan teori Piaget dilakukan
berdasarkan komponen hipotesis proses belajar siswa yang muncul dalam
pembelajaran, berikut analisis respon siswa tersebut disajikan pada Gambar 3. Terlihat
bahwa, pengetahuan secara konseptual banyak digunakan oleh siswa sebesar 56%, dan
tidak ada satupun yang menggunakan pengetahuan faktual.
0%
Faktual
Prosedural
Prinsipal
Konseptual
28%
56%
16%
Gambar 3. Jenis Pengetahuan yang muncul secara teori Piaget dalam respon siswa.
Dalam kasus ini, pada jenis pengetahuan berupa prinsip dan konsep, siswa
cenderung berpikir secara kongkret. Namun disisi lain, siswa lebih mengedepankan
kemampuan berpikir formal ketika berhadapan dengan jenis pengetahuan berupa
prosedur (Gambar 4).
28%
Konkret
Formal
72%
Gambar 4. Tahapan operasional berpikir yang muncul dalam respon siswa.
Selanjutnya, penelusuran KPS siswa melalui penggunaan HLT didapatkan bahwa
aspek keterampilan mengklasifikasikan dan mengkomunikasikan menunjukkan nilai
yang cukup tinggi yaitu 82% dan 81% (Gambar 5). Dalam hal ini, kedua aspek tersebut
tidak lepas dari kesigapan guru dalam menyajikan pembelajaran. Disisi lain, guru telah
mempertimbangkan kemungkinan respon siswa yang berorientasi, sehingga kedua
keterampilan tersebut berkembang secara optimal. Sementara itu, keterampilan siswa
dalam menafsirkan dan menerapkan konsep menunjukkan nilai sedikit lebih rendah,
yaitu 69% dan 72%. Hal ini dapat disebabkan perencanaan yang belum efektif,
sehingga keterampilan ini dianggap belum optimal berkembang.
88
Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016
ISSN : 2337 - 8085
100
90
80
Persentase (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
Aspek KPS
Gambar 5. Profil Aspek KPS Siswa; 1. Mengklasifikasikan, 2. Menafsirkan, 3.
Menerapkan Konsep, 4. Mengomunikasikan.
Profil tentang aktivitas belajar siswa telah dirangkum pada Gambar 6. Aktivitas
ini dilakukan secara berkelompok. Hasilnya, aktivitas secara visual, oral, dan motor
menunjukkan nilai yang cukup optimal yaitu 90%, 78%, dan 80%. Aktivitas yang
efisien dari visual dan oral terdorong dari efektifnya bantuan/perhatian guru saat
menanggapi dan menangani respon siswa yang muncul. Namun, aktivitas motor tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh media yang digunakan, dalam hal ini, proses eksperimen
secara berkelompok cukup berkontribusi. Karena umumnya terbantu dengan
Selanjutnya perlu adanya kegiatan individu untuk mengoptimalkan aktivitas menulis.
Dalam hal ini, secara berkelompok, aktivitas menulis menunjukkan nilai yang belum
optimal.
100
Persentase (%)
80
60
40
20
0
Visual
Oral
Writing
Motor
Aspek Aktivitas Belajar
Gambar 6. Profil aspek aktivitas belajar siswa.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian ini, berbagai profil yang telah diperoleh melalui proses
pembelajaran kimia dengan topik sifat koligatif larutan yang didesain secara HLT,
dapat mendorong calon guru maupun tenaga pendidik untuk dapat mempersiapkan
89
Said Ali Akbar
pembelajaran yang lebih efektif bagi peserta didiknya. Dalam hal memperbaiki
masalah belajar yang dialami siswa dan dapat mengembangkan kemampuan belajar
mereka.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Argandi. R., Martini, K S., dan Saputro, A, N, C. 2013. Pembelajaran Kimia Dengan
Metode inquiry Terbimbing Dilengkapi Kegiatan Laboratorium Real dan
Virtual Pada Pokok Bahasan Pemisahan campuran, jurnal Pendidikan Kimia,
2(2): 119 – 124
Haryani, D. 2012. Profil Berpikir Kritis Siswa SMA dengan Gaya Kognitif Field
Independen dan Berjenis Kelamin Laki-Laki dalam Memecahkan Masalah
Matematika, Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret, 152-282.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ichsan. 2009. Mempertimbangkan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dalam
Pembelajaran PAI. Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyahi, 1(1): 6 21.
Luoga, N, E., Ndunguru, P, A., and Mkoma, S, L. 2013. High School Student’s
Misconception aboutColligative Properties in Chemistry, Tanzia Journal of
Natural & Aplied Sciences, 4(1) : 575-581.
Mairisiska, T., Sutrisno., Asrial. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berbasis TPACK pada Materi Sifat Koligatif Larutan untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Edu-Sains, Volume 3, No 1.
Putri, R. I. I. 2012. Pendisainan Hypotetical Learning Trajectory (HLT) Cerita Malin
Kundang Pada Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional
Matematika Dan Pendidikan Matematika Fmipa UNY, 1 – 9.
Sartika, S. B. 2015. Analisis Keterampilan Proses Sains (Kps) Mahasiswa Calon Guru
dalam Menyelesaikan Soal Ipa Terpadu, Prosiding Seminar Nasional FKIP
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 28 – 33.
Sheehan, Maria. 2010. Identification of difficult topics in the teaching and learning of
Chemistry in Irish schools and the development of an intervention programme
to target some of these difficulties, Tesis, University of Limerick Ollscoil
Luimnigh.
Wijaya, A. F. C. 2015. Profil Kemampuan Analisis Respon Siswa melalui Hypothetical
Learning Trajectory (HLT) sebagai Instrumen Pembelajaran dalam
Pengembangan Beragam Kemampuan Siswa. Prosiding SNIPS Institut
Teknologi Bandung, 185 – 188
W.S Winkel, 1983, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
90
Download