1 PENGANTAR Humor merupakan salah satu “kebutuhan pokok” hidup manusia. Humor beredar disegala lapisan masyarakat, dinikmati semua umur, dan terus berkembang dalam segala zaman. Humor mempunyai kemampuan besar untuk kebaikan bila dapat dihidupkan dalam situasi masyarakat yang sedang buruk. Humor biasanya akan mampu membebaskan orang dari beban kecemasan, kebingungan dan kesengsaraan. (Hartanti dan Rahaju, 2002). Disamping itu penggunaan humor untuk merangsang tertawa merupakan obat yang mujarab untuk penyakit. Seorang dokter dari Universitas Maryland di Baltimore, Michael Miller, melakukan penelitian khusus terhadap hubungan ini. Di hadapan pertemuan Asosiasi Jantung Amerika Serikat, Miller mengungkapkan bahwa tertawa bisa menghasilkan suatu zat kimia yang dapat melancarkan peredaran pembuluh darah. (http://www.freelists.org). Di tengah masyarakat yang tertekan, humor bisa menjadi semacam katup pelepas. Di sini humor tidak lagi sekedar “memproduksi” tawa, tetapi justru membawa pemikiran tertentu hilang atau terbebas dari pemikiran – pemikiran yang membebani. Dengan humor jiwa individu akan menjadi sejahtera (Hartanti, 2002). Pada suatu titik kehidupan, semua orang pernah dilanda masalah. Masalah menghampiri setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, ataupun status yang ada pada diri seorang individu 2 Setiap individu memiliki cara – cara yang berbeda dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi. Ada yang menyikapi dengan beranggapan masalah yang dihadapi sangat berat sehingga tidak ada pemecahan masalah, ada pula yang menyikapi dengan tenang, santai, tetap ceria dan bahkan menyikapinya dengan humor. Humor memiliki peranan tersendiri dalam membantu seseorang melalui kehidupan yang penuh dengan tantangan dan gejolak. Selera humor akan membantu seseorang menghadapi perubahan – perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, dapat memberikan rasa tenang, memberikan keseimbangan dan membantu seseorang menjadi lentur tanpa patah. Dengan selera humor seseorang dapat bertatap muka dengan situasi – situasi yang paling sulit dan dapat keluar tanpa cedera (Tjandra, 2006). Dari paparan di atas diketahui bahwasannya humor mempunyai berbagai manfaat yang dapat dimanfaatkan manusia termasuk didalamnya mahasiswa, dalam menjalani hidupnya. Dengan humor, mahasiswa dapat melawan kepenatan kuliah, kebosanan dalam mengerjakan tugas, bahkan memberikan energi baru dalam mensikapi masalah – masalah non akademik yang ada. Idealnya, mahasiswa memiliki sense of humor yang memadai untuk dapat menempuh studi serta menjalani kehidupan dengan lancar. Namun, berdasar pengamatan peneliti, banyak mahasiswa yang tidak memilki selera humor. Mahasiswa yang tidak memiliki selera humor cenderung lebih mudah mengalami masalah dibanding mahasiswa yang memilki selera humor. 3 Mahasiswa yang tidak memiliki selera humor akan mudah mengalami stres dan mudah cemas, begitupun sebaliknya (Observasi peneliti, 2002). Masalah pekerjaan, masalah studi, ataupun masalah – masalah lain yang dialami individu sering dikaitkan dengan stres. Humor merupakan salah satu cara mengatasi masalah – masalah (stres) semacam itu (www.pembelajar.com). Martin (Rachmaningrum 1999), berpendapat humor dapat digunakan sebagai salah satu stretegi manusia untuk mengatasi stres. Menurut Lazarus dan Lauinier (Rachmaningrum, 1999), stres bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakan. Stresor tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, bergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialami. Dengan kata lain bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu memandang suatu peristiwa. Stresor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini menentukan apakah stresor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilalaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul. Humor merupakan salah satu bentuk strategi coping yang menggunakan penilaian kognitif. Reaksi terhadap stres dipengaruhi salah satunya oleh bagaimana seseorang berpikir. Suatu reaksi akan menjadi hal yang positif bilamana individu juga 4 berpikir positif. Pikiran positif mengarah pada perilaku pemecahan masalah. Pikiran negatif terungkap dari pembenaran atas kegagalan atau penghindaran dari perilaku pemecahan masalah. Orang yang berpikir negatif disebut pesimis, sedangkan seseorang yang berpola pikir positif disebut optimis. Mempunyai pola pikiran positif akan membantu seseorang berpikir dengan lebih rasional (Abraham, 2006). Keaslian Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengangkat topik tentang hubungan antara sense of humor dengan berpikir positif pada mahasiswa. Ada beberapa penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya, yang mengangkat topik sense of humor dan berpikir positif. Salah satu penelitian yang mengangkat topik tentang berpikir positif adalah hubungan berpikir positif dengan prasangka sosial pada pemuda etnis melayu dan minang di pekanbarukebermaknaan hidup yang dilakukan oleh Mario Kempes (2005). Subyek penelitian adalah remaja dari etnis melayu dan minang. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara berpikir positif dengan prasangka sosial. Penelitian lain tentang berpikir positif adalah penelitian yang dilakukan oleh Nani Susmawati (2004). Subyek penelitian dengan judul hubungan antara konsep diri dengan berpikir positif ini adalah siswa SMU dengan kisaran usia antara 15 – 5 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan berpikir positif pada remaja. Hartanti dan Soerjantini Rahaju (2002) dari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, pernah meneliti peran sense of humor pada dampak negatif stres kerja. Subyek dari penelitian ini adalah dosen – dosen di lingkungan Universitas Surabaya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sense of humor tidak berkorelasi secara signifikan dengan dampak negatif stres kerja. Hal ini berarti tinggi rendahnya sense of humor seseorang tidak berkaitan dengan ada tidaknya dampak negatif stres kerja. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitian yang mengangkat topik tentang hubungan sense of humor dengan bepikir positif. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Tinjauan Pustaka A. Sense of Humor 1. Pengertian Sense of Humor Sense of humor dapat diartikan sebagai kemampuan melihat kejenakaan dalam kehidupan, sikap menghargai kejenakaan (Ecohols dan Shadily, 1984). Argyle (1982), berpendapat sense of humor merupakan kemampuan seseorang untuk tertawa dalam segala bentuk kekurangan, melihat sisi lain dari berpikir dan tertawa atas dirinya sendiri. Ditambahkan oleh Argyle (1982 ), sense of humor 6 adalah kemampuan seseorang untuk memahami serta menikmati apa yang ada pada sebuah lelucon. Senada dengan Argyle (1982 ), Miller (2004) berpendapat Sense of humor merupakan perbedaan kebiasaan setiap individu dalam berbagai macam jenis perilaku, pengalaman, mempengaruhi, sikap, dan kemampuan yang berkenaan dengan hiburan, humor, kelucuan.\ 2. Aspek – aspek Sense of Humor Menurut Thorson, Powell, dan Brdar (Miller, 2004), aspek – aspek dari sense of humor, antara lain : a. Menciptakan humor yaitu, membuat, menghasilkan humor dari buah pikiran sendiri, bukan sekedar mencontoh atau meniru. b. Mengatasi masalah dengan humor yaitu, penggunaan humor sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang menimpa diri seorang individu. c. Penghargaan terhadap humor yaitu, memberikan perhatian lebih terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan humor. d. Sikap menyenangi humor yaitu, menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan humor. 7 B. Berpikir Positif 1. Pengertian Berpikir Positif Berpikir positif itu merupakan suatu kesatuan cara berpikir sehat yang menyeluruh sifatnya. Mengandung gerak maju yang penuh dengan daya cipta atas unsur – unsur yang nyata dalam kehidupan manusia (Peale, 2006). Peale (1996), menambahkan berpikir positif adalah aplikasi langsung yang praktis dari teknik spiritual untuk mengatasi kekalahan dan memenangkan kepercayaan, keberhasilan, dan kesenangan. Sedangkan Albrecht (1980) berpendapat bahwa berpikir positif merupakan suatu pelengkap dari perhatian akan sesuatu hal yang positif dan menggunakan bahasa yang positif sebagai bentuk dari ekspresi pemikiran dalam diri seorang individu. 2. Aspek – aspek Berpikir Positif Dalam berpikir positif menurut Albrecht (1980), tercakup aspek - aspek sebagai berikut: a. Positive Expectation (harapan yang positif), yaitu melalukan sesuatu yang lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, pemecahan masalah, dan menjauhkan diri dari bayang – bayang tentang kegagalan, serta memperbanyak penggunaan kata – kata yang mengandung harapan. 8 b. Self affirmation (afirmasi diri), yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara lebih positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan individu yang lain. c. Non – judgmental talking (pernyataan yang tidak menilai), yaitu suatu pernyataan yang lebih dekat menggambarkan keadaan dari pada menilai keadaan. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan yang negatif terhadap sesuatu. d. Reality Adaptation ( penyesuaian diri terhadap kenyataan), yaitu mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri. Menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, kasihan diri, dan menyalahkan diri. Menerima masalah dan berusaha menghadapinya adalah merupakan salah satu ciri dari orang yang berpikir positif. Mereka menganggap masalah sebagai suatu bagian dari kehidupan yang harus dihadapi. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan menggunakan skala. Penelitian ini menggunakan dua macam skala sebagai alat pengumpul data, yaitu skala sense of humor dan skala berpikir positif. Skala disusun berdasarkan aspek – aspek yang terdapat pada masing – masing variabel penelitian yang telah diuraikan di atas. Aitem – aitem 9 pada skala terdiri atas aitem fovourable dan aitem unfavourable, baik pada skala sense of humor maupun skala berpikir positif. Hasil Penelitian Deskripsi data penelitian tiap – tiap variabel dalam penelitian ini, yaitu skala berpikir positif dan skala sense of humor, dapat dilihat dalam tabel berikut: Deskripsi data penelitian Variabel Berpikir positif Sense of humor X min 20 20 Hipotetik X max Mean 80 50 80 50 SD 10 10 X min 47 41 Empirik Xmax Mean 80 59.34 80 62.04 SD 5.23 6.60 Uji Asumsi Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi merupakan syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengetesan terhadap nilai korelasi antara skala berpikir positif dengan skala sense of humor. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows. a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel penelitian yang ada, yaitu variabel berpikir positif dan sense of humor, telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas terhadap variabel berpikir positif dan variabel sense of humor dilakukan dengan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dalam program komputer SPSS 13.0 for Windows. Data uji normalitas yang diperoleh, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : 10 Hasil uji normalitas N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences senseofhumor berpikirpositif Mean 50 62,0400 50 59,3400 Std. Deviation Absolute 6,60229 ,141 5,23961 ,139 ,141 -,103 ,999 ,126 -,139 ,983 ,271 ,288 Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Dari table di atas, menunjukkan bahwa hasil sebaran skor untuk variabel berpikir positif adalah normal ( K-SZ = 0.983; p = 0.288 > 0.05 ). Sama seperti variabel berpikir positif, hasil sebaran skor pada variabel sense of humor menunjukkan hasil normal ( K-SZ = 0.999; p = 0.271 > 0.05 ). b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah hubungan antar variabel dalam hal ini variabel berpikir positif dan variabel sense of humor, apakah mengikuti garis linear atau tidak. Uji linearitas yang dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 13.0 for Windows menghasilkan data sebagai berikut : senseofhumor * berpikirpositif Between Groups (Combined) Linearity Deviation from Linearity F Sig. 2,032 ,042 20,074 ,000 ,829 ,641 Within Groups Total Berdasarkan tabel dari hasil ujilinearitas di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel berpikir positif dengan variabel sense of humor 11 mengikuti garis linier. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F = 20.074 dan p = 0.000 ( p < 0.05 ). Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari program komputer SPSS 13.0 for Windows, menghasilkan data sebagai berikut : senseofhumor berpikirpositif senseofhumor berpikirpositif Pearson Correlation 1 ,554(**) Sig. (1-tailed) N Pearson Correlation Sig. (1-tailed) 50 ,554(**) ,000 N 50 ,000 50 1 50 Tabel uji hipotesis di atas menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel berpikir positif dengan variabel sense of humor adalah sebesar 0.554 dan p = 0.000 ( p < 0.01 ). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel berpikir positif dengan variabel sense of humor pada mahasiswa Pembahasan Penelitian ini, dilihat dari hasil – hasil pengujian yang ada, membuktikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel berpikir positif dengan variabel sense of humor. Hal tersebut berarti mahasiswa yang cenderung berpikir positif maka semakin tinggi tingkat sense of humor mahasiswa tersebut. Seorang individu yang memiliki cara berpikir positif, maka akan terus menghasilkan buah pikiran yang positif pula, sekaligus menghimpun harapan, 12 rasa optimis, dan daya cipta. Orang berpola pikir positif memandang setiap kesulitan dengan cara gamblang dan polos. Dia tidak akan terpengaruh,hingga menyebabkan berputus asa dalam menghadapi tantangan. Demikian pula, dia tidak akan mencari dalih untuk bisa mengelakkan diri dari kesulitan itu (Peale, 2006). Data menunjukkan bahwa variabel berpikir positif memiliki sumbangan efektif terhadap variabel sense of humor sebesar 30,6%. Hal ini berarti bahwa berpikir positif mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap adanya sense of humor. Argyle (1982), berpendapat bahwa humor merupakan suatu hasil pemikiran yang positif ketika seseorang berkata atau melakukan sesuatu yang tidak pantas, tidak diduga – duga atau sesuatu yang abstrak atau hal yang terjadi karena beberapa alasan lain dan membuat orang – orang tertawa Fungsi humor yang paling penting dan paling fundamental adalah kekuatannya untuk membebaskan diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalam kehidupan sehari – hari. Humor dapat melepaskan individu dari berbagai tuntutan yang dialami d1an dapat membebaskannya dari perasaan inferioritas. Bila digunakan secara cermat, humor dapat menciptakan suasana lebih rileks, memacu komunikasi pada persoalan – persoalan sensitif, menjadi sumber wawasan suatu konflik, membantu mengatasi pola sosial yang kaku dan formal, serta mempermudah pengungkapan perasaan atau impuls dengan cara aman dan tidak mengancam. 13 Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, ketrampilan untuk menciptakan humor, kemampuan menghargai dan menanggapi humor, serta kemampuan menaggapi orang – orang yang humoris (Hartanti dan Rahaju, 2002). Subjek dalam penelitian ini yang keseluruhannya adalah mahasiswa, rata – rata memiliki tingkat sense of humor yang cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena rata – rata subjek memiliki pola berpikir positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang ada. Penelitian ini memberikan wacana baru dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi. Korelasi yang ditunjukkan dalam penelitian ini cukup tinggi yaitu sebesar 0.554. Sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen yaitu sebesar 30.6%. Ini berarti bahwasannya berpikir positif mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat sense of humor dalam diri seseorang. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan bahwasannya sense of humor dapat ditingkatkan melalui sarana berpola pikir positif. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data pada Tabel uji hipotesis yang menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel berpikir positif dengan variabel sense of humor adalah sebesar 0.554 dan p = 0.000 ( p < 0.01 ), dapat disimpulkan bahwasannya ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel berpikir 14 positif dengan variabel sense of humor pada mahasiswa. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, yaitu Ada hubungan positif antara berpikir positif dengan sense of humor pada mahasiswa, diterima. B. Saran Penelitian ini disadari masih jauh dari kata sempurna. Dalam penelitian ini tentunya masih banyak kekurangan sehingga peneliti merasa perlu memberikan saran – saran membangun yang ditujukan kepada beberapa pihak supaya manfaat yang diperoleh lebih komprehensif dan aplikatif. Saran untuk mahasiswa agar dapat lebih mengembangkan pola berpikir positif sebagai sarana peningkatan sense of humor. Sense of humor yang ada pada diri mahasiswa dapat dijadikan suatu cara untuk membantu mahasiswa dalam menghadapi masalah yang dialami, baik masalah akademik maupun non akademik. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengingat masih banyak hal yang dapat diungkap dari penelitian ini dan tentunya akan bermanfaat bagi kita semua. Saran untuk masyarakat pada umumnya supaya menjadikan pola berpikir positif sebagai salah satu pondasi dalam kehidupan sehingga dapat tercipta masyarakat yang lebih baik, lebih berpikir positif dalam menjalani hidup yang akan mewujudkan bangsa yang besar. . 15 DAFTAR PUSTAKA Albrecht, K. 1980. Brain Power : Learn to Improve Your Thinking Skill. New Jersey : Prentice Hall Inc. Englewood Gillffs. Argyle, M. 1982. The Psychology of Happiness. British Library Cataloguing in Publication Data. Abraham, A. 2006. Mengupas Kepribadian Anda, Cari Tahu Karakter Anda : Realitas, Investigasi, Artistik, Bisnis, Sosial, Konvensional, atau......... (Terjemahan Anindito Aditomo dan Yudith Djajapurusa ). Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Echols, J. M. dan Shadily, H. 1984. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia Freelist. Tertawalah Sebelum Penyakit Menyerang Jantung. http://www.freelists.org/archives/kepalabatu/01-2002/msg00029.html. 14/12/2006. Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Dukungan Sosial Pada Tingkat Depresi Penderita Dewasa Pascastroke. Anima, Indonesian Psychological Journal. Hartanti dan Rahaju. 2003. Peran Sense of Humor Pada Dampak Negatif Stres Kerja. Anima, Indonesian Psychological Journal. Miller, D. M. 2004. The Correlation Between Sense of Humor and Mental Health. http : //MWSU.com. 28/01/2006. Peale, N. V. 1996. Berpikir Positif ( Terjemahan ). Jakarta : Bina Rupa Aksara. Peale, N. V. 2006. Kiat Mempertahankan Prinsip Hidup dan Berpikir Positif ( The Positif Principle Today, Terjemahan Joko K. ). Yogyakarta : Penerbit Media Abadi. 16 Rachmaningrum, I. S. 1999. Hubungan antara Sense of Humor dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan ganda. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjagmada. Timotheus, Y. 2005. Seandainya Semua Orang Berpikir Positif. http ://BSPT.com . 14/12/2006. Tjandra, S. H. 2006. Look Who’s Laughing : Tertawalah Sebelum Anda Termotivasi. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. www. pembelajar .com