ANALISA DAMPAK VUCA WORLD UNTUK DIJADIKAN DASAR PENERAPAN TALENT MANAGMENT Di susun oleh : Muhamad Ganjar Gozali NPM 148030012 Program Magister Pasca Sarjana Teknik Industri Universitas Pasundan - 2014 1 Abstraksi : Dalam menghadapi tantangan usaha yang semakin ketat akan kualitas pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan pada lingkungan VUCA World. Maka perusahaan menerapkan strategi talent managment terhadap sumber daya manusia yang dikelolanya. Dengan manajemen talenta, perusahaan akan mendapatkan jumlah SDM yang bertalenta dan berkualitas sehingga penyelenggaraan proyek yang efektif, efesien bisa tercapai. Penelitian ini dialkukan dengan metoda ANP, dengan proses pengumpulan data dengan cara pengisian quesioner oleh praktisi berpengalaman. Kondisi yang perlu diprioritaskan dalam situasi VUCA World adalah Uncertainty dengan nilai 0,526. Kompetensi utama pada SDM yang sesuai SKKNI dan diprioritaskan supaya bisa menghadapi VUCA World adalah kompetensi pelaksanaan proyek dengan nilai 0,607. Kompetensi pendukung untuk inisiasi proyek, yang menjadi prioritas adalah mengelola inisiasi proyek dengan nilai 0,717. Kompetensi perencanaan proyek, yang menjadi prioritas adalah mengelola perencanaan proyek dengan nilai 0,770. Kompetensi pelaksanaan proyek, yang mengarahkan pelaksanaan proyek dengan nilai menjadi prioritas 0,607. adalah Kompetensi pengawasan & pengendalian proyek, yang menjadi prioritas adalah melakukan audit & pengelolaan perubahan proyek dengan nilai 0,563. Kompetensi serah terima proyek, yang menjadi prioritas adalah melakukan testing & commisioning dengan nilai 0,792. Kata Kunci : VUCA World, Talent Managment, Analisis Network Proces I.1 Latar Belakang Dasar pemikiran dari permasalahan SDM yang akan peneliti jadikan topik penelitian, berawal dari permasalahan yang peneliti hadapi di kantor 2 tempat peneliti bekerja. Berbagai macam metoda serta prosedur kerja telah disusun dan diimplementasikan tetapi selalu berujung dengan tidak tercapainya target yang ditetapkan. Target yang dimaksud adalah proses penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam kontrak dengan konsumen sehingga berdampak negatif pada pencapaian target perolehan pendapatan perusahaan. Dampak lainnya dari tidak tepat waktunya penyelesaian proyek adalah hilangnya atau berkurangnya kepercayaan konsumen serta kesempatan kita untuk bisa mendapatkan proyek yang lebih luas dan besar sehingga menjadi kerugian perusahaan juga. Beruntungnya perusahaan ini mempunyai kontrak mitra kerja selama 3 (tiga) tahun dengan BUMN telekomunikasi PT. TELKOM, sehingga perusahaan mendapatkan kepastian pengerjaan proyek selama kontrak berlangsung. Jadi hilangnya pendapatan peruahaan akibat tidak tercapainya waktu penyelesaian proyek tidak akan terjadi, keterlambatan penyelsaian proyek hanya mengakibatkan nilai perfomansi perusahaan yang akan turun. Aturan mendapatkan proyek yang tercantum dalam kontrak kerja kami dengan konsumen dinilai berdasar pada nilai perfomansi perusahaan. Salah satu penilaian utamanya adalah ketepatan waktu penyelesaian proyek. Perusahaan ini bernama PT. Santosa Adi Perkasa (PT. SAP) adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi khususnya di bidang jasa penggelaran kabel serat optik berlokasi di kawasan niaga Metro Indah Mall blok H No. 9 Jl. Soekarno Hatta No. 590 Bandung. Perusahaan ini sudah terdaftar sebagai salah satu mitra nasional PT. TELKOM. Dalam kemitraan ini, PT. SAP dituntut untuk melakukan penggelaran kabel optik (Oustside Plant/OSP) secara tepat waktu, tepat kualitas sesuai dengan 3 standarisasi yang diatur dalam ketentuan kontrak kemitraan dan CIQS (Certified Insurance Quality System). Supaya setiap proyek OSP yang diadakan TELKOM tepat kualitas dan tepat waktu penyelesaiannya, maka setiap mitra kerja diwajibkan untuk mengikuti sertifikasi perusahaan atau yang dinamakan dengan CIQS (Certified Insurance Quality Service). Pada tahun 2013 PT. Santosa Adi Perkasa sudah mendapatkan CIQS berlaku selama 3 (tiga) tahun. Dan pada tahun 2016 bertepatan dengan berakhirnya masa sertifikasi, maka PT. SAP mengikuti kembali CIQS yang diselenggarakan TELKOM Professional Certiication Center (TELKOM PCC). Dalam, CIQS 2000 : 2009 diatur mengenai Standar Manual Mutu Perusahan dalam melaksanakan setiap pekerjaan di lingkungan TELKOM. Untuk melengkapi dokumen CIQS pada tahun 2016 ini, setiap perusahaan mitra TELKOM harus mengirimkan karyawannya sesuai dengan kompetensi karyawan tersebut untuk mengikuti sertifikasi SDM yang diselenggarakan TELKOM PCC. Sertifikasi kompetensi SDM yang wajib diikuti oleh mitra TELKOM diantaranya Sertifikasi Teknik Instalasi Fiber Optik (TIFO), Sertifikasi Design FTTx, Sertifikasi Pengawasan Kerja FTTx. Permasalahan penciptaan SDM yang berkualitas, sejak tahun 2014 pemerintah telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang berisi rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau kerahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatannya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Pengaturan SDM Indonesia yang berkualitas dilakukan pemerintah sebagai persiapan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2016. 4 SKKNI ini disusun oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ada pun SKKNI yang berhubungan dengan bidang penelitian ini adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 349 tahun 2014 tanggal penetapan 24 September 2014 dengan kategori jasa profesional, ilmiah dan teknis gabungan pokok kegiatan kantor pusat dan konsultasi manajemen pada jabatan kerja ICT Project Manager dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 717 tahun 2012 tanggal penetapan 28 Desember 2012 pada sektor teknologi informasi dan komunikasi, sub sektor komunikasi fiber optik, bidang keahlian teknisi instalasi fiber optik. Kedua Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengenai SKKNI bidang Project Manager dan Teknisi Instalasi Fiber Optik tersebut diberlakukan berdasar Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No. 24 tahun 2015 tanggal penetapan 24 Juni 2015. Dengan diberlakukannya SKKNI tersebut, maka seluruh pelaku bisnis kontraktor jaringan telekomunikasi fiber optik harus melakukan pemberdayaan SDM berdasar kompetensi yang diatur dalam kedua keputusan MENAKERTRANS tersebut. Dengan adanya peraturan dari TELKOM dan pemerintah mengenai penciptaan SDM yang berkualitas. Menambah keyakinan peneliti untuk mempersiapkan SDM berkualitas dengan cara pola rekrutmen dan pembinaan sehingga perusahaan bisa mempunyai kekuatan kompetisi yang diunngulkan yang dimiliki sendiri. Keyakinan peneliti lebih bertambah lagi sejak membaca sebuah artikel pada pojok karier yang dimuat surat kabar harian KOMPAS pada tanggal 4 Juni 2016 ditulis oleh Eillen Rachman & Billy Latuptty (Character Building Assesment & Training), yang berjudul “The New Normal” mengungkapkan bahwa “ ........kita sedang memasuki 5 kondisi VUCA yang berkelanjutan : volatility (perubahan yang cepat, besar dan dinamis), uncertainty ( ketika kita tidak mampu memprediksi situasi), complexity (berbagai isu yang saling tumpang tindih bahkan menimbulkan chaos), ambiguity (ketika realitas terlihat samar dan sulit diartikan). Bisa dikatakan bahwa dunia ini memang sudah berubah bentuk, penuh tantangan, penuh turbulensi yang berbentuk tuntutan pelanggan, harga yang ekstrem murah, persaingan, dan kompleksitas yang tidak pernah berhenti ........... Kalau dulu kita merasa bahwa dunia ini penuh “problem”, tuntutan, kecepatan, analisis, saat sekarang dunia sedang penuh dilema, yang membutuhkan kesabaran, sensemaking, dan enggagement lebih banyak. Pada akhirnya dunia VUCA yang terlihat sangat tidak nyaman dan penuh kejutan ini dapat ditransformasikan menjadi VUCA yang adaptif, yaitu vision - keyakinan bahwa kita mampu menciptakan masa depan sendiri, understanding - kekuatan untuk stop, look, dan listen, clarity - kemampuan untuk memahami dan berdiri tegak dalam chaos dan aglity - mengganti hierarki justru dengan keterhubungan dan network.” Dalam menciptakan SDM yang berkualitas, bertangung jawab dan adaptif dari setiap perubahan, salah satu strateginya adalah penerapan manajemen talenta. Dengan manajemen talenta, perusahaan akan mendapat SDM yang bertalenta sesuai dengan yang dibutuhkan. Sehingga perusahaan bisa mengelola jumlah SDM yang cukup secara jumlah dan berkualitas dalam menghasilkan efisiensi, efektifitas dan produktifitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Dengan demikian merekrut setiap individu yang memiliki keterampilan yang berbeda-beda merupakan hal yang sangat sulit bagi perusahaan. Dimulai dari tahapan mengidentifikasi individu yang cocok dengan budaya 6 perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mempelajari dan mengevaluasi setiap individu pada setiap kemampuan, bakat, kepribadian dan karakter yang berkaitan dengan kebutuhan perusahaan. Prosedur pemilihan sumber daya manusia yang efektif akan mampu mengidentifikasi keahlian calon pegawai atau pegawai dengan tepat. Bila berhasil mendapatkan individu yang lebih baik dari pesaing, maka akan didapatkan organisasi yang lebih baik dari pesaing sejenis lainnya. I.2 Perumusan Masalah Dilihat dari latar belakang masalah maka perumusan masalah dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana merancang model pemenuhan sumber daya manusia berbakat berdasarkan situasi VUCA World ? 2. Bagaimana cara menentukan prioritas untuk kriteria kompetensi SDM yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ? 3. Bagaimana cara mengevaluasi dan membina SDM berbakat ? I.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan tujuan dari talent managment adalah menghasilkan SDM yang bertalenta, maka secara detail tujuan dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Diperolehnya model pemenuhan SDM berbakat 2. Diketahuinya penentuan prioritas untuk kriteria kompetensi SDM yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) 7 3. Diperolehnya cara mengevaluasi dan membina SDM berbakat I.4 Metoda Penelitian dan Hipotesis Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kuantitatif dan metoda kualitatif. Dimana penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan paradigma, strategi dan model yang dikembangkan. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Bodgnan dan Taylor (1975:5) dalam Bashrowi (2010), pendekatan ini diarahkan pada latar individu secara holistik. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai suatu kebutuhan. Kirk dan Miller (1986:9) dalam Bashrowi (2010), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Pengkajian atas penelitian kualitatif atau inkuiri alamiah telah dilakukan oleh Williem dan Rausch (1969), kemudian hasilnya diulas kembali oleh Guba (Sutan Zanti Arbi, 1987:11-17), dan akhirnya disimpulkan atas dasar tersebut beberapa hal sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dan kualitatif 2. Sejauh mana kenaturalistikannya merupakan kemampuan yang ditunjukkan oleh peneliti 3. Peneliti harus mampu memberikan stimulus atau kondisi anteseden yang mampu direspons oleh informan 4. Peneliti harus mampu membatasi respon dari subjek (informan) 8 sehingga hanya respon yang sesuai dengan tema saja yang disampaikan informan 5. Inkuiri naturalistik, peneliti tidak perlu membentuk konsepsi-konsepsi atau pemahaman teoretik tertentu mengenai lapangan, sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni (grounded) dan memperkenankan interpretasi-interpretasi untuk muncul dari dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa nyata dan bukan sebaliknya I.5 Ruang Lingkup Masalah Untuk menghindari terlalu meluasnya masalah, maka pada penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan di PT. Santosa Adi Perkasa (mitra nasional PT. TELKOM) 2. Permasalahan dibatasi pada pembenahan SDM. 3. Pembahasan hanya mencakup tahapan penentuan prioritas kompetensi, evaluasi dan pembinaan SDM berbakat I.6 Kegunaan Penelitian Penelitian ini ingin memberikan informasi mengenai Talent Managment (TM) beserta rancangan impelementasinya. peneliti menyakini penelitian ini akan bermanfaat bagi para pelaku bisnis dan penelitian di Manajemen Strategi bidang Sumber Daya Manusia. Bagi pelaku bisnis, Talent Managment sangat bermanfaat dalam mengatur, mengelola SDM yang ada di setiap pelaku bisnis supaya tercapai tingkat efesiensi, efektifitas yang baik untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal. Dan bagi peneliti, banyak hal yang bisa dikembangkan dari penelitian ini, baik dari segi 9 keilmuan manajemen SDM maupun bidang keilmuan lainnya. II.1 Kerangka Berpikir Manajemen Talenta Sumber daya Organisasi yang utama adalah sumber daya manusia. Oleh karena itu kinerja organisasi sangat tergantung dari prestasi kerja karyawannya. Kemampuan dan semangat kerja dipandang sebagai variabel yang mendukung terhadap prestasi kerja. Ada dua konsep yang dianut oleh manajemen dalam upaya meningkatkan prestasi kerja, pertama pengembanan sumberdaya manusia berbasis kompetensi dan pengembangan sumberdaya manusia berbasis bakat. Sumberdaya manusia berbasis kompetensi telah dikenalkan oleh David McClelland sekitar 33 tahun yang lalu, konsep ini berkembang dan terus mendunia seolah tanpa pesaing. Namun dengan tuntutan kualitas pelayanan yang lebih baik dari organisasi, para praktisi manajemen merasa perlu ada pembaharuan konsep pengembangan sumberdaya manusianya, dari berbasis kompetensi menjadi berbasis bakat. Bila konsep pertama manusialah yang harus menyesuaikan dengan pekerjaan, maka konsep sekarang pekerjaanlah yang harus sesuai dengan orangnya. Konsep kedua ini saat sekarang dipandang lebih realitis dalam memajukan kinerja organisasi dengan optimal. Berikut data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bersin & co (2010) mengenai perusahaan yang telah melakukan penerapan strategi talent managment berdasarkan industri bisnisnya terdapat pada gambar 2.1. 10 Gambar II.1 Talent Strategies by Industries II.2. Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Dasar Mengumpulkan Karyawan Yang Bertalenta Strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia di segala bidang merupakan salah satu upaya yang wajib dilakukan bagi tercipatanya sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia untuk dapat memenuhi tantangan peningkatan perkembangan yang semakin pesat, efisien dan produktif, perlu dilakukan secara terus-menerus, sehingga menjadikan sumber daya manusia tetap merupakan sumber daya yang produktif (Sedarmayanti, 2004:179). Sedarmayanti juga menyatakan bahwa : “sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi sangat menunjang organisasi untuk maju dan berkembang pesat.” Kondisi masyarakat yang kian terdidik akan menciptakan active society / masyarakat yang aktif, sebagai sinyal bagi menggeliatnya gerakan masyarakat madani. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lako 11 dan Sumaryati (2002) berpendapat bahwa : “berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai visi dan misinya secara berkelanjutan sangat tergantung pada manusianya (SDM).” Beberapa pakar manajemen SDM berpendapat bahwa SDM yang berkualitas adalah SDM yang minimal memiliki empat karakteristik yaitu: (1) Memiliki competency (knowledge, skill, abilities dan experience) yang memadai; (2) Commitment pada organisasi; (3) Selalu bertindak cost-effectiveness dalam setiap aktivitasnya; dan (4) Congrunce of goals, yaitu bertindak selaras antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi. Menurut Sedarmayanti, kompetensi adalah: 1. Konsep luas, memuat kemampuan mentransfer keahlian dan kemampuan kepada situasi baru dalam wilayah kerja, menyangkut organisasi dan perencanaan pekerjaan, inovasi dan mengatasi aktivitas rutin, kualitas efektivitas personil yang dibutuhkan di tempat berkaitan dengan rekan kerja, manajer serta pelanggan. 2. Kemampuan untuk melakukan tugas. 3. Dimensi perilaku yang mempengaruhi kinerja. 4. Karakteristik individu apapun yang dapat dihitung dan diukur secara konsisten, dapat dibuktikan untuk membedakan secara signifikan antara kinerja yang efektif dengan kinerja yang tidak efektif. 5. Kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. 6. Bakat, sifat dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan, dapat dihubungkan dengan kinerja yang efektif dan baik sekali. 12 II.3 Kompetensi Perilaku Sumber Daya Manusia Sebagai Dasar Mengumpulkan Karyawan Yang Bertalenta Perubahan dunia berpengaruh terhadap organisasi bisnis dan sekaligus terhadap kompetensi karyawan. Karyawan semakin dipandang sebagai aset yang sangat penting dari suatu perusahaan. Semakin banyak tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan maka kedudukan karyawan menjadi semakin sangat strategis. Keunggulan kompetitif suatu perusahaan sangat bergantung pada mutu sumberdaya manusia. Artinya ketika perusahaan akan menghadapi proses pengubahan atau terlibat dalam menciptakan perubahan maka karyawan diposisikan sebagai pemain utama perusahaan. Perusahaan akan selalu memikat, mengembangkan dan mempertahankan karyawan yang berketerampilan inovatif. Dan agar karyawan tetap bertahan bekerja di perusahaannya maka diperlukan lingkungan pembelajaran yang berkelanjutan. Bagaimana misalnya para karyawan secara bertahap dikembangkan potensi dirinya untuk memiliki pemikiran kompetitif, sinergis dan pemikiran global. Dengan demikian perusahaan akan semakin siap dalam menghadapi setiap proses perubahan lokal dan global. Hal demikian tampak jelas di suatu organisasi pembelajaran (learning organization). Tabel II.1 Perbedaan Pendekatan Pengembangan Karyawan Bertalenta Pendekatan Lama Pendekatan Baru Pengembangan akan terjadi Pengembangan menjadi bagian 13 dengan sendirinya Pengembangan penting dalam organisasi berarti Pengembangan berarti pengalaman pelatihan yang menantang, coaching, umpan balik dan mentoring Unit kerja yang memiliki Perusahaan yang memiliki karyawan bertalenta tidak akan karyawan bertalenta dan karenanya berpindah ke unit lainnya dapat berputar dengan mudah di dalam perusahaan Hanya karyawan yang buruk Setiap yang karyawan membutuhkan kebutuhan pengembangan mempunyai pengembangan dan membutuhkan coaching Hanya orang yang beruntung Mentor ditugaskan kepada setiap yang menemukan mentor kayawan bertalenta II.4 Metoda Analytic Network Process (ANP) Permasalahan dalam dunia bisnis, pemerintahan, pendidikan, politik dan bidang kehidupan lainnya, sesungguhnya merupakan masalah yang kompleks, tersusun oleh berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain dalam suatu jaringan yang saling mempengaruhi dengan cara yang dinamis, baik dalam aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam kompleksitas permasalahan tersebut, pengambilan keputusan menjadi hal yang tidak mudah, lambat dan berdampak luas. Analytic Network Process (ANP) dikembangkan oleh Prof. Saaty, sebagai pengembangan dari Analytic Hierarchy Process (AHP). Prinsip dasar dari ANP adalah dekomposisi, penilaian komparasi (comparative judgment) dan sintesa hasil. Prinsip dekomposisi 14 diterapkan untuk memformulasikan masalah yang kompleks menjadi struktur jaringan simpul yang homogen dari faktor yang saling mempengaruhi. Data dan informasi digali serta dikumpulkan dari para pihak yang bersangkutan yang mengetahui masalahnya, melalui Focus Group Discussion (FGD) dan atau indept interview. Penilaian komparasi dalam ANP dilakukan dalam skala ratio. Analytic Network Process pengambilan keputusan yang (dependence) antar (ANP) mampu komponen (feedback);mengkombinasikan dan merupakan metode menangkap secara pengaruh timbal mengkomparasi balik nilai-nilai intangible dan judgement subjective dengan data-data kuantitatif yang kosisten dalam skala rasio; mampu menghasilkan indikator pengaruh positif dan negatif; serta mampu mensintesis semua pengaruh antar komponen menjadi satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, ANP menjadi metode pengambilan keputusan untuk memilih alternatif, peramalan, perancangan, alokasi sumber daya, uji kesesuaian, riset kualitatif, dan sebagainya yang melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan dan mempunyai komparasi lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat dan hasil yang lebih stabil. Dalam operasionalnya, ANP merupakan metode pengambilan keputusan yang prosesnya sederhana tetapi powerfull, sehingga dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah yang kompleks dalam bidang apa pun. Oleh karena itu, dengan ANP sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya, kompleks dan sukar menjadi dapat diketahui dan dikelola. Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung/terikat pada kriteria bergantung/terikat seperti pada pada sesama hierarki alternatif. tetapi Lebih dapat juga jauh lagi, 15 kriteria-kriteria itu sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria. Sementara itu, feedback meningkatkan prioritas yang diturunkan darijudgements dan membuat prediksi menjadi lebih akurat C1 C2 C4 C3 Gambar II.2 Jaringan Feed Back . Oleh karena itu, hasil dari ANP diperkirakan akan lebih stabil. Dari jaringan feedback pada gambar II.2 dapat dilihat bahwa simpul atau elemen utama dan simpul-simpul yang akan dibandingkan dapat berada pada cluster-cluster yang berbeda. Sebagai contoh, ada hubungan langsung dari C4 ke cluster lain (C1,C2 dan C3), yang merupakan outer dependence. Sementara itu, ada simpul-simpul yang akan dibandingkan berada pada cluster yang sama, sehingga cluster ini terhubung dengan dirinya sendiri (C4 dan C2) dan membentuk hubungan loop. Hal ini disebut inner dependence. Dalam suatu jaringan, elemen dalam suatu komponen/cluster bisa saja berupa orang dan elemen dalam komponen/cluster yang lain bisa saja juga berupa orang. Elemen dalam suatu komponen/cluster 16 dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster yang sama (inner dependence), dan dapat pula mempengaruhi elemen pada cluster yang lain (outer dependence) dengan memperhatikan setiap kriteria. Yang diinginkan dalam ANP adalah mengetahui keseluruhan pengaruh dari semua elemen. Oleh karena itu, semua kriteria harus diatur dan dibuat prioritas dalam suatu kerangka kerja hierarki kontrol atau jaringan, melakukan perbandingan dan sintesis untuk memperoleh urutan prioritas dari sekumpulan kriteria ini. Kemudian kita dalamfeedback dengan turunkan pengaruh memperhatikan dari masing-masing elemen kriteria. Akhirnya, hasil dari pengaruh ini dibobot dengan tingkat kepentingan dari kriteria, dan ditambahkan untuk memperoleh pengaruh keseluruhan dari masing-masing elemen (Ascarya, 2005) II.5 Strategi Mengembangkan Talent Managment (TM) TM menitikberatkan perhatian pada koordinasi dan pengelolaan berbagai talent yang dimiliki setiap karyawan dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan melakukan penelitian dan evaluasi setiap keahlian individu, kepribadian dan karakter dalam hubungannya pengisian jabatan dalam perusahaan. Setiap orang memiliki keahlian yang berbeda dan bagian terberat dari perusahaan adalah melakukan identifikasi talent yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Prosedur HR yang efektif akan dapat mengenali hal ini dan memilih yang paling sesuai (fit of test). TM dalam diri karyawan melibatkan banyak elemen, mulai dari kualifikasi pendidikan dan keahlian, pengalaman sebelumnya, kekuatan serta pelatihan tambahan yang mereka ambil, kemampuan, potensi kualitas, motivasi, kepribadian. Kesuksesan TM, bergantung 17 juga pada sejauh mana perusahaan terlibat dan tergantung kepada ukuran bisnis dan komitmen perusahaan terhadap karyawannya. TM tidak akan berhasil jika tidak ada sistem yang dipergunakan untuk mengenali dengan jelas hasil kinerja karyawan. Tingkat Talent yang tinggi akan mengarah pada tingkat fleksibilitas organisasional, profit serta produktivitas yang tinggi pula. Scullion & Collings (2010) mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan Mckinsey & Company mengenai survey kepada kepada lebih dari 120 perusahaan dengan 12.000 orang eksekutif dan 27 perusahaan terkemuka. Hasil survey menunjukkan bahwa mengelola talent dengan baik akan mengarahkan pada kinerja perusahaan yang baik pula. III.1 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode Analythic Network Process (ANP). penggunaan metoda penelitian terlihat pada gambar di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur - Penelitian Terdahulu - Jurnal Ilmiah Pengumpulan Data Data Standar Perusahaan untuk Kompetensi SDM Pengolahan Data Data Standar Pengelolaan Kerja Perusahaan Struktur Perusahaan 18 Uji PruioritasKompetensi berdasar SKKNI Metode ANP Gambar III.1 Diagram Alir Metoda Penelitian III.2 Metoda ANP untuk Mencari Prioritas Kompetensi berdasar SKKNI dalam Situasi VUCA World Analytic Network Process (ANP) adalah suatu metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pengambilankeputusan yang tidak bisa dibuat struktur hirarkinya. Hal tersebut dikarenakan melibatkan interaksi dan ketergantungan antar elemen-elemen level atas pada elemen-elemen level bawah serta terdapatnya hubungan saling mempengaruhi antar kriteria pada level tertentu (Basuki, 2008). Keterkaitan pada metode ANP ada 2 (dua) jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence) dan keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence) (Vanany, 2003). Menurut Agarwal et al.(2006), ANP menyediakan pendekatan yang lebih akurat untuk lingkungan model yang lebih kompleks. Metode rating scale merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap karyawan berdasarkan variabel kompetensi tertentu. Penilai akan menilai perilaku kinerja karyawannya dengan menggunakan skala yang sesuai dengan variabel kompetensi tertentu. Skala yang ditetapkan dari yangterendah sampai dengan tertinggi (Kleynhans et al., 2006). 19 Variabel kompetensi yang akan diuji oleh ANP diantaranya kriteria kompetensi yang sesuai dengan SKKNI dapat dilihat dalam tabel III.2 dan kriteria VUCA WORLD. Tabel III.2 Lampiran Keputusan Menakertrans No. 349 Tahun 2014 TUJUAN UTAMA Menyelenggarakan Jasa Pengelolaan Proyek TIK yang FUNGSI KUNCI 1. Melakukan Proses Inisiasi Proyek TIK komprehensif dengan Melaksanakan 1.2 Mengelola Inisiasi Proyek aturan yang berlaku, sehingga mencapai 1.1 Inisiasi Proyek secara efektif dan efisien sesuai FUNGSI UTAMA target yang 2. Melakukan Perencanaan Proses 2.1 Proyek Perencanaan Pelaksanaan TIK telah ditentukan Menyusun Proyek sebagai Acuan 2.2 Mengelola Perencanaan Pelaksanaan Proyek sebagai Acuan Tabel III.2 Lanjutan TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI Menyelenggarakan Jasa 2. Pengelolaan TIK Perencanaan Proyek TIK Proyek Melakukan Proses FUNGSI UTAMA 2.1 Menyusun Perencanaan Pelaksanaan Proyek sebagai yang komprehensif secara Acuan efektif dan efisien sesuai 2.2 Mengelola dengan aturan yang berlaku, Perencanaan sehingga mencapai target Proyek sebagai Acuan yang telah ditentukan 3. Melakukan Pelaksanaan Proses Proyek TIK 3.1 Pelaksanaan Mengarahkan Pelaksanaan Proyek berdasarkan acuan Perencanaan Pelaksanaan Proyek 20 3.2 Mengelola Pelaksanaan Proyek berdasarkan acuan Perencanaan Pelaksanaan Proyek 4. Melakukan Proses 4.1 Melakukan Pemantauan & 4.2 Melakukan Pengawasan Pengawasan Pengendalian Proyek TIK 4.3 Melakukan Pengendalian 4.4 Melakukan audit dan pengelolaan perubahan 5. Melakukan Proses Serah 5.1 Melakukan testing & Terima/ Penutupan Proyek Commisioning TIK 5.2 Melakukan Pelatihan, transfer knowledge & teknologi dan Pembelajaran Kriteria VUCA World diantaranya : a. V (Volatility) ; situasi yang selalu berubah b. U(Uncertainty); situasi yang penuh dengan ketidakpastian c. C (Complexity) ; situasi yang sangat rumit yang berakibat pada situasi chaos d. A (Ambiguity) ; ketidakjelasan situasi anatara kenyataan dengan harapan (ambigu/samar) Sumber : US Military Academy At West Point Dalam proses ini ada preferensi perubahan manajemen untuk memunculkan solusi baru atau berpikir atau bertindak kreativitas dalam menghadapi perubahan yang terus menerus serta melihat peluang yang timbul dari volatility dan uncertainty. Pada preferensi stabilitas manajemen perusahaan untuk memunculkan struktur, proses dan penggunaan perencanaan untuk mengurangi 21 ketidakpastian pada lingkungan yang cepat berubah (complexity ambhiguity). Dalam Dunia VUCA pemimpin perusahaan membutuhkan kesiapan kognitif, kesiapan dan kelincahan untuk menangani segala situasi sangat dibutuhkan. Diantara kompetensi VUCA yang terkait, bahwa para pemimpin perlu mengembangkan kesiapan kognitif tingkat tinggi diantaranya kesiapan mental, emosional dalam menghadapi ketidakpastian segala jenis resiko yang akan dihadapi (Hagemann & Bawany 2016). Perusahaan memprioritaskan kesiapan kognitif untuk memimpin lingkungan bisnis VUCA. Hal ini merupakan suatu refleksi bagi pemimpin saat dan yang akan datang serta merupakan komitmen serius untuk mengembangkan kapabilitas mental atau mencerminkan rasa ingin tahu dari pemimpin sebelumnya mengenai topik pengembangan dan keinginan untuk menghindari keterbelakangan situasi. Cara baik untuk menghadapi situasi saat ini diantaranya, pertama, perusahaan harus berpikir kreatif mengenai proses pengembangan kesiapan kognitif terhadap pegawainya dalam rangka menyiapkan pemimpin yang berpotensi, kedua, perusahaan mempunyai keinginan untuk menjelaskan tentang persepsi dan ekspetasi mengenai kesiapan kognitif merupakan hal yang penting dilakukan sehingga kesuskesan dapat diraih bersama karyawan. Metode ANP dimulai dari tahap permodelan, pembobotan, pengolahan hasil pembobotan dan normalisasi dari limit matrix. Proses perhitungan metoda ANP terlihat pada gambar III.2. Kerangka ANP Model Jaringan 22 Aplikasi Software Data Kuesioner Merancang kuesioner Geometric Mean/rata-rata Hasil ANP (Sintesis) Prioritas Rater Agreement (W) Gambar III.2 Tahapan Proses Perhitungan ANP IV.1 Pengumpulan Data Guna memperoleh data yang akan digunakan untuk menganalisis penentuan prioritas kompetensi berdasar SKKNI serta kriteria situasi VUCA World (sumber referensi Change Fatigue scale (Bernerth et al. 2011), Psychological Uncertainty scale (Rafferty & Griffin, 2006), Change Cynicism scale (Reichers et al. 1997), and Coping Strategies Inventory (Tobin, 1995)) di proyek jaringan kabel fiber optik (OSP FO) nasional PT. Telekomunikasi Indonesia dengan mitra yang dijadikan sumber penelitian yaitu PT. Santosa Adi Perkasa. Data standar pedoman mutu kerja perusahaan mengacu pada sertifikasi CIQS (Certified Insurance Quality Services) 2000 yang dikeluarkan TELKOM PCC dan telah dimiliki PT. Santosa Adi Perkasa. Responden penelitian ini adalah karyawan aktif PT. TELKOM dan telah mengikuti kursus kepemimpinan di tingkat pengembangan internal SDM PT. TELKOM (regenerasi sumber daya manusia dalam hal kepemimpinan). Dalam kursus kepemimpinan tersebut , responden mengikuti seminar wawasan mengenai VUCA World pada tahun 2014 di Australia. Data 23 responden dan sertifikasi pelatihan kepemimpinan terlampir dalam lampiran tesis. IV.2.1 Model Kerangka Analytical Network Process (ANP) Dalam menentukan model kerangka Analytical Network Process (ANP), maka terlebih dahulu harus ditentukan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan SKKNI MENAKERTRANS Republik Indonesia yang telah ditetapkan dengan NO. 349 tahun 2014 dan disahkan MENKOMINFO Republik Indonesia dengan NO. 24 tahun 2015, kriteria yang menjadi pembentuk masalah berdasar pada situasi VUCA World, dan dalam penelitian berisi juga alternatifnya. Gambar III.2 Tahapan Proses Perhitungan ANP 24 Data-data hasil quesoner terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar V.1 Grafik antar Node V.2 Analisa untuk Pengembangan & Evaluasi SDM Atas dasar analisa yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam menghadapi VUCA World, supaya penyelenggaran proyek bisa dilakukan secara efektif dan efesien kondisi yang perlu di prioritaskan adalah Uncertainty. Hal ini perlu diperhatikan karena kondisi ketidakpastian bisa terjadi pada situasi apa pun juga tetapi proyek harus tetap dilakukan secara efektif dan efesien sehingga tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek bisa tinggi. 2. Kompetensi utama pada SDM yang sesuai SKKNI dan diprioritaskan supaya bisa menghadapi VUCA World adalah kompetensi pelaksanaan proyek. Dalam hal ini mengarahkan dan mengelola pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana yang telah disusun serta harus diperhatikan dengan,baik supaya proyek bisa dilaksanakan secara efektif dan efesien. 25 3. Kompetensi pendukung SDM yang menjadi prioritas diantaranya : a) Kompetensi inisiasi proyek, yang menjadi prioritas adalah mengelola inisiasi proyek b) Kompetensi perencanaan proyek, yang menjadi prioritas adalah mengelola perencanaan proyek c) Kompetensi pelaksanaan proyek, yang menjadi prioritas adalah mengarahkan pelaksanaan proyek d) Kompetensi pengawasan & pengendalian proyek, yang menjadi prioritas adalah melakukan audit & pengelolaan perubahan proyek e) Kompetensi serah terima proyek, yang menjadi prioritas adalah melakukan testing & commisioning 4. Hasil penelitian ini ditujukan untuk bisa membangkitkan motivasi dari para leadership sehingga para pengambil kebijakan bisa lebih peduli dengan situasi VUCA World dan dapat menghasilkan kebijakan yang efektif & efesien sesuai dengan situasi kondisi perusahan dan lingkungan bisnisnya. 5. Semakin pekanya para leadership dalam situasi VUCA World, maka akan menghasilkan dampak positif bagi setiap keputusan strategi untuk masa depan perusahaan dalam pendekatan manajemen krisis, knowledge sharing, dan proses untuk menghasilkan inovasi beserta solusi yang baik. 6. Untuk pengembangan dan evalusasi SDM, rekomendasi yang bisa diberikan dalam menghadapi VUCA World diantaranya : a) Dalam jawaban yang telah diberikan responden dan hasil yang telah dihitung melalui metoda ANP, dalam jangka pendek akan menimbulkan reaksi yang yang positif dalam 26 lingkungan bekerja saat ini. Preferensi saat ini menunjukkan kondisi yang ekstrim yang harus dilakukan peusahaan adalah perubahan manajemen dan budaya, pendekatan terhadap personal organisasi menjadi penting untuk dilakukan dalam hal ini membina/memperkuat motivasi dengan cara dilaksanakan beberapa pelatihan mengenai kepemimpinan, pengenalam manajemen resiko. a) Para leadership harus memotivasi diri sendiri (self motivated), supaya bisa memepengaruhi personil di perusahaan bisa bergerak positif dengan nilai keyakinan yang sangat tinggi. Pedekatan ini bukan dilandaskan faktor kekuasaan seorang leadership tetapi sebagai bentuk mutual human relationship. Dengan proses keseimbangan (work balance), maka perusahaan akan menjadi organisasi yang kuat dan stabil yang terbentuk oleh personal SDM yang bertalenta dan bertanggung jawab. VI.2 Saran Dalam era digital saat ini, dimana informasi semakin tidak terbatas oleh ruang dan waktu maka para leadership sudah harus memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya, bisnis. VUCA World bukan situasi kodisi yang harus dikhawatirkan secara berlebihan, tetapi suatu situasi yang harus disikapi bijak. Diantaranya dengan cara menambah wawasan dan intelektual, dengan cara mengikuti pendidikan formal maupun non formal, mengembangkan hubungan personal dengan siapa pun tanpa melihat kompetensi sacara personal. Dengan sikap seperti ini diharapkan para leadership bisa memiliki 27 ahlak dan perilaku yang baik sehingga bisa mempengaruhi positif bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. DAFTAR PUSTAKA Susilo,Heru (2012). Kajian Awal Tentang Membangun Sumber Daya Manusia Berbasis Bakat Irmawaty, & Hamdani, Mailani (2014). Pengaruh Talent Managment Terhadap Pengembangan Karir Pegawai di Universitas Terbuka. Rachmawati, Meida (2012). Journal Review : Strategi Untuk Menerapkan Talent Managment (Managment Talenta) Dalam Perusahaan. Research by N. Venkateswaran Panimalar Engineering College, Chennai, India. International Journal of Managment, Economics and Social Sciences 2012, Vol.1(2),pp, 33 - 41,ISSN2304-1366 Surjani, Mochamad (2013). Transformasi Learning Center Menjadi Corporate University ; perpustakaan.upi.edu Hal 105 - 106. Katili,Bhuana, Putiri. Et al (2015). Pengaruh Manajemen Talenta Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan. Seminar Nasional IENACO. Ratnaningsih, Zenita, Ika (2011). Metode Umpan Balik 360 Derajat Untuk Mengembangkan Kepemimpinan Dalam Talent Managment System. Seminar Nasional Peran Psikologi Dalam Boundaryless Organization : Strategi Mempersiapkan SDM Bertalenta, Semarang, 23-24 September 2011, dimuat dalam proceeding, ISBN : 978-979-097-184-4. Nursetyo, Gatot (2006). Manajemen Kinerja Perusahaan Jasa Kontruksi. Endratno, Hermin (2013). Talent Managment Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi. Chandra,Pintardi Herry. Et al (2011). Model Pemangku Kepentingan dalam Keberhasilan Proyek. Raja, Lumban, Guantina, Fransiska (2015) Hubungan Motivasi, Lingkungan Kerja, Kepemimpinan, Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan PT. Asiana Technologies Lestary Jakarta. 28 Widodo, Sri, Aprilian, Fransiscus (2013). Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan. Nisa, Wulan, Dayantia, Happy. Et al (2012). Hubungan Antara Iklim Organisasi dengan Intensi TurnOver pada Karyawan. Lumbantobing, Ria, Linda (2014) Sekilas Tentang Manajemen Talenta. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/418-artikel-soft-c ompetency/20196-sekilas-tentang-manajemen-talenta (diakses pada 27 Februari 2016 pukul 14.57) Zuferol (2010). Prosedur Pengukuran Kompetensi Jabatan http://www.hrcentro.com/artikel/PROSEDUR_PENGUKURAN_KOMPETE NSI_JABATAN_110313.html (diakses pada 5 Maret 2016 pukul 14.56) Haan, Fakhruroji (2014) Apa Itu Employee Engagement https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2014/02/11/apa-itu-employee-en gagement/ (diakses pada 12 Maret 2016 pukul 12.13) Krisna, L, N (2007) Teori MSDM : Kompetensi file:///D:/kuliah%20S2/jurnal/sdm/TEORI%20MSDM_%20KOMPETENSI.ht ml (diakses pada 12 Maret 2016 pukul 17.16) Jalal, Melia, Octa (2013) Mengenal Siapa Itu Generasi Y https://manajemenppm.wordpress.com/2013/07/08/mengenal-siapa-itu-g enerasi-y/ (diakses pada 12 Maret 2016 pukul 12.14) Sylvia, Teny .et al (2012). Penilaian Kinerja Karyawan Bagian Personalia Berdasarkan Komepetensi Dengan Menggunakan Analytic Network Process (ANP) dan Ratting Scale (Studi Kasus di PG Pesantren Baru Kediri) Nurmianto, Eko & Siswanto, Nurhadi (2006) Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spencer Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus di Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo) Ramadhan, Rizky, Muhammad .et al (2014) Analisis Beban Kerja Dan Pengukuran GAP Kompetensi Teknisi Laboratorium Umum Dan Fakultas Z PTS XYZ 29 Hartatik (2013) Analisis Dan Perancangan Seleksi Pemilihan Pegawai Untuk Suatu Jabatan Menggunakan Metode Profile Matching (Jurnal Dasi Vo. 14 No. 1 2013) Nawangsari, Yunita, Albertin (2011) Structural Equation Modelling Pada Perhitungan Indeks Kepuasan Pelanggan Dengan Menggunakan Software AMOS (Studi Kasus : Perhitungan Indeks Kepuasan Mahasiswa FMIPA UNY Terhadap Operator IM3), (Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta) http://www.bkn.go.id/penelitian/buku/penelitian/2004/buku/Peny./ Ped/Peny./Ped/Peng./Kompetensi/PNS/bab/ii.htm Kompetensi Karyawan http://karyatulisilmiah.com 20 September 2016 pukul 08.23) (diakses pada Turban, E., Aronson, J.E., Liang., P.T., 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems, Volume 1, Edisi ke-7, Dwi Prabantini, Andi,Yogyakarta http://almamalik-satu.blogspot.co.id/2015/06/3-Systems-Thinking.ht ml (diakses pada tanggal 22 September 2016 pukul 19.32) http://humancapitaljournal.com/systems-thinking/ tanggal 22 September 2016 pukul 19.18) (diakses pada http://jurnalsistemdinamis/SystemsDiagrams/Problem-Solving From MindTools.com .html diakses pada tanggal 22 September 2016 pukul 16.13) Lusianik, Fitria, (2015), PengembanganModel Simulasi Sistem Dinamik untuk Meningkatkan Pendapatan Unit Rawat Jalan Rumah Sakit (Studi Kasus:RSI Jemursari Surabaya), (jurnal KS 092361 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya) Kim, H, Daniel (Feb 1992), Guidelines for Drawing Causal Loop diagrams, The Systems Thinker, Vol 3, No 1, pp5-6 Aburawi, Izidean, et al (Des 2009), Managing Dynamics of Human Resource and Knowledge Mangment in Organization through Systems Dynamics Modelling, International Journal of 30 Sciences and Technique of Automatic & Computer Engineering, U-STA, Volume 3, No 2, pp. 1108-1125 Racz, Fridrich, System Du=ynamics in HR - an Example of Causal Loop Diagras Used for Discussing a Human Resource - Question, VSM Bratislava, Slovakia. 31