PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA Skripsi Oleh: PUJI RAHAYU K 7403168 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007 i PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA Oleh : PUJI RAHAYU K 7403168 Skripsi Ditulis dan diajukan guna melengkapi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007 ii Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Sutaryadi, M. Pd Dra. Tri Murwaningsih, M. Si NIP130935942 NIP132014459 iii Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : ................................. Tanggal : ................................. Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Ign. Wagimin, M. Si .............................................. Sekretaris : Dra. C. Dyah SI, M. Pd .............................................. Anggota I : Drs. Sutaryadi, M. Pd .............................................. Anggota II : Dra. Tri Murwaningsih, M. Si .............................................. Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan DR. H. Trisno Martono, MM NIP 130 529 720 iv ABSTRAK Puji Rahayu. PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe ITC Surakarta, (2) Peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe ITC Surakarta, (3) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanan pengawasan di PT. Djitoe ITC Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari informan, lokasi penelitian serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan teknik purposive snowball sampling. Dalam mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan analisis dokumen. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif mengalir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe ITC Surakarta ini didasarkan pada empat hal, yaitu: a. Waktu pelaksanaan pengawasan, meliputi pengawasan preventif yaitu pengawasan yang dilakukan pada waktu rekrut karyawan agar mendapatkan tenaga kerja yang produktif, represif yaitu pengawasan yang dilakukan selama kegiatan berlangsung agar berjalan lebih terarah dan kuratif yaitu pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung untuk mengevaluasi apabila ada kesalahan, b. Subyek/pengawas, diwenangkan kepada kepala bagian masing-masing departemen, c. Obyek/yang diawasi, ini meliputi seluruh karyawan yang ada dibagian produksi beserta kegiatannya, d. Cara, pengawasan ini dilakukan secara langsung, tidak langsung, berkala dan tidak berkala. (2) Peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan meliputi : a. dapat membantu perusahaan menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar perusahaan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertahankan ditengah-tengah perubahan yang terjadi b. dapat mengimbangi perkembangan organisasi yang semakin kompleks, c. dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pelaksanan dan penyelesaian pekerjaan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan tersebut, (3) Hambatanhambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe ITC Surakarta beserta solusinya meliputi : a. masih adanya sifat ABS (Asal Bapak Senang) dari para karyawan sehingga hasil pengawasan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya di lapangan maka hendaknya pimpinan datang secara langsung dan mendadak minimal 15 hari sekali ketempat berlangsungnya kegiatan, b. belum adanya tenaga atau personel yang secara khusus dan independen melaksanakan fungsi pengawasan maka hendaknya dibentuk badan yang secara khusus dan independen untuk melakukan fungsi pengawasan agar lebih efektif. Misalnya dibentuk komisaris. v MOTTO Mengakui kekurangan diri adalah tangga untuk mencapai cita-cita, dan berusaha untuk mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian yang luar biasa. (Hamka) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Qs. Alam Nasyrah ayat 6-7) Janganlah kemarahan melupakan kebaikan-kebaikan orang lain dan keridhaan (kecintaan) menyebabkan matamu buta dari melihat keburukan. (Hasan Al-Banna) vi PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan kepada : Ibu dan Bapak Tercinta, Kakak-kakak’Q tersayang, Seseorang yang selalu menemani’Q, dan almamater vii KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : “PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA”, yang merupakan sebagian syarat untuk mendapatkan gelar Sarjan Pendidikan Program Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak DR. H. Trisno Martono, MM selaku Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 2. Bapak Drs. Wakino, M. S selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ini. 5. Drs. Sutaryadi, M. Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam penelitian ini. 6. Dra. Tri Murwaningsih, M. Si selaku pembimbing II yang juga telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam penelitian ini. 7. Bapak/Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada peneliti. viii 8. Bapak Supadi selaku Manajer Personalia PT. Djitoe ITC Surakarta beserta karyawan-karyawanya yang telah memberikan data guna penyusunan skripsi ini. 9. Ibu, Bapak serta kakak-kakakku atas semangat dan doanya. 10. “Seseorang” yang selalu menemani hari-hariku yang telah memberikan motivasi dalam penyusuanan skripsi ini. 11. Rekan-rekan PAP’03 (Iedha, Riye, Rizma, Gpenk, Pansus, Iyost and Juepe) atas kekompakan dan bantuannya selama ini. 12. Semua teman-teman “KOST MERPATI (Mbk San, Ayyu, Anin, Ika, Ganniez, Dita, Ratri and Ririn)” atas kebersamaan dan perhatiannya selama ini. 13. “Teman seperjuangan’Q” (Hayyin, Inry, Okta, n Driya) atas masukanmasukannya selama ini, ayo kalo bisa wisuda bareng y,, 14. Dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. Dengan semua kemampuan yang ada, peneliti berusaha menyajikan skripsi ini dalam bentuk yang sebaik mungkin, namun peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangannya. Untuk itu besar harapan peneliti agar pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang menuju ke arah perbaikan, sehingga skripsi ini dapat sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin. Surakarta, April 2007 Peneliti ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL HALAMAN i HALAMAN PENGAJUAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN ABSTRAK v HALAMAN MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 5 BAB II LANDASAN TEORI A. B. Tinjauan Pustaka 7 1. Tinjauan Tentang Pengawasan 7 2. Tinjauan Tentang Produktivitas Kerja 19 Kerangka Berfikir 26 BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian 29 B. Bentuk dan strategi Penelitian 29 C. Sumber Data 31 D. Teknik Pengumpulan Data 32 E. Teknik Sampling 33 x F. Validitas Data 34 G. Analisis Data 35 H. Prosedur Penelitian 36 BAB IV HASIL PENELITIAN A. B. C. Gambaran Umum Perusahaan 38 1. Sejarah Berdirinya perusahaan 38 2. Lokasi Perusahaan 40 3. Personalia 41 4. Struktur Organisasi Perusahaan 43 5. Produksi 46 6. Pemasaran 48 Deskripsi Permasalahan Penelitian 50 1. Pelaksanaan Pengawasan di PT. Djitoe ITC 50 2. Peranan Pengawasan di PT. Djitoe ITC 55 3. Hambatan-hambatan di PT. Djitoe ITC 58 Temuan Studi Yang Berkaitan Dengan Kajian Teori 59 1. Pelaksanaan Pengawasan di PT. Djitoe ITC 60 2. Peranan Pengawasan di PT. Djitoe ITC 62 3. Hambatan-hambatan di PT. Djitoe ITC 64 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 67 B. Implikasi Hasil Penelitian 68 C. Saran 69 DAFTAR PUSTAKA 70 LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Daftar Jumlah Karyawan PT. Djitoe ITC xii 42 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir 27 Gambar 2. Skema Model Analisis Data Interaktif 35 Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian 37 xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap organisasi atau badan usaha apapun bentuknya pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dengan adanya tujuan memberikan arah yang jelas dalam setiap tindakan atau pengambilan keputusan. Dalam pencapaian tujuan setiap organisasi memerlukan faktor sumber daya manusia dan faktor non sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang utama karena sumber daya manusia yang akan menjalankan kegiatan dalam organisasi. Adanya faktor non sumber daya yang melimpah tidak akan berarti jika tidak ada manusia yang mengelola dan mengawasinya. Sebagaimana dikatakan oleh Unong Uchjana Effendi (1992:150) “kekuatan organisasi terletak pada manusianya, bukan sistemnya, teknologinya, prosedurnya atau sumber dananya”. Dari pendapat tersebut menandaskan bahwa bagaimanapun canggihnya peralatan yang dimiliki oleh perusahaan atau organisasi, serta tersedianya perlengkapan-perlengkapan lainnya, tidak akan berarti sama sekali jikalau unsur pelaksanaanya tidak ada. Sedangkan unsur pelaksana yang dimaksud disini adalah karyawan. Tujuan masuknya seseorang menjadi anggota suatu organisasi tertentu bisa berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya, baik kebutuhan yang bersifat ekonomis, sosiologis, maupun psikologis. Dengan demikian akan timbul kecenderungan karyawan untuk memiliki “individual behavior”. Sedangkan dalam suatu organisasi memerlukan satu macam “organizational behavior” dalam usaha mencapai tujuan. Adanya ketimpangan perilaku dalam organisasi tersebut harus bisa dicermati oleh pimpinan maupun manajer. Dalam hal ini menciptakan dan menegakkan iklim hubungan manusiawi yang menyenangkan sehingga mampu mempengaruhi karyawannya agar mau merubah “individual behavior”nya menjadi “organizational behavior”. Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa agar tujuan pribadi masing – masing 1 2 karyawan dan tujuan organisasi bisa diarahkan pada tujuan bersama, maka harus ada seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan mereka pada tujuan bersama tersebut. Dimana salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh setiap organisasi apapun tujuan organisasi itu adalah mengelola sumber daya manusia untuk meningkatan produktivitas kerja para karyawan. Naik dan turunnya hasil produktivitas merupakan dampak dari produktivitas kerja karyawan. Dari uraian di atas tersebut produktivitas dapat dikatakan suatu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Selain itu produktivitas juga menyangkut sikap atau cara pandang dari para karyawan untuk bekerja lebih baik. Menurut pendapat Komarudin (1986:121) “produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini haruslah lebih baik dari pada metode kerja hari kemarin dan yang dapat diraih esok hari haruslah dapat lebih banyak/lebih bermutu dari hasil yang diraih hari ini”. Kalau seseorang memiliki sikap hidup demikian, maka ia senantiasa memiliki dorongan untuk mencari dan mendapatkan metode kerja guna memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya. Usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan dapat ditempuh oleh organisasi dengan memberikan sesuatu yang dapat merangsang produktivitas kerja. Diantaranya adalah dengan diberikannya kepuasan bagi karyawan baik yang bersifat ekonomis, sosiologis maupun psikologis. Dimana kepuasan bagi karyawan sendiri adalah karena berbagai hal yang sengaja diciptakan agar karyawan bekerja dengan produktivitas yang tinggi karena meningkatnya produktivitas perorangan setiap karyawan akan menyebabkan meningkatnya produksi secara kelompok. Adanya pemenuhan kepuasan tersebut mendorong karyawan untuk bersemangat dalam bekerja, memiliki kedisiplinan, mudah diajak kerjasama, bergairah mengerjakan tugastugasnya dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan dan organisasinya. Sehingga produktivitas perusahaanpun akan meningkat. Sedangkan produktivitas seorang karyawan ditentukan oleh banyak faktor seperti kondisi kerja, peralatan kerja, jenis pekerjaan, dan motivasi kerja. Namun selain faktor – faktor diatas dalam meningkatkan produktivitas kerja juga diperlukan adanya faktor pengawasan yang berfungsi sebagai pengendalian 3 pelaksanaan setiap kegiatan yang merupakan usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pengawasan ini pada dasarnya adalah pengawasan terhadap proses dan hasil serta orang yang melakukan pekerjaan dalam hal ini karyawan. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan hendaknya bukan sekedar mencari-cari kesalahan karyawan yang terjadi di lapangan tetapi lebih diarahkan untuk menemukan secara dini kesalahan atau penyimpangan yang terjadi di lapangan. Setelah penyimpangannya ditemukan dibimbing dan diarahkan kearah yang benar. Pengawasan yang ketat dan kaku dalam pelaksanaannya tidak akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan karena mereka hanya akan bekerja dengan baik pada saat diawasi saja. Sedangkan pengawasan yang baik dan tegas dalam pelaksanaanya dapat menumbuhkan produktivitas kerja karyawan walau tidak diawasi pimpinan sekalipun. Selain itu pelaksanaan pengawasan hendaknya wajar dan tidak berlebih-lebihan karena pengawasan yang berlebih-lebihan sering menghambat pelaksanaan kegiatan. Pengawasan yang baik memerlukan pengembangan cara-cara pengawasan yang baik seperti pemantauan, pelaporan, cara pemeriksaan yang baik juga perlu memperhatikan sarana-sarana pengawasan. Jadi seorang pemimpin dituntut untuk dapat menciptakan dan melaksanakan pengawasan yang baik dan tegas agar dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya pengawasan diharapkan usaha yang dilakukan karyawan dapat mencapai hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan ini dilakukan untuk membimbing dan mendidik tanpa melukai perasaan karyawan. Dengan adanya pengawasan yang positif dan tidak mencari-cari kesalahan karyawan maka produktifitas kerja dapat ditingkatkan. Dengan demikian seorang manajer dituntut keahliannya untuk dapat memanfaatkan sebaik-baiknya sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam proses produksi, mulai dari aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sumber daya yang akan dimanfaatkan dalam mencapai tujuan organisasi yang terpenting adalah sumber daya manusia sebagai tenaga kerja. Karena manusialah yang memegang kunci dalam segalanya dan sumber daya manusia inilah yang 4 kadang-kadang menjadi persoalan yang pelik dalam manajemen suatu perusahaan sebab masing-masing individu satu sama lain mempunyai sifat yang berbedabeda. Apabila dilihat dari sudut individu karyawan, bukan hanya para pimpinan yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi tetapi juga karena keikutsertaan karyawan yang menduduki jabatan terbawah. Dengan kata lain keberhasilan organisasi ditentukan oleh seluruh unit yang ada di dalamnya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti terdorong untuk mengkaji lebih dalam tentang peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. B. Perumusan Masalah Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan untuk memecahkannya. Suatu masalah yang timbul tidak dapat diabaikan begitu saja, akan tetapi juga perlu diperhatikan lebih mendalam pemecahannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surakhmad (1994:34) yang menyatakan bahwa “masalah adalah kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus dapat dirasakan sebagai suatu rintangan yang mesti dilalui (dengan cara melaluinya) apabila akan berjalan terus. Masalah menampakkan diri sebagai tantangan”. Menurut Djarwanto PS (1990:15) masalah adalah kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus dirasakan sebagai tantangan (rintangan) yang harus diatasi dan diteliti. Masalah harus memenuhi unsur yang menggerakkan untuk membahasnya. Masalah harus nampak penting, realistis dan ada gunanya dipecahkan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba meninjau masalah yang berkaitan dengan peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. Adapun perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta ? 5 2. Bagaimana peranan pengawasan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta ? 3. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi pengawasan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta beserta solusinya ? C. Tujuan Penelitian Setiap usaha yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai dalam setiap kegiatan yang hendak dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartini Kartono (1993:29) bahwa “tujuan penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kekurangan dan vakum/kekosongan atau menciptakan/menemukan sesuatu yang sebelumnya belum ada”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1993:29) mengemukakan bahwa “tujuan penelitian adalah merumuskan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanan pengawasan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. 2. Untuk mengetahui peranan pengawasan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi pengawasan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta beserta solusinya. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting karena menghasilkan informasi yang rinci, akurat dan aktual yang akan memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis untuk langkah pengembangan lebih lanjut dan secara praktis berwujud aktual. 1. Manfaat Teoritis a Untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pengawasan. 6 b Untuk mendukung toeri-teori yang sudah ada sehubungan dengan masalah yang dibahas yaitu mengenai peranan pengawasan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pihak yang bersangkutan dan terkait dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan, khususnya di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan dari berbagai pihak dalam rangka pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan yang berhubungan dengan aktivitas pengawasan. c. Sebagai dasar acuan dalam melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Pengawasan a. Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu diupayakan dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien. Dengan adanya pengawasan dapat mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Untuk memperoleh pengertian pengawasan lebih lanjut, peneliti akan mengkaji beberapa teori yang bersangkutan. Menurut Sudibyo Triatmodjo, bahan diklat Adum (2000:5) “pengawasan adalah suatu bentuk pengamatan yang pada umumnya dilakukan secara menyeluruh, dengan jalan mengadakan perbandingan antara kenyataan yang dilaksanakan dengan yang seharusnya dilaksanakan atau terjadi”. Dari pendapat tersebut dijelaskan bahwa pengawasan merupakan tindakan melakukan pengamatan antara kenyataan yang dilaksanakan dengan yang seharusnya dilaksanakan atau terjadi (das sollen dengan das sein). Jadi dalam pengawasan tersebut, pengamatan dilaksanakan secara menyeluruh terhadap semua yang diamati, bukan secara terpisah-pisah, serta untuk mengetahui hasilnya dilakukan dengan mengadakan perbandingan antara kenyataan yang dilaksanakan dengan yang seharusnya dilaksanakan atau terjadi. Sondang P. Siagian (2002:170) mengatakan bahwa “pengawasan merupakan usaha sadar dan sistematik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya”. 7 8 Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa pengawasan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, dilaksanakan berdasarkan rencana. Artinya seorang manajer tidak akan dapat mengamati penyelenggaraan kegiatan-kegiatan operasional dan mengukur hasil yang dicapai oleh para bawahannya tanpa adanya rencana. Menurut Manullang (2002:172) “bahwa pengawasan merupakan suatu proses untuk menetapkan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”. Dengan demikian pengawasan bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang ditentukan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan- kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana. Menurut Sukanto Reksohadiprodjo (1999:63) bahwa “pengawasan pada hakekatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana”. Dari pengertian di atas, maka pengawasan dilakukan dengan maksud untuk memberikan bimbingan dan arahan pada para karyawan yang melakukan kegiatan supaya kegiatan yang dilakukan tersebut sesuai dengan rencana sehingga tujuan dapat dicapai. Menurut Hamdan Mansoer (1989:153) bahwa “pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses pemantauan kegiatan untuk menjaga bahwa kegiatan tersebut memang dilaksanakan terarah dan menuju kepada pencapaian tujuan yang direncanakan dan mengadakan koreksi terhadap kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau kurang tepat sasaran yang dituju”. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pengawasan sebagai proses untuk menjaga agar semua pekerjaan dapat dilakukan secara terarah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan serta untuk mengadakan perbaikan terhadap kegiatan yang tidak sesuai atau kurang sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengawasan adalah keseluruhan dari kegiatan-kegiatan untuk 9 mengusahakan agar semua pelaksanaan pekerjaan dapat berlangsung serta berhasil sesuai dengan apa yang telah direncanakan. b. Tujuan Pengawasan Proses usaha kerja sama sekelompok orang sangat memerlukan adanya pengawasan yang baik supaya dapat diketahui apakah tujuan yang dicapai sesuai dengan yang direncanakan dan apakah pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana. Seseorang melaksanakan tugas harus mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan tersebut. Dengan demikian pemimpin yang melakukan tugas pengawasan harus sungguh-sungguh mengerti arti dan tujuan dari tugas pengawasan. Menurut Soewarno Handayaningrat (1997:143) “tujuan dari pengawasan yaitu agar hasil pelaksanaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”. Simon Devung (1988:117) berpendapat tentang tujuan pengawasan, yaitu: 1. Untuk menjamin agar hasil yang dicapai sedapat mungkin mendekati tujuan yang telah ditentukan untuk segala kegiatan yang dijalankan. 2. Untuk bisa mendapatkan informasi sedini mungkin untuk mengadakan penyesuaian mengenai tujuan yang ingin dicapai tersebut lebih realistis dan secara operasional bisa dijangkau. Menurut Manullang (2002:173) “tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan”. Sedangkan Djati Julistriarsa dan John Suprihanto (1998:102) mengatakan bahwa “tujuan dari pengawasan adalah untuk membuat segenap kegiatan manajemen menjadi dinamis serta hasil secara efektif dan efisien”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan dapat sesuai dengan rencana. Selain itu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan memberdayakan ketaatan karyawan secara sadar. 10 c. Fungsi Pengawasan Melihat dari tujuan dan fungsi pengawasan di atas, maka pengawasan ini mempunyai berbagai fungsi pokok diantaranya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahankesalahan, artinya bahwa pengawasan yang baik adalah suatu pengawasan yang dapat mencegah kemungkinan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan, kesalahan ataupun penyelewengan. Untuk memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, artinya dengan adanya pengawasan haruslah dapat diusahakan cara-cara tindakan perbaikan terhadap penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, agar tidak berlarut-larut yang dapat mengakibatkan kerugian perusahaan. Untuk mendinamisir perusahaan serta segenap kegiatan manajemen lainnya, yakni dengan adanya pengawasan diharapkan sedini mungkin dapat dicegah terjadinya penyimpangan. Sehingga setiap bagian yang ada dalam perusahaan selalu dalam keadaan yang ‘siap’ dan selalu berusaha jangan sampai terjadi kesalahan pada bagiannya atau dengan kata lain bahwa setiap bagian yang ada selalu dalam kondisi yang dinamis namun juga terarah dengan sistem manajemen yang mantap pula, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk mempertebal rasa tanggung jawab, dengan memperhatikan no. 1-no. 3 di atas, adanya pengawasan yang rutin mengakibatkan setiap bagian berikut karyawannya akan selalu bertanggung jawab terhadap semua tugas yang dilaksanakan. Sehingga tidak akan muncul tindakan saling menyalahkan dalam pelaksanaan tugas. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, dapat pula ditempuh suatu cara yakni apabila memang tidak dapat dihindarkan adanya penyimpangan, maka kepada setiap pihak diwajibkan untuk membuat suatu laporan secara tertulis mengenai penyimpangan tersebut (Djati Julistriarsa dan John Suprihanto (1998:102-103)). Sedangkan menurut Soewarno Handayaningrat (1997:144) fungsi dari pengawasan diantaranya yaitu: 1. 2. 3. 4. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanan pekerjaan tidak mengalami pemborosan-pemborosan. 11 Menurut Sukanto Reksohadiprodjo (1999:64) fungsi pengawasan adalah : 1. Perubahan yang selalu terjadi baik di luar maupun di dalam organisasi. 2. Kekomplekan organisasi 3. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh anggota organisasi. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pengawasan perlu untuk dilakukan karena dengan pengawasan akan membantu atau perusahaan dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi baik di luar maupun di dalam perusahaan sendiri. Jika berbagi perubahan tersebut tidak disertai dengan pengawasan perusahaan akan tertinggal dan tujuan tidak dapat atau kurang dapat dicapai secara maksimal. Pengawasan semakin diperlukan karena perusahaan yang semakin berkembang sehingga kegiatan yang berlangsungpun semakin banyak. Pengawasan juga diperlukan karena dalam pelaksanaan kegiatan terkadang terjadi kesalahan sehingga dengan pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan yang kemudian akan dilakukan tindakan perbaikan. Sedangkan menurut Mahduh M. Hanafi (1997: 450) fungsi pengendalian meliputi: 1. Perubahan 2. Kompleksitas 3. Kesalahan Untuk lebih jelasnya berikut ini akan peneliti terangkan lebih lanjut: 1. Perubahan Persaingan, produk baru, munculnya peraturan baru, bahan baku yang baru, semuanya membuat pengendalian diperlukan untuk mengatasi sekaligus memanfaatkan perubahan-perubahan yang terjadi. Perusahaan yang tidak mengantisipasi perubahan akan mengalami kesulitan. 2. Kompleksitas 12 Perusahaan atau organisasi akan berkembang menjadi semakin komplek, organisasi besar akan mempunyai tingkatan-tingkatan manajemen yang lebih banyak lagi. Untuk mengimbangi kompleksitas tersebut hal yang dilakukan adalah pendelegasian wewenang. 3. Kesalahan Apabila tidak ada kesalahan dalam organisasi barangkali pengendalian tidak diperlukan. Tetapi kesalahan sering terjadi dan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut pengendalian diperlukan agar kesalahan dapat diketahui seawal mungkin dan kualitas produksi menjadi semakin baik. Dari pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengendalian sangat penting dilakukan oleh suatu organisasi/perusahaan untuk : a. Mengatasi berbagai perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan; b. Mengimbangi perkembangan permasalahan perusahaan yang semakin kompleks dengan cara pendelegasian wewenang; c. Selain itu suatu organisasi/perusahaan tidak akan luput dari kesalahan, untuk mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut diperlukan suatu pengendalian agar kualitas produksi maksimal. d. Prinsip-prinsip Pengawasan Pengawasan terdiri dari beberapa kegiatan agar segala penyelenggaraan kegiatan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab dapat berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Agar pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik oleh atasan maka diperlukan pengetahuan tentang pengawasan. Menurut Sondang P. Siagian (2002:175) agar pengawasan berlangsung dengan efektif maka pengawasan harus mempunyai prinsipprinsip sebagai berikut: 1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. 2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang 13 kemungkinan adanya deviasi dari rencana. 3. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategik tertentu. 4. Obyektivitas dalam melakukan pengawasan. 5. Keluwesan pengawasan 6. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi. 7. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. 8. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. 9. Pengawasan mencari apa yang tidak beres. 10. Pengawasan harus bersifat membimbing. Menurut Soewarno Handayaningrat (1985:149) prinsip-prinsip dalm pengawasan adalah : 1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi 2. Pengawasan harus obyektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi 3. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran-kebenaran yang berlaku, berorientasi terhadap tujuan atau manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan 4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan 5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat 6. Pengawasan harus bersifat terus menerus 7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan waktu yang akan datang. Sedangkan Manullang (2002: 173) mengemukakan “bahwa untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif, maka suatu sistem pengawasan harus mempunyai dua prinsip pokok yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan”. Kedua prinsip pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, prinsip pokok pertama merupakan suatu keharusan, karena rencana merupakan standar atau alat pengukur daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah suatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Demikian juga prinsip pokok kedua juga merupakan suatu keharusan, karena wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan sehingga dapat diketahui apakah bawahan sudah melaksanakan tugas- 14 tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi-instruksi yang diberikan kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Masih menurut Manullang (2002:173) selain kedua prinsip pokok di atas, maka suatu sistem pengawasan harus pula mempunyai prinsipprinsip berikut: 1. Dapat dimengerti 2. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi 3. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan 4. Fleksibel 5. Dapat mereflektir pola organisasi 6. Ekonomis 7. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prinsipprinsip pengawasan meliputi: 1) seorang pengawas harus memahami dan menguasai sistem pengawasan yang dianut perusahaan; 2) dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi dimana setiap kebutuhan membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda maka sistem pengawasan harus dapat merefleksikan sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang diawasi; 3) dapat segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan; 4) fleksibel, sistem pengawasan dapat digunakan meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana yang terjadi di luar dugaan; 5) dengan adanya pengawasan, penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada pola organisasi yang bersangkutan; 6) sistem pengawasan harus bisa dibuat seekonomis mungkin; 7) dapat menjamin adanya tindakan korektif, dimana sistem pengawasan dapat dikatakan efektif bila dapat segera mengoreksi kegiatan yang salah. e. Proses Pengawasan Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik dan efisien, maka tidak boleh lepas dari urut-urutan atau proses pengawasan itu sendiri. Menurut Fremant E. Kast dan James E. Rosenzweig (2002: 736) proses pengawasan meliputi: 1. Menentukan tujuan dan program-program yang direncanakan 15 2. 3. 4. 5. Sumber daya dialokasikan Melaksanakan pekerjaan Membandingkan pekerjaan dengan rencana Perbaikan terhadap hasil yang tidak sesuai dengan rencana Menurut Hamdan Mansoer (1989: 154) bahwa proses pengawasan terdiri atas 3 tahap, yaitu: 1. Mengukur pelaksanaan tugas sesungguhnya 2. Membandingkan pelaksanaan tugas riil dengan standar 3. Mengambil tindakan manajerial untuk mengadakan koreksi terhadap penyimpangan atau yang tidak sesuai dengan standar. Berikut ini akan peneliti jelaskan lebih lanjut mengenai proses pengendalian di atas: 1. Pengukuran Sumber-sumber informasi yang biasa sering digunakan oleh manager dalam mengukur pelaksanaan tugas adalah observasi pribadi, laporan statistik, laporan lisan dan laporan tertulis. 2. Perbandingan Pada saat membandingkan manager memusatkan perhatian kepada besaran hasil kerja, arah dan ragam kerja yang dibandingkan. 3. Tindakan Koreksi Tindakan koreksi bisa berupa mengubah strategi, struktur, sistem imbalan, program latihan, penugasan kerja, penggantian pegawai, ada kalanya manager harus melakukan tindakan koreksi ditempat yaitu langsung meluruskan pekerjaan yang telah menyimpang. Menurut Kusdiyanto dan Edi Priyono (2002: 88) bahwa tahap-tahap proses pengawasan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan Penentuan pelaksanaan kegiatan Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan penganalisaan penyimpangan. 5. Pengambilan tindakan korektif bila diperlukan standar dan 16 Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa proses pengawasan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: menentukan standar atau membuat perencanaan, menentukan pengukuran hasil pekerjaan, melaksanakan pekerjaan, membandingkan hasil dengan standar dan selanjutnya melakukan tindakan perbaikan apabila memang diperlukan. Menurut Mahduh M. Hanafi (1997: 448) proses pengawasan meliputi: 1. Menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi 2. Melakukan pengukuran prestasi 3. Membandingkan apakah prestasi yang dicapai sesuai dengan standarnya. 4. Melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa proses pengawasan meliputi: 1. Menetapkan ukuran atau standar Merupakan fase pertama, dimana seorang pemimpin harus menentukan atau menetapkan standar atau alat-alat pengukur. Berdasarkan standar tersebut kemudian diadakan penilaian. 2. Menilai atau mengadakan penilaian Merupakan fase kedua yaitu evaluasi yakni membandingkan pekerjaan yang telah dikerjakan (actual result) dengan standar tadi. Jika terdapat ketidaksamaaan, artinya actual result tidak sama dengan standar, maka mulailah fase ketiga yakni corrective action. 3. Mengadakan tindakan-tindakan perbaikan Merupakan fase ketiga, di mana pada fase ini akan dilakukan tindakantindakan perbaikan dengan maksud agar tujuan pengawasan itu dapat dicapai. f. Jenis-jenis Pengawasan Salah satu penyebab kegagalan pencapaian tujuan organisasi adalah diakibatkan karena tidak tepatnya atau kurang tepatnya jenis pengawasan yang diterapkan dalam suatu organisasi atau perusahaan, maka sangat diperlukan tipe pengawasan yang tepat sesuai dengan kebutuhan sehingga akan dapat mencapai tujuan dengan baik. 17 Menurut Agus Sabardi (2001:215-218) bahwa “ada empat dasar pengelolaan jenis pengawasan (controlling) yaitu waktu pengawasan, obyek pengawasan, subyek pengawasan dan cara pengawasan”. Menurut Manullang (1992:172) ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan, yakni: 1. Waktu pengawasan Waktu pengawasan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Pengawasan preventif, merupakan jenis pengawasan yang dilakukan sewaktu kegiatan belum dimulai. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan. b. Pengawasan represif, merupakan jenis pengawasan yang dilakukan sewaktu kegiatan sudah berjalan tetapi belum selesai. Hal ini dalakukan untuk mengurangi penyimpangan atau kesalahan-kesalahan selama suatu kegiatan sedang berlangsung, sehingga kegiatan tersebut dapat selesai dengan baik. c. Pengawasan kuratif, merupakan pengawasan yang dilakukan setelah suatu kegiatan selesai. 2. Obyek pengawasan Dilihat dari obyek yang diawasi, pengawasan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu pengawasan produksi, keuangan, waktu dan manusia beserta kegiatannya. 3. Subyek pengawasan Dilihat dari subyeknya pengawasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern. Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh pihak organisasi dan pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar. Pengawasan intern dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sedangkan pengawasan ekstern dilaksanakan agar tidak melanggar norna-norma yang berlaku dalam masyarakat. 4. Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan Pengawasan kegiatan organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, terutama cara untuk mengumpulkan fakta untuk pengawasan, yaitu: a. Mengadakan inspeksi b. Wawancara/laporan tertulis c. Laporan tertulis d. Pengawasan dilakukan jika ada penyimpangan yang mencolok. Menurut Hamdan Mansoer (1989: 158) bahwa ada 3 bentuk pengawasan. yaitu : 1. Pengawasan pra-kerja 18 2. Pengawasan semasa kerja 3. Pengawasan pasca-kerja Untuk lebih jelasnya berikut ini akan peneliti jelaskan sebagai berikut: 1. Pengawasan pra-kerja Pengawasan ini bersifat mempersiapkan antisipasi permasalahan yang akan datang. Sifatnya mengarahkan keadaan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, sebagai peringatan untuk tidak dilanggar. Pengawasan bentuk ini memberikan patokan kerja dan tidak memandori kerja. 2. Pengawasan semasa kerja Pengawasan yang dilakukan pada saat tugas-tugas dilakukan, memungkinkan manajer melakukan perbaikan di tempat pada waktu penyimpangan diketahui. Perbaikan secara langsung sebelum penyimpangan terlalu jauh terjadi yang mungkin akan sangat sulit meluruskannya. 3. Pengawasan pasca-kerja Yaitu pengawasan yang dilaksanakan sesudah suatu kegiatan atau pekerjaan berlangsung dan malah sudah berselang waktu yang lama. Kelemahannya adalah penyimpangan baru diketahui setelah pekerjaan seluruhnya selesai, sehingga tidak mungkin diperbaiki lagi. Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengawasan dapat dilakukan pada saat : a. Sebelum bekerja yaitu mempersiapkan antisipasi permasalahan yang akan datang dan juga memberikan patokan kerja, b. Semasa bekerja, memungkinkan manager untuk melakukan perbaikan langsung ditempat kerja, c. Sesudah bekerja. 19 2. Tinjauan Tentang Produktivitas Kerja Ketercapaian tujuan suatu organisasi dapat ditunjukkan dengan naiknya, tingkat produktivitas kerja pegawai pada organisasi tersebut. Dengan adanya produktivitas yang tinggi dari pegawai dalam suatu organisasi merupakan syarat mutlak bagi suatu organisasi untuk dapat berkembang, bersaing dan memenuhi tuntutan lingkungan yang kompleks. Meskipun suatu organisasi telah didukung oleh modal yang besar. peralatan dan sarana yang lengkap dan teknologi yang canggih, apabila tidak didukung oleh adanya pegawai-pegawai yang mengatur, menggunakan dan memelihara semua tidak akan ada artinya. a. Pengertian Produktivitas Kerja Dalam suatu organisasi keberadaan dari faktor sumber daya yang mendukung merupakan hal yang menentukan keberhasilan dari organisasi tersebut. Sumber daya tersebut adalah sumber daya manusia dan sumber daya non manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas dan telah memiliki banyak pengalaman kerja serta mempunyai semangat kerja yang tinggi sangat mendukung tercapai produktivitas kerja yang tinggi dari para pegawainya. Dengan adanya produktivitas yang tinggi dari setiap pegawai dalam suatu organisasi merupakan syarat mutlak bagi organisasi tersebut untuk berkembang, bersaing dan memenuhi tuntutan lingkungan yang kompleks. Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1994: 248) mengemukakan bahwa “Produktivitas kerja adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber kerja yang digunakan (input)”. Produktivitas menurut Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig (2002: 926) adalah “suatu ukuran efisiensi/dari proses transformasi organisasi yang mengolah masukan (inputs) menjadi 7 keluaran (outputs)". Sedangkan Sondang P. Siagian (1996: 154) mengemukakan bahwa “Produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat yang 20 sebesar-besarnya dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia sehingga mampu menghasilkan keluaran (output) yang optimal”. Dari beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa produktivitas kerja merupakan kemampuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia sehingga mampu menghasilkan keluaran yang maksimal. b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Telah dikemukakan di atas bahwa faktor produktivitas manusia memiliki peran besar dalam menentukan suksesnya suatu usaha. Secara konseptual, produktivitas manusia sering juga disebut sebagai sikap mental yang selalu memiliki pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Oleh karena itu agar produktifitas karyawan dapat ditingkatkan berbagai faktor harus dapat dipenuhi. Menurut John Suprihanto (1997:113) bahwa: “faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja antara lain: pendidikan dan latihan keretampilan, gizi atau nutrisi dan kesehatan, bakat atau bawaan, motivasi kemauan, kesempatan kerja, kesempatan manajemen dan kebijaksanaan pemerintah. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis kemukakan bahwa untuk memperoleh produktivitas kerja yang diharapkan, pimpinan perusahan atau organisasi harus mengupayakan berbagai fasilitas dan sarana yang dapat mendukung para karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan. Menurut Muchdarsyah Sinungan (2003:59), ”faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada tingkat perusahaan antara lain: 1) Tenaga kerja, 2) Manajemen dan organisasi, 3) Modal pokok, bahan mentah”. Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut antara lain: 1) Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempunyai peranan besar dalam mendukung produktivitas suatu perusahaan. Oleh 21 karena itu faktor tenaga kerja harus mendapat perhatian penting dari perusahaan. 2) Manajemen dan Organisasi Produktivitas juga dipengaruhi oleh bagaimana manajemen melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Modal pokok, bahan mentah Peningkatan produktivitas juga tergantung dari modal pokok dan pemilihan bahan-bahan maupun daya guna secara optimal. Selanjutnya Bambang Kusriyanto (1993:2) mengemukakan faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah: Tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika pekerjaan, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial, sarana produksi, manajemen, kesempatan berprestasi, kebijakan pemerintah dibidang produksi, investasi, perijinan, teknologi, moneter, fiskal, harga, distribusi dan lain-lain. Sedangkan menurut Payaman J. Simanjutak (1995:10) berpendapat bahwa: produktivitas kerja karyawan sebagai suatu kesatuan sistem dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan digolongkan dalam tiga kelompok yaitu: 1. Menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan 2. Sarana pendukung 3. Supra sarana Penjelasan lebih terperinci dibahas satu persatu berikut ini : 1) Menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja langsung dengan pelaksanaan pekerjaan akan tetapi juga diri, dalam memanfaatkan semua unsur sarana dan prasarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas 22 pekerjaannya. Disamping itu motivasi kerja, etos kerja, sikap mental harus dapat berperan sebagai motor penggerak untuk menggali potensi diri, agar dapat mendayagunakan sumber daya manusianya secara lebih terarah dan produktif. 2) Sarana pendukung Sarana pendukung untuk meningkatkan produksi kerja karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Menyangkut lingkungan kerja fisik, termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan yang digunakan serta untuk keselamatan dan kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri. b. Menyangkut lingkungan kerja non fisik, yang berhubungan dengan karyawan yang tercermin dalam tingkat interaksi sosial di lingkungan kerja dan adanya berbagai macam pelayanan yang ada, juga kesejahteraan penghasilan dan jaminan sosial. 3) Supra sarana Dalam usaha peningkatan produktivitas, kemampuan perusahaan tidak saja ditentukan dari pihak manajemen perusahaan, akan tetapi juga ditentukan faktor dari luar perusahaan. Seperti faktor produksi yang digunakan, prospek pemasaran, perpajakan dan perijinan usaha, kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap usaha peningkatan produktivitas. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas meliputi tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan, teknologi, cara produksi, sarana dan peralatan yang digunakan, faktor produksi yang digunakan, prospek pemasaran, perpajakan dan perijinan usaha, dll. Dimana faktor-faktor yang telah disebutkan di atas akan berpengaruh pada usaha peningkatan produktivitas. c. Sumber-Sumber Produktivitas 23 Umumnya seseorang yang bekerja selalu berusaha meningkatkan produktivitas kerjanya, namun demikian dalam mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja sangat tergantung dari kemampuan dan kecakapan dalam mendayagunakan potensi sumber daya yang ada dalam dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Hadari Nawawi dan Hartini Hadari (1990:103-104) dalam Administrasi Personel dan Produktivitas Kerja mengemukakan bahwa “seseorang tenaga kerja agar produktif harus mampu mendayagunakan lima sumber kerja yaitu”: 1. 2. 3. 4. 5. Penggunaan pikiran Penggunaan tenaga jasmani atau fisik Penggunaan waktu Penggunaan ruangan Penggunaan material atau bahan dan uang Untuk memperjelas pendapat di atas, maka dibawah ini diuraikan secara terperinci sebagai berikut : 1. Penggunaan pikiran Perusahaan dalam usahanya menyelesaikan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, menghendaki para karyawannya dapat bekerja dengan menggunakan cara-cara yang paling mudah, aman dan selamat dalam arti dapat menggunakan pikirannya untuk bekerja secara produktif, kreatif dan dapat menemukan cara kerja yang lebih sederhana namun mampu meningkatkan produktivitas kerja. 2. Penggunaan tenaga jasmani atau fisik Produktivitas akan meningkat apabila dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang maksimal serta mutu yang baik, dapat menggunakan tenaga jasmani atau fisik secara maksimal namun tidak berlebihan sehingga kesehatannya tidak terganggu dengan demikian dapat melakukan tugas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 3. Penggunaan waktu 24 Ketepatan waktu dalam mengerjakan suatu pekerjaan dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas, hal ini disebabkan waktu adalah sesuatu yang berharga sehingga apabila produktivitas kerja tidak dilaksanakan secara tepat waktu akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi pihak perusahaan atau karyawan. 4. Penggunaan ruang Penggunaan ruang kerja yang luas dan banyak kadang dapat memperlambat proses pekerjaan karena panjangnya jarak yang harus ditempuh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga kurang efektif dan efisien. Untuk itu maka perlu adanya pengaturan ruang yang tepat untuk masing-masing bagian. Dengan jarak yang lebih pendek dapat menghemat waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga karyawan dapat bekerja secara lebih produktif. 5. Penggunaan bahan atau material dan uang Dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja, karyawan harus dapat mendayagunakan material atau bahan yang ada. Dalam hal ini karyawan harus dapat mempergunakan material atau bahan yang ada dengan kemampuan menggunakan secara efektif dan efisien serta dengan mutu yang tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas dapat diperoleh dari: (1) penggunaan pikiran yaitu menggunakan cara-cara yang mudah, aman dan selamat; (2) penggunaan tenaga jasmani/fisik, yaitu menggunakan tenaga jasmani/fisik secara maksimal namun tidak berlebihan, sehingga tetap menjaga kesehatan; (3) penggunaan waktu, yaitu ketepatan waktu dalam mengerjakan sesuatu akan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja; (4) penggunaan ruang, yaitu pengaturan ruang secara tepat untuk menghemat waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan; 25 (5) penggunaan bahan/material dan uang, yaitu kemampuan secara efektif dan efisien serta dengan mutu yang tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. d. Upaya-upaya Untuk Meningkatkan Produktivitas Pada dasarnya setiap organisasi maupun perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan produktivitasnya. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawainya organisasi harus dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat mendukung pegawai untuk bekerja dengan tenang dan nyaman, tanpa ada gangguan yang dapat menghambat terselesaikannya tugastugas yang harus dikerjakan. Produktivitas suatu organisasi perlu ditingkatkan dengan berbagai cara. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bambang Tri Cahyono (1996: 285286) yang mengemukakan bahwa: Peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu diupayakan karena mempunyai banyak manfaat, baik secara makro maupun mikro. Secara makro peningkatan produktivitas bermanfaat dalam pendapatan masyarakat yang lebih tinggi, tersedianya barang kebutuhan masyarakat yang lebih banyak dengan harga lebih rendah, perbaikan kondisi kerja termasuk jam kerja dan lain-lain. Sedangakn menurut James A. F. Stoner (1992:262) peningkatan produktivitas suatu organisasi dapat ditempuh dengan cara: 1. Pengadaan system pendukung keputusan menejemen. 2. Pembangunan gudang sentral dengan penyimpangan dan pengambilan secara otomatis. 3. Pengaturan aliran kerja guna mengurangi jumlah pekerja pada masa sibuk. 4. Pengadaan fasilitas komputer di lokasi kerja. 5. Latihan. 6. Program insentif yang didasarkan pada produktivitas jangka panjang. Bambang Tri Cahyono (1996: 286-28?) mengemukakan unsur-unsur program peningkatan produktivitas yang penting adalah: 1. Insentif (perangsang) Yang paling penting program peningkatan produktivitas yang berhasil itu ditandai dengan adanya andil yang luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan lain, di seluruh organisasi. Setiap pembayaran 26 kepada perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi produktivitas, sedangkan kenaikan pembayaran harus diberikan terutama berdasarkan hasil produktivitasnya. 2. Kepuasan kerja Karena persoalan peningkatan kepuasan kerja merupakan hal yang kompleks, maka diperlukan penyusunan kembali yang menyangkut penggandaan kerja, perluasan tugas kerja. Agar produktivitas pegawai dapat meningkat dalam perekrutan pegawai pun harus selalu diutamakan pegawai-pegawai yang berkualitas dan produktif karena dengan perekrutan pegawai-pegawai yang berkualitas dapat mempermudah suatu organisasi dalam mencapai tujuannya termasuk dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Dimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan diantaranya adalah pemberian perangsang dan kepuasan kerja bagi karyawan baik kepuasan yang bersifat ekonomis, sosiologis maupun psikologis. B. Kerangka Berfikir Setiap organisasi atau badan usaha, pada dasarnya menginginkan tercapainya produktivitas yang semakin meningkat di dalam bidang kerjanya. Salah satu diantaranya produktivitas kerja karyawan, karena tenaga kerja merupakan sumber daya yang paling penting maka tinggal bagaimana organisasi itu mengusahakan agar tenaga kerja itu dapat menjadi sumber daya yang paling aktif, kreatif dan inovatif. Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi memerlukan tenaga kerja yang terdidik, terampil dalam menjalankan tugas. Baiknya pengawasan akan membantu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan. Pengawasan yang tidak bersifat mengancam dan obyektif akan menimbulkan rasa tidak terganggu dalam bekerja, yang kemudian diikuti oleh rasa aman, tenteram, senang, kerasan, sehingga karyawan dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, loyal dan produktif. 27 Pimpinan Pengawasan Perusahaan Karyawan Produktivitas Tujuan Perusahaan Tercapai Gambar 1. Kerangka Pemikiran BAB III METODOLOGI Dalam penelitian untuk mendapatkan kebenaran diperlukan tata cara atau prosedur tertentu. Dimana pemilihan aspek metodologi penelitian yang akan digunakan dilaksanakan pada waktu penelitian berlangsung. Ketepatan dalam menentukan aspek metodologi disesuaikan dengan jenis data yang akan mengantar penelitian ke arah tujuan yang diinginkan. Sutrisno Hadi (1987:4) mengatakan bahwa “metodologi berasal dari dua istilah yaitu metodos berarti cara dan logos berarti ilmu. Jadi metodologi adalah ilmu yang memperbincangkan cara-cara atau metode ilmiah”. Kartini Kartono (1996:20) mengatakan bahwa “penelitian adalah merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan melakukan verivikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah”. Menurut Aslam Sumhudi (1991:37) bahwa “metodologi penelitian adalah tata cara atau prosedur untuk menjalankan seluruh kegiatan penelitian, dengan kata lain metodologi merupakan suatu pengetahuan tentang tata kerja dan tata cara yang mencakup instrumen-instrumen yang berisi mekanisme tertentu untuk dipakai dalam pencapaian suatu tujuan”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996:9) bahwa “metodologi penelitian dapat diartikan juga sebagai ilmu untuk mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan gejala-gejala sosial dalam kehidupan manusia, dengan mempergunakan prosedur kerja yang sistematis, teratur, tertib dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah”. Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa “metodologi penelitian adalah ilmu yang membahas tentang cara yang ditempuh dalam kegiatan penelitian untuk memecahkan masalah atau persoalan dengan memakai pendekatan ilmiah, antara lain meliputi pengumpulan data, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif”. 28 29 A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam penelitian memerlukan tempat untuk memperoleh data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tempat penelitian ini adalah PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta dengan alasan sebagai berikut : a. Adanya data yang tersedia di lokasi tersebut sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian. b. Belum adanya penelitian tentang peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. c. Jangkauan lokasi penelitian mudah dan dekat dengan peneliti sehingga memperlancar jalannya penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 9 bulan mulai bulan Agustus 2006 sampai April 2007. Penelitian ini dilakukan setelah usulan penelitian disetujui serta setelah adanya ijin dari pihak-pihak yang berwenang. B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu untuk mencari kebenaran secara alamiah dan memandang obyek secara keseluruhan, interpretasi berdasarkan atas fenomena alamiah dan akan digunakan sebagai dasar untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan menyajikan analisis hasil penelitian. Selain itu juga mendukung cara penetapan jumlah sampel atau cuplikan serta pemilihan instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan informasi. Atas dasar telaah teori yang telah disusun dan melihat permasalahan yang ada dalam penelitian ini peneliti memilih bentuk penelitian kualitatif. Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996:176) bahwa “penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring data / informasi yang bersifat sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek / bidang kehidupan tertentu pada obyeknya”. 30 Bentuk penelitian ini mengikuti paradigma penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan terhadap “variabel mandiri” yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Di mana peneliti tidak memberikan treatment atau perlakuan terhadap objek, sehingga objek dibiarkan seperti kondisi aslinya secara apa adanya. Pada penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama yang menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian. Karakteristik penelitian kualitatif tersebut antara lain peneliti cenderung mengarahkan kajiannya pada perilaku manusia sehari-hari dalam keadaan yang rutin secara apa adanya. Mengarahkan kegiatannya secara dekat kepada masalah kekinian, memusatkan pada deskripsi, Peneliti sebagai alat utama penelitian, teknik penelitiannya cenderung bersifat purposive, lebih mementingkan proses dari pada produk. Berdasarkan rangkaian teori tentang penelitian kualitatif tersebut, maka Peneliti yang merupakan instrumen penelitian menekankan sifat naturalisme dengan mengungkapkan secara nyata peristiwa-peristiwa atau kegiatan pelaksanaan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan penelitian kualitatif Peneliti lebih mampu memahami kenyataan yang ada di lapangan secara lebih mendetail. 2. Strategi Penelitian Dalam mengkaji permasalahan diperlukan suatu strategi yang tepat guna memperoleh data yang relevan dengan permasalahan. Strategi merupakan dasar untuk mengamati, mengumpulkan informasi, dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian, sekaligus akan mendukung cara menetapkan jumlah sampel atau cuplikan serta pemilihan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Strategi penelitian pada dasarnya merupakan pola penelitian yang dilaksanakan berdasarkan jenisnya. Dalam penelitian kualitatif ada 3 (tiga) macam strategi pendekatan, yaitu deskriptif, eksplanatif dan eksploratif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan data dengan kata-kata atau uraian dan penjelasan. Penelitian eksplanatif bertujuan 31 menjelaskan suatu pegangan atau patokan untuk pembuktian suatu pendapat, sedangkan penelitian eksploratif bertujuan untuk menemukan hal-hal yang baru. Pada penelitian ini peneliti menggunakan strategi penelitian deskriptif tunggal terpancang dimana peneliti hanya mengkaji satu masalah saja yaitu tentang seberapa jauh pengawasan mampu menunjang peningkatan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. Jadi srtategi tunggal terpancang yang digunakan dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai : tunggal dalam arti hanya satu ruang lingkup lokasi penelitian yaitu PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta, sedangkan terpancang pada tujuan penelitian, maksudnya yaitu apa yang harus diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan penelitian lapangan. Pada penelitian ini terpancang pada tujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Penelitian deskriptif tunggal terpancang bertujuan agar penelitian dilakukan secara lebih mendalam sehingga hasilnya memiliki mutu yang tidak dapat disangkal. C. Sumber Data Menurut Sutopo (2002:33) bahwa “sumber data penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen dan arsip serta benda-benda lain”. Sedangkan menurut Lofland dan Lofland yang dikutib oleh Lexy J. Moleong (2002:112) “sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain”. Peran sumber data sangat penting, karena berkaitan dengan bisa tidaknya data penelitian diperoleh. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut: 1. Informan Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik dan benar tentang masalah yang sedang diteliti. Dalam hal ini peneliti harus memilih informan yang memiliki sikap obyektif serta mau dengan sukarela memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Sehingga informan 32 merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkapkan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah: a. Manager Personalia b. Kepala bagian produksi c. Karyawan Operasional bagian produksi 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta dengan segala aktivitas-aktivitas yang dilihat maupun didengar di bagian produksi yang dapat dijadikan bahan untuk diobservasi oleh peneliti 3. Arsip dan Dokumen Dokumen yang dijadikan sumber data berupa buku dan arsip yang ada PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Data-data tersebut antara lain: sejarah berdiri dan perkembangan perusahaan, data jumlah karyawan, struktur organisasi, dll. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Data sangat diperlukan guna membuktikan kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan. Seperti pendapat Suharmi Arikunto (2002:198) bahwa “... maka pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting sekali”. Untuk itulah diperlukan data yang obyektif, valid dan memadai sehingga untuk mencapai hal tersebut perlu diperhatikan mengenai cara atau teknik mengumpulkan data yang dipergunakan sebagai teknik pengumpulan data. 1. Wawancara Dalam penelitian kualitatif teknik wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data. Pada dasarnya wawancara merupakan teknik percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Sebagaimana dikatakan oleh Lexy J. Moleong (2001:135) mengatakan bahwa “wawancara adalah percakapan yang 33 dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. 2. Pengamatan (Observasi) Menurut Suharsimi Arikunto (2002:197) yang mengutip dari Kerlinger bahwa “mengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya”. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti meliputi segala aktivitas di obyek yang diteliti, baik aktivitas yang dilihat dan didengar. Dalam melaksanakan observasi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu pengamatan langsung ke PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. 3. Analisis Dokumen Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat arsip maupun dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Terutama untuk mengungkapkan data atau fakta yang telah dilampaui. Jenis dokumen dapat berupa surat, memorandum, agenda, pengumuman, proposal, kliping berita, artikel dan media massa yang relevan. E. Teknik Sampling Dalam penelitian ini penentuan sampel ditentukan dengan cara purposive sampling. Menurut Lexy J. Moleong (2001:165) bahwa “dengan teknik purposive sampling ini terkandung maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya”. Menurut Sutopo (2002:30) bahwa “dalam teknik purposive sampling peneliti cenderung memilih informan yang diangap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam”. Peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling yaitu peneliti pertama-tama datang pada seseorang yang menurutnya sebagai Key Informan, 34 tapi setelah berbicara cukup informan tersebut menunjuk informan lainnya yang diangap mengetahui lebih banyak mengenai masalah yang diteliti. Sehingga dalam peneltian ini menggunakan teknik purposive snowball sampling, dengan mengambil sampel sesuai dengan kebutuhan peneliti. F. Validitas Data Menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) bahwa “ validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Menurut Sutopo (2002:80-82) menyebutkan bahwa ada empat macam trianggulasi yaitu: 1. Trianggulasi data atau sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis. 2. Trianggulasi penulis, yaitu cara mana hasil penelitian baik data ataupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan diuji validitasnya dari berbagai penulis. 3. Trianggulasi metodologi, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. 4. Trianggulasi teori, yaitu melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan data yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metodologi, trianggulasi data yaitu menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis, dan trianggulasi metodologi yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui situasi dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif dan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Menurut peneliti hal tersebut dapat dicapai dengan jalan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian 35 dengan apa yang dikatakannya; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. G. Analisis Data Dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis interaktif dan mengalir. Milles dan Huberman (1992:19) mengemukakan bahwa “analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi”. Jadi antara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun suatu analisis yang tangguh. Skema analisis data interaktif sebagai berikut: Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Kesimpulan/ Verifikasi Gambar 2. Analisis Data Interaktif Mengalir 36 Keterangan : 1. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 2. Penyajian data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat berupa matriks, grafiks maupun teks naratif yang didesain secara sistematis sehingga memudahkan dalam pemahamannya. 3. Penarikan kesimpulan Dari data yang telah dikumpulkan sejak awal penelitian, dicari pola, tema, keterangan-keterangan, penjelasan dan kesamaan-kesamaan yang muncul. Tiga komponen analisis yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi), aktivitasnya dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses mengalir (siklus). Analisis dilakukan bersamaan atau serentak dengan proses pengumpulan data. Hal ini berarti bahwa analisis tidak dilakukan setelah data yang dikumpulkan secara keseluruhan telah terkumpul. Bila kesimpulan dirasa kurang mantap karena kekurangan data dalam mereduksi data dan penyajian data, maka peneliti dapat menggalinya dalam field note. Bila ternyata dalam field note juga tidak diperoleh data pendukung yang dimaksud, maka peneliti wajib kembali melakukan pengumpulan data khusus bagi pendalaman dukungan yang diperlukan. H. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan ini dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian sampai dengan pencarian berkas perijinan lapangan. 37 2. Tahap Lapangan Tahap lapangan ini dilakukan untuk menggali data yang relevan dengan tujuan peneltian. Dalam tahap ini peneliti sudah mulai terjun ke lapangan peneltian yakni mulai dari pengumpulan data, analisis data sampai dengan penulisan laporan. Untuk lebih memudahan peneliti dalam melangkah, berikut ini peneliti sajikan bagan prosedur penelitian sebagai berikut: Penarikan kesimpulan Proposal Persiapan pelaksanaan Pengumpulan data dan Analisis awal Analisis Akhir Gambar 3. Prosedur penelitian Penulisan laporan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya PT. Djitoe ITC Surakarta Perusahaan rokok Djitoe didirikan pada tahun 1964 oleh Bapak H. Soetantyo dengan bentuk badan hukum Perusahaan Perseorangan dengan nomor ijin usaha: 8124/F/1964. Pada awal berdirinya perusahaan ini hanya memproduksi rokok kretek tangan lintingan tradisional, yang dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja yang sebagian masih merupakan kerabat dari pemilik perusahaan tersebut. Kata “Djitoe” yang digunakan sebagai nama perusahaan memiliki beberapa makna. Djitoe, dalam bahasa Jawa berarti siji lan pitu. Dalam bahasa Indonesia berarti satu tujuh atau tujuh belas yang merupakan tanggal Kemerdekaan RI. Selain itu kata Djitoe juga dapat berarti tepat, yang maksudnya tepat untuk dinikmati oleh konsumen golongan bawah dan menengah dengan harga yang terjangkau. Tujuan utama dari pendirian perusahaan antara lain : 1. Mendapatkan keuntungan yang layak sebagai sumber penghasilan. 2. Memberikan kepuasan pada konsumen melalui produk perusahaan. 3. Membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran dengan adanya kesempatan lapangan kerja khususnya bagi penduduk di sekitar pabrik. 4. Menambah penerimaan bagi pemerintah daerah, melalui pita cukai dan pajak. Pada tahun 1968 perusahaan rokok Djitoe mengalami kemunduran. Salah satu penyebabnya adalah adanya persaingan dengan perusahaan sejenis, khususnya yang berada di wilayah Solo. Selain itu alat-alat yang dipakai dalam proses produksi dinilai kurang efisien sehingga perusahaan perlu menambah sejumlah modal untuk menggantikan atau menambah alat-alat yang lebih baik dan modern, agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya. 38 39 Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 7/1968 yang berisi tentang pemberian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan syarat perusahaan tersebut telah berbadan hukum dan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka muncul dorongan dan kesempatan bagi perusahaan rokok Djitoe untuk mengangkat kembali usahanya dengan demikian Bapak Soetantyo sebagai pemilik perusahaan mengubah perusahaannya dari Perusahaan Perseorangan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan disahkan melalui Akte Notaris H. Moeljanto dengan nomor 4 tanggal 7 Mei 1969 dengan nama PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO. Satu tahun kemudian Akte Notaris tersebut di atas mengalami perbaikan lagi dengan Akte pendirian No. 7 tanggal 18 Februari 1970. Dengan adanya perubahan di atas kemudian modal yang semula dari perseorangan diganti menjadi modal yang terdiri dari saham-saham yang sebagian besar sahamnya dipegang oleh pihak keluarga sendiri. Dari tahun 1964 sampai sepuluh tahun kemudian perusahaan rokok PT. DJITOE mengalami perkembangan, hai ini disebabkan karena masih jarangnya perusahaan rokok di Surakarta, sehingga persaingan belum terlalu ketat. Pada sekitar tahun 1976 sampai 1980 perusahaan mengalami penurunan tingkat volume penjualan, ini disebabkan sudah adanya saingan dari perusahaan lainnya yang telah membuka cabangnya di Surakarta. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya kegiatan promosi yang baik dari perusahaan, yang akhirnya dapat membuahkan hasil dengan adanya peningkatan volume penjualan yang terjadi antara tahun 1981 sampai dengan tahun 1985, dan sampai sekarang semakin berkembang. Perusahaan rokok PT. Djitoe Surakarta dapat mengelola usahanya tidak hanya menginginkan laba yang maksimal, tetapi ada tujuan perusahaan yang lainnya, yaitu ingin menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat disekitarnya sesuai dengan kemampuan perusahaan agar bisa menambah penghasilan bagi penduduk disekitar kota Surakarta yang menanam tembakau sebagai bahan baku rokok tersebut. 40 2. Lokasi Perusahaan Pemilihan lokasi perusahaan sangat penting, karena lokasi merupakan salah satu unsur yang menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini perusahaan rokok PT. Djitoe berlokasi di jalan LU Adisucipto No. 67 Surakarta. Ditinjau dari lokasi perusahaan ini, maka dapat dikatakan bahwa tempat kedudukan perusahaan cukup strategis dan cukup banyak menguntungkan perusahaan, ini dapat dilihat dari beberapa faktor : 1. Faktor Primer Faktor primer ini meliputi : a. Harga Tanah Karena letak pabrik di pinggir kota, maka harga tanah pada waktu itu masih murah dibandingkan dengan harga tanah di dalam kota. Dan sangat memungkinkan untuk perluasan perusahaan, karena daerah disekitar perusahaan masih banyak terdapat tanah kosong. b. Prasarana Angkutan Pengangkutan bahan baku dan bahan jadi dari perusahaan ke penyalurpenyalur sangat mudah, karena letak pabrik yang sangat strategis yaitu berada di pinggir jalan raya yang dilalui jalur bis dan truk. c. Sumber Bahan Baku Dalam pembelian bahan baku, perusahaan membelinya dari penduduk disekitar kota Surakarta yang merupakan penghasil tembakau ada juga banyak penduduk setempat yang bersedia menyediakan tanahnya untuk ditanami tembakau. d. Tenaga Kerja Kebanyakan tenaga kerja terutama bagian pelintingan, ketok dan pembungkus berasal dari sekitar pabrik, sehingga tidak memerlukan sarana antar jemput karyawan. Dan memungkinkan dilakukan adanya penambahah atau penggantian tenaga kerja, baik itu tenaga kerja operasional maupun administrasi karena di daerah Surakarta terdapat fasilitas pendidikan yang memadai. 41 e. Pasar Pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1970 yang merupakan pasar bagi produk PT. DJITOE hanya di daerah Solo dan sekitarnya. Kemudian diperluas ke daerah Jawa Timur, bahkan hingga ke luar Jawa. 2. Faktor Sekunder Faktor sekunder ini meliputi : a. Lingkungan Pabrik Pabrik terletak di jalan LU Adisucipto No. 67 Surakarta yang merupakan daerah industri, karena disekitarnya terdapat pabrik-pabrik lain seperti Iskandar Tex, Pabrik Es Sumber Tirta dan lain-lain. b. Fasilitas Air dan Listrik Selain menggunakan air dari PAM, perusahaan juga menggunakan air dari dalam tanah dengan menggunakan pompa listrik, yang cukup jernih dan memenuhi syarat untuk dimanfaatkan untuk keperluan merendam cengkeh. c. Kebersihan Kota dan Udara Letak pabrik dipinggir kota dan berada di kawasan industri, maka tidak mengganggu kebersihan kota dari pencemaran udara. 3. Personalia Perusahaan rokok PT. Djitoe menggolongkan para karyawannya berdasarkan pekerjaan dan waktu bekerja, yang antara lain : 1. Berdasarkan Pekerjaan a. Karyawan Harian Karyawan menerima upah setiap hari Sabtu. Besarnya upah yang diperoleh berdasarkan presensi karyawan, ini dimaksudkan untuk mempermudah administrasi perusahaan. Karyawan ini terdiri dari tenaga pengudal, perajang tembakau, tukang pembersih pabrik, dan tukang angkat barang. 42 b. Karyawan Bulanan Karyawan menerima upah tiap akhir bulan. Besarnya upah yang mereka terima berdasarkan pada jabatan yang diduduki dan juga perjalanan kerja yang dijalaninya. Karyawan ini terdiri dari staf direksi, kepala bagian, bagian teknik dan bengkel, mandor, dan sopir. c. Karyawan Borongan Karyawan yang perhitungan upahnya berdasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan. Karyawan ini terdiri dari tenaga pelinting dan pembungkus. 2. Berdasarkan Waktu Kerja Jam kerja karyawan PT. Djitoe sebagai berikut : a. Pukul 07.00 – 11.30 adalah waktu kerja b. Pukul 11.30 – 12.30 adalah waktu istirahat c. Pukul 12.30 – 16.30 adalah waktu kerja d. Pukul 16.30 – selesai adalah waktu lembur 3. Jaminan Kesehatan Bagi karyawan yang menderita sakit dapat ditangani oleh dokter poliklinik perusahaan, bagi yang memerlukan rawat inap perusahaan bekerjasama dengan rumah sakit umum pusat pemerintah Surakarta dan rumah sakit swasta yaitu Panti Waluyo Surakarta. 4. Jumlah karyawan Tabel I Data jumlah karyawan PT. Djitoe ITC Tahun 2007 Klasifikasi Pekerjaan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Staf 25 21 46 Harian 190 61 251 Borongan - 232 232 Jumlah 215 314 529 43 4. Struktur Organisasi Perusahaan Agar perusahaan dapat menjalankan fungsinya serta aktivitas bisa berjalan lancar maka diperlukan susunan organisasi yang jelas, sehingga tidak akan terjadi kekeliruan dalam melaksanakan pekerjaan maupun pemberian tugas dan perintah yang tidak sesuai dengan prosedur dan fungsi tugasnya. Organisasi mempunyai pengertian sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Struktur organisasi yang digunakan PT. Djitoe adalah bentuk garis dan staf. Hal ini dimaksudkan agar ada suatu kesatuan dalam pimpinan serta pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Adapun struktur organisasi PT. Djitoe terlampir. Sedangkan pembagian tugas dan tanggung jawab setiap bagian di dalam organisasi perusahaan secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rapat umum pemegang saham adalah suatu badan yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam perusahaan, dimana para anggotanya adalah pemegang saham yang berhak menentukan arah jalannya perusahaan. 2. Komisaris Komisaris merupakan badan pengawas dan penasehat Direksi yang ditunjuk dan bertanggungjawab langsung kepada RUPS. Komisaris beranggotakan dua orang dengan tugas sebagai berikut: a. Memberi nasehat kepada Direksi bilamana dipandang perlu. b. Mengawasi kegiatan peusahaan serta menilai kebijakisanaan Direksi, apakah sesuai dengan yang tercantum dalam AD/ART perusahaan yang telah ditetapkan. 3. Direksi a. Direktur I Direktur I PT. Djitoe dijabat sendiri oleh Bapak HA. Soetantyo, memiliki tanggung jawab langsung kepada RUPS. Tugas Direktur I adalah: 1. Melaksanakan fungsi-fungsi pimpinan dan menjalin hubungan dengan pihak ekstern. 44 2. Memberi laporan kepada pemegang saham mengenai perkembangan perusahaan serta menentukan diadakannya RUPS. b. Direktur II Direktur II bertindak sebagai Direktur I manakala Direktur I berhalangan hadir atau tidak ada di tempat. Direktur II juga sebagai pengawas langsung yang bertanggungjawab penuh terhadap segala kegiatan intern perusahaan. 4. Staf Direksi Merupakan badan penasehat dan sebagai pembantu Direksi, yang tugasnya membantu Direktur dan memberikan saran atau pendapat serta pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil keputusan atau perumusan kebijaksanaan perusahaan. 5. Bagian Keuangan Bagian ini bertanggungjawab langsung kepada Direksi. Tugas bagian keuangan adalah: a. Menyelenggarakan atau mengatur anggaran perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. b. Menyelenggarakan sistem pembukuan dan pengawasan keuangan yang baik dan teratur. 6. Bagian Umum Bagian umum langsung bertanggungjawab kepada Direksi. Bagian ini bertanggungjawab penuh atas urusan : a. Teknik yang meliputi listrik, mesin dan bengkel kendaraan. b. Kesehatan dan kebersihan. c. Perawatan gedung dan bangunan. d. Keamanan (security). 7. Bagian Administrasi Bagian ini langsung bertanggungjawab kepada Direksi. Tugasnya adalah: a. Mengurus keluar masuknya surat-surat perusahaan. b. Menyelenggarakan sistem file/pengarsipan atas dokumen perusahaan. 45 c. Mengadakan atau membuat laporan perkembangan perusahaan yang meliputi anggaran baik secara berkala tiap triwulan, maupun laporan pada akhir tahun. 8. Bagian Humas dan Personalia Bagian ini bertanggungjawab langsung kepada Direksi. Tugasnya: a. Melaksanakan seleksi penerimaan karyawan. b. Mengatur tata tertib kerja bagi karyawan serta menyelenggarakan dan mengawasi absensi karyawan dan pembayaran upah/gaji karyawan. c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi karyawan yang tidak memenuhi syarat atau bagi karyawan yang melanggar aturan yang berlaku baik yang diatur oleh PKB ataupu ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja. 9. Bagian Produksi Bagian ini bertanggungjawab langsung kepada Direksi. Tugasnya adalah: a. Menjalankan proses produksi sesuai rencana yang telah ditetapkan, baik untuk produksi pesanan maupun untuk persediaan gudang barang jadi. b. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk. c. Mengadakan pengawasan pelaksanaan proses produksi serta pengawasan mesin atau peralatan produksi baik dalam pengoperasiannya maupun dalam perawatannya. 10. Bagian Pembelian Bagian pembelian bertanggungjawab secara langsung kepada Direksi dan memiliki tugas sebagai berikut: a. Melaksanakan pembelian bahan-bahan yang diperlukan perusahaan serta pembelian peralatan dan perlengkapan lainnya yang diperlukan. b. Meretur barang-barang yang dibeli jika tidak sesuai dengan pesanan baik kualitas maupun harga yang telah disetujui sebelumnya. c. Menyelenggarakan administrasi pembelian dan membuat laporan pembelian yang ditujukan kepada direksi. 11. Bagian Penjualan Bagian ini bertanggungjawab langsung kepada Direksi, dengan tugas antara lain: 46 a. Melaksanakan penjualan produk kepada konsumen melalui lembaga perantara. b. Menyelenggarakan administrasi penjualan dan rekapitulasi laporan penjualan baik secara berkala maupun laporan pada akhir tahun. c. Mengadakan saluran distribusi yang baik. d. Mengadakan survei ke masing-masing daerah pemasaran dan memperluas daerah pemasaran. 5. Produksi Di dalam kegiatan produksi perusahaan rokok PT. Djitoe ITC perlu memperhatikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Hasi Produksi Hasil produksi perusahaan rokok PT. Ditoe pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: a. Sigaret Kretek Tangan (SKT) Yaitu rokok yang pembuatannya dengan menggunakan tangan, sedang jenis-jenisnya dapat dibagi menjadi: 1. Djitoe king size merah 2. Djitoe king size hijau b. Sigaret Kretek Mesin (SKM) Yaitu rokok filter yang pembuatannya menggunakan tenaga mesin, sedangkan jenisnya dapat dibagi menjadi: 1. Djitoe International Hijau 2. Djitoe International Super 3. Djitoe International 90’s 4. Djitoe International Golden c. Sigaret Putih Mesin (SPM) Yaitu rokok putih yang dalam proses produksinya menggunakan tenaga mesin, sedangkan hasilnya dapat dibagi menjadi: 1. Djitoe International Menthol 2. Djitoe International Non Menthol 47 2. Bahan-bahan yang dipergunakan Bahan-bahan yang dipergunakan untuk proses produksi pada perusahaan rokok Djitoe dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: a. Bahan baku Bahan baku ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu: 1. tembakau 2. cengkeh 3. saos 4. kertas pembungkus b. Bahan penolong Bahan penolong terdiri dari beberapa jenis, yaitu 3. 1. pati 2. manis jangan 3. gula jawa 4. sakarine 5. mentol Proses Produksi Rokok Djitoe Tembakau dari gudang dikeluarkan. Kemudian dimasukkan ke Vacum Chamber untuk diberi uap (di Steam). Setelah di steam kemudian dirajang dengan mesin Cutter Mollin). Setelah dirajang kemudian di udal dengan mesin Thrasser, gunanya untuk memisahkan antara debu, gagang dan daun. Setelah di udal kemudian dimasukkan ke Conditioning, fungsinya untuk menambah kadar air, agar tembakau bisa mengembang di mesin. Conditioning tersebut, juga diberi saos dasar, fungsinya untuk memperkuat rasa dari tembakau. Dari conditioning terus ke mesin Dryer, fungsinya untuk mengeringkan tembakau. Dari dryer ke mesin Culler untuk penyaringan debu lagi. Dari culler masuk ke mesin Silo untuk perataan tembakau. Dari silo masuk ke Blending silo, di dalam blending silo dicampur bermacammacam tembakau, cengkeh, dan saos top. Setelah dicampur selama lebih kurang 4 jam tembakau diturunkan dan siap untuk diproses menjadi rokok jadi. Setelah menjadi rokok jadi (filter) maka proses selanjutnya adalah 48 making, yaitu pemrosesan rokok dengan mesin, adapun mesin yang digunakan adalah mesin mollin. Setelah selesai (sudah menjadi rokok batangan) siap di pack. Proses selanjutnya adalah packing dari bagian making, rokok siap di pack/dibungkus dengan mesin packing. Kemudian diberi kertas kaca/plastik, tetapi sebelumnya ditempel pita curensi. Kemudian dimasukkan ke mesin Chelopine, setelah itu kembali dibungkus (di pres). Untuk lebih jelasnya skema proses produksi rokok Djitoe terlampir. 4. Seleksi Produk Seleksi produk ini terjadi antara proses making dan packing. Jadi setelah pemrosesan membuat rokok dengan mesin mollin disekeksi terlebih dahulu rokok-rokok yang tidak bermutu, misalnya rokonya kempes itu berarti ada bagian yang kosong dalam batang rokok. Proses seleksi ini sangat penting dilakukan untuk tetap menjaga kualitas rokok yang dihasilkan. Setelah melalui proses seleksi kemudian rokok-rokok yang berkualitas dipack. 5. Jumlah Produk Yang Dihasilkan Untuk jumlah produk yang dihasilkan di PT. Djitoe ini tergantung dari permintaan agen. Jadi tidak ada data yang menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan dalam mingguan, bulanan, ataupun tahunan sekian. Misalnya agen minta perusahaan untuk mengirim 500 pack rokok, maka perusahaan akan memproduksi sejumlah yang diminta agen. 6. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dapat membantu konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pada situasi perekonomian sekarang pengusaha menyadari pentingnya kegiatan pemasaran untuk meningkatkan volume penjualan. Karena pemasaran merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dibidang penjualan, yang pada akhirnya nanti perusahaan dapat berkembang dan terjamin kelangsungan hidupnya. Untuk melakukan kegiatan pemasaran tersebut perusahaan rokok Dijtoe mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 49 1. Daerah Pemasaran PT. Djitoe ITC Surakarta pada mulanya memasarkan produknya di daerah Surakarta saja, kemudian perusahaan berusaha untuk memperluas ke daerah lain di luar Surakarta, yang antara lain meliputi: a. Jawa Tengah, yaitu Pekalongan dan Tegal b. Jawa Barat, yaitu Bandung dan Cirebon c. Jawa Timur, yaitu Madiun dan Malang d. Luar Jawa, yaitu Palembang, Samarinda, Banjarmasin. Tersebarnya daerah pemasaran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dan untuk memperkenalkan hasil produksinya kepada masyarakat luas. 2. Saluran Distribusi Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan rokok PT. Djitoe ITC Surakarta memerlukan adanya penyaluran barang dari produsen kepada konsumen. Penggunaan saluran distribusi yang tepat dan baik akan menjadikan barang tersebut lebih terjaga kualitasnya dan tidak akan mudah rusak. Perusahaan dalam menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen menggunakan beberapa cara, yaitu : a. Melalui perwakilan PT. Djitoe yang telah ditunjuk, kemudian dari perwakilan kepada pedagang besar dengan perantara salesman atau penjual keliling, baru kepada pengecer dan akhirnya sampai pada konsumen akhir. b. Melalui agen utama kemudian diteruskan melalui sub agen hingga sampai pada pengecer dan akhirnya dikonsumsi oleh konsumen akhir. Perusahaan dalam mendistribusikan produksinya ke beberapa daerah pemasaran menggunakan berbagai angkutan, antara lain : 1. Colt Digunakan untuk melayani daerah pemasaran dalam kota saja. 2. Truck Digunakan untuk melayani daerah pemasaran di Jawa dan Sumatera. 50 3. Kapal Laut Digunakan untuk melayani daerah pemasaran di Kalimantan, sulawesi dan pulau-pulau di kawasan timur Indonesia. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Pelaksanaan Pengawasan Pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil kerja karyawan merupakan suatu hal yang penting, sebab dengan adanya pengawasan akan membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Dengan adanya pengawasan yang baik juga akan membantu perusahaan dalam mengevaluasi kegiatan atau hasil pekerjaan yang telah dicapai, kemudian dari hasil evaluasi tersebut perusahaan dapat mengambil tindakan perbaikan apabila ada kegagalan atau hambatan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Pengawasan yang baik juga dapat dilakukan untuk mempertahankan hasil pekerjaan yang telah sesuai dengan rencana agar tidak mengalami penurunan. Pelaksanaan pengawasan dalam upaya peningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe ini dilakukan berdasarkan empat hal, yaitu : a. Waktu pelaksanaan pengawasan 1) Pengawasan Preventif Pengawasan yang dilakukan sebelum melakukan pekerjaan. Sebelum karyawan diterima atau dipekerjakan sudah dilakukan pengawasan terhadap rekrut karyawan. Jadi pada saat perusahaan melakukan rekrut karyawan, sebelumnya perusahaan telah membuat persyaratan yang diinginkan perusahaan yang harus dipenuhi oleh calon karyawan. Dengan penetapan syarat yang harus dipenuhi oleh calon karyawan tersebut diharapkan rekrut yang dilakukan dapat menjaring orang atau karyawan yang benar-benar produktif, sehingga akan memberikan keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan. Setelah calon karyawan tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan tidak langsung dipekerjakan di perusahaan, tetapi 51 terlebih dahulu diberikan masa percobaan training 3 bulan. Selama masa training akan dipantau perilaku dan hasil kerja calon karyawan tersebut. Jika dalam masa training tersebut calon karyawan menunjukkan hasil kerja yang sesuai dengan keinginan perusahaan dan berperilaku baik selama masa training tersebut maka calon karyawan tersebut baru akan ditetapkan sebagai karyawan tetap. Hal tersebut sebagaimana diungkapakan oleh informan II pada wawancara tanggal 12 Februari 2007 sebagai berikut: Untuk mendapatkan tenaga kerja yang benar-benar produktif itu kita mulai dari awal ya mbak, yaitu mulai dari rekrut/penerimaan calon tenaga kerja. Dari penerimaan ini kita benar-benar melakukan seleksi terhadap calon tenaga kerja dengan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, misalnya pendidikan minimal SLTA, sehat jasmani dan rohani, umur maksimal 27 tahun, dan sebagainya. Setelah diseleksi baru diadakan pelatihan selama kurang lebih 3 bulan. Apabila dalam kurun waktu 3 bulan itu karyawan rajin maka baru akan ditetapkan sebagai karyawan tetap perusahaan, begitu mbak. 2) Pengawasan Represif Pengawasan yang dilakukan ketika suatu pekerjaan sedang berlangsung, khususnya dibagian produksi dan dilakukan oleh kepala bagian produksi. Tujuan penagawasan ini agar pelaksanaan pekerjaan lebih jelas, terarah dan lancar dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Seperti yang dijelaskan oleh informan IV pada wawancara tanggal 20 Februari 2007 sebagai berikut: Begini mbak, kabag sering datang untuk melihat kegiatan karyawan dibagian produksi ini secara berkala atau rutin. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui mana karyawan yang bener-bener rajin dan mana yang enggak. Biasanya kabag langsung menegur karyawan yang melakukan kesalahan, setelah itu diberi jalan keluarnya, kurang lebih begitu ya mbak. 3) Pengawasan Kuratif Pengawasan yang dilakukan setelah melakukan suatu pekerjaan. Pengawasan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tujuan perusahaan tercapai. Dalam hal ini kepala bagian berusaha untuk 52 menemukan letak kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan karyawan, setelah itu diambil tindakan perbaikan. Seperti yang dujelaskan oleh informan IV pada wawancara tanggal 20 Februari 2007 sebagai berikut: Setelah karyawan melakukan aktivitas produksi kabag datang untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan tersebut ya mbak. Setelah itu kabag melaporkan kepada pimpinan perusahaan untuk mengadakan tindakan perbaikan atas masalah-masalah tersebut, begitu mbak. b. Subyek atau pengawas Pengawasan di PT. Djitoe ITC ini dilakukan dan diwenangkan kepada kepala bagian yang ada dimasing-masing departemen, salah satunya adalah departemen produksi yang melakukan kegiatan produksi, pengawasan terhadap karyawan di departemen ini dilakukan oleh kepala bagian yang ada di Departemen Produksi. Meski telah dilakukan oleh kepala bagian dimasing-masing departemen namun tidak lantas pimpinan lepas tangan terhadap fungsi pengawasan ini tetapi tetap melaksanakan pengawasan terhadap semua aktivitas dan kegiatan yang ada diperusahaan. Seperti yang diungkapakan oleh informan I pada wawancara tanggal 8 Februari 2007 sebagai berikut: Pada dasarnya pengawasan dilakukan oleh pimpinan tertinggi/direktur utama ya mbak, tetapi untuk melakukan pengawasan secara keseluruhan ditiap-tiap bagian dalam perusahaan itu tidak mungkin, karena tugas dari seorang direktur tidak hanya mengawasi saja, maka ditiap-tiap bagian dalam perusahaan ada kepala bagian yang akan melakukan pengawasan lebih lanjut. Kemudian kepala bagian ini akan melaporkan hasil pengawasannya kepada pimpinan perusahaan, begitu ya mbak. Hal senada juga diungkapkan oleh informan III pada wawancara tanggal 15 Februari 2007 sebagai berikut: Kadang-kadang pimpinan datang untuk melihat pekerjaan karyawan itu secara mendadak ya mbak, sehingga tau mana karyawan yang benar-benar rajin dan mana yang hanya pura-pura. Kebanyakan karyawan rajin bekerja pada saat diawasi saja, tetapi nanti bila pimpinan sudah pergi terus malas bekerja, begitu mbak. 53 c. Obyek atau yang diawasi Pelaksanaan pengawasan dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan ini dilakukan terhadap karyawan dan kegiatan yang berlangsung dibagian produksi. Selain menguntungkan perusahaan, pengawasan juga menguntungkan bagi karyawan. Dengan adanya pengawasan, karyawan akan merasa dihargai oleh perusahaan karena setiap hasil pekerjaannya bisa segera dikoreksi apabila ada kesalahan, sehingga dapat memotivasi karyawan untuk dapat bekerja dengan lebih disiplin dan teliti, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil kerja atau produktivitas kerja karyawan. Pengawasan yang baik tidak hanya berusaha mencari kesalahan tetapi lebih sebagai pemberian bimbingan dan pengarahan kepada hasil yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 8 Februari 2007 sebagai berikut: Menurut saya pengawasan terhadap hasil pekerjaan para karyawan itu sangat penting dan harus dilakukan ya mbak. Karena dengan adanya pengawasan akan diketahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan organisasi tercapai. Apabila dalam pencapaian tujuan organisasi itu mengalami penyimpangan maka dapat diambil tindakan perbaikan yang tepat. Dengan adanya pengawasan suatu organisasi juga akan terhindar dari pelanggaran dan penyelewengan dari tujuan yang telah ditentukan. Begitu ya mbak. Hal senada juga diungkapkan oleh informan IV pada wawancara tanggal 19 Februari 2007 sebagai berikut: Dengan adanya pengawasan selain menguntungkan karyawan juga akan menguntungkan pihak perusahaan ya mbak, karena dengan adanya pengawasan perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari karyawan, selain itu pihak perusahan juga dapat memperbaiki kualitas hasil produksinya. Sedangkan bagi karyawan dengan adanya pengawasan dapat menumbuhkan sikap disiplin kerja yang tinggi dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pula. d. Cara pengawasan Agar pengawasan dilakukan dengan baik, maka pengawasan tidak hanya dilakukan dengan satu cara yang monoton tetapi dengan beberapa 54 cara untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Jadi pengawasan yang dilakukan di PT. Djitoe ITC ini tidak hanya melihat kesalahan atau kekurangan dari para karyawan dalam melakukan kegiatan dan hasil kerja yang tidak sesuai dengan keinginan perusahaan, tetapi pengawasan dilakukan agar karyawan bekerja atau hasil kerjanya sesuai dengan keinginan perusahaan. Pengawasan yang dilakukan berupa pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan datang dan melihat secara langsung aktivitas atau kegiatan yang sedang terjadi, dalam hal ini aktivitas karyawan bagian produksi. Pengawasan langsung ini dilakukan oleh kepala bagian dimasing-masing departemen. Pengawasan seperti ini dilakukan secara berkala maupun tidak berkala. Berkala artinya pimpinan secara rutin datang melihat aktivitas karyawan bagian produksi, sedangkan tidak berkala berarti pimpinan hanya kadang-kadang saja melihat aktivitas karyawan dalam hal ini karyawan bagian produksi. Sedangkan pengawasan tidak langsung berarti pimpinan tidak secara langsung melihat aktivitas karyawan dibagian produksi. Pengawasan ini dilakukan melalui PKB (Perjanjian Kerja Bersama). Pengawasan tidak langsung ini dilakukan juga secara berkala dan tidak berkala. Pengawasan tidak langsung berkala misalnya melalui presensi elektronik, yaitu mewajibkan bagi setiap karyawan untuk ijin tiap kali akan meninggalkan kantor atau pekerjaan, laporan yang diminta pada rapat kerja secara rutin, laporan bulanan, triwulan maupun tahunan. Sedangkan pengawasan tidak langsung tidak berkala dilakukan dengan laporan yang diminta secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya dengan rapat yang mendadak pula, selain itu juga disediakan kotak saran untuk masukan keluhan dari karyawan yang ditempatkan disetiap departemen. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 8 Februari 2007 sebagai berikut: Pengawasan yang dilakukan disini ada beberapa cara ya mbak, diantaranya langsung dan tidak langsung. Kadang-kadang pimpinan secara langsung datang ketempat produksi untuk melihat dan 55 mengawasi karyawan bagian produksi, tetapi kadang-kadang pimpinan hanya melihat dari presensi elektronik. O iya mbak selain itu dimasing-masing departemen disediakan kotak saran untuk menyampaikan kritik dan saran buat perusahaan. 2. Peranan Pengawasan Sebelum melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu perlu diketahui peranan yang akan diperoleh dalam melakukan kegiatan tersebut. Demikian pula dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap hasil kerja para karyawan. Banyak peranan yang dapat diperoleh dengan adanya pengawasan, peranan tersebut dirasakan oleh karyawan maupun perusahaan yang melakukan pengawasan. Oleh karena itu, dalam melakukan pengawasan hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu sistem pengawasan yang sesuai dengan situasi dan kondisi karyawan maupun perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu, perlu pula dipersiapkan pengawas yang memahami sistem pengawasan yang digunakan sehingga dalam melakukan pengawasan dapat diketahui oleh kedua belah pihak, baik karyawan maupun perusahaan. Karyawan dalam bekerja akan merasa lebih dihargai karena setiap ada kesalahan bisa langsung dikoreksi, sedangkan bagi perusahaan, tujuan perusahaan akan tercapai. Peranan yang dapat diperoleh dengan adanya pengawasan melekat antara lain adalah mendorong peningkatan produktivitas. Dengan adanya pengawasan tersebut karyawan dapat mengetahui hasil pekerjaannya. Kemudian karyawan akan terdorong untuk berusaha meningkatkan produktivitas kerjanya. Dengan demikian, pengawasan terhadap produktivitas kerja berperan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan. Adapun peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan antara lain: a. Untuk menghadapi perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan Pengawasan juga berperan dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi baik di dalam perusahaan atau di luar perusahaan. Adanya perubahan di dalam perusahan misalnya bertambah atau berkurangnya karyawan, harga bahan baku yang meningkat, kualitas produksi yang menurun dan sebagainya. 56 Perubahan yang terjadi di luar perusahaan misalnya perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, strategi pemasaran dan sebagainya. Kesemuanya itu perlu selalu diikuti dan disikapi, tidak bisa diabaikan begitu saja agar kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertahankan. Jika perusahaan tidak mengikuti perubahan atau perkembangan yang terjadi maka perusahaan tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan produk sejenis, maka pengawasan terhadap hasil kerja/produktivitas kerja karyawan sebagai salah satu usaha untuk menghadapi perubahan yang terjadi tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh oleh informan II pada wawancara tanggal 12 Februari 2007 sebagai berikut: Ini kaitannya untuk mengimbangi persaingan pasar ya mbak. Persaingan membuat pengawasan perlu dilakukan, diluar sana kita akan menghadapi pesaing-pesaing perusahaan yang juga menghasilkan produk yang sejenis. Kalau kita tidak mengikuti perubahan dan perkembangan yang ada kita akan tertinggal. Menurut saya perubahan ini misalnya perubahan selera konsumen, teknologi yang semakin maju, peraturan pemerintah, cara pemasaran dan sebagainya. Untuk menghadapi kesemuanya itu diperlukan pengawasan terhadap hasil kerja karyawan, begitu mbak. Hal senada juga diungkapkan oleh informan V pada wawancara tanggal 8 Maret 2007 sebagai berikut: Pengawasan itu perlu banget ya mbak buat menghadapi perubahan, baik perubahan dari dalam maupun dari luar. Apalagi untuk menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Dengan adanya pengawasan perusahaan akan dapat mengambil tindakan perbaikan guna peningkatan mutu hasil produksi. Apabila produk yang dihasilkan berkualitas maka persaingan dapat teratasi, begitu mbak. b. Untuk mengimbangi perkembangan organisasi yang semakin kompleks Selain berperan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan mengatasi perubahan-perubahan, pengawasan juga berperan dalam mengimbangi perkembangan organisasi yang semakin kompleks. Semakin besar permasalahan suatu organisasi maka pengawasan semakin perlu untuk dilakukan karena aktivitas yang berlangsung dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya juga kompleks. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I tanggal 8 Februari 2007 sebagai berikut: 57 Menurut saya pengawasan ini penting dilakukan ya mbak, bayangkan perusahaan yang besar seperti ini bila tidak ada pengawasan pasti semrawut. Disetiap perusahaan pasti ada bagian-bagian yang berbeda yang kesemuanya itu butuh pengawasan yang intensif, apabila tidak ada pengawasan apa jadinya perusahaan, apalagi nanti bila karyawan bertambah juga produksi barangnya bertambah, pasti akan membutuhkan pengawasan yang lebih ketat. Hal senada juga diungkapkan oleh informan V pada wawancara tanggal 8 Maret 2007 sebagai berikut: Ini kaitannya untuk menghadapi permasalahan organisasi yang semakin kompleks ya mbak. Pengawasan sangat perlu untuk dilakukan karena bila tidak dilakukan maka perusahaan tidak akan berjalan dengan baik dan otomatis tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai. Dari data di atas juga dapat dijelaskan bahwa pengawasan berperan penting dalam menghadapi perkembangan prusahaan. Semakin besar permasalahan yang terjadi dalam perusahaan maka kegiatan yang dilakukan semakin banyak dan tenaga yang dipekerjakannya pun akan bertambah sehingga pengawasan akan semakin penting. Dengan pengawasan kegiatan yang banyak akan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. c. Untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahan-kesalahan Dengan adanya pengawasan akan lebih mudah untuk mengetahui adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan sejak awal, dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan tersebut akan memudahkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahankesalahan tersebut, sehingga kesalahan yang sama tidak akan terulang. Dengan demikian produktivitas kerja karyawan akan meningkat dari sebelumnya yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 8 Februari 2007 sebagai berikut: Menurut saya pengawasan mempunyai peranan yang sangat besar ya mbak, diantaranya adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi didalam perusahaan. Dengan diketahuinya kesalahan tersebut maka perusahaan dapat mengadakan perbaikan berupa pembinaan kepada 58 karyawan dan juga memberlakukan sangsi yang tegas bagi setiap pelanggar peraturan ya mbak. 3. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Pengawasan Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa untuk dapat melakukan pengawasan yang baik adalah pengawasan yang dilakukan secara obyektif bukan subyektif, pengawasan juga bukan sekedar mencari-cari kesalahan karyawan tetapi pengawasan yang dilakukan untuk membimbing dan mendidik karyawan. Pengawasan yang dilakukan secara subyektif tidak akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karena pengawas secara subyektif melihat karyawan bukan hasil kerja dari karyawan. Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan di departemen produksi PT. Djitoe ini sebagai berikut: 1. Masih adanya sifat ABS (Asal Bapak Senang) dari karyawan Di PT. Djitoe ini masih ada beberapa karyawan yang kurang sadar untuk melakukan kewajibannya dengan sebaik-baiknya, masih saja ada karyawan yang mencari muka dengan memperlihatkan yang baik-baik di depan pimpinan, menunjukkan bahwa dirinya bekerja sungguh-sungguh di depan pimpinan, tetapi setelah pimpinan atau atasan pergi maka dia akan kembali pada kebiasaan yang sesungguhnya yang tidak sebaik ketika di depan atasan. Sikap karyawan yang seperti inilah yang menyebabkan pengawasan terhadap hasil kerja karyawan tidak dapat menunjukkan hasil sebenarnya, hal ini akan merugikan perusahaan karena apa yang diyakini oleh atasan saat melakukan pengawasan berbada dengan hasil yang dicapai. Selain itu adanya karyawan yang suka menjegal orang lain yang berprestasi kerja atau hasil kerjanya lebih baik dengan menjelek-jelekkan yang lain dan menunjukkan yang baik-baik dari dirinya sendiri di depan atasan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan II pada wawancara tanggal 12 Februari 2007 sebagai berikut: Kalo menurut saya pengawasan itu penting ya mbak, karena kalo tidak diawasi karyawan akan bekerja seenaknya saja tanpa memperdulikan hasil pekerjaanya itu, lha bagaimana nasib perusahaan kalo bertindak seperti itu?. Em salah satu kendala yang ada di PT. Djitoe ITC ini 59 adalah masih adanya sifat asal bapak senang itu ya mbak. Sifat ini sangt tidak baik untuk dilakukan, menjelek-jelekkan karyawan lain trus mencari muka dihadapan pimpinan. Dengan adanya karyawan yang memiliki sifat itu maka pengawasan seperti ini tidak akan mencerminkan keadaan sesungguhnya. Begitu mbak. Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa adanya sifat karyawan yang ABS akan menghambat pelaksanaan pengawasan karena hasil pengawasan tidak akan menunjukkan keadaan sesungguhnya. 2. Belum adanya personel atau bagian yang secara khusus dan independen melakukan fungsi pengawasan Selain hambatan yang berasal dari karyawan ada juga hambatan yang berasal dari pelaksana atau subyek yang melakukan pengawasan di PT. Djitoe ini. Hambatan tersebut disebabkan belum adanya orang atau personel yang secara khusus dan independen melakukan fungsi pengawasan. Selama fungsi pengawasan dilakukan oleh kepala bagian yang ada dimasing-masing departemen, maka hal ini akan menimbulkan kerancauan antara tugas administratif dengan tugas pengawasan. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 8 Februari 2007 sebagai berikut: Menurut saya diperusahaan ini memang belum ada personel atau orang ahli yang khusus melakukan pengawasan, dikarenakan dalam struktur organisasi belum ada tugas dan wewenang yang jelas yang mengatur masalah tugas pengawasan, selama ini kenyataannya pengawasan dilakukan oleh kepala bagian dimasing-maing departemen. Tidak adanya personel atau orang ahki yang melakukan pengawasan ini menurut saya dikarenakan pengawas kurang mengerti antara hak dan kwajiban dari para karyawan, begitu ya mbak. C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori Pengawasan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang atau sudah dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu diterapkan pengawasan yang baik, yaitu pengawasan yang dilakukan untuk membimbing, mendidik dan tanpa melukai perasaan karyawan. Permasalahan yang terjadi di PT. Djitoe ITC adalah apakah pengawasan yang dilakukan sekarang berperan dalam 60 meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan temuan studi yang dihubungkan dengan teori yang terdiri dari pelaksanaan pengawasan yang sekaran g diterapkan di PT. Djitoe, peranan pengawasan di PT. Djitoe dan hambatan yang dihadapi dalam pengawasan di PT. Djitoe. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pengawasan di PT. Djitoe ITC Menurut Manullang (1992:172) ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan, yaitu: 1. 2. 3. 4. Berdasarkan waktu pengawasan, dibedakan menjadi: a. Preventif b. Represif c. Kuratif Berdasarkan obyek pengawasan, dibedakan menjadi: a. Pengawasan produksi b. Pengawasan keuangan c. Pengawasan waktu d. Pengawasan terhadap manusia beserta kegiatannya Subyek pengawasan, dibedakan menjadi: a. Pengawasan intern b. Pengawasan ekstern Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan. a. Mengadakn inspeksi b. Wawancara/laporan tertulis c. Laporan tertulis d. Pengawasan jika ada penyimpangan yang mencolok Pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe ITC bagian produksi ini dilakukan oieh kepala bagian yang ada dibagian produksi. Namun pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi atau direktur utama tetap dilaksanakan meskipun secara berkala atau kadang-kadang saja. Hal tersebut seperti dalam teori bahwa pengawasan melekat adaiah pengawasan yang langsung dijalankan oleh pimpinan terhadap bawahannya, tanpa dibantu oleh sesuatu perangkat yang khusus untuk itu. Pengawasan ini dilakukan berdasarkan : a. Waktu Pelaksanaan Pengawasan, dibedakan: 1. Pengawasan Preventif, pengawasan yang dilakukan pada waktu penerimaan karyawan/rekrut karyawan untuk memperoleh tenaga kerja yang produktif 61 2. pengawasan yang dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung dengan maksud agar kegiatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik, 3. pengawasan juga dilakukan setelah suatu kegiatan atau pekerjaan sudah selesai, hal ini dimaksudkan sebagai evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dicapai. Hal tersebut seperti dalam teori bahwa berdasarkan waktunya, pengawasan dibedakan menjadi 3 yaitu pengawasan preventif, pengawasan represif, dan pengawasan kuratif. b. Obyek yang diawasi, pengawasan yang dilakukan dibagian produksi ini dilakukan terhadap karyawan dan kegiatan yang berlangsung dibagian produksi. Hal tersebut seperti yang ada dalam teori bahwa berdasarkan obyeknya pengawasan dibedakan menjadi pengawasan produksi, pengawasan keuangan, pengawasan waktu dan pengawasan rnanusia beserta kegiatannya. c. Subyek yang melakukan pengawasan, dilakukukan dan diwengangkan kepada kepala bagian masing-masing departemen. d. Cara pengawasan, berupa pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan datang dan melihat secara langsung aktivitas atau kegiatan yang sedang terjadi, dalam hal ini aktivitas karyawan bagian produksi. Pengawasan langsung ini dilakukan oleh kepala bagian dimasing-masing departemen. Pengawasan seperti ini dilakukan secara berkala maupun tidak berkala. Berkala artinya pimpinan secara rutin datang melihat aktivitas karyawan bagian produksi, sedangkan tidak berkala berarti pimpinan hanya kadang-kadang saja melihat aktivitas karyawan dalam hal ini karyawan bagian produksi. Sedangkan pengawasan tidak langsung berarti pimpinan tidak secara langsung melihat aktivitas karyawan dibagian produksi. Pengawasan ini dilakukan melalui PKB (Perjanjian Kerja Bersama), PKB ini dibuat oleh direktur utama selaku pimpinan tertinggi, jadi yang melakukan pengawasan tidak langsung direktur utama. Pengawasan ini dilakukan juga secara berkala dan tidak berkala. Pengawasan tidak langsung berkala misalnya melalui presensi elektronik, yaitu mewajibkan bagi setiap karyawan untuk ijin 62 tiap kali akan meninggalkan kantor atau pekerjaan, laporan yang diminta pada rapat kerja secara rutin, laporan bulanan, triwulan maupun tahunan. Sedangkan pengawasan tidak langsung tidak berkala dilakukan dengan laporan yang diminta secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya dengan rapat yang mendadak pula, selain itu juga disediakan kotak saran untuk masukan keluhan dari karyawan yang ditempatkan disetiap departemen. Hal tersebut seperti dalam teori bahwa berdasarkan caranya, pengawasan dapat dilakukan dengan mengadakan inspeksi, wawancara/laporan lisan, laporan tertulis dan pengawasan yang dilakukan jika ada penyimpangan yang mencolok. Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe ITC sebagai berikut: 1. Berdasarkan waktu pelaksanaan pengawasan. Dibedakan : a. Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai, dalam hal ini pengawasan terhadap rekrut karyawan agar mendapatkan tenaga kerja yang produktif. b. Pengawasan yang dilakukan selama kegiatan berlangsung, agar pelaksanaan kegiatan lebih terarah pada pencapaian tujuan. c. Pengawasan yang dilakukan sesudah kegiatan berlangsung, untuk mengevaluasi apabila ada tindakan yang salah. 2. Berdasarkan obyek yang diawasi, meliputi manusia beserta kegiatan di bagian produksi. 3. Berdasarkan subyek/pengawas, pengawasan dilakukan dan diwenangkan kepada kepala bagian dimasing-masing departemen. 4. Berdasarkan cara pengawasan, dilakukan dengan cara mengadakan inspeksi dan pembuatan laporan tertulis, baik bulanan, triwulan maupun tahunan. 2. Peranan Pengawasan Menurut Mahduh M. Hanafi (1996:450) pentingnya pengawasan adalah karena hal-hal di bawah ini: 1. Perubahan lingkungan organisasi 2. Peningkatan kompleksitas organisasi 63 3. Kesalahan-kesalahan. Peranan yang dapat diperoleh dengan adanya pengawasan di PT. Djitoe ITC ini antara lain mendorong peningkatan produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya pengawasan tersebut karyawan dapat mengetahui hasil pekerjaannya. Kemudian karyawan akan terdorong untuk berusaha meningkatkan produktivitas kerjanya. Dengan demikian, pengawasan terhadap produktivitas kerja berperan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan. Adapun peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan antara lain: a. Untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi Apabila perusahaan telah melaksanakan pengawasan terhadap produktivitas kerja karyawan maka perusahaan dapat memberikan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan tersebut. Tindak lanjut yang diberikan oleh perusahaan terhadap hasil pengawasan tersebut dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Karena dengan pengawasan yang baik akan memberikan peranan dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan, sehingga perusahaan dapat tetap bertahan bahkan bisa mengembangkan diri ditengah-tengah perubahan yang terjadi. b. Untuk mengimbangi kompleksitas perusahaan Dengan pengawasan yang baik berperan juga dalam mengimbangi perkembangan permasalahan yang terjadi dalam suatu perusahaan atau organisasi yang dapat menyebabkan tingkatan-tingkatan manajemen yang lebih banyak, sehingga pengawasan diperlukan untuk mengawasi unit-unit atau tingkatan-tingkatan manajemen tersebut. Kalau perusahaannya kecil atau sederhana maka pengawasan yang dilakukan pun akan lebih sederhana. c. Untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahan-kesalahan Pengawasan juga bermanfaat dalam memperbaiki kesalahankesalahan yang terjadi dalam suatu kegiatan atau pekerjaan, sehingga dengan pengawasan dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi saat pengerjaan suatu pekerjaan atau kesalahan pada saat berlangsungnya suatu 64 kegiatan. Dengan begitu hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan rencana dapat dihindari. Dengan pengawasan juga bermanfaat untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi setelah suatu kegiatan atau pekerjaan sudah selesai dilakukan, sehingga dengan pengawasan dapat dihindari adanya kesalahan yang sama dimasa mendatang atau terulangnya kesalahan yang sama. Dengan begitu produktivitas kerja karyawan akan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Hal tersebut seperti yang ada dalam teori bahwa fungsi dari pengawasan adalah adanya perubahan yang selalu terjadi baik di luar maupun di dalam organisasi, Kekompleksan organisasi dan kesalahankesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh anggota organisasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan berperan untuk : 1. Menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan, sehingga kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga ditengah-tengah perubahan yang terjadi. 2. Mengimbangi perkembangan organisasi yang semakin kompleks, sehingga pengawasan diperlukan untuk mengawasi tingkatan-tingkatan manajemen tersebut. 3. Mengetahui dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam perusahaan, sehingga kesalahan yang sama tidak akan terulang dimasa mendatang. 3. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Pengawasan Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tentunya kita pernah mcngalami hambatan baik hambatan yang besar maupun yang kecil. Begitu juga dalam pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe ITC ini juga mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: 1. Hambatan dari subyek atau pihak yang melakukan pengawasan Menurut Tim Penulis Modul FISIP-UT (1994:26-35) hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengawasan meliputi : 1. Pimpinan maupun bawahan kurang menyadari pentingnya pengawasan melekat. 65 2. Pimpinan kurang menyadari bahwa semua fungsi-fungsi manajemen harus berjalan seimbang sebagai mata rantai proses kegiatan pencapaian tujuan. 3. Perilaku yang kurang mendukung dari pimpinan. 4. Pimpinan kurang menguasai dalam bidang atau substansi yang dipimpinnya. 5. Pimpinan kurang menguasai bidang teknis administratif yang terkait dengan tugas pokoknya. 6. Pimpinan merasa cukup dengan pengawasan fungsional. 7. Kelemahan pimpinan dalam mengkoordinasi dan sebagainya. Hambatan dari subyek atau pihak yang melakukan pengawasan di bagian produksi. Di PT. Djitoe ITC ini adalah belum adanya tenaga atau personel yang khusus dan independen melaksanakan fungsi pengawasan, selama ini pengawasan dilakukan oleh staff / executive di masing-masing departemen. Maka perusahaan hendaknya menyediakan personel yang secara khusus dan independen untuk melakukan pengawasan di tiap-tiap bagian. 2. Hambatan dari karyawan Hambatan yang timbul dari karyawan adalah adanya sifat Asal Bapak Senang atau ABS dari para karyawan dan sifat suka menjegal kawan sendiri karena iri dengan menjelek-jelekkan orang lain dan memperlihatkan yang baik-baik dari dirinya sendiri dihadapan pimpinan atau atasan. Hal seperti ini yang mengakibatkan hasil pengawasan tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Maka hendaknya pimpinan sering mengadakan pengawasan secara langsung dan mendadak. Dengan begitu akan dapat diketahui karyawan yang benar-benar produktif. Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa hambatan dalam rangka peningkatan produktivitas kerja karyawan adalah: 1. Hambatan dari pihak yang melakukan pengawasan, yaitu belum adanya tenaga atau personel yang secara khusus dan independen melakukan fungsi pengawasan, dimana selama ini pengawasan hanya dilakukan oleh kepala bagian dimasing-masing departemen, maka hendaknya dibentuk badan yang secara khusus dan independen untuk melakukan fungsi pengawasan. 66 2. Hambatan dari karyawan, adanya sifat ABS menyebabkan pengawasan tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya, maka hendaknya pimpinan datang secara langsung dan mendadak ketempat berlangsungnya kegiatan minimal 15 hari sekali. Dari penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa ada kesesuaian antara teori tentang pelaksanaan pengawasan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta, baik itu pelaksanaan, peranan maupun hambatan yang dihadapi dalam pengawasan. BAB V KES1MPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan dan juga merupakan jawaban pertanyaan/penelitian yang diajukan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pengawasan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe ini dilakukan berdasarkan empat hal, yaitu : e. Waktu pelaksanaan pengawasan 1) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai, dalam hal ini pengawasan terhadap rekrut karyawan agar mendapatkan tenaga kerja yang produktif. 2) Pengawasan yang dilakukan selama kegiatan berlangsung, agar pelaksanaan kegiatan lebih terarah pada pencapaian tujuan. 3) Pengawasan yang dilakukan sesudah kegiatan berlangsung, untuk mengevaluasi apabila ada tindakan yang salah. f. Subyek atau pengawas g. Pengawasan di PT. Djitoe ITC ini dilakukan dan diwenangkan kepada kepala bagian yang ada dimasingmasing departemen, salah satunya adalah departemen produksi yang melakukan kegiatan produksi. Obyek atau yang diawasi h. Pelaksanaan pengawasan dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan ini dilakukan terhadap karyawan dan kegiatan yang berlangsung dibagian produksi. Cara pengawasan Pengawasan yang dilakukan berupa pengawasan langsung dan tidak langsung. 2. Peranan pengawasan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja karyawan adalah: 67 68 a. Untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan. b. Untuk mengimbangi perkembangan organisasi yang semakin kompleks. c. Untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam perusahaan 3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengawasan adalah sebagai berikut: a. Masih adanya sifat ABS (Asal Bapak Senang) dan sifat suka mencari muka di depan pimpinan atau atasan dari para karyawan. b. Belum adanya tenaga atau personel yang secara khusus dan independen melakukan fungsi pengawasan. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka selanjutnya dikemukakan implikasi hasil penelitian. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh bagian produksi di PT. Djitoe ITC ini masih ada hambatan. Maka hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan perhatiannya dalam pelaksanaan pengawasan karena pengawasan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengembang teori mengenai perencanan pengawasan dan manajemen SDM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gagasan yang baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan SDM. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian diatas berikut 69 saran-saran yang peneliti ajukan: 1. Bagi Pimpinan PT. Djitoe Indonesian Tobacco a. Dengan adanya sikap ABS (Asal Bapak Senang) menyebabkan pengawasan tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya, maka hendaknya pimpinan lebih sering melakukan pengawasan secara langsung dan mendadak ke tempat berlangsungnya kegiatan. Minimal 15 hari sekali. b. Kurangnya personel handal yang secara khusus dan independen melakukan fungsi pengawasan maka pengawasan di PT. Djitoe ITC ini kurang maksimal, maka hendaknya dibentuk badan yang secara khusus dan independen untuk melakukan fungsi pengawasan agar lebih efektif. Misalnya dibentuk komisaris. 2. Bagi peneliti lain Walaupun penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal namun tidak menutup kemungkinan masih adanya beberapa kekurangan. Penelitian ulang dapat dilakukan dengan menerapkan metode kualitatif dan teknik penelitian serta pengambilan data yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Agus Sabardi. 2001. Menejemen Pengantar. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Anonimus. 2003. Pedoman Penulisan skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: UNS. Aslam Sumhudi. 1991. Komposisi Desain Riset. Jakarta: PT. Ramdhani. Bambang Kusriyanto. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: PT. Pustaka Binawan Pressindo. Bambang Tri Cahyono. 1996. Manajemen Sumaber Daya Manusia. Jakarta: IPWI. Djarwanto PS. 1990. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Liberty. Djati Julistriarsa dan John S. 1998. Management Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: BPFE. Simon G. Devung. 1988. Efektivitas Organisasi. Jakarta : P&K Hadari Nawawi dan Martini Hadari. 1990. Administrasi Personel Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta : Haji Masagung. ____________________________. 1994. Ilmu Administrasi. Jakarta: Ghalia. _____________________________. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: UGM Press. Hamdan Mansoer. 1989. Pengantar Menejemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Handoko, T. Hani. 1992. Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM. HB. Sutopo. 2002. Metodologi Kualitatif. Surakarta: UNS Press. James AF. Stoner. 1992. Menejemen. Jakarta : Erlangga. John Soeprihanto. 1997. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. Kartini Kartono. 1993. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. _____________. 1996. Pengantar Metodologi Research 2. Yogyakarta: UGM. 70 71 Kast, Fremont E. dan James Rozenzweig. 2002. Organisasi dan Manajemen 2. Jakarta: Bumi Aksara. Komarudin. 1986. Produktivitas Kerja. Bandung: Alumni. Kusdiyanto dan Edi Priyono. 2002. Menejemen Pengantar. Surakarta: FE UMS. Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya ______________. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mahduh M. Hanafi. 1997. Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Manullang M. 2002. Dasar-dasar Management. Yogyakarta: UGM Press ___________. 1992. Dasar-Dasar Menejemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Miles, Matthew B dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Siagian, Sondang P. 2002. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara. _______________. 1996. Menejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Simanjutak, Payaman T. 1995. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPKE UI. Sinungan Muchdarsyah. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bandung: Bumi Aksara. Soewarno Handayaningrat. 1997. Studi Administrasi dan Management. Jakarta : Gunung Agung. _____________________. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Menejemen. Jakarta: PT. Gunung Agung. Sudibyo Triatmojo. 2000. Sistem Pengawasan. Jakarta: LAN. Suharsimi Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. ________________, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 72 Sukanto Reksohadiprodjo. 1999. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Sutrisno Hadi. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta : Fakultas Psikologi. Tim Penulis Modul FISIP-UT. 1994. Pengawasan Melekat. Jakarta: UT. Unong U. Effendy. 1992. Humas Suatu Studi Komunologi. Bandung: PT. Remaja Posdakarya. Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar Metode dan Praktek). Bandung: Tarsito. Lampiran 1 JADUAL PENELITIAN URAIAN 2007 Agt Spt Okt Nov Des Jan Feb Mrt Apr I. Persiapan 1. Penyampaian xxx Proposal 2. Perijinan 3. Menyusun xxx xxx xxx xxx xxx Landasan Teori 4. Menyusun xxx Daftar Pertanyaan II. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengumpulan Data xxx xxx xxx xxx 2. Analisis Data III. Penyusunan Laporan 1. Penulisan Laporan 2. UJian xxx Lampiran 3 SKEMA PROSES PRODUKSI FILTER RODS ACETAT TOW WRAPPING PAPAER PLASTICEZER PREPARATION MACHINE FILTER MAKING MACHINE SELECTION (SORTIR) PACKING Gambar 2. Skema proses produksi filter rods PASTA Lampiran 4 SKEMA PROSES PRODUKSI UNTUK ROKOK NON FILTER / SKT DAUN TEMBAKAU TEMBAKAU RAKYAT MESIN MESIN MESIN PERAJANG UDAL PERAJANG CENGKEH SAOS KERTAS DIAYAK Mesin pencampuran tembakau, cengkeh, saos / aroma dll BAGIAN Tembakau masak PELINTINGAN Bahan setengah jadi SORTIR OVEN PEMBUNGKUSAN GUDANG BARANG JADI Gambar 3. Skema proses produksi untuk rokok non filter/SKT Lampiran 5 SKEMA PROSES PRODUKSI UNTUK ROKOK FILTER / SKM / SPM BERBAGAI JENIS DAUN SAOS TEMBAKAU MENTOL-SPM FILTER KERTAS CENGKEH -SKM SPM MESIN PENYEMPROT PERAJANG MENTOL SKM DIAYAK RAJANG CENGKEH MESIN PENCAMPURAN TEMBAKAU, SAOS CENGKEH / SKM MENTHOL / SPM DAN AROMA TEMBAKAU MASAK ASSEMBLING FILTER BAHAN SETENGAH JADI MACKING MACHINE MESIN CHELOPANE PACKING MACHINE GUDANG BARANG JADI Gambar 4. Skema proses produksi untuk rokok filter / SKM / SPM Lampiran 6 DAFTAR PERTANYAAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Bagaimana sejarah berdiri dan perkembangan PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 2. Bagaimana struktur organisasi di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 3. Apa tugas dan kewajiban dari masing-masing bagian di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 4. Bagaimana kondisi karyawan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 5. Apa produk yang dihasilkan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 6. Bagaimana proses produksinya? 7. Bagaimana cara pengoperasian pabriknya? 8. Bagaimana seleksi produknya? B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 2. Bagaimana peranan pengawasan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? 3. Apa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengawasan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta? Lampiran 7 CATATAN LAPANGAN Sumber data : Informan I Jabatan : Manajer Personalia Lokasi Penelitian : PT. Djitoe ITC Tanggal dan bulan : 8 Februari 2007 Pewawancara : Puji Rahayu HASIL WAWANCARA “Pada dasarnya pengawasan dilakukan oleh pimpinan tertinggi/direktur utama ya mbak, tetapi untuk melakukan pengawasan secara keseluruhan ditiaptiap bagian dalam perusahaan itu tidak mungkin, karena tugas dari seorang direktur tidak hanya mengawasi saja, maka ditiap-tiap bagian dalam perusahaan ada kepala bagian yang akan melakukan pengawasan lebih lanjut. Kemudian kepala bagian ini akan melaporkan hasil pengawasannya kepada pimpinan perusahaan, begitu ya mbak” Dari hasil wawancara dengan informan I tersebut maka yang dapat ditangkap oleh peneliti adalah bahwa pengawasan di PT. Djitoe ITC ini dilakukan dan diwenangkan kepada kepala bagian yang ada dimasing-masing departemen. Meski telah dilakukan oleh kepala bagian dimasing-masing departemen namun tidak lantas pimpinan lepas tangan terhadap fungsi pengawasan ini tetapi tetap melaksanakan pengawasan terhadap semua aktivitas dan kegiatan yang ada diperusahaan. Lampiran 8 CATATAN LAPANGAN Sumber data : Informan II Jabatan : Kepala Bagian Produksi Lokasi Penelitian : PT. Djitoe ITC Tanggal dan bulan : 12 Februari 2007 Pewawancara : Puji Rahayu HASIL WAWANCARA “Untuk mendapatkan tenaga kerja yang benar-benar produktif itu kita mulai dari awal ya mbak, yaitu mulai dari rekrut/penerimaan calon tenaga kerja. Dari penerimaan ini kita benar-benar melakukan seleksi terhadap calon tenaga kerja dengan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, misalnya pendidikan minimal SLTA, sehat jasmani dan rohani, umur maksimal 27 tahun, dan sebagainya. Setelah diseleksi baru diadakan pelatihan selama kurang lebih 3 bulan. Apabila dalam kurun waktu 3 bulan itu karyawan rajin maka baru akan ditetapkan sebagai karyawan tetap perusahaan, begitu mbak” Dari hasil wawancara dengan informan II tersebut maka yang dapat ditangkap oleh peneliti adalah bahwa Pengawasan yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan di PT. Djitoe ini dilakukan ketika karyawan sudah bekerja di perusahaan, tetapi sebelum karyawan diterima atau dipekerjakan sudah dilakukan pengawasan terhadap rekrut karyawan. Jadi pada saat perusahaan melakukan rekrut karyawan, sebelumnya perusahaan telah membuat persyaratan yang diinginkan perusahaan yang harus dipenuhi oleh calon karyawan. Dengan penetapan syarat yang harus dipenuhi oleh calon karyawan diharapkan rekrut yang dilakukan dapat menjaring orang atau karyawan yang benar-benar produktif. Lampiran 9 CATATAN LAPANGAN Sumber data : Informan III Jabatan : Karyawan bagian produksi Lokasi Penelitian : PT. Djitoe ITC Tanggal dan bulan : 15 Februari 2007 Pewawancara : Puji Rahayu HASIL WAWANCARA “Kadang-kadang pimpinan datang untuk melihat pekerjaan karyawan itu secara mendadak ya mbak, sehingga tau mana karyawan yang benar-benar rajin dan mana yang hanya pura-pura. Kebanyakan karyawan rajin bekerja pada saat diawasi saja, tetapi nanti bila pimpinan sudah pergi terus malas bekerja, begitu mbak” Dari hasil wawancara dengan informan III tersebut maka yang dapat ditangkap oleh peneliti adalah bahwa pimpinan dalam mengawasi kerja karyawan itu secara rutin dan mendadak sehingga bisa diketahui mana yang benar-benar rajin dan tidak. Lampiran 10 CATATAN LAPANGAN Sumber data : Informan IV Jabatan : Karyawan bagian produksi Lokasi Penelitian : PT. Djitoe ITC Tanggal dan bulan : 19 Februari 2007 Pewawancara : Puji Rahayu HASIL WAWANCARA “Dengan adanya pengawasan selain menguntungkan karyawan juga akan menguntungkan pihak perusahaan ya mbak, karena dengan adanya pengawasan perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari karyawan, selain itu pihak perusahan juga dapat memperbaiki kualitas hasil produksinya. Sedangkan bagi karyawan dengan adanya pengawasan dapat menumbuhkan sikap disiplin kerja yang tinggi dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pula” Dari hasil wawancara dengan informan III tersebut maka yang dapat ditangkap oleh peneliti adalah bahwa pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil kerja karyawan merupakan suatu hal yang penting, sebab dengan adanya pengawasan akan membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Dengan adanya pengawasan, karyawan akan merasa dihargai oleh perusahaan karena setiap hasil pekerjaannya bisa segera dikoreksi apabila ada kesalahan, sehingga dapat memotivasi karyawan untuk dapat bekerja dengan lebih disiplin dan teliti, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil kerja atau produktivitas kerja karyawan. Lampiran 11 CATATAN LAPANGAN Sumber data : Informan V Jabatan : Karyawan bagian produksi Lokasi Penelitian : PT. Djitoe ITC Tanggal dan bulan : 8 Maret 2007 Pewawancara : Puji Rahayu HASIL WAWANCARA “Pengawasan itu perlu banget ya mbak buat menghadapi perubahan, baik perubahan dari dalam maupun dari luar. Apalagi untuk menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Dengan adanya pengawasan perusahaan akan dapat mengambil tindakan perbaikan guna peningkatan mutu hasil produksi. Apabila produk yang dihasilkan berkualitas maka persaingan dapat teratasi, begitu mbak” Dari hasil wawancara dengan informan V tersebut maka yang dapat ditangkap oleh peneliti adalah bahwa pengawasan terhadap hasil kerja karyawan sangat penting untuk dilakukan, yaitu untuk menghadapi persaingan pasar. Dengan adanya pengawasan maka kualitas hasil produksi dapat ditingkatkan sehingga perusahaan akan mampu bersaing dengan perusahaan sejenis yang lain. Lampiran 2 STRUKTUR ORGANISASI PT. DJITOE ITC RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM KOMISARIS DIREKSI DIREKTUR 1 & II STAF DIREKSI BAGIAN PENJUALAN PEMASARAN KANTOR PERWAKILA N AGEN BAGIAN PEMBELIAN PENYEDIAAN BAHAN EKSPEDISI KENDARAAN B. BAHAN BAGIA N UMUM TEKNIK SEKRETARIAT UMUM ADMINISTRASI KESEHATAN PERAWATAN GEDUNG LISTRIK PEDAGANG BESAR MESIN BAGIAN KEUANGAN ADMINISTRASI KEUANGAN DAN PEMBUKUAN BAGIAN HUMAS DAN PERSONALI A SIE PENGGAJIA N BAGIAN PRODUKSI UNIT SKT. SKM DAN SPM UNIT FILTER URUSAN RT PERUSAHAAN KEAMANAN BENGKEL PENGECER IKLAN PROMOSI KONSUMEN AKHIR PENGOLAHAN CENGKEH DAN TEMBAKAU PENCAMPURAN SAUS SETENGAH JADI KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIA TOACCO COY LINTING/MAKING, PACKING, TIKET/ PEMBUNGKUS GUDANG BARANG JADI