1 PEMETAAN POTENSI LAHAN BERBASIS PERTANIAN KECAMATAN DONDO KABUPATEN TOLITOLI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan dan penggalian sumber-sumber daya alam serta dalam rangka pembinaan lingkungan hidup, perlu digunakan teknologi yang sesuai dan pengelolaan yang tepat sehingga mutu dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Wilayah Sulawesi Tengah pada umumnya merupakan ekosistem yang pragile, maka pengembangannya memerlukan perencanaan yang teliti, penggunaan teknologi yang sesuai dan pengelolaan yang tepat. Pelaksanaan dan pengembangan yang kurang sesuai dapat menimbulkan kerawanankerawanan kareana kerusakan lingkungan fisik, kimia, biologi maupun social Perencananaan pengembangan lahan pertanian, terutama pada ekosistem lahan kering tidak saja menyangkut kesesuaian lahan dan tanaman, tetapi juga menyangkut aspek-aspek yang lebih luas seperti sarana dan prasarana, social ekonomi dan yang terpenting adalah pemasaran hasilhasilnya. Selain itu, pengembangan pertanian tidak terlepas dari pengembangan lingkungan hidup dengan masalahnya yang lebih besar. Untuk menunjang perencanaan pengembangan pertanian di Wilayah Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Tolitoli, diperlukan adanya datadata tentang karakteristik sumberdaya lahan, iklim dan social ekonomi masyarakat serta data-data lain yang berpengaruh, baik positif maupun negative terhadasp pertubuhan tanaman. Data-data ini diperlukan untuk Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 2 menentukan jenis penggunaan yang paling menguntungkan, teknologi yang sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat .tanpa adanya dampak buruk terhadap lingkungan. Untuik itu. diperlukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari kajian pustaka, orientasi lapangan, analisis contoh tanah, analisis data dan pelaporan. Laporan hasil penelitian dilengkapi dengan peta-peta kesesuaian lahan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan penggunaan lahan di Kecamatan Dondo. Untuk mendapatkan data dan informasi sumber daya lahan seperti diuraikan diatas, memerlukan biaya , tenaga dan waktu yang cukup besar sehingga menyulitkan pemerintah daerah untuk melaksanakannya secara menyeluruh pada skala peta yang sesuai untuk perencanaan. Oleh karenai itu, dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. anggaran 2007 Pemerintah daerah Tolitoli pada tahun memprogramkan paket kegiatan Perencanaan Pemetaan Potensi Lahan Berbasis Pertaniaan di Kecamatan Dondo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menyusun perencanaan tata guna lahan sehingga taraf hidup petani dapat ditingkatkan dan masalah-masalah kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan dapat dihindari. 1.1. Tujuan Penelitian o Untuk mengetahui sifat-sifat tanah dan penyebaran jenis tanah di lapangan o Membuat peta kesesuaian lahan berdasarkan data-data hasil pengamatan dan pengukuran lapangan yang ditunjung oleh data hasil analisis contoh tanah di laboratorium. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 3 1.2. Manfaat Hasil Penelitian o Tersedianya berbagai jenis data dan peta untuk kepentingan pengembangan pembangunan disektor pertaniaan o Tersedianya data tentang kondisi umum dan khusus wilayah Kec. Dondo o Sebagai Acuan / program/implementasi bahan utama pembangunan, dalam khususnya menyusun pertanian di Kecamatan Dondo. Dengan tersedianya data dan informasi potensi sumberdaya lahan di kecamatan Dondo, diharapkan produktivitas lahan dapat dioptimalkan dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan agribisnis. Disamping itu, optimalisasi pemanfaa tan potensi sumber daya lahan untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di bidang pertanian dapt diwujudkan. Dengan demikian, taraf hidup masyarakat dengan sendirinya dapat ditingkatkan. 1.4. Ruang Lingkup Kegiatan o Mengidentifikasi sifat-sifat morfologi tanah dilapangan o Mengidentifikasi dan mempelajari keadaan factor lingkungan tumbuh tanaman baik yang berpengaruh positif maupun negative.terhadap pertubuhan tanaman. o Pengambilan contoh tanah (terganggu dan tak terganggu), dan contoh air untuk keperluan analisis laboratorium. o Wawancara dengan masyarakat/petani o Mengumpulkan data-data sekunder melalui instansi terkait. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 4 1.5. Keluaran yang Diharapkan o Gambaran Umum wilayah Kecamatan Dondo o Gambaran umum pola penggunaan lahan existing di wilayah Kec. Dondo o Data berbagai komoditas unggulan di wilayah kecamatan Dondo o Data kondisi hidrologi dan hidrogeologi di Kec. Dondo o Data dan peta geologi kec. Dondo. o Peta Kelerengan Kec.Dondo o Peta Kemampuan Lahan Kec.Dondo o Peta Ketebalan Tanah Kecamatan Dondo o Peta Kesesuaian lahan kecamatan Dondo. o Dokumen laporan hasil penelitian yang dilengkapi dengan peta-peta. o CD perencanaan pemetaan pemanfaatan lahan berbasis pertanian di Kecamatan Dondo. 1.6. Kerangka Berfikir Meningkatnya kebutuhan masyarakat dan adanya persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang saksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas, sementara itu juga melakukan tindakan konservasinya untuk penggunaan dimasa yang akan datang. dikemukakan diatas, Kecenderungan seperti telah mendorong pemikiran akan perlunya suatu perencanaan atau penataan kembali penggunaan lahan agar lahan dapat dimanfaatkan secara lebih efisien. Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum baik dinegara maju maupun di negara-negara berkembang, terutama akan menjadi menonjol bersamaan dengan terjadinya peningkatan penduduk dan proses industrialisasi. Pemikiran secara intuitif Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) jumlah dalam 5 penggunaan lahan sebenarnya telah dilakukan sejak lama, akan tetapi pemikiran penggunaan lahan secara efisien dan berencana baru memperoleh wujud setelah 1950-an. Berbagai masalah pokok yang dihadapi di dalam penataan penggunaan lahan dan lingkungan hidup antara lain adalah: 1. Adanya kontradiksi antara kebutuhan untuk menjadi pemakai yang lebih luas disatu pihak dan batasan-batasan yang berat demi lingkungan hidup dipihak lain. 2. Peningkatan kebutuhan hidup di pedesaan yang tidak disertai dengan perluasan kesempatan kerja. 3. Terjadinya kerusakan tanah karena kurangnya pemeliharaan sebagai akibat adanya jarak batin atau status hukum yang terlalu jauh antara penggarap dan pemilik tanah. Disamping hal tersebut diatas, yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya informasi tentang potensi sumber daya lahan, kesesuaian penggunaan lahan dan tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal lahan. Degredasi sumber daya lahan dan lingkungan yang terjadi selama ini merupakan akibat dari penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik karena tidak tersedianya data base yang diperlukan pada hampir seluruh wilayah Sulawesi Tengah tidak terkecuali Kabupaten Tolitoli. Pengembangan tanaman pangan pada wilayah-wilayah marginal baik dari segi tofografi maupun infrastruktur guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi sumber daya lahan. Demikian pula halnya eksploitasi hutan yang tak terkendali baik yang legal maupun yang illegal menyebabkan erosi tanah yang diikuti dengan merosotnya produktifitas lahan. Oleh karena itu, sejak awal 1990 an, pengelolaan sumber daya alam mengalami reorientasi dari pemanfaatan secara optimal ke pemanfaatan secara berkelanjutan (suistanable). Hal ini Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 6 selaras dengan U U No. 24 1992 tentang penataan ruang yang mengatur pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal dengan memperhatikan konservasi lahan sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya. Tujuan utama pembangunan pertanian adalah pembangunan dan pengembangan wilayah pedesaan yang didukung oleh kebijakan ekonomi yang kondusif sehingga diharapkan dapat menumbuh kembangkan agribisnis daerah yang berdaya saing tinggi sesuai dengan keunggulan konvaratif masing-masing daerah, berdemokrasi (Deptan RI, 2001). berkelanjutan, berkeadilan dan Untuk menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan serta dalam rangka menghindari adanya konflik penggunaan lahan, maka perlu adanya pedoman pengelolaan pertanian dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti karakteristik fisik dan kimia lahan, kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat, kondisi penggunaan lahan, potensi pengembangan wilayah, serta nilai pentingnya jenis tanaman. Perencanaan pemetaan potensi lahan berbasis pertanian di Kecamatan Dondo Kab, Tolitoli diharapkan untuk mendapatkan data base yang diperlukan untuk perencanaan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan tanpa menimbulkan efek negative terhadap lingkungan hidup. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 7 II. METODE PENELITIAN 2.1 Pedoman Kegiatan Pedoman yang digunakan dalam survei ini adalah pedoman pengamatan tanah di lapangan Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983) dan disebutkan padanannya menurut sistem soil taxonomy (USDA, 1999) . 2.2 Tata Kerja Survei kesesuaian lahan pada tingkat semi detail di wilayah kecamatan Dondo, dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu : (1) Tahap Persiapan, (2) Tahap Operasi Lapangan, (3) Tahap Pengelolaan dan Penyusunan Laporan. (1) Tahap Persiapan a. Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan studi kepustakaan dan pengumpulan data/informasi di instansi-instansi yang ada hubungannya dengan keadaan daerah survei. Yang perlu disiapkan antara lain : - Peta-peta dasar dan peta pembantu seperti peta tofografi, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta tata guna hutan kesepakatan, peta DAS, peta sistim lahan, peta lereng. - Data-data tentang iklim (curah hujan, temperatur), hidrologi, penduduk, sarana angkutan/komunikasi. - Informasi lain yang dipandang perlu. b. Interpretasi pendahuluan dari Peta/potret udara untuk : analisa fisiografi/Land unit/bentuk wilayah, pola drainase, dan penggunaan lahan/vegetasi saat ini. Hasil interpretasi Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 8 dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan contoh tanah, pengamatan lokasi dan operasi lapangan. c. Pengadaan bahan dan penyiapan peralatan untuk operasi lapangan. d. Penyelesaian segi administrasi (pembuatan surat perintah kerja, surat perjanjian kerja/kontrak, dll). (2) Tahap Operasi Lapangan. Tahap ini terdiri dari 3 bagian : a. Survei pendahuluan atau orientasi (pra survey) dilakukan oleh penanggung jawab/koordinator dan anggota atau tenaga inti dengan tugas mempersiapkan segala sesuatu untuk kelancaran survey utama. Tugas ini mencakup : (1). Menemui kepala daerahCamat dan instansi yang ada kaitannya dengan pekerjaan survey evaluasi kesesuaian lahan. (2). Mempersiapkan tenaga daerah sebagai pendamping Tim Survey Utama. (3). Menyelesaikan administrasi surat-surat dan pengumpulan data serta informasi setempat. (4). Mengadakan memperoleh lapangan, pengamatan gambaran dan tentang pendahuluan umum tentang keadaan untuk kondisi tanah dan lingkungan. Pengamatan pendahuluan ini dibantu oleh hasil penafsiran potret udara. b. Survey utama dilakukan oleh Tim Lapangan dengan tugas melaksanakan seluruh kegiatan pemetaan meliputi : Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 9 (1). Pemantapan unit-unit lahan sementara yang telah dibentuk berdasarkan data sekunder. (2). Pengamatan tanah dilakukan dengan cara pemboran dan penggalian profil tanah. Penyebaran dari pengamatan didasarkan pada peta unit lahan sementara. Pemboran dilakukan sedalam 120 cm atau sampai bahan induk untuk kedalaman tanah kurang dari 120 cm. Sifat-sifat yang diteliti pada pemboran ini berdasarkan pedoman pengamatan tanah dilapang Soil Survey Manual (USDA, 1992). Pembuatan profil tanah dilakukan pada tempat-tempat yang benarbenar mewakili satuan macam tanah. Kedalaman dari profil tanah 200 cm atau sampai lapisan bahan induk jika ketebalan solum tanah < 200 cm. Setiap unit harus diwakili oleh satu pewakil, dan untuk unit yang luas perlu diwakili oleh lebih dari satu profil. Deskripsi morfologi dari profil tersebut dilakukan dengan menggunakan kaidah dan simbol seperti yang diuraikan dalam Soil Taxonomy (USDA, 1999) dan Soil Survey Manual (USDA, 1992). (3). Pengambilan contoh tanah meliputi : - Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan tanah. - Contoh tanah utuh untuk penilaian sifat fisik tanah. (4). Pengambilan contoh air dilakukan terhadap sumbersumber air yang ada seperti air tanah, air sungai, air rawa atau air danau. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 10 (5). Pengamatan vegetasi dan pola penggunaan lahan, serta keadaan hidrologi/drainase lahan dilaksanakan di lapangan untuk menunjang/memperbaiki hasil interpretasi potret udara. (6). Inventarisasi masalah-masalah dan kendala-kendala yang berhubungan dengan pengembangan pertanian pemukiman transmigrasi. (3) Tahap Pengelolaan dan Penyusunan Laporan Tahap ini meliputi pekerjaan-pekerjaan : a.Analisis contoh tanah dan air dengan metode mengikuti Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UNTAD. b. Pembuatan peta-peta Tematik dan Peta Kesesuaian Lahan dengan system Digityes c.Pengolahan data analisis untuk penyempurnaan penyusunan peta-peta seperti pada ad. b. d. Penyusunan naskah laporan, termasuk pembahasan dan interpretasi peta-peta serta rekomondasi garis besar penggunaan lahan untuk pertanian. 2.3 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan. Hasil kegiatan merupakan peta-peta dan laporan yang berisikan data dasar guna pembangunan pertanian skala lokal. a. Peta-peta hasil kegiatan meliputi: 1. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah. 2. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan Lahan Kering. 3. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tahunan. 4. Peta Komoditi Unggulan Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 11 Semua peta berskala 1 : 100.000. Untuk membuat peta Kesesuaian Lahan dipergunakan, metode Klasifikasi Kesesuaian Lahan menurut FAO (1976). Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kerangka dari sistem klassifikasi Kesesuaian Lahan ini terdiri dari empat kategori, yaitu: Order Kelas : Keadaan kesesuaian secara global, : Keadaan tingkat kesesuaian dalam order. Sub-kelas : Keadaan tingkat dalam kelas, yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan, Unit : Keadaan tingkat dalam sub - kelas, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh pada pengelolaannya. b. Kesesuaian lahan pada tingkat order Order kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu : Order S : sesuai (Suitable) Lahan yang termasuk order ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu lestari/berkelanjutanuntuk suatu tujuan tertentu. secara Tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan ini akan memuaskan setelah diperhitungkan dengan masukan yang diberikan tingkat sesuai terbagi kedalam 3 tingkatan kelas yaitu S1, S2,dan S3. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 12 Order N : tidak sesuai (Not Suitable) Lahan yang termasuk order ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah kegunaannya secara lestari untuk suatu tujuan tertentu. c. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Kelas Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari order dan mengambarkan tingkat kesesuaian dari order. Kelas ini dalam simbolnya diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol order. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang menurun dalam suatu order. Banyaknya kelas dalam tiap order itu sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi hanya dianjurkan memakai 3 kelas dalam order (S) dan 2 kelas dalam order (N), penentuan jumlah kelas ini didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan penafsiran. Kelas S1 : Sangat sesuai (Hightly Suitable) Lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan. Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderatly suitable) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 13 Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan diterapkan. Pembatas tingkat akan pengelolaan mengurangi yang harus produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. Dalam upaya meningkatkan tingkat kesesuaian lahan areal tersebut diperlukan masukan yang lebih besar, sehingga sering didapat masukan (input) produksi pertanian lebih besar daripada hasil (out-put) yang diperoleh. Kelas N1 : Tidak Sesuai Pada saat ini (Currently Not Suitable) Lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki untuk saat ini karena memerlukan waktu dan modal yang cukup besar. Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen (Permanently Not Suitable) Lahan mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan penggunaan berkelangsungan pada lahan tersebut. Kelas lahan ini tidak sesuai untuk usaha pertanian dalam waktu selamanya. d. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Sub-Kelas Tingkat sub kelas menggambarkan faktor pembatas yang harus ditanggulangi sebelum tanah tersebut dimanfaatkan. Jumlah sub kelas (faktor pembatas) umumnya memperlihatkan jenis dan susunannya berdasarkan tingkat kemudahan untuk ditanggulangi. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 14 e. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Unit Tingkat ini menggambarkan jenis pembatas lainnya yang perlu dipikirkan dan ditanggulangi dalam upaya pemanfaatan sebidang lahan. Jumlah unit tidak terbatas dan sangat tergantung pada jumlah dan kombinasi faktor pembatasnya. f. Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan pada kondisi sekarang. Kesesuaian lahan ini menunjukkan kesesuaian lahan yang sesungguhnya ada dilapangan pada saat penelitian dilakukan, sebelum dilakukan masukan-masukan untuk perbaikan. g. Kesesuaian Lahan Potensial Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang diperkirakan akan terbentuk setelah dilakukan beberapa usaha atau tindakan-tindakan perbaikan untuk mengurangi atau menghilangkan/mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada. Dalam hal ini diperlukan adanya perbaikan untuk mengatasi faktor pembatas tersebut. Perbaikan yang diberikan terdapat tiga tingkatan yaitu: Low Input (LI) : Masukan rendah, umumnya dapat dilakukan oleh petani itu sendiri. Medium Input (MI) : Masukan sedang dapat dilakukan petani dengan bantuan fasilitas kredit. Hingh Input (HI) : Masukan tinggi diperlukan bantuan dari pemerintah dengan fasilitas kredit jangka panjang. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 15 2.4 Analisis Data Sosial dan Ekonomi Metode pengumpulan data primer tentang sosial ekonomi yang diterapkan adalah menggunakan metode daftar survei pertanyaan. melalui wawancara Sedangkan data dengan sekunder dikumpulkan dari dinas/instansi terkait, terutama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten dan Biro Pusat Statistik Kabupaten serta BAPPEDA Kabupaten. Data yang dikumpulkan pada dasarnya meliputi semua , Pada dasarnya kelayakan ekonomi merupakan titik berat dalam studi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, analisis ekonomi diupayakan sedapat mungkin mencakup semua wilayah studi, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Mengingat keterbatasan waktu, situasi dan kondisi wilayah studi yang belum cukup kondusif untuk melakukan pengumpulan data secara detail, maka analisis ekonomi yang digunakan dalam kegiatan studi ini dibatasi hanya beberapa analisis sebagai berikut: a. Analisis Sektor Basis Model analisis sektor basis (base sector) yang umurn digunakan adalah Location Quotient (LQ). Model ini menggambarkan tingkat spesialisasi sektor-sektor yang dapat menjadi Sektor Basis di lokasi studi. Kriteria penilaiannya adalah, apabila nilai LQ yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 16 b. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi Didasarkan atas asumsi perkembangan ekonomi yang sangat dinamis, maka dalam kurun waktu tertentu perlu dikaji perkembangan ekonomi tersebut, dengan mengukur laju pertumbuhan yang merupakan proses kenaikan output perkapita. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam menghitung laju pertumbuhan ekonomi adalah menghitung laju pertumbuhan rata-rata tahunan dengan formula sebagai berikut: PDRBn r n 1 1 * 100 PDRBo ket, r = Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan n = Jumlah tahun PDRBn = PDRB tahun akhir PDRBo = PDRB tahun awal c. Analisis Produktivitas Perkapita Analisis ini akan menggambarkan kemampuan yang nyata dari suatu wilayah dalam usaha memproduksi barang dan jasa. Formula analisis produktivitas perkapita adalah: np x PDRB PX Ket: : np = Nilai produktivitas per kapita P = Jumlah penduduk PDRBx = Nilai PDRB tahun tertentu x = Tahun tertentu. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) X 17 d. Analisis Komoditi Unggulan Penentuan komoditi pertanian unggulan selama ini masih sering menjadi bahan perdebatan, baik dari segi kriteria maupun indikator yang digunakan dalam penetapan komoditi unggulan. Bila suatu komoditi ditilik keunggulannya dari dimensi eksistensinya, maka pembagiannya dikelompokkan menjadi dua, yaitu komoditi unggulan dari matra komparasi (unggul komparatif) dan komoditi unggulan dari matra kompetisi (unggul kompetetif). Namun demikian, sejumlah pakar pertanian cenderung menggunakan pendekatan ini bila terkait dengan rencana pengembangan usaha pertanian dalam skala dan investasi yang besar dengan penggunaan lahan yang luas pula. Pendekatan lain yang biasa digunakan adalah Sistem Analisis Proses Hierarki (APH) yang kriterianya ditentukan oleh mereka yang memiliki kompetensi berdasarkan komoditi yang dihasilkan dari suatu sektor tertentu. Penjaringan komoditi unggulan ditentukan seberapa besar pihak yang memiliki kompetensi melihat suatu komoditi diunggulkan atau tidak, sedangkan berdasarkan pendekatan SPRINGE (Spatial Planning for Region in Growing Economics) yang dikembangkan oleh Agriculture Institute of Technology (AIT) di Thailand, bertolak dari 10 kriteria, di antaranya; (a) keberlanjutan, (b) dampak lingkungan, (c) investasi, (d) kesempatan kerja, dan (e) partisipasi masyarakat. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 18 Berdasarkan sejumlah pendekatan tersebut, maka secara elaboratif dapat disederhanakan ke dalam 4 (empat) pertimbangan sekaligus menjadi indikator layak tidaknya suatu komoditi disebut unggul atau tidak, yaitu; (i) apakah komoditi tersebut banyak yang mengusahakan atau ada yang mengusahakan dalam skala besar (areal/produksi-AP) (ii) memiliki pangsa pasar yang jelas (kontinuitas permintaan— KP) (iii) melibatkan banyak pihak, termasuk dapat menyerap tenaga kerja (Penyerapan Tenaga Kerja—PTK), dan (iv) terbuka peluang mendapatkan sentuhan agribisnis, baik agribisnis ditilik sebagai suatu sistem maupun ditilik sebagai suatu usaha (Sentuhan Agribisnis--SAB) yang dapat memberi nilai tambah (value added) Bila ada komoditi memenuhi dua atau tiga kriteria pertama, namun tidak memenuhi atau minim kemungkinan untuk memenuhi kriteria terakhir (keempat), maka komoditi demikian kemungkinan akan diposisikan sebagai komoditi dominan atau komoditi pendukung, namun bila ada komoditi yang memenuhi kriteria terakhir sekalipun tidak memenuhi tiga kriteria lainnya maka komoditi itu lebih cenderung diposisikan sebagai komoditi unggulan karena adanya nilai tambah yang berpeluang dihasilkan, yang secara tabulatif dapat dilihat dalam Tebel 2.1. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 19 Tabel 2.1. Tabel Kriteria Penetapan Komoditi Unggulan, Dominan, dan Pendukung. No. Lokasi Komoditi 1 A 2 Kriteria Keterangan AP KP PTK SAB W v v v v B X v V v - Dominan 3 C Y - - v - pendukung 4 D Z - - - v unggulan dst Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Unggul 20 III. KEADAAN UMUM WILAYAH 3.1. Letak Geografis Kabupaten Tolitoli terletak anatara 0 35 – 1 20 L.U. dan 120 12 – 121 10 42 B T Wilayah kecamatan Dondo berjarak 72 km dari ibu kota Kabupaten. Tolitoli. Wilayah kecamatan ini terdiri dari dari 11 Desa. Jarak masing-masing Desa ke Ibu kota Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan dengan Masing-Masing Desa Di Kec.Dondo. Ibu Kota Kecamatan Desa Jarak Dapat Dilalui 1 2 3 4 1. Luok Manipi 33 Darat 1. Salumbia 29 Darat 2. Bambapun 16 Darat 3. Ogowele 18 Darat 4. lais 15 Darat 5. Ogogasang 12 Darat 6. Malomaba 9 Darat 7. Ogogili ]3 Darat 8. Tinamboga 0 Darat 9. Malulu 2 Darat 10.Malala 2 Darat Tinabogan Sumber . Data BPS Kab. Tolitoli 2005. Dari Tabel 3.1 diatas terlihat bahwa jarak masing-masing desa dengan ibu kota kecamatan berkisar dari 0 km hingga 33 km. Desa terjauh adalah Luok Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 21 Manipi (33 km) sedangkan desa terdekat sekaligus sebagai ibu kota kecamatan adalah Tinabogan. 3.2. Tofografi Secara umum kondisi tofografi di kecamatan Dondo adalah datar dan hanya sebagian kecil dari wilayah kecamatan ini ditemukan adanya perbukitan dan pegunungan. Gambaran secara terperinci tentang tofografi wilayah kecaman Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Kondisi Tofografi pada masing-masing Desa di Kec. Dondo Persentase Bentuk Tanah Dataran (%) 2 Desa 1 Perbukitan (%) Pegunungan (%) 3 4 Ketinggi an Permuka an 5 1.Luok Manipi 65 15 15 0 – 500 2. Salumbia 75 10 15 0 – 500 3. Bambapun 85 10 5 0 – 500 4. Ogowele 95 5 - 0 – 500 5. Lais 100 - - 0 – 500 6. Ogogasang 100 - - 0 – 500 7. Malomba 78 15 8 0 – 500 8. Ogogili 85 15 - 0 – 500 9. Tinabogan 100 - - 0 – 500 10. Malulu 95 5 - 0 – 500 11. Malala 85 - 15 0 - 500 Sumber . Data BPS Kab.Tolitoli 2005 Data pada Tabel 3.2. menunjukkan bahwa wilayah dataran jauh lebih luas, berkisar dari 55% hingga 100%. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Sedangkan wilayah perbukitan 22 berkisar 5% hingga 15% dan wilayah pegunungan juga berkisar dari 5% hingga 15% dari seluruh wilayah ini. 3.3.Hidrologi Kondisi hidrologi wilayah Dondo sangat dipengaruhi oleh keadaan curah hujan dan sungai-sungai yang mengalir. Disamping itu, kondisi tofografi juga mempengaruhi. Gambaran tentang keadaan curah hujan di Wilayah Kecamatan Dondo dapat di lihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Keadaan Curah Hujan Bulanan di wilayah Keamatan Dondo Bulan Hari Hujan Nilai (Mm) 1 2 3 1. Januari 15 390 2. Februari 14 1.160 3. Maret 17 845 4. April 9 287 5. Mei 9 506 6. Juni 2 117 7. Juli 18 580 - - 9. September 11 126 10. Oktober 7 115 11. November 6 209 12. Desember 13 560 Jumlah 121 4.985 8. Agustus Sumber. Data BPS Ksb.Tolitoli 2005 Data curah hujan Bulanan yang tertera pada Tabel 3.3. menunjukkan bahwa bulan Februari merupakan bulan terbasah dengan curah hujan 1.160 mm. Keadaan ini memungkinkan pada wilayah yang tofografinya datar dengan drainase buruk memungkinkan terjadinya genangan dalam priode Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 23 waktu tertentu yang akhirnya akan mempengaruhi jenis penggunaan tanah ditempat tersebut. Distribusi curah hujan tidak merata sepanjang tahun. Wilayan ini termasuk wilayah yang cukup basah dengan curah hujan tahunan 4.065 mm. Di wilayah kecamatan Dondo mengalir Sungai yang relative besar, yaitu Sungai Dolonggu di desa Luok Manipi dan Sungai Bialo di desa Bambapun. Ke dua sungai ini mengalirkan air sepanjang tahun. Diwilayah ini juga terdapat Danau/Waduk/Bendungan diantaranya adalah Bambapun, Malomba, Malulu dan Toba. 3.4 Pemerintahan Wilayah kecamatan Dondo terdiri dari 11 desa yang dikelasifikasikan sebagai desa Swasembada. Keadaan klasifikasi desa di Kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Keadaan Klasifikasi Desa di Kecamatan Dondo Desa Swadaya Swakarya Swasembada 1 2 3 4 1. Luok Manipi - - 1 2. Salumbia - - 1 3. Bambapun - - 1 4. Ogowele - - 1 5. Lais - - 1 6. Ogogasang - - 1 7. Malomba - - 1 8. Ogogili - - 1 9. Tinambogan - - 1 10. Malulu - - 1 11. Malala - - 1 - - 12 Jumlah Data BPS Kab.Tolitoli 2005. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 24 Untuk lebih memudahkan pelayanan pada masyarakat, maka wilayah kecamatan Dondo juga terbagi ke dalam Dusun, RW dan RT. Terdapat 38 dusun, 61 RW dan 126 RT. Uraiaan dan distribusi jumlah dusun, Rw dan Rt pada masing-masing Desa dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Jumlah Dusun, Rw dan Rt pada Masing-Masing Desa di Kec. Dondo Desa Banyaknya Lingkungan Dusun RW RT 2 3 4 5 1. Louk Manipi - 3 3 6 2. Salumbia - 4 8 16 3. Bambapun - 5 8 16 4. Ogowele - 2 4 12 5. Lais - 2 2 4 6. ogogasang - 5 10 20 7. Malomba - 4 5 10 8. Ogogili - 4 9 18 9. Tinabogan - 4 4 8 10. Malulu - 3 6 12 11. Malala - 2 2 4 Jumlah - 38 61 126 1 Data BPS Kab. Tolitoli Keberadaan lembaga-lembaga pemerintahan pada masing-masing desa juga sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Uraian dan distribusi lembaga-lembaga pemerintahan di kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.6. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 25 Tabel 3.6. Distribusi lembaga Pemerintahan pada Masimg-Masing Desa di Kec.Dondo. Desa P. Tiwi LKMD Mudes PKK LMD 1 2 3 4 5 1. Luok Manipi - 1 1 1 2. Salumbia - 1 1 1 3. Bambapun - 1 1 1 4. Ogowele - 1 1 1 5. lais - 1 1 1 6. Ogogasang - 1 1 1 7. Malomba - 1 1 1 8. Ogfogili - 1 1 1 9. Tinabogan - 1 1 1 10. Malulu - 1 1 1 11. Malala - 1 1 1 - 11 11 11 Jumlah Data BPS Kab. Tolitoli 2005. Untuk menjaga ketertiban masyarakat, keamanan seperti Hansip, maka kehadiran personil Kamra dan Wandra di Kec. Dondo mutlak diperlukan. Distribusi dan jumlah Hansip, Kamra dan Wandra. Dapat dilihat pada Tabel 3.7. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 26 Tabel 3.7. Jumlah Personil Hansip, Kamra dan Wandra di Kecamtan Dondo Desa Banyaknya Jumlah Hansip Kamra Wanra 2 3 4 5 4 2 10 16 2. Salumbia 8 4 10 22 3. Bambapun 4 2 10 16 4. Ogowele 4 2 10 16 5. lais 4 2 10 16 6. Ogogasang 2 1 10 13 7. malomba 10 5 10 25 8. Ogogili 2 1 10 13 9. Tinabogan 4 2 10 16 10. Malulu 6 3 10 19 11. Malala 8 4 10 22 56 28 120 204 1 1. Luok Manipi Jumlah Data BPS Kab.Tolitoli 2005 3.5. Penduduk Jumlah penduduk yang mendiami wilayah kecamatan Dondo adalah 20.511 orang yang tersebar di 11 desa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 4.391. Dengan demikian diperoleh data rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga sebanyak 5 oarang. Rata-rata jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan rata jumlah penduduk per rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 3.8. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 27 Tabel 3.8 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata jumlah Penduduk/RT. Desa Rumah Tangga Penduduk 1 2 3 Rata-Rata Penduduk/ RT 4 243 1.026 4 2. Salumbia 620 2.866 5 3. Bambapun 376 1.801 5 4. Ogowele 387 1.849 5 5. Lais 260 1.157 4 6. Ogogasang 114 493 4 7. Malomba 720 3.664 5 8. Ogogili 201 871 4 9. Tinabogan 508 2.331 5 10. Malulu 268 1.270 5 11. Malala 694 3.183 5 4.391 20.511 5 1. Luok Manipi Jumlah Data BPS Kab.Tolitoli 2005. Jumlah penduduk yang berjenis klamin laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 10.457 orang dan 10.042 orang. Uraian jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis klamin di kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.9. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 28 Tabel 3.9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kec. Dondo Kelompok Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 2 3 4 1. 00-04 1.293 1.341 2.635 2. 05-09 1.464 1.382 2.846 3. 10-14 1.408 1.306 2.714 4.15-19 1.156 1.161 2.317 5.20-24 828 1.064 1.892 6. 25-29 939 963 1.902 7. 30-34 705 702 1.407 8. 35-39 786 652 1.438 9. 40-44 532 459 991 10. 45-49 434 348 782 11. 50-54 336 253 589 12. 55-59 197 150 347 13. 60-64 18 131 319 14. 65-69 78 44 122 15. 70-74 81 36 117 16. 75+ 61 32 93 10.487 10.024 20.511 umur Jumlah Data BPS Kab.Tolitoli Data pada Tabel 3.9 menunjukkan bahwa dari 20.511 orang penduduk , terdapat 11.623 orang penduduk berada pada kisaran usia produktif, diantara jumlah tersebut terdapat 4.325 orang bekerja disektor pertranian. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 29 3.6. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu factor penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa/ wilayah. Gambaran tentang keadaan pendidikan di kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10. Keadaan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Dondo Jenis Pendidikan yang ditamatkan 1 1. Belum Laki-laki Perempuan Jumlah 2 3 4 pernah 1.168 1.199 2.367 Belum 1.796 1.764 3.560 3. Tamat SD 6.026 6.022 12.051 4. Tamat SLTP 537 565 1.102 5. Tamat SLTA 293 299 592 6. Diploma I / II 36 52 88 7. Akedemi / DIII 9 6 15 8. Universitas 45 36 81 9. Buta Huruf 136 75 211 Sekolah 2. Tidak / Tamat SD Jumlah 10.049 10.018 10.067 Data BPS Kab.Tolitoli 2005. Data pada Tabel 3.10 menunjukkan bahwa di Kecamatan Dondo terdapat 211 orang penduduk yang masih buta huruf (1,02%), 2,367 orang yang belum pernah sekolah (11,54%), tidak tamat SD 3560 orang (17,35%). Jumlah penduduk yang telah mengenyam pendidikan cukup memadai adalah 1878 orang atau 9,1% dari total jumlah penduduk. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Tingkat 30 pendidikan masyarakat akan mempengaruhi kemampuan untuik mengadopsi teknologi dan berbagai kebijakan pemerintah dalam upaya memmperbaiki taraf hidup masyarakat Tersedianya prasarana/sarana pendidikan yang memadai pada suatu wilayah akan sangat membantu dalam memajukan pendidikan pada suatu wilayah. Jumlah sekolah yang ada di Kec. Dondo adalah TK sebanyak 1, SD sebanyak 24, SMTP senyak 5 dan SLTA sebanyak 2. Distribusi jumlah sekolah yang tidak merata pada masing-masing desa erat kaitannya dengan jumlah penduduk yang mendiami desa-desa tersebut. Uraian mengenai banyaknya sekolah menurut desa dan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Banyaknya sekolah Para Masing-Masing Desa di Kec.Dondo Desa TK SD SMTP SLTA 1 2 3 4 5 1. LuokManipi 2. Salumbia 3. Bambapun 4. Ogowele 5. Lais 6. Ogogasang 7. Malomba 8. Ogogili 9. Tinabogan 10. Malulu 11. Malala Jumlah 1 - 1 1 3 3 2 3 1 4 1 2 1 3 24 2 1 2 - 5 1 1 - 2 Dari 24 sekolah Dasar, 23 diantaranya berstatus negeri dan 1 berstatus Swasta, 3 SlTP berstatus Negeri dan 2 berstatus swasta, 1 SMTA berstatus negeri, 1 SMTA swasta dan satu-satunya TK, berstatus swasta. Jumlah guru yang mengasuh masing-masing sekolah tersebut adalah SD sebanyak 96 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 31 Orang Guru, SMTP sebanyak 31 orang guru dan SMTA 21 Orang guru. Dengan demikian, maka jumlah guru pada masing-masing jenjang pendidikan adalah SD rata-rata 4 orang guru tiap sekolah, SMTP rata-rata 6 orang guru dan SMTA rata-rata 10 orang Guru pengasuh. Jumlah guru yang relative masih rendah ini, sudah barang tentu akan menjadi hambatan dalam memamajukan pendidikan di wilayah ini. 3.7.Perhubungan/Transportasi Ibu kota Kabupaten Tolitoli dapat dicapai dari ibu kota provinsi melalui udara, laut dan darat. Sarana transportasi udara tersedia 2 hingga 3 kali seminggu, hubungan lewat laut dengan kapal Pelni setiap 2 minggu sekali sedangkan kapal-kapal yang lebih kecil hamper setiap hari. Hubungan melalui darat dapat melalui pantai barat dan pantai timur pada setiap saat karena tersedianya sarana angkutan darat yang memamadai. Hubungan antara ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan dapat dilakukukan melalui darat. Sarana angkutan darat setiap saat dapat dilakukukan terutama karena tersediannya rental di ibu kota kabupaten. Demikian juga halnya antara ibu kota kecamatan dan seluruh desa yang ada di wilayah kecamatan ini, dapat terjangkau melalui transportasi darat. 3.8.Keadaan Pertanian Gambaran tentang keadaan pertanian di wilayah kecamatan Dondo dapat dilihat melalui luas panen dan tingkat produksi yang dicapai oleh berbagai komuditi pertanian yang dikembangkan masyarakat pada saat ini. Demikian juga halnya disektor peternakan dan perikanan. Luas panen berbagai komoditi yang dikembangkan pada saat ini, diantaranya adalah padi seluas 2.112 ha, Jagung seluas 153 ha, ubi kayu seluas 190 ha, ubi jalar seluas 85 ha, kacang tanah seluas 23 ha, kacang kedele Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 32 seluas 14,03 ha dan kacang hijau seluas 13,05 ha, Distribusi luas panen tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 3.12. Tabel. 3.12. Distribusi Luas Panen Tanaman Bahan Makanan pada Masing-masing Desa di Kecamatan Dondo Desa Padi Jagung 1 2 3 Ubi Kayu 4 Ubi Jalar 5 1. Luok Manipi - 12 16 7 2. Salumbia 210 19 8 5 3. Bambapun 246 22 18 9 4. Ogogele 230 21 20 10 5. lais 233 9 15 8 6. Ogogasang 147 - 7 3 7. Malomba 447 28 54 12 8. Ogogili - 27 17 8 9. Tinabogan 235 4 3 5 10. Malulu 69 14 17 12 11. Malala 259 7 15 6 Jumlah 2.112 153 190 85 Produksi yang dicapai oleh masing-masing komoditi adalah padi 15.740 ton, jagung 257 ton, ubi kayu 1.375 ton, ubi jalar 100 ton, kacang tanah 25 ton, kacang kedele 11,7 ton dan kacang hijau 91 ton. Distribusi Produsi pada masing-masing Desa beberapa komoditi tanaman bahan makanan di kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.13. Tabel 3.13 . Distribusi luas panen Tanaman Bahan Makanan pada Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 33 masing-Masing Desa di Kecamatan Dondo 1. Desa Padi Jagung Ubi kayu Ubi Jalar 1 2 3 4 5 1. Luok Manipi - 30 103 8 2. Salumbia 1.570 37 51 10 3. Bambapun 1.895 40 130 12 4. Ogowele 1.850 42 157 15 5. lais 1.670 10 92 9 6. Ogogasang 1.120 - 135 3 7. Malomba 3.430 56 265 17 - 21 103 12 1.650 4 40 4 10. Malulu 435 12 152 4 11. Malala 2.120 15 148 6 Jumlah 15.740 267 1.376 100 8. Ogogili 9. Tinabogan Data BPS Kab.Tolitoli 2005. Untuk menunjang produksi padi sawah di kecamatan Dondo, tersedia sarana irigasi, baik irigasi setengah teknis maupun irigasi desa yang masing-masing dapat mengairi areal persawahan seluas 200 ha dan 1909 ha, sedangkan sawah tadah hujan tidak ditemukan diwilayah tersebut. Disektor peternakan, wilayah kecamatan Dondo memiliki 1636 ekor dan sapi 24 ekori. Ternak kecil hanya Kambing 1584 ekor, domba dan babi tidak ditemukan di wilayah ini. Ternak unggas meliputi ayam kampong dan itik. Jumlah ternak ayam kampong di Kecamatan Dondo adalah 19.875 ekor, sedangkan jumlah ternak itik adalah 1.026 ekor. Semua ternak yang diuraikan diatas tersebar tidak merata pada semua desa. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 34 Sektor perikanan meliputi kolam dan tambak. Luas kolam ikan yang ada di kecamatan Dondo tersebar di 4 desa, yaitu desa Luok Manipi, Salumbia, Malulu dan Malala.dengan luas trotal 4,9 ha. Areal pertambakan tersebar di 5 desa, yaitu Luok Manipi, Ogogasan, Malomba, Tinabogan, dan Malala dengan luas total 98,07 ha. Desa Malala memiliki luas tambak terluas, yakni 56,50 ha atau 57,61% dari luas total tambak yang ada di Kecamatan Dondo. Kegiatan penangkapan ikan juga dilakukan dilaut dengan cara menjala dan memancing, Kegiatan penangkapan dengan menjala hanya ada di desa Malomba, Tinabogan dan Malala, sedangkan kegiatan penangkapan ikan dengan cara memancing dilakukan oleh hamper seluruh desa kecuali desa Luok Manipi, Ogowele dan Malulu. Kegiatan penangkapan ikan di laut menggunakan perahu tak bermotor dan perahu dengan motor temple. Jumlah perahu tak bermotor, 225 buah sedangkan perahu dengan motor temple berjumlah 29 buah (BPS, Kabupaten Tolitoli, 2005). Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sumberdaya Lahan 4.1.1. Deskripsi Geologi dan Klasifikasi Tanah 4.1.1.1. Geologi dan Hidrogeolog Elevasi wilayah kecamatan berkisar antara 0 – 1450 (pegunungan di sebelah selatan Malala, pada garis batas kecamatan. Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperature udara dan radiasi matahari. Rincian prosentase luasan kelas lereng tersebut dirinci sebagai berikut : Tabel 4.1. Kelas Lereng Lokasi Survei Kecamatan Dondo No. 1 2 3 4 5 6 7 Kelas Lereng Kelandaian (%) km2 Datar <3 9,61 Berombak/agak landai 3 -8 19,22 Bergelombang/melandai 8 -15 28,83 Berbukit 15- 30 67,28 Bergunung 30 -40 153,78 Bergunung curam 40 - 60 110,53 Bergunung sangat curam > 60 91,31 Jumlah 480,56 Sumber ; Data Primer (2007) dan Peta Rupa Bumi (1992) Luas % 2 4 6 14 32 23 19 100 Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700m dpl.) dan dataran tinggi (>700m dpl.) Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 36 Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan Temperature dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat diatas permukaan laut, maka temperature semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran tinggi. Sedangkan tanaman karet, sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah. 1. Kondisi Geologi a. Fisiografi 1) Geomorfologi Secara morfologi, pada wilayah Kecamatan Dondo Tolitoli terdapat empat kenampakan tonjolan topografi, yaitu morfologi dataran, berombak, bergelombang, berbukit dan bergunung. Morfologi dataran hanya terdapat pada wilayah dengan elevasi rendah sehingga dikategorikan sebagai wilayah dataran rendah. Tidak dijumpai wilayah dengan luas dataran tinggi yang signifikan. Keadaan topografi datar umumnya tersebar di sekitar pantai dan sekitar wilayah aliran sungai. Topografi dataran ini dijumpai pada semua 12 desa yang ada di kecamatan Dondo dengan luasan yang berbedabeda. Kawasan dengan luas dataran relatif besar adalah desa Tinabogan, Malomba, Ogogasang, Lais, Bambapun dan Ogowele. Luasan berbukit dan bergunung yang relatif besar terdapat di desa Ogogili, Bambapun, Melulu, Anggasan dan Luok Manipi. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 37 Secara geologi, kondisi morfologi dataran dipengaruhi oleh terakumulasinya material hasil desintegrasi formasi tua pada wilayah cekungan dengan hasil akhir berupa terrain landai. Proses erosi dan torehan menyebabkan tidak meratanya permukaan tanah di wilayah aluvial ini. Pada topografi yang lebih tinggi, bentukan bergelombang, perbukitan dan pegunungan sangat dikontrol oleh sifat fisik dan tingkat fragmentasi material serta proses eksogen yang menyertainya, dimana material yang lebih padat dan keras serta kerapatan fraktur yang rendah akan membentuk topografi yang lebih tinggi sedangkan material yang lebih lunak disertai rapatnya fragmentasi serta proses eksogen yang menyertainya mengontrol terbentuknya morfologi bergelombang, perbukitan dan pegunungan. 2) Pola Aliran dan Karakteristik Sungai Sungai-sungai di Kecamatan Dondo bermuara di Teluk Dondo (Selat Makassar). Penampang morfologi sungai- sungai ini bervariasi “V” dan “U”. Di samping pola aliran sungai dominan yang berpola dendritik, juga pola-pola aliran sungai paralel dan rektangular serta trelis dapat dianalisa berdasarkan pola morfologi pada rupabumi. b. Stratigrafi dan Litologi Secara regional wilayah Kecamatan Dondo terdapat pada Mandala Geologi Sulawesi Barat. Stratigrafi batuan wilayah ini disusun berdasarkan umur dari tua ke muda sebagaii berikut. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 38 1. Formasi Tinombo Kenampakan khas formasi ini adalah perselingan lapisan batuan batupasir, batulempung, batulanau dengan sisipan lapisan batuan volkanik, batugamping. Umumnya batuan pada formasi ini bersifat rapuh. Batuan gunung api umum umumnya bersifat andesitik, tersebar di banyak tempat namun tidak meluas. Ukuran kristal batuannnya umumnya halus. Juga terdapat batuan lain berupa lava, breksi, andesit dan basal. Penyebarannya dijumpai pada wilayah perbatasan antara Desa Bambapun dan Desa Salumbia. Di samping bersifat andesitik, batuan ini di beberapa tempat telah mengalami ubahan. Umur batuan diperkirakan Eosen – Oligosen. Pada beberapa tempat formasi ini telah mengalami metamorfisme, terutama di sekitar jalur-jalur patahan Formasi ini menindih batuan metamorf secara tidak selaras. Secara regional penyebarannya formasi ini sangat luas baik di utara, tengah dan baratdaya. 2. Batuan Beku Granit Penyebaran batuan ini antara lain di Melulu, Malala, Angasan, Ogogili, Ogowele, Bambapun, Malomba. Salumbia, Luok Manipi, Pada beberapa tempat bagian atas batuan ini sangat lapuk dan terubah menjadi lempung dan pasir putih dimana di daerah perbukitan yang merupakan ruas transportasi merupakan zone lemah gerakan tanah. Umur formasi adalah Miosen Tengah sampai Miosen Atas. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 39 3. Aluvium Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan kerakal. Daerah-daerah pesisir pantai dan sekitar daerah aliran sungai umumnya disusun oleh material ini. Tebal satuan beberapa meter sampai puluhan meter. Satuan dan batuan litologi wilayah penelitian dirangkum dan ditabulasikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Satuan batuan di wilayah Kebupaten Tolitoli No. Umur 1 2 Holosen Satuan Aluvium Miosen TengahMiosen Atas Miosen TengahMiosen Atas Batuan Beku Granit Batuan Sedimen Laut 5 Eosen-Oligosen Formasi Tinombo 6 Eosen-Oligosen 7 Mesozoikum Batuan Vulkanik Kompleks Metamorf 4 Litologi Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal Granit, granodiorit dan diorit kuarsa batupasir wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan lava yang bersifat andesit serta basal Lava basal, basal spilitan, lava andesit, breksi gunung api, batupasir wake, batulanau, patupasir hijau, batugamping merah, batugamping kelabu dan batuan termetamorfosa lemah Tufa, breksi, lava andesit dan basal sekis berupa sekis mika, sekis hijau dan sekis ampibolit dan marmer Sumber: Ratman (1976) dan Bahri dkk (1993) b. Struktur Geologi Secara regional, wilayah Tolitoli termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi wilayah Tolitoli relatif tidak terlalu kompleks dibanding kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Khusus di wilayah Kecamatan Dondo, pola patahan dijumpai berupa patahan Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 40 vertikal, dengan orientasi timurlaut – baratdaya. Terdapat dua jalur patahan, yaitu di bagian timur yang melewati wilayah Malomba dan Ogogili serta patahan di bagian barat di bagian desa Salumbia. Di beberapa tempat patahan-patahan ini saling berpotongan dengan patahan lain yang relatif kecil. Struktur lainnya berupa kekar pada batuan sedimen dan vulkanik dan kekar primer maupun sekunder pada batuan granit. Pada batuan sedimen juga dijumpai struktur lipatan antiklin. 2. Pembagian Zona Hidrologi berdasarkan Kondisi Geologi (Formasi Batuan) Berdasarkan hasil pengamatan lapangan serta studi terhadap kondisi geologi dan sifat-sifat hidrologi jenis material penyusun wilayah, maka zone akifer di wilayah Kecamatan Dondo dapat dibagi kedalam tiga zone sesuai karakteristik material, yaitu : 1. Zone akifer dengan penyusun utama berupa satuan aluvial. Akifer produktivitas sedang – tinggi terdapat pada wilayah dengan material penyusun berupa pasir, lanau dan hasil aluviasi granit. Pada wilayah ini kedalaman muka air tanah bervariasi 1 – 5 m. Akifer produktifitas rendah terdapat pada areal yang disusun aluvial ke arah bukit dengan penyusun berupa campuran pasir dan lempung. Pada wilayah ini kedalaman muka air tanah berkisar 1 – 10 m. 2. Zone akifer dengan penyusun utama berupa granit. Porduktifitas air tanah di wilayah ini langka – kecil. Produktifitas langka jika struktur material granit bersifat kompak/padat. Produktifitas kecil dapat terjadi jika bagian atas formasi granit telah mengalami pelapukan ataupun tubuh Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 41 batuan granit tersebut mengalami pengkekaran sehingga keterdapatan air tanah terjadi secara sekunder melalui retakan pada tubuh granit. 3. Zone akifer dengan penyusun utama berupa batuan vulkanik/andesit Produktifitas akifer di wilayah ini relatif kecil. Keterdapatan air tanah dijumpai berupa akumulasi pada wilayah cekungan/lembah pada sedimen padu yang tebal. 3. Data dan Potensi Sumberdaya Air Sungai di Wilayah Kecamatan Dondo. Tabel 4.3. Data Sungai dan Potensi Pemanfaatannya Debit (m3/s) 4,1 Nama Bendung Melulu S. Tinabogan 5,1 Tinabogan 3 S. Ogosila 0,11 - 4 S. Bambapun 14,2 MalombaBambapun 5 0,26 Bialo 6 S. Bialo/Malama S. Salumbia/ Banagan 7 S. Luok 8 S. Kolasi 9 S. Lagang 10 No. Nama Sungai 1 S. Ogolalo/Melulu 2 14,01 0,59 Salumbia Kondisi Existing Baik Rekonstruksi Baik tapi tidak berfungsi Desa Terairi Melulu Tinabogan, Malala - Baik Ogowele, Malomba, Bambapun Bambapun Baik Salumbia - - - 0,23 - - - 0,16 - - - S. Bonto 0,23 - - - 11 S. Ogowele/Lais 0,36 Ogowele 12 S. Taures/Anggasan 1,90 13 S. Lemo 0,36 Anggasan Lemo Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Baik sederhana Perlu perbaikan total Perlu Relokasi Ogowele, Lais Malomba, Ogogasang Malomba 42 4.1.1.2. Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan atas terminologi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Dengan menggunakan Peta Tanah Sulawesi skala 1 : 1.000.000 yang tersedia, serta ditunjang dengan pengambilan contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan tanah dan untuk penilaian kesesuaian lahan diambil pada setiap Satuan Peta Tanah. Dengan mengacu pada peta tanah yang ada, dan berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil analisis sifat fisika dan kimia tanahnya di laboratorium, maka tanah-tanah dilokasi survei dikelompokkan menjadi 3 jenis tanah utama, yaitu Tanah Aluvial, Podsolik Merah Kuning dan Latosol. Tabel 4.4. Klasifikasi Jenis Tanah di Lokasi Survei No 1 2 3 Satuan Tanah No dlm peta Soil Survey Staf Jenis Tanah (Supraptoharjo) 10 Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial 10 Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial 10 Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial 53 Tropepts, Udults, Orthents 46 Tropepts, Udults Podsolik Merah Kuning, Podsolik Merah Kuning, Litosol Podsolik Merah Kuning 62 Tropept, Odox Latosol, Latosol Sumber; Peta Tanah Sulawesi 1 : 1.000.000 ( Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Balitbang Pertanian, 1993) Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 43 4.1.2. Satuan Peta Tanah Satuan peta tanah merupakan satuan peta terkecil yang mempunyai nilai homogenitas yang tinggi, baik dalam sifat fisik dan kimia tanah maupun sifat lingkungannya. Oleh karena itu satuan peta tanah akan mencerminkan karakteristik lahan dan lingkungannya dari suatu wilayah yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat kelayakan lahan tersebut untukpenggunaan tertentu. Penetapan satuan peta tanah didasarkan atas faktor macam tanah, bahan induk, fisiografi dan bentuk wilayah, kedalaman efektif tanah dan drainase serta sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi status dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Tabel 4.5. Klasifikasi Tanah, Fisiografi dan Bahan Induk di Lokasi Survei No 1 No dlm peta 10 10 10 2 3 53 Satuan Tanah Soil Survey Jenis Tanah Staf (Supraptoharjo) Fisiografi Bahan Induk Desa Aquepts, Fluvents, Tropepts Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial Dataran Aluvial Aluvium Tinabogan, Malulu Aluvial, Aluvial, Aluvial Dataran Aluvial Aluvium Aquepts, Fluvents, Tropepts Tropepts, Udults, Orthents Aluvial, Aluvial, Aluvial Dataran Aluvial Aluvium Malomba, Ogogasang, Lais, Bambapun Salumbia Podsolik Merah Kuning, Podsolik Merah Kuning, Litosol Podsolik Merah Kuning Latosol, Latosol Pegunungan Batuan Metamorfik dan Batuan Sedimen Batuan Sedimen Batuan Plutonik Ultramafik 46 Tropepts, Udults 62 Tropept, Odox Perbukitan Pegunungan Salumbia Bambapun Louk Manipi Malala Ogogili Malomba Anggasan Ogowele Malala Sumber; Peta Tanah Sulawesi 1 : 1.000.000 ( Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Balitbang Pertanian, 1993) Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 44 4.1.1.3. Kesuburan Tanah Kajian mengenai produkstivitas pertanian dari segi teknik, tidak lain adalah kajian tentang sistem tanah – iklim – tanaman. Seringkali ditemukan bahwa hasil pertanian berkaitan dengan beberapa sifat tanah baik sifat fisik maupun sifat kimia tanah antara lain; tekstur, struktur, bahan organik tanah, reaksi tanah (pH tanah), kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa. 1. Sifat Kimia Tanah Penilaian kesuburan tanah secara umum dilakukan melalui penafsiran sifat-sifat kimia tanah yang diperoleh dari penilaian kualitatif dilapangan serta penilaian secara kuantitatif dari hasil analisa laboratorium contoh tanah (composite sample). Parameter sifat-sifat kimia tanah yang dinilai meliputi; pH (H2O dan KCl), KTK, (Ca, Mg, K dan Na), C Organik, P tersedia, P total, K total, N total dan salinitas. Sedangkan analisa sifat fisika tanah mencakup tekstur dan kerapatan volume. Dari hasil analisis laboratorium terlihat bahwa secara umum tingkat kesuburan tanah alami di daerah survei tergolong kurang subur. Kondisi ini ditunjukkan oleh sangat rendahnya tingkat kejenihan basa yang seiiring dengan kondisi pH tanah yang relatip agak rendah sehingga mempengaruhi tingkat ketersiaan hara P. Hasil penilaian status kesuburan (terlampir) Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 45 2. Sifat Fisika Tanah Sifat fisika tanah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga mempengaruhi tindakan pengelolaan tanah secara keseluruhan dan mempengaruhi penilaian kesesuaian lahannya. Sifat-sifat fisika tanah yang ditelaah meliputi tekstur dan kerapatan volume tanah. Tekstur Tekstur merupakan perbandingan relatif antara jumlah fraksi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen. Jumlah dan komposisi antara ketiga fraksi tersebut akan sangat mempengaruhi kemantapan agregat tanah, jumlah dan distribusi ruang pori. Aerasi dan drainase tanah, permeabilitas tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan ditunjang dengan analisa laboratorium menunjukkan bahwa tanah-tanah di daerah survei pada umumnya memiliki tekstur agak halus, sedang sampai dengan agak kasar. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 46 4.2. Potensi Sumberdaya Pertanian 4.2.1. Pola Penggunaan Lahan Existing Pola penggunaan lahan secara umum di Kecamatan Dondo, teridentifikasi beberapa jenis penggunaan lahan utama yang meliputi; a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, Kebun coklat di bawah tegakan kelapa, Kebun Durian bercampur Kelapa dan Coklat Kebun Cengkeh, Tambak, Pemukiman Semak, belukar, Hutan sekunder, dan Hutan Primer. Dari jenis penggunaan lahan tersebut yang paling menonjol dan menempati areal yang paling luas serta tersebar kesemua desa yang ada di Kecamatan Dondo adalah penggunaan lahan untuk Tanaman Coklat di bawah tegakan Kelapa. Pada awalnya penggunaan lahan ini adalah penanaman tanaman kelapa, namun kemudian petani memanfaatkan lahanlahan kosong diantara tanaman kelapa dengan menanam tanaman coklat dalam bentuk tanaman sela (intercrop). Hamparan lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan menempati bagian Lembah dengan topografi datar. Jenis penggunaan lahan ini tidak menemukan hambatan dalam pengelolaannya, karena umumnya diusahakan pada lahan dengan kelas kemampuan lahan kelas I., kecuali untuk hamparan lahan sawah di empat Desa (Malomba, Ogogasang, Lais dan Ogowele) sebenarnya adalah peruntukan lahan sawah irigasi namun karena kendala teknis sehingga sampai saat ini Bendung Malomba yang dibangun dan diresmikan beberapa tahun yang lalu, belum mampu mengalirkan air ke lahan sawah dengan luas pelayanan 1.460 Ha. Khusus Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 47 untuk lahan sawah tadah hujan sumber pengairannya masih berharap dari curah hujan. Jenis penggunaan lahan lainnya dominan adalah kebun Cengkeh, jenis penggunaan lahan ini menempati areal yang terpencar- pencar, dan umumnya ditanam pada lereng dan punggung bukit/gunung, sehingga kendala utama dalam pengelolaannya adalah tingkat kemiringan lereng yang cukup besar. Umumnya tanaman cengkeh yang ada, sudah cukup berumur dan sempat tidak terawat (dibiarkan oleh petani) pada saat harga penjualan cengkeh mencapai titik terendah, hal ini berakibat pada kondisi pertumbuhan tanamn cengkeh saat ini tidak menunjukkan pertumbuhan yang optimal. Selanjutnya, jenis penggunaan lahan untuk kebun campuran yang juga banyak diusahakan dengan beberapa variasi tanaman dengan tanaman utama Durian, Kelapa dan Coklat. Bentuk penggunaan lahan ini dalam skala yang cukup luas terdapat di Desa Ogogasang, Lais dan Bambapun serta sebagian kecil lainnya tersebar disemua desa. Jenis penggunaan lahan dengan skala luas yang lebih kecil dan terpencar-pencar adalah Tambak.. Penggunaan lahan untuk tambak ini dapat dilihat di Desa Malala, Tinabogan, Malomba dan Salumbia, serta untuk ukuran yang paling kecil seukuran kolan dapat ditemui di Desa Ogogasang dan Lais. Jenis ikan yang dibudidayakan umumnya adalah Bandeng dan Udang. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 48 25 m 0m Tambak, Penggunaan lahan Sawah Iirigasi, Kebun campuran , pemukiman Kebun Kelapa, Coklat dan Durian Jagung-kc..tanah, ke Kelapa, Ciklat, Durian, Rambutan Sawah Tada hujan, Kebun kelapa Vegetasi/pola tanam Bakau, Kelapa, Coklat, padi lapa, nangka, kemiri I Kls/kemiringan lahan (3 %) I (3%) II Masalah pengelolaan Kekurangan air Hama dan penyakit tanaman Hama dan penyakit tanaman Arahan penggunaan Pertanian intensif Pertanian sedang Penggem. sedang Kesesuaian Sesuai sesuai Sesuai Ked. Efektif tanah Dalam Dalam Dalam Status tanah Pribadi Pribadi Pribadi (3-8 %) Gambar 4.1. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Tinabogan 50 m 25 m 0m Penggunaan lahan Sawah Iirigasi, Sawah Irigasi Kebun Sawah Irigasi, Kebun Campuran Kebun cengkeh Padi, Kelapa, Ciklat, Rambutan dan lada cengkeh campuran , pemukiman Vegetasi/pola tanam Padi Kelapa, coklat I Kls/kemiringan lahan (3 %) I (3%) II (3-8 %) IV ( > 40 %) Masalah pengelolaan Hama dan penyakit tanaman Hama dan penyakit tanaman Hama dan penyakit tanaman Mati pucuk Arahan penggunaan Pertanian intensif Pertanian intensif Penggem. intensif Penggem. terbatas Kesesuaian Sesuai Sesuai sesuai Tidak sesuai Ked. Efektif tanah Dalam Dalam Dalam Sedang Status tanah Pribadi Pribadi Pribadi Pribadi, negara Gambar 4.2. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Malulu Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 49 200 m 100 m 0m Penggunaan lahan Vegetasi/pola tanam Sawah Irigasi Pemukiman, Kebun campura Padi, Kelapa, coklat, bakau Kls/kemiringan lahan I (3 %) Kebun Cengkeh Sawah Irigasi Kebun campuran Kebun Cengkeh Cengkeh, Kelapa, Coklat Padi, Kelapa Coklat, Durian VI (32 %) Cengkeh, coklat Curam.Bahaya erosi Tidak ada VI I (> 50 %) II (3-8 %) VII (50 %) Masalah pengelolaan Kekurangan air lahanCuram Kekurangan air Tindakan konservasi Tidak ada Teras gulud Teras gulud Kekurangan air Lahan curam Tidak ada Arahan penggunaan Pert. Intensif Pengg. terbatas Pert. Intensif Pert, sedang Peng..terbata Kesesuaian Sesuai Tidak sesuai Sesuai sesuai Tidak sesuai Ked. Efektif tanah Dalam Sedang Dalam Sedang Sedang Status tanah Pribadi Pribadi Pribadi Pribadi Pribadi, negara Gambar 4.3. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Malala 200 m 100 m 0m Pemukiman, Kebun campura Padi, Kelapa, coklat, bakau I (3 %) Kebun Kelapa Kebun Cengkeh Kelapa coklat Cengkeh, Kelapa, Coklat, semak belukar VII (> 50 %) VI I (> 50 %) Lereng curam Pertumbuhan cengkeh tdkoptimal, lahanCuram Tindakan konservasi Hama dan Penyakit tanaman Tidak ada Arahan penggunaan Pert. Sedang Kesesuaian Ked. Efektif tanah Status tanah Penggunaan lahan Vegetasi/pola tanam Kls/kemiringan lahan Masalah pengelolaan Tidak ada Tidak ada Pengg. Terbatas Pengg. terbatas Sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Dalam Sedang Sedang Pribadi Pribadi Pribadi Gambar 4.4. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Ogogili Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 50 4.2.2. Penilaian Kesesuaian Lahan Penilaian kesesuaian lahan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan di daerah studi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tertentu, dan hasil penilaian dari kesesuaian lahan ini akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan layak atau tidaknya lahan tersebut untuk pengembangan pertanian dengan mempertimbangkan pada azas kelestarian lahan yang ada di daerah tersebut. Kriteria yang digunakan dalam klasifikasi kesesuaian lahan aktual untuk tanaman pangan dan tanaman perkebunan mengikuti kruteria dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (PPT, 1993) dengan modifikasi yang dianggap perlu. 1. Kesesuaian Lahan Aktual Hasil pengamatan terhadap karakteristik setiap satuan peta unit lahan yang dikaitkan dengan parameter yang digunakan, maka kesesuaian lahan aktual di daerah studi untuk tanaman padi sawah, tanaman padi sawah tada hujan, dan tanaman tahunan disajikan dalam Tabel 4.1. - 4.4. a. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah Kesesuaian lahan untuk Tanaman Padi sawah, baik untuk lahan sawah irigasi maupun pada lahan sawah tada hujan di daerah studi tergolong kedalam kelas S1 dan S3 (Tabel 4.6 dan 4.7) dengan faktor pembatas retensi hara khususnya menyangkut nilai kejenuhan basa yang umumnya sangat rendah, biasanya tanah-tanah dengan kejenuhan basa rendah juga diikuti dengan nilai pH yang cenderung rendah pula dan hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan hara utamanya unsur P tersedia dalam tanah. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 51 Tabel 4.6. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Tadah Hujan di Daerah Survei Kesesuaian Lahan Desa Kelas Sub Kelas Tinabogan S1 - Malomba S3 Ogogasang Faktor Pembatas Luas Ha % - 56 5,09 S3-nr Retensi hara 217 19,71 S3 S3-nr Retensi hara 475 43,14 Lais S3 S3-nr Retensi hara 298 27,03 Ogowele S3 S3-nr Retensi hara 55 5,00 1.101 100 Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007 Tabel 4.7. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah Irigasi di Daerah Survei Kesesuaian Lahan Desa Kelas Faktor Pembatas Sub Kelas Luas Ha % Tinabogan S3 S3-nr Retensi hara 107 10,05 Malulu S3 S3-nr Retensi hara 201 18,87 Malala S3 S3-nr Retensi hara 283 26,57 Ogowele S3 S3-nr Retensi hara 40 3,76 Bambapun S3 S3-nr Retensi hara 145 13,62 Salumbia S3 S3-nr Retensi hara 287 26,95 1.065 100 Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007 b. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tahunan Kesesuaian lahan untuk Tanaman Tahunan menujukkan variasi kelas kesesuaian (Tabel 5.8, 5.9 dan 5.10). kesesuaian lahan untuk tanaman Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 52 kelapa pada setiap desa menunjukkan kelas kesesuaian S2 dan untuk tanaman Durian menunjukkan kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas juga masalah rendahnya tingkat kejenuhan basa sehingga hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan hara utamanya P tersedia dalam tanah. Lain halnya dengan hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan tanaman Cengkeh menunjukkan kelas kesesuaian N1 yakni tidak sesuai untuk saat ini dengan faktor pembatas adalah tingkat kelerengan yang tinggi. Tabel 4.8. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa di Daerah Survei Kesesuaian Lahan Desa Kelas Faktor Pembatas Sub Kelas Luas Ha % Tinabogan S2 S2-nr Retensi hara 404 7,66 Malulu S2 S2-nr Retensi hara 425 8,06 Malala S2 S2-nr Retensi hara 1.114 26,07 Ogogili S2 S2-nr Retensi hara 538 10,20 Malomba S2 S2-nr Retensi hara 330 6,26 Ogogasang S2 S2-nr Retensi hara 13 2,47 Ogowele S2 S2-nr Retensi hara 457 8,67 Anggasan S2 S2-nr Retensi hara 407 7,71 Bambapun S2 S2-nr Retensi hara 78 1,48 Salumbia S2 S2-nr Retensi hara 1.454 25,57 Louk Manipi S2 S2-nr Retensi hara 882 16,72 5.273 100 Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dan sekunder, 2007 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 53 Tabel 4.9. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Durian di Daerah Survei Kesesuaian Lahan Desa Kelas Faktor Pembatas Sub Kelas Luas Ha % Ogogasang S3 S3-nr Retensi hara 13 2,97 Lais S3 S3-nr Retensi hara 310 70,94 Bambapun S3 S3-nr Retensi hara 114 26,09 437 100 Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007 Tabel 4.10. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh di Daerah Survei Kesesuaian Lahan Desa Kelas Faktor Pembatas Sub Kelas Luas Ha % Malulu N1 N1-t Terrain/lereng 77 25,58 Malala N1 N1-t Terrain/lereng 63 20,93 Ogogili N1 N1-t Terrain/lereng 56 18,64 Malomba N1 N1-t Terrain/lereng 105 34,88 301 100 Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007 4.3. Potensi Sumberdaya Peternakan Kondisi umum masyarakat peternak di wilayah Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-toli, masih sangat memperhatikan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya penyuluhan terhadap peternakan dan pentingnya Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 54 memelihara ternak sebagai pemasuk pangan dalam bentuk daging, yang selama ini diharapkan dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat yang ada sekarang, selain bercocok tanam (budidaya perkebunan seperti coklat, cengkeh dan kelapa) juga ada disibukkan dengan menggarap sawah, terutama yang sudah mendapat irigasi. Sawah memang hanya dikelola sewaktu-waktu dan bermusim sesuai dengan musim tanam yang sudah mempunyai jadwal tertentu yaitu sekitar 3 kali musim tanan per tahunnya. Masyarakat yang tidak punya aktivitas banyak dibidang perkebunan, ada yang berusaha pada bidang peternakan, sebagai usaha sampingan, begitu juga ada yang menjadi sebagai nelayan tidak tetap. Pada usaha peternakan masyarakat membudidayakan atau memelihara ternak sapi, kerbau, kambing dan ada pula hanya memelihara beberapa ekor ayam. Pada hal kalau bidang usaha ini digeluti secara professional (tidak sebagai sampingan) mungkin usahanya bisa memberikan hasil yang menjanjikan. Pola usaha peternakan ini, masih bersifat tradisional, artinya punya ternak tetapi tidak dipelihara sebagaimana mestinya, sehingga hasil yang diperoleh kurang menjanjikan. Usaha peternakan yang diusahakan tampa tujuan, selain hanya untuk usaha sampingan belaka. sehingga ternak yang dipelihara kurang perhatian seperti diperlihatkan pada gambar (1) berikut ini. Kambing masyarakat Peternak yang kurang mendapat perhatian dari pemiliknya dan kurangnya penyuluhan pada bidang usaha Peternakan. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 55 Gambar 4.5. Kurangnya perhatian Peternak memelihara ternaknya Berdasarkan Statistik (Toli-toli Dalam Angka, 2005) kondisi peternakan belum menjadi pembangunan utama, sehingga jenis dan populasi ternak di daerah ini belum menjadi tumpuan harapan masyarakat di masa depannya. Situasi ini dapat kita lihat sebagaimana disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Penyebaran pupolasi dan jumlah ternak yang dipelihara menurut desa (2005) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Desa Malala Tinabogan Malulu Ogogili Malomba Ogogasang Lais Ogowele Anggasan Sapi 217 165 212 299 34 27 115 -? Kerbau -30 -? 10 11 12 Bambapun 217 16 146 Samlumbia 173 8 163 Luok Manipi 177 Jumlah 1.636 24 1.584 Sumber : Kecamatan Dondo dalam Angka, 2005 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Kambing 165 185 127 365 92 45 121 -? Ayam 2.258 2.263 1.144 547 5.568 730 1.016 1.379 -? 1.308 2.196 1.466 19.875 Itik 64 81 128 60 183 95 30 64 38 230 55 1.028 ? 56 Khusus untuk desa Anggasan ternaknya belum ada, karena desa pemekaran setelah 2006, sehingga angka dalam statistic belum ada atau masih masuk dalam desa induk (Malomba). Sementara tingkat pemotongan beberapa jenis ternak di Kecamatan ini, disajikan sebagaimana Tabel 4.12. Ternak kerbau di Kecamatan ini, dipandang dari sudut statistik, dihanyatakan hanya ada 2 desa yang memelihara kerbau, yang populasinya 24 ekor, namun kenyataan dilapangan yaitu di desa Malala ditemukan juga kerbau di daerah persawahan sekitar kurang lebih 20 ekor. Menurut masyarakatnya dahulu ternak kerbau ini jumlahnya cukup banyak, namun karena intensifnya pola persawahan dan perkebunan rakyat sehingga banyak masyarakat peternak menjual kerbaunya keluar. Walaupun sebenarnya kerbau ini masih sangat dibutuhkan dalam transportasi, tetapi banyak pula masyarakat secara terpaksa menjual kerbau dan menggantikannya dengan mesin pembajak (gambar 4.6 dan 4.7). Tabel 4.12. Jumlah (ekor) Berbagai Jenis Ternak yang Dipotong Menurut Desa Di Kecamatan Dondo (2005). No Desa Sapi Kerbau Kambing Ayam Itik 1 Malala 16 23 2 Tinabogan 17 19 3 Malulu 15 12 4 Ogogili 5 6 5 Malomba 14 20 6 Ogogasang 2 8 7 Lais 3 7 8 Ogowele 5 12 9 Anggasan - 10 11 12 Bambapun 9 10 Samlumbia 12 11 Luok Manipi 5 4 Jumlah 103 132 Sumber : Kecamatan Dondo dalam Angka, 2005 Keterangan: (-) tidak dilaporkan Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) - - 57 Gambar 4.6. Kehadiran Kerbau ditengahtengan petani-peternak Gambar 4.7. Pengalihan fungsi ternak kerbau menjadi tenaga mesin Di antara 12 desa yang ada di Kecamatan ini, desa Malulu, merupakan desa yang bersih ternak (Sapi, kerbau, dan kambing), sementara kebutuhan masyarakat akan daging dari hasil peternakan mereka tidak bisa menolaknya, sehingga pada statistic, kebutuhan ternak di desa Malulu masing-masing untuk sapi 15 ekor dan kambing 12 ekor. Hal yang perlu dipertanyakan betulkah masyarakat di desa itu, hanya memotong sapi sebanyak 15 ekor, dan 12 ekor ternak kambing setiap tahunnya, dan bagaimanakah sumber daya manusia kedepan ?. Hal ini tentunya pemerintah perlu memikirkan pengembangan ternak dan penyuluhannya. Ternak sapi, sebagai ternak kerja seperti pada gambar 4.8, diwilayah ini sudah tidak diketemukan Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 58 Gambar 4.8. Ternak sapi sebagai penarik pedati Populasi ternak sapi di secara umum di wilayah Kecamatan Dondo ini masih cukup bertahan, yaitu terdapat 1.636 ekor sapi, 24 ekor ternak kerbau dan 1.584 ekor ternak kambing. Namun dibeberapa desa seperti Desa Malulu, Anggasan, dan Ogowele ternak sapi dan kambing, apalagi ternak kerbau sudah tidak ditemukan, sementara potensi pengembangan ternak ini masih sangat memungkinkan. Berdasarkan hasil survei pada kondisi sekarang ini, dibeberapa wilayah desa, masyarakatnya sudah mulai mengeluhkan tentang prospek perkebunan terutama tanaman kelapa yang sudah mulai menua (tua) dimana produksi buah sudah mulai menurun, demikian pula tanaman coklat dibeberapa wilayah pedesaan sudah mulai terserang penyakit. Gambaran umum, tentang prospek usaha pengembangan jenis ternak ruminansia, disajikan pada gambar 4.9. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 59 Gambar 4.9. Potensi Pengembangan ternak sapi Gambar 4.10. Potensi Pengembangan ternak kerbau Gambar 4.11. Potensi Pengembangan ternak Kambing Adapun kehawatiran masyarakat, di wilayah ini adalah: - Tanaman coklat yang menjadi tumpuan dan harapan petani, kini tanaman tersebut mulai banyak diserang oleh penyakit (buah membatu dan pucuk daun kering). Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 60 - Kopra yang banyak juga menjadi tumpuan masyarakat diKecamatan ini, namun buah kelapa akhir-akhir ini sudah tua-tua (berumur) dan buahnyapun sudah mulai menurun. - Tanah yang diperuntukkan mengolah sawah, masih banyak belum mendapat aliran irigasi, sehingga tanpaknya hanya menjadi lahan tidur dibeberapa tempat (gambar 4.12) Gambar 4.12. Lokasi sawah tada hujan yang hingga kini belum mendapat sentuhan karena belum dijangkau irigasi. Sebenarnya, ternak ruminansia (kambing, sapid an kerbau), selain sebagai sumber pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan, ternak-ternak ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan andalan di daerah ini. Hasil wawancara dan beberapa peternak menyatakan bahwa dalam hal pemasaran hasil (berupa ternak hidup), khusus di daerah ini tidak ada permasalahan. Sehingga ternak diharapkan dapat dikembangkan di wilayah ini. Demikian pula harga per ekor ternak di wilayah Kecamatan ini, masih berfluktuasi sesuai kondisi ternak dan jenis yang diperjualbelikan Harga sapi dewasa antara Rp 3.000.000 sampai Rp. 4.000.000., ternak kerbau dewasa antara Rp. 3.500.000 sampai dengan Rp. 4.000.000., sedangkan ternak kambing antara Rp.250.000 sampai dengan Rp. 400.000.- Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 61 Kendala yang dihadapi khusus peternak adalah bahwa kurangnya atau belum tersentuh sama sekali tentang penyuluhan peternakan dan bagaimana pola pemeliharaan suatu usaha peternakan. Hal ini tentunya diharapkan dari pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih serius, minimal tenaga penyuluhan peternakan. Kendala lain yang dihadapi oleh peternak yang ada, karena belum tersentuh oleh penyuluhan, sehingga ternak yang dipelihara tidak mendapat perawatan dan mendapat makanan tambahan sebagaimana mestinya. Akibatnya ternak yang dipelihara tetap kurus, interval kelahiran panjang atau tidak produktif. Kadang ada juga peternak hanya memelihara induk tanpa pejantan. Khusus pada usaha peternakan kambing rakyat di wilayah ini, cukup tinggi dan tersebar, kecuali desa Malulu tidak ditemukan ada ternak kambing ini. Diwilayah desa-desa lain ternak kambing dipelihara antara 3 sampai 12 ekor per rumah tangga peternak. Namun, kepemilikannya masih dianggap kurang. Masalah yang dihadapi dalam usaha ini adalah penggembangan masih perlu di pacu, karena produktivitasnya masih dianggap rendah. Masalah lain adalah kesehatan ternak masih sangat dibutuhkan kehadiran penyuluhan karena banyak ternak kambing tertular penyakit kurap (Skabies). 4.4. Potensi Sumberdaya Perikanan 4.4.1. Perikanan Darat Kondisi perikanan darat dalam beberapa tahun terakhir sesuai dengan data Statistik (Statistik dalam angka tahun 2005) disajikan sebagaimana pada Tabel 4.13. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 62 Tabel 4.13. Luas (Ha) lahan perikanan darat menurut desa di Kecamatan Dondo No. Desa Luas areal perikanan (Ha) Tambak Kolam 1 Malala 56,50 0,50 2 Tinabogan 23,00 - 3 Malulu - 2.00 4 Ogogili - - 5 Malomba 6,07 - 6 Ogogasang 2,50 - 7 Lais - - 8 Ogowele 9 Anggasan - - 10 Bambapun - - 11 Samlumbia 10,00 0,40 12 Luok Manipi - 2,00 98,07 4,90 Luas keseluruhan - Menurut hasil survey bulan November 2007 bahwa luas tambak dan kolan yang ada di wilayah ini belum banyak memberikan hasil karena dari data (luas) areal yang ada, baru beberapa kawasan /laus (Ha) yang dikelola dan selebihnya masih merupakan kawasan persiapan. Menurut pemilik tambak, karena terbentur pada permodalan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada penampilan gambar 4.13 dan 4.14. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 63 Gambar 4.13. Kawasan tambak yang sudah diolah oleh pemilik tambak. Gambar 4.14. Lokasi tambak yang masih terbengkalai, karena modal usaha belum ada Menurut hasil wawancara dan kunjungan ke lokasi, jenis ikan yang dihasilkan dari usaha tambak ini terdiri dari ikan bandeng dan sedikit usaha udang. Hasil tangkapan (panen) ikan dan udang diperlihatkan pada gambar 4.13 dan 4.14. Gambar 4.15. Hasil tambak yang Gambar 4.16. Hasil tambak (udang sempat di panen dan ikan Bandeng) yang telah di panen. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 64 Masih rendahnya luas garapan tambak dan produksi (ikan bandeng dan udang) yang dihasilkan, masyarakat mengharapkan uluran tangan pemerintah dan swasta untuk turut menginvestasikan dana dibidang ini. Hasil wawancara dengan pemilik tambak bahwa ikan-ikan yang dihasilkan dari tambak ini sudah memberikan hasil yang cukup baik, dengan tampak banyak mememberikan perlakuan seperti pupuk dan sebagainya. Sehingga dengan pengalaman ini petani tambak mempunyai keyakinan bahwa mengusahakan tambak cukup memberikan keuntungan yang menjanjikan. Namun mereka belum bisa banyak berbuat karena dibatasi oleh modal yang sedikit. Sementara hasil panen untuk jenis kolam/telaga diwilayah kecamatan Dondo, adalah jenis ikan yang sering diperjual-belikan dkepada masyarakat setempat (wilayah Kecamatan) ini adalah ikan mujair, seperti disajikan pada gambar 4.17 dan 4.18. Gambar 4.17. Hasil penangkapan usaha tambak/kolan di Kecamatan Dondo, Kabupaten Tolitoli. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 65 Gambar 4.18. Ikan mujair yang diperjual-belikan, hasil dari kolam. Tentang jumlah pengusaha tambak (orang) dan produksi ikan dan udang (ton) yang dihasilkan dari usaha ini belum ada data-datanya. 4.4.2. Perikanan Laut Kondisi perikanan laut (perairan)t dalam beberapa tahun terakhir sesuai dengan data Statistik (Statistik dalam angka tahun 2005) disajikan sebagaimana pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Kondisi Sarana alat tangkap Petani-Nelayan (Perikanan perairan) di Kecamatan Dondo No. Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Malala Tinabogan Malulu Ogogili Malomba Ogogasang Lais Ogowele Anggasan Bambapun Jenis Alat Tangkap Pukat Jala Pancing 13 12 7 13 4 2 4 5 8 6 9 - Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 210 250 105 270 125 175 125 215 Perahu tak Bermotor 40 29 30 35 20 25 20 26 Perahu Bermotor 6 6 4 6 3 6 - 66 11 12 Samlumbia 6 215 20 Luok Manipi Jumlah 62 23 1565 225 29 Sumber: Statistika Dalam Angka (2005) yang telah dimodivikasi sesuai kebutuhan. Adapun hasil tangkapan nelayan dari usaha (pukat, Jala dan Pancing) tersebut, antara lain adalah jenis ikan pelajis (kantombo, lajang, dan cekalang). Pada musin-musin tertentu nelayan ini juga menghasilkan tangkapan ikan Tri yang cukup potensial untuk berikan penyuluhan tentang cara penanganan hasil panennya. Data yang hasil kunjungan diwilayah ini disajikan pada gambar 4.19 dan 4.20. Gambar 4.19. Hasil tangkapan (ikan Teri) oleh petani nelayan di Wilayah ini. Gambar 4.20. Propil jenis ikan Teri dan cara untuk mongering-kannya. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 67 Tabel 4.14. Hasil Wawancara terhadap responden petani ternak dan temuan dilapangan (Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-toli). No. Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Malala Tinabogan Malulu Ogogili Malomba Ogogasang Lais Ogowele Anggasan Bambapun Samlumbia Luok Manipi Jumlah Jumlah Responden (Org/RT) 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 Jenis ternak Ruminansia (ekor) Sapi Kerbau Kambing Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 20 23 14 4 2 6 69 16- 30 30 ada 17 21 8 35 15 33 17 12 147 68 Tabel 4.15. Jumlah ternak berdasarkan perbandingan jantan dan betina ternak yang dipelihara No. Desa 1 Malala 2 Ogogili 3 Malomba 4 Bambapun 5 Samlumbia 6 Luok Manipi Jumlah Responden Jenis Ruminansia 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 44 Sapi Jtn 3 1 2 0 1 7 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Bt 17 3 14 2 2 3 41 Kerbau Jtn Bt 3 6 2 4 1 3 2 6 5 Kambing Jtn Bt 1 6 1 2 3 3 1 2 0 2 2 4 2 ayam ayam 3 2 2 10 3 3 2 8 1 2 0 1 0 5 1 7 1 3 0 3 1 4 23 69 69 Tabel 4.16. Jenis Alat Tangkap Petani.Nelayan di Kec. Dondo, Kab. Toli-toli No. Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ogowele Malala Ogogasang Lais Salumbia Tinabogan Malomba Ogogili Bambapun ResponDen 5 5 4 5 5 6 5 5 5 45 Tanpa menggunakan Motor (Mesin) Pukat Jala Pancing 1 5 2 1 3 3 4 4 1 1 1 1 6 3 4 5 3 11 5 32 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) Dengan Perahu Motor Pukat 1 2 3 Jala - Pancing 1 1 2 4 70 V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan 1. Pola penggunaan lahan eksisting di Kecamatan Dondo didominasi oleh jenis penggunaan lahan tanaman kelapa dan coklat dimana jenis pengunaan lahan ini terdapat diseluruh desa yang disurvei, disusul dengan jenis penggunaan lahan dominan lainnya yakni penggunaan lahan untuk tanaman padi sawah (sawah irigasi dan sawah tada hujan), hal ini merupakan indicator bahwa jenis tanaman tersebut di atas dapat di kembangkan diwilayah ini tentunya dengan terlebih dahulu mengatasi factor-faktor penghambatnya. 2. Kondisi kesuburan tanah di lokasi survey pada umumnya rendah yang ditunjukkan oleh sangat rendahnya tingkat kejenuhan basa, derajat kemasaman tanah (pH), dengan kadar unsur hara P tersedia rendah sampai sedang 3. Potensi luas lahan sawah yang ada di setiap desa tergolong sesuai untuk dikembangkan dengan factor pembatas utama adalah retensi hara yakni tingkat kejenuhan basa yang sangat rendah, namun demikian masih dapat di berikan input teknologi pengelolaan tanah untuk meningkatkan kelas kesesuaiannya setingkat lebih tinggi dari kelas kesesuaian S3 menjadi S2. 4. Potensi luas lahan untuk tanaman tahunan di setiap desa umumnya cukup sesuai dengan kelas kesesuaian lahan S2 dan juga hanya dibatasi oleh factor pembatas utama yakni tingkat kejenuhan basah yang sangat rendah. Namun kondisi ini dapat ditingkatkan melalui pemberian input teknologi yang rendah. Kecuali untuk Tanaman cengkeh, tergolong tidak sesuai untuk saat ini (N1) dengan factor pembatas utama adalah tingkat kemiringan lereng yang cukup besar, Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 71 namun masih dapat diperbaiki dengan input teknologi konservasi tanah dan air 5.2. 1. Rekomendasi Selain jenis tanaman yang telah ada dan tumbuh baik di setiap desa, juga terdapat beberapa jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomi dan kestabilan pasar serta kesesuaian dengan lahan yang ada di kecamatan Dondo antara lain; Lada, Pala, dan Kemiri. tanaman pangan antara lain Jagung, Kacang Untuk Tanah dan Cabe/lombok. 2. Untuk mengatasi masalah factor pembatas yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kejenuhan basa dianjurkan dengan penambahan input berupa pemberian bahan organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan pengapuran yang berfungsi memperbaiki sifat fisik kimia dan juga biologi tanah 3. Untuk memperbaiki kondisi factor penghambat berupa tingkat kecuraman lereng pada lahan pertanaman cengkeh dianjurkan menggunakan teras individu/tapak kuda dan untuk mengembalikan kondisi pertumbuhan tanaman cengkeh setelah sekian lama pembersihan tidak terawatt, piringan dibawah sangat tajuk dianjurkan yang melakukan diikuti dengan pemberian pupuk berimbah serta pupuk organik. 4. Upaya menjaga kestabilan ekosistem yang ada dianjurkan mempertahankan lahan-lahan dengan kondisi kelerengan yang cukup curam dengan bentuk penggunaan lahan adalah hutan. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 72 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Biro Pusat Statistik, 2005. Kecamatan Dondo Dalam Angka. BPS Kabupaten Tolitoli. Departemen Pertanian. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito, Bandung. Soetriono, 2006. Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis. Bayumedia, Malang Soil Survei Staff, 1975. Soil Taxonomy, A Basic System of Soil Clasification for Marking and Intergenereting Soil Survey. Agrc. Hand Book. USDA Washington DC. Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 73 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 1 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 1 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 2 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S) 3 Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)