pemetaan potensi lahan berbasis pertanian

advertisement
1
PEMETAAN POTENSI LAHAN BERBASIS PERTANIAN
KECAMATAN DONDO KABUPATEN TOLITOLI
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanfaatan dan penggalian sumber-sumber daya alam serta dalam
rangka pembinaan lingkungan hidup, perlu digunakan teknologi yang
sesuai dan pengelolaan yang tepat sehingga mutu dan kelestarian sumber
daya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan.
Wilayah Sulawesi Tengah pada umumnya merupakan ekosistem yang
pragile, maka pengembangannya memerlukan perencanaan yang teliti,
penggunaan teknologi yang sesuai dan pengelolaan yang tepat. Pelaksanaan
dan pengembangan yang kurang sesuai dapat menimbulkan kerawanankerawanan kareana kerusakan lingkungan fisik, kimia, biologi maupun
social
Perencananaan pengembangan lahan pertanian, terutama pada
ekosistem lahan kering tidak saja menyangkut kesesuaian lahan dan
tanaman, tetapi juga menyangkut aspek-aspek yang lebih luas seperti sarana
dan prasarana, social ekonomi dan yang terpenting adalah pemasaran hasilhasilnya.
Selain itu, pengembangan pertanian tidak terlepas dari
pengembangan lingkungan hidup dengan masalahnya yang lebih besar.
Untuk menunjang perencanaan pengembangan pertanian di Wilayah
Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Tolitoli, diperlukan adanya datadata tentang karakteristik sumberdaya lahan, iklim dan social ekonomi
masyarakat serta data-data lain yang berpengaruh, baik positif maupun
negative terhadasp pertubuhan tanaman. Data-data ini diperlukan untuk
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
2
menentukan jenis penggunaan yang paling menguntungkan, teknologi yang
sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat .tanpa adanya dampak buruk
terhadap lingkungan.
Untuik itu. diperlukan serangkaian kegiatan yang
dimulai dari kajian pustaka, orientasi lapangan, analisis contoh tanah,
analisis data dan pelaporan. Laporan hasil penelitian dilengkapi dengan
peta-peta kesesuaian lahan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam
perencanaan penggunaan lahan di Kecamatan Dondo.
Untuk mendapatkan data dan informasi sumber daya lahan seperti
diuraikan diatas, memerlukan biaya , tenaga dan waktu yang cukup besar
sehingga menyulitkan pemerintah daerah untuk melaksanakannya secara
menyeluruh pada skala peta yang sesuai untuk perencanaan. Oleh karenai
itu,
dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah.
anggaran 2007
Pemerintah daerah Tolitoli pada tahun
memprogramkan paket kegiatan Perencanaan Pemetaan
Potensi Lahan Berbasis Pertaniaan di Kecamatan Dondo. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menyusun perencanaan
tata guna lahan sehingga taraf hidup petani dapat ditingkatkan dan
masalah-masalah kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan dapat
dihindari.
1.1. Tujuan Penelitian
o Untuk mengetahui sifat-sifat tanah dan penyebaran jenis tanah di
lapangan
o Membuat
peta kesesuaian lahan berdasarkan data-data hasil
pengamatan dan pengukuran lapangan yang ditunjung oleh data
hasil analisis contoh tanah di laboratorium.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
3
1.2. Manfaat Hasil Penelitian
o Tersedianya
berbagai jenis data dan peta untuk kepentingan
pengembangan pembangunan disektor pertaniaan
o Tersedianya data tentang kondisi umum dan khusus wilayah Kec.
Dondo
o Sebagai
Acuan
/
program/implementasi
bahan
utama
pembangunan,
dalam
khususnya
menyusun
pertanian
di
Kecamatan Dondo.
Dengan tersedianya data dan informasi potensi sumberdaya lahan di
kecamatan Dondo, diharapkan produktivitas lahan dapat dioptimalkan dan
berkelanjutan dalam rangka pengembangan agribisnis.
Disamping itu,
optimalisasi pemanfaa
tan potensi sumber daya lahan untuk pengembangan berbagai komoditas
unggulan di bidang pertanian dapt diwujudkan. Dengan demikian, taraf
hidup masyarakat dengan sendirinya dapat ditingkatkan.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
o Mengidentifikasi sifat-sifat morfologi tanah dilapangan
o Mengidentifikasi dan mempelajari keadaan factor lingkungan tumbuh
tanaman baik yang berpengaruh positif maupun negative.terhadap
pertubuhan tanaman.
o Pengambilan contoh tanah (terganggu dan tak terganggu), dan contoh
air untuk keperluan analisis laboratorium.
o Wawancara dengan masyarakat/petani
o Mengumpulkan data-data sekunder melalui instansi terkait.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
4
1.5. Keluaran yang Diharapkan
o Gambaran Umum wilayah Kecamatan Dondo
o Gambaran umum pola penggunaan lahan existing di wilayah Kec.
Dondo
o Data berbagai komoditas unggulan di wilayah kecamatan Dondo
o Data kondisi hidrologi dan hidrogeologi di Kec. Dondo
o Data dan peta geologi kec. Dondo.
o Peta Kelerengan Kec.Dondo
o Peta Kemampuan Lahan Kec.Dondo
o Peta Ketebalan Tanah Kecamatan Dondo
o Peta Kesesuaian lahan kecamatan Dondo.
o Dokumen laporan hasil penelitian yang dilengkapi dengan peta-peta.
o CD perencanaan pemetaan pemanfaatan lahan berbasis pertanian di
Kecamatan Dondo.
1.6. Kerangka Berfikir
Meningkatnya kebutuhan masyarakat dan adanya persaingan dalam
penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk
keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang saksama dalam mengambil
keputusan
pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya
lahan yang terbatas, sementara itu juga melakukan tindakan konservasinya
untuk penggunaan dimasa yang akan datang.
dikemukakan diatas,
Kecenderungan seperti
telah mendorong pemikiran akan perlunya suatu
perencanaan atau penataan kembali penggunaan lahan agar lahan dapat
dimanfaatkan secara lebih efisien.
Permasalahan dalam penggunaan lahan
sifatnya umum baik
dinegara maju maupun di negara-negara berkembang, terutama akan
menjadi menonjol
bersamaan dengan terjadinya peningkatan
penduduk dan proses industrialisasi.
Pemikiran secara intuitif
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
jumlah
dalam
5
penggunaan lahan sebenarnya telah dilakukan sejak lama, akan tetapi
pemikiran penggunaan lahan secara efisien
dan berencana baru
memperoleh wujud setelah 1950-an.
Berbagai masalah pokok yang dihadapi
di dalam penataan
penggunaan lahan dan lingkungan hidup antara lain adalah:
1. Adanya kontradiksi antara kebutuhan untuk menjadi pemakai yang
lebih luas
disatu pihak dan batasan-batasan yang berat demi
lingkungan hidup dipihak lain.
2. Peningkatan kebutuhan hidup di pedesaan
yang tidak disertai
dengan perluasan kesempatan kerja.
3. Terjadinya kerusakan tanah karena kurangnya pemeliharaan sebagai
akibat adanya jarak batin atau status hukum yang terlalu jauh antara
penggarap dan pemilik tanah.
Disamping hal tersebut diatas,
yang tidak kalah pentingnya adalah
kurangnya informasi tentang potensi sumber daya lahan, kesesuaian
penggunaan lahan dan tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap
areal lahan.
Degredasi sumber daya lahan dan lingkungan yang terjadi selama ini
merupakan akibat dari penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik
karena tidak tersedianya data base yang diperlukan pada hampir seluruh
wilayah
Sulawesi
Tengah
tidak
terkecuali
Kabupaten
Tolitoli.
Pengembangan tanaman pangan pada wilayah-wilayah marginal baik dari
segi tofografi maupun
infrastruktur guna memenuhi kebutuhan pangan
penduduk, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi sumber daya
lahan. Demikian pula halnya eksploitasi hutan yang tak terkendali baik
yang legal maupun yang illegal menyebabkan erosi tanah yang diikuti
dengan merosotnya produktifitas lahan. Oleh karena itu, sejak awal 1990
an, pengelolaan sumber daya alam mengalami reorientasi dari pemanfaatan
secara optimal ke pemanfaatan secara berkelanjutan (suistanable). Hal ini
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
6
selaras dengan U U No. 24 1992 tentang penataan ruang yang mengatur
pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal dengan memperhatikan
konservasi lahan sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.
Tujuan utama pembangunan pertanian adalah pembangunan dan
pengembangan wilayah pedesaan yang didukung oleh kebijakan ekonomi
yang kondusif sehingga diharapkan dapat menumbuh kembangkan
agribisnis daerah yang berdaya saing tinggi sesuai dengan keunggulan
konvaratif
masing-masing
daerah,
berdemokrasi (Deptan RI, 2001).
berkelanjutan,
berkeadilan
dan
Untuk menjamin terselenggaranya
kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan serta dalam rangka
menghindari adanya konflik penggunaan lahan, maka perlu adanya
pedoman pengelolaan pertanian dengan mempertimbangkan berbagai aspek
seperti karakteristik fisik dan kimia lahan, kondisi social ekonomi dan
budaya masyarakat, kondisi penggunaan lahan, potensi pengembangan
wilayah, serta nilai pentingnya jenis tanaman.
Perencanaan pemetaan potensi lahan berbasis pertanian di Kecamatan
Dondo Kab, Tolitoli diharapkan untuk mendapatkan data base yang
diperlukan untuk perencanaan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan tanpa
menimbulkan efek negative terhadap lingkungan hidup.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
7
II. METODE PENELITIAN
2.1
Pedoman Kegiatan
Pedoman yang digunakan dalam survei ini adalah pedoman
pengamatan tanah di lapangan Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983)
dan disebutkan padanannya menurut sistem soil taxonomy (USDA,
1999) .
2.2 Tata Kerja
Survei kesesuaian lahan pada tingkat semi detail di wilayah
kecamatan Dondo, dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu : (1) Tahap
Persiapan, (2) Tahap Operasi Lapangan, (3) Tahap Pengelolaan dan
Penyusunan Laporan.
(1) Tahap Persiapan
a. Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan studi kepustakaan dan
pengumpulan data/informasi di instansi-instansi yang ada
hubungannya dengan keadaan daerah survei.
Yang perlu
disiapkan antara lain :
-
Peta-peta dasar dan peta pembantu seperti peta tofografi,
peta geologi, peta penggunaan lahan, peta tata guna hutan
kesepakatan, peta DAS, peta sistim lahan, peta lereng.
-
Data-data tentang iklim (curah hujan, temperatur),
hidrologi, penduduk, sarana angkutan/komunikasi.
-
Informasi lain yang dipandang perlu.
b. Interpretasi pendahuluan dari Peta/potret udara untuk :
analisa fisiografi/Land unit/bentuk wilayah, pola drainase,
dan penggunaan lahan/vegetasi saat ini. Hasil interpretasi
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
8
dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan contoh
tanah, pengamatan lokasi dan operasi lapangan.
c. Pengadaan bahan dan penyiapan peralatan untuk operasi
lapangan.
d. Penyelesaian segi administrasi (pembuatan surat perintah
kerja, surat perjanjian kerja/kontrak, dll).
(2) Tahap Operasi Lapangan.
Tahap ini terdiri dari 3 bagian :
a. Survei pendahuluan atau orientasi (pra survey) dilakukan
oleh penanggung jawab/koordinator dan anggota atau
tenaga inti dengan tugas mempersiapkan segala sesuatu
untuk kelancaran survey utama.
Tugas ini mencakup :
(1).
Menemui kepala daerahCamat dan instansi yang ada
kaitannya
dengan
pekerjaan
survey
evaluasi
kesesuaian lahan.
(2).
Mempersiapkan tenaga daerah sebagai pendamping
Tim Survey Utama.
(3).
Menyelesaikan
administrasi
surat-surat
dan
pengumpulan data serta informasi setempat.
(4).
Mengadakan
memperoleh
lapangan,
pengamatan
gambaran
dan
tentang
pendahuluan
umum
tentang
keadaan
untuk
kondisi
tanah
dan
lingkungan. Pengamatan pendahuluan ini dibantu
oleh hasil penafsiran potret udara.
b. Survey utama dilakukan oleh Tim Lapangan dengan tugas
melaksanakan seluruh kegiatan pemetaan meliputi :
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
9
(1).
Pemantapan unit-unit lahan sementara yang telah
dibentuk berdasarkan data sekunder.
(2).
Pengamatan tanah dilakukan dengan cara pemboran
dan penggalian profil tanah. Penyebaran dari pengamatan didasarkan pada peta unit lahan sementara.
Pemboran dilakukan sedalam 120 cm atau sampai
bahan induk untuk kedalaman tanah kurang dari 120
cm.
Sifat-sifat yang diteliti pada pemboran ini
berdasarkan pedoman pengamatan tanah dilapang
Soil Survey Manual (USDA, 1992). Pembuatan profil
tanah dilakukan pada tempat-tempat yang benarbenar mewakili satuan macam tanah.
Kedalaman
dari profil tanah 200 cm atau sampai lapisan bahan
induk jika ketebalan solum tanah < 200 cm. Setiap
unit harus diwakili oleh satu pewakil, dan untuk unit
yang luas perlu diwakili oleh lebih dari satu profil.
Deskripsi morfologi dari profil tersebut dilakukan
dengan menggunakan kaidah dan simbol seperti
yang diuraikan dalam Soil Taxonomy (USDA, 1999)
dan Soil Survey Manual (USDA, 1992).
(3).
Pengambilan contoh tanah meliputi :
-
Contoh
tanah
komposit
untuk
penilaian
kesuburan tanah.
-
Contoh tanah utuh untuk penilaian sifat fisik
tanah.
(4).
Pengambilan contoh air dilakukan terhadap sumbersumber air yang ada seperti air tanah, air sungai, air
rawa atau air danau.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
10
(5).
Pengamatan vegetasi dan pola penggunaan lahan,
serta keadaan hidrologi/drainase lahan dilaksanakan
di lapangan untuk menunjang/memperbaiki hasil
interpretasi potret udara.
(6).
Inventarisasi masalah-masalah dan kendala-kendala
yang berhubungan dengan pengembangan pertanian
pemukiman transmigrasi.
(3) Tahap Pengelolaan dan Penyusunan Laporan
Tahap ini meliputi pekerjaan-pekerjaan :
a.Analisis contoh tanah dan air dengan metode mengikuti
Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UNTAD.
b. Pembuatan peta-peta Tematik dan Peta Kesesuaian Lahan
dengan system Digityes
c.Pengolahan
data
analisis
untuk
penyempurnaan
penyusunan peta-peta seperti pada ad. b.
d. Penyusunan naskah laporan, termasuk pembahasan dan
interpretasi peta-peta serta rekomondasi garis besar
penggunaan lahan untuk pertanian.
2.3 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Hasil kegiatan merupakan peta-peta dan laporan yang berisikan data
dasar guna pembangunan pertanian skala lokal.
a. Peta-peta hasil kegiatan meliputi:
1. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah.
2. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan Lahan Kering.
3. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tahunan.
4. Peta Komoditi Unggulan
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
11
Semua peta berskala 1 : 100.000. Untuk membuat peta Kesesuaian
Lahan dipergunakan, metode Klasifikasi Kesesuaian Lahan menurut
FAO (1976).
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kerangka
dari sistem klassifikasi Kesesuaian Lahan ini terdiri dari empat
kategori, yaitu:
Order
Kelas
: Keadaan kesesuaian secara global,
: Keadaan tingkat kesesuaian dalam order.
Sub-kelas : Keadaan tingkat dalam kelas, yang didasarkan pada
jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
dijalankan,
Unit
: Keadaan tingkat dalam sub - kelas, yang didasarkan
pada sifat tambahan yang berpengaruh pada
pengelolaannya.
b. Kesesuaian lahan pada tingkat order
Order kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu :
Order S : sesuai (Suitable)
Lahan yang termasuk order ini adalah lahan yang dapat
digunakan
untuk
suatu
penggunaan
tertentu
lestari/berkelanjutanuntuk suatu tujuan tertentu.
secara
Tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya.
Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan ini akan memuaskan
setelah diperhitungkan dengan masukan yang diberikan tingkat
sesuai terbagi kedalam 3 tingkatan kelas yaitu S1, S2,dan S3.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
12
Order N : tidak sesuai (Not Suitable)
Lahan yang termasuk order ini mempunyai pembatas
sedemikian rupa sehingga mencegah kegunaannya secara lestari
untuk suatu tujuan tertentu.
c. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Kelas
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari
order dan mengambarkan tingkat kesesuaian dari order. Kelas ini
dalam simbolnya diberi nomor urut yang ditulis dibelakang
simbol order. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang
menurun dalam suatu order.
Banyaknya kelas dalam tiap order itu sebetulnya tidak
terbatas, akan tetapi hanya dianjurkan memakai 3 kelas dalam
order (S) dan 2 kelas dalam order (N), penentuan jumlah kelas ini
didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan
penafsiran.
Kelas S1 : Sangat sesuai (Hightly Suitable)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk
menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata
terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan yang
telah biasa diberikan.
Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderatly suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak serius untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan dan
meningkatkan masukan yang diperlukan.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
13
Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang serius
untuk
mempertahankan
diterapkan.
Pembatas
tingkat
akan
pengelolaan
mengurangi
yang
harus
produksi
dan
keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
Dalam upaya meningkatkan tingkat kesesuaian lahan areal
tersebut diperlukan masukan yang lebih besar, sehingga sering
didapat masukan (input) produksi pertanian lebih besar daripada
hasil (out-put) yang diperoleh.
Kelas N1 : Tidak Sesuai Pada saat ini (Currently Not Suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki untuk
saat ini karena memerlukan waktu dan modal yang cukup besar.
Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen (Permanently Not Suitable)
Lahan mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah
segala kemungkinan penggunaan berkelangsungan pada lahan
tersebut. Kelas lahan ini tidak sesuai untuk usaha pertanian dalam
waktu selamanya.
d. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Sub-Kelas
Tingkat sub kelas menggambarkan faktor pembatas yang
harus ditanggulangi sebelum tanah tersebut dimanfaatkan.
Jumlah sub kelas (faktor pembatas) umumnya memperlihatkan
jenis dan susunannya berdasarkan tingkat kemudahan untuk
ditanggulangi.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
14
e. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Unit
Tingkat ini menggambarkan jenis pembatas lainnya yang
perlu dipikirkan dan ditanggulangi dalam upaya pemanfaatan
sebidang lahan. Jumlah unit tidak terbatas dan sangat tergantung
pada jumlah dan kombinasi faktor pembatasnya.
f. Kesesuaian Lahan Aktual
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan pada
kondisi sekarang. Kesesuaian lahan ini menunjukkan kesesuaian
lahan yang sesungguhnya ada dilapangan pada saat penelitian
dilakukan,
sebelum
dilakukan
masukan-masukan
untuk
perbaikan.
g. Kesesuaian Lahan Potensial
Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang
diperkirakan akan terbentuk setelah dilakukan beberapa usaha
atau
tindakan-tindakan
perbaikan
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan/mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada.
Dalam hal ini diperlukan adanya perbaikan untuk mengatasi
faktor pembatas tersebut. Perbaikan yang diberikan terdapat tiga
tingkatan yaitu:
Low Input (LI) :
Masukan rendah, umumnya dapat dilakukan oleh petani
itu sendiri.
Medium Input (MI) :
Masukan sedang dapat dilakukan petani dengan bantuan fasilitas
kredit.
Hingh Input (HI) :
Masukan tinggi diperlukan bantuan dari pemerintah dengan
fasilitas kredit jangka panjang.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
15
2.4 Analisis Data Sosial dan Ekonomi
Metode pengumpulan data primer tentang sosial ekonomi yang
diterapkan
adalah
menggunakan
metode
daftar
survei
pertanyaan.
melalui
wawancara
Sedangkan
data
dengan
sekunder
dikumpulkan dari dinas/instansi terkait, terutama Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten dan Biro Pusat Statistik Kabupaten serta
BAPPEDA Kabupaten. Data yang dikumpulkan pada dasarnya
meliputi semua ,
Pada dasarnya kelayakan ekonomi merupakan titik berat dalam studi
ini. Sehubungan dengan hal tersebut, analisis ekonomi diupayakan
sedapat mungkin mencakup semua wilayah studi, baik dalam lingkup
mikro maupun makro.
Mengingat keterbatasan waktu, situasi dan kondisi wilayah studi yang
belum cukup kondusif untuk melakukan pengumpulan data secara
detail, maka analisis ekonomi yang digunakan dalam kegiatan studi ini
dibatasi hanya beberapa analisis sebagai berikut:
a.
Analisis Sektor Basis
Model analisis sektor basis (base sector) yang umurn digunakan
adalah Location Quotient (LQ). Model ini menggambarkan tingkat
spesialisasi sektor-sektor yang dapat menjadi Sektor Basis di lokasi
studi.
Kriteria penilaiannya adalah, apabila nilai LQ yang diperoleh
lebih besar atau sama dengan satu, maka sektor tersebut merupakan
sektor basis.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
16
b. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi
Didasarkan atas asumsi perkembangan ekonomi yang sangat
dinamis, maka dalam kurun waktu tertentu perlu dikaji perkembangan
ekonomi
tersebut,
dengan
mengukur
laju
pertumbuhan
yang
merupakan proses kenaikan output perkapita. Salah satu pendekatan
yang digunakan dalam menghitung laju pertumbuhan ekonomi adalah
menghitung laju pertumbuhan rata-rata tahunan dengan formula
sebagai berikut:


PDRBn
r   n  1
 1 * 100
PDRBo


ket,
r
= Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan
n
= Jumlah tahun
PDRBn
= PDRB tahun akhir
PDRBo = PDRB tahun awal
c. Analisis Produktivitas Perkapita
Analisis ini akan menggambarkan kemampuan yang nyata dari
suatu wilayah dalam usaha memproduksi barang dan jasa. Formula
analisis produktivitas perkapita adalah:
np
x

PDRB
PX
Ket: :
np
= Nilai produktivitas per kapita
P
= Jumlah penduduk
PDRBx = Nilai PDRB tahun tertentu
x = Tahun tertentu.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
X
17
d. Analisis Komoditi Unggulan
Penentuan komoditi pertanian unggulan selama ini masih
sering menjadi bahan perdebatan, baik dari segi kriteria maupun
indikator yang digunakan dalam penetapan komoditi unggulan.
Bila
suatu
komoditi
ditilik
keunggulannya
dari
dimensi
eksistensinya, maka pembagiannya dikelompokkan menjadi dua,
yaitu
komoditi
unggulan
dari
matra
komparasi
(unggul
komparatif) dan komoditi unggulan dari matra kompetisi (unggul
kompetetif).
Namun
demikian,
sejumlah
pakar
pertanian
cenderung menggunakan pendekatan ini bila terkait dengan
rencana pengembangan usaha pertanian dalam skala dan investasi
yang besar dengan penggunaan lahan yang luas pula.
Pendekatan lain yang biasa digunakan adalah Sistem
Analisis Proses Hierarki (APH) yang kriterianya ditentukan oleh
mereka yang memiliki kompetensi berdasarkan komoditi yang
dihasilkan dari suatu sektor tertentu. Penjaringan komoditi
unggulan ditentukan seberapa besar pihak yang memiliki
kompetensi melihat suatu komoditi diunggulkan atau tidak,
sedangkan berdasarkan pendekatan SPRINGE (Spatial Planning
for Region in Growing Economics) yang dikembangkan oleh
Agriculture Institute of Technology (AIT) di Thailand, bertolak
dari 10 kriteria, di antaranya;
(a) keberlanjutan,
(b) dampak lingkungan,
(c) investasi,
(d) kesempatan kerja, dan
(e) partisipasi masyarakat.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
18
Berdasarkan sejumlah pendekatan tersebut, maka secara
elaboratif dapat disederhanakan ke dalam 4 (empat) pertimbangan
sekaligus menjadi indikator layak tidaknya suatu komoditi disebut
unggul atau tidak, yaitu;
(i) apakah komoditi tersebut banyak yang mengusahakan atau
ada yang mengusahakan dalam skala besar (areal/produksi-AP)
(ii) memiliki pangsa pasar yang jelas (kontinuitas permintaan—
KP)
(iii) melibatkan banyak pihak, termasuk dapat menyerap tenaga
kerja (Penyerapan Tenaga Kerja—PTK), dan
(iv) terbuka peluang mendapatkan sentuhan agribisnis, baik
agribisnis ditilik sebagai suatu sistem maupun ditilik sebagai
suatu usaha (Sentuhan Agribisnis--SAB) yang dapat memberi
nilai tambah (value added)
Bila ada komoditi memenuhi dua atau tiga kriteria pertama,
namun tidak memenuhi atau minim kemungkinan untuk
memenuhi kriteria terakhir (keempat), maka komoditi demikian
kemungkinan akan diposisikan sebagai komoditi dominan atau
komoditi pendukung, namun bila ada komoditi yang memenuhi
kriteria terakhir sekalipun tidak memenuhi tiga kriteria lainnya
maka komoditi itu lebih cenderung diposisikan sebagai komoditi
unggulan karena adanya nilai tambah yang berpeluang dihasilkan,
yang secara tabulatif dapat dilihat dalam Tebel 2.1.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
19
Tabel 2.1. Tabel Kriteria Penetapan Komoditi Unggulan, Dominan, dan
Pendukung.
No.
Lokasi
Komoditi
1
A
2
Kriteria
Keterangan
AP
KP
PTK
SAB
W
v
v
v
v
B
X
v
V
v
-
Dominan
3
C
Y
-
-
v
-
pendukung
4
D
Z
-
-
-
v
unggulan
dst
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Unggul
20
III. KEADAAN UMUM WILAYAH
3.1. Letak Geografis
Kabupaten Tolitoli terletak anatara 0 35 – 1 20 L.U. dan 120 12 – 121 10
42 B T
Wilayah kecamatan Dondo berjarak
72
km dari ibu kota
Kabupaten. Tolitoli. Wilayah kecamatan ini terdiri dari dari 11 Desa. Jarak
masing-masing Desa ke Ibu kota Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan dengan Masing-Masing Desa Di
Kec.Dondo.
Ibu Kota
Kecamatan
Desa
Jarak
Dapat Dilalui
1
2
3
4
1. Luok Manipi
33
Darat
1. Salumbia
29
Darat
2. Bambapun
16
Darat
3. Ogowele
18
Darat
4. lais
15
Darat
5. Ogogasang
12
Darat
6. Malomaba
9
Darat
7. Ogogili
]3
Darat
8. Tinamboga
0
Darat
9. Malulu
2
Darat
10.Malala
2
Darat
Tinabogan
Sumber . Data BPS Kab. Tolitoli 2005.
Dari Tabel 3.1 diatas terlihat bahwa jarak masing-masing desa dengan ibu
kota kecamatan berkisar dari 0 km hingga 33 km. Desa terjauh adalah Luok
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
21
Manipi (33 km) sedangkan desa terdekat sekaligus sebagai ibu kota
kecamatan adalah Tinabogan.
3.2. Tofografi
Secara umum kondisi tofografi di kecamatan Dondo adalah datar dan
hanya sebagian kecil dari wilayah kecamatan ini ditemukan adanya
perbukitan dan pegunungan. Gambaran secara terperinci tentang tofografi
wilayah kecaman Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kondisi Tofografi pada masing-masing Desa di Kec. Dondo
Persentase
Bentuk
Tanah
Dataran
(%)
2
Desa
1
Perbukitan
(%)
Pegunungan
(%)
3
4
Ketinggi
an
Permuka
an
5
1.Luok Manipi
65
15
15
0 – 500
2. Salumbia
75
10
15
0 – 500
3. Bambapun
85
10
5
0 – 500
4. Ogowele
95
5
-
0 – 500
5. Lais
100
-
-
0 – 500
6. Ogogasang
100
-
-
0 – 500
7. Malomba
78
15
8
0 – 500
8. Ogogili
85
15
-
0 – 500
9. Tinabogan
100
-
-
0 – 500
10. Malulu
95
5
-
0 – 500
11. Malala
85
-
15
0 - 500
Sumber . Data BPS Kab.Tolitoli 2005
Data pada Tabel 3.2. menunjukkan bahwa wilayah dataran jauh lebih
luas, berkisar
dari 55% hingga 100%.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Sedangkan wilayah
perbukitan
22
berkisar 5% hingga 15% dan wilayah pegunungan juga berkisar dari 5%
hingga 15% dari seluruh wilayah ini.
3.3.Hidrologi
Kondisi hidrologi wilayah Dondo sangat dipengaruhi oleh keadaan
curah hujan dan sungai-sungai yang mengalir. Disamping itu, kondisi
tofografi juga mempengaruhi. Gambaran tentang keadaan curah hujan di
Wilayah Kecamatan Dondo dapat di lihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Keadaan Curah Hujan Bulanan di wilayah Keamatan Dondo
Bulan
Hari Hujan
Nilai (Mm)
1
2
3
1. Januari
15
390
2. Februari
14
1.160
3. Maret
17
845
4. April
9
287
5. Mei
9
506
6. Juni
2
117
7. Juli
18
580
-
-
9. September
11
126
10. Oktober
7
115
11. November
6
209
12. Desember
13
560
Jumlah
121
4.985
8. Agustus
Sumber. Data BPS Ksb.Tolitoli 2005
Data curah hujan Bulanan yang tertera pada Tabel 3.3. menunjukkan
bahwa bulan Februari merupakan bulan terbasah dengan curah hujan 1.160
mm. Keadaan ini memungkinkan pada wilayah yang tofografinya datar
dengan drainase buruk memungkinkan terjadinya genangan dalam priode
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
23
waktu tertentu yang akhirnya akan mempengaruhi jenis penggunaan tanah
ditempat tersebut. Distribusi curah hujan tidak merata sepanjang tahun.
Wilayan ini termasuk wilayah yang cukup basah dengan curah hujan
tahunan 4.065 mm.
Di wilayah kecamatan Dondo mengalir Sungai yang relative besar, yaitu
Sungai Dolonggu di desa Luok Manipi dan Sungai Bialo di desa Bambapun.
Ke dua sungai ini mengalirkan air sepanjang tahun. Diwilayah ini juga
terdapat Danau/Waduk/Bendungan
diantaranya adalah
Bambapun,
Malomba, Malulu dan Toba.
3.4 Pemerintahan
Wilayah kecamatan Dondo terdiri dari 11 desa yang dikelasifikasikan
sebagai desa Swasembada. Keadaan klasifikasi desa di Kecamatan Dondo
dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Keadaan Klasifikasi Desa di Kecamatan Dondo
Desa
Swadaya
Swakarya
Swasembada
1
2
3
4
1. Luok Manipi
-
-
1
2. Salumbia
-
-
1
3. Bambapun
-
-
1
4. Ogowele
-
-
1
5. Lais
-
-
1
6. Ogogasang
-
-
1
7. Malomba
-
-
1
8. Ogogili
-
-
1
9. Tinambogan
-
-
1
10. Malulu
-
-
1
11. Malala
-
-
1
-
-
12
Jumlah
Data BPS Kab.Tolitoli 2005.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
24
Untuk lebih memudahkan pelayanan pada masyarakat, maka wilayah
kecamatan Dondo juga terbagi ke dalam Dusun, RW dan RT. Terdapat 38
dusun, 61 RW dan 126 RT. Uraiaan dan distribusi jumlah dusun, Rw dan Rt
pada masing-masing Desa dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Jumlah Dusun, Rw dan Rt pada Masing-Masing Desa di Kec.
Dondo
Desa
Banyaknya
Lingkungan
Dusun
RW
RT
2
3
4
5
1. Louk Manipi
-
3
3
6
2. Salumbia
-
4
8
16
3. Bambapun
-
5
8
16
4. Ogowele
-
2
4
12
5. Lais
-
2
2
4
6. ogogasang
-
5
10
20
7. Malomba
-
4
5
10
8. Ogogili
-
4
9
18
9. Tinabogan
-
4
4
8
10. Malulu
-
3
6
12
11. Malala
-
2
2
4
Jumlah
-
38
61
126
1
Data BPS Kab. Tolitoli
Keberadaan lembaga-lembaga pemerintahan pada masing-masing desa
juga sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat. Uraian dan distribusi lembaga-lembaga pemerintahan
di kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
25
Tabel 3.6. Distribusi lembaga Pemerintahan pada Masimg-Masing Desa
di Kec.Dondo.
Desa
P. Tiwi
LKMD
Mudes
PKK
LMD
1
2
3
4
5
1. Luok Manipi
-
1
1
1
2. Salumbia
-
1
1
1
3. Bambapun
-
1
1
1
4. Ogowele
-
1
1
1
5. lais
-
1
1
1
6. Ogogasang
-
1
1
1
7. Malomba
-
1
1
1
8. Ogfogili
-
1
1
1
9. Tinabogan
-
1
1
1
10. Malulu
-
1
1
1
11. Malala
-
1
1
1
-
11
11
11
Jumlah
Data BPS Kab. Tolitoli 2005.
Untuk menjaga ketertiban masyarakat,
keamanan seperti
Hansip,
maka kehadiran personil
Kamra dan Wandra di Kec. Dondo mutlak
diperlukan. Distribusi dan jumlah Hansip, Kamra dan Wandra. Dapat dilihat
pada Tabel 3.7.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
26
Tabel 3.7. Jumlah Personil Hansip, Kamra dan Wandra di Kecamtan
Dondo
Desa
Banyaknya
Jumlah
Hansip
Kamra
Wanra
2
3
4
5
4
2
10
16
2. Salumbia
8
4
10
22
3. Bambapun
4
2
10
16
4. Ogowele
4
2
10
16
5. lais
4
2
10
16
6. Ogogasang
2
1
10
13
7. malomba
10
5
10
25
8. Ogogili
2
1
10
13
9. Tinabogan
4
2
10
16
10. Malulu
6
3
10
19
11. Malala
8
4
10
22
56
28
120
204
1
1.
Luok Manipi
Jumlah
Data BPS Kab.Tolitoli 2005
3.5. Penduduk
Jumlah penduduk yang mendiami wilayah kecamatan Dondo adalah
20.511 orang yang tersebar di 11 desa dengan jumlah rumah tangga
sebanyak
4.391.
Dengan demikian diperoleh data rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga sebanyak 5 oarang.
Rata-rata jumlah
penduduk, jumlah rumah tangga dan rata jumlah penduduk per rumah
tangga dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
27
Tabel 3.8
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata jumlah
Penduduk/RT.
Desa
Rumah Tangga
Penduduk
1
2
3
Rata-Rata
Penduduk/ RT
4
243
1.026
4
2. Salumbia
620
2.866
5
3. Bambapun
376
1.801
5
4. Ogowele
387
1.849
5
5. Lais
260
1.157
4
6. Ogogasang
114
493
4
7. Malomba
720
3.664
5
8. Ogogili
201
871
4
9. Tinabogan
508
2.331
5
10. Malulu
268
1.270
5
11. Malala
694
3.183
5
4.391
20.511
5
1. Luok
Manipi
Jumlah
Data BPS Kab.Tolitoli 2005.
Jumlah penduduk yang berjenis klamin laki-laki dan perempuan
masing-masing adalah 10.457
orang
dan 10.042 orang. Uraian jumlah
penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis klamin di kecamatan
Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
28
Tabel 3.9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kec. Dondo
Kelompok
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
1. 00-04
1.293
1.341
2.635
2. 05-09
1.464
1.382
2.846
3. 10-14
1.408
1.306
2.714
4.15-19
1.156
1.161
2.317
5.20-24
828
1.064
1.892
6. 25-29
939
963
1.902
7. 30-34
705
702
1.407
8. 35-39
786
652
1.438
9. 40-44
532
459
991
10. 45-49
434
348
782
11. 50-54
336
253
589
12. 55-59
197
150
347
13. 60-64
18
131
319
14. 65-69
78
44
122
15. 70-74
81
36
117
16. 75+
61
32
93
10.487
10.024
20.511
umur
Jumlah
Data BPS Kab.Tolitoli
Data pada Tabel 3.9 menunjukkan bahwa dari 20.511 orang penduduk ,
terdapat
11.623
orang penduduk berada pada kisaran usia produktif,
diantara jumlah tersebut terdapat 4.325 orang bekerja disektor pertranian.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
29
3.6. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu factor penting yang menentukan
kemajuan suatu bangsa/ wilayah. Gambaran tentang keadaan pendidikan
di kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Keadaan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Dondo
Jenis Pendidikan yang
ditamatkan
1
1. Belum
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
2
3
4
pernah 1.168
1.199
2.367
Belum 1.796
1.764
3.560
3. Tamat SD
6.026
6.022
12.051
4. Tamat SLTP
537
565
1.102
5. Tamat SLTA
293
299
592
6. Diploma I / II
36
52
88
7. Akedemi / DIII
9
6
15
8. Universitas
45
36
81
9. Buta Huruf
136
75
211
Sekolah
2. Tidak
/
Tamat SD
Jumlah
10.049
10.018
10.067
Data BPS Kab.Tolitoli 2005.
Data pada Tabel 3.10 menunjukkan bahwa di Kecamatan Dondo
terdapat 211 orang penduduk yang masih buta huruf (1,02%), 2,367 orang
yang belum pernah sekolah (11,54%), tidak tamat SD 3560 orang (17,35%).
Jumlah penduduk yang telah mengenyam pendidikan cukup memadai
adalah 1878 orang atau 9,1% dari total jumlah penduduk.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Tingkat
30
pendidikan
masyarakat
akan
mempengaruhi
kemampuan
untuik
mengadopsi teknologi dan berbagai kebijakan pemerintah dalam upaya
memmperbaiki taraf hidup masyarakat
Tersedianya prasarana/sarana pendidikan yang memadai pada suatu
wilayah akan sangat membantu dalam memajukan pendidikan pada suatu
wilayah. Jumlah sekolah yang ada di Kec. Dondo adalah TK sebanyak 1,
SD sebanyak 24, SMTP senyak 5 dan SLTA sebanyak 2. Distribusi jumlah
sekolah yang tidak merata pada masing-masing desa erat kaitannya dengan
jumlah penduduk yang mendiami desa-desa tersebut.
Uraian mengenai
banyaknya sekolah menurut desa dan tingkat pendidikan disajikan pada
Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Banyaknya sekolah Para Masing-Masing Desa di Kec.Dondo
Desa
TK
SD
SMTP
SLTA
1
2
3
4
5
1. LuokManipi
2. Salumbia
3. Bambapun
4. Ogowele
5. Lais
6. Ogogasang
7. Malomba
8. Ogogili
9. Tinabogan
10. Malulu
11. Malala
Jumlah
1
-
1
1
3
3
2
3
1
4
1
2
1
3
24
2
1
2
-
5
1
1
-
2
Dari 24 sekolah Dasar, 23 diantaranya berstatus negeri dan 1 berstatus
Swasta, 3 SlTP berstatus Negeri dan 2 berstatus swasta, 1 SMTA berstatus
negeri, 1 SMTA swasta dan satu-satunya TK, berstatus swasta. Jumlah guru
yang mengasuh masing-masing sekolah tersebut adalah SD sebanyak 96
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
31
Orang Guru, SMTP sebanyak 31 orang guru dan SMTA 21 Orang guru.
Dengan demikian, maka jumlah guru pada masing-masing jenjang
pendidikan adalah SD rata-rata 4 orang guru tiap sekolah, SMTP rata-rata 6
orang guru dan SMTA rata-rata 10 orang Guru pengasuh.
Jumlah guru yang relative masih rendah ini, sudah barang tentu akan
menjadi hambatan dalam memamajukan pendidikan di wilayah ini.
3.7.Perhubungan/Transportasi
Ibu kota Kabupaten Tolitoli dapat dicapai dari ibu kota provinsi melalui
udara, laut dan darat. Sarana transportasi udara tersedia 2 hingga 3 kali
seminggu, hubungan lewat laut dengan kapal Pelni setiap 2 minggu sekali
sedangkan kapal-kapal yang lebih kecil hamper setiap hari.
Hubungan
melalui darat dapat melalui pantai barat dan pantai timur pada setiap saat
karena tersedianya sarana angkutan darat yang memamadai.
Hubungan antara ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan dapat
dilakukukan melalui darat. Sarana angkutan darat setiap saat dapat
dilakukukan terutama karena tersediannya rental di ibu kota kabupaten.
Demikian juga halnya antara ibu kota kecamatan dan seluruh desa yang ada
di wilayah kecamatan ini, dapat terjangkau melalui transportasi darat.
3.8.Keadaan Pertanian
Gambaran tentang keadaan pertanian di wilayah kecamatan Dondo
dapat dilihat melalui luas panen dan tingkat produksi yang dicapai oleh
berbagai komuditi pertanian yang dikembangkan masyarakat pada saat ini.
Demikian juga halnya disektor peternakan dan perikanan.
Luas panen berbagai komoditi yang dikembangkan pada saat ini,
diantaranya adalah padi seluas 2.112 ha, Jagung seluas 153 ha, ubi kayu
seluas 190 ha, ubi jalar seluas 85 ha, kacang tanah seluas 23 ha, kacang kedele
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
32
seluas 14,03 ha dan kacang hijau seluas 13,05 ha, Distribusi luas panen
tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel. 3.12. Distribusi Luas Panen Tanaman Bahan Makanan pada
Masing-masing Desa di Kecamatan Dondo
Desa
Padi
Jagung
1
2
3
Ubi
Kayu
4
Ubi
Jalar
5
1. Luok Manipi
-
12
16
7
2. Salumbia
210
19
8
5
3. Bambapun
246
22
18
9
4. Ogogele
230
21
20
10
5. lais
233
9
15
8
6. Ogogasang
147
-
7
3
7. Malomba
447
28
54
12
8. Ogogili
-
27
17
8
9. Tinabogan
235
4
3
5
10. Malulu
69
14
17
12
11. Malala
259
7
15
6
Jumlah
2.112
153
190
85
Produksi yang dicapai oleh masing-masing komoditi adalah padi
15.740 ton, jagung 257 ton, ubi kayu 1.375 ton, ubi jalar 100 ton, kacang tanah
25 ton, kacang kedele 11,7 ton dan kacang hijau 91 ton. Distribusi Produsi
pada masing-masing Desa beberapa komoditi tanaman bahan makanan di
kecamatan Dondo dapat dilihat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 . Distribusi luas panen Tanaman Bahan Makanan pada
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
33
masing-Masing Desa di Kecamatan Dondo
1.
Desa
Padi
Jagung
Ubi kayu
Ubi Jalar
1
2
3
4
5
1. Luok Manipi
-
30
103
8
2. Salumbia
1.570
37
51
10
3. Bambapun
1.895
40
130
12
4. Ogowele
1.850
42
157
15
5. lais
1.670
10
92
9
6. Ogogasang
1.120
-
135
3
7. Malomba
3.430
56
265
17
-
21
103
12
1.650
4
40
4
10. Malulu
435
12
152
4
11. Malala
2.120
15
148
6
Jumlah
15.740
267
1.376
100
8. Ogogili
9. Tinabogan
Data BPS Kab.Tolitoli 2005.
Untuk menunjang produksi padi sawah di kecamatan Dondo,
tersedia sarana irigasi, baik irigasi setengah teknis maupun irigasi desa yang
masing-masing dapat mengairi areal persawahan seluas 200 ha dan 1909 ha,
sedangkan sawah tadah hujan tidak ditemukan diwilayah tersebut.
Disektor peternakan, wilayah kecamatan Dondo memiliki 1636 ekor
dan sapi 24 ekori. Ternak kecil hanya Kambing 1584 ekor, domba dan babi
tidak ditemukan di wilayah ini. Ternak unggas meliputi ayam kampong dan
itik. Jumlah ternak ayam kampong di Kecamatan Dondo adalah 19.875 ekor,
sedangkan jumlah ternak itik
adalah 1.026
ekor. Semua ternak yang
diuraikan diatas tersebar tidak merata pada semua desa.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
34
Sektor perikanan meliputi kolam dan tambak. Luas kolam ikan yang
ada di kecamatan Dondo tersebar di 4 desa, yaitu desa Luok Manipi,
Salumbia, Malulu dan Malala.dengan luas trotal 4,9 ha. Areal pertambakan
tersebar di 5 desa, yaitu Luok Manipi, Ogogasan, Malomba, Tinabogan, dan
Malala dengan luas total 98,07 ha.
Desa Malala memiliki luas tambak
terluas, yakni 56,50 ha atau 57,61% dari luas total tambak yang ada di
Kecamatan Dondo.
Kegiatan penangkapan ikan juga dilakukan dilaut dengan cara
menjala dan memancing, Kegiatan penangkapan dengan menjala hanya ada
di desa Malomba, Tinabogan dan Malala, sedangkan kegiatan penangkapan
ikan dengan cara memancing dilakukan oleh hamper seluruh desa kecuali
desa Luok Manipi, Ogowele dan Malulu. Kegiatan penangkapan ikan di laut
menggunakan perahu tak bermotor dan perahu dengan motor temple.
Jumlah perahu tak bermotor, 225 buah sedangkan perahu dengan motor
temple berjumlah 29 buah (BPS, Kabupaten Tolitoli, 2005).
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sumberdaya Lahan
4.1.1. Deskripsi Geologi dan Klasifikasi Tanah
4.1.1.1. Geologi dan Hidrogeolog
Elevasi wilayah kecamatan berkisar antara 0 – 1450 (pegunungan di sebelah
selatan Malala, pada garis batas kecamatan.
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk
wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat diatas permukaan laut.
Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi.
Sedangkan faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut berkaitan
dengan
persyaratan
tumbuh
tanaman
yang
berhubungan
dengan
temperature udara dan radiasi matahari. Rincian prosentase luasan kelas
lereng tersebut dirinci sebagai berikut :
Tabel 4.1. Kelas Lereng Lokasi Survei Kecamatan Dondo
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kelas Lereng
Kelandaian
(%)
km2
Datar
<3
9,61
Berombak/agak landai
3 -8
19,22
Bergelombang/melandai
8 -15
28,83
Berbukit
15- 30
67,28
Bergunung
30 -40
153,78
Bergunung curam
40 - 60
110,53
Bergunung sangat curam
> 60
91,31
Jumlah
480,56
Sumber ; Data Primer (2007) dan Peta Rupa Bumi (1992)
Luas
%
2
4
6
14
32
23
19
100
Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol.
Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan
antara dataran rendah
(<700m dpl.) dan dataran tinggi (>700m dpl.)
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
36
Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat
berkaitan erat dengan Temperature dan radiasi matahari. Semakin
tinggi tempat diatas permukaan laut, maka temperature semakin
menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun
dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat
dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina
lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran tinggi. Sedangkan
tanaman karet, sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah.
1. Kondisi Geologi
a. Fisiografi
1) Geomorfologi
Secara morfologi, pada wilayah Kecamatan Dondo Tolitoli
terdapat
empat
kenampakan
tonjolan
topografi,
yaitu
morfologi dataran, berombak, bergelombang, berbukit dan
bergunung. Morfologi dataran hanya terdapat pada wilayah
dengan elevasi rendah sehingga dikategorikan sebagai
wilayah dataran rendah. Tidak dijumpai wilayah dengan luas
dataran tinggi yang signifikan.
Keadaan topografi datar
umumnya tersebar di sekitar pantai dan sekitar wilayah aliran
sungai. Topografi dataran ini dijumpai pada semua 12 desa
yang ada di kecamatan Dondo dengan luasan yang berbedabeda. Kawasan dengan luas dataran relatif besar adalah desa
Tinabogan, Malomba, Ogogasang, Lais, Bambapun dan
Ogowele. Luasan berbukit dan bergunung yang relatif besar
terdapat di desa Ogogili, Bambapun, Melulu, Anggasan dan
Luok Manipi.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
37
Secara geologi, kondisi morfologi dataran dipengaruhi oleh
terakumulasinya material hasil desintegrasi formasi tua pada
wilayah cekungan dengan hasil akhir berupa terrain landai.
Proses erosi dan torehan menyebabkan tidak meratanya
permukaan tanah di wilayah aluvial ini.
Pada topografi yang lebih tinggi, bentukan bergelombang,
perbukitan dan pegunungan sangat dikontrol oleh sifat fisik
dan tingkat fragmentasi material serta proses eksogen yang
menyertainya, dimana material yang lebih padat dan keras
serta kerapatan fraktur yang rendah akan membentuk
topografi yang lebih tinggi sedangkan material yang lebih
lunak disertai rapatnya fragmentasi serta proses eksogen yang
menyertainya
mengontrol
terbentuknya
morfologi
bergelombang, perbukitan dan pegunungan.
2) Pola Aliran dan Karakteristik Sungai
Sungai-sungai di Kecamatan Dondo bermuara di Teluk
Dondo (Selat Makassar).
Penampang morfologi sungai-
sungai ini bervariasi “V” dan “U”. Di samping pola aliran
sungai dominan yang berpola dendritik, juga pola-pola aliran
sungai paralel dan rektangular serta trelis dapat dianalisa
berdasarkan pola morfologi pada rupabumi.
b. Stratigrafi dan Litologi
Secara regional wilayah Kecamatan Dondo terdapat pada
Mandala Geologi Sulawesi Barat. Stratigrafi batuan wilayah ini
disusun berdasarkan umur dari tua ke muda sebagaii berikut.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
38
1. Formasi Tinombo
Kenampakan khas formasi ini adalah perselingan lapisan
batuan batupasir, batulempung, batulanau dengan sisipan
lapisan batuan volkanik, batugamping. Umumnya batuan
pada formasi ini bersifat rapuh. Batuan gunung api umum
umumnya bersifat andesitik, tersebar di banyak tempat
namun tidak meluas. Ukuran kristal batuannnya umumnya
halus. Juga terdapat batuan lain berupa lava, breksi, andesit
dan basal. Penyebarannya dijumpai pada wilayah perbatasan
antara Desa Bambapun dan Desa Salumbia. Di samping
bersifat andesitik, batuan ini di beberapa tempat telah
mengalami ubahan. Umur batuan diperkirakan Eosen –
Oligosen.
Pada beberapa tempat formasi ini telah mengalami
metamorfisme, terutama di sekitar
jalur-jalur patahan
Formasi ini menindih batuan metamorf secara tidak selaras.
Secara regional penyebarannya formasi ini sangat luas baik di
utara, tengah dan baratdaya.
2. Batuan Beku Granit
Penyebaran batuan ini antara lain di Melulu, Malala,
Angasan,
Ogogili,
Ogowele,
Bambapun, Malomba.
Salumbia,
Luok
Manipi,
Pada beberapa tempat bagian atas
batuan ini sangat lapuk dan terubah menjadi lempung dan
pasir putih dimana di daerah perbukitan yang merupakan
ruas transportasi merupakan zone lemah gerakan tanah.
Umur formasi adalah Miosen Tengah sampai Miosen Atas.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
39
3. Aluvium
Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil
dan kerakal. Daerah-daerah pesisir pantai dan sekitar daerah
aliran sungai umumnya disusun oleh material ini. Tebal
satuan beberapa meter sampai puluhan meter.
Satuan dan batuan litologi wilayah penelitian dirangkum dan
ditabulasikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Satuan batuan di wilayah Kebupaten Tolitoli
No.
Umur
1
2
Holosen
Satuan
Aluvium
Miosen TengahMiosen Atas
Miosen TengahMiosen Atas
Batuan Beku
Granit
Batuan
Sedimen
Laut
5
Eosen-Oligosen
Formasi
Tinombo
6
Eosen-Oligosen
7
Mesozoikum
Batuan
Vulkanik
Kompleks
Metamorf
4
Litologi
Lumpur, lempung, pasir, kerikil dan
kerakal
Granit, granodiorit dan diorit kuarsa
batupasir wake, batulanau, batulumpur,
konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat,
breksi vulkanik dan lava yang bersifat
andesit serta basal
Lava basal, basal spilitan, lava andesit,
breksi gunung api, batupasir wake,
batulanau, patupasir hijau, batugamping
merah, batugamping kelabu dan batuan
termetamorfosa lemah
Tufa, breksi, lava andesit dan basal
sekis berupa sekis mika, sekis hijau dan
sekis ampibolit dan marmer
Sumber: Ratman (1976) dan Bahri dkk (1993)
b. Struktur Geologi
Secara regional, wilayah Tolitoli termasuk dalam Mandala
Geologi Sulawesi Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi
wilayah Tolitoli relatif tidak terlalu kompleks dibanding
kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Khusus di wilayah
Kecamatan Dondo, pola patahan dijumpai berupa patahan
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
40
vertikal, dengan orientasi timurlaut – baratdaya. Terdapat dua
jalur patahan, yaitu di bagian timur yang melewati wilayah
Malomba dan Ogogili serta patahan di bagian barat di bagian
desa Salumbia. Di beberapa tempat patahan-patahan ini saling
berpotongan dengan patahan lain yang relatif kecil. Struktur
lainnya berupa kekar pada batuan sedimen dan vulkanik dan
kekar primer maupun sekunder pada batuan granit. Pada batuan
sedimen juga dijumpai struktur lipatan antiklin.
2. Pembagian Zona Hidrologi berdasarkan Kondisi Geologi (Formasi
Batuan)
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan serta studi terhadap
kondisi geologi dan sifat-sifat hidrologi jenis material penyusun
wilayah, maka zone akifer di wilayah Kecamatan Dondo dapat
dibagi kedalam tiga zone sesuai karakteristik material, yaitu :
1.
Zone akifer dengan penyusun utama berupa satuan aluvial.

Akifer produktivitas sedang – tinggi terdapat pada wilayah
dengan material penyusun
berupa pasir, lanau dan
hasil aluviasi granit. Pada wilayah ini kedalaman muka
air tanah bervariasi 1 – 5 m.

Akifer produktifitas rendah terdapat pada areal yang
disusun aluvial ke arah bukit dengan penyusun berupa
campuran pasir dan lempung. Pada wilayah ini
kedalaman muka air tanah berkisar 1 – 10 m.
2.
Zone akifer dengan penyusun utama berupa granit.
Porduktifitas air tanah di wilayah ini langka – kecil.
Produktifitas langka jika struktur material granit bersifat
kompak/padat. Produktifitas kecil dapat terjadi jika bagian
atas formasi granit telah mengalami pelapukan ataupun tubuh
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
41
batuan granit tersebut mengalami pengkekaran sehingga
keterdapatan air tanah terjadi secara sekunder melalui retakan
pada tubuh granit.
3.
Zone
akifer
dengan
penyusun
utama
berupa
batuan
vulkanik/andesit
Produktifitas akifer di wilayah ini relatif kecil. Keterdapatan air
tanah
dijumpai
berupa
akumulasi
pada
wilayah
cekungan/lembah pada sedimen padu yang tebal.
3. Data dan Potensi Sumberdaya Air Sungai di Wilayah Kecamatan
Dondo.
Tabel 4.3. Data Sungai dan Potensi Pemanfaatannya
Debit
(m3/s)
4,1
Nama
Bendung
Melulu
S. Tinabogan
5,1
Tinabogan
3
S. Ogosila
0,11
-
4
S. Bambapun
14,2
MalombaBambapun
5
0,26
Bialo
6
S. Bialo/Malama
S. Salumbia/
Banagan
7
S. Luok
8
S. Kolasi
9
S. Lagang
10
No.
Nama Sungai
1
S. Ogolalo/Melulu
2
14,01
0,59
Salumbia
Kondisi
Existing
Baik
Rekonstruksi
Baik tapi tidak
berfungsi
Desa Terairi
Melulu
Tinabogan,
Malala
-
Baik
Ogowele,
Malomba,
Bambapun
Bambapun
Baik
Salumbia
-
-
-
0,23
-
-
-
0,16
-
-
-
S. Bonto
0,23
-
-
-
11
S. Ogowele/Lais
0,36
Ogowele
12
S.
Taures/Anggasan
1,90
13
S. Lemo
0,36
Anggasan
Lemo
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Baik sederhana
Perlu perbaikan
total
Perlu Relokasi
Ogowele,
Lais
Malomba,
Ogogasang
Malomba
42
4.1.1.2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan atas terminologi Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Dengan menggunakan Peta Tanah
Sulawesi skala 1 : 1.000.000 yang tersedia, serta ditunjang dengan
pengambilan contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan tanah
dan untuk penilaian kesesuaian lahan diambil pada setiap Satuan
Peta Tanah.
Dengan mengacu pada peta tanah yang ada, dan berdasarkan
pengamatan di lapangan dan hasil analisis sifat fisika dan kimia
tanahnya
di
laboratorium,
maka
tanah-tanah
dilokasi
survei
dikelompokkan menjadi 3 jenis tanah utama, yaitu Tanah Aluvial,
Podsolik Merah Kuning dan Latosol.
Tabel 4.4. Klasifikasi Jenis Tanah di Lokasi Survei
No
1
2
3
Satuan Tanah
No dlm
peta
Soil Survey Staf
Jenis Tanah
(Supraptoharjo)
10
Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial
10
Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial
10
Aquepts, Fluvents, Tropepts Aluvial, Aluvial, Aluvial
53
Tropepts, Udults, Orthents
46
Tropepts, Udults
Podsolik Merah Kuning,
Podsolik Merah Kuning,
Litosol
Podsolik Merah Kuning
62
Tropept, Odox
Latosol, Latosol
Sumber; Peta Tanah Sulawesi 1 : 1.000.000 ( Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Balitbang Pertanian, 1993)
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
43
4.1.2. Satuan Peta Tanah
Satuan peta tanah merupakan satuan peta terkecil yang mempunyai
nilai homogenitas yang tinggi, baik dalam sifat fisik dan kimia tanah
maupun sifat lingkungannya. Oleh karena itu satuan peta tanah akan
mencerminkan karakteristik lahan dan lingkungannya dari suatu
wilayah yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat kelayakan
lahan tersebut untukpenggunaan tertentu.
Penetapan satuan peta tanah didasarkan atas faktor macam tanah,
bahan induk, fisiografi dan bentuk wilayah, kedalaman efektif tanah
dan drainase serta sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi status
dan keseimbangan unsur hara dalam tanah.
Tabel 4.5. Klasifikasi Tanah, Fisiografi dan Bahan Induk di Lokasi
Survei
No
1
No
dlm
peta
10
10
10
2
3
53
Satuan Tanah
Soil Survey
Jenis Tanah
Staf
(Supraptoharjo)
Fisiografi
Bahan
Induk
Desa
Aquepts,
Fluvents,
Tropepts
Aquepts,
Fluvents,
Tropepts
Aluvial, Aluvial,
Aluvial
Dataran
Aluvial
Aluvium
Tinabogan,
Malulu
Aluvial, Aluvial,
Aluvial
Dataran
Aluvial
Aluvium
Aquepts,
Fluvents,
Tropepts
Tropepts,
Udults, Orthents
Aluvial, Aluvial,
Aluvial
Dataran
Aluvial
Aluvium
Malomba,
Ogogasang,
Lais,
Bambapun
Salumbia
Podsolik Merah
Kuning, Podsolik
Merah Kuning,
Litosol
Podsolik Merah
Kuning
Latosol, Latosol
Pegunungan
Batuan
Metamorfik
dan Batuan
Sedimen
Batuan
Sedimen
Batuan
Plutonik
Ultramafik
46
Tropepts, Udults
62
Tropept, Odox
Perbukitan
Pegunungan
Salumbia
Bambapun
Louk
Manipi
Malala
Ogogili
Malomba
Anggasan
Ogowele
Malala
Sumber; Peta Tanah Sulawesi 1 : 1.000.000 ( Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Balitbang Pertanian, 1993)
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
44
4.1.1.3. Kesuburan Tanah
Kajian mengenai produkstivitas pertanian dari segi teknik, tidak lain
adalah kajian tentang sistem tanah – iklim – tanaman.
Seringkali
ditemukan bahwa hasil pertanian berkaitan dengan beberapa sifat
tanah baik sifat fisik maupun sifat kimia tanah antara lain; tekstur,
struktur, bahan organik tanah, reaksi tanah (pH tanah), kapasitas
tukar kation dan kejenuhan basa.
1. Sifat Kimia Tanah
Penilaian
kesuburan
tanah
secara
umum
dilakukan
melalui
penafsiran sifat-sifat kimia tanah yang diperoleh dari penilaian
kualitatif dilapangan serta penilaian secara kuantitatif dari hasil
analisa laboratorium contoh tanah (composite sample).
Parameter
sifat-sifat kimia tanah yang dinilai meliputi; pH (H2O dan KCl), KTK,
(Ca, Mg, K dan Na), C Organik, P tersedia, P total, K total, N total dan
salinitas. Sedangkan analisa sifat fisika tanah mencakup tekstur dan
kerapatan volume.
Dari hasil analisis laboratorium terlihat bahwa secara umum tingkat
kesuburan tanah alami di daerah survei tergolong kurang subur.
Kondisi ini ditunjukkan oleh sangat rendahnya tingkat kejenihan basa
yang seiiring dengan kondisi pH tanah yang relatip agak rendah
sehingga mempengaruhi tingkat ketersiaan hara P. Hasil penilaian
status kesuburan (terlampir)
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
45
2. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga
mempengaruhi tindakan pengelolaan tanah secara keseluruhan dan
mempengaruhi penilaian kesesuaian lahannya. Sifat-sifat fisika tanah
yang ditelaah meliputi tekstur dan kerapatan volume tanah.
Tekstur
Tekstur merupakan perbandingan relatif antara jumlah fraksi pasir,
debu dan liat yang dinyatakan dalam persen. Jumlah dan komposisi
antara ketiga fraksi tersebut akan sangat mempengaruhi kemantapan
agregat tanah, jumlah dan distribusi ruang pori. Aerasi dan drainase
tanah, permeabilitas tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur
hara dalam tanah.
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan ditunjang dengan analisa
laboratorium menunjukkan bahwa tanah-tanah di daerah survei pada
umumnya memiliki tekstur agak halus, sedang sampai dengan agak
kasar.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
46
4.2. Potensi Sumberdaya Pertanian
4.2.1. Pola Penggunaan Lahan Existing
Pola penggunaan lahan secara umum di Kecamatan Dondo, teridentifikasi
beberapa jenis penggunaan lahan utama yang meliputi;
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Sawah irigasi,
Sawah tadah hujan,
Kebun coklat di bawah tegakan kelapa,
Kebun Durian bercampur Kelapa dan Coklat
Kebun Cengkeh,
Tambak,
Pemukiman
Semak, belukar,
Hutan sekunder, dan
Hutan Primer.
Dari jenis penggunaan lahan tersebut yang paling menonjol dan
menempati areal yang paling luas serta tersebar kesemua desa yang ada di
Kecamatan Dondo adalah penggunaan lahan untuk Tanaman Coklat di
bawah tegakan Kelapa.
Pada awalnya penggunaan lahan ini adalah
penanaman tanaman kelapa, namun kemudian petani memanfaatkan lahanlahan kosong diantara tanaman kelapa dengan menanam tanaman coklat
dalam bentuk tanaman sela (intercrop).
Hamparan lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan
menempati bagian Lembah dengan topografi datar. Jenis penggunaan lahan
ini tidak menemukan hambatan dalam pengelolaannya, karena umumnya
diusahakan pada lahan dengan
kelas kemampuan lahan kelas I., kecuali
untuk hamparan lahan sawah di empat Desa (Malomba, Ogogasang, Lais
dan Ogowele) sebenarnya adalah peruntukan lahan sawah irigasi namun
karena kendala teknis sehingga sampai saat ini Bendung Malomba yang
dibangun dan diresmikan
beberapa tahun yang lalu,
belum mampu
mengalirkan air ke lahan sawah dengan luas pelayanan 1.460 Ha. Khusus
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
47
untuk lahan sawah tadah hujan sumber pengairannya masih berharap dari
curah hujan.
Jenis penggunaan lahan lainnya dominan adalah kebun Cengkeh,
jenis penggunaan lahan ini menempati areal yang terpencar- pencar, dan
umumnya ditanam pada lereng dan punggung bukit/gunung, sehingga
kendala utama dalam pengelolaannya adalah tingkat kemiringan lereng
yang cukup besar. Umumnya tanaman cengkeh yang ada, sudah cukup
berumur dan sempat tidak terawat (dibiarkan oleh petani) pada saat harga
penjualan cengkeh mencapai titik terendah, hal ini berakibat pada kondisi
pertumbuhan tanamn cengkeh saat ini tidak menunjukkan pertumbuhan
yang optimal.
Selanjutnya, jenis penggunaan lahan untuk kebun campuran yang
juga banyak diusahakan dengan beberapa variasi tanaman dengan tanaman
utama Durian, Kelapa dan Coklat. Bentuk penggunaan lahan ini dalam
skala yang cukup luas terdapat di Desa Ogogasang, Lais dan Bambapun
serta sebagian kecil lainnya tersebar disemua desa.
Jenis penggunaan lahan dengan skala luas yang lebih kecil dan
terpencar-pencar adalah Tambak.. Penggunaan lahan untuk tambak ini
dapat dilihat di Desa Malala, Tinabogan, Malomba dan Salumbia, serta
untuk ukuran yang paling kecil seukuran kolan dapat ditemui di Desa
Ogogasang dan Lais.
Jenis ikan yang dibudidayakan umumnya adalah
Bandeng dan Udang.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
48
25 m
0m
Tambak,
Penggunaan lahan
Sawah
Iirigasi,
Kebun campuran , pemukiman
Kebun Kelapa, Coklat dan Durian
Jagung-kc..tanah, ke
Kelapa, Ciklat, Durian, Rambutan
Sawah Tada hujan, Kebun
kelapa
Vegetasi/pola tanam
Bakau, Kelapa, Coklat, padi
lapa, nangka, kemiri
I
Kls/kemiringan lahan
(3 %)
I
(3%)
II
Masalah pengelolaan
Kekurangan air
Hama dan penyakit tanaman
Hama dan penyakit tanaman
Arahan penggunaan
Pertanian intensif
Pertanian sedang
Penggem. sedang
Kesesuaian
Sesuai
sesuai
Sesuai
Ked. Efektif tanah
Dalam
Dalam
Dalam
Status tanah
Pribadi
Pribadi
Pribadi
(3-8 %)
Gambar 4.1. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Tinabogan
50 m
25 m
0m
Penggunaan lahan
Sawah Iirigasi,
Sawah
Irigasi
Kebun
Sawah Irigasi, Kebun Campuran
Kebun cengkeh
Padi, Kelapa, Ciklat, Rambutan dan lada
cengkeh
campuran , pemukiman
Vegetasi/pola tanam
Padi
Kelapa, coklat
I
Kls/kemiringan lahan
(3 %)
I
(3%)
II
(3-8 %)
IV ( > 40 %)
Masalah pengelolaan
Hama dan penyakit tanaman
Hama dan penyakit tanaman
Hama dan penyakit tanaman
Mati pucuk
Arahan penggunaan
Pertanian intensif
Pertanian intensif
Penggem. intensif
Penggem. terbatas
Kesesuaian
Sesuai
Sesuai
sesuai
Tidak sesuai
Ked. Efektif tanah
Dalam
Dalam
Dalam
Sedang
Status tanah
Pribadi
Pribadi
Pribadi
Pribadi, negara
Gambar 4.2. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Malulu
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
49
200 m
100 m
0m
Penggunaan lahan
Vegetasi/pola tanam
Sawah Irigasi Pemukiman,
Kebun campura
Padi, Kelapa, coklat, bakau
Kls/kemiringan lahan
I
(3 %)
Kebun Cengkeh
Sawah Irigasi
Kebun campuran
Kebun Cengkeh
Cengkeh, Kelapa, Coklat
Padi,
Kelapa Coklat,
Durian
VI (32 %)
Cengkeh, coklat
Curam.Bahaya
erosi
Tidak ada
VI I (> 50 %)
II
(3-8 %)
VII
(50 %)
Masalah pengelolaan
Kekurangan air
lahanCuram
Kekurangan air
Tindakan konservasi
Tidak ada
Teras gulud
Teras gulud
Kekurangan air
Lahan curam
Tidak ada
Arahan penggunaan
Pert. Intensif
Pengg. terbatas
Pert. Intensif
Pert, sedang
Peng..terbata
Kesesuaian
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
sesuai
Tidak sesuai
Ked. Efektif tanah
Dalam
Sedang
Dalam
Sedang
Sedang
Status tanah
Pribadi
Pribadi
Pribadi
Pribadi
Pribadi, negara
Gambar 4.3. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Malala
200 m
100 m
0m
Pemukiman,
Kebun campura
Padi, Kelapa, coklat,
bakau
I (3 %)
Kebun Kelapa
Kebun Cengkeh
Kelapa coklat
Cengkeh, Kelapa, Coklat, semak belukar
VII (> 50 %)
VI I (> 50 %)
Lereng curam
Pertumbuhan cengkeh tdkoptimal, lahanCuram
Tindakan konservasi
Hama dan Penyakit
tanaman
Tidak ada
Arahan penggunaan
Pert. Sedang
Kesesuaian
Ked. Efektif tanah
Status tanah
Penggunaan lahan
Vegetasi/pola tanam
Kls/kemiringan lahan
Masalah pengelolaan
Tidak ada
Tidak ada
Pengg. Terbatas
Pengg. terbatas
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Dalam
Sedang
Sedang
Pribadi
Pribadi
Pribadi
Gambar 4.4. Transek Pola Penggunaan Lahan Aktual di Desa Ogogili
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
50
4.2.2. Penilaian Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuaian lahan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan di daerah studi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman tertentu, dan hasil penilaian dari kesesuaian lahan ini akan menjadi
dasar pertimbangan dalam menentukan layak atau tidaknya lahan tersebut
untuk pengembangan pertanian dengan mempertimbangkan pada azas
kelestarian lahan yang ada di daerah tersebut.
Kriteria yang digunakan
dalam klasifikasi kesesuaian lahan aktual untuk tanaman pangan dan
tanaman perkebunan mengikuti kruteria dari Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat (PPT, 1993) dengan modifikasi yang dianggap perlu.
1. Kesesuaian Lahan Aktual
Hasil pengamatan terhadap karakteristik setiap satuan peta unit lahan
yang dikaitkan dengan parameter yang digunakan, maka kesesuaian
lahan aktual di daerah studi untuk tanaman padi sawah, tanaman
padi sawah tada hujan, dan tanaman tahunan disajikan dalam Tabel
4.1. - 4.4.
a. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah
Kesesuaian lahan untuk Tanaman Padi sawah, baik untuk lahan
sawah irigasi maupun pada lahan sawah tada hujan di daerah studi
tergolong kedalam kelas S1 dan S3 (Tabel 4.6 dan 4.7) dengan faktor
pembatas retensi hara khususnya menyangkut nilai kejenuhan basa
yang umumnya sangat rendah, biasanya tanah-tanah dengan
kejenuhan basa rendah juga diikuti dengan nilai pH yang cenderung
rendah pula dan hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan hara
utamanya unsur P tersedia dalam tanah.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
51
Tabel 4.6.
Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah
Tadah Hujan di Daerah Survei
Kesesuaian Lahan
Desa
Kelas
Sub Kelas
Tinabogan
S1
-
Malomba
S3
Ogogasang
Faktor Pembatas
Luas
Ha
%
-
56
5,09
S3-nr
Retensi hara
217
19,71
S3
S3-nr
Retensi hara
475
43,14
Lais
S3
S3-nr
Retensi hara
298
27,03
Ogowele
S3
S3-nr
Retensi hara
55
5,00
1.101
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007
Tabel 4.7.
Kelas Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah Irigasi di
Daerah Survei
Kesesuaian Lahan
Desa
Kelas
Faktor Pembatas
Sub Kelas
Luas
Ha
%
Tinabogan
S3
S3-nr
Retensi hara
107
10,05
Malulu
S3
S3-nr
Retensi hara
201
18,87
Malala
S3
S3-nr
Retensi hara
283
26,57
Ogowele
S3
S3-nr
Retensi hara
40
3,76
Bambapun
S3
S3-nr
Retensi hara
145
13,62
Salumbia
S3
S3-nr
Retensi hara
287
26,95
1.065
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007
b. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tahunan
Kesesuaian lahan untuk Tanaman Tahunan menujukkan variasi kelas
kesesuaian (Tabel 5.8, 5.9 dan 5.10). kesesuaian lahan untuk tanaman
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
52
kelapa pada setiap desa menunjukkan kelas kesesuaian S2 dan untuk
tanaman Durian menunjukkan kelas kesesuaian S3 dengan faktor
pembatas juga masalah rendahnya tingkat kejenuhan basa sehingga
hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan hara utamanya P tersedia
dalam tanah.
Lain halnya dengan hasil evaluasi kelas kesesuaian
lahan tanaman Cengkeh menunjukkan kelas kesesuaian N1 yakni
tidak sesuai untuk saat ini dengan faktor pembatas adalah tingkat
kelerengan yang tinggi.
Tabel 4.8. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa di Daerah
Survei
Kesesuaian Lahan
Desa
Kelas
Faktor Pembatas
Sub Kelas
Luas
Ha
%
Tinabogan
S2
S2-nr
Retensi hara
404
7,66
Malulu
S2
S2-nr
Retensi hara
425
8,06
Malala
S2
S2-nr
Retensi hara
1.114
26,07
Ogogili
S2
S2-nr
Retensi hara
538
10,20
Malomba
S2
S2-nr
Retensi hara
330
6,26
Ogogasang
S2
S2-nr
Retensi hara
13
2,47
Ogowele
S2
S2-nr
Retensi hara
457
8,67
Anggasan
S2
S2-nr
Retensi hara
407
7,71
Bambapun
S2
S2-nr
Retensi hara
78
1,48
Salumbia
S2
S2-nr
Retensi hara
1.454
25,57
Louk Manipi
S2
S2-nr
Retensi hara
882
16,72
5.273
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dan sekunder, 2007
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
53
Tabel 4.9.
Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Durian di
Daerah Survei
Kesesuaian Lahan
Desa
Kelas
Faktor Pembatas
Sub Kelas
Luas
Ha
%
Ogogasang
S3
S3-nr
Retensi hara
13
2,97
Lais
S3
S3-nr
Retensi hara
310
70,94
Bambapun
S3
S3-nr
Retensi hara
114
26,09
437
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007
Tabel 4.10.
Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh di
Daerah Survei
Kesesuaian Lahan
Desa
Kelas
Faktor Pembatas
Sub Kelas
Luas
Ha
%
Malulu
N1
N1-t
Terrain/lereng
77
25,58
Malala
N1
N1-t
Terrain/lereng
63
20,93
Ogogili
N1
N1-t
Terrain/lereng
56
18,64
Malomba
N1
N1-t
Terrain/lereng
105
34,88
301
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2007
4.3. Potensi Sumberdaya Peternakan
Kondisi umum masyarakat peternak di wilayah Kecamatan Dondo,
Kabupaten Toli-toli, masih sangat memperhatikan. Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya penyuluhan terhadap peternakan dan pentingnya
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
54
memelihara ternak sebagai pemasuk pangan dalam bentuk daging, yang
selama ini diharapkan dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Masyarakat yang ada sekarang, selain bercocok tanam
(budidaya perkebunan seperti coklat, cengkeh dan kelapa) juga ada
disibukkan dengan menggarap sawah, terutama yang sudah mendapat
irigasi. Sawah memang hanya dikelola sewaktu-waktu dan bermusim sesuai
dengan musim tanam yang sudah mempunyai jadwal tertentu yaitu sekitar 3
kali musim tanan per tahunnya.
Masyarakat yang tidak punya aktivitas banyak dibidang perkebunan, ada
yang berusaha pada bidang peternakan, sebagai usaha sampingan, begitu
juga ada yang menjadi sebagai nelayan tidak tetap. Pada usaha peternakan
masyarakat membudidayakan atau memelihara ternak sapi, kerbau,
kambing dan ada pula hanya memelihara beberapa ekor ayam. Pada hal
kalau bidang usaha ini digeluti secara professional (tidak sebagai
sampingan) mungkin usahanya bisa memberikan hasil yang menjanjikan.
Pola usaha peternakan ini, masih bersifat tradisional, artinya punya ternak
tetapi tidak dipelihara sebagaimana mestinya, sehingga hasil yang diperoleh
kurang menjanjikan. Usaha peternakan yang diusahakan tampa tujuan,
selain hanya untuk usaha sampingan belaka. sehingga ternak yang
dipelihara kurang perhatian seperti diperlihatkan pada gambar (1) berikut
ini. Kambing masyarakat Peternak yang kurang mendapat perhatian dari
pemiliknya dan kurangnya penyuluhan pada bidang usaha Peternakan.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
55
Gambar 4.5.
Kurangnya perhatian Peternak
memelihara ternaknya
Berdasarkan Statistik (Toli-toli Dalam Angka, 2005) kondisi peternakan
belum menjadi pembangunan utama, sehingga jenis dan populasi ternak di
daerah ini belum menjadi tumpuan harapan masyarakat di masa depannya.
Situasi ini dapat kita lihat sebagaimana disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Penyebaran pupolasi dan jumlah ternak yang dipelihara menurut
desa (2005)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Desa
Malala
Tinabogan
Malulu
Ogogili
Malomba
Ogogasang
Lais
Ogowele
Anggasan
Sapi
217
165
212
299
34
27
115
-?
Kerbau
-30
-?
10
11
12
Bambapun
217
16
146
Samlumbia
173
8
163
Luok Manipi
177
Jumlah
1.636
24
1.584
Sumber : Kecamatan Dondo dalam Angka, 2005
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Kambing
165
185
127
365
92
45
121
-?
Ayam
2.258
2.263
1.144
547
5.568
730
1.016
1.379
-?
1.308
2.196
1.466
19.875
Itik
64
81
128
60
183
95
30
64
38
230
55
1.028
?
56
Khusus untuk desa Anggasan ternaknya belum ada, karena desa pemekaran
setelah 2006, sehingga angka dalam statistic belum ada atau masih masuk
dalam desa induk (Malomba).
Sementara tingkat pemotongan beberapa
jenis ternak di Kecamatan ini, disajikan sebagaimana Tabel 4.12.
Ternak kerbau di Kecamatan ini, dipandang dari sudut statistik,
dihanyatakan hanya ada 2 desa yang memelihara kerbau, yang populasinya
24 ekor, namun kenyataan dilapangan yaitu di desa Malala ditemukan juga
kerbau di daerah persawahan sekitar kurang lebih 20 ekor. Menurut
masyarakatnya dahulu ternak kerbau ini jumlahnya cukup banyak, namun
karena intensifnya pola persawahan dan perkebunan rakyat sehingga
banyak masyarakat peternak
menjual kerbaunya keluar. Walaupun
sebenarnya kerbau ini masih sangat dibutuhkan dalam transportasi, tetapi
banyak
pula
masyarakat
secara
terpaksa
menjual
kerbau
dan
menggantikannya dengan mesin pembajak (gambar 4.6 dan 4.7).
Tabel 4.12. Jumlah (ekor) Berbagai Jenis Ternak yang Dipotong Menurut
Desa Di Kecamatan Dondo (2005).
No Desa
Sapi
Kerbau
Kambing Ayam
Itik
1
Malala
16
23
2
Tinabogan
17
19
3
Malulu
15
12
4
Ogogili
5
6
5
Malomba
14
20
6
Ogogasang
2
8
7
Lais
3
7
8
Ogowele
5
12
9
Anggasan
- 10
11
12
Bambapun
9
10
Samlumbia
12
11
Luok Manipi
5
4
Jumlah
103
132
Sumber : Kecamatan Dondo dalam Angka, 2005
Keterangan: (-) tidak dilaporkan
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
-
-
57
Gambar 4.6.
Kehadiran Kerbau ditengahtengan petani-peternak
Gambar 4.7.
Pengalihan fungsi ternak kerbau
menjadi tenaga mesin
Di antara 12 desa yang ada di Kecamatan ini, desa Malulu, merupakan desa
yang bersih ternak (Sapi, kerbau, dan kambing), sementara kebutuhan
masyarakat akan daging dari hasil peternakan mereka tidak bisa
menolaknya, sehingga pada statistic, kebutuhan ternak di desa Malulu
masing-masing untuk sapi 15 ekor dan kambing 12 ekor. Hal yang perlu
dipertanyakan betulkah masyarakat di desa itu, hanya memotong sapi
sebanyak 15 ekor, dan 12 ekor ternak kambing setiap tahunnya, dan
bagaimanakah sumber daya manusia kedepan ?. Hal ini tentunya
pemerintah perlu memikirkan pengembangan ternak dan penyuluhannya.
Ternak sapi, sebagai ternak kerja seperti pada gambar 4.8, diwilayah ini
sudah tidak diketemukan
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
58
Gambar 4.8.
Ternak sapi sebagai
penarik pedati
Populasi ternak sapi di secara umum di wilayah Kecamatan Dondo ini masih
cukup bertahan, yaitu terdapat 1.636 ekor sapi, 24 ekor ternak kerbau dan
1.584 ekor ternak kambing. Namun dibeberapa desa seperti Desa Malulu,
Anggasan, dan Ogowele ternak sapi dan kambing, apalagi ternak kerbau
sudah tidak ditemukan, sementara potensi pengembangan ternak ini masih
sangat memungkinkan. Berdasarkan hasil survei pada kondisi sekarang ini,
dibeberapa wilayah desa, masyarakatnya sudah mulai mengeluhkan tentang
prospek perkebunan terutama tanaman kelapa yang sudah mulai menua
(tua) dimana produksi buah sudah mulai menurun, demikian pula tanaman
coklat dibeberapa wilayah pedesaan sudah mulai terserang penyakit.
Gambaran umum, tentang prospek usaha pengembangan jenis ternak
ruminansia, disajikan pada gambar 4.9.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
59
Gambar 4.9.
Potensi Pengembangan ternak
sapi
Gambar 4.10.
Potensi Pengembangan ternak
kerbau
Gambar 4.11.
Potensi Pengembangan ternak
Kambing
Adapun kehawatiran masyarakat, di wilayah ini adalah:
-
Tanaman coklat yang menjadi tumpuan dan harapan petani, kini
tanaman tersebut mulai banyak diserang oleh penyakit (buah
membatu dan pucuk daun kering).
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
60
-
Kopra yang banyak juga menjadi tumpuan masyarakat diKecamatan
ini, namun buah kelapa akhir-akhir ini sudah tua-tua (berumur) dan
buahnyapun sudah mulai menurun.
-
Tanah yang diperuntukkan mengolah sawah, masih banyak belum
mendapat aliran irigasi, sehingga tanpaknya hanya menjadi lahan
tidur dibeberapa tempat (gambar 4.12)
Gambar 4.12.
Lokasi sawah tada
hujan yang hingga
kini belum
mendapat sentuhan
karena belum
dijangkau irigasi.
Sebenarnya, ternak ruminansia (kambing, sapid an kerbau), selain sebagai
sumber pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan, ternak-ternak ini
juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan andalan di daerah ini.
Hasil wawancara dan beberapa peternak menyatakan bahwa dalam hal
pemasaran hasil (berupa ternak hidup), khusus di daerah ini tidak ada
permasalahan. Sehingga ternak diharapkan dapat dikembangkan di wilayah
ini. Demikian pula harga per ekor ternak di wilayah Kecamatan ini, masih
berfluktuasi sesuai kondisi ternak dan jenis yang diperjualbelikan Harga sapi
dewasa antara Rp 3.000.000 sampai Rp. 4.000.000., ternak kerbau dewasa
antara Rp. 3.500.000 sampai dengan Rp. 4.000.000., sedangkan ternak
kambing antara Rp.250.000 sampai dengan Rp. 400.000.-
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
61
Kendala yang dihadapi khusus peternak adalah bahwa kurangnya atau
belum tersentuh sama sekali tentang penyuluhan peternakan dan bagaimana
pola pemeliharaan suatu usaha peternakan. Hal ini tentunya diharapkan dari
pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih serius, minimal tenaga
penyuluhan peternakan. Kendala lain yang dihadapi oleh peternak yang
ada, karena belum tersentuh oleh penyuluhan, sehingga ternak yang
dipelihara tidak mendapat perawatan dan mendapat makanan tambahan
sebagaimana mestinya. Akibatnya ternak yang dipelihara tetap kurus,
interval kelahiran panjang atau tidak produktif. Kadang ada juga peternak
hanya memelihara induk tanpa pejantan.
Khusus pada usaha peternakan kambing rakyat di wilayah ini, cukup tinggi
dan tersebar, kecuali desa Malulu tidak ditemukan ada ternak kambing ini.
Diwilayah desa-desa lain ternak kambing dipelihara antara 3 sampai 12 ekor
per rumah tangga peternak. Namun, kepemilikannya masih dianggap
kurang. Masalah yang dihadapi dalam usaha ini adalah penggembangan
masih perlu di pacu, karena produktivitasnya masih dianggap rendah.
Masalah lain adalah kesehatan ternak masih sangat dibutuhkan kehadiran
penyuluhan karena banyak ternak kambing tertular penyakit kurap
(Skabies).
4.4.
Potensi Sumberdaya Perikanan
4.4.1. Perikanan Darat
Kondisi perikanan darat dalam beberapa tahun terakhir sesuai dengan data
Statistik (Statistik dalam angka tahun 2005) disajikan sebagaimana pada
Tabel 4.13.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
62
Tabel 4.13. Luas (Ha) lahan perikanan darat menurut desa di Kecamatan
Dondo
No.
Desa
Luas areal perikanan (Ha)
Tambak
Kolam
1
Malala
56,50
0,50
2
Tinabogan
23,00
-
3
Malulu
-
2.00
4
Ogogili
-
-
5
Malomba
6,07
-
6
Ogogasang
2,50
-
7
Lais
-
-
8
Ogowele
9
Anggasan
-
-
10
Bambapun
-
-
11
Samlumbia
10,00
0,40
12
Luok Manipi
-
2,00
98,07
4,90
Luas keseluruhan
-
Menurut hasil survey bulan November 2007 bahwa luas tambak dan kolan
yang ada di wilayah ini belum banyak memberikan hasil karena dari data
(luas) areal yang ada, baru beberapa kawasan /laus (Ha) yang dikelola dan
selebihnya masih merupakan kawasan persiapan. Menurut pemilik tambak,
karena terbentur pada permodalan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada
penampilan gambar 4.13 dan 4.14.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
63
Gambar 4.13. Kawasan tambak
yang sudah diolah oleh
pemilik tambak.
Gambar 4.14. Lokasi tambak yang
masih terbengkalai,
karena modal usaha
belum ada
Menurut hasil wawancara dan kunjungan ke lokasi, jenis ikan yang
dihasilkan dari usaha tambak ini terdiri dari ikan bandeng dan sedikit usaha
udang. Hasil tangkapan (panen) ikan dan udang diperlihatkan pada gambar
4.13 dan 4.14.
Gambar 4.15. Hasil tambak yang Gambar 4.16. Hasil tambak (udang
sempat di panen
dan ikan Bandeng) yang telah
di panen.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
64
Masih rendahnya luas garapan tambak dan produksi (ikan bandeng dan
udang)
yang
dihasilkan,
masyarakat
mengharapkan
uluran
tangan
pemerintah dan swasta untuk turut menginvestasikan dana dibidang ini.
Hasil wawancara dengan pemilik tambak bahwa ikan-ikan yang dihasilkan
dari tambak ini sudah memberikan hasil yang cukup baik, dengan tampak
banyak mememberikan perlakuan seperti pupuk dan sebagainya. Sehingga
dengan pengalaman ini petani tambak mempunyai keyakinan bahwa
mengusahakan tambak cukup memberikan keuntungan yang menjanjikan.
Namun mereka belum bisa banyak berbuat karena dibatasi oleh modal yang
sedikit.
Sementara hasil panen untuk jenis kolam/telaga diwilayah kecamatan
Dondo, adalah jenis ikan yang sering diperjual-belikan dkepada masyarakat
setempat (wilayah Kecamatan) ini adalah ikan mujair, seperti disajikan pada
gambar 4.17 dan 4.18.
Gambar 4.17. Hasil penangkapan
usaha tambak/kolan di
Kecamatan
Dondo,
Kabupaten Tolitoli.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
65
Gambar 4.18. Ikan mujair yang
diperjual-belikan,
hasil
dari kolam.
Tentang jumlah pengusaha tambak (orang) dan produksi ikan dan udang
(ton) yang dihasilkan dari usaha ini belum ada data-datanya.
4.4.2. Perikanan Laut
Kondisi perikanan laut (perairan)t dalam beberapa tahun terakhir sesuai
dengan data Statistik (Statistik dalam angka tahun 2005) disajikan
sebagaimana pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Kondisi Sarana alat tangkap Petani-Nelayan (Perikanan
perairan) di Kecamatan Dondo
No.
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Malala
Tinabogan
Malulu
Ogogili
Malomba
Ogogasang
Lais
Ogowele
Anggasan
Bambapun
Jenis Alat Tangkap
Pukat
Jala
Pancing
13
12
7
13
4
2
4
5
8
6
9
-
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
210
250
105
270
125
175
125
215
Perahu tak
Bermotor
40
29
30
35
20
25
20
26
Perahu
Bermotor
6
6
4
6
3
6
-
66
11
12
Samlumbia
6
215
20
Luok
Manipi
Jumlah
62
23
1565
225
29
Sumber: Statistika Dalam Angka (2005) yang telah dimodivikasi sesuai
kebutuhan.
Adapun hasil tangkapan nelayan dari usaha (pukat, Jala dan Pancing)
tersebut, antara lain adalah jenis ikan pelajis (kantombo, lajang, dan
cekalang). Pada musin-musin tertentu nelayan ini juga menghasilkan
tangkapan ikan Tri yang cukup potensial untuk berikan penyuluhan tentang
cara penanganan hasil panennya. Data yang hasil kunjungan diwilayah ini
disajikan pada gambar 4.19 dan 4.20.
Gambar 4.19. Hasil tangkapan
(ikan Teri) oleh petani
nelayan di Wilayah ini.
Gambar 4.20. Propil jenis ikan
Teri dan cara untuk
mongering-kannya.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
67
Tabel 4.14. Hasil Wawancara terhadap responden petani ternak dan temuan
dilapangan (Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-toli).
No.
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Malala
Tinabogan
Malulu
Ogogili
Malomba
Ogogasang
Lais
Ogowele
Anggasan
Bambapun
Samlumbia
Luok Manipi
Jumlah
Jumlah
Responden
(Org/RT)
5
5
5
5
5
4
5
5
5
44
Jenis ternak Ruminansia (ekor)
Sapi
Kerbau
Kambing
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
20
23
14
4
2
6
69
16- 30
30
ada
17
21
8
35
15
33
17
12
147
68
Tabel 4.15. Jumlah ternak berdasarkan perbandingan jantan dan betina
ternak yang dipelihara
No.
Desa
1
Malala
2
Ogogili
3
Malomba
4
Bambapun
5
Samlumbia
6
Luok Manipi
Jumlah
Responden
Jenis Ruminansia
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
44
Sapi
Jtn
3
1
2
0
1
7
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Bt
17
3
14
2
2
3
41
Kerbau
Jtn
Bt
3
6
2
4
1
3
2
6
5
Kambing
Jtn
Bt
1
6
1
2
3
3
1
2
0
2
2
4
2
ayam
ayam
3
2
2
10
3
3
2
8
1
2
0
1
0
5
1
7
1
3
0
3
1
4
23
69
69
Tabel 4.16. Jenis Alat Tangkap Petani.Nelayan di Kec. Dondo, Kab. Toli-toli
No. Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ogowele
Malala
Ogogasang
Lais
Salumbia
Tinabogan
Malomba
Ogogili
Bambapun
ResponDen
5
5
4
5
5
6
5
5
5
45
Tanpa menggunakan
Motor (Mesin)
Pukat Jala Pancing
1
5
2
1
3
3
4
4
1
1
1
1
6
3
4
5
3
11
5
32
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Dengan Perahu Motor
Pukat
1
2
3
Jala
-
Pancing
1
1
2
4
70
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1.
Kesimpulan
1. Pola penggunaan lahan eksisting di Kecamatan Dondo didominasi
oleh jenis penggunaan lahan tanaman kelapa dan coklat dimana jenis
pengunaan lahan ini terdapat diseluruh desa yang disurvei, disusul
dengan jenis penggunaan lahan dominan lainnya yakni penggunaan
lahan untuk tanaman padi sawah (sawah irigasi dan sawah tada
hujan), hal ini merupakan indicator bahwa jenis tanaman tersebut di
atas dapat di kembangkan diwilayah ini tentunya dengan terlebih
dahulu mengatasi factor-faktor penghambatnya.
2. Kondisi kesuburan tanah di lokasi survey pada umumnya rendah
yang ditunjukkan oleh sangat rendahnya tingkat kejenuhan basa,
derajat kemasaman tanah (pH), dengan kadar unsur hara P tersedia
rendah sampai sedang
3. Potensi luas lahan sawah yang ada di setiap desa tergolong sesuai
untuk dikembangkan dengan factor pembatas utama adalah retensi
hara yakni tingkat kejenuhan basa yang sangat rendah, namun
demikian masih dapat di berikan input teknologi pengelolaan tanah
untuk meningkatkan kelas kesesuaiannya setingkat lebih tinggi dari
kelas kesesuaian S3 menjadi S2.
4. Potensi luas lahan untuk tanaman tahunan di setiap desa umumnya
cukup sesuai dengan kelas kesesuaian lahan S2 dan juga hanya
dibatasi oleh factor pembatas utama yakni tingkat kejenuhan basah
yang sangat rendah. Namun kondisi ini dapat ditingkatkan melalui
pemberian input teknologi yang rendah.
Kecuali untuk Tanaman
cengkeh, tergolong tidak sesuai untuk saat ini (N1) dengan factor
pembatas utama adalah tingkat kemiringan lereng yang cukup besar,
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
71
namun masih dapat diperbaiki dengan input teknologi konservasi
tanah dan air
5.2.
1.
Rekomendasi
Selain jenis tanaman yang telah ada dan tumbuh baik di setiap desa,
juga terdapat beberapa jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomi
dan kestabilan pasar serta kesesuaian dengan lahan yang ada di
kecamatan Dondo antara lain; Lada, Pala, dan Kemiri.
tanaman
pangan
antara
lain
Jagung,
Kacang
Untuk
Tanah
dan
Cabe/lombok.
2.
Untuk mengatasi masalah factor pembatas yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat kejenuhan basa dianjurkan dengan penambahan
input berupa pemberian bahan organik berupa pupuk kandang,
pupuk hijau dan pengapuran yang berfungsi memperbaiki sifat fisik
kimia dan juga biologi tanah
3.
Untuk memperbaiki kondisi factor penghambat berupa tingkat
kecuraman lereng pada lahan pertanaman cengkeh dianjurkan
menggunakan
teras
individu/tapak
kuda
dan
untuk
mengembalikan kondisi pertumbuhan tanaman cengkeh setelah
sekian
lama
pembersihan
tidak
terawatt,
piringan
dibawah
sangat
tajuk
dianjurkan
yang
melakukan
diikuti
dengan
pemberian pupuk berimbah serta pupuk organik.
4.
Upaya
menjaga
kestabilan
ekosistem
yang
ada
dianjurkan
mempertahankan lahan-lahan dengan kondisi kelerengan yang
cukup curam dengan bentuk penggunaan lahan adalah hutan.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
72
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Biro Pusat Statistik, 2005. Kecamatan Dondo Dalam Angka. BPS
Kabupaten Tolitoli.
Departemen Pertanian. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk
Komoditas Pertanian, Puslitbang Tanah dan Agroklimat,
Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor
Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito, Bandung.
Soetriono, 2006. Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis.
Bayumedia, Malang
Soil Survei Staff, 1975. Soil Taxonomy, A Basic System of Soil Clasification
for Marking and Intergenereting Soil Survey. Agrc. Hand Book.
USDA Washington DC.
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
73
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
1
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
1
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
2
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
3
Lembaga Pemberdayaan, Pendampingan dan Studi (LP2S)
Download