BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan, manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diaturnya berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu (perencanaan, pengorganisasian pengarahan, pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen terdiri dari Men, Money, Method, Materials, Machine dan Market yang disingkat 6M. Setiap perusahaan dalam usaha mencapai tujuan pasti dihadapkan pada kendala-kendala yang ada, oleh karena itu setiap perusahaan atau organisasi dalam menciptakan kerjasama yang baik guna mencapai tujuannya membutuhkan suatu sistem yang disebut manajemen. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai manajemen, berikut ini akan diungkapkan oleh para ahli : Menurut Stoner dan Wankel yang dikutip oleh Siswanto (2003:22) adalah “Management is the process of planning, organizing, leading and controlling, the effort or organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals. 13 14 (Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan upaya pengendalian anggota organisasi dan penggunaan sumber daya oeganisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi yang dicapai). Menurut Kartono (2008:168) dalam bukunya “Pemimpin dan penyusunan dan Kepemimpinan” menyatakan bahwa : “Manajemen adalah penyelenggaraan usaha pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia.” Sedangkan menurut Handoko (2001:10), manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan. Dari uraian-uraian di atas dipahami bahwa : 1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai 2. Manajemen merupakan kolaborasi antara ilmu, proses, dan seni 3. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang lebih melakukan kerja sama dengan suatu organisasi 4. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan Manajemen sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam kehidupan baik di rumah tangga, sekolah, organisasi, perusahaan, yayasan-yayasan, pemerintahan dan lain sebagainya. Manajemen yang baik akan menimbulkan pembinaan kerja sama yang akan serasi dan harmonis, 15 saling menghormati serta mencintai sehingga tujuan dari organisasi akan tercapai secara optimal. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengarahan dan pengendalian melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam kehidupan baik di rumah tangga, sekolah, organisasi, perusahaan, yayasan-yayasan, pemerintahan dan lain sebagainya. Manajemen yang baik akan menimbulkan pembinaan kerja sama yang akan serasi dan harmonis, saling menghormati serta mencintai sehingga tujuan dari organisasi akan tercapai secara optimal. 2.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Namun terdapat perbedaan pandangan mengenai fungsi-fungsi manajemen oleh beberapa ahli. Menurut Henry Fayol (Safroni, 2012 : 47), fungsi-fungsi manajemen meliputi 1) Perencanaan (planning), 2) Pengorganisasian (organizing), 3) Pengarahan (commanding), 4) Pengkoordinasian (coordinating), 5) Pengendalian (controlling). Sedangkan menurut Ricki W. Griffin (Ladzi Safroni, 2012 : 47), fungsi-fungsi manajemen meliputi Perencanaan dan Pengambilan Keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), Pengarahan (leading) serta pengendalian (controlling). Menurut Terry (2010: 9), fungsi 16 manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan controlling (pengawasan) : 1) Planning (Perencanaan) Planning Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. 2) Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82). Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil. 3) Actuating (Pelaksanaan) Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha 17 untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (1993:62). 4) Controlling (Pengawasan) Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dari perbandingan beberapa fungsi-fungsi manajemen di atas, dapat dipahami bahwa semua manajemen diawali dengan perencanaan (Planning) karena perencanaan yang akan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Setelah perencanaan adalah pengorganisasian (organizing). Hampir semua ahli menempatkan pengorganisasian diposisi kedua setelah perencanaan. Pengorganisasian merupakan pembagian kerja dan sangat berkaitan erat dengan fungsi perencanaan karena pengorganisasian pun harus direncanakan. Selanjutnya setelah menerapkan fungsi perencanaan dan pengorganisasian adalah menerapkan fungsi pengarahan yang diartikan dalam kata yang berbeda-beda seperti actuating, leading, dan commanding, tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Tetapi juga ada penambahan fungsi pengkoordinasian (coordinating) setelah fungsi pengarahan. Fungsi pengkoordinasian untuk mengatur karyawan agar dapat saling bekerjasama sehingga terhindar dari kekacauan, percekcokan dan kekosongan pekerjaan. Selanjutnya fungsi terakhir dalam proses manajemen adalah pengendalian (controlling). 18 2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi suatu perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan mengembangkan sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia harus dikelola dan dikembangkan hingga dapat mencapai kemampuan yang maksimal dan memiliki sikap yang professional hingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Hubungan baik antara perusahaan dan karyawan juga seharusnya menjadi tugas yang menjadikan peran penting manajemen sumber daya manusia dibutuhkan oleh perusahaan, dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan adalah salah satu contoh tugas manajemen sumber daya manusia. 2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan komponen dari perusahaan yang mempunyai arti yang sangat penting sumber daya manusia menjadi sumber penentu dari perencanaan tujuan perusahaan, karena fungsinya sebagai inti dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya meskipun pada saat ini otomatisasi telah memasuki setiap perusahaan, tetapi apabila pelaku dan pelaksana mesin tersebut manusia, tidak memberikan peranan yang diharapkan maka otomatiasi itu akan menjadi sia-sia. Untuk memperjelas pengertian dari manajemen sumber daya manusia berituk ini penulis mengutip beberapa definisi yang dikemukanan oleh beberapa ahli : 19 Menurut Rivai (2008:1), menyatakan bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelasanaan dan pengendalian.” Sedangkan menurut Mangkunegara (2007:2) menyatakanan bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pengelolaan dengan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai).” Dari beberapa pendapat di atas bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu cara mencapai suatu tujuan dengan cara menggerakan orang lain melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, juga disertai dengan berbagai cara dalam menjaga, memelihara, dan mengembangkan sumber daya manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia secara garis besar sama yaitu bahwa, manajemen sumber daya manusia mengatur semua tenaga kerja secara efektif dan efisien dengan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja akan memotivasi untuk bekerja sebaik mungkin. 2.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi manajemen sumber daya manusia sangatlah luas, hal ini disebabkan karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia untuk mengelola unsur- unsur manusia seefektif mungkin agar memiliki tenaga kerja yang memuaskan. Edwin B. Flippo pada tahun 1981 (Suwatno dan Doni Juni 20 Priansa, 2011:30-33) mengungkapkan bahwa fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia itu terbagi menjadi fungsi manajerial dan fungsi operatif. 1. Fungsi Manajerial a. Perencanaan, adalah proses penentuan tindakan dalam mencapai tujuan. Fungsi perencanaan manajemen sumber daya manusia adalah memberikan masukan, saran, dan informasi kepada pemimpin perusahaan yang berkaitan dengan karyawan. b. Pengorganisasian, dilakukan setelah perencanaan dibuat dengan matang. Fungsi pengorganisasian bertugas membentuk unit-unit yang terdiri dari fasilitas dan sumber daya manusia. Unit-unit tersebut harus diberi tugas dan fungsinya masing-masing tetapi dengan tujuan yang sama. c. Pengarahan, setelah unit-unit dibuat sesuai dengan fungsinya masingmasing, maka selanjutnya adalah memberikan pengarahan kepada setiap unit dan karyawan untuk mau bekerja tanpa paksaan dan dapat bekerja sama dengan unit lain. d. Pengendalian, fungsi ini dilakukan setelah fungsi perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi pengarahan dilakukan. Fungsi ini berarti mengamati, mengendalikan, dan mengawasi berjalannya proses pencapaian tujuan perusahaan. 2. Fungsi Operatif atau Fungsi Teknis a. Recrutment 21 Manajemen Sumber Daya Manusia harus menemukan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan dalam perusahaan yang dilanjutkan dengan proses seleksi, juga melakukan penempatan sumber daya manusia sesuai dengan keahlian dan kebutuhan perusahaan. b. Development Manajemen Sumber Daya Manusia diharuskan dapat mengembangkan sumber daya manusia yang baru diterima sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja baru dan dapat segera menghasilkan kinerja yang baik. Manajemen Sumber Daya Manusia juga harus memberikan banyak pelatihan guna meningkatkan kemampuan dan keahlian yang karyawan miliki. c. Compensation Kompensasi adalah suatu bentuk penghargaan perusahaan kepada karyawan atas seluruh usaha yang telah mereka lakukan, oleh karena itu fungsi ini sangat penting bagi karyawan itu sendiri. Kompensasi yang biasanya diterima oleh karyawan berupa uang yang biasa diterima setiap bulannya atau biasa disebut dengan gaji/upah. d. Integration Setelah karyawan dapat mengembangkan keahliannya, maka tahap selanjutnya yang harus diperhatikan oleh manajemen sumber daya manusia adalah bagaimana para karyawan dapat merubah sikap dan tingkah laku guna memiliki satu tujuan yaitu mencapai tujuan 22 perusahaan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu akan menjadi tugas para manager tiap departemen untuk mengetahui karakter dari masingmasing karyawannya, sehingga treatment yang akan dilakukan dalam pengintegrasian tepat untuk dilakukan. e. Maintenance Pemeliharaan yang dimaksud adalah bagaiman cara agar para karyawan merasa diperhatikan oleh perusahaan dan bisa menjadi karyawan yang loyal. Hal ini bisa diberikan dalam bentuk uang yang biasanya disebut dengan insentif, atau bentuk lain seperti pemberian asuransi kesehatan, penyediaan alat-alat kerja yang memadai, dan menciptakan lingkungan pekerjaan yang menyenangkan. Jika fungsi pemeliharaan ini kurang diperhatikan bisa jadi akan menjadi penyebab menurunnya motivasi kerja karyawan. f. Separation Fungsi menjamin rasa aman para pegawai saat dilakukannya pensiun, hal ini berhubungan dengan pemberian tunjangan pensiun yang sebetulnya dana tersebut adalah dana potongan gaji karyawan tersebut selama aktif bekerja. pekerjaan yang menyenangkan. Jika fungsi pemeliharaan ini kurang diperhatikan bisa jadi akan menjadi penyebab menurunnya motivasi kerja karyawan. Dari uraian diatas tersebut, jelaslah bahwa peranan manajemen sumber daya manusia, baik yang bersifat manajerial ataupun operatif sangat berguna dalam mendukung pencapaian dari tujuan perusahaaan. 23 2.3 Ruang Lingkup Kepemimpinan 2.3.1 Kepemimpinan Dalam buku The Art of Leadership, Ordway Tead menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Rivai (2005:2), Kepemimpinan (Leadership) adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Nawawi (2006 : 127-128) Kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi aktifitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Menurut Young (dalam Kartono, 2003;23) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. (Miftah Thoha, 2012:259) Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012:488) menyampaikan bahwa, “Leadership is what leaders do. It’s process of leading a group and influencing that group to achieve it’s goals”. “Kepemimpinan adalah apa yang pemimpin lakukan. Itu adalah proses memimpin kelompok dan mempengaruhinya untuk mencapai tujuan.” Kepemimpinan tidak hanya tergantung kepada pribadi seseorang, tetapi juga tergantung situasi di mana pemimpin itu berada. Adair (2000:24) menyatakan bahwa “kepemimpinan itu bersifat spesifik menurut situasi tertentu yang diamati”. Senada dengan Adair, Wursanto (2003:196) memberikan perumusan tentang 24 kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Dalam pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa masalah kepemimpinan tidak terbatas pada organisasi atau kantor saja, tetapi berlaku secara umum. Kepemimpinan dapat digunakan oleh setiap orang dalam segala situasi, dalam segala tingkatan organisasi. Hal ini berarti bahwa setiap pemimpin unit dalam organisasi mulai dari pemimpin puncak (tertinggi) sampai dengan pemimpin unit terendah, diharapkan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi para bawahannya. Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah bagian yang dianggap penting dalam manajemen organisasi, yang dimana melekat pada diri seorang pemimpin dalam bentuk kemampuan dan atau proses untuk mempengaruhi orang lain atau bawahan perorangan atau kelompok, agar bawahan perorangan atau kelompok itu mau berperilaku seperti apa yang dikehendaki pemimpin, dan memperbaiki budayanya, serta memotivasi perilaku bawahan dan mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 2.3.2 Fungsi dan Sifat-sifat Pemimpin Menurut Kartini Kartono (2011:93), fungsi dari kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervise/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan 25 waktu dan perencanaan. Menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa (2011:149), seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang mampu menampilkan dua fungsi penting, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Fungsi tugas berhubungan dengan segala sesuatu yang harus dilaksanakan untuk memilih dan mencapai tujuan-tujuan secara rasional, tugas-tugas tersebut antara lain menciptakan kegiatan, mencari informasi, memberi informasi, memberikan pendapat, menjelaskan, mengkoordinasikan, meringkaskan, menguji kelayakan, mengevaluasi, dan mendiagnosis. Fungsi pemeliharaan berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat atau untuk keberadaan organisasi. Beberapa fungsi tersebut antara lain mendorong semangat, menetapkan standar, mengikuti, mengekspresikan perasaan, menciptakan keharmonisan, dan mengurangi ketegangan. Jika disederhanakan fungsi kepemimpinan adalah memastikan karyawannya mendapatkan segala kebutuhan dalam kegiatan kerja, yang selanjutnya akan melancarkan proses pencapaian tujuan organisasi. Terdapat sepuluh sifat pemimpin yang unggul yang diutarakan oleh G.R Terry (Kartini Kartono, 2011:47), yaitu: 1. Kekuatan. 2. Stabilitas emosi. 3. Pengetahuan tentang relasi insani. 4. Kejujuran. 5. Objektif. 6. Dorongan pribadi. 26 7. Keterampilan berkomunikasi. 8. Kemampuan mengajar. 9. Keterampilan sosial. 10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial Sedangkan Tead dalam Kartono (2009 : 44-47) mengemukanan sepuluh sifat seorang pemimpin, yaitu : 1. Energy jasmania dan mental (psysical and nerveous energy) 2. Kesadaran akan tujuan dan arah ( a sense of prpose and direction) 3. Antusiasme (enthusiasm: semnagat, kegairahan, kegembiraan yang besar) 4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection) 5. Integritas (integrity: kejujuran, ketulusan hati) 6. Penguasaan teknis (technical mastery) 7. Ketegasan dalam pengambilan keputusan (decisiveness) 8. Kecerdasan (intelligence) 9. Keterampilan mengajar (teaching skill) 10. Kepercayaan diri (faith) Dari sepuluh sifat yang diungkapkan oleh Tead diatas, seorang ahli yang bernama Terry dalam Kartono (2009: 47-50) menambahkan sifat pemimpin lainnya sehingga ia dapat dikatakan sebagai pemimpin yang unggul, yaitu: 1. Objektif 2. Memiliki keterampilan berkomunikasi 3. Dorongan pribadi dalam dirinya untuk memimpin 27 Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat diketahui bahwa pemimpin yang unggul harus memiliki semua sifat tersebut. seorang pemimpin harus dapat mnyeimbangkan seluruh sifat dan mewujudkan pada pelaksanaanya ketika para pengikutnya menjadi lebih respek terhadapnya sehingga pengikutnya dapat mematuhi segala peraturan dan perintahnya. 2.3.3 Syarat-Syarat Kepemimpinan Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi. Dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin. Adanya tujuan bersama yang harus dicapai. Kartini Kartono (2006: 36) mengungkapkan bahwa konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu sebagai berikut : 1. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. 2. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “Mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. 3. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa. 28 Sedangkan menurut Kartono (2008:36), konsepsi mengenai persyaratan kepemimpin itu harus dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu: a. kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat sesuatu. b. kewibawaan ialah kelebiha, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keteram pilan teknis maupun social, yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa. Sedangkan Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam buku Creative Thinking How to win ideas yang dikutip oleh Kartono (2008:37) dalam bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan”, menuliskan kemampuan kepemimpinan dan syarat yang harus dimiliki, ialah: 1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri. 2. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan berbeda-beda. 3. Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. 4. Memiliki rasa humo, antusiasme tinggi, suka berkawan. 5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna. 6. Mudah menyesuaikan diri adaptasinya tinggi. 7. Sabar namun ulte, serta tidak “mendek” berhenti. 8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis. 29 9. Komukatif, serta pandai berbicara atau berpidato. 10. Berjiwa wiraswasta 11. Sehat jasmaninya dinamis, sanggup dan suka menerima tugas berat, serta berani mengambil resiko. 12. Tajam firasatnya dan adil pertibangannya. 13. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuannya. 14. Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadaritarget atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealism yang tinggi. 15. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berpengetahuan luas, adil, jujur, optimis, gigih, ulet, bijaksana,mampu memotivasi diri sendiri, berhubungan yang baik dengan bawahan, dimana semua ini didapat dari pengembangan kepribadiannya sehingga seorang pemimpin memiliki nilai tambah tersendiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin. 2.4 Gaya dan Tipe-Tipe Kepemimpinan 2.4.1 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang mengangkut kemampuan dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya kepemimpinan 30 harus terlebih dahulu memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengertu kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki. Berbagai ahli berpendapat, bahwa secara umum kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan dengan bersemangat. Kepemimpinan tidak hanya tergantung kepada pribadi seseorang, tetapi juga tergantung situasi di mana pemimpin itu berada. Adair (2000:24) menyatakan bahwa “kepemimpinan itu bersifat spesifik menurut situasi tertentu yang diamati”. Siapa yang menjadi pemimpin suatu kelompok tertentu melibatkan diri dalam kegiatan tertentu dan karakter-karakter kepemimpinan yang berperan dalam kasus tertentu merupakan fungsi dari situasi yang spesifik. Ada variasi besar dalam karakteristik individu-individu yang menjadi pemimpin dalam situasi yang sama dan bahkan perbedaan itu cukup besar lagi dalam perbedaan perilaku kepemimpinan dalam situasi yang berbeda. Senada dengan Adair, Wursanto (2003:196) memberikan perumusan tentang kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Dalam pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa masalah kepemimpinan tidak terbatas pada organisasi atau kantor saja, tetapi berlaku secara umum. Masalah kepemimpinan juga tidak hanya menjadi milik atau monopoli seseorang yang menyandang predikat sebagai kepala atau manajer dalam suatu perusahaan atau kantor. Kepemimpinan dapatdigunakan oleh setiap orang dalam segala situasi, dalam segala tingkatan organisasi. Hal ini berarti bahwa setiap pemimpin 31 unit dalam organisasi mulai dari pemimpin puncak (tertinggi) sampai dengan pemimpin unit terendah, diharapkan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi para bawahannya. Menurut Tjiptono (2006:161) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, keterampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakantindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. (Hersey, 2004:29). Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya (Nawawi, 2003:115). Beberapa gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2003 : 15) antara lain adalah sebagai berikut : a. Gaya Kepemimpinan Demokratis. Kepemimpinan Demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu 32 pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. b. Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya Otoriter ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya penentu, penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. c. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) Pada gaya kepemimpinan laissez faire ini sang Pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberikan banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan kegiatan. Menurut Rivai (2002:122) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu : a. Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator. Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. b. Gaya Kepemimpinan Demokratis 33 Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. c. Gaya Kepemimpinan Bebas Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan. Menurut Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas (Kartono, 2008) mengemukakan gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Otokratis pemimpin yang demikian bekerja keras, bersungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan intruksi-intruksinya harus ditaati. b. Demokratis pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya dan bersifat terbuka. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatankegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. 34 Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Laissezfaire pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama. 2.4.2 Tipe-tipe Kepemimpinan Seseorang dapat dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Sedangkan kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dalam mewujudkan tujuan organisasi. Ada beberapa tipe kepemimpinan yang diutarakan oleh G.R Terry yang kembali dikutip oleh Suwatno dan Donni Juni Priansa (2011:156) , yaitu: 35 1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership) Dalam tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya, sehingga timbul hubungan pribadi yang intim. 2. Kepemimpinan Non-Pribadi (Non-Personal Leadership) Dalam tipe ini hubungan antara pimpinan dengan bawahannya melalui perencanaan dan instruksi-instruksi tertulis. 3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership) Dalam tipe ini pimpinan melakukan hubungan dengan bawahannya dengan sewenang-wenang sehingga sebetulnya bawahannya melakukan semua perintah bukan karena tanggung jawab tetapi lebih karena rasa takut. 4. Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership) Tipe kepemimpinan ini tidak memberikan tanggung jawab kepada bawahan untuk bisa mengambil keputusan sendiri karena selalu dibantu oleh pemimpinnya, hal ini berakibat kepada menumpuknya pekerjaan pemimpin karena segala permasalah yang sulit akan dilimpahkan kepadanya. 5. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership) Dalam setiap permasalahan pemimpin selalu menyertakan pendapat para bawahnnya dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka akan merasa dilibatkan dalam setiap permasalahan yang ada dan merasa bahwa pendapatnya selalu diperhitungkan, dengan begitu mereka akan 36 melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab akan pekerjaannya masingmasing. 6. Kepemimpinan Bakat (Indigenous Leadership) Pemimpin tipe ini memiliki kemampuan dalam mengajak orang lain, dan diikuti oleh orang lain. Para bawahan akan senang untuk mengikuti perintah yang diberikan karena pembawaannya yang menyenangkan. Sedangkan menurut Buchari (2003:134) ada beberapa tipe-tipe kepemimpinan, yaitu : 1. Tipe kharismatik Merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan diikuti oleh para pengikutnya. Pimpinan ini mempunyai kekuatan gaib, manusia super, berani dan sebagainya. 2. Tipe laissez faire Tipe ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri, semua pekerjaan dan tanggung jawab. 3. Tipe demokratis Tipe ini berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada pengikutnya.Tipe ini menekankan pada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara karyawan.Kekuatan organisasi tipe ini pada partisipasi aktif dari para karyawan. 4. Tipe populistis 37 Yaitu mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada nilainilai masyarakat. 5. Tipe administrasi Yaitu pemimpin administrasi yang secara mampu menyelenggarakan efektif.Dengan kepemimpinan tugas-tugas administratif diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan perkembangan sosial. 6. Tipe peternalistis Yaitu bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau seorang ibu yang penuh kasih sayang.Pemimpin tipe ini kurang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berinisiatif dalam mengambil keputusan. 7. Tipe otokratis Yakni berdasarkan kekuatan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.Pemimpin berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi raja.Setiap perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut. 8. Tipe militeristis Banyak menggunakan sistem perintah, sistem komandodari atasan ke bawahan, sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu patuh, penuh secara formalitas. Tipe kepemimpinan yang dikemukakan merupakan karakter dari pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus dapat menilai dan 38 menganalisis apa yang dibutuhkan oleh para karyawan sehingga ia dapat mengkombinasikan tipe-tipe kepemimpinan dalam pelaksanaan kepemimpinannya dalam mencapai totalitas kepemimpinan. Menurut White dan Lippit dalam Reksohadiprodjo dan handoko (2001:298), mengemukakan tiga tipe kepemimpinan, yaitu: 1. Otokratis Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin, teknik-teknik dan langkah-langkah diatur oleh atasan setiap waktu, sehingga langkahlangkah yang akan dating selalu tidak pasti utnuk tingkat yang luas, pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap anggota, pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya. 2. Demokratis Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atu lebih alternative prosedur yang dapat dipilih, para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok, pemimpin adalah obyektif atau “fack-mainded” dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dn semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan. 39 3. Laissez-faire Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi minimal dari pemimpin, bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saaat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dari diskusi kerja, sama seklai tidak ada pasrtisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas, kadang-kadang memberi komentar sponsor terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak ada maksud menilai atau mengatur suatu kejadian. Penggunaan tipe atau gaya kepemimpinan tersebut akan selalu berubah secara bergantian sesuai dengan perubahan situasi yang dihadapi oleh pemimpin bersangkutan. Dalam situasi tenang dan dalam mengahadapi masalah-masalah memerlukan pikiran bersama antara pemimpin dengan pelaksanaanya, dengan sendirinya saat memimpin memberikan pengarahan atau perintah yang kaku. Tetapi, pada saat lain ia memberikan saran. Oleh karena itu, tidak ada tipe atau gaya kepemimpinan yang lebih baik semua tergantun kepada situasi atau lingkunganya. Ralph and Lippit (2000:26-27). 2.4.3 Teori-teori Kepemimpinan Menurut Pamuji (dalam Nawawi, 2006;37) Kepemimpinan (leadership) kepemimpinan merupakan kualitas hubungan atau interaksi antar si pemimpin dan pengikut dalam situasi tertentu, sedangkan management merupakan fungsi atau status atau wewenang (authority); jadi kepemimpinan menekankan kepada pengaruh terhadap pengikut (wibawa) sedangkan management menekankan pada 40 wewenang yang ada .Berikut ini adalah teori-teori gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Thoha (2001 : 33) yaitu : 1. Teori Sifat (Trait Theory) Keith Davis merumuskan 4 sifat umum yang tampaknya mempunyai pengaruh terhadap gaya kepemimpinan organisasi, yaitu: a. Kecerdasan b. Kedewasaan dan kekuasaan hubungan social c. Motivasi diri dan berprestasi d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan 2. Teori Kelompok Teori kelompok dalam kepemimpinan ini dasar perkembangannya berakar dari psikologi sosial. Suatu hasil penelitian ulang yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan membantu pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan. 3. Teori Situasional dan Kontijensi Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan Model Kontijensi Kepemimpinan yang efektif (A contigency Model of Leadership effektiveness). Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan, yaitu: - Hubungan pemimpin dengan anggota - Derajat dari struktur tugas 41 Sedangkan Mulyadi dan Rivai (2009) mengekemukakan beberapa teori kepemimpinan, yaitu: 1. Teori Sifat Teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifatsifat yang tampak dari pemimpin. Asumsi dasar dari teori ini adalah keberhasilanpemimpin disebabkan karena sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang dirasa layak untuk memimpin. Adapun sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, antara lain: a. Inteligensia. Seorang pemimpin memiliki kecerdasan diatas para bawahannya. Pemimpin dengan kecerdasannya itulah dapat mengatasi masalah yang timbul dalam organisasi, dengan cepat mengetahui permasalahan apa yang timbul dalam organisasi, menganalisis setiap permasalahan, dan dapat memberikan solusi yang efektif, serta dapat diterima semua pihak. b. Kepribadian. Seorang pemimpin memiliki kepribadian yang menonjol yang dapat dilihat dan dirasakan bawahannya, seperti: - Memiliki sifat percaya diri, dan rasa ingin tau yang besar. - Memiliki daya ingat yang kuat. 42 - Sederhana, dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak. - Mau mendengarkan masukan (ide), dan kritikan dari bawahan. - Peka terhadap perubahan globalisasi, baik itu perubahan lingkungan, teknologi, dan prosedur kerja. - Mampu beadaptasi dengan perubahan-perubahan yang timbul. - Berani dan tegas dalam melaksanakan tugas pokoknya, dan dalam mengambil sikap, serta mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi dan pegawainya. - Mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam organisasi. c. Karakteristik fisik. Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi pemimpin dengan melihat karakteristik fisiknya, yaitu: usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan. 2. Teori perilaku Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang bias dipelajari. Jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan meraih keefektifan dalam memimpin. Teori ini memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu: fungsi kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan. Terdapat dua fungsi kepemimpinan, yaitu: a. Fungsi yang berorientasi tugas. 43 b. Fungsi yang berorientasi orang atau pemeliharan kelompok (sosial). Suprayetno dan Brahmasari (2008) menyebutkan beberapa tugas pemimpin adalah sebagai berikut: a. Peranan yang bersifat interpersonal. Maskudnya adalah seorang pemimpin dalam organisasi adalah simbol akan keberadaan organisasi, bertanggungjawab untuk memotivasi dan mengarahkan bawahannya. b. Peranan yang bersifat informasional. Maksudnya yaitu seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima, dan penganalisis informasi. c. Peranan pengambilan keputusan. Maksudnya ialah seorang pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa startegi-strategi untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan, dan bernegosiasi. 3. Teori situasional Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ataupun teori ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia. Sholeha dan Suzy (1996) mengemukakan bahwa dalam teori 44 ini kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor situasi dalam organisasi, dan faktor situasi diluar organisasi, antara lain: a. Faktor situasi diluar organisasi: sosial dan budaya yang berkembang, perubahan globalisasi, dan kondisi perekonomian. Faktor situasi dalam organisasi: kepribadian dan latar belakang pemimpin, pengharapan dan perilaku atasan, tingkatan organisasi dan besarnya kelompok, pengharapan dan perilaku bawahan. 2.4.4 Cara Pengukuran Tipe Kepemimpinan Penggunaan tipe atau gaya kepemimpinan akan selalu berubah secara bergantian sesuai dengan perubahan situasi yang dihadapi oleh pemimpin bersangkutan. Dalam situasi tenang dan dalam mengahadapi masalah-masalah memerlukan pikiran bersama antara pemimpin dengan pelaksanaanya, dengan sendirinya saat memimpin memberikan pengarahan atau perintah yang kaku. Tetapi, pada saat lain ia memberikan saran. Oleh karena itu, tidak ada tipe atau gaya kepemimpinan yang lebih baik semua tergantung kepada situasi atau lingkunganya. Ralph and Lippit (2000:26-27). Menurut davis yang dikutip oleh Reksohadiprodjo dan Handoko (2003:290-291), ciri-ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin : 1. Kecerdasan (Intelligence) Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat berbeda. 45 2. Kedesawaan, social dan hubungan social yang luas (Social Maturity and Breadht) Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas. 3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik. 4. Sikap-sikap hubungan manusiawi Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahannya. Disamping itu untuk melihat gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat dilihat melalui indikator-indikator. Menurut Siagian (2002;121), indikatorindikator yang dapat dilihat sebagai berikut : 1. Iklim saling percaya 2. Penghargaan terhadap ide bawahan 3. Memperhitungkan perasaan para bawahannya 4. Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan 5. Perhatian pada kesejahteraan bawahan 6. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja pada bawahan menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya 7. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional dalam 46 2.5 Motivasi Kerja 2.5.1 Definisi Motivasi Kerja Setiap kegiatan yang dilakukan manusia, pasti didasarkan oleh sebuah motivasi tertentu. Hal ini bertujuan untuk menggerakkan manusia dalam mencapai sesuai yang diinginkannya. Jika motivasi manusia itu tinggi, maka energi yang dihasilkan akan tinggi. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka energi yang dihasilkannya rendah pula. Sumber dari motivasi setiap orang berbeda-beda, karena tidak ada manusia yang sama. Akan tetapi yang paling penting adalah bahwa dengan motivasi yang dimilikinya itu, orang tersebut akan lebih mempunyai ketahanan dan kekuatan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Motivasi menurut Hasibuan (2007:143) adalah pemberian daya gerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Menurut Mangkunegara (2007:61) bahwa “motivasi terbentuk dari sikap atau (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja diperusahaan (situation). Sedangkan menurut Panggabean (2004 : 4), motivasi pegawai adalah faktor yang mendorong pegawai melakukan pekerjaannya dengan baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat dirinya menjadi aktif dinamis dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri maupun dari luar diri karyawan tersebut. dengan melihat definisi-definisi diatas motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan tinggi dan luhur, serta meningkatkan kegairahan bersama. Masing-masing pihak bekerja menurut aturan atau ukuran yang ditetapkan dengan saling menghormati, saling 47 membutuhkan, saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan proses kerja operasional. 2.5.2 Aspek-Aspek Motivasi Seorang pemimpin harus memberikan perhatian kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat pegawai terhadap pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya maka hasratnya akan menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya. Sedangkan motivasi dimaksudkan untuk merangsang pegawai untuk lebih giat dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Brahmasari dan Suprayetno, 2008). Dengan adanya motivasi tersebut diharapkan pegawai memiliki kemauan dan kemampuan yang lebih dalam bekerja sehari-hari, sehingga kinerja pegawai dapat dikatakan meningkat (Wardono, 2012). Menurut Mangkunegara (2011) terdapat 6 karakteristik karyawan yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yaitu : 1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi 2. Berani mengambil dan memikul resiko 3. Memiliki tujuan yang realistic 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan 5. Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan 48 6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Veithzal Rivai (2005:456), mengatakan bahwa aspek-aspek yang memperngaruhi motivasi adalah sebagai berikut : 1. Rasa aman dalam bekerja. 2. Mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif. 3. Lingkungan kerja yang menyenangkan. 4. Penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adi dari manajemen. Tiga aspek utama yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan menurut A.A. Prabu Mangkunegara (2010:74), yaitu: 1. Perbedaan karakteristik individu meliputi kebutuhan, minat, sikap, dan nilai. 2. Perbedaan karakteristik pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan jabatan untuk setiap pekerjaan, yang menuntut penempatan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya. 3. Perbedaan karakteristik organisasi (lingkungan kerja) yang meliputi peraturan kerja, iklim kerja, dan budaya kerja yang disepakati. Motivasi akan memicu diri karyawan untuk dapat bekerja dengan lebih keras. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi harus mengetahui kebutuhan dan harapan para karyawannya agar dapat memotivasi karyawan sehingga akan lebih mudah untuk organisasi menempatkan karyawan pada posisi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi bersama. 49 2.5.3 Prinsip-prinsip Dalam Motivasi Menurut Mangkunegara (2007:61-62) terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, yaitu: 1. Prinsip partisipasi Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin. 2. Prinsip komunikasi Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 3. Prinsip mengakui andil bawahan Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih dimotivasi kerjanya. 4. Prinsip pendelegasian wewenang Pemimpin yang otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. 50 5. Prinsip memberi perhatian Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin. Didalam bukunya Mangkunegara (2011:100) memaparkan satu persatu prinsip – prinsip dalam memotivasi pegawai, yaitu : 1. Prinsip Partisipasi Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin. 2. Prinsip Komunikasi Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapian tujuan, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasikan kerjanya. 3. Prinsip Mengakui Andil bawahan Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut pegawai akan termotivasi untuk berdedikasi lebih tinggi dalam pekerjaannya. 4. Prinsip Pendelegasian Wewenang. Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai untuk sewaktu - waktu dapat mengambil keputusan 51 terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi dalam bekerja. 5. Prinsip Memberi Perhatian Pemimpin Memberikan perhatian kepada pegawai bawahan dalam bekerja dengan memberikan apa yang diinginkan pegawai tersebut untuk menunjang pekerjaanya. Hal tersebut akan memotivasi pegawai tersebut dalam bekerja. 2.5.4 Teori-Teori Motivasi Ada beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut; (Sondang P. Siagian, 2011:287-294) 1. Teori Abraham H. Maslow menyebutkan bahwa motivasi terbentuk karena 5 hierarki kebutuhan; a. Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan, dan papan; b. Kebutuhan keamanan, keamanan yang dimaksud bukan hanya keamanan secara fisik, tetapi juga secara psikologi dan intelektual; c. Kebutuhan sosial, pengakuan akan keberadaan dan pemberian penghargaan atas harkat dan martabatnya; d. Kebutuhan prestise, bahwa semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi 52 yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. 2. Teori “ERG” Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari Universitas Yale. Existence, Relatedness, dan Growth dimana sebenarnya jika didalami ketiga kata tersebut memiliki maksud yang dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Existence sama dengan hierarki kebutuhan pertama dan kedua pada teori motivasi Maslow, Relatedness sama dengan hierarki ketiga dan keempat pada teori motivasi kerja Abraham Maslow, dan Growth mengandung arti yang sama dengan kebutuhan dalam aktualisasi diri. Teori motivasi “ERG” lebih lanjut akan menghasilkan fakta bahwa; a) Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, maka semakin besar pula keinginan untuk memuaskannya. b) Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang “lebih rendah” telah terpuaskan. c) Semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar. 3. Teori Herzberg Menurut teori ini motivasi banyak dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (hygine). Faktor intrinsik berasal dari dalam diri masingmasing 53 individual, dan faktor ekstrinsik berasal dari luar, seperti lingkungan dan organisasi yang dapat membentuk pribadi tersebut dalam proses pencapaian tujuannya. 4. Teori Keadilan Teori ini menyebutkan bahwa seseorang memiliki sifat untuk selalu menyetarakan antara usaha yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan imbalan yang diterimanya. Jika imbalan yang diterima dirasakan kurang adil, maka kemungkinan mereka akan meminta imbalan yang lebih besar atau memberikan usaha yang lebih sedikit untuk organisasinya. 5. Teori Harapan Teori ini dikemukakan oleh Victor H.Vroom dalam bukunya yang berjudul “Work and Motivation”. Teori ini menyebutkan bahwa jika seseorang memiliki harapan untuk mendapatkan sesuatu dan mengetahui ada jalan untuk mendapatkannya, maka motivasi untuk memenuhi harapan tersebut akan semakin tinggi. 6. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku Teori motivasi ini menyebutkan bahwa yang mempengaruhi motivasi seseorang bukan hanya karena kebutuhan, tetapi juga faktor-faktor dari luar dirinya. Manusia cenderung akan mengulangi hal yang dapat memberikan keuntungan bagi dirinya, dan menghindari hal yang dapat merugikan, dimana hal tersebut bisa jadi merubah perilaku asal dari individu tersebut. 54 7. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi Teori ini sebenarnya adalah hasil dari penyempurnaan teori-teori sebelumnya oleh para ahli. Pada teori ini dihasilkan faktor-faktor eksternal dan internal yang apabila berinteraksi secara prositif maka akan menghasilkan motivasi kerja yang tinggi pada diri karyawan. Faktor eksternal tersebut antara lain; jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya, dan sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. Sedangkan factor internal yang dimaksud antara lain; persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. 8. Teori Motivasi “Tiga Kebutuhan” Teori ini dikemukakan oleh David McCleland, ia berpendapat bahwa seseorang akan memiliki motivasi tinggi jika didasari oleh “Need forAchievement” (nAch), “Need for Power” (nPo), dan “Need for Affilliation” (nAff). Need for Achievement berarti bahwa seseorang selalu ingin dipandang berhasil dalam hidupnya, dengan keberhasilan yang dimilikinya secara pasti bahwa segala kebutuhannya akan bisa dipenuhi. Keberhasilan yang dimaksud juga dapat berlaku dalam berumah tangga. Need for Power memiliki arti bahwa seseorang memiliki kebutuhan untuk mempengaruhi orang lain, dan berusaha untuk menguasai orang lain. Orang dengan nPo yang tinggi akan cenderung tidak terlalu peduli dengan pekerjaan yang tidak dapat memperbesar kemungkinannya untuk 55 memperluas kekuasaan, dan kemungkinan untuk dapat mempengaruhi orang lain. Need for Afilliation memiliki arti bahwa setiap orang memiliki kebutuhan akan lingkungan yang bersahabat dan dapat bekerja sama dalam berorganisasi. Kebutuhan berafiliasi akan membuat seseorang cenderung menghilangkan suasana yang berpotensi menyebabkan persaingan, namun hal ini tentunya tidak akan menghambat keberhasilan seseorang dalam bekerja karena tentunya keterampilan dalam bekerja sama yang baik menjadi salah satu faktor seseorang dapat bekerja dengan baik. (Miftah Toha, 2012:235) 2.5.5 Cara Pengukuran Motivasi Kerja Motivasi adalah suatu tindakan atau perilaku terhadap suatu pekerjaan dengan tujuan ingin mendapatkan hasil kerja yang memuaskan. Menurut Mangkunegara (2007:61) bahwa “motivasi terbentuk dari sikap atau (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja diperusahaan (situation). Istilah motivasi dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive). Orang yang satu berbeda dengan lainnya, selain terletak pada kemampuannya untuk bekerja juga tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Kekuatan motivasi tenaga kerja untuk bekerja/berkinerja secara langsung tercermin sebagai upayanya dalam mengukur seberapa jauh seorang karyawan bekerja keras, upaya ini mungkin menghasilkan kinerja yang baik atau sebaliknya. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2002;175), mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat mengubah motivasi menjadi kinerja adalah sebagai berikut : 56 1. Tenaga kerja harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Tanpa kemampuan dan upaya yang tinggi tidak mungkin mrnghasilkan kinerja yang baik. 2. Persepsi tenaga kerja yang bersangkutan tentang bagaimana upayanya dapat diubah menjadi kinerja. Salah satu cara untuk mengukur motivasi tenaga kerja adalah dengan menggunakan teori pengharapan (expectation theory). Teori pengharapan adalah sesuatu yang bermanfaat untuk mengukur sikap para individu guna membuat suatu permasalahan motivasi. Pengukuran semacam ini dapat membantu manajemen tenaga kerja dalam memahami mengapa tenaga kerja terdorong bekerja atau tidak, apa yang memotivasinya diberbagai bagian dalam perusahaan dan seberapa jauh berbagai cara pengubahan dapat efektif memotivasikan kinerja/prestasi. 2.6 Penelitian Terdahulu Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian. 57 Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Riset Penelitian Terdahulu No Peneliti Jenis Penelitian Judul Hasil Penelitian 1 Bryan Journal Pengaruh gaya Berdasarkan hasil pengujian secara statistik dan dapat terlihat dengan jelas bahwa secara parsial Johannes kepemimpinan Tampi motivasi terhadap (individu) semua variabel bebas berpengaruh (2014) kinerja karyawan terhadap variabel terikat. Pengaruh yang pada Negara TBK PT Bank Indonesia, (REGIONAL SALES MANADO) diberikan kedua variabel bebas tersebut bersifat positif artinya kepemimpinan semakin dan tinggi motivasi gaya maka mengakibatkan semakin tinggi pula kinerja karyawan yang dihasilkan. Penjelasan dari pengaruh masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut: Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai thitung sebesar 2,098 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0,043 tersebut lebih kecil dari 0,05, dengan demikian membuktikan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja 58 Karyawan Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja karyawan. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai thitung sebesar 3,909 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0,000 tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa secara statistik membuktikan berpengaruh bahwa positif terhadap motivasi kinerja karyawan. Artinya bahwa ada pengaruh antara variabel motivasi terhadap kinerja karyawan. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan Nilai R Square yang didapat sebesar 0,637 atau 63,7% menjelaskan besarnya pengaruh variabel X (gaya kepemimpinan dan motivasi) terhadap variabel Y (kinerja karyawan). Nilai R Square di atas dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 63,7% sedangkan sisanya 36,3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti dalam penelitian ini seperti atmosfir kerja, penempatan, 59 pendidikan dan variabel lainnya. 2 Pengaruh Gaya Tujuan Podungge, Kepemimpinan seberapa besar pengaruh Gaya Kepemimpinan S.Pd,.M Partisipatif Partisipatif Terhadap Pengambilan Keputusan .AP & Terhadap di Desa Longalo Kecamatan Bulango Utara Moh. Pengambilan Kabupaten Bone Bulango. Agussalim Keputusan Di Desa penelitian yang digunakan adalah kuantitatif Monoarfa, Longalo Kecamatan dengan alat analisis regresi sederhana. Metode . SE.,MM Bulango Utara ini dapat di artikan sebagai metode penelitian (2014) Kabupaten Bone yang berdasarkan filsafat positivis, digunakan Bulango untuk meneliti pada populasi atau sampel Robiyati Skripsi penelitian tertentu, ini pengumpulan untuk mengetahui Adapun jenis data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dari hasil analisis regresi diperoleh persamaan regresi Ý= 19.045+0.404. Dari persamaan tersebut, dapat dijelaskan bahwa nilai konstan untuk variabel Y (pengambilan keputusan) sebesar -0.908, atau menjelaskan bahwa jika seluruh instrumen yang digunakan pada penelitian ini atau variabel memiliki X (kepemimpinan pengaruh partisipatif) terhadap variabel pengambilan keputusan, maka diperoleh ratarata sebesar -0.908 satuan bagi pengambilan keputusan. 3 Floriana Skripsi Pengaruh Penelitian ini dilakukan dengan jumlah 60 dan populasi sebanyak 115 orang. Pengambilan Kerja data dengan menggunakan sensus, sehingga Terhadap Kinerja data diambil dari seluruh populasi. Adapun Karyawan Galeri variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi Cimbuleuit Hotel dua, yaitu variabel independen dan dependen. Apartemen Variabel independen terdiri dari kepemimpinan Sari Kepemimpinan (2013) Motivasi dan Bandung dan motivasi kerja karyawan, dan variabel dependennya adalah kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan dengan menguji validitas dan reliabilitas instrument, selanjutnya data dianalisis menggunakan metode analisis jalur (path analysis), dan diuji menggunakan Uji F. Setelah dilakukan penelitian, dan melalui proses analisis data diperoleh hasil bahwa secara parsial kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, yaitu sebesar 15,6% dan 22,6%, sedangkan secara simultan kedua variabel memiliki pengaruh sebesar 38,2% terhadap kinerja karyawan, 61,8% lainnya berasal dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada ini. Berdasarkan hasil analisis juga didapatkan persamaan struktur: = 0,444 ଵ+ 0,517 ଶ + 0,786ߝ 61 4 Gita Skripsi Pengaruh Gaya Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Rakasiwa Kepemimpinan pengaruh gaya kepemimpinan (2012) Terhadap Motivasi motivasi kerja pegawai pada PDAM Tirta kerja Pegawai Pada Betuah Kabupaten Banyuasin. Penulis memilih PDAM Tirta Betuah seluruh pegawai sebagai responden yaitu Kabupaten sebanyak 90 orang sebagai sampel dengan cara Banyuasin Sampling Jenuh.Gaya mempunyai pengaruh yang terhadap kepemimpinan positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai PDAM Tirta Betuah Kabupaten Banyuasin. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji regresi diperoleh koefisien sebesar 0,554 dan nilai thitung sebesar 9,285. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja sebesar 49,5 %, sisanya 51,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor gaji pegawai, faktor budaya dan lingkungan kerja serta faktor lainnya. Gaya kepemimpinan yang dipakai pada PDAM Tirta Betuah kepemimpinan demokrasi. adalah gaya 62 2.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana landasan teori yang telah dijabarkan berhubungan secara logis dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 2006). Sebuah model yang baik dapat menjelaskan hubungan antar variabel penelitian, yakni variabel independen dan variabel dependen (Ferdinand, 2006). Setelah kita ketahui bahwa sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam setiap perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan perusahaan, akan tetapi semua itu tidak akan selalu berjalan dengan lancar, seringkali setiap perusahaan mengalami masalah menyangkut sumber daya manusia diantaranya tentang rendahnya motivasi kerja pegawai. Salah satu penyebab rendahnya motivasi kerja pegawai diakibatkan dari pengaruh kepemimpinan dari seorang pemimpin. 2.7.1 Hubungan antara Tipe Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Karyawan Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan motivasi di dalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008). Pemimpin yang berhasil bukanlah yang berhasil dari sisi luas tidaknya kekuasaan, namun lebih karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Perwujudan dari setiap kata dan langkah senantiasa mampu memberi pengaruh kuat kepada orang lain. Seorang pemimpin akan membimbing orang lain, 63 mengarahkan orang lain, dan akan memberikan kekuatan pada orang lain, akan memikul tanggung jawab yang paling besar dimana ia harus menanggung resiko dari pemikiran dan tindakan orang lain akibat pengaruh yang ia tanamkan. Kepemimpinan yang efektif sangat diperlukan untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahannya tersebut bekerja secara optimal, penuh semangat, dan mau bekerja sama (Kartono : 2008). Dalam hal ini efektifitas kepemimpinan dapat membantu sebuah organisasi dalam pencapaian hasil yang diinginkan. Pada intinya, penerapan gaya kepemimpinan yang baik akan mempengaruhi motivasi kerja, dimana hasil kerja efektif sangat diperlukan karena akan menguntungkan bagi kepentingan organisasi atau perusahaan (Wirjana:2006). Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu Otokratis Demokratis TIPE KEPEMIMPINAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN Laissez-faire Sumber : konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini 64 2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori dan penelitian terdahulu, serta merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, dimana jawaban itu masih bersifat lemah, dan perlu dilakukan pengujian secara empiris kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Jika tipe kepemimpinan dilakukan dengan efektif maka motivasi kerja karyawan tinggi”