87203.020 (Pendidikan Ekonomi- FPIPS) 2 SKS/MODUL MATERI POKOK PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Oleh DRA. SRI PUJI ASTUTI M.M FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IKIP PGRI JEMBER 2013 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………. 1 DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… 2 TINJAUAN MATA KULIAH ……………………………………………………………. 4 Modul 1: Konsep-konsep Dasar Pendidikan Ilmu Sosial ……………………… 6 Pendahuluan .....………………………………………………………………………. 6 Uraian Materi ………………………………………………… Latihan ……………………………………………................ 19 Rangkuman ………………………………………………..... 19 Tes Formatif …………………………………………..…….. 22 Umpan Balik dan Tindak lanjut …………………….………. 24 Kunci Jawaban Tes Formatif …………………..………….. 24 Daftar Pustaka …………………………………………….. 7 25 Modul 2: Landasan dan Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia 26 Pendahuluan .....……………………………………………………….……………. 26 Uraian Materi ……………………………………………….. 27 Latihan ……………………………………..……................. 30 Rangkuman ………………………………………………..... 31 Tes Formatif …………………………………………..…….. 32 Umpan Balik dan Tindak lanjut …………………….………. 34 Kunci Jawaban Tes Formatif ……………………………….. 34 Daftar Pustaka …………………………………..………….. 35 2 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Modul 3 : Tujuan dan Materi Pendidikan Ilmu Sosial ……………...…………. 36 Pendahuluan .....……………………………………………………….………… …. 36 Uraian Materi ……………………………………….……… Latihan …………………………………..………................. 53 Rangkuman ………………………………………………..... 54 Tes Formatif …………………………………………..…….. 56 Umpan Balik dan Tindak lanjut …………………….………. 57 Kunci Jawaban Tes Formatif …………………….………… 58 Daftar Pustaka ……………………………………………… 58 37 Modul 4: Model/Strategi Pembelajaran Ilmu Sosial di Sekolah ……………. 59 Pendahuluan .....…………………………………………………… ………………. 59 Uraian Materi ……………………………… ….……………. 60 Latihan ……………………………………… ……............... 64 Rangkuman ………………………………… ……………..... 64 Tes Formatif ………………………………… ………..…….. 66 Umpan Balik dan Tindak lanjut …………………….………. 67 Kunci Jawaban Tes Formatif ………………………… … 68 Daftar Pustaka ………………………………………………. 69 3 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial TINJAUAN MATA KULIAH Mata kuliah Pendidikan Ilmu sosial mempunyai Kompetensi Dasar, mampu menguasai ruang lingkup substansi Pendidikan Ilmu social sebagai landasan untuk pelaksanaan tugas kependidikan dan tugas yang relevan. Secara sederhana Pendidikan Ilmu sosial adalah pendidikan mengenai disiplin-disiplin ilmu sosial. Di Perguruan Tinggi ada benarnya karena mahasiswa yang memilih salah satu disiplin ilmu sosial dididik dalam berfikir menurut disiplin ilmu itu, dan dikembangkan perhatiannya kepada studi disiplin yang bersangkutan, menguasai teori yang dianggap mutakhir dan valid, serta dilatih bekerja menurut metode kerja keilmuan dalam suatu penelitian. Bagaimana dengan pendidikan di Sekolah? Apakah sama dengan yang ada di perguruan tinggi? Oleh karena itu materi ini mengulas bagaimana Pendidikan Ilmu Sosial harus diberikan di Sekolah. Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mahasiswa mampu menganalisis Konsep – Konsep Dasar Pendidikan Ilmu Sosial. 2.Mahasiswa mampu menganalisis Landasan-landasan dan sejarah perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia. 3. Mahasiswa mampu menganalisis masalah Tujuan dan Materi Pendidikan Ilmu Sosial 4. Menganalisis Model/Strategi Pembelajaran Ilmu Sosial di sekolah. Adapun secara terinci dikemukan, setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu untuk : 1.1. Mendefinisikan Pendidikan Ilmu Sosial 1.2. Membandingkan Konsep Pendidikan Ilmu Sosial dengan Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial 1.3. Membedakan Konsep Pendidikan Ilmu Sosial dengan Konsep Ilmu Sosial 1.4. Menghubungkan Konsep Pendidikan Ilmu Sosial dengan Konsep Ilmu Sosial. 2.1. Menjelaskan Macam-macam Landasan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia. 2.2. Mendeskripsikan Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia. 4 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 3.1. Mengidentifikasikan Macam Tujuan Pendidikan Ilmu Sosial. 3.2. Mengeksplorasi Berbagai Sumber Materi Pendidikan Ilmu Sosial. 3.3. Mengeksplorasi macam-macam materi PIS. 3.4. Mengeksplorasi isi materi PIS.. 3.5. Menjelaskan macam-macam dan alternative sekuensi materi PIS 3.6. Menjelaskan macam dan alternative organisasi materi PIS. 4.1. Mendeskripsikan macam dan bentuk model/strategi pembelajaran kognitif dalam pembelajaran IS di sekolah.. 4.2. Mendiskripsikan macam dan bentuk model/strategi afektifdalam pembelajaran Ilmu Sosial di Sekolah. Oleh karena itu materi matakuliah ini menyajikan materi dalam 4 modul sebagai berikut : Modul 1 : Konsep – Konsep Dasar Pendidikan Ilmu Sosial. Modul 2: Landasan-landasan dan sejarah Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia. Modul 3: Masalah Tujuan dan Materi Pendidikan Ilmu Sosial Modul 4: Model/Strategi Pembelajaran Ilmu Sosial di sekolah. Anda yang berhasil dengan baik menguasai mata kuliah ini, ikuti petunjuk umum sebagai berikut : a. Bacalah modul demi modul sampai pada tingkat kepuasaan paling rendah 80 %. b. Gunakan bahan pendukung dengan baik untuk memperkuat pemahaman Anda. c. Gunakan pertemuan kelompok kecil dan pertemuan tutorial untuk memantapkan penguasaan Anda. 5 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial KONSEP – KONSEP DASAR Modul 1 : PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Pendahuluan Pada modul pertama pada kegiatan ini Anda akan diajak untuk menganalisa konsep-konsep dasar Pendidikan Ilmu Sosial. Anda mungkin sudah seringkali mendengar atau membaca istilah ilmu sosial. Dalam dunia ilmu pengetahuan, ilmu sosial merupakan cabang ilmu yang besar dan mempunyai pengaruh yang besar pula, untuk dapat dipelajari. Adanya pengaruh yang besar ini tidak mengherankan apabila diiingat bahwa ilmu sosial adalah cabang ilmu yang mempelajari kehidupan manusia, mengingat Pendidikan Ilmu Sosial menggambarkan dua istilah yaitu Pendidikan dan Imu Sosial maka terlebih dulu diketahui apa Pendidikan baru dibahas Ilmu Sosial. Sesuai dengan tujuannya maka pembahasan dimulai dengan pengertian pendidikan dan ilmu sosial. Oleh karena itu apa sebetulnya ruang lingkup konsep dasar Pendidikan Ilmu Sosial pada modul pertama ini?, akan dibahas sebagai berikut : 1.1. Definisi Pendidikan Ilmu Sosial 1.2. Pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial 1.3. Pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Sosial. Konsep ini perlu diketahui lebih dahulu, oleh karena itu agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini, ikuti petunjuk di bawah ini : 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari. 2. Bacalah dengan baik, bagian ini dan temukan kata-kata kunci yang sulit dalam daftar kamus. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. 4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial. 6 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Uraian Materi : 1.1. Definisi Pendidikan Pendidikan menggambarkan dua istilah atau konsep yang harus dibicarakan lebih awal untuk dijadikan landasan pemahaman terhadap pengertian Pendidikan Ilmu Sosial. Pengertian Pendidikan mengandung dua pengertian atau makna yang dapat dipisahkan . Pertama adalah pengertian pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu. Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan mempelajari apa yang telah dilakukan manusia itu adalah untuk menemukan kebenaran yang dirumuskan dalam bentuk prinsip, generalisasi, teori, ataupun hukum yang digunakan oleh para pakar ilmu pendidikan untuk menjelaskan fenomena pendidikan yang ditimbulkan oleh upaya pendidikan. Selain itu, prinsip, generalisasi, teori, ataupun hukum itu digunakan pula untuk mengembangkan upaya pendidikan yang lebih sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Materi ini sebenarnya dipelajari dalam mata kulilah Pengantar Pendidikan. Kedua adalah Pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan negara, masyarakat, keluarga atau individu tertentu, ini sesuai dengan pengertian resmi yang berlaku dinegara kita, berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang” (pasal 1 ayat 1), yang merupakan pengertian resmi yang dianut pemerintah Republik Indonesia dalam mengembangkan upaya pendidikan. Pengertian atau definisi ini yang perlu diperhatikanadalah : Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik. Rumusan ini merupakan pengertian dasar dari suatu kegiatan pendidikan. Dari rumusan ini jelas dinyatakan bahwa usaha pendidikan haruslah dilakukan dengan jelas, penuh arti, dan bukanlah sesuatu yang dapat dilaksanakan tanpa rencana. Usaha sadar membawa konsekuensi bahwa apa yang akan dicapai telah dapat dinyatakan dan dipertanggungjawabkan, dengan 7 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial demikian apabila ada suatu kegiatan yang tidak ada tujuanyang jelas maka kegiatan itu sukar dinyatakan sebagai suatu upaya pendidikan.Kejelasan tujuan itu mungkin dinyatakan dalam bentuk tertulis tetapi dapat juga tidak tertulis. Dalam tingkat tertentu seperti tingkat nasional, tujuan itu harus dinyatakan secara tertulis. Apabila tidak tertulis, akan terjadi kekacauan karena orang tidak memiliki rujukan yang otentik dan tertulis jelas mengenai apa yang akan dicapai, perbedaan itu sukar untuk diselesaikan. Untuk itulah GBHN, UU Nomor 2 dan juga PP nomor 27, 28, 29, dan 30, menyatakan tujuan pendidikan di Indonesia secara resmi dan tertulis. Kejelasan tujuan diharapkan pula pada tingkat kurikulum. Kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial harus memiliki tujuan yang jelas sehingga guru mampu menterjemahkan tujuan tersebut menjadi tujuan pengajaran. Adalah sesuatu yang sukar dibayangkan apabila kurikulum Pendidikan Ilmu Sosial tidak memiliki tujuan yang jelas padahal ia harus diimplementasikan bukan oleh mereka yang mengembangkan.Guru yang akan mengimplementasikan kurikulum akan sulit mengetahui dan memahami apa yang dikehendaki kurikulum sehingga mereka akan mengembangkan pemikiran dan penafsiran pribadi yang berbeda mengenai apa yang akan dicapai dari pendidikan tersebut. Perbedaan penafsiran antara guru ilmu-ilmu sosial itu akan lebih banyak memberikan kerugian terhadap proses belajar mengajar di sekolah ketimbang keuntungan. Jika situasi demikian terjadi maka pendidikan ilmu-ilmu sosial akan mengalami masa yang lebih sulit. Kejelasan tujuan akan membantu guru untuk menentukan apakah tujuan yang dikehendaki kurikulum tercapai atau tidak. Dengan tujuan yang jelas guru akan jelas mengetahui mengenai kualitas yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses belajar. Dengan kejelasan tujuan dan kualitas yang harus dimiliki siswa itu guru ilmu sosial diharapkan akan memiliki pandangan yang jelas pula mengenai data evaluasi yang harus dikumpulkan. Demikian pula kejelasan dalam menetapkan alat evaluasi yang akan digunakan. Usaha sadar dalam pengertian pendidikan diartikan pula bahwa kegiatan pendidikan dilakukan dengan rencana yang jelas. Pada tingkat nasional rencana itu dapat dinyatakan dalam bentuk jenjang persekolahan, jenjang luar sekolah, dan upaya lain yang terencana. lainnya. 8 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Unsur kedua dan ketiga serta keempat dari definisi pendidikan (Pendidikan sebagai kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan) Diatas merujuk pada pelaksanaan pendidikan. Kegiatan bimbingan yang dinyatakan dalam definisi tersebut mengisyaratkan agar guru hendaklah memberikan bantuan dan arahan bagi peserta didik, Guru tidak saja hanya menyampaikan informasi atau mengajak peserta didik aktif mencari, mengolah dan memanfaatkan informasi dalam suatu kegiatan pengajaran. Guru tidak pula hanya melatih peserta didik untuk suatu ketrampilan tertentu yang harus dikuasai. Guru harus pula memperhatikan peserta didik yang memerlukan bantuan yang lebih khusus dibandingkan lainnya dalam menguasai suatu tujuan tertentu. Proses bimbingan itu diberikan secara terencana walaupun dilaksanakan dalam waktu singkat misalnya dua atau tiga kali pertemuan. Unsur dari terakhir dari pendidikan yang dikemukakan UU tersebut ialah umum apa yang akan dicapai suatu upaya pendidikan. Definisi itu jelas menyebutkan bahwa pendidikan diupayakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk perannya dimasa mendatang, Dalam unsur ini jelas bahwa pengertian pendidikan yang dimaksud menganut faham pendidikan yang sering disebut dengan istilah rekonstruksionisme. Faham ini menghendaki agar pendidikan diarahkan kepada kemampuan dan partisipasi peserta didik di masa mendatang (Mc.Neil, 1980, Hasan 1990). Dari definisi ini jelas bahwa apa yang diinginkan pendidikan Indonesia adalah mempersiapkan generasi mudanya untuk mampu berbuat banyak dalam membangun masyarakat masa depan yang diinginkan. Dalam konteks pembangunan di Indonesia jika dikatakan bahwa masyarakat Indonesia menuju ke masyarakat industri artinya kehidupan sosial, budaya, politik dan perekonomian Indonesia di masa depan didasarkan pada kehidupan yang berkaitan dengan cara berfikir, bertindak, bekerja yang sesuai dengan tuntutan kehidupan Industri , arti lebih lanjut dari arah pembangunan perekonomian yang agraris dan selama ini dulunya menjadi tulang punggung perekonomian bangsa Indonesia tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang utama. Apabila demikian halnya maka tujuan pendidikan harus diarahkan kepada upaya yang berorientasi pada penyiapan generasi muda bagi kehidupan masa depan memberi arah bahwa upaya 9 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial pendidikan Indonesia harus mengembangkan kualitas manusia yang diperlukan oleh suatu masyarakat industri.yang diinginkan oleh falsafah hidup bangsa (Pancasila). Jadi kualitas manusia yang diinginkan adalah manusia yang religius dan memiliki wawasan dan ketrampilan yang dapat mengembangkan kehidupan dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan dunia dalam perekonomian industri. Apabila tujuan pembangunan berubah maka kualitas manusia yang akan dikembangkan melalui pendidikan berubah pula. 1.2. Ilmu Sosial 1.2.1. Pengertian Ilmu Sosial Dunia ilmu pengetahuan membagi ilmu-ilmu yang demikian banyaknya dalam beberapa kategori. Pembagian tersebut didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap disiplin ilmu. Disiplin-disipin ilmu yang memiliki persamaan mengenai apa yang diteliti dikelompokkan menjadi satu kelompok yang sama. Ilmu-ilmu sosial adalah salah satu kelompok dari beberapa disiplin yang mempunyai persamaan mengenai apa yang diteliti. Pengelompokan itu sangat penting karena dengan adanya pengelompokkan itu orang dengan mudah dapat mencari hubungan antara anggota-anggota kelompok. Dengan pengelompokan itu juga berarti terjadi penyederhanaan dari sesuatu yang banyak yang harus diingat atau diketahui menjadi sesuatu yang lebih mudah dikaji dan diketahui. Dalam mengadakan pengelompokkan disiplin-disiplin ilmu tersebut para ahli melakukan pengkajian terhadap persamaan dan perbedaan mengenai apa yang diteliti. Jadi persamaan dan perbedaan fenomena yang diteliti disiplin-disipin ilmu menyebabkan adanya pengelompokkan ilmu. (Lili M. Sadeli,1986:h.1.3) Yang perlu diingat fenomena yang sama artinya fenomena yang mempunyai persamaan dalam garis besarnya. Fenomena – fenomena yang diteliti dibagi atas fenomena alam dan fenomena sosial. Pembagian ini merupakan pembagian yang sederhana tetapi memenuhi kebutuhan kita untuk mendapatkan pengertian tentang ilmu – ilmu sosial yang dapat dilihat langsung oleh mata telanjang maupun yang hanya dilihat melalui bantuan alat-alat tehnologi seperti mikroskop, ataupun yang 10 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial dapat dilihat melalui manipulasi tertentu.ataupun menggunakan mata telanjang. Disiplin yang mempelajari fenomena alam misalnya : biologi, fisika, kimia, geologi dan sebagainya. Fenomena Sosial atau gejala sosial berhubungan dengan kegiatan-kegiatan manusia baik secara individual maupun dalam kelompok-kelompok. Gejala sosial yang diteliti tersebut merupakan gejala yang tidak statis tapi dinamis dan berkembang terus dalam suatu proses. Oleh karena itu. walaupun manusia menjadi obyek penelitian biologi, tetapi biologi memperhatikan segi fisik. Sedangkan gejala sosial manusia yang bersifat dinamis seperti cara berpikir, konsepsi, atau pandangan hidup, cara bertindak, komunikasi, cara-cara mengatasi persoalan kehidupan merupakan fenomena-fenomena yang tidak diperhatikan oleh kelompokkelompok ilmu alam. Fenomena sosial itu timbul sebagai akibat dari kegiatan manusia baik kegiatan perorangan maupun kegiatan dalam kelompok sosial. Pengertian definitif menurut Lili M. Sadeli dkk. (1986:1.5) adalah sebagai berikut : “Ilmu-ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Sedangkan menurut H. Dadang Supardan (2008: 27) Istilah sosial (social dalam bahasa Inggris), dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah dalam sosialisme dengan istilah Departemen Sosial, jelas keduanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto (1986: 11), apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk obyeknya, yaitu masyarakat, sosialisme adalah suatu ideologi yang berpokok pada pada prinsip pemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa dalam bidang ekonomi.(Fairchild,1964: 296). Sedangkan istilah sosial pada Departemen Sosial, menunjukkan kegiatan-kegiatan di lapangan Sosial.Artinya, kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tunakarya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau berkaitan dengan proses-proses sosial. Ruang Lingkup Ilmu Sosial, secara keilmuan, masyarakat yang menjadi obyek kajian ilmu-ilmu sosial, dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri atas 11 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial beberapa segi. Dilihat dari segi ekonomi, akan berkaitan dengan faktor produksi, distribusi, penggunaan barang-barang, serta jasa-jasa. Disinilah ilmu ekonomi yang akan membahas tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediaannya. Sedangkan dari segi politik, antara lain berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda dengan psycholigi sosial, yang pada hakekatnya mempelajari perilaku manusia sebagai individu secara social. Menurut Gerungan (dalam Bimo Walgito: 8) mengemukakan bahwa “Ilmu Jiwa Sosial adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki pengalaman- pengalaman dan tingkah laku individu manusia seperti yang dipengaruhi atau ditimbulkan oleh situasi-situasi sosial. Selain itu, terdapat antropologi budaya yang lebih menekankan pada masyarakat dan kebudayaannya, dan begitu seterusnya untuk ilmu ilmu social lainnya, seperti geografi social, maupun sosiologi. Menurut Dahrendorf,(2000:999), Ilmu Sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu humaniora. Sedangkan menurut H. Dadang Supardan (2008: 27) Istilah social (social dalam bahasa Inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah dalam sosialisme dengan istilah Departemen Sosial, jelas keduanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto (1986: 11), apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk obyeknya, yaitu masyarakat, sosialisme adalah suatu ideology yang berpokok pada pada prinsip pemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa dalam bidang ekonomi.(Fairchild,1964: 296). Sedangkan istilah social pada Departemen Sosial, menunjukkan kegiatan-kegiatan di lapangan Sosial. Artinya, kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tunakarya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau berkaitan dengan proses-proses sosial. 12 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 1.2.2.Ruang Lingkup Ilmu Sosial Secara keilmuan, masyarakat yang menjadi obyek kajian ilmu-ilmu sosial, dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri atas beberapa segi. Dilihat dari segi ekonomi, akan berkaitan dengan faktor produksi, distribusi, penggunaan barang-barang, serta jasa-jasa. Disinilah ilmu ekonomi yang akan membahas tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediaannya. Sedangkan dari segi politik, antara lain berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda dengan psycholigi sosial, yang pada hakekatnya mempelajari perilaku manusia sebagai individu secara sosial. Selain itu, terdapat antropologi budaya yang lebih menekankan pada masyarakat dan kebudayaannya, dan begitu seterusnya untuk ilmu ilmu social lainnya, seperti geografi social, maupun sosiologi. Menurut Dahrendorf, (2000:999), Ilmu Sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, gegrafi sosial, politik bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu humaniora. 1.2.3. Sejarah Perkembangan Ilmu Sosial Istilah-istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat diterima ditengah-tengah kalangan akademisi, terutama di Inggris. Sciences Sociale dan Sozialwissenschaften adalah istilah-istilah yang lebih mengena, meski keduanya juga membuat “menderita” karena diinterpretasikan terlalu luas maupun terlalu sempit (Dahrendorf,2000:1000). Ironisnya, ilmu sosial yang dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan sosiologi, atau hanya teori social sintetis. Kenyataan seperti itu dapat kita lihat pada tahun 1982, pemerintah Inggris menentang nama Sosial Science Research Council yang dibiayai Negara, mereka mengusulkan kajian- kajian sosial, dan akhirnya dewan itu disebut Economic and Social Research Council (Dahrendorf, 2000:1000). Berjalannya waktu dan peristiwa sejarah, tidak banyak membantu dalam mengusahakan diterimanya konsep itu.Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari filsafat moral, sebagaimana ilmu-ilmu alam tumbuh dari filsafat alam. Dikalangan filsuf moral Skotlandia, kajian ekonomi politik selalu diikuti oleh kajian isu-isu sosial yang lebih 13 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial luas, meski tidak disebut sebagai ilmu sosial . Unggulnya positivisme pada awal abad ke 19, terutama di Prancis, mengambil alih filsafat moral. Menurut Auguste Comte, positivisme menekankan sisi faktual dan bukan spekulatif, manfaat dan bukan kesia-siaan, kepastian bukan keragu-raguan , ketepatan bukan kekaburan, positif bukan negative maupun kritis. Maka sejak abad ke-19, positivisme merupakan ilmu dalam pengertian materialisme. Kemudian Comte menyebutnya science social, dari Charles Fourier (1808), untuk mendeskripsikan keunggulan disiplin sintetis dari bangunan ilmu. Pada saat yang sama, sedikit pun ia tidak ragu bahwa metode ilmu social yang juga disebut sebagai fisika social) sama sekali tidak berbeda dengan ilmu alam. 1.3. Pendidikan Ilmu Sosial Sesuai dengan UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP nomor 29 tentang Pendidikan Menengah tujuan pendidikan menengah terbagi atas dua kelompok besar. Pertama menyiapkan siswa untuk belajar lebih lanjut ke jenjang pendidikan tinggi. Kedua adalah mempersiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat dan memasuki dunia kerja yang tersedia, Tujuan pertama jelas memperlihatkan bahwa apa yang dipelajari siswa di pendidikan menengah umum adalah sebagai persiapan mereka untuk belajar lebih lanjut. Artinya, pendidikan disiplin ilmu yang mereka alami di sekolah ini masih bersifat permulaan dan juga dalam kerangka mencari yang dirasakan sesuai dengan minat mereka. Secara kasar, katakanlah mereka baru dalam fase berkenalan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan. Apabila dirasakan sesuai mereka mungkin meneruskan minatnya dalam bentuk memasuki fakultas yang mengemban disiplin ilmu yang bersangkutan. Apabila tidak mereka mencari disiplin ilmu lain yang dirasakan lebih sesuai. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap luas ruang lingkup materi (scope) yang harus dikaji siswa dan mana yang tidak perlu mereka pelajari. Posisi pokok kajian dalam suatu disiplin ilmu akan sangat menentukan apa yang harus dipelajari 14 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial siswa. Hal-hal pokok tersebut adalah sesuatu yang mau tidak mau merupakan bagian dasar dari mereka yang akan belajar disiplin ilmu itu. Selain pertanyaan keluasan ruang lingkup, pertanyaan lain yang harus dijawab dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial ialah kedalaman materi untuk setiap pokok bahasan terpilih. Atas dasar posisi setiap disiplin ilmu ini dalam kurikulum SMA dan tujuan lembaga pendidikan SMA, kedalaman materi yang dipelajari siswa SMA akan berbeda dari apa yang dipelajari di Perguruan Tinggi. Sebagai contoh katakanlah apabila siswa SMA belajar tentang kekerabatan dalam antropologi, berapa banyak teori atau pandangan teoritik yang harus mereka ketahui (atau apakah ini perlu?). Bagaimana mereka yang belajar tentang system pemerintahan dalam tata Negara, dan sebagainya. Persoalan ini bukan persoalan disiplin ilmu dan juga bukan kajian para ilmuwan disiplin ilmu yang bersangkutan. Persoalan ini adalah persoalan pendidikan disiplin ilmu dan menjadi tanggung jawab kelompok pendidik ini (dalam menentukan kedalaman mereka diharapkan dapat bekerja sama dengan pakar disiplin ilmu tersebut yang menguasai rincian sangat mendalam setiap topic yang terpilih atau dalam menentukan topic mana yang harus dipelajari). Masalah lain adalah memilih apa yang harusnya menjadi dasar bagi pendidikan lanjutan di perguruan tinggi tersebut. Apabila yang dianggap layak menjadi landasan itu adalah disiplin ilmu pertanyaan berikutnya ialah disiplin mana yang akan dijadikan dasar ?.Untuk ilmu-ilmu social yang diperguruan tinggi dikenal adanya fakultas sosial-politik untuk disiplin untuk disiplin ilmu politik, administrasi (Negara dan niaga), sosiologi dan antropologi, fakultas ekonomi untuk disiplin ilmu ekonomi, fakultas sastra untuk sejarah ( di beberapa tempat termasuk sosiologi dan anthropologi), dan arkeologi, fakultas MIPA untuk jurusan geografi (di UGM berdiri sendiri sebagai fakultas geografi) dan sebagainya. Permasalahan ini memang tidak mudah dan pengaruh latar belakang pendidikan serta tekanan sosial – politik terhadap pengambil keputusan kurikulum memang besar. Pengaruh-pengaruh seperti itu tercermin dalam setiap keputusan mengenai apa yang seharusnya dalam suatu kurikulum dan berapa besar waktu yang dialokasikan untuk itu. 15 Dra. Sri Puji Astuti, MM Perbedaan MODUL Pendidikan Ilmu Sosial tujuan antara pendidikan menengah dengan pendidikan perguruan tinggi tentu memberikan pula pengaruh sehingga menyebabkan adanya perbedaan dalam kurikulum.Kepribadian seorang guru seperti yang dikehendaki kode etik guru sudah harus terbina baik selama pendidikannya sebagai calon guru. Penilaian akhir apakah seseorang pantas menjadi guru, dokter yang hanya menguasai semua kemampuan tehnis yang dituntut profesi tetapi tidak dapat memenuhi perilaku dokter yang dipersyaratkan. Hal yang sama berlaku pula dengan seorang guru : ia sudah harus faham menyadari konsekuensi profesi yang akan disandangnya baik keuntungan, tantangan, upaya mengatasi tantangan, serta berbagai permasalahan lainnya yang berkaitan dengan profesi guru. Di jenjang pendidikan menengah, tujuan kelembagaannya bukan mendidik calon sarjana atau tenaga profesi tingkat tinggi di suatu bidang tertentu. Oleh karena itu pengembangan aspek kepribadian masih bersifat umum dan tidak dikaitkan dengan suatu profesi tingkat tinggi tertentu. Pertanyaan yang kemudian diajukan ialah apa yang menjadi tujuan pendidikan ilmu social untuk jenjang pendidikan menengah? Tujuan pendidikan di SMA berbeda dari tujuan pendidikan SMP dengan demikian maka pengembangan pendidikan ilmu-ilmu sosial tidak juga diarahkan untuk menghasilkan tenaga yang secara profesional menjadi pengembang ilmu-ilmu sosial tidak juga diarahkan untuk menjadi tenaga yang secara profesional menjadi pengembang ilmu-ilmu sosial atau orang yang mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan ilmu-ilmu social pada jenjang profesi yang tinggi seperti tamatan perguruan tinggi. Tujuan kurikulum yang dikembangkan tidaklah diarahkan secara khusus untuk itu. Apa yang terjadi di pendidikan menengah justru sebaliknya, Bukan kepribadian yang khusus berkaitan dengan suatu disiplin ilmu atau profesi yang akan dikembangkan pada diri siswa tetapi kepribadian yang lebih umum sesuai dengan tuntutan budaya, masyarakat, bangsa dan agama yang mempengaruhi tujuan kurikulum pendidikan ilmu sosial, serta tuntutan pekerjaan yang akan dimasukinya nanti di masyarakat. Oleh karena itu tujuan yang harus dicapai dalam setiap kurikulum pendidikan ilmu sosial untuk jenjang pendidikan menengah berbeda 16 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial dari pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan Ilmu sosial di tingkat persekolahan adalah tujuan untuk membina peserta didik menjadi anggota masyarakat yang dikehendaki bangsa dan masyarakatnya. Ini yang dinamakan dengan tujuan kepribadian umum. Dalam pemilihan materi maka pendidikan ilmu sosial jenjang persekolahan melakukan pemilihan yang sangat berorientasi kepada kepentingan pendidikan, bukan pada keillmuan semata. 1.4. Pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Sosial Pendidikan Ilmu Sosial dapat diartikan sebagai pendidikan yang memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Untuk pendidikan ilmu yang demikian maka diadakan pemilihan terhadap apa yang harus dipelajari. Pemilihan itu dilakukan terhadap apa yang harus dipelajari siswa. Dasar pemilihan materi tersebut adalah kedudukan Materi yang akan diajarkan dalam suatu disiplin ilmu bentuk pendidikan ilmu sosial yang dikehendaki, dan pertimbangan pendidikan mengenai tujuan dan fungsi suatu lembagai pendidikan. Dalam pertimbangan ini termasuk didalamnya pertimbangan mengenai perkembangan peserta didik, perkembangan dalam teori belajar dan proses belajar, arah politik, kondisi sekolah dan lingkungan sosial budaya di mana suatu lembagai pendidikan berada. Disiplin ilmu-ilmu sosial tetap merupakan sumber utama materi kurikulum pendidikan ilmu-ilmu sosial. Materi tersebut dapat dikembangkan dari aspek subtantif disiplin ilmu dan juga dari aspek metodologis disipin ilmu. Materi yang dipilih dapat pula berasal dari kedua aspek tersebut. Cara pemilihan materi kurikulum sangat ditentukan oleh bentuk pendidikan ilmu-ilmu sosial yang digunakan. Pendidikan ilmu –ilmu sosial dapat memakai bentuk dimana setiap disiplin ilmu diajarkan secara terpisah. Dalam bentuk ini materi untuk pendidikan ilmu-ilmu sosial diambil dari disiplin ilmu yang bersangkutan sepenuhnya, selain sering oleh pertimbangan pendidikan. Bentuk semacam ini tampaknya akan lebih sesuai untuk unit pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi di perguruan 17 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial tinggi. Materi kurikulum untuk pendidikan menggunakan bentuk ini dapat berbentuk konsep, peristiwa, generalisasi, teori, ataupun masalah. Bentuk lain yang dapat digunakan untuk pendidikan ilmu sosial adalah bentuk integratif. Dalam bentuk ini dikenal ada satu disiplin ilmu sosial yang dijadikan sebagai disiplin ilmu utama dalam melakukan kajian terhadap suatu pokok bahasan. Dalam kajian itu disiplin ilmu yang utama tadi dibantu oleh disiplin ilmuilmu sosial lainnya yang digunakan secara fungsional (berdasarkan kebutuhan yang timbul dari pokok bahasan yang dipelajari). Dalam membahas pokok persoalan itu nama disiplin ilmu yang digunakan sebagai bantuan tadi mungkin disebutkan tetapi mungkin juga tidak. Dalam kedudukan semacam ini maka batas-batas antara satu disiplin ilmu (pokok) dengan disiplin ilmu lainnya (penunjang) tidak selalu digambarkan secara tegas. Demikian pula batas antara satu disiplin ilmu bantuan dengan disiplin ilmu bantuan lainnya. Artinya, dalam mempelajari pokok bahasan perpindahan dimensi masalah dari pokok bahasan itu tidak selalu harus dimnculkan dan dikaji berdasarkan alur berfikir suatu disiplin ilmu bantuan secara utuh. Materi kurikulum untuk bentuk pendidikan illmu-ilmu sosial yang demikian dapat berupa konsep, peristiwa, generalisai, teori, dan masalah ( dari disiplin ilmu yang dianggap pokok). Pendidikan Ilmu Sosial dapat diartikan sebagai pendidikan yang memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Untuk pendidikan ilmu yang demikian maka diadakan pemilihan terhadap apa yang harus dipelajari. Pemilihan itu dilakukan terhadap apa yang harus dipelajari siswa. Dasar pemilihan materi tersebut adalah kedudukan Materi yang akan diajarkan dalam suatu disiplin ilmu, bentuk pendidikan ilmu sosial yang dikehendaki, dan pertimbangan pendidikan mengenai tujuan dan fungsi suatu lembagai pendidikan. Dalam pertimbangan ini termasuk didalamnya pertimbangan mengenai perkembangan peserta didik, perkembangan dalam teori belajar dan proses belajar, arah politik, kondisi sekolah dan lingkungan sosial budaya di mana suatu lembagai pendidikan berada. 18 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Latihan 1. Jelaskan Pengertian Pendidikan! 2. Jelaskan Pengertian Ilmu sosial! 3. Perhatikan masyarakat yang ada disekitar Anda. Kenalilah fenomena-fenomena yang ada : a. Usaha untuk kehidupan ( mata pencaharian hidup .................... b. Bentuk rumah ................................ c. Bahan untuk rumah ............................. d. Golongan sosial yang ada ........................ e. Lembaga-lembaga masyarakat yang ada ........................... 4. Uraikan obyek penelitian ilmu-ilmu sosial yang utama! 5. Apa perbedaan Ilmu-ilmu sosial dengan ilmu alamiah. Jawaban Latihan 1. Cukup jelas Anda hanya perlu menuliskan berdasarkan yang ada!. 2. Anda boleh mengutip definisi yang telah diberikan! 3. Cukup jelas tulis fenomena yang ada!. 4. Perhatikan kata ”tingkah laku”, ”perorangan” dan kelompok. 5. Uraikan perbedaan tersebut secara teliti. Rangkuman : Pengertian Pendidikan mengandung dua pengertian atau makna yang dapat dipisahkan. Pertama adalah pengertian pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu. Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan mempelajari apa yang telah dilakukan manusia itu adalah untuk menemukan kebenaran yang dirumuskan dalam bentuk prinsip, generalisasi, teori, ataupun hukum yang digunakan oleh para pakar ilmu pendidikan untuk menjelaskan fenomena pendidikan yang ditimbulkan oleh upaya pendidikan. Selain itu, prinsip, generalisasi, teori, ataupun hukum itu digunakan pula untuk mengembangkan upaya pendidikan yang lebih sistematis dan dapat 19 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial dipertanggungjawabkan secara akademik. Materi ini sebenarnya dipelajari dalam mata kulilah Pengantar Pendidikan. Kedua adalah Pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan negara, masyarakat, keluarga atau individu tertentu, ini sesuai dengan pengertian resmi yang berlaku dinegara kita, berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang” (pasal 1 ayat 1), yang merupakan pengertian resmi yang dianut pemerintah Republik Indonesia dalam mengembangkan upaya pendidikan. Pengertian atau definisi ini yang perlu diperhatikanadalah : Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik. Rumusan ini merupakan pengertian dasar dari suatu kegiatan pendidikan. Dari rumusan ini jelas dinyatakan bahwa usaha pendidikan haruslah dilakukan dengan jelas, penuh arti, dan bukanlah sesuatu yang dapat dilaksanakan tanpa rencana Ilmu-ilmu sosial adalah salah satu kelompok dari beberapa disiplin yang mempunyai persamaan mengenai apa yang diteliti. Pengelompokan itu sangat penting karena dengan adanya pengelompokkan itu orang dengan mudah dapat mencari hubungan antara anggota-anggota kelompok. Dengan pengelompokan itu juga berarti terjadi penyederhanaan dari sesuatu yang banyak yang harus diingat atau diketahui menjadi sesuatu yang lebih mudah dikaji dan diketahui. Ruang Lingkup Ilmu Sosial, secara keilmuan, masyarakat yang menjadi obyek kajian ilmu-ilmu sosial, dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri atas beberapa segi. Dilihat dari segi ekonomi, akan berkaitan dengan faktor produksi, distribusi, penggunaan barang-barang, serta jasa-jasa. Disinilah ilmu ekonomi yang akan membahas tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediaannya. Sedangkan dari segi politik, antara lain berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda dengan psycholigi sosial, yang pada hakekatnya mempelajari perilaku manusia sebagai individu secara social. 20 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Pendidikan Ilmu Sosial dapat diartikan sebagai pendidikan yang memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Untuk pendidikan ilmu yang demikian maka diadakan pemilihan terhadap apa yang harus dipelajari. Pemilihan itu dilakukan terhadap apa yang harus dipelajari siswa. Dasar pemilihan materi tersebut adalah kedudukan Materi yang akan diajarkan dalam suatu disiplin ilmu bentuk pendidikan ilmu sosial yang dikehendaki, dan pertimbangan pendidikan mengenai tujuan dan fungsi suatu lembagai pendidikan. Dalam pertimbangan ini termasuk didalamnya pertimbangan mengenai perkembangan peserta didik, perkembangan dalam teori belajar dan proses belajar, arah politik, kondisi sekolah dan lingkungan sosial budaya di mana suatu lembagai pendidikan berada. Menurut Dahrendorf, (2000:999), Ilmu Sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu humaniora. Sesuai dengan UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP nomor 29 tentang Pendidikan Menengah tujuan pendidikan menengah terbagi atas dua kelompok besar. Pertama menyiapkan siswa untuk belajar lebih lanjut ke jenjang pendidikan tinggi. Kedua adalah mempersiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat dan memasuki dunia kerja yang tersedia, Tujuan pertama jelas memperlihatkan bahwa apa yang dipelajari siswa di pendidikan menengah umum adalah sebagai persiapan mereka untuk belajar lebih lanjut. Artinya, pendidikan disiplin ilmu yang mereka alami di sekolah ini masih bersifat permulaan dan juga dalam kerangka mencari yang dirasakan sesuai dengan minat mereka. Pendidikan Ilmu Sosial dapat diartikan sebagai pendidikan yang memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Untuk pendidikan ilmu yang demikian maka diadakan pemilihan terhadap apa yang harus dipelajari. Pemilihan itu dilakukan terhadap apa yang harus dipelajari siswa. Dasar pemilihan materi tersebut adalah kedudukan materi yang akan diajarkan dalam suatu disiplin ilmu bentuk pendidikan ilmu sosial yang dikehendaki, dan pertimbangan pendidikan mengenai tujuan dan fungsi suatu lembagai 21 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial pendidikan. Dalam pertimbangan ini termasuk didalamnya pertimbangan mengenai perkembangan peserta didik, perkembangan dalam teori belajar dan proses belajar, arah politik, kondisi sekolah dan lingkungan sosial budaya di mana suatu lembagai pendidikan berada. Tes Formatif : Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling benar. 1. Yang diteliti oleh ilmu-ilmu sosial ialah : a. komposisi makanan sehat, b. perubahan cuaca sepanjang tahun c. kehidudupan nelayan di musim barat. 2. Fenomena sosial adalah seperti tersebut di bawah ini kecuali : a. kelaparan di Afrika b. kekeringan tanah pertanian c. pendidikan keluarga berencana di Afrika 3. Dibandingkan dengan fenomena alamiah, fenomena sosial bersifat: a. labil b. statis c. dinamis 4. Fenomena yang diteliti oleh ilmu-ilmu sosial ialah fenomena yang bersifat : a. tenang b. penuh gerak c. tidak menetap 5. Tujuan ilmu-ilmu sosial ialah untuk memahami gejala-gejala sosial, artinya: a. ilmu-ilmu sosial berusaha memberikan arti pada gejala sosial. b. Ilmu-ilmu sosial memilih gejala sosial menjadi bagian kecil, c. Ilmu-ilmu sosial berusaha menghubungkan gejala sosial dengan kehidupan manusia. 22 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 6. Gejala sosial dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial untuk : a. dipikirkan b. difahami c. diuraikan. 7. Yang dimaksudkan dengan ramalan dalam ilmu –ilmu sosial ialah : a. meramalkan masa depan b. memperkirakan hubungan faktor-faktor c. menyatakan hubungan sebab akibat 8. Salah satu tujuan ilmu-ilmu sosial ialah membuat ramalan, artinya: a. membuat hipotesis b. memperkirakan apa yang terjadi di masa yang akan datang c. menarik kesimpulan hubungan antar faktor-faktor. 9. Pendidikan Ilmu Sosial dapat diartikan sebagai pendidikan yang memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai a. disiplin ilmu-ilmu sosial. b. disiplin ilmu-ilmu alam c. disiplin ilmu pengetahuan budaya. 10. Ruang Lingkup Ilmu Sosial, secara keilmuan, adalah : a. Individu dan keluarga yang menjadi obyek b. Negara dan bangsa yang menjadi obyek c. Masyarakat yang menjadi obyek Umpan Balik dan Tindak lanjut Bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang ada dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakan rumus dibaawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda mengenai materi Kegiatan Belajar 23 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Rumus : Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = ______________________________ X 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang anda capai : 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup - 69% = kurang Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas Anda dapat meneruskkan dengan Kegiatan Belajar modul 2. Bagus. Tetapi kalau nilai Anda dibawah 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belaja modul 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai. “Selamat Belajar Semoga Sukses” Kunci Jawaban Tes Formatif 1. C , 2. B , 3. C , 4.B , 5.C , 6.A 7. B. 8. A 9.A 10. C 24 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Daftar Pustaka Azis Wahab, dkk.,1986, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Modul 13,4-6, Universitas Terbuka, Jakarta . Abdul Majid, 2005, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Bimo Walgito, 1980, Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi, Yogyakarta. Dadang Supardan H. , 20008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Hamid Hasan S, 1995, Pendidikan Ilmu Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta. Lili M. Sadeli dkk., 1986, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 1-3, Universitas Terbuka, Jakarta. ---------------------, 1985. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 4-6 Universitas Terbuka, Jakarta. Munandar Soelaeman M. , 2005, Ilmu Sosial Dasar, PT. Refika Adita.a, Bandung. Nursid Sumaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial,Alumni, Bandung. -------------------------, 1986. Perspektif Studi Sosial, Alumni, Bandung. Pujiwati Sayoga,1985, Sosiologi Pembangunan, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta bekerjasama dengan BKKBN. Soerjono Soekanto, 1986, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta. 25 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Modul 2 : LANDASAN DAN PERKEMBANGAN PIS DI INDONESIA Pendahuluan Pada modul kedua pada kegiatan ini Anda akan diajak mempelajari Landasan dan Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial. Anda mungkin sudah seringkali mendengar atau membaca istilah ilmu sosial maupun pendidikan ilmu sosial, namun bagaimana landasan dan perkembangan di Indonesia? Permasalahan landasan pendidikan ilmu-ilmu sosial perlu dipelajari untuk memberikan dasar ilmiah yang kokoh bagi pengembangan wawasan calon guru mengenai pendidikan ilmu sosial. Oleh karena itu apa sebetulnya ruang lingkup Landasan dan Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia, pada modul pertama ini akan dibahas : 2.1. Landasan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia 2.2. Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia Konsep ini perlu diketahui lebih dahulu, oleh karena itu agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini, ikuti petunjuk di bawah ini: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari. b. Bacalah dengan baik, bagian ini dan temukan kata-kata kunci yang sulit dalam daftar kamus. c.Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. d. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial. 26 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Uraian Materi 2.1. Landasan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia Keberadaan pendidikan ilmu-ilmu sosial didukung juga oleh yang bersifat Filosofis, politis, akademis (kurikulum), dan juga kebutuhan masyarakat. Landasan filosofis dimaksudkan adalah landasan kurikulum pendidikan ilmuilmu sosial. Berbagai pengertian dikemukakan dan digunakan orang mengenai istilah filosofi ( HALVERSON, 1976: 3-5, BRENT, 1978 11-13). Beberapa sarjana berpendapat bahwa filsafat adalah dasar teori yang dipergunakan seseorang ( Peters, 1975: Halverson, 1976:5; Tanner dan Tanner, 1980:100). Secara sederhana dapat dikatakan landasan filosofis kependidikan seseorang adalah dasar pandangan seseorang mengenai tujuan yang seharusnya dicapai, materi apa yang seharusnya diberikan dalam suatu upaya mencapai tujuan, dan proses belajar apa yang harus dikembangkan. Tujuan yang akan dicapai adalah kualitas yang diinginkan bagi siswa yang belajar ilmu-ilmu sosial. Kulitas yang diinginkan itu menggambarkan apa yang dianggap guru atau ahli pendidik sebagai suatu terbaik yang harus dimiliki siswa. Kualitas itu menggambarkan kulitas masyarakat yang diinginkan karena siswa akan menjadi anggota masyarakat sebagai suatu kelompok sosial dan budaya. Pandangan filsafat ini menuntut agar sekolah menjadi pusat keunggulan (centre of excellence). Sekolah yang tidak mampu menjadi pusat keunggulan bukanlah suatu lembaga pendidikan yang dapat diandalkan, karena ia tidak akan mampu mempersiapkan generasi muda untuk berperan dengan baik di masyarakat. Landasan politis tercermin dalam berbagai keputusan negara dan pemerintah seperti GBHN, UU nomor 2 tahun 1989, PP. Nomor 28 dan 29 tahun 1990 serta juga Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 060/U/1993 tentang kurikulum pendidikan dasar dan nomor 061/U/ 1993 tentang kurikulum pendidikan menengah (kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurukulum 2004/Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum 2006 / Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 27 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Landasan akademik didukung oleh kenyataan adanya berbagai fakultas, jurusan, atau bentuk organisasi lain yang secara khusus mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu sosial. Untuk mendapatkan peminat maka siswa SMP dan SMA diperkenalkan dengan pendidikan ilmu-ilmu sosial dengan harapan pendidikan tersebut dapat menarik minat mereka untuk mengembangkan diri sebagai pakar ataupun pemegang profesi yang erat kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial. Tuntutan riil masyarakat didukung oleh kenyataan adanya berbagai lembaga dalam kegiatan masyarakat yang memerlukan jasa konsultasi dan pemikir lanjutan dari pakar-pakar ilmu – ilmu sosial. Kehadiran pakar ini sedemilkian rupa sehingga diyakini bahwa masyarakat tidak mungkin dapat berfungsi dengan baik tanpa jasa dan pikiran para pakar ilmu-ilmu sosial. Adanya kegiatan pembangunan yang semakin pesat menuntut jasa dan pemikiran para pakar ilmu-ilmu sosial leblih dari masa-masa sebelumnya. 2.2. Perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia. Perkembangan Kurikulum di Indonesia menunjukkan posisi Pendidikan ilmu-ilmu sosial yang berbeda selama masa 30 tahun terakhir. Dalam kurikulum 1964 pendidikan ilmu-ilmu sosial di SMP hanya terdiri atas disiplin Sejarah dan Geografi. Kedua disiplin ilmu dibagi atas dua bagian yakni Sejarah Kebangsaan dan Sejarah Dunia, Geografi Indonesia dan Geografi Dunia. Sejarah kebangsaan dan Geografi Indonesia dalam struktur kurikulum dimasukkan dalaml kelompokkelompok Dasar. Sedangkan Sejarah Dunia dan Geografi dunia dimasukkan dalam Kelompok Cipta. Baik dalam kelompok dasar maupun kelompok cipta, Sejarah dan Geografi diajarkan dengan pendekatan pengajaran disiplin ilmu terpisah (separated disciplinary approach). Pendekatan terpisah digunakan pula dalam pengajaran ilmu-ilmu sosial di SMA. Dalam kurikulum 1964, pendidikan ilmu sosial di SMA terdiri dari Sejarah, Geografi, dan ekonomi. Pendidikan Sejarah terdiri atas pendidikan Sejarah 28 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia, Sejarah dunia dan Sejarah Kebudayaan. Pendidikan Geografi terbagi atas Geografi Indonesia dan Geografi Dunia. Dalam kurikulum 1968 yang merupakan perbaikan dari kurikulum 64 dan 66, Sejarah dan Geografi tetap mewakili pendidikan ilmu sosial di SMP. Kedua disiplin ilmu itu diajarkan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia, Geografi Indonesia dan Geografi dunia. Keadaan yang sama dengan kurikulum 1964 berlaku untuk pendidikan ilmu sosial di SMA. Bentuk pengajaran disarankan pun masih sama yaitu pendekatan pengajaran disiplin ilmu yang terpisah. Upaya untuk menerapkan pendekatan integratif dalam kurikulum ilmu-ilmu sosial hanya dilakukan dalam kurikulum 1975. Meskipun harus dikatakan bahwa upaya itu kurang berhasil baik di tingkat kurikulum apalagi di tingkat pengajaran tetapi kurikulum tersebut adalah sesuatu yang memberikan alternatif lain dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial. Dalam kurikulum 75 IPS SMP, pendidikan ilmu-illmu sosial diwakili oleh disiplin Sejarah, Geografi, dan Ekonomi. Pembagian Sejarah menjadi mata pelajaran terpisah Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia. Dan Geografi menjadi mata pelajaran terpisah Geografi Indonesia dan Geografi Dunia tidak terjadi dalam kurikulum 75, keterpaduan yang dikehendaki kurikulum. Walaupun tidak dikatakan berhasil diterjemahkan dalam GBPP, menyebabkan materi Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia diramu sedemikian rupa sehingga hanya tergambar pada rumusan Tujuan Kurikuler. Demikian yang terjadi dengan geografi yang diperluas dengan kependudukan. Dalam kurikulum 75 SMA ditambahkan materi Antropologi ,sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan ilmu-ilmu sosial sudah lebih berkembang dalam jumlah disiplin ilmu yang yang diliput kurikulum. Meskipun demikian, pendekatan terpadu yang diinginkan kurikulum tidak berhasil diterjemahkan dalam GBPP. Pendidikan ilmu sosial dalam kurikulum SMA berikutnya (1984 dan 1994) dikembangkan berdasarkan pendekatan disiplin ilmu terpisah. Memang terjadi perbedaan – perbedaan dalam mata pelajaran yang menopang pendidikan ilmu sosial di kedua kurikulum itu tetapi pada dasarnya perbedaan itu dalam struktur kurikulum dan bukan dalam pendekatan pendidikan ilmu sosial yang digunakan. 29 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Dalam perkembangan kurikulum terus ada perbaikan-perbaikan penyempurnaan, dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah sebagai pedoman pelaksanaanya, telah menetapkan kurikulum ditandai dengan munculnya kurikulum 2004, 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP, Pendidikan Ilmu sosial menggunakan IPS terpadu. Perpaduan antara lalin dari PPKN. Sejarah, Ekonomi, Sosiologi. Latihan 1. Mengapa guru ilmu-ilmu sosial perlu memahami filsafat yang mendasari pendidikan Ilmu Sosial? 2. Jelaskan pandangan filsafat mengenai pendidikan ilmu sosial dilihat dari tujuan, materi, dan pendekatan yang digunakan! 3. Jelaskan mengapa pendidikan ilmu-ilmu sosial diperlukan, dilihat dari tuntutan pandangan politis dan tuntutan masyarakat.. 4. Uraikan Perkembangan Kurikulum Pendidikan Illmu Sosial di Indonesia ! Jawaban Latihan 1. Baca landasan Pendidikan Ilmu Sosial (filsafat, politis, akademis, kebutuhan masyarakat), kaitkan dengan posisi guru sebagai tenaga profesional harus memiliki wawasan mengenai pekerjaannya. 2. Tujuan untuk menanamkan intelektualisme dan peranan golongan intelektual dalam masyarakat. 3. Kaji keputusan-keputusan pemerintah dalam bentuk UU, PP dan keputusan Mendikbud. 4. Baca perkembangan Pendidikan Ilmu Sosial kembangkan ! 30 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Rangkuman Landasan Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia, Keberadaan pendidikan ilmu-ilmu sosial didukung juga oleh yang bersifat Filosofis, politis, akademis (kurikulum), dan juga kebutuhan masyarakat. Landasan filosofis dimaksudkan adalah landasan kurikulum pendidikan ilmuilmu sosial. Berbagai pengertian dikemukakan dan digunakan orang mengenai istilah filosofi ( HALVERSON, 1976: 3-5, BRENT, 1978 11-13). Beberapa sarjana berpendapat bahwa filsafat adalah dasar teori yang dipergunakan seseorang ( Peters, 1975: Halverson, 1976:5; Tanner dan Tanner, 1980:100). Secara sederhana dapat dikatakan landasan filosofis kependidikan seseorang adalah dasar pandangan seseorang mengenai tujuan yang seharusnya dicapai, materi apa yang seharusnya diberikan dalam suatu upaya mencapai tujuan, dan proses belajar apa yang harus dikembangkan. Landasan politis tercermin dalam berbagai keputusan negara dan pemerintah seperti GBHN, UU nomor 2 tahun 1989, PP. Nomor 28 dan 29 tahun 1990 serta juga Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 060/U/1993 tentang kurikulum pendidikan dasar dan nomor 061/U/ 1993 tentang kurikulum pendidikan menengah (kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurukulum 2004/Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum 2006 / Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Landasan akademik didukung oleh kenyataan adanya berbagai fakultas, jurusan, atau bentuk organisasi lain yang secara khusus mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu sosial. Untuk mendapatkan peminat maka siswa SMP dan SMA diperkenalkan dengan pendidikan ilmu-ilmu sosial dengan harapan pendidikan tersebut dapat menarik minat mereka untuk mengembangkan diri sebagai pakar ataupun pemegang profesi yang erat kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial. Tuntutan riil masyarakat didukung oleh kenyataan adanya berbagai lembaga dalam kegiatan masyarakat yang memerlukan jasa konsultasi dan pemikir lanjutan dari pakar-pakar ilmu – ilmu sosial. Kehadiran pakar ini sedemilkian rupa sehingga 31 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial diyakini bahwa masyarakat tidak mungkin dapat berfungsi dengan baik tanpa jasa dan pikiran para pakar ilmu-ilmu sosial. Adanya kegiatan pembangunan yang semakin pesat menuntut jasa dan pemikiran para pakar ilmu-ilmu sosial leblih dari masa-masa sebelumnya. Perkembangan Kurikulum : Dalam perkembangan kurikulum terus ada perbaikan-perbaikan penyempurnaan, dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah sebagai pedoman pelaksanaanya, telah menetapkan kurikulum ditandai dengan munculnya kurikulum 2004, 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP, Pendidikan Ilmu sosial menggunakan IPS terpadu. Perpaduan antara lalin dari PPKN. Sejarah, Ekonomi, Sosiologi. Tes Formatif : 1. Dasar pandangan seseorang mengenai tujuan yang seharusnya dicapai, materi apa yang seharusnya diberikan dalam suatu upaya mencapai tujuan, dan proses belajar apa yang harus dikembangkan, merupakan: a. Landasan Filosofis b. Landasan Akademik c. Tuntutan masyarakat. 2. Berbagai keputusan seperti : seperti GBHN, UU nomor 2 tahun 1989, PP. Nomor 28 dan 29 tahun 1990 serta juga Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 060/U/1993 dan sebagainya, merupakan a. Landasan Psykhologis b. Landasan Politis c. Landasan Akademis 32 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 3. Upaya untuk menerapkan pendekatan integratif dalam kurikulum ilmu-ilmu sosial hanya dilakukan dalam: a. Kurikulum 2004 b. Kurikulum 1984 c. kurikulum 1975. 4. Pendidikan ilmu sosial dalam kurikulum SMA berikut :(1984 dan 1994) dikembangkan berdasarkan : a. Pendekatan terpadu b. Pendekatan Multidisiplin c. Pendekatan disiplin ilmu terpisah 5. Kenyataan adanya berbagai lembaga dalam kegiatan masyarakat yang memerlukan jasa konsultasi dan pemikir lanjutan dari pakar-pakar ilmu – ilmu sosial merupakan : a.Tuntutan Para ahlli b.Tuntutan riil Masyarakat c.Tuntutan Akademis. 6. Adanya berbagai fakultas, jurusan, atau bentuk organisasi lain yang secara khusus mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu sosial, merupakan : a. Tuntutan Para ahlli b. Tuntutan Akademis. c. Tuntutan riil masyarakat. 33 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Umpan Balik dan Tindak lanjut Bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang ada dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakan rumus dibaawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda mengenai materi Kegiatan Belajar Rumus : Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = ______________________________ X 100% 6 Arti tingkat penguasaan yang anda capai : 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup - 69% = kurang Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas Anda dapat meneruskkan dengan Kegiatan Belajarmodul 3 . Bagus. Tetapi kalau nilai Anda dibawah 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar modul 2 terutama bagian yang belum Anda kuasai. “Selamat Belajar Semoga Sukses” Kunci Jawaban Tes Formatif 1. A , 2. B , 3. C , 4.C , 5.B , 6.A 34 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Daftar Pustaka Azis Wahab, dkk.,1986, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Modul 13,4-6, Universitas Terbuka, Jakarta . Abdul Majid, 2005, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Bimo Walgito, 1980, Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi, Yogyakarta. Dadang Supardan H. , 20008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Hamid Hasan S, 1995, Pendidikan Ilmu Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta. Lili M. Sadeli dkk., 1986, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 1-3, Universitas Terbuka, Jakarta. ---------------------, 1985. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 4-6 Universitas Terbuka, Jakarta. Munandar Soelaeman M. , 2005, Ilmu Sosial Dasar, PT. Refika Adita.a, Bandung. Nursid Sumaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial,Alumni, Bandung. -------------------------, 1986. Perspektif Studi Sosial, Alumni, Bandung. Pujiwati Sayoga,1985, Sosiologi Pembangunan, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta bekerjasama dengan BKKBN. Soerjono Soekanto, 1986, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta. 35 Dra. Sri Puji Astuti, MM Modul 3. MODUL Pendidikan Ilmu Sosial TUJUAN DAN MATERI PENDIDIKAN ILMU SOAL Pendahuluan Pada modul ketiga pada kegiatan ini Anda akan diajak untuk menganalisa Tujuan dan Materi Pendidikan Ilmu Sosial. Anda mungkin sudah mengetahui definisi, pengertian ilmu sosial namun belum memahami tujuan dan materi pendidikan ilmu sosial. Oleh karena itu apa sebetulnya ruang lingkup konsep dasar Pendidikan Ilmu Sosial pada modul ketiga ini akan dibahas : 3.1. Tujuan Pendidikan Ilmu Sosial 3.2. Materi Pendidikan Ilmu Sosial (sumber, macam, isi, sekuensi, organisasi), Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini, ikuti petunjuk di bawah ini : a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari. b. Bacalah dengan baik, bagian ini dan temukan kata-kata kunci yang sulit dalam daftar kamus. c. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. d. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial. 36 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Uraian Materi 3.1. Mengidentifikasi macam-macam tujuan Pendidikan Ilmu Sosial (PIS) Tujuan adalah sesuatu yang mencerminkan hasil yang telah dicapai tetapi juga dilihat sebagai suatu batu ukuran yang menunjukkan sudah sampai dimanakah yang telah dicapai oleh seseorang. Tujuan dibedakan atas tujuan mastery dan tujuan development. Tujuan mastery adalah tujuan antara yang dapat dicapai dalam kegiatan belajar yang relatif singkat, Tujuan development adalah tujuan yang terus menerus dikembangkan karena ia tidak mungkin tercapai melalui beberapa kegiatan belajar saja. Batas akhir tujuan development sukar dikenali karena itu kemampuan tersebut dikembangkan seumur hidup. Dalam hal pendidikan ilmu Sosial harus menentukan batas antara untuk tujuan developmental yang mungkin dicapai pada jenjang SMP dan SMA. Tujuan ini berhubungan dengan pengembangan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai berbagai data dan fakta, istilah, kondep dan generalisasi, teori, hukum, prosedur yang berlaku dalam disiplin ilmu-ilmu sosial. Tujuan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial : 1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa Tujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Walaupun tujuan ini tidak dapat dilepaskan dari pengembangan pribadi siswa, kepedulian utama dari tujuan dalam kategori ini ialah kepentingan disiplin ilmu-ilmu sosial. 2. Pengembangan Kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial : Dapat disebut secara singkat sebagai kemampuan sosial, tujuan mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat lainnya, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa termasuk dalam tujuan ini ialah pengembangan pemahaman dan 37 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat. 3. Pengembangan diri sebagai pribadi : Berkenaan dengan pengembangan sikap, nilai, norma yang menjadi anutan siswa. Kemauan untuk terus – menerus mengembangkan diri melalui belajar di jenjang pendidikan lebih lanjut maupun di luar jalur pendidikan persekolahan pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya, serta sikap positif ter ajuan masyarakat atau bangsa dan juga illmu pengetahuan adalah tujuan yang termasuk kedalam kelompok tujuan pengembangan diri pribadi siswa. Menurut Senesh, 1967, Wronaki dan Bragaw, 1986, Philips, 1987, Trigg, 1991) Pendidikan disiplin-disiplin dalam ilmu-ilmu sosial harus memilliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Ruang lingkup dan pokok kajian. 2. Struktur keilmuan dari setiap disiplin. 3. Fakta, konsep, peristiwa yang dianggap penting. 4. Pokok-pokok pikiran keillmuan 5. Teori-teori penting 6. Tokoh-tokoh yang melahirkan teori 7. Isu penting yang ada di masyarakat Daftar ini bersifat umum dan masih harus dikembangkan oleh setiap disiplin ilmu yang bersangkutan. Misalnya ruang lingkup dan pokok kajian untuk berbeda dari geografi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Fakta konsep dan peristiwaperistiwa masih harus dipilih untuk dijadikan sebagai tujuan pendidikan disiplin ilmuilmu sosial.Demikian pula untuk dengan teori dan generalisasi serta prosedur yang ada dalam setiap disiplin ilmu. 38 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 3.2. Mengeksplorasi berbagai sumber materi Pendidikan Ilmu Sosial Pengembangan materi pendidikan ilmu-ilmu sosial. Pengertian materi yang mencakup aspek subtansi dan aspek proses. Aspek subtansi memberikan apa yang harus dipelajari siswa sebagai suatu obyek studi. Aspek proses memberikan apa yang harus dipelajari siswa sebagai suatu alat yang akan digunakan untuk belajar substansi lebih lanjut. Aspek subtansi terdiri dari teori, generalisasi, konsep, fakta, sikap nilai, dan moral. Aspek proses terdiri atas ketrampilan akademik dan sosial. Pengembangan materi pendidikan ilmu-ilmu sosial dari pendekatan disiplin tunggal/terpisah, pendekatan korelasi yang terdiri atas antar disiplin dan multidisilplin. Perbedaan antara ketiganya digambarkan dalam kedudukan setiap disiplin dalam menentukan tata urutan materi yang dikaji. Dalam pendekatan disiplin terpisah kebebasan disiplin dalam menentukan materi sangat besar, dapat dikatakan sepenuhnya. Dalam pendekatan korelatif kemerdekaan yang demikian sudah tidak mungkin dilakukan, setiap disiplin harus melepaskan kebebasan dalam menentukan materi disiplin ilmu yang semata dari sudut pendangan disiplin ilmunya semata. Setiap disiplin ilmu harus memperhatikan kepentingan disiplin ilmu lainnya. Perbedaan antara pendekatan antar disiplin dan multidisiplin digambarkan dalam perbedaan kebebasan dan kedudukan disiplin ilmu terhadap pokok bahasan. Dalam pendekatan antar disiplin kebebasan yang lebih besar dimiliki oleh suatu disiplin ilmu yang dinyatakan sebagai disiplin ilmu utama. Sedangkan dalam disiplin ilmu penunjang harus membatasi dirinya sesuai kebutuhan yang diminta disiplin utama. Dalam pengembangan materi yang berdasarkan pendekatan multidisiplin setiap disiplin ilmu memiliki kebebasan yang sama sepanjang kebersamaan di antara disiplin ilmu memiliki kebebasan yang sama sepanjang kebersamaan di antara disiplin ilmu terjaga. Untuk suatu pokok bahasan setiap disiplin ilmu dapat mengkajinya sepenuhnya dari konsep-konsep yang relevan yang dimilikinya untuk pokok bahasan tersebut. Sedangkan pendekatan fusi di mana dinyatakan bahwa ciri disiplin ilmu sudah tidak lagi mendapatkan tempat. Pengembangan materi yang demikian dirasakan sesuai 39 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial untuk pengorganisasian kurikulum yangmenggunakan pendekatan IPS seperti yang dilakukan untuk SMP. Dalam model pengembangan materi ini permasalahan sosial dijadikan dasar utama dan bukan disiplin ilmu. Materi dari disiplin ilmu dikembangkan untuk membahas pokok permasalahan sosial yang telah diidentifikasli. Dalam banyak hal pendekatan fusi memiliki kesamaan dengan pendekatan multidisiplin, terkecuali dalam kemandirian dan keutuhan masingmasing disiplin. 3.3. Mengeksplorasi macam-macam materi PIS Pada dasarnya disiplin ilmu : Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata negara dalam berbagai kedudukan kurikuler. Sejarah dan Geografi menjadi materi inti sedangkan yang lain menjadi mata pelajaran pilihan. Pada dasarnya, disiplin-disiplin ini adalah sumber utama materi Pendidikan Ilmu Sosial. Materi pendidikan adalah apa yang dipelajari peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan kurikulum ilmu sosial. Termasuk dalam pengertian ini ialah subtansi dan proses yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Dalam pengertian substansi ilmu-ilmu sosial umumnya terdiri atas pandangan, tema, topik, fenomena, fakta, peristiwa prosedur, konsep, generalisasi dan teori, biasanya dinamakan materi kurikulum. Jadi setiap orang berbicara mengenai materi kurikulum maka yang dimaksudkan adalah hal yang berhubungan dengan pokok – pokok bahasan yang berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep dan sebagainya. Sementara pandangan semacam itu masih dianut banyak orang pandangan baru memasukkan ke dalam pengertian materi kurikulum adalah proses, prosedur, dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan siswa dalam mempelajari aspek substantif tersebut. 1. Teori dan Generalisasi Teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis (Goetz dan Le Compte, 1984:36). Selain sistematis, keterhubungan antara proposisi ataupun generalisasi 40 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial tersebut sudah harus teruji kebenarannya secaara empirik dan dianggap berlaku universal. Contoh : berdasarkan Teori ini para ekonom dapat menjelaskan berbagai fenomena jual beli di Pasar, dari kegiatan pasar yang paling sederhana sampai kegiatan pasar yang paling kompleks. Dalam pendidikan illmu-ilmu sosial kedudukan teori sebagai materi kurikulum sangat penting. Hal ini terutama disebabkan kedudukan teori yang sentral dalam struktur disiplin ilmu.. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa tugas suatu disiplin ilmu adalah mengembangkan teori, dengan menggunakan sebagai materi kurikulum, ada kemungkinan untuk mengembangkan ketrampila-ketrampilan sedemikian rupa sehingga akan terjadi aoa yang dimaksudkan Bruner dengan “transfer of training”, siswa memiliki kemampuan untuk belajar sesuatu yang berdasarkan apa yang sudah diketahui dan dikuasainya. Goetz dan Le Comte (1984:36-38), membagi teori atas 4 (empat) yaitu: - Grand Theory (teori besar) - Theoritical models (model teorites) - Formal and middle-range theory (teori formal dan tingkat menengah). - Substantive theory. Perlu dijelaskan sebagai berikut : Grand theory (teori besar) adalah sistem yang secara ketat mengkaitkan preposisipreposisi dan konsep-konsep yang abstrak sehingga dapat digunakan menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi secara komprehensif sejumlah fenomena besar secara non-probabilitas. Teoritical models ( model teoritis) adalah teori tingkat dua sebagai keterhubungan yang longgar (tidak ketat) antara sejumlah asumsi, konsep, dan preposisi yang membentuk pandangan ilmuwan tentang dunia. Teori ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam mengembangkan, dan memecahkan berbagai persoalan yang diungkapkan., oleh karena itu teori ini bukan untuk menjelaskan saja tetapi juga secara operasional dipakai dalam mengembangkan berbagai aktivitas ilmiah. Teoriteori dalam sosiologi dinamakan fungsionalisme, teori konflik, interaksinisme adalah contoh teori yang dinamakan model teoritis. Formal and middle-range theory (teory formal dan tingkat menengah) 41 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Didefinisi sebagai preposisi yang berhubungan yang dikembangkan untuk menjelaskan beberp kelompok tingkah laku manusia yang abstrak. Teori tingkat ini terbatas dalam ruang lingkupnya dibandingkan untuk menjelaskan beberapa kelompok tingkah laku manusia yang abstrak. Teori tingkat ini terbatas dalam ruang lingkupnya dibandingkan dengan kedua teori yang diatas. Generalisasi yang dijadikan dasar untuk mengembangkan teori sudah bersifat universal tetapi keterikatannya dengan data empirik masih sangat kuat. Contoh Ilmuwan Sosial mengembangkan teori tentang mobilitas sosial yang memiliki tingkat generalisasi yang luas. Tetapi bagaimanapun universalitas generalisasi yang dijadikan dasar masih terbatas dibandingkan dengan rekonstruksionisme sejarah atau fungsionalisme. Teori mobilitas sosial dikembangkan sudah dimaksudkan untuk menjelaskan berbagai kegiatan abstrak yang dinamakan mobilitas kelompok sosial manusia. Contoh lain, teori konflik peran (role conflict theory), teori penyimpangan kepribadian (deviance personality theory), dan teori motivasi (motivation theory). Substantive theory (theory substantive), adalah teori yang paling rendah tingkatan abstraksi dan sangat terbatas dalam keumuman generalisasinya. Teoori yang dikembangkan pada jenjang ini berisikan preposisi atau konsep yang hanya berlaku untuk kelompok populasi, lingkungan, atau waktu tertentu. Contoh teori tentang hubungan ras di suatu tempat, sosialisasi peran seks, kejahatan remaja adalah contoh teori substantif untuk sosiologi yang dikemukakan Goetz dan LeCompte (1984:38) Dalam Antropologi ada teori yang berkenaan masyarakat desa, organisasi, kekerabatan, masyarakat kota, ataupun kolonialisme. Teori ini dikembangkan untuk menggambarkan pola konsumsi masyarakat tertentu di suatu wilayah tertentu dalam ekonomi adalah termasuk kelompok teori substantif. Dalam ilmu sosial dikenal adanya generalisasi. Generasisasi ini sama dengan teori. Generalisasi menggambarkan keterhubungan antara dua atau lebih konsep merupakan hasil yang sudah teruji secara empirik. Generalisasi diperoleh sebagai suatu kesimpulan yang bersifat umum dari suatu penelitian yang menggunakan sampel. Atas dasar kebenaran yang sama terhadap populasi. Generalisasi berbeda dengan teori dalam tingkat keberlakuan teori lebih universal dan lebih kompleks. 42 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Teori sudah dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sementara generalisasi belum. 2. Konsep Konsep diartikan sebagai abstraksi kebersamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat (Bruner, Goodnow dan Austin, 1962). Kesamaan yang dimaksud adalah adanya unsur-unsur yang sama baik dalam bentuk konkret maupun dalam bentuk yang abstrak. Keterhubungan diartikan sebagai adanya hubungan antara berbagai benda atau sifat baik yang sifatnya konkret maupun yang sifatnya abstrak dan terjadi hanya atas dasar pemikiran abstak tertentu pula.. Novak dan Gowin (1986:3-4), lebih menyenangi istilah keteraturan yang dipersepsikan (perceived regularities) untuk menyebutkan abstraksi kesamaan antara benda dan sifat tersebut. Keteraturan yang dimaksud adalah keteraturan dalam apa yang dikatakan sama-sama dimiliki suatu konsep. Kesamaan yang dimiliki aspek-aspek kegiatan manusia dalam suatu budaya membentuk apa yang disebut konsep budaya. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Atribut atau gabungan dari berbagai atrribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya. Contoh: danau memiliki atribut ukuran, bentuk, tempat, dan isi danau.. Berdasarkan atribut itu danau dibedakan dengan benda lainnya tetapi untuk membedakan danau dengan laut diperlukan hanya atribut ukuran, bentuk dan tempat/lokasi. Danau ukurannya kecil dibandingkan laut, bentuknya juga berbeda, letaknya juga berbeda. Ada 3 (tiga) jenis konsep berdasarkan perbedaan keterhubungan nilai atribut tersebut yakni : 1. Konsep Konjungtif, adalah konsep yang paling rendah tingkatnya. Dalam konsep ini benda atau sifat yang menjadi anggota konsep memiliki persamaan yang tinggi dalam nilai atributnya. Contoh : kalau orang berbicara tentang buku ilmiah dengan atribut isi buku, warna sampul, ketebalan buku, serta pembaca buku maka apabila ada buku yang memiliki isi, semuanya mengenai ekonomi mikro, warna sampulnya semuanya merah, semua 43 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial buku ditulis untuk mahasiswa yang baru belajar ilmu ekonomi. Buku tadi dinamakan buku ekonomi mikro membentuk suatu konsep konjungtif. Konsep yang memiliki atribut yang banyak. 2. Konsep disjungtif adalah konsep yang memiliki anggota dengan atribut yang memiliki nilai beragam. Pengelompokan benda atau sifat tersebut dalam suatu konsep karena atributnya memberikan kemungkinan terjadinya perbedaan dalam nilainya. Konsep ini lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan konsep konjungtif. Contoh disjungtif : alat kantor. Atribut konsep ini tidak mungkin berupa bentuk ataupun fungsi khusus suatu benda yang dinamakan alat kantor. Fungsi kertas sebagai alat kantor adalah untuk ditulis sedangkan fungsi mesin tik sebagai alat kantor adalah untuk mengetik. Fungsi yang berbeda pula untuk ballpoint, penggaris, marking pen, dan sebagainya. Meskipun demikian benda-benda tersebut dikeompokkan sebagai satu konsep yang diberi label alat kantor. 3. Konsep Relational : jenis konsep ini konsep yang paling abstrak. Konsep ini kebersamaan antara anggotanya dalam suatu atribut hanya berdasarkan kriteria yang abstrak dan selalu dalam hubungan dengan kriteria tertentu Relasional. Ia tercipta karena adanya relasi yang diciptakan dalam pengertian yang dikandungnya. Jenis konsep paling abstrak adalah konsep relasional. Dalam konsep ini kebersamaan antara anggotanya dalam suaatu atribut hanya berdasarkan kriteria yang abstrak dan selalu dalam hubungan dan kriteria tertentu (relasional) Ia tercipta karena adanya relasi yang diciptakan dalam pengertian yang dikandungnya. Konsep dalam disiplin ilmu-ilmu sosial sangat abstrak. Konsep yang digunakan sedemikian abstrak sehingga kadang-kadang digunakan istilah konstrak (construct) untuk menyatakan bahwa konsep terbentuk sebagai hasil pemikiran abstrak. 44 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Contoh : Konsep Sejarah Konsep Geografi Fakta Sejarah - Fakta Geografi Waktu - Ruang Ruang - Waktu Sumber - Distribusi Penafsiran - Asosoasi Wilayah Ceritera Sejarah - Wilayah Bukti Sejarah - Skala Peristiwa - Interaksi Keruangan Pelaku Sejarah - Peta Hukum Sebab akibat - Lingkungan Kronologi Artefak - Arah - Bentuk wilayah - Cuaca Konsep Ekonomi Konsep Sosiologi Fakta Ekonomi - Fakta Sosiologi Keinginan - Nilai, - Norma Sumber Distribusi - Institusi Kelompok - Keluarga Konsumsi - Kelas Pasar - Komunitas Modal - Kelompok Etnis Benda - Inovasi Jasa - Sistem -Penghasilan - Sosialisasi -Pengeluaran - Status, Peran, Interaksi -Perkembangan - Masyarakat, Modernisasi, - Perubahan 45 Dra. Sri Puji Astuti, MM Konsep Antroplologi MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Konsep Ilmu Politik Fakta Antropologi - Fakta Ilmu Politik Kebudayaan - Kekuasaan Kebutuhan - Struktur Keluarga - Tekanan Tradisi - Kebijaksanaan Perubahan - Kedudukan Kelompok Etnis - Kelompok Penekan Inivasi - Demokrasi Siatem - Pemerintahan Akulturasi - Norma, Isu, Konflik Enkulturasi - Tujuan, Sistem Nilai Evaluasi - Organisasi Ras - Hak, Kewajiban Kekerabatan - Warga negara. 3. Fakta Menurut Schuncke (1988:18), mengatakan bahwa fakta adalah build-ing blocks yang digunakan untuk mengembangkan konsep dan generalisasi. Tanpa fakta tidak akan ada konsep dan tanpa konsep tidak akan ada generalisasi dan selanjutnya tidak akan ada teori. Fakta tidak pernah tersedia begitu saja di lapangan. Fakta tidak juga dapat dikumpulkan langsung dari lapangan. Para ilmuwan hanya dapat mengumpulkan data atau informasi dari lapangan . Data atau informasi itu yang kemudian diolah berdasarkan prosedur tertentu untuk menghasilkan fakta. Jadi fakta dihasilkan berdasarkan proses pengolahan tertentu dan atas pandangan tertentu. 46 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 4. Materi Proses dalam Pendidikan Ilmu Sosial Proses adalah materi kurikulum pendidikan ilmu-ilmu sosial yang berkenaan dengan berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa di dalam kelas, di ruang tertentu, bahkan juga digunakan untuk mengembangkan wawasan, ketrampilan, dan berbagai kemampuan berfikir. Kemampuan tersebut, wawasan, ketrampilan berfikir dan pelaksanaan teknis, adalah materi yang dipelajari bukan hanya sekedar sampai pada mengetahui dan memahami tetapi juga untuk melatih siswa bekerja berdasarkan apa yang dikemukakan dalam materi tersebut. Materi proses dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mencari sumber dan merumuskan informasi, mengolah informasi, mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan apa yang sudah dimilikinya, memecahkan berbagai masalah, dan mengambil berbagai keputusan. Materi untuk proses sebagian terbesar dikembangkan dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Untuk kemampuan berfikir maka cara melihat permasalahan, pemilihan masalah menjadi sesuatu yang dapat dikelola. Operasionalisasi masalah dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret, pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data, cara pengolahan data menjadi fakta, kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan serta cara mengkomunikasikan hasil berfikir sangat ditentukan oleh warna dan ciri khas suatu disiplin ilmu. Dalam pendidikan disiplin ilmu yang memakai pendekatan terpisah, kekhasan setiap disiplin ilmu memang akan lebih menuntut perhatian untuk dikembangkan pada diri peserta didik dibandingkan kesamaan yang ada di antara disiplin-disiplin ilmu tersebut. Materi pendidikan untuk proses berkembang dalam tingkat kesulitan antar jenjang pendidikan. Perkembangan tingkat kesulitan tidak berdasarkan atas meluaskan reuang lingkup materi seperti terjadi pada materi substansi. 47 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 5. Sikap, Nilai dan Moral Materi untuk pendidikan illmu – ilmu sosial yang menjadi wahana pengembangan sikap, nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan dalam bahasan mengenai konsep, maka nilai, norma, dan moral sebenarnya adalah konsep-konsep utama dalam sosiologi dan antroplogi. Oleh karena itu pemahaman mengenai nilai, norma, dan moral dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari ataukah ia tidak bersesuaian itu akan dianggap sebagai pengembangan terhadap isi nilai, norma, dan moral yang berlaku ataukah sebagai sesuatu yang membahayakan. Nilai dan moral adalah nilai dan moral yang diterima masyarakat, kelompok etnis tertentu dan bangsa. Dalam hal ini pendidikan ilmu sosial harus berhati-hati dan jangan sampai mengulang secara tidak perlu materi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Materi yang berasal dari Pendidikan Pancasila seperti nilai yang 36 butir Ekaprasetya Pancakarsa tidak dapat dijadikan materi pendidikan ilmu-ilmu sosial begitu saja. Secara resmi materi tersebut adalah Materi Pendidikan berbagai materi, tetapi dapat diambil untuk materi Pendidikan Ilmu Sosial. Pengertian Nilai atau `Value (Inggris) berasal dari bahasa latin Valere, Valere dalam arti kata baik atau kuat. Pengertian nilai ini menjadi semakin luas yaitu sesuatu yang baik, yang berharga dan berkualitas. Udin Saripudin (1989), menjelaskan bahwa nilai adalah sesuatu yang memiliki kualitas, kebaikan atau harga atau diamati atau diperkirakan sebagai memiliki kualitas, kebaikan atau harga. Milton Rokeah (1977) memberi penjelasan, nilai adalah suatu kepercayaan atau keyakinan (belief) yang bersumber pada sisem nilai seseorang, mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai apa yang berharga atau yang tidak berharga. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan nilai adalah sesuatu yang menunjukkan berharga atau tidak berharga., berkualitas atau tidak berkualitas serta benar dan adil. Pengertian moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak atau akhlak. S. Nasution mendefinisikan bahwa moral adalah seperangkat nilai-nilai standar atau prinsip yang diterima baik dalam konteks kultural 48 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial tertentu. Sedangkan Azis Wahab (1986) mendefinisikan moral adalah suatu tuntutan kebiasaan hukum atau karena tuntutan masyarakat umumnya. Kesimpulannya moral adalah seperangkat nilai, prinsip, sikap yang telah diterima baik yang menuntut diikuti atau dilakukan dalam bentuk perbuatan karena tuntutan kultural yang berlaku. Pengertian Norma atau norm (Inggris), kaidah (Arab), norma atau kaidah adalah petunjuk perilaku yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Abdillah M. Fuad (1995), mengemukakan Norma merupakan kaidah yang mengandung keharusan untuk melakukan sesuatu dan larangan untuk melakukan sesuatu. Tujuan adanya norma adalah untuk memberikan batasanbatasan terhadap seseorang atau masyarakat agar dalam bertindak tidak perlu mempertimbangkan orang lain, karena disamping kita ada orang . Disamping itu norma juga dapaat memisahkan yang mana hak dan yang mana kewajiban. Tentu norma memiliki berbagai jenis yang perlu diadaptasi dan untuk diadopsi oleh kita dalam bentuk perilaku dalam kehidupan bermasyarakat yaitu norma agama, norma hukum, norma adat dan norma kesusilaan. Materi yang bersifat sikap, nilai moral memberikan kesempatan kepada guru pendidikan ilmu sosial untuk bekerja secara profesional. Sebagai pengembang kurikulum di sekolah atau untuk kelas, ia harus berfikir keras untuk mengkaji pokok bahasan dalam kurikulum. Kemampuan untuk kmenemukan sikap nilai dan moral dari pokok bahasan yang tersedia dalam GBPP suatu kurikulum memang harus mendapat binaan yang mendasar. pengorganisasian materi secara Oleh karena itu dapat dipergunakan vertikal maupun horizontal. Pengorganisasian secara Vertikal (dalam Aim Abdulkarim, 2003:9.13), mengandung arti bahwa materi-materi pembelajaran (konsep-konsep) disusun berurutan menurut tingkat keluasannya, atau menurut urutan logisnya dalam struktur keilmuan. Demikian juga dalam hal proses pembelajarannya. Sebagai contoh, pembelajaran konsep “kepentingan umum”, seyogyanya dimulai dengan proses pembelajaran konsep “kepentingan pribadi” dengan alur logika seperti berikut : a. tiap-tiap individu memiliki kepentingan b. terdapat persamaan dan perbedaan kepentingan di antara individu-individu 49 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial c. kepentingan-kepentingan yang sama di antara individu membentuk kepentingan umum di antara mereka. d. kepentingan umum bukan penjumlahan dari kepentingan setiap individu melainkan persekutuan kepentingan-kepentingan yang sama di antara para individu. Sedangkan pengorganisasian materi secara horizontal menunjuk kepada penataan hubung – kait antar materi yang setara pada suatu tingkatan pembelajaran materi tertentu. Apabila materi pembelajaran itu berupa pemahaman konsep, maka pemetaan konsep secara horizontal mengandung arti pengidentifikasian konsepkonsep yang salng terkait dan saling mendukung pagi pemahaman yang komprehensif. Konsep tersebut tidak bersifat inklusif-eksklusif, tetapi lebih bersifat setara. 3.4. Mengeksplorasi isi materi Pendidikan Ilmu Sosial Dalam pengembangan materi pendidikan ilmu sosial pengertian materi yang mencakup aspek subtansi dan aspek proses. Aspek subtansi memberikan apa yang harus dipelajari siswa sebagai suatu obyek studi. Aspek proses memberikan apa yang harus dipelajari siswa sebagai suatu alat yang akan digunakan untuk belajar substansi lebih lanjut. Aspek subtansi terdiri dari teori, generalisasi, konsep, fakta, sikap nilai dan moral. Aspek proses terdirri atas ketrampilan akademik dan sosial.Materi yang secara universal dipelajari siswa di kelas-kelas Pendidikan. Materi proses adalah materi yang dipelajari siswa tetapi tidak berkenaan dengan aspek seperti fakta, konsep, generalisasi ataupun teori tetapi berkenaan dengan prosedur yang harus dilakukan. Materi pendidikan yang bersifat proses haruslah dipelajari dalam bentuk kegiatan dan pelaksanaan proses itu sendiri. 3.5. Menjelaskan macam dan alternative sekuensi materi Pendidikan Ilmu Sosial. Sekuensi materi adalah tata urutan antara suatu materi dengan materi yang lain; dalam bahasa GBPP tata urutan antara pokok bahasan. Dalam konteks kurikulum yang lebih luas sekuensi dapat berkenaan dengan tata urutan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. 50 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Dalam konteks pertama menyangkut pekerjaan guru sehari-hari walaupun GBPP sudah mencantumkan urutan tersebut.. Sebagai pengembang kurikulum guru diberi kebebasan oleh kurikulum nasional untuk mengatur kurikulum guru diberi kebebasan oleh kurikulum nasional untuk mengatur kembali tata urutan yang berlaku: asalkan masih dalam satu semester atau dalam satu catur wulan. Artinya guru masih memiliki tanggung jawab untuk menentukan apakah sekuensi yang telah ditetapkan pengembang kurikulum tingkat pusat sudah dianggapnya memadai ataukah masih harus disesuaikan dengan sifat atau kondisi setempat. Secara sederhana tata urutan dikelompokkan : 1. Pendekatan logis yang berasal dari disiplin ilmu, adalah pendekatan berdasarkan pemikiran logis suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu maka tata urutan logis adalah urutan kronologis progresif, artinya materi pendidikan sejarah disusun berdasarkan urutan waktu dari masa paling tua ke masa paling muda. Olah karena itu pendidikan sejarah dimulai membahas pasa pra-sejarah, Zaman kuno, Zaman tua, Zaman Madya dan seterusnya sampai keZaman paling muda.. 2. Pendekatan Paedagogis Sekuensi yang berdasarkan kependidikan lebih ditekankan pada pertimbangan mengenai siswa dan bukan tata urutan yang ada dari disiplin ilmu. Dalam hal ini kriteria seperti kemudahan, familiarisasi dengan pokok bahasan, dijadikan pertimbangan. Misalnya untuk membahas pokok bahasan penduduk dan warga negara. Penduduk bagi siswa lebih jelas dan dekat dengan pokok bahasan, serta tingkat abstrak suatu materi pokok bahasan dijadikan pertimbangan. 3.6. Menjelaskan macam dan alternative organisasi materi Pendidikan Ilmu Sosial. Pengorganisasian materi membahas bagaimana materi diatur sehingga ia merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pengorganisasian materi amat penting dalam pendidikan ilmu sosial. Dalam Pendidikan Ilmu sosial dikenal jenis pegorganisasian materi yaitu 51 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 1. Pengorganisasian Terpisah Bentuk pengorganisasian terpisah adalah bentuk pengorganisasian materi kurikulum yang tertua. Dalam pengorganisasian kurikulum yang demikian setiap disiplin ilmu-ilmu sosial diajarkan secara terpisah berdasarkan karakteristiknya masing-masing, Contoh : Sejarah diajarkan secara terpisah dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi atau politik. Materi dyang dipelajari siswa diberikan masingmasing disiplin ilmu secara terpisah. Keuntungannya sisa belajar sepenuhnya terpusat pada satu disiplin ilmu . Ketika belajar sejarah terpusat pada materi sejarah saja, Ketika belajar geografi terpusat pada geografi saja. Kompleksitas permasalahan dan cara pemecahan masalah sepenuhnya dikaji dari pemikiran keilmuan disiplin yang bersangkutan. Kelemahan dari pengorganisasian yang demikian ialah menjadikan pendidikan ilmu sosial sebagai suatu pendidikan yang hanya memikirkan kepentingan disiplin ilmu. 2. Pengorganisasian Korelatif Pengorganisasian ini tidak menghilangkan ciri dari disiplin ilmu yang bersangkutan. Pendidikan sejarah sebagai suatu keutuhan tetap saja dipertahankan; seperti halnya dengan pendidikan geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Pengorganisasian ini hanya mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan yang lainnya. Dalam pengembangan materi yang bersifat korelatif, setiap disiplin ilmu lebih sulit. Tim yang mengembangkan materi kurikulum maupun materi pengajaran harus kompak: mereka harus membicarakan keterhubungan antara pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya. 3. Pengorganisasian Fusi Dalam organisasi ini orang tidak bisa mengatakan bahwa ini geografi, sejarah, ekonomi, atau lainnya. Fusi itu memberi kesan seolah –olah ada sesuatu yang baru dimunculkan sebagai peleburan dari disiplin yang ada. Peleburan dalam odel fusi tidak harus melahirkan suatu disipli yang ada. Peleburan dilakukan atas dasar pertimbangan pendidikan dan bukan atas dasar kepentingan ilmu. Ciri disiplin ilmu sudah tidak lagi mendapatkan tempat. 52 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Latihan 1. Jelaskan 3 tujuan pendidikan ilmu sosial! 2. Pengembangan materi pendidikan ilmu-ilmu sosial mencakup aspek subtansi dan aspek proses. Uraikan! 3.Jelaskan materi untuk pendidikan illmu – ilmu sosial yang menjadi wahana pengembangan sikap, nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat!. 4.Apa yang dimaksud dengan fakta ilmu-ilmu sosial? 5. Mengapa pendidikan ilmu-ilmu sosial harus memperhatikan sikap ,nilai. dan moral? 6. Jelaskan tentang konsep ilmu sosial! Jawaban Latihan 1. Baca tentang tujuan pendidikan ilmu sosial dengan teliti dan kembangkan. 2. Aspek proses memberikan apa yang harus dipelajari siswa sebagai suatu alat yang akan digunakan untuk belajar substansi lebih lanjut. Aspek subtansi terdiri dari teori, generalisasi, konsep, fakta, sikap nilai, dan moral. Aspek proses terdiri atas ketrampilan akademik dan sosial. 3. Baca dalam Pengembangan aspek sikap, nilai dan moral dengan teliti. 4. Jelaskan pengertian fakta dan berikan contohnya. 5. - Uraikan pengertian Sikap, nilai dan moral - Uraikan fungsi ilmu-ilmu sosial sebagai wahana pendidikan - Kaitkan fungsi ilmu-ilmu sosial dengan sikap, nilai dan moral 6. Jelaskan pengertian konsep, berikan contoh konsep dalam ilmu sosial. 53 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Rangkuman : Tujuan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial : adalah Pengembangan kemampuan intelektual siswa,Tujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Walaupun tujuan ini tidak dapat dilepaskan dari pengembangan pribadi siswa, kepedulian utama dari tujuan dalam kategori ini ialah kepentingan disiplin ilmu-ilmu sosial. Pengembangan Kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial dapat disebut secara singkat sebagai kemampuan sosial, tujuan mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat lainnya, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa termasuk dalam tujuan ini ialah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Pengembangan diri sebagai pribadi. Berkenaan dengan pengembangan sikap, nilai, norma yang menjadi anutan siswa. Kemauan untuk terus – menerus mengembangkan diri melalui belajar di jenjang pendidikan ebih lanjut maupun di luar jalur pendidikan persekolahan pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya, serta sikap positif bertujuan masyarakat atau bangsa dan juga illmu pengetahuan adalah tujuan yang termasuk kedalam kelompok tujuan pengembangan diri pribadi siswa. Materi untuk pendidikan illmu – ilmu sosial yang menjadi wahana pengembangan sikap, nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan dalam bahasan mengenai konsep, maka nilai, norma, dan moral sebenarnya adalah konsep-konsep utama dalam sosiologi dan antroplogi. Pada dasarnya disiplin ilmu : Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata negara dalam berbagai kedudukan kurikuler. Sejarah dan Geografi menjadi materi inti sedangkan yang lain menjadi mata pelajaran pilihan. Pada dasarnya, disiplin-disiplin ini adalah sumber utama materi Pendidikan Ilmu Sosial. 54 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Materi pendidikan adalah apa yang dipelajari peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan kurikulum ilmu sosial. Termasuk dalam pengertian ini ialah subtansi dan proses yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Setiap disiplin ilmu harus memperhatikan kepentingan disiplin ilmu lainnya. Perbedaan antara pendekatan antar disiplin dan multidisiplin digambarkan dalam perbedaan kebebasan dan kedudukan disiplin ilmu terhadap pokok bahasan. Dalam pendekatan antar disiplin kebebasan yang lebih besar dimiliki oleh suatu disiplin ilmu yang dinyatakan sebagai disiplin ilmu utama. Sedangkan dalam disiplin ilmu penunjang harus membatasi dirinya sesuai kebutuhan yang diminta disiplin utama. Dalam pengembangan materi yang berdasarkan pendekatan multidisiplin setiap disiplin ilmu memiliki kebebasan yang sama sepanjang kebersamaan di antara disiplin ilmu memiliki kebebasan yang sama sepanjang kebersamaan di antara disiplin ilmu terjaga. Untuk suatu pokok bahasan setiap disiplin ilmu dapat mengkajinya sepenuhnya dari konsep-konsep yang relevan yang dimilikinya untuk pokok bahasan tersebut. Materi yang bersifat sikap, nilai moral memberikan kesempatan kepada guru pendidikan ilmu sosial untuk bekerja secara profesional. Sebagai pengembang kurikulum di sekolah atau untuk kelas, ia harus berfikir keras untuk mengkaji pokok bahasan dalam kurikulum. Kemampuan untuk kmenemukan sikap nilai dan moral dari pokok bahasan yang tersedia dalam GBPP suatu kurikulum memang harus mendapat binaan yang mendasar. pengorganisasian materi secara Oleh karena itu dapat dipergunakan vertikal maupun horizontal. 55 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Tes Formatif : 1. Tujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan merupakan : a. Pengembangan kemampuan intelektual siswaen b. Pengembangan Kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial c. Pengembangan diri dan pribadi. 2. Pengembangan materi dengan sah kebebasan disiplin dalam menentukan materi sangat besar, dapat dikatakan sepenuhnya, merupakan pengembangan materi dengan : a. Pengorganisasian fusi b. Pengorganisasian terpisah c. Pengorganisasian struktur. 3. Pengorganisasian ini hanya mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan yang lainnya, merupakan : a. Pengorganisasian terpisah b. Pengorganisasian terpadu c. Pengorganisasian korelasi 4. Materi untuk pendidikan illmu – ilmu sosial yang menjadi wahana pengembangan sikap, nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat dapat diperoleh melalui : a. dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari b. dapat dikembangkan dengan penyuluhan c. dapat dikembangkan dengan pemberian hadiah. 5. Komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis disebut : a. Fakta b. Generalisasi c. Teori 56 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 6. Dalam konsep ini benda atau sifat yang menjadi anggota konsep memiliki persamaan yang tinggi dalam nilai atributnya dan konsep ini tarafnya paling rendah , merupakan : a. Konsep Konjungtif b. Konsep Disjungtif c. Konsep Relational. Umpan Balik dan Tindak lanjut Bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang ada dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakan rumus dibaawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda mengenai materi Kegiatan Belajar Rumus : Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = ______________________________ X 100% 6 Arti tingkat penguasaan yang anda capai : 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup - 69% = kurang Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas Anda dapat meneruskkan dengan Kegiatan Belajar modul 4 Bagus. Tetapi kalau nilai Anda dibawah 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar modul 3 terutama bagian yang belum Anda kuasai. “Selamat Belajar Semoga Sukses” 57 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Kunci Jawaban Tes Formatif 1. A , 2. B , 3. C , 4.A , 5.C , 6.A Daftar Pustaka Azis Wahab, dkk.,1986, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Modul 13,4-6, Universitas Terbuka, Jakarta . Abdul Majid, 2005, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Bimo Walgito, 1980, Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi, Yogyakarta. Dadang Supardan H. , 20008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Hamid Hasan S, 1995, Pendidikan Ilmu Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta. Lili M. Sadeli dkk., 1986, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 1-3, Universitas Terbuka, Jakarta. ---------------------, 1985. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 4-6 Universitas Terbuka, Jakarta. Munandar Soelaeman M. , 2005, Ilmu Sosial Dasar, PT. Refika Adita.a, Bandung. Nursid Sumaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial,Alumni, Bandung. -------------------------, 1986. Perspektif Studi Sosial, Alumni, Bandung. Pujiwati Sayoga,1985, Sosiologi Pembangunan, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta bekerjasama dengan BKKBN. Soerjono Soekanto, 1986, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta. 58 Dra. Sri Puji Astuti, MM Modul 4: MODUL Pendidikan Ilmu Sosial MODEL/STRATEGI PEMBELAJARAN IS DI SEKOLAH Pendahuluan Pada modul keempat pada kegiatan ini Anda akan diajak untuk menganalisa Model/strategi Pembelajaran Ilmu Sosial di Sekolah. Anda mungkin sudah seringkali Mempelajari metode atau strategi mengajar di sekolah. Oleh karena itu bagaimana sebenarnya model atau strategi Pembelajaran Illmu Sosial di sekolah! Pada modul keempat ini akan dibahas : Model/strategi Pembelajaran Kognitif Model/strategi Pembelajaran Afektif. Konsep ini perlu diketahui lebih dahulu, oleh karena itu agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini, ikuti petunjuk di bawah ini: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari. b. Bacalah dengan baik, bagian ini dan temukan kata-kata kunci yang sulit dalam daftar kamus. c. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda. d. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial. 59 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Uraian Materi 4.1. Model/Strategi Pembelajaran Kognitif (pengetahuan). Mengenai pengajaran pengetahuan (kognittif ) dan pemahaman untuk pendidikan ilmu sosial strategi pembelajarannya bisa menggunakan hafalan dan pemahaman . Pengetahuan yang paling awal adalah hafalan tidak ada yang diingat, dengan demikian tidak ada pemahaman dan proses berfikir yang tinggi, Meskipun demikian, strategi pengajaran yang dimaksud haruslah bukan yang mengandung kegiatan menghafal. Kegiatan menghafal tidak memberi jaminan kelanggengan penyimpanan informasi. Artinya seseorang hafal bukan karena melakukan hafalan itu sendiri tetapi karena ia melakukan sesuatu yang lain dan sebagai akibatnya ia hafal. Dalam bukunya yang terkenal dengan Taxonomy of Educational Obyectives, Bloom (1956: 62-78), mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang dilakukan dengan cara mengingat atau memanggil kembali apa yang sudah ada dalam memori seseorang tentang sesuatu pokok pikiran, materi, atau fenomena. Selanjutnya dikemukakan pengetahuan terdiri atas pengetahuan istilah, tentang fakta, tentang cara, untuk berhubungan dengan sesuatu, tentang ide, skema, proses, prosedur dan pola. -Pengetahuan istilah : pengetahuan tentang lambang khusus baik yang bersifat verbal maupun bukan verbal. Termasuk istlah ini adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. -Pengetahuan tentang fakta, harus dimiliki siswa secara benar. Contoh fakta sejarah harus disebutkan secara tepat dan benar. Proklamasi Kemerdekaan apabila disebutkan tahun 1946 adalah keliru. -Pengetahuan tentang cara untuk berhubungan dengan sesuatu terdiri atas pengetahuan tentang langkah-langkah untuk suatu kegiatan inkuiri, urutan kronologis, cara mengemukakan pokok pikiran, menyusun suatu karya ilmiah, kecenderungan, klasifikasi, kategori, kriteria dan metodologi. Pengetahuan ini penting bagi mereka yang melakukan sesuatu. Tanpa pengetahuan ini maka ia sukar mempertanggungjawabkan apa yang sedang atau dilakukannya. Seorang 60 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial siswa yang tidak tahu tata cara melakukan wawancara maka tidak mungkin dia dapat melakukan wawancara dengan baik. Menurut Abdul Madjid (2005, 49), dikemukakan bahwa ditinjau dari kompetensi yang ingin dicapai, pengalaman belajar siswa meliputi : kognitif, Kompetensi ranah kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan menilai pengalaman belajar yang relevan dengan setiap tingkatan tersebut . Dijelaskan sebagai berikut : Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghaval verbal atau para prase di luar kepala, berlatih menemukan taktik menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan (mnemonic). Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan ), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, menyimpulkan, dan sebagainya. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukakn dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian (judgement) terhadap obyek studi menggunakan kriteria tertentu. 4.2. Model/Strategi Pembelajaran Afektif Pendidikan ilmu sosial diharapkan untuk membuat seseorang menyenangi dan bahkan mau menggunakan sesuatu yang dipelajari maka sikap positif terhadap apa yang telah dipelajarinya harus dikembangkan. Yang bersangkutan harus memiliki nilai yang dapat digunakan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Keyakinan itu adalah suatu nilai dan dengan demikian ia menjadi tanggung jawab dari pendidikan disiplin ilu itu sendiri. Lebih-lebih untuk pendidikan ilmu sosial yaitu pendidikan mengenai disiplin-disiplin ilmu yang berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan manusia. Jadi dunia pendidikan disiplin ilmu sosial harus memperhatikan masalah sikap, nilai moral yang harus dikembangkan. 61 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Apa yang terjadi pada saat ini dalam dunia pendidikan ilmu-ilmu sosial menunjukkan ketidak pedulian terhadap makna mempelajari disiplin ilmu sosial, sehingga menunjukkan ketidakpedulian terhadap makna yang dipelajari. Menurut Abdul Madjid (2005, 49), berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai antara lain meliputi tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian (Valuing) dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain : berlatih memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang di hadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta obyek yang mempunyai nilai etika dan estetika; berlatih menilai di tinjau dari segi baik buruknya, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap obyek studi; berlatih menerapkan / mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam perilaku kehidupan seharihari. Secara konkrit, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif tersebut antara lain dengan mengamati dan menirukan contoh/model/panutan, mendatangi obyek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan yang dipelajari dan sebagainya. Pendidikan Ilmu Sosial harus juga mengembangkan pemahaman rasa senang, kemauan untuk memiliki, dan menerapkan sikap, nilai dan moral. Yang ada dalam masyarakat pada diri siswa, aspek – aspek itu menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia : pemikiran, tingkah laku, hasil karya, sikap umum masyarakat terhadap sesuatu nilai yang berlaku dalam masyarakat. Prinsip pengembangan Nilai pada diri siswa meliputi : a. Pemahaman terhadap nilai moral b. Penghargaan terhadap nilai moral c. Identifikasi terhadap nilai moral d. Penerapan nilai dalam perilaku e. Pembentukan wawasan dan kebiasaan. Dalam pembahasan ini dikemukakan kedua model yang dapat dipergunakan guru dalam mengembangkan pendidikan ilmu-ilmu sosial untuk mencapai ranah afektif. 62 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Model tersebut adalah bermain peran dan drama sosial, karena model ini lebih sesuai dengan pengembangan yang bersifat afektif. Bermain peran (Role Playing) : suatu peroses belajar di mana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain, Orang lain itu mungkin seorang Presiden, Menteri, tokoh masyarakat, pejabat, hukum, dosen/guru, pemegang profesi lain atau bahkan orang biasa. Dalam kegiatannya para siswa mencoba melakukan sesuatu (berfikir, berperasaan, dan bertindak) yang mungkin beda dari apa yang biasa dia lakukan dalam posisi dia sebagai siswa.. Proses belajar yang dinamakan bermain peran menuntut kualitas tertentu pada siswa.Keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan, dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang. Drama Sosial : Penentuan peran dalam drama sosial dapat dilakukan pada waktu itu juga (spontan setelah permasalahan dibahas). Peran yang dimainkan seorang siswa tidak perlu dipersiapkan secara mendalam seperti dalam bermain peran. Aspek positif yang tercapai dalam drama sosial, guru harus berupaya untuk menghilangkan aspek negatif yang mungkin terjadi di antara siswa yang memegang peran tersebut. Dalam drama sosial, pembahasan mengenai masalah merupakan kegiatan pertama . Kemudian dilanjutkan tujuan yang akan dicapai untuk masalah tersebut dan peran yang akan terlibat dalam masalah yang dikemukakan. Bagaiimana mengembangkan permainan, sepenuhnya diserahkan kepada siswa yang akan memegang peran. Latihan 1. Jelaskan pengertian tentang pengetahuan! 2. Jelaskan Kompetensi ranah kognitif! 3. Jelaskan Kompetensi ranah afektif! 4.Sebutkan prinsip pemahaman nilai pada diri siswa! 5.Uraikan dengan contoh model pembelajaran Pendidikan Ilmu sosial! 63 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Jawaban Latihan 1. Pengetahuan terdiri atas pengetahuan istilah, tentang fakta, tentang cara, untuk berhubungan dengan sesuatu, tentang ide, skema, proses, prosedur dan pola. ( baca dengan teliti dan uraikan) 2. Kompetensi ranah kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan menilai pengalaman belajar yang relevan dengan setiap tingkatan tersebut 3. Kompetensi afektif : kompetensi yang ingin dicapai antara lain meliputi tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian (Valuing) dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain : berlatih memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang di hadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta obyek yang mempunyai nilai etika dan estetika; berlatih menilai di tinjau dari segi baik buruknya, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap obyek studi; berlatih menerapkan / mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari. 4. Prinsip pengembangan Nilai pada diri siswa meliputi : f. Pemahaman terhadap nilai moral g. Penghargaan terhadap nilai moral h. Identifikasi terhadap nilai moral i. Penerapan nilai dalam perilaku Pembentukan wawasan dan kebiasaan. 5. Model tersebut adalah bermain peran dan drama sosial, karena model ini lebih sesuai dengan pengembangan yang bersifat afektif (buatlah contoh model bermain peran dan drama sosial (coba dilatih pada peserta didik) . Rangkuman Mengenai pengajaran pengetahuan (kognittif ) dan pemahaman untuk pendidikan ilmu sosial strategi pembelajarannya bisa menggunakan hafalan dan pemahaman . Pengetahuan yang paling awal adalah hafalan tidak ada yang diingat, dengan demikian tidak ada pemahaman dan proses berfikir yang tinggi, Meskipun demikian, strategi pengajaran yang dimaksud haruslah bukan yang mengandung kegiatan 64 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial menghafal. Kegiatan menghafal tidak memberi jaminan kelanggengan penyimpanan informasi. Artinya seseorang hafal bukan karena melakukan hafalan itu sendiri tetapi karena ia melakukan sesuatu yang lain dan sebagai akibatnya ia hafal. Menurut Abdul Madjid (2005, 49), dikemukakan bahwa ditinjau dari kompetensi yang ingin dicapai, pengalaman belajar siswa meliputi : kognitif, Kompetensi ranah kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan menilai pengalaman belajar yang relevan dengan setiap tingkatan tersebut Pendidikan ilmu sosial diharapkan untuk membuat seseorang menyenangi dan bahkan mau menggunakan sesuatu yang dipelajari maka sikap positif terhadap apa yang telah dipelajarinya harus dikembangkan. Yang bersangkutan harus memiliki nilai yang dapat digunakan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Keyakinan itu adalah suatu nilai dan dengan demikian ia menjadi tanggung jawab dari pendidikan disiplin ilu itu sendiri. Lebih-lebih untuk pendidikan ilmu sosial yaitu pendidikan mengenai disiplin-disiplin ilmu yang berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan manusia. Menurut Abdul Madjid (2005, 49), berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai antara lain meliputi tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian (Valuing) dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain : berlatih memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang di hadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta obyek yang mempunyai nilai etika dan estetika; berlatih menilai di tinjau dari segi baik buruknya, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap obyek studi; berlatih menerapkan / mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam perilaku kehidupan seharihari. Prinsip pengembangan Nilai pada diri siswa meliputi : j. Pemahaman terhadap nilai moral k. Penghargaan terhadap nilai moral l. Identifikasi terhadap nilai moral m. Penerapan nilai dalam perilaku n. Pembentukan wawasan dan kebiasaan. 65 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Dalam pembahasan ini dikemukakan kedua model yang dapat dipergunakan guru dalam mengembangkan pendidikan ilmu-ilmu sosial untuk mencapai ranah afektif. sesuai dengan pengembangan yang bersifat afektif. Bermain peran (Role Playing) : suatu peroses belajar di mana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain, Orang lain itu mungkin seorang Presiden, Menteri, tokoh masyarakat, pejabat, hukum, dosen/guru, pemegang profesi lain atau bahkan orang biasa. Dalam kegiatannya para siswa mencoba melakukan sesuatu (berfikir, berperasaan, dan bertindak) yang mungkin beda dari apa yang biasa dia lakukan dalam posisi dia sebagai siswa.. Proses belajar yang dinamakan bermain peran menuntut kualitas tertentu pada siswa.Keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan, dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang. Drama Sosial : Penentuan peran dalam drama sosial dapat dilakukan pada waktu itu juga (spontan setelah permasalahan dibahas). Peran yang dimainkan seorang siswa tidak perlu dipersiapkan secara mendalam seperti dalam bermain peran. Tes Formatif 1. Mengenai pengajaran untuk pendidikan ilmu sosial yang menggunakan strategi pembelajarannya dengan hafalan dan pemahaman merupakan: d. Pemahaman kognitif e. Pemahaman afektif f. Pemahaman psychomotor. 2. Pengetahuan tentang lambang khusus baik yang bersifat verbal maupun bukan verbalyang termasuk istlah ini adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, merupakan a. Pengetahuan istilah b. Pengetauan umum c. Pengetahuan khusus 66 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial 3. Proklamasi Kemerdekaan apabila disebutkan tahun 1946 adalah keliru ini merupakan : a. Pengetahuan Istilah b. Pengetahuan Fakta c. pengetahuan umum 4. Menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan merupakan : a. Kompetensi Psychomotor b. Kompetensi Afektif c. Kompetensi Kognitif. 5. Suatu proses belajar di mana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain, seperti menjadi guru, dokter, kepala desa, merupakan model pembelajaran menggunakan metode: a. Pemberian Tugas b. Metode Demontrasi c. Bermain Peran (Role Playing) 6. Kompetensi yang ingin dicapai antara lain meliputi tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian (Valuing) dan internalisasi (internalization) merupakan tujuan pembelajaran berkenaan : a. ranah kognitif b. ranah afektif c. ranah psychomotor. Umpan Balik dan Tindak lanjut Bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes formatif yang ada dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakan rumus dibaawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda mengenai materi Kegiatan Belajar 67 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Rumus : Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = ______________________________ X 100% 6 Arti tingkat penguasaan yang anda capai : 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup - 69% = kurang Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas Anda dapat meneruskkan dengan Kegiatan Belajar modul lain. Bagus. Tetapi kalau nilai Anda dibawah 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar modul 4. terutama bagian yang belum Anda kuasai. “Selamat Belajar Semoga Sukses” Kunci Jawaban Tes Formatif 1. A. , 2. A , 3. B , 4.C , 5. C , 6.B 68 Dra. Sri Puji Astuti, MM MODUL Pendidikan Ilmu Sosial Daftar Pustaka Azis Wahab, dkk.,1986, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Modul 13,4-6, Universitas Terbuka, Jakarta . Abdul Majid, 2005, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Bimo Walgito, 1980, Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi, Yogyakarta. Dadang Supardan H. , 20008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Hamid Hasan S, 1995, Pendidikan Ilmu Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta. Lili M. Sadeli dkk., 1986, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 1-3, Universitas Terbuka, Jakarta. ---------------------, 1985. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 4-6 Universitas Terbuka, Jakarta. Munandar Soelaeman M. , 2005, Ilmu Sosial Dasar, PT. Refika Adita.a, Bandung. Nursid Sumaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial,Alumni, Bandung. -------------------------, 1986. Perspektif Studi Sosial, Alumni, Bandung. Pujiwati Sayoga,1985, Sosiologi Pembangunan, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta bekerjasama dengan BKKBN. Soerjono Soekanto, 1986, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta. 69