PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT INAP RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.01 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pelayanan pasien yang dimaksud adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi. Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan radiologi bagi pasien Instalasi Rawat Inap Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien yang akan diperiksa mendaftar terlebih dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan tindakan pelayanan radiologi yang berisi data pasien, jenis pemeriksaan serta indikasi klinis dari dokter pengirim. 2. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien pada buku registrasi pasien radiologi, serta membuatkan billing radiologi rawat inap yang dilampirkan di dalam buku rekam medis pasien. 3. Pasien yang telah mendaftar dipersilakan menunggu di ruang tunggu. 4. Petugas radiologi memanggil pasien untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO, selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi dengan didampingi petugas bangsal hingga pemeriksaan selesai dilaksanakan. 5. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu kembali di ruang tunggu. 6. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto dan bila tidak memungkinkan dilakukan pengulangan foto maka petugas radiologi membatalkan pemeriksaan dengan memberikan keterangan tentang penyebabnya pada status pasien. 7. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa kembali lagi ke bangsal dengan diantar petugas bangsal. 8. Petugas bangsal mengambil hasil pemeriksaan foto dalam waktu paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Inap, Uper PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN No. Dokumen : 03.08.02 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pelayanan pasien yang dimaksud adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan radiologi bagi pasien Instalasi Rawat Jalan Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Unit Terkait : Referensi : yang akan diperiksa mendaftar terlebih dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan tindakan pelayanan radiologi yang berisi data pasien, jenis pemeriksaan serta indikasi klinis dari dokter pengirim. Pasien atau keluarga pasien melengkapi tagihan administrasi ke bagian uper dengan membawa billing radiologi rawat jalan dari radiologi. Setelah administrasi dilengkapi serta billing tagihan diserahkan kembali kepada petugas radiologi maka pasien dipersilakan menunggu di ruang tunggu radiologi. Petugas radiologi memanggil pasien untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO, selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi dan jika diperlukan, pihak keluarga/ pengantar pasien membantu jalannya pemeriksaan. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan menunggu kembali di ruang tunggu. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto dan bila tidak memungkinkan dilakukan pengulangan foto, petugas radiologi membatalkan pemeriksaan dengan memberikan keterangan tentang penyebabnya pada status pasien. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa pulang dan hasil bisa diambil pada waktu yang telah dijanjikan. Pengambilan hasil radiologi dilakukan paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Instalasi Rawat Jalan, Uper PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.03 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pelayanan pasien yang dimaksud adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi. Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan radiologi bagi pasien Instalasi Rawat Darurat. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Keluarga pasien yang akan diperiksa mendaftar dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan tindakan pelayanan radiologi yang berisi data pasien, jenis pemeriksaan serta indikasi klinis dari dokter pengirim. 2. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien pada buku registrasi pasien radiologi, serta membuatkan billing radiologi yang dilampirkan di dalam buku rekam medis pasien. 3. Pasien yang telah mendaftar dipersilakan masuk ruang pemeriksaan untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO,selanjutnya dilakukan pemeriksaan hingga pemeriksaan selesai. 4. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu kembali di ruang tunggu. 5. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto dan bila tidak memungkinkan dilakukan pengulangan foto ,petugas radiologi membatalkan pemeriksaan dengan memberikan keterangan tentang penyebabnya pada status pasien 6. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa kembali lagi ke Instalasi Rawat Darurat dengan diantar petugas Instalasi Rawat Darurat. 7. Petugas Instalasi Rawat Darurat bisa mengambil foto tanpa bacaan terlebih dulu ( pinjam basah ) bila diperlukan, dalam keadaan cito, foto bisa segera diberi hasil oleh radiolog, dan bila tidak cito, hasil bacaan foto bisa diambil paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Darurat, Uper PELAYANAN ADMINISTRASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.04 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Alur Pelayanan adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan, serta tertib administrasi. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien yang akan diperiksa, didaftarkan terlebih dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi 2. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien pada buku registrasi. 3. Petugas administrasi radiologi membuatkan billing radiologi kepada pasien/keluarga pasien/pengantar pasien untuk dibayarkan di uper, khusus untuk pasien rawat inap, tagihan dilampirkan pada buku rekam medis pasien. 4. Petugas administrasi radiologi meminta bukti tanda lunas pembayaran dari uper kepada pasien/ keluarga pasien/ pengantar pasien. 5. Pasien dipersilakan menunggu di ruang tunggu. 6. Petugas radiologi memanggil pasien untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi 7. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu kembali di ruang tunggu. 8. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto. 9. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa pulang/ kembali lagi ke bangsal (pada pasien rawat inap). 10. Hasil pemeriksaan foto dapat diambil dalam waktu paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Darurat, dan Uper PENDOKUMENTASIAN HASIL EXPERTISE RADIOGRAFI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.05 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Hasil expertise adalah hasil pembacaan radiografi oleh dokter spesialis radiologi yang dilakukan secara tertulis pada blangko expertise Tujuan : Untuk menertibkan administrasi dokumen hasil expertise Kebijakan : Pembacaan atau ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sesuai jadwal.Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Dokter radiologi memberi expertise rangkap 3, berwarna putih, pink, kuning. 2. Petugas administrasi memilahkan hasil expertise tersebut, yang berwarna putih disertakan bersama hasil radiograf dan dimasukkan ke dalam amplop hasil, lembar warna pink dimasukkan dalam buku rekam medis pasien, sedangkan lembar yang berwarna kuning untuk arsip radiologi. 3. Petugas administrasi mengarsipkan hasil expertise lembar warna kuning di lemari arsip radiologi. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Inap dan memudahkan pencarian PENGGUNAAN PROTEKSI RADIASI BAGI PETUGAS RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.06 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Proteksi Radiasi adalah alat/cara yang digunakan untuk melindung diri dari bahaya radiasi. 2. Petugas Radiasi adalah petugas radiologi yang saat itu menjalankan pemeriksaan dengan sinar X- ray. 3. Alat Pelindung diri bisa berupa tabir pelindung, apron, gonad shield, atau sarung tangan Pb. Tujuan : Menghindari resiko bahaya radiasi bagi petugas radiasi. Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah No. 188/2885.9/08/2014 lampiran No. 13 Prosedur : 1. Petugas radiasi berlindung di belakang tabir pelindung pada waktu eksposi berlangsung. 2. Jika petugas radiasi harus memegang pasien,dikarenakan keluarga pasien atau petugas bangsal tidak ada, maka petugas radiasi diharuskan memakai apron. 3. Petugas radiasi menggunakan lapangan penyinaran sesuai besarnya obyek sehingga mengurangi radiasi hambur. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGGUNAAN PROTEKSI RADIASI BAGI PASIEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.07 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Proteksi Radiasi adalah alat/cara yang digunakan untuk melindung diri dari bahaya radiasi. 2. Pasien yang dimaksud adalah pasien yang saat itu menjalani pemeriksaan. 3. Alat Pelindung diri bisa berupa tabir pelindung, apron, gonad shield, atau sarung tangan Pb Tujuan : Menghindari resiko bahaya radiasi bagi pasien. Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit.Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi hanya mengerjakan pemeriksaan atas perintah dokter secara tertulis. 2. Petugas radiologi menggunakan radiasi seefektif mungkin dan mengatur kolimator / luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya obyek yang diperiksa untuk mengurangi radiasi hambur yang akan diterima oleh pasien. 3. Petugas radiologi berusaha menghindari pengulangan foto. 4. Bila memungkinkan, pasien dipakaikan apron sehingga radiasi yang diterima sekecil mungkin. 5. Petugas radiologi menghindari pemeriksaan bagi wanita hamil kecuali sangat diperlukan. 6. Khusus untuk wanita hamil tersebut, petugas radiologi memfokuskan pemasangan load atau apron di sekitar perut. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGGUNAAN PROTEKSI RADIASI BAGI LINGKUNGAN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.08 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Proteksi Radiasi adalah alat/cara yang digunakan untuk melindung diri dari bahaya radiasi. 2. Lingkungan yang dimaksud adalah setiap orang yang berada disekitar daerah radiasi. Tujuan : Menghindari resiko bahaya radiasi bagi lingkungan Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit.Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi hanya menggunakan alat radiologi yang telah di kaliberasi dan mendapatkan sertifikat keamanan radiasi dari BAPETEN(Badan Pengawasan Tenaga Nuklir) 2. Petugas radiologi menggunakan peralatan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 3. Memberi tanda di atas pintu ruangan dengan lampu merah yang bila menyala menandakan berlangsungnya pemeriksaan. 4. Memberi tanda yang bisa dibaca oleh umum bahwa ruangan tersebut daerah radiasi. 5. Memberi pengertian kepada pengantar pasien agar tidak ikut masuk dalam ruangan pemeriksaan kecuali sangat diperlukan dan atas ijin petugas radiologi. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI PETUGAS RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.09 Tanggal Terbit : 01Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud adalah cek fisik petugas radiologi berhubungan dengan efek radiasi yang ditimbulkan oleh X-ray. 2. Pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi pemeriksaan Laboratorium darah lengkap, urin, pemeriksaan radiologi foto thorax , EKG serta konsultasi dengan dokter perihal kesehatan yang dihadapi. 3. Petugas radiologi yang dimaksud adalah dokter spesialis radiologi, radiografer, petugas administrasi radiologi dan petugas teknisi radiologi. Tujuan : Menghindari sekecil mungkin resiko bahaya radiasi bagi petugas radiologi Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi meminta persetujuan untuk pemeriksaan kesehatan dari dokter dengan di ketahui Kepala Instalasi Radiologi 2. Petugas radiologi membawa surat pengantar ke bagian laboratorium dan radiologi untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan. 3. Segala hasil pemeriksaan dibukukan dan dievaluasi, apabila memerlukan tindak lanjut maka Kepala Instalasi Radiologi memberikan pengantar untuk meneruskan pemeriksaan ke bagian yang dibutuhkan. 4. Pemeriksaan kesehatan dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun atau lebih sesuai kebutuhan. 5. Setiap biaya yang berhubungan dengan cek fisik tersebut serta pengobatan yang memungkin ditanggung oleh pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMELIHARAAN PESAWAT RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.10 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeliharaan pesawat radiologi adalah tata cara penerapan langkah-langkah pemeliharaan pesawat radiologi yang dilakukan oleh petugas radiologi bersama dengan teknisi radiologi, hal ini dilakukan secara rutin 1 bulan sekali. Tujuan : Agar pesawat sinar-X selalu dalam kondisi baik dan siap dipakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi membersihkan bagian-bagian pesawat rontgen serta mempersiapkan dan menata peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan 2. Petugas radiologi menghidupkan pesawat rontgen sesuai dengan standar prosedur operasional pemakaian pesawat. 3. Petugas radiologi bersama-sama dengan teknisi radiologi melakukan uji fungsi tombol-tombol pada meja kontrol dan meja pasien radiologi. 4. Petugas radiologi melakukan pemanasan alat dan memastikan alat masih berfungsi baik. 5. Bila telah selesai digunakan pemeriksaan, petugas memastikan pesawat sinar- X masih tetap dalam kondisi baik dan bersih 6. Petugas radiologi mematikan pesawat kembali sesuai standar prosedur operasional pemakaian alat. 7. Pemanasan alat dilakukan tiap hari sebelum dilakukan pemeriksaan dan uji fungsi dilakukan berkala bersama dengan teknisi radiologi setiap 1 (satu) bulan sekali meliputi keseluruhan fungsi pesawat X-ray serta mengisi kartu perawatan pesawat. 8. Bila terjadi hal yang kurang baik dan atau ada suatu kerusakan, dilakukan sesuai prosedur perbaikan alat radiologi. Unit Terkait : IPSRS Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PERBAIKAN ALAT,SARANA & PRASARANA RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.11 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Alat radiologi yang dimaksud adalah pesawat General X-ray, pesawat Panoramic, ID Camera, Automatic Processing Film dan Lampu Baca Rontgen 2. Sarana dan prasarana meliputi alat-alat non medis, barang rumah tangga, dan fisik bangunan. 3. Perbaikan dilakukan apabila pada saat perawatan atau pemakaian alat / sarana dan prasarana radiologi ditemukan kerusakan dan tidak berfungsi. Tujuan : Agar alat, sarana dan prasarana radiologi selalu dalam kondisi aman,baik dan siap pakai untuk menunjang pelayanan di Instalasi Radiologi. Kebijakan : 1. Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 2. Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi dan keselamatan pasien, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi melaporkan secara lisan perihal kerusakan alat ,sarana dan prasarana rumah sakit kepada IPSRS / Sub Bag. Rumah Tangga dan Umum sesuai jenis kerusakan. 2. Petugas radiologi mengisi form permohonan perbaikan alat , sarana dan prasarana untuk diserahkan ke IPSRS / Sub.Bag Rumah Tangga dan Umum. 3. Teknisi radiologi / staf Sub.Bag Rumah Tangga dan Umum mengecek fungsi alat radiologi / sarana & prasarana yang dimaksud dan apabila ditemukan kerusakan maka segera dilakukan perbaikan jika memungkinkan. PERBAIKAN ALAT, SARANA & PRASARANA RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.11 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Prosedur : 4. Apabila ternyata saat itu alat radiologi / sarana & prasarana yang dimaksud tidak memungkinkan diperbaiki oleh teknisi radiologi / staf Sub.Bag.Rumah Tangga dan Umum, maka teknisi radiologi / Staf Sub.Bag Rumah Tangga dan Umum segera melaporkan kepada Kepala Instalasi Radiologi, untuk dilakukan perbaikan oleh pihak ketiga. 5. Selama alat radiologi yang dimaksud dalam kondisi tidak bisa dipakai maka segala pemeriksaan yang berhubungan dengan alat radiologi tersebut dihentikan untuk sementara waktu sampai pesawat radiologi bisa digunakan lagi, dan jika diperlukan bisa memberitahukan ke bangsal yang sering mengirimkan pasien. Unit Terkait 6. : IPSRS, Sub.Bagian Rumah Tangga dan Umum, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PEMAKAIAN PESAWAT GENERAL X-RAY RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.12 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pesawat General X- ray adalah pesawat sinar X yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi konvensional. Tujuan : Agar pesawat radiologi selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi menghidupkan handle pesawat dengan posisi “on” 2. Petugas radiologi menghidupkan power pesawat dengan tombol “I” hingga lampu indikator menyala. 3. Petugas radiologi menyamakan arus masuk ke pesawat melalui selector line voltage dengan posisi “220” 4. Petugas radiologi memilih program yang akan digunakan pemeriksaan dengan menekan tombol. 5. Petugas radiologi melakukan pemanasan alat dengan memilih dari kondisi tegangan (kV) dan arus (mA)yang terkecil dahulu berangsur hingga yang besar. 6. Pemanasan dilakukan dengan menekan tombol “ready”, setelah indikator menyala baru tekan “expose”. 7. Petugas radiologi melakukan pemanasan 3-5 kali expose. 8. Petugas radiologi menggunakan untuk pemeriksaan setelah 10 menit, dimaksudkan agar pesawat dalam kondisi yang lebih stabil. 9. Apabila pesawat radiologi sudah tidak digunakan untuk pemeriksaan lagi maka power pesawat dimatikan ”O” setelah seluruh selektor diputar pada kondisi yang paling kecil. 10. Petugas radiologi mematikan handle pesawat dengan posisi”Off” 11. Apabila terjadi hal yang kurang baik dan atau ada suatu kerusakan, segera dicari penyebabnya yang mungkin untuk dilakukan perbaikan oleh teknisi radiologi 12. Bila teknisi radiologi tidak dapat memperbaiki maka teknisi radiologi mengajukan perbaikan sesuai prosedur perbaikan alat radiologi. Unit Terkait : IPSRS Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMAKAIAN ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.13 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film secara otomatis Tujuan : Agar automatic processing film selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi menghidupkan saklar listrik (dalam posisi “on”). 2. Petugas radiologi menghidupkan power automatic processing (dalam posisi “on”) hingga lampu petunjuk menyala. 3. Setelah 10 menit petugas radiologi memanaskan alat automatic processing dengan memasukkan film tester (film yang tidak terpakai) untuk mengecek fungsi sistem alat hingga alat sudah benar-benar operasional. 4. Petugas radiologi memasukkan film yang telah digunakan untuk pemeriksaan dalam keadaan kamar sudah gelap dengan cahaya bantu saja (safety light) hingga lampu penunjuk yang ada pada alat mati, dan baru bisa dimasukkan film lagi bila lampu penunjuk tersebut menyala. 5. Petugas radiologi mematikan kembali power pesawat radiologi apabila sudah tidak digunakan lagi(dalam posisi “off”) hingga lampu penunjuk pada pesawat radiologi mati. 6. Petugas mematikan kembali saklar listrik dalam posisi “off”. Unit Terkait : Referensi : IPSRS PERAWATAN ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.14 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Automatic Processing Film adalah dengan proses secara otomatis alat untuk mencuci film Tujuan : Agar automatic processing film selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi membersihkan bagian-bagian alat automatic processing serta mempersiapkan dan menata peralatan yang dibutuhkan 2. Petugas radiologi menghidupkan alat automatic processing sesuai standar prosedur operasional pemakaian automatic processing 3. Petugas radiologi melakukan uji fungsi alat automatic processing tersebut. 4. Petugas radiologi melakukan pemanasan alat dan memastikan alat masih berfungsi baik. 5. Petugas radiologi mematikan alat automatic processing kembali sesuai standar prosedur operasional pemakaian alat, jika sudah tidak digunakan. 6. Perawatan dilakukan oleh petugas radiologi tiap hari sebelum dilakukan pemeriksaan dan pengecekan berkala dilakukan oleh teknisi radiologi setiap 1 (satu) minggu sekali meliputi keseluruhan fungsi automatic processing. 7. Bila terjadi hal yang kurang baik atau ada suatu kerusakan, lakukan sesuai standar prosedur operasional perbaikan alat automatic proccessing Unit Terkait : IPSRS Referensi : PENGGANTIAN LARUTAN PADA ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.15 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film dengan proses secara otomatis 2. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang digunakan untuk mencuci film yang dimasukkan dalam alat automatic processing berupa larutan developer dan larutan fixer. Tujuan : Agar alat automatic processing selalu dalam kondisi siap pakai dan menghasilkan gambar yang sesuai harapan. Kebijakan : Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan di kamar gelap yang meliputi pembuatan dan penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, serta pencucian film dilakukan oleh radiografer. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mengganti larutan developer dan fixer setiap 1(satu) minggu sekali dan dilakukan pada hari senin sebelum pelayanan, dan apabila sebelum 1(minggu) minggu gambaran yang dihasilkan alat automatic processing tersebut tidak sempurna maka larutan developer dan fixer diganti pada hari tersebut. 2. Petugas radiologi menampung larutan develover dan fixer tersebut pada wadah yang telah tersedia. 3. Petugas radiologi membersihkan sisa larutan yang masih menempel pada rol-rol automatic processor dan pada wadah automatic processor dengan disikat dan dibilas air berkali-kali sehingga bersih. 4. Petugas radiologi mengisi larutan developer dan larutan fixer baru pada wadah yang terdapat pada alat automatic processing, untuk larutan developer pada wadah developer dan larutan fixer pada wadah fixer. 5. Petugas radiologi membersihkan kembali alat automatic processing sehingga tidak ada bekas-bekas tumpahan air sewaktu mengisi larutan diatas. 6. Petugas radiologi menghidupkan alat automatic processing tersebut, sesuai standar prosedur operasional pemakaian alat automatic processing, sehingga alat bisa dipakai kembali seperti biasa. Unit Terkait : Referensi : IPSRS PEMBUANGAN LIMBAH LARUTAN ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.16 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film secara otomatis 2. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang digunakan untuk mencuci film yang dimasukkan dalam alat automatic processing berupa larutan developer dan larutan fixer. 3. Limbah yang dimaksud adalah sisa larutan yang sudah tidak digunakan lagi. Tujuan : Kebijakan : Limbah pencucian film dikelola oleh Instalasi Sanitasi. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi dalam bekerja menggunakan alat pelindung diri ( APD ) dan pakaian kerja. 2. Petugas radiologi menampung limbah larutan pencucian( developer dan fixer ) ke dalam wadah yang telah tersedia. 3. Petugas radiologi menyerahkan limbah tersebut ke Instalasi Sanitasi untuk dikelola lebih lanjut. 4. Petugas radiologi mengisi buku ekspedisi penyerahan limbah radiologi yang ditandatangani oleh petugas radiologi dan petugas sanitasi. Unit Terkait : Instalasi Sanitasi Referensi : 1. Agar limbah larutan tidak mencemari lingkungan sekitar. 2. Mencegah infeksi Nosokomial. PEMBUATAN LARUTAN DEVELOPER DAN FIXER PADA AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.17 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film secara otomatis 2. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang digunakan untuk mencuci film yang dimasukkan dalam alat automatic processing berupa larutan developer dan larutan fixer. 3. Larutan developer adalah larutan pembangkit untuk mengubah bayangan tak tampak menjadi tampak 4. Larutan Fixer adalah larutan penetap yaitu untuk menetapkan bayangan dan melindungi bayangan dari kerusakan. Tujuan : Agar larutan yang dibuat selalu pada kemampuan optimal yang sama sehingga alat automatic processing film selalu siap pakai. Kebijakan : Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan di kamar gelap yang meliputi pembuatan dan penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, serta pencucian film dilakukan oleh radiografer. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mengambil bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan larutan developer dan fixer ditempat penyimpanan bahan 2. Petugas radiologi membuat cairan developer dan fixer dengan aturan:Developer air 3,650 L, cairan A : 1, 250 L, cairan B : 62,5 ml, cairan C : 72 ml. Fixer air 3,875 L, cairan A : 1 L, cairan B : 125 ml. 3. Petugas radiologi mencampur masing-masing larutan tersebut sampai homogen 4. Petugas radiologi memasukan larutan developer dan fixer tersebut kedalam automatic processing film. 5. Petugas radiologi bisa menggunakan automatic processing film tersebut sesuai standar prosedur operasional pemakaian automatic processing film. 6. Petugas merapikan dan membersihkan kembali alat atau bahan yang telah dipakai dan dikembalikan ketempat semula. Unit Terkait : Referensi : PEMBERIAN IDENTITAS PASIEN PADA FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.18 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Identitas pasien berisi tentang data pasien yang diperiksa, berupa nama, umur, serta tanggal pemeriksaan. Tujuan : Untuk memudahkan administrasi serta menghindari terjadinya kekeliruan dan atau tertukarnya film Kebijakan : Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan di kamar gelap yang meliputi pembuatan dan penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, serta pencucian film dilakukan oleh radiografer. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Sebelum dilakukan exposi petugas radiologi memberi tanda pada kaset film yang akan digunakan pemeriksaan, meliputi tanda posisi R/L, 2. Setelah dilakukan exposi, petugas radiologi mencetak identitas pasien pada alat ID Camera sesuai standar prosedur operasional pemakaiannya, meliputi: nama pasien, umur, serta tanggal dilakukan pemeriksaan. 3. Petugas radiologi menyerahkan film yang telah diproses kepada petugas administrasi Unit Terkait : Referensi : PEMAKAIAN ALAT ID CAMERA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.19 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : ID CAMERA adalah alat yang digunakan untuk mencetak identitas film Tujuan : Untuk memudahkan administrasi kekeliruan dan atau tertukarnya film Kebijakan : Identifikasi foto berupa marker ( R / L), nama pasien, tanggal lahir, umur, dan nomor rekam medis pasien. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi menghidupkan power “on” pada alat ID Camera 2. Petugas radiologi menyalakan lampu test yang menandakan alat tersebut bisa digunakan. 3. Petugas radiologi menyelipkan tulisan identitas pasien yang akan dicetak ke film yang meliputi: nama, umur, tanggal pemeriksaan. 4. Petugas radiologi memasukkan kaset yang sudah terexposi ke alat ID Camera dengan cara memasukkan ujung kaset tempat cetakan secara tertelengkup hingga indikator lampu menyala. 5. Petugas radiologi mencabut kaset yang telah dicetak setelah lampu indikatornya mati. 6. Petugas radiologi mematikan kembali alat ID Camera dalam posisi “off”. Unit Terkait : Referensi : serta menghindari terjadinya PERMINTAAN FOTO CITO RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.20 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Permintaan Foto cito adalah permintaan foto dengan kasus khusus yang sifatnya darurat dan harus segera dilaksanakan. Tujuan : Agar pasien yang memerlukan foto cito segera dapat dilayani dengan baik. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Permintaan foto cito pada jam kerja, petugas Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan atau Instalasi Rawat Darurat, pasien bisa langsung dibawa ke Instalasi Radiologi. 2. Permintaan foto cito diluar jam kerja, petugas Instalasi Rawat Darurat menghubungi petugas jaga radiologi. Untuk pasien rawat inap, bisa langsung menghubungi Instalasi Rawat Darurat untuk diteruskan kepada petugas radiologi. 3. Petugas radiologi datang dan melakukan pemeriksaan foto cito sesuai permintaan dokter pengirim. 4. Hasil radiograf langsung diserahkan kepada dokter pengirim / dokter jaga ( pinjam basah ) untuk interpretasi awal maksimal 1 jam. 5. Jika diperlukan pembacaan/ekspertise foto maka petugas radiologi menghubungi dokter spesialis radiologi untuk memberikan ekspertise. 6. Hasil radiograf dengan ekspertise bisa diambil di Instalasi Radiologi dalam waktu 1 x 24 jam 7. Petugas radiologi mengarsipkan hasil bacaan/expertise. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PERMINTAAN BAHAN HABIS PAKAI ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.21 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai alkes (alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan yg digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan yang bisa habis setelah digunakan, seperti : film rontgen , larutan automatic processing film, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menulis daftar permintaan pada blangko permintaan rangkap 3 sesuai dengan daftar kebutuhan bahan habis pakai alkes (alat kesehatan) radiologi 2. Petugas administrasi radiologi menyerahkan blangko tersebut kepada Kepala Instalasi Radiologi untuk disetujui dan diteruskan kepada Kasie Penunjang Medis Diagnostik dan Kabid Penunjang Medis. 3. Setelah semua blangko terisi berikut persetujuannya maka lembar tersebut diserahkan kepada gudang farmasi untuk direalisasikan. 4. Petugas radiologi menunggu realisasi barang tersebut dari gudang farmasi. Unit Terkait : Referensi : Gudang Farmasi PERMINTAAN BAHAN HABIS PAKAI NON ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.22 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai non alkes (alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan bukan alkes yg digunakan untuk menunjang pelayanan radiologi secara umum yang bisa habis setelah digunakan, seperti : alat tulis, alat kebersihan, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah No. 188/2885.9/08/2014 lampiran No. 13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menulis daftar permintaan pada blangko permintaan rangkap 3 sesuai dengan daftar kebutuhan bahan habis pakai non alkes(alat kesehatan) radiologi 2. Petugas administrasi radiologi menyerahkan blangko tersebut kepada Kepala Instalasi Radiologi untuk disetujui dan diteruskan kepada Kasie Penunjang Medis Diagnostik dan Kabid Penunjang Medis. 3. Setelah semua blangko terisi berikut persetujuannya maka lembar tersebut diserahkan kepada gudang umum untuk direalisasikan. 4. Petugas radiologi menunggu realisasi barang tersebut dari gudang umum. Unit Terkait : Gudang Umum Referensi : PENERIMAAN BAHAN HABIS PAKAI ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.23 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai alkes(alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan yg digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan yang bisa habis setelah digunakan, seperti : film rontgen , larutan automatic processing film, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pihak gudang farmasi memberitahukan bahwa permintaan barang sudah dipenuhi. 2. Petugas radiologi mengecek barang yang akan diterima ke gudang farmasi, berupa nama barang, tanggal kadaluwarsa serta volume/ukuran lainnya, disesuaikan dengan permintaan barang. Apabila tidak sesuai dengan permintaan dan atau tanggal kadaluwarsa terlewat atau terlalu dekat maka barang dikembalikan pihak gudang. 3. Setelah barang sesuai dengan pesanan maka barang dicatat dalam buku penerimaan barang serta menandatangani lembar penerimaan barang. 4. Petugas radiologi membawa barang tersebut ke bagian radiologi Unit Terkait : Gudang Farmasi Referensi : PENERIMAAN BAHAN HABIS PAKAI NON ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.24 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai non alkes (alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan bukan alkes yg digunakan untuk menunjang pelayanan radiologi secara umum yang bisa habis setelah digunakan, seperti : alat tulis, alat kebersihan, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pihak gudang umum memberitahukan bahwa permintaan barang sudah dipenuhi. 2. Petugas radiologi mengecek barang yang akan diterima ke gudang umum, berupa nama barang, tanggal kadaluwarsa serta volume/ukuran lainnya, disesuaikan dengan permintaan barang. Apabila tidak sesuai dengan permintaan dan atau tanggal kadaluwarsa terlewat atau terlalu dekat maka barang dikembalikan pihak gudang. 3. Setelah barang sesuai dengan pesanan maka barang dicatat dalam buku penerimaan barang serta menandatangani lembar penerimaan barang. 4. Petugas radiologi membawa barang tersebut ke bagian radiologi Unit Terkait : Gudang Umum Referensi : PEMERIKSAAN THORAX RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.25 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Thorax ialah pemeriksaan radiologi di daerah rongga dada untuk melihat jantung dan seluruh lapangan paru-paru dari apex paru hingga sinus prenicus costalis. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada jantung dan paru-paru, seperti TB, cardiomegali, massa, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan, serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain untuk menanggalkan bendabenda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar lapangan paru (seperti kalung dll) serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi PA : Pasien berdiri membelakangi sinar, dada menempel kaset dengan seluruh bayangan lapangan paru masuk kaset. Kedua tangan bertolak pinggang, siku didorong kedepan. Penempatan kaset : kedua acromion 5 cm dari atas kaset, CP : V.Thoracal IV, CR : horizontal tegak lurus obyek, FFD : 150 cm 5. Proyeksi AP : Pasien supine / erect , menghadap sinar, dengan penempatan kaset di punggung, kedua lengan dilipat ke atas / diletakkan disamping kepala, CP pada V. Thoracal IV,CR : tegak lurus obyek, FFD : 150 cm 6. Proyeksi Lateral : Posisi tubuh pasien miring 90˚ ( true lateral ), kedua lengan dilipat diatas kepala, MSP tubuh sejajar dengan kaset, CP pada V.Thoracal IV, CR : tegak lurus obyek, FFD : 150 cm PEMERIKSAAN THORAX RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.25 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Prosedur : Unit Terkait : Referensi : No. Revisi : 02 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 7. Pada waktu eksposi, pasien diinstruksikan untuk inspirasi penuh dan menahan nafas. 8. Bila telah selesai, petugas mempersilahkan pasien ganti baju kembali dan membereskan perlengkapan yang telah dipakai. Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. CRANIUM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.28 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Cranium adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang kepala. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada cranium, seperti fraktur, fissure, tumor, corpus allineum, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar kepala. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, kepala menempel pada kaset, dengan posisi true AP, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP (mid sagital plane) kepala tegak lurus kaset, CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : glabella, FFD : 90 cm 5. Proyeksi Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi, dengan posisi kepala true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP (mid sagital plane) kepala sejajar kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : sella turcica, FFD : 90 cm 6. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN CERVICAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.29 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Cervical adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang- tulang leher / tulang penyangga kepala. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang-tulang leher, seperti fraktur, compressi, penyempitan pada foramen intervertebralis, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar cervical. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine / erect, leher menempel pada kaset dan bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset dengan kepala agak ekstensi, CR : 5˚ kearah cranial, CP pada Cervical 4-5, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi dengan posisi true lateral, MSP tubuh sejajar kaset dengan kepala agak ekstensi, CR : tegak lurus obyek, CP pada Cervical 4-5, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri , CR : tegak lurus obyek, CP pada Cervical 4-5, FFD : 90 cm 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN THORACO-LUMBAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.30 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Thoraco-lumbal adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang pada persambungan antara Vertebrae Thoracal dan Vertebrae Lumbal. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada daerah thoraco-lumbal. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar Thoraco-lumbal serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah thoraco-lumbal menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset ,CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.thoraco-lumbal, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Posisi pasien miring ke salah satu sisi, kedua tangan dilipat diatas kepala, Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.thoraco-lumbal, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri , kedua tangan dilipat diatas kepala, CR : vertical tegak lurus, CP : V.thoraco-lumbal, FFD : 90 cm. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN LUMBAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.31 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Lumbal adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang antara Vertebra Thoracal dan os.Sacrum Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Lumbal, seperti fraktur, compressi, low back pain, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar vertebra lumbal serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah lumbal menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V. lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Posisi pasien miring ke salah satu sisi dengan Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset, kedua tangan dilipat diatas kepala, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V. lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri, kedua tangan dilipat diatas kepala ,CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V. lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN LUMBO-SACRAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.32 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Lumbo-sakral adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang pada persambungan antara Vertebra Lumbal dan os Sacrum. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Lumbo-sakral. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar lumbo-sacral serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah lumbo-sakral menempel pada kaset dan bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset , CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.Lumbo-sakral, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Posisi pasien miring ke salah satu sisi , kedua tangan dilipat diatas kepala, Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.Lumbo-sakral, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri, CR : vertical tegak lurus obyek, CP pada V.Lumbo-sakral, FFD : 90 cm. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. SACRUM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.33 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Sacrum adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat ulang belakang antara Lumbal dan Os. Coccygeus. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Os. Sacrum. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os. Sacrum serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine ( true AP ), daerah sacrum menempel pada kaset dan bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset ,CR : 15˚ cephalad, CP : pada pertengahan spina illiaca anterior superior dan simpisis pubis, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. COCCYGEUS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.34 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Coccygeus adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang antara Lumbal dan Os. Coccygeus / tulang ekor. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Os Coccygeus Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os. coccygeus serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi, batas atas lumbal 5 dan batas bawah os. coxygeus, 10 cm belakang Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset,, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : pada coccygeus yaitu kira-kira 10 cm di belakang mid axillary line ( MAL ) , FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS PELVIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.35 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os Pelvis adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pembentuk panggul. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada panggul. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar panggul serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine ( true AP ), panggul menempel pada kaset dengan batas atas lumbal 3-4 dan batas bawah simpisis pubis, MSP tubuh tegak lurus kaset ,CR : vertical tegak lurus obyek, CP : 5 cm di atas simpisis pubis, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ABDOMEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.36 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan abdomen adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat rongga perut dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Abdomen, seperti illeus, massa, batu, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar abdomen serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah abdomen menempel pada kaset dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis. MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP pada Lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi LLD : Posisi pasien miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan, kedua tangan dilipat diatas kepaala, MSP tubuh sejajar kaset, CR : horizontal tegak lurus kaset, CP : lumbal 3-4, FFD : 90 cm 6. Proyeksi ½ Duduk : Posisi pasien 1/2 duduk di salah satu sisi meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : tegak lurus kaset, CP : pertengahan kaset, FFD : 90 cm 7. Pada waktu eksposi pasien diinstruksikan ekspirasi dan menahan nafas. 8. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN BONE SURVEY RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.37 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Bone Survey adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat seluruh tulang panjang yaitu Kepala (AP), Cervical (AP), Thoracal (AP), Lumbal (AP), Pelvis (AP), Humerus kanan kiri (APLateral), Antebrachii (AP-Lateral), Manus (AP-Lateral), Femur (APLateral), Cruris (AP-Lateral), Pedis (AP-Lateral). Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang yang menyeluruh. ( Proses metastase pada kasus keganasan) Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar obyek yang hendak diperiksa serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi Cranium (AP), Cervical (AP), Thoracal (AP), Lumbal (AP), Pelvis(AP), Humerus kanan kiri (AP-Lateral), Antebrachii (AP-Lateral), Manus(AP-Lateral), Femur (AP-Lateral), Cruris (APLateral), Pedis (AP-Lateral). 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN PANORAMIC RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.38 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Panoramic adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat susunan gigi geligi dengan menggunakan pesawat khusus. ( pesawat panoramic ) Tujuan : Untuk melihat kelainan pada gigi geligi seperti impaksi, radang,carries gigi, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan berupa kaset panoramic dan plastic untuk alas gigi, dan hanya melayani pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar obyek pemeriksaan seperti anting, gigi palsu, kawat behl. 3. Persilakan pasien duduk di tempat duduk pada pesawat panoramic tersebut dengan menghadap kaca. 4. Atur ketinggian pesawat sesuai dengan ketinggian pasien.letakkan dagu pada chin rest sehingga posisi kepala dari pasien simetris.Gigi incisivus ( gigi depan ) pasien menggigit bite block. Temporal claps di gunakan untuk fiksasi kepala. Hidupkan lampu indikator untuk mengecek kesimetrisan kepala. Bila kepala sudah simetris, lampu indikator di matikan. Tentukan KV / Daya tembus sesuai ketebalan obyek. Tekan tombol reset. 5. Pada saat ekspose, instruksikan pasien untuk tetap diam. 6. Petugas radiologi melakukan ekspose hingga suara bel mati, kemudian pasien dibebaskan dari posisi semula, dan dengan demikian pemeriksaan selesai dilakukan. 7. Petugas radiologi membereskan kembali alat dan bahan yang telah digunakan. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMAKAIAN ALAT PERSONAL MONITOR ( FILM BADGE ) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.39 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Prosedur pemakaian personil monitoring adalah tata cara menggunakan film badge untuk semua petugas yang bekerja di radiologi, yang berfungsi untuk memantau besarnya dosis yang diterima masing-masing petugas. Tujuan : 1. Untuk mengetahui berapa dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. 2. Untuk menyelamatkan / menghindari dari radiasi yang berlebihan. 3. Sebagai tindak lanjut apabila seseorang mendapatkan radiasi melebihi dosis yang ditentukan. Kebijakan : Petugas radiologi selama menjalankan tugas di Instalasi Radiologi harus memakai film badge. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap satu bulan sekali Instalasi Radiologi mendapat film badge dari BPFK Surakarta sejumlah petugas radiologi yang ada. 2. Setelah menerima film badge yang dikirim oleh BPFK Surakarta, maka dibagikan kepada masing-masing petugas radiologi sesuai dengan nomor, nama personal, bulan dan tahun pemakaian yang tertera pada film badge. 3. Petugas radiologi setiap hari harus memakai film badge. 4. Setiap akhir bulan film badge yang telah dipakai dikumpulkan dan diganti dengan film badge yang baru. 5. Film badge yang telah dipakai dikirim ke BPFK Surakarta untuk mendapatkan data dari masing-masing orang. 6. Selanjutnya untuk bulan berikutnya Instalasi Radiologi sudah mendapat hasil dari catatan film badge. 7. Secara periodik hasil film badge tersebut dicatat dalam buku dan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Radiologi. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGGUNAAN ALAT PROTEKSI RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.40 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Penggunaan alat pelindung proteksi radiasi adalah tata cara menggunakan alat pelindung radiasi pada saat pemeriksaan radiologi berlangsung. Tujuan : 1. Untuk keselamatan kerja bagi petugas radiasi. 2. Untuk mengurangi penerimaan dosis radiasi bagi petugas radiasi. Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap pekerja radiasi harus berlindung dibelakang tabir proteksi radiasi (tembok beton/Pb). 2. Menggunakan tabir Pb yang dilengkapi dengan kaca Pb. 3. Setiap pekerja radiasi bila terpaksa memegang pasien pada saat pemeriksaan berlangsung harus memakai APRON. 4. Penggunaan radiasi seefektif mungkin dan kolimator / luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya obyek sehingga mengurangi radiasi hambur. 5. Mencegah pengulangan foto. 6. Mengatur jarak antara petugas radiasi dengan sumber radiasi (makin jauh dari sumber radiasi makin kecil terkena radiasi). Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENYERAHAN HASIL RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.41 Tanggal Terbit : 22 Oktober 2015 No. Revisi : 03 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR drg. R Basoeki SoetARJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Hasil radiologi yang dimaksud adalah foto rontgen hasil pemeriksaan radiologi beserta dengan ekspertisenya. Tujuan : 1. Untuk menertibkan administrasi. 2. Untuk menghindari terjadinya insiden pada pasien dikarenakan tertukarnya hasil pemeriksaan radiologi. 3. Untuk menyerahkan hasil foto tersebut terhadap orang yang berhak menerima. Kebijakan : Setiap produk hasil pemeriksaan radiologi harus dilakukan verifikasi terlebih dahulu oleh petugas radiologi sebelum di ekspertise dan sebelum diserahkan kepada pasien. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pengambilan hasil radiologi untuk pasien dari Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Darurat dilakukan diruang administrasi radiologi. 2. Setiap penyerahan hasil radiologi dicatat dalam buku penyerahan hasil dan ditandatangani oleh pasien / keluarga pasien / petugas bangsal. 3. Sebelum hasil radiologi diserahkan kepada pasien, petugas radiologi harus mengecek kesesuaian antara identitas yang tertulis di amplop, hasil radiograf, dan di lembar ekspertise dokter spesialis radiologi. 4. Untuk pasien dari Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Darurat, setelah selesai pemeriksaan, pasien/penanggung jawab pasien diberikan kartu pengambilan hasil, dan pengambilan hasil radiologi dilakukan dengan cara menyerahkan kartu tersebut. 5. Untuk pasien dari Instalasi Rawat Inap, penyerahan hasil dilakukan oleh petugas administrasi radiologi ke bangsal yang bersangkutan. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PEMINJAMAN FOTO SEBELUM DIBERI HASIL EXPERTISE ( PINJAM BASAH ) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.42 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud pinjam basah yaitu setelah dilakukan pemeriksaan radiologi, atas pertimbangan tertentu maka hasil radiograf / foto di pinjam terlebih dahulu sebelum diberi expertise oleh dokter spesialis radiologi. Tujuan : Kebijakan : Hasil radiologi diserahkan setelah ada ekspertise dari dokter spesialis radiologi, terkecuali status dipinjam basah. Untuk hasil radiologi panoramic tidak memerlukan ekspertise. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap peminjaman dicatat dalam buku registrasi 2. Peminjam mencatat nama dan menandatangani dibuku registrasi. 3. Setiap peminjaman wajib dikembalikan untuk kemudian diberi hasil ekspertise. 4. Setiap foto yang dipinjam bila melebihi 1 hari kerja maka bukan lagi menjadi tanggung jawab Instalasi Radiologi. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : 1. Agar tertib administrasi. 2. Agar foto yang dipinjam bisa dipertanggungjawabkan PENGUKURAN SASARAN MUTU INSTALASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.43 Tanggal Terbit : 2 Januari 2016 No. Revisi : 08 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Yang dimaksud adalah bagaimana cara pengukuran sasaran mutu Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pengukuran sasaran mutu. Kebijakan : Untuk peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi dibuat indikator mutu dan sasaran mutu secara periodik. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : Untuk sasaran mutu waktu pelayanan pemeriksaan pasien radiologi untuk tiap jenis posisi sampai hasil radiograf jadi maksimal 10 menit : 1. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 2. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga hasil radiograf jadi. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien. 4. Hasil Pengukuran: Jumlah pemeriksaan pasien yang dilayani dibawah 10 menit di bagi dengan jumlah seluruh pemeriksaan pasien dalam satu bulan dikalikan 100 %. Untuk sasaran mutu pelaksanaan ekspertise dilaksanakan oleh dokter spesialis radiologi maksimal 3 jam : 1. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 2. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga hasil radiograf selesai di ekspertise oleh dokter spesialis radiologi. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien 4. Hasil pengukuran : Jumlah tindakan yang diberi hasil ekspertise dibawah 3 jam di bagi dengan jumlah tindakan keseluruhan dalam satu bulan dikalikan 100 % 5. PENGUKURAN SASARAN MUTU INSTALASI RADIOLOGI No. Dokumen : 03.08.43 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Prosedur Tanggal Terbit : 02 Januari 2016 : No. Revisi : 07 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Kepuasan pelanggan : Dilakukan survey kepuasan pelanggan oleh Humas dan pemasaran. Unit terkait : Instalasi Radiologi, Humas dan pemasaran Referensi : - PELAPORAN FILM BADGE RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.44 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Film badge adalah film kontrol dosis radiasi yang diterima oleh pekerja di lingkungan radiasi Tujuan : Agar jika terjadi jumlah dosis yang melebihi batas maka segera ditindak-lanjuti Kebijakan : Film badge dikirim ke BPFK Surakarta setiap 3 bulan sekali untuk di evaluasi dan di dokumentasikan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mengumpulkan berkas film badge. 2. Petugas radiologi mengirimkan kembali film badge kepada BPFK Surakarta sekaligus dalam 3 bulan. 3. Setiap hasil jawaban dari BPFK dibukukan untuk kemudian di evaluasi. 4. Jika ada hal yang perlu di tindaklanjuti maka segera dilaporkan. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PERSIAPAN PASIEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.45 Tanggal Terbit : 01 Oktober 2016 No. Revisi : 03 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Persiapan pasien adalah persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum pemeriksaan radiologi. Contoh pemeriksaan BNO,USG abdomen, MSCT Scan Abdomen, dan pemeriksaan radiologi dengan aplikasi kontras water soluble intravena. Tujuan : 1. Untuk membersihkan rongga abdomen dari udara dalam usus dan faeces yang akan mengganggu gambaran foto sehingga menghasilkan kualitas radiograf / foto yang lebih optimal untuk membantu menegakkan diagnosa. 2. Pada pemeriksaan USG agar obyek yang diperiksa bisa terlihat jelas. 3. Untuk mencegah terjadinya Contrast Injure Nephrophaty (CIN). Kebijakan : Pengaturan jadwal dan persiapan pemeriksaan radiologi dan USG dilakukan oleh petugas radiologi. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas memastikan bahwa pemeriksaan tersebut dengan menggunakan persiapan 2. Petugas memberitahukan persiapan yang perlu dilakukan. 3. Persiapan yang perlu dilakukan adalah : a. Pemeriksaan BNO 1) Sehari sebelum pemeriksaan pasien makan bubur kecap / makanan yang tidak berserat. Selanjutnya pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan, pasien diperbolehkan minum air putih. 2) Pasien melakukan urus-urus 4 jam sebelum pemeriksaan. 3) Pasien tidak diperbolehkan banyak bicara dan merokok. b. Pemeriksaan USG Upper Abdomen dan Whole Abdomen Pasien puasa minimal 6 jam sebelum pemeriksaan USG. Makan terakhir tidak boleh mengandung lemak / santan. Tidak diperbolehkan minum susu. c. Pemeriksaan USG Lower Abdomen 1 jam sebelum pemeriksaan pasien minum banyak air putih ( 3 gelas) dan menahan kencing sampai dengan dilakukan pemeriksaan USG. . PERSIAPAN PASIEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.45 Tanggal Terbit : 01 Oktober 2016 No. Revisi : 03 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 d. Pemeriksaan Radiologi dengan aplikasi kontras water soluble intravena. 1. Melakukan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin serum maksimal 5 hari sebelum hari pemeriksaan. 2. Kadar creatinin optimal untuk melakukan pemeriksaan radiologi dengan aplikasi kontras adalah < 1,5 gr/dl. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : - Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 - Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011. HASIL FOTO RONTGEN YANG BELUM DIAMBIL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.46 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan yang sudah diproses dan diberi hasil expertise, namun karena suatu hal hasil tersebut belum diambil oleh pasien/keluarga pasien/yang bertanggung-jawab. Tujuan : Agar tertib administrasi Kebijakan : Waktu pemberian hasil pemeriksaan radiologi pada jam kerja maksimal 3 jam. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah No. 188/2885.9/08/2014 lampiran No. 13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menempatkan foto yang telah diberi expertise pada kotak almari yang ”telah dibaca”. 2. Untuk Pasien Rawat Inap, petugas administrasi radiologi memberitahukan pihak bangsal yang bersangkutan untuk mengambil hasil foto tersebut. 3. Apabila ada hasil foto yang telah 1 minggu lebih belum diambil, maka foto tersebut ditempatkan oleh petugas administrasi radiologi pada kotak almari yang bawah. 4. Apabila ada hasil foto yang lebih dari 1 bulan tetap belum diambil maka foto tersebut ditempatkan oleh petugas administrasi radiologi pada kotak almari yang paling bawah. 5. Apabila ada hasil foto yang lebih dari 1 tahun tetap belum diambil maka foto tersebut ditempatkan oleh petugas administrasi radiologi digudang Radiologi. 6. Hasil foto yang telah 2 tahun digudang Radiologi menjadi hak penuh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan akan dimusnahkan. Unit Terkait : Referensi : PENGATURAN FAKTOR EKSPOSI X-RAY UNTUK PESAWAT GENERAL X-RAY UNIT SHIMADZU RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.47 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Pengertian : Tujuan : Kebijakan : Prosedur : : Referensi : Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengaturan faktor eksposi adalah pengaturan salah satu variable dari pesawat general X-ray yang terdiri dari kV ( tegangan / daya tembus) dan mAs ( arus listrik / menentukan derajat kehitaman) untuk menghasilkan kualitas radiograf yang optimal. 1. Agar setiap pemeriksaan radiologi menghasilkan kualitas radiograf yang optimal dalam membantu menegakkan diagnosa dokter. 2. Untuk mengurangi angka pengulangan foto sehingga dosis yang diterima pasien bisa seminimal mungkin. Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi , yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Pelayanan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Sebelum melakukan ekspose, petugas radiologi terlebih dahulu menentukan kV dan mAs yang disesuaikan dengan ketebalan obyek dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Sebagai acuan untuk menentukan kondisi faktor ekspose, dapat melihat tabel berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Unit Terkait No. Revisi : 02 Thorax PA Dewasa (kurus-gemuk) kV : 55 - 65 mAs : 5,6 – 11 Thorax anak (kurus-gemuk) kV : 45 - 55 mAs : 4,5 6,3 Cranium kV : 57 - 60 mAs : 16 - 18 BNO (kurus-gemuk) kV : 57 - 65 mAs : 16 – 20 Cervical kV : 50 - 55 mAs : 10 - 12,5 Thoracal/Lumbal (kurus-gemuk) kV : 57 – 65 mAs : 16 – 20 Pelvis (kurus-gemuk) kV : 52 – 60 mAs : 14 - 20 Ekstremitas atas kV : 45 – 48 mAs : 1,2 – 2 Ekstremitas bawah 45 – 55 mAs : 1,8 – 14 PENYIMPANAN DOKUMEN PAPARAN RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.48 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Dokumen paparan radiasi adalah dokumen yang berisi pelaporan dosis radiasi tiap bulan dari Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) serta laporan catatan dosis radiasi yang diterima masingmasing petugas radiologi yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Tujuan : Agar setiap petugas radiologi dapat dipantau dosis radiasi yang diterima setiap bulan sehingga tidak melebihi NBD (Nilai Batas Dosis) yang ditentukan. Kebijakan : Film badge dikirim ke BPFK Surakarta setiap 3 bulan sekali untuk dievaluasi,dicatat ,dan diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap satu bulan sekali Instalasi Radiologi mendapat laporan dosis radiasi dari BPFK Surakarta. 2. Laporan tersebut diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. 3. Petugas Proteksi Radiasi membuat laporan dosis yang diterima oleh masing-masing petugas radiologi dan diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.49 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : USG (ultrasonografi) adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara yang telah dikemas sedemikian rupa melalui alat USG. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada organ tubuh bagian dalam seperti: hepar, lien, limpa, ginjal, kandung empedu, uterus, prostat dan organ sekitarnya pada kasus-kasus tertentu. Kebijakan : Instalasi Radiologi memberikan pelayanan diagnostik radiologi konvensional, panoramic, dan USG general. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Pelayanan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pelayanan pemeriksaan USG dilaksanakan setiap hari sabtu. 2. Pendaftaran pasien untuk program pemeriksaan USG maksimal 1 hari sebelum pemeriksaan dilaksanakan. 3. Petugas radiologi memberikan informasi kepada pasien / keluarga pasien / petugas bangsal tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan USG sesuai SPO. 4. Petugas radiologi memberikan informasi tentang waktu pelaksanaan pemeriksaan USG. 5. Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan berupa persiapan alat, jeli USG, tissue, dan hanya melayani pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter pengirim. 6. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Selanjutnya pasien berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 7. Petugas radiologi mempersilakan pasien tidur di tempat tidur pada ruang USG. 8. Dokter radiologi memeriksa sesuai dengan permintaan dokter pengirim. 9. Setelah pemeriksaan selesai, petugas radiologi membersihkan kembali bagian tubuh yang sudah diperiksa dan meminta pasien untuk menunggu di ruang tunggu pasien. 10. Setelah hasil tertulis sudah diberikan maka pasien bisa meninggalkan radiologi. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan,Instalasi Rawat Darurat Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PENGADAAN BMHP EMERGENSI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.50 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : BMHP emergensi adalah Bahan Medis Habis Pakai / obat-obat dan alkes yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau mengancam nyawa atau untuk resusitasi / life support. Tujuan : Agar obat-obatan BMHP emergensi selalu tersedia setiap saat apabila diperlukan. Kebijakan : Instalasi Radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menulis permintaan BMHP emergensi pada blangko permintaan rangkap 3 2. Petugas administrasi radiologi menyerahkan blangko tersebut kepada Kepala Instalasi Radiologi untuk disetujui dan diteruskan kepada Kasie Penunjang Medis Diagnostik dan Kabid Penunjang Medis 3. Setelah semua blangko terisi berikut persetujuannya maka lembar tersebut diserahkan kepada Unit Farmasi IGD untuk direalisasikan. 4. Petugas radiologi menunggu realisasi barang tersebut dari Unit Farmasi IGD. 5. Bila sudah terealisasi petugas Unit Farmasi IGD mendistribusikan BMHP emergensi ke Instalasi Radiologi dan menandatangani blangko catatan pemakaian obat emergensi. 6. Petugas Radiologi menyimpan obat-obatan tersebut di lemari obat dengan mengisi buku daftar catatan obat dan bahan medis habis pakai. Unit Terkait : Unit Farmasi IGD Referensi : PENGISIAN FORM PERMINTAAN TINDAKAN RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.51 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Form permintaan tindakan radiologi adalah blangko yang berisi tentang jenis tindakan pemeriksaan radiologi yang ada di Instalasi Radiologi RSJD Surakarta yang disertai dengan indikasi klinis pasien. Tujuan : Agar tindakan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehingga penegakan diagnosa dapat dilakukan. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Dokter memeriksa pasien 2. Bila ditemukan gejala yang memerlukan tindakan radiologi, dokter meminta formulir tindakan pemeriksaan radiologi kepada petugas bangsal. 3. Dokter mengisi formulir permintaan tindakan pemeriksaan radiologi serta mencantumkan indikasi klinis pasien. 4. Blangko permintaan dimasukkan ke dalam status pasien untuk selanjutnya pasien dikirim Instalasi Radiologi untuk dilakukan tindakan pemeriksaan. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan INFORMASI TINDAKAN RADIOLOGI KEPADA PASIEN DAN KELURGA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.52 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Informasi tindakan radiologi adalah penjelasan pada pasien dan keluarga pasien mengenai tindakan pemeriksaan yang dilakukan dan persiapan yang diperlukan beserta besarnya biaya pemeriksaan. Tujuan : Agar pasien dan keluarga bisa bekerjasama dengan petugas radiologi untuk menghasilkan radiograf yang optimum. Kebijakan : Setiap akan melaksanakan tindakan pelayanan radiologi, radiografer harus melakukan identifikasi pasien, jenis pemeriksaan, dan indikasi klinis. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien datang ke Instalasi radiologi dengan membawa formulir permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter pengirim. 2. Petugas administrasi menerima formulir permintaan dan memberi penjelasan mengenai besarnya biaya pemeriksaan, kemudian diadministrasikan 3. Petugas radiologi mengambil formulir permintaan pemeriksaan radiologi dan pasien dipersilakan masuk ke ruang pemeriksaan. 4. Petugas radiologi melakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO 5. Dalam proses identifikasi pasien tersebut dijelaskan juga tentang tindakan pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan pada pasien beserta persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan. 6. Setelah pemeriksaan selesai pasien diminta menunggu beberapa saat sampai hasil radiograf keluar dari automatic prosesing. 7. Bila hasil radiograf sudah optimal, petugas radiologi mempersilakan pasien dan keluarga kembali ke ruangan. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PENGUKURAN INDIKATOR MUTU INSTALASI RADIOLOGI No. Dokumen : 03.08.54 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 2 Januari 2016 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : -Yang dimaksud indikator mutu ketepatan pemberian hasil pemeriksaan radiologi yaitu waktu yang diperlukan untuk satu pemeriksaan radiologi dimulai dari dilakukan tindakan pemeriksaan sampai dengan pemberian hasil expertise oleh Dokter Spesialis Radiologi maksimal 1 jam. -Tidak ada Kejadian kerusakan film yaitu semua radiograf dihasilkan dengan kualitas yang optimal (100 % optimal) - Kelengkapan pengisian indikasi medis pada form / blangko permintaan pemeriksaan radiologi yaitu semua form/blangko permintaan diisi indikasi medisnya. - Kesesuaian identitas pasien pada hasil pemeriksaan radiologi yaitu adanya kesesuaian identitas pada hasil pemeriksaan, pada lembar ekspertise maupun pada amplop hasil. 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Radiologi. 2. Mempercepat tindakan terapi lanjutan / tindakan medis lainnya 3. Meminimalisasi dosis yang diterima oleh pasien. Tujuan : Kebijakan : Untuk peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi dibuat indikator mutu dan sasaran mutu secara periodik. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : Untuk indikator mutu ketepatan pemberian hasil pemeriksaan radiologi 1. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 2. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga pemberian hasil ekspertise oleh Dokter Spesialis Radiologi maksimum 1 jam. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien. 4. Hasil Pengukuran: Jumlah pemberian hasil pemeriksaan radiologi yang kurang dari 1 jam di bagi jumlah seluruh pemberian hasil pemeriksaan radiologi dalam periode tertentu dikalikan 100 %. PEMERIKSAAN WRIST JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.55 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan wrist joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada pergelangan tangan. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang pergelangan tangan, seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam / semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar wrist joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi PA : Wrist joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : Pada pertengahan processus styloideus os. radius dan processus styloideus os.ulna, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : wrist joint yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. ANTEBRACHII RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.56 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Antebrachii adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang lengan bawah , yang terdiri dari os.radius dan os.ulna. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang telapak tangan seperti fraktur, fissure, corpus allienum, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os.antebrachii. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Antebrachii yang hendak difoto menempel pada kaset, dengan batas atas elbow joint dan batas bawah wrist joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. antebrachii yang hendak difoto menempel kaset pada sisi ulnar, dan diatur true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ELBOW JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.57 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan elbow joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi siku. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi siku seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar elbow joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Elbow joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Elbow Joint yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. HUMERUS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.58 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Humerus adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang lengan atas. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang lengan atas seperti fraktur, fissure, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os humerus. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. humerus yang hendak difoto menempel pada kaset dengan batas atas shoulder joint dan batas bawah elbow joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertikal tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek , FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. humerus yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertical tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.59 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Shoulder Joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi bahu. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi bahu, seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi , corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar shoulder joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP Eksorotasi : Shoulder joint yang hendak difoto menempel pada kaset, lengan bawah dan telapak tangan diputar ke arah luar semaksimal mungkin, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertikal tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek , FFD : 90 cm. - Proyeksi AP endorotasi : Shoulder Joint yang hendak difoto menempel pada kaset, lengan bawah dan telapak tangan diputar ke arah dalam semaksimal mungkin, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertical tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. PEDIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.27 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Pedis adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada telapak kaki, yang terdiri dari os. tarsal, metatarsal, dan phalanges Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang telapak kaki seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os pedis. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Pedis yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : Methatarsophalangeal joint digiti III, FFD : 90 cm. - Proyeksi Oblique : Os. Pedis yang hendak difoto menempel pada kaset dan membentuk sudut 45˚,bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, Methatarsophalangeal joint digiti III, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. CRURIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.60 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Cruris adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada daerah betis, yang terdiri dari os. Tibia dan os. Fibula. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada daerah betis seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os cruris. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Cruris yang hendak difoto menempel pada kaset dengan batas bawah ankle joint dan batas atas knee joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. Cruris yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ANKLE JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.61 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Ankle Joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi pergelangan kaki. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi pergelangan kaki seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar ankle joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Ankle joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Ankle Joint yang hendak difoto menempel kaset pada sisi medial atau lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN KNEE JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.62 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Knee Joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi lutut . Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi lutut seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar knee joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Knee joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : patella, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Knee Joint yang hendak difoto menempel kaset pada sisi medial dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. FEMUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.69 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Femur adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang paha. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi pergelangan kaki seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os. femur 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Femur yang hendak difoto menempel pada kaset, dengan batas atas hip joint dan batas bawah knee joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. Femur yang hendak difoto menempel kaset pada sisi medial dengan batas atas hip joint dan batas bawah knee joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL No. Dokumen : 03.08.63 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Sinus Paranasal adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sinus – sinus di daerah kepala. Tujuan : Untuk melihat kelainan (sinusitis),massa, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. 2. 3. 4. 5. Unit Terkait : Referensi : pada sinus, seperti peradangan Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar kepala. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. - Proyeksi Waters : Dagu menempel pada kaset, MSP (mid sagital plane) kepala tegak lurus kaset, atur kepala sehingga OML ( orbito meatal line ) membentuk sudut 37˚, CR : horizontal tegak lurus obyek, CP : keluar accanthion, FFD : 90 cm - Proyeksi Facebone Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi, dengan posisi kepala true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP (mid sagital plane) kepala sejajar kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : arcus zygomathicum, FFD : 90 cm. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS.MANDIBULA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.64 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Mandibula adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang rahang bawah. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang rahang bawah, seperti fractur, fissure, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar kepala. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi PA : Posisi pasien prone.Dahi dan hidung menempel pada kaset, MSP (mid sagital plane) kepala tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : keluar accanthion, FFD : 90 cm - Proyeksi Eisler : Pasien prone / erect, pipi menempel pada kaset, kepala sedikit tengadah sehingga corpus mandibula sejajar dengan pertengahan kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, CR : 25˚, CP : angulus mandibula, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PENYIMPANAN FILM DAN LARUTAN PENCUCIAN AUTOMATIC PROCESSOR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.66 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Proses dimana film dan larutan pencucian automatic processor baru disimpan di tempat yang aman dan memenuhi syarat. Tujuan : 1. Untuk menghindari kerusakan film dan larutan pencucian automatic processor karena penyimpanan yang tidak benar. 2. Mempermudah pengambilan film dan larutan pencucian automatic processor sesuai dengan urutan masa kadaluarsa. Kebijakan : Instalasi radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setelah barang diterima dari gudang farmasi dan dicek kesesuaiannya dengan bon permintaan, tulis jumlah dan jenis barang pada kartu stok radiologi. 2. Barang- barang tersebut disimpan di gudang dengan syarat : ruangan bersih, sirkulasi udara baik, suhu ruangan antara 20 ˚- 25 ˚ C. 3. - Untuk penyimpanan film, atur sesuai ukuran film, disusun vertical pada rak penyimpanan. Diurutkan sesuai sistem FIFO ( first in first out ). - Untuk penyimpanan larutan pencucian film automatic processor, dibedakan menjadi 2 yaitu penyimpanan larutan fixer dan larutan developer yang telah diberi tanda beracun. Letakkan kedua larutan tersebut pada rak masing-masing dan susun sesuai sistem FIFO ( first in first out ) Unit Terkait : Referensi : PEMERIKSAAN BNO RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.65 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan BNO ( Blass Nier Overzicht ) adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat rongga perut dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis dengan persiapan pasien. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Abdomen, seperti illeus, massa, batu, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. 1 ( Satu ) hari sebelum pemeriksaan, pasien / keluarga pasien / petugas bangsal datang ke bagian radiologi untuk diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan BNO ( lihat SPO persiapaan pasien ). 2. Pada hari yang telah ditentukan, pasien datang ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 3. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar abdomen serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 4. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 5. Proyeksi AP : Pasien supine,abdomen menempel pada kaset dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis, MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP pada Lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 6. Pada waktu eksposi pasien diinstruksikan ekspirasi dan menahan nafas. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMAKAIAN FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.67 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Proses dimana setiap pemakaian film dalam pemeriksaan radiologi harus dicatat dalam buku pemakaian film. Tujuan : Untuk tertib administrasi. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setelah melakukan pemeriksaan radiologi, petugas radiologi mencatat jumlah pemakaian film sesuai ukuran film pada buku catatan pemakaian film. 2. Setiap akhir bulan, petugas radiologi menghitung jumlah total pemakaian film masing-masing ukuran. 3. Setiap pengambilan box film baru dari gudang radiologi,dicatat di kartu stok radiologi. Unit Terkait : Referensi : PENYIMPANAN DAN PERAWATAN KASET RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.70 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Proses penyimpanan dan perawatan kaset radiologi di tempat yang aman dan mudah dijangkau oleh petugas radiologi. Tujuan : 1. Menghindari kerusakan kaset akibat salah penyimpanan. 2. Agar kaset radiologi selalu siap dipakai dan bersih dari artefakartefak yang dapat mengganggu hasil radiograf. Kebijakan : Instalasi radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Kaset disimpan di meja ruang kamar gelap dengan posisi vertical, jangan ditumpuk. 2. Perawatan kaset dilakukaan setiap satu bulan sekali dengan membersihkan bagian luar kaset dan screen dengan menggunakan kapas dan alkohol. Unit Terkait : Referensi : PEMERIKSAAN HIP JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.68 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Hip joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi panggul. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi panggul, seperti fractur, fissure, dislokasi, luksasi, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar panggul serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine ( true AP ), daerah hip joint yang hendak diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset, kedua kaki lurus, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan spina illiaca anterior superior dan simpisis pubis, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI KEPALA No. Dokumen : 03.08.76 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 1 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound pada kelainan intrakranial pasien bayi dan anak-anak yang fontanelanya belum tertutup. Tujuan : Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan adanya SOP intrakranial. Kecurigaan kelainan pada sistema ventrikel. Kelainan pada kenaikan tekanan intrakranial dengan sebabsebab yang tidak jelas secara klinis. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Pasien gelisah. Persiapan Pasien Bayi atau anak disiapkan untuk dapat diperiksa dalam kondisi tidur dengan pemberian obat-obatan hipnotika. Persiapan Peralatan Digunakan transduser sektoral dengan frekuensi 3 MHz atau 5 MHz. Tata laksana pemeriksaan Setelah seluruh tindakan teknis awal yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dimulai.. Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik. Apabila ditemukan adanya tumor atau pembesaran ukuran ventrikel, dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan. Diampbil beberapa “image” yang dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostik. Hasil pengambilan “image” segera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah dipersiapkan Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 Memeriksa echostruktur dari cerebrum atau cerebellum. Memeriksa echostruktur giri dan sulci. Memeriksa sistema ventrikel intrakranial. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI KELENJAR TIROID No. Dokumen : 03.08.77 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada kelenjar Tiroid. Tujuan : Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kelainan morphologi anatomi kelenjar Tiroid.. Kecurigaan kelainan jaringan kelenjar Tiroid. Tumor leher yang dicurigai berhubungan dengan kemungkinan pembesaran kelenjar tiroid. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan Pasien Tidak memerlukan persiapan pasien. Pasien diperiksa pada posisi supine, dengan leher hiperekstensi Persiapan Peralatan Digunakan transduser sektoral atau linier dengan frekuensi 5 MHz. Tata laksana pemeriksaan Setelah seluruh tindakan teknis awal yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dimulai. Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik. Arteria Carotis dan atau Vena Jugularis dextra atau sinistra digunakan sebagai “land mark”. Apabila ditemukan adanya tumor atau pembesaran ukuran kelenjar Tiroid, dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan. Diambil beberapa “image” yang dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostik. Memeriksa echostruktur dari kelenjar Tiroid. Mengevaluasi ukuran kelenjar Tiroid. Memeriksa / mengevaluasi jenis nodule pada kelenjar Tiroid. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI KELENJAR TIROID No. Dokumen : 03.08.77 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Apabila dipandang perlu dapat dilakukan teknik magnifikasi pada lesi yang dicurigai patologis. “Image” yang dihasilkan sesegera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PAYUDARA No. Dokumen : 03.08.78 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada Payudara dan Limfonodi lokoregional (Lnn. Axilla, Lnn.supraclavicular, dan Lnn. Infraclavicular) yang diduga mengalami infiltrasi keganasan. Tujuan : Memeriksa echostruktur dari jaringan Payudara. Mengevaluasi morphologi anatomi suatu massa tumor di jaringan Payudara. Memeriksa / mengevaluasi Limfonodi lokoregional Payudara. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Tumor Payudara. Kecurigaan proses keganasan pada Payudara. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan Pasien Tidak memerlukan persiapan pasien. Pasien diperiksa pada posisi supine, dengan lengan atas pada sisi lesi abduksi kearah cranial, telapak tangan dibawah kepala. Persiapan Peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 5 MHz. Tata laksana pemeriksaan Setelah seluruh tindakan teknis awal yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dimulai. Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik. Apabila ditemukan adanya tumor pada jaringan Payudara (intra maupun ekstraduktal), dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan. Diambil beberapa “image” dari massa tumor yang PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PAYUDARA No. Dokumen : 03.08.78 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostik, dengan merubah posisi transduser pada posisi longitudinal, sagital, dan oblique. (Teknis yang sama dilakukan pada eksplorasi limfonodi lokoregional). Apabila dipandang perlu dapat dilakukan teknik magnifikasi pada lesi yang diduga patologis. “Image” yang dihasilkan segera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI HEPATOBILIER RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.79 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada sistema Hepatobillier meliputi Hepar, Vesikafellia, Ductus billiaris, Pancreas, dan Lien. Tujuan : Memeriksa echostruktur dari jaringan Hepar, Ductus billiaris intrahepatal, Vena porta dan Vena hepatica. Mengevaluasi morphologi anatomi Hepar dengan mengukur sudut lobus kanan dan kiri Hepar. Memeriksa / mengevaluasi echostruktur dari vesika fellia, Pancreas, dan Lien. Menilai morphologi anatomi dari Vesika fellia, Pnacreas, dan Lien Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Hepatosplenomegali dengan atau tanpa disertai tanda-tanda ikterus. Kecurigaan proses keganasan primer maupun sekunder pada Hepar. Kecurigaan batu intravesika fellia. Kecurigan gangguan pada ductus billiaris. Kecurigaan proses patologis pada Pancreas (keganasan maupun peradangan). Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan Pasien Pasien puasa minimal 6 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Usus dibersihkan dari material maupun sisa faekal udara yang berlebihan.. Persiapan Peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 3,5 MHz. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI HEPATOBILIER RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.79 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Tata laksana pemeriksaan Setelah seluruh tindakan awal pemeriksaan yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dilakukan. Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik. Apabila ditemukan adanya tumor pada jaringan Payudara (intra maupun ekstraduktal), dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan(Teknis yang sama dilakukan pada eksplorasi limfonodi lokoregional). Apabila dipandang perlu dapat dilakukan teknik magnifikasi pada lesi yang diduga patologis. “Image” yang dihasilkan segera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan. Diambil beberapa “image” dari massa tumor yang dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostik, dengan merubah posisi transduser pada posisi longitudinal, sagital, dan oblique. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI UROPOETIKA No. Dokumen : 03.08.80 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada sistema Uropoetika meliputi kedua Ginjal, Ureter, dan Vesika Urinaria Tujuan : Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan Urolithiasis (Nephrolithiasis, Ureterolithiasis dan Vesicolithiasis) dengan atau tanpa tanda-tanda uropati obstruktif. Kecurigaan Hidronephrosis. Kecurigaan Tumor ginjal, tumor intra vesikal. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan Pasien Vesika urinaria diupayakan terisi penuh. Usus bersih dari sisa faekal material maupun udara yang berlebihan. Persiapan Peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 3,5 MHz. Tata laksana pemeriksaan Vesika urinaria diupayakan terisi penuh. Setelah seluruh tindakan awal pemeriksaan yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dilakukan. Pasien diposisikan pada oblique kanan atau kiri (sesuai sisi pemeriksaan) dengan lengan abduksi keatas. Memeriksa echostruktur dari jaringan Ginjal. Mengevaluasi morphologi anatomi kedua Ginjal. Memeriksa / mengevaluasi echostruktur kedua Ureter. Menilai morphologi anatomi dari kedua Ureter. Memeriksa kontur dari vesika urinaria, eksplolasi intravesikal. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI UROPOETIKA No. Dokumen : 03.08.80 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik : Untuk pemeriksaan ginjal posisi transduser oblique intercostals (posisi penderita oblqur dan prone). Untuk pemeriksaan vesika urinaria, pasien posisi supine dengan posisi transduser transversal dan longitudinal Apabila ditemukan adanya kelainan morphologi anatomi pada ginjal atau vesika urinaria, dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan. Pada pemeriksaan contour dinding vesika urinaria diamati kemungkinan adanya indentasi, atau divertikel. Diambil beberapa “image” dari lesi patologis yang dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasidiagnostik, dengan merubah posisi transduser pada posisi longitudinal, sagital, atau oblique. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan teknik magnifikasi pada lesi yang diduga patologis. “Image” yang dihasilkan segera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan.. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI GENITALIA INTERNA WANITA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.81 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik dengan menggunakan peralatan dan teknologi ultrasonografi untuk mengevaluasi kelainan pada uterus, parametrium, dan ovarium atau folikel kanan dan kiri. Tujuan : Memeriksa echostruktur dari jaringan uterus, parametrium, dan ovarium. Mengevaluasi morphologi anatomi uterus. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi. Kecurigaan kehamilan intrauterin atau ekstrauterine. Evaluasi janin intra uterine. Kecurigaan placenta previa. Kecurigaan Endometriosis. Kecurigaan tumor intra uterin maupun ekstrauterin. Kecurigaan massa tumor (kistik atau solid) di pelvis atau parametrium. Kasus-kasus infertilitas primer maupun Sekunder Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indiikasi. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan Pasien Vesika urinaria diupayakan terisi penuh. Usus bersih dari sisa faekal material maupun udara yang berlebihan. Persiapan Peralatan Digunakan transduser convex dengan frekuensi 3,5 MHz. Tata laksana pemeriksaan Pasien diposisikan pada supine. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI GENITALIA INTERNA WANITA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.81 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Setelah seluruh tindakan awal pemeriksaan yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dilakukan. Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik. Untuk pemeriksaan parametrium posisi transduser transversal. Apabila ditemukan adanya kelainan morphologi anatomi pada Uterus, atu ditemukan massa pada daerah parametrium, dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan. Diambil beberapa “image” dari lesi patologis yang dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostik, dengan merubah posisi transduser pada posisi longitudinal, sagital, atau oblique. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan teknik magnifikasi pada lesi yang diduga patologis. “Image” yang dihasilkan segera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI TESTIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.82 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi ultrasound (gelombang suara denga frekuensi ultra) untuk mengevaluasi kelainan pada testis. Tujuan : Memeriksa echostruktur testis dan ductus defferens Mengevaluasi morphologi anatomi estis dan ductus deferens. Mencari kemungkinan adanya testis ectopik, atau adenscensus testicularum. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan testis ektopik, atau adenscensus testicularum. Kecurigaan keganasan pada testis. Kecurigaan massa tumor (kistik atau solid) pada testis. Proses peradangan pada testis. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indiikasi. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan Pasien Pada pasien anak-anak diperlukan diberikan obat tidur (hipnotika). Persiapan Peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 5 MHz. Tata laksana pemeriksaan Pasien diposisikan pada supine dengan kedua lengan abduksi keatas. Setelah seluruh tindakan awal pemeriksaan yang tercantum dalam ketentuan umum dilakukan, pemeriksaan dapat dilakukan. Imejing dilakukan dalam beberapa posisi penempatan transduser sesuai dengan kebutuhan diagnostik (longitudinal dan transversal). PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI TESTIS No. Dokumen : 03.08.82 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Apabila ditemukan adanya kelainan morphologi anatomi atau adanya massa (solid atau kistik) pada testis, dimensinya (ukurannya) harus dicantumkan. Diambil beberapa “image” dari lesi patologis yang dipertimbangkan cukup dapat memberikan informasi diagnostik, dengan merubah posisi transduser. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan teknik magnifikasi pada lesi yang diduga patologis. “Image” yang dihasilkan segera diberi ekspertise secara tertulis (diketik) pada blangko ekspertise yang telah disiapkan. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI VARICOCELE No. Dokumen : 03.08.83 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 1 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada vena di plexus pampiniformis Tujuan : Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan adanya varicocele. Persiapan pemeriksaan tatalaksana pemeriksaan Persiapan pasien Penjelasan pada pasien saat akan dimulai pemeriksaan dengan posisi pasien terlentang. Persiapan peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 10-12 MHz. Tata Laksana Pemeriksaan Pasien tidur terlentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Transducer diletakkan dimulai dari cranial dari testis (caput epididymis-plexus pampiniformis). Dilakukan pemeriksaan greyscale dan diukur caliber dari vasa-vasa di plexus pampiniformis, kemudian dilakukan color flow mapping disertai valsava, adakah regurgitasi. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 Memeriksa dan pampiniformis.. mengukur caliber vasa-vasa di plexus PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI ARTERI EKSTREMITAS SUPERIOR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.84 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada arteri ekstremitas superior. Tujuan : Memeriksa dan mengukur diameter arteri ekstremitas superior (arteri subclavia, arteri axillaris, arteri brachialis, arteri radialis, dan arteri ulnaris). Menilai ada tidaknya oklusi atau stenosis pada arteri ekstremitas superior Menilai velositas arteri ekstremitas superior Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan adanya oklusi atau stenosis di arteri ekstremitas superior. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan pemeriksaan tatalaksana pemeriksaan : Persiapan pasien Penjelasan pada waktu akan dimulai pemeriksaan dengan posisi pasien terlentang dan kaki lebih rendah daripada kepala. Persiapan peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 10-12 MHz. Tata Laksana Pemeriksaan Pasien tidur terlentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Transducer diletakkan dimulai dari arteri subclavia ke arah kaudal sampai arteri radialis dan arteri ulnaris. Dilakukan analisa spektral dan pengukuran velositas pada setiap segmen. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI VENA EKSTREMITAS SUPERIOR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.85 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 1 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada vena ekstremitas superior. Tujuan : Memeriksa dan mengukur diameter vena ekstremitas superior (vena subclavia, vena axillaris, vena cephalica, vena basilica, vena brachialis, vena radialis, dan vena ulnaris). Menilai ada tidaknya thrombus Kebijakan : 3. 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan adanya thrombus di vena ekstremitas superior. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan pemeriksaan tatalaksana pemeriksaan : Persiapan pasien Penjelasan pada waktu akan dimulai pemeriksaan dengan posisi pasien terlentang dan kaki lebih rendah daripada kepala. Persiapan peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 10-12 MHz. Tata Laksana Pemeriksaan Pasien tidur terlentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Transducer diletakkan dimulai dari vena subclavia ke arah kaudal sampai vena radialis dan vena ulnaris. Bila tidak ada thrombus boleh dilakukan kompresi pada setiap segmen. Bila ada thrombus cukup dilakukan dengan color flow mapping. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI ARTERI EKSTREMITAS INFERIOR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.86 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada arteri ekstremitas inferior. Tujuan : Memeriksa dan mengukur diameter arteri ekstremitas inferior (arteri femoralis, arteri poplitea, dan arteri tibialis anteriorposterior). Menilai ada tidaknya oklusi atau stenosis pada arteri ekstremitas inferior Menilai velositas arteri ekstremitas inferior Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan adanya oklusi atau stenosis arteri ekstremitas inferior. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan pemeriksaan tatalaksana pemeriksaan : Persiapan pasien Penjelasan pada waktu akan dimulai pemeriksaan dengan posisi pasien terlentang dan kaki lebih rendah daripada kepala. Persiapan peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 10-12 MHz. Tata Laksana Pemeriksaan Pasien tidur terlentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Transducer diletakkan dimulai dari arteri femoralis ke arah kaudal sampai arteri tibialis anterior-posterior. Dilakukan analisa spektral dan pengukuran velositas pada setiap segmen. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI VENA EKSTREMITAS INFERIOR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA No. Dokumen : 03.08.87 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing diagnostik menggunakan peralatan dengan teknologi Ultrasound untuk mengevaluasi kelainan pada vena ekstremitas inferior. Tujuan : Memeriksa dan mengukur diameter vena ekstremitas inferior (vena femoralis, vena saphena magna, vena poplitea, vena saphena parva, dan vena tibialis anterior- posterior). Menilai ada tidaknya thrombus Menilai kemampuan/patensi katup vena. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Kecurigaan adanya thrombus di vena ekstremitas inferior. Kecurigaan adanya insufisiensi katup vena di ekstremitas inferior. Kontra indikasi : Tidak terdapat kontra indikasi absolut. Relatif : Pasien gelisah sehingga menganggu manuver penempatan transduser. Persiapan pemeriksaan tatalaksana pemeriksaan : Persiapan pasien Penjelasan pada waktu akan dimulai pemeriksaan dengan posisi pasien terlentang dan kaki lebih rendah daripada kepala. Persiapan peralatan Digunakan transduser linier dengan frekuensi 10-12 MHz. Tata Laksana Pemeriksaan Pasien tidur terlentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Transducer diletakkan dimulai dari vena femoralis ke arah kaudal sampai vena tibialis anterior-posterior. Bila tidak ada thrombus boleh dilakukan kompresi pada setiap segmen. Bila ada thrombus cukup dilakukan dengan color flow mapping. Dilakukan valsava test, dan augmented test untuk mengetahui patensi katup vena. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI VENA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA EKSTREMITAS INFERIOR No. Dokumen : 03.08.87 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN CT SCAN TANPA MEDIA KONTRAS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.88 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 4 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan Imejing Radiodiagnostik Tomografi Komputer dengan peswat, Whole Body CT Scan tanpa media kontras. Tujuan : Pemeriksaan/ pembuatan Imejing lapis – demi lapis sesuai dengan ketebalan dan organ yang dikehendaki. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Dilakukan jika pasien sudah diperiksa dengan modalitas lain tetapi hasilnya belum memuaskan, atau tidak mungkin dilakukan dengan modalitas lain. Posisi pasien dan rincian teknis irisan (“slicing”) tergantung pada organ target yang akan di periksa dan latar belakang klinis yang mendasari permintaan pemeriksaan. A. CT Scan Kepala 1. Kasus Trauma Kepala Posisi pasien supine, leher flexi ( kepala pada penyangga kepala). Irisan sejajar garis OM ( orbito meatal line ), kearah vertex. Interval irisan 10mm (1cm) Tampilan citra: parenhcym (FC2) jaringan otak , dan citra sistema tulang (FC3) ossa calvaria, ossa basis tengkorak (neurocranium). 2. Kasus Stroke dan Space Occupying Process (SOP) Parameter pencitraan sama dengan kasus trauma kepala, kecuali tampilan citra hanya parenhcym jaringan otak (FC2). Sering di ikuti dengan tindakan pemeriksaan menggunakan media kontras. PEMERIKSAAN CT SCAN TANPA MEDIA KONTRAS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.88 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 2 dari 4 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 3. CT-Scan Cerebellum Irisan l.k. 15 derajat dari tepi orbital kearah meatus Interval irisan 5mm Tampilan citra FC2 Sering diikuti dengan pemeriksaan dengan media kontras 4 . CT-Scan Orbita Irisan sejajar dengan OM line Interval irisan 5mm Tampilan citra FC3 Pada kasus tertentu dilanjutkan pemeriksaan dengan menggunakan media kontras 5. CT Scan Viscerocranial Posisi supine , irisan sejajar pallatum ( cross section) posisi prone , irisan tegak lurus pallatum (coronal section) Interval irisan 8-10mm Tampilan citra FC2 6. CT-Scan Nasopharynx Posisi supine, irisan cross sectional daerah nasopharynx posisi prone, irisan sejajar dinding nasopharynx Interval irisan 8-10mm Tampilan citra FC2 7. CT Scan Os Petrossum Irisan sejajar dengan OM line Interval irisan 2-3mm Tampilan citra FC3 dengan “ zooming techniques” PEMERIKSAAN CT SCAN TANPA MEDIA KONTRAS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.88 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 3 dari 4 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 B. CT Scan Leher ( Colli) Dilaksanakan dengan acuan teknis yang secara umum sama dengan pemeriksaan CT Scan Kepala : Posisi supine dengan irisan cross sectional Sudut irisan dengan sumbu panjang disesuaikan dengan indikasi pemeriksaan ( tulang vertebra cervical, discus intervertebral cervicalis, atau soft tissue). Interval irisan 5-10mm. Tampilan citra FC2 dan atau FC3 Pada situasi tertentu ( atas indikasi ) tampailan citra dibuat dengan “ zooming techniques” C. CT Scan Thorax 1. CT Scan Paru Posisi supine dengan leher sejajar dengan meja pemeriksaan. Irisan tegak lurus dengan sumbu tubuh. Interval irisan 10-15mm, dan pada daerah yang dicurigai terdapat proses patologi interval irisan 5-8mm. Tampilan citra FC3 2. CT Scan Mediastinum Posisi supine , dengan lengan keatas ( cranial) Irisan tegak lurus dengan sumbu tubuh. Interval irisan 10mm. Tampilan citra FC2 D. CT Scan Abdomen dan Pelvis Secara umum acuan teknis sama dengan CT Scan thorax Posisi: supine, sumbu tubuh sejajar dengan meja pemeriksaan Scan parameter sama dengan CT Scan Thorax Secara teknis sering dilaksanakan menggunakan media kontras. PEMERIKSAAN CT SCAN TANPA MEDIA KONTRAS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.88 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 4 dari 4 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 E. CT Scan Vertebra Dilaksanakan dengan acuan parameter scanning yang secara umum sama dengan CT Scan sistema muskuloskeletal. 1. CT Scan Vertebra Cervical Posisi: supine, sumbu tubuh sejajar dengan meja pemeriksaan Irisan sejajar dengan sumbu tegak discus intervertebralis dan atu corpus vertebrae. Interval irisan : 5mm Tampilan citra FC3, dengan teknik zooming 2. CT Scan Vertebra Thoracal, Lumbal, dan Sacrococecygeal. Posisi: supine, sumbu tubuh sejajar dengan meja pemeriksaan Irisan sejajar dengan sumbu tegak discus intervertebralis dan atau corpus vertebrae. Interval irisan 5-10 mm. Tampilan citra: FC3, dengan teknik zooming. F. CT Scan Ekstremitas Dilaksanakan dengan acuan parameter scanning sama dengan CT Scan sistem Muskuloskeletal pada umumnya. 1. CT Scan Ekstremitas atas Posisi: supine, sumbu tubuh sejajar dengan meja pemeriksaan Irisan tegak lurus sumbu panjang ( axis) tulang yang diperiksa Interval irisan 10-12mm, pada daerah lesi 5-6mm. Tampilan citra FC3 ( apabila diperlukan digunakan technique zooming). 2. CT Scan Ekstremitas Bawah Posisi supine dengan tungkai ( ekstremitas bawah) ditempatkan pada bagian kranial meja pemeriksaan. Irisan tegak lurus sumbu panjang tulang yang diperiksa. Interval irisan 10-12mm, pada daerah 5-6mm. Tampilan citra FC3 ( apabila diperlukan di gunakan teknik “ zooming”). Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Referensi : Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 PEMERIKSAAN CT SCAN DENGAN MEDIA KONTRAS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.89 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksan Imejing Radiodiagnostik Tomografi Komputer dengan pesawat Whole Body CT-Scan menggunakan media kontras Tujuan : Pemeriksaan/ pembuatan Imejing lapis – demi lapis sesuai dengan ketebalan dan organ yang dikehendaki. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi : Dilakukan jika pasien sudah diperiksa dengan modalitas lain tetapi hasilnya belum memuaskan, atau tidak mungkin dilakukan dengan modalitas lain. Kontra indikasi : Absolut : Allergi terhadap media kontras yang digunakan. Renal Failure Pasien gelisah / tidak cooperatif. Relatif : keadaan pasien yang buruk. Persiapan peralatan dan bahan pemeriksaan 1. Unit Whole Body CT-Scan. Dilakukan checking fungsi seluruh module (bagian) instrument. 2. Peralatan pendukung imejing : handschoon, spuit, kapas alkohol 3. Bahan kontras iv dan intrathecal : media kontras cair yang larut dalam air, jenis non ionic ( dengan dosis 1-2 ml per kg Berat Badan, baik pada bayi, anak dan dewasa ), sedangkan kontras per.oral dapat digunakan larutan barium maupun kontras cair nonionik. 4. Bahan obat-obatan untuk penanganan reaksi allergi terahadap media kontras. PEMERIKSAAN CT SCAN DENGAN MEDIA KONTRAS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.89 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 4 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Teknis pemeriksaan 1. Posisi pasien dan rincian teknis irisan (“slicing”) tergantung pada organ target yang akan di periksa dan latar belakang klinis yang mendasari permintaan pemeriksaan. 2. Dokter menyapa pasien dan memberikan informasi dan penjelasan tentang prosedur pemeriksaan, indikasi, kontra indikasi, efek samping dan komplikasi pemeriksaan 3. Dokter memberikan formulir persetujuan tindakan medic (informed concent) kepada pasien atau keluarga pasien, untuk ditandatangani, pasien / keluarga berhak untuk menyetujui / menolak tindakan medik tsb. 4. Dokter dan perawat mencuci tangan dan memakai handschoon Media kontras i.v dan intra thecal diinjeksikan sesaat sebelum pemeriksaan CT-Scan dilakukan, dengan melakukan skin test terlebih dahulu. 5. Untuk pasien anak-anak yang gelisah, dapat diberikan premedikasi dengan obat penenang ( Chlorhidrat 1ml per kg Berat Badan yang diminumkan l.k 15 menit sebelum pemeriksaan ) dengan terlebih dahulu dikonsulkan ke Instalasi Anesthesi, sedangkan kontras per.oral diberikan kepada pasien l.k 30 menit sebelum pemeriksaan. 6. Teknik setting scano-progam dibuat berdasarkan jenis pemeriksaan CT-Scan yang akan dilakukan Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN OESOPHAGUS MAAG DUODENUM (OMD) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.90 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 3 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada Oesophagus (O), Maag (M), dan Duodenum (D) Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada daerah Oesophagus (O), Maag (M), dan Duodenum (D) Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Kontras menggunakan Barium sulfat Serbuk effervescent Apabila terdapat kecurigaan adanya fistel digunakan media kontras non ionik Perlengkapan pendukung khusus : Gelas dan sendok. Kertas tissue. Pipet / sedotan. Teknis pemeriksaan Oesophagus (O) Tujuan : menilai passage media kontras (fluoroskopi), dan memvisualisasi gambaran mukosa, bentuk, ukuran, dam posisi oesophagus. Untuk pemeriksaan passage media kontras, pasien berdiri (erect), dengan proyeksi semi oblique kiri terhadap bidang vertikal. Media kontras Barium sulfat kental (1:1) dimasukkan secara oral sejumlah l.k 1 sendok makan. Bersamaan diperintahkan menelan. Dibuat foto (radiografi) : Pada posisi pasien semi oblique, CR horizontal, CP pertengahan oesophagus Pada posisi LAT, CR horizontal, CP pertengahan oesophagus PEMERIKSAAN OESOPHAGUS MAAG DUODENUM (OMD) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.90 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 2 dari 3 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Teknis pemeriksaan Maag (M) : Pasien diposisikan berbaring diatas meja pemeriksaan oleh dokter pemeriksa. Selama pemeriksaan pasien diminta untuk tidak mengeluartakan udara dari lambung (ructus) dan diberikan serbuk effervescent. Dilakukan pengambilan foto : Seluruh lambung, proyeksi prone dan supine Serial spot film : Proyeksi RAO (supine) : daerah antrum dan cardia dan curvatura mayor. Proyeksi AP (supine) : daerah antrum dan corpus. Proyeksi LAO (supine) : curvatura minor secara en-face. Proyeksi LL (left lateral), dengan sudut badan 450, CP pada fundus gaster Dilanjutkan dengan pemberian kontras barium sulfat encer (1:4) secukupnya sampai lambung terisi penuh (full-filling). Dilakukan pengambilan foto pada proyeksi : Proyeksi AP. Proyeksi Lateral. Proyeksi prone. Teknis pemeriksaan Duodenum (D) : Segera setelah selesai pemeriksaan lambung, pasien diposisikan erect atau bila kondisi pasien tidak memungkinkan dapat tetap dilakukan pada posisi supine Dilakukan pengambilan foto : Bulbus duodenum, proyeksi LPO C-loop duodenum, proyeksi AP Perawatan pasien Pasca pemeriksaan pasien diberi obat-obatan laxative ringan. Pasien diijinkan meninggalkan ruang pemeriksaan apabila tidak terdapat keluhan Kemungkinan komplikasi Aspirasi. Barium leakage akibat adanya mikro perforasi yang tidak diketahui sebelumnya. Barium appendicitis. Allergi (delayed reaction) PEMERIKSAAN OESOPHAGUS MAAG DUODENUM (OMD) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Unit Terkait No. Dokumen : 03.08.90 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 : drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : Halaman : 3 dari 3 PEMERIKSAAN USUS HALUS (BARIUM FOLLOW THROUGH) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.91 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada sistema usus halus Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada daerah sistema usus halus Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Digunakan kontras barium sulfat encer Apabila terdapat kecurigaan adanya fistel digunakan media kontras water-soluble (kontras non ionik) Peralatan pendukung : Gelas dan sendok. Kertas tissue. Pipet / sedotan. Persiapan Pasien : Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien menjalani lavement untuk pengosongan fecal material pada sistema colon. Pasca lavement pasien dipuasakan sampai dengan pemeriksaan selesai dilakukan. Teknis pemeriksaan : Posisi pasien supine, dibuat foto polos abdomen (AP). (Dilakukan penilaian tentang kualitas persiapan pasien. Pada keadaan dimana persiapan pasien dinilai tidak cukup adekuat, pemeriksaan dapat dibatalkan untuk dilakukan perbaikan persiapan pasien.) Media kontras dimasukkan per oral (diminum), sampai dengan mengisi daerah ileum terminale / caecum. Dilakukan pemotretan pada proyeksi : Antero Posterior (AP) Additional view dilakukan apabila diperlukan. Untuk additional view tidak terdapat proyeksi standar. PEMERIKSAAN USUS HALUS (BARIUM FOLLOW THROUGH) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Unit Terkait No. Dokumen : 03.08.91 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 : drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : Halaman : 2 dari 2 PEMERIKSAAN LOPOGRAFI No. Dokumen : 03.08.92 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada punctum proksimalis dan atau punctum distalis sistema colon pasca operasi colostomi atau sistema usus halus pasca ileostomi Tujuan : Mendiagnosa / mengevaluasi semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada punctum proksimalis dan/atau punctum distalis sistema colon pasca operasi colostomi atau sistema usus halus pasca ileostomi. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras Barium sulfat untuk lopografi punctum proksimal, dan media kontras water-soluble (urografin, gastrografin) untuk lopografi distal. Peralatan pendukung : DC (ukuran disesuaikan) Spuit injeksi 50 cc Spuit injeksi 10 cc Gelas dan sendok. Kertas tissue. Persiapan Pasien : Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien menjalani lavement untuk pengosongan fecal material pada sistema colon. Pasca lavement pasien dipuasakan sampai dengan pemeriksaan selesai dilakukan. Teknis pemeriksaan : Pasien posisi supine. media kontras dimasukan melalui kateter yang dipasang pada ostium punctum proksimal atau ostium punctum distal, tergantung/sesuai dengan jenis pemeriksaan lopografi yang akan dilakukan. PEMERIKSAAN LOPOGRAFI No. Dokumen : 03.08.92 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL 25 Mei 2016 : drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Dilakukan pengambilan spot film untuk mendapatkan informasi tentang morphologi anatomi (bentuk, ukuran dan posisi) segmen colon atau usus halus yang diperiksa. IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : Unit Terkait No. Revisi : 00 PEMERIKSAAN COLON IN LOOP No. Dokumen : 03.08.92 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada sistema colon Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada daerah sistema colon Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Kontras Barium sulfat , apabila dicurigai adanya perforasi menggunakan kontras water-soluble non ionik Peralatan pendukung : Tabung irrigator berikut standarnya Klem / penjepit. Kateter. Pompa udara manual. Bengkok Persiapan Pasien : Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien menjalani lavement untuk pengosongan fecal material pada sistema colon. Pasca lavement pasien dipuasakan sampai dengan pemeriksaan selesai dilakukan. Pemeriksaan colon in loop pada pasien anak/ bayi dengan kecurigaan megacolon congenital, tidak dilakukan tindakan manipulasi setidaknya selama 3 x 24 jam sebelum pemeriksaan. Teknis pemeriksaan : Posisi pasien supine, dibuat foto polos abdomen (AP). (Dilakukan penilaian tentang kualitas persiapan pasien. Pada keadaan dimana persiapan pasien dinilai tidak cukup adikwat, pemeriksaan dapat dibatalkan untuk dilakukan perbaikan persiapan pasien.) Dilakukan pemasangan kateter per rectal, media kontras dimasukkan secara perlahan sampai dengan mengisi daerah recto-sigmoid. Dilakukan pemotretan pada proyeksi : Antero Posterior (AP) dan Lateral kiri. Additional view dilakukan apabila diperlukan. PEMERIKSAAN COLON IN LOOP No. Dokumen : 03.08.92 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL 25 Mei 2016 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Dilakukan pengisian kontras full filling sampai mencapai caecum secara penuh untuk menilai patensi katup iliocaecal. Seluruh sistema colon terisi penuh, dilakukan pemotretan seluruh abdomen, pada proyeksi PA Dilakukan pemeriksaan double contras dengan memasukkan sejumlah udara secara pompa manual sampai seluruh sistema colon terisi udara. Additional foto dapat dilakukan apabila diperlukan. : IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : Unit Terkait No. Revisi : 00 PEMERIKSAAN APPENDICOGRAFI No. Dokumen : 03.08.93 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Prosedur ini Penjelasan tentang tatacara pelaksanaan teknik pemeriksaan dengan media kontras positif melihat kelainan pada usus buntu. Tujuan : Mendiagnosa dugaan yang terkait dengan kelainan pada appendiks Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras BaSO4 100 cc dan air minum Gelas dan sendok makan Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus. Beri penjelasan pasien atau keluarga pasien mengisi surat persetujuan tindakan pemeriksaan (inform consent). Teknis pemeriksaan : Unit Terkait : Lakukan Foto polos abdomen untuk mengetahui persiapan pasien dan untuk menentukan faktor eksposi selanjutnya. Dengan menggunakan proyeksi anteroposterior (AP) Kontras media yang telah disediakan diminumkan (di bangsal atau di rumah). Dilakukan foto abdomen lagi selang 9-12 jam setelah pasien minum kontras dengan menggunakan proyeksi antero posterior (AP). Pada kasus tertentu dibuat proyeksi Obliq kanan dengan MSP diatur membentuk sudut 30° dari meja pemeriksaan atau kaset. IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN PYELOGRAFI INTRAVENA (IVP) No. Dokumen : 03.08.94 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada sistema traktus urinarius Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada pada sistema Traktus urinarius terutama morphologi anatomi dan fungsional pyelum, ureter dan vesica urinaria . Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi pemeriksaan IVP : Nephrolithiasis, pyelonephritis, Hydronephrosis, Tumor, Anomaly Conginetal, Stogging pada kasus proses keganasan Kontra Indikasi pemeriksaan IVP : Absolut : Alergi terhadap media kontras Relatif : Gangguan fungsi ginjal derajat berat dengan keadaan umum pasien buruk, Tensi tinggi, Suhu badan tinggi Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras Non Ionik Peralatan injeksi (iv) Tensimeter Stetoskop Perlengkapan pertolongan darurat medis untuk kemungkinan terjadinya hipersensitivitas terhadap media kontras. Dosis media kontras : 1ml/kg berat badan ( kadar ureum kreatinin normal, kadar kreatinin < 1,5 ). Persiapan Pasien : Sebelum pemeriksaan (2-3 hari) pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat. Maksimal dalam 2 minggu sebelum pemeriksaan IVP,pasien sudah menjalani pemeriksaan laboratorium kadar Ureum dan Kreatinin Darah. Pemeriksaan IVP pada pasien dengan kadar Ureum dan Kreatinin normal dapat memberikan informasi diagnostik maksimal. . PEMERIKSAAN PYELOGRAFI INTRAVENA (IVP) No. Dokumen : 03.08.94 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Malam sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk minum obat pencahar (“urus-urus”), untuk membersihkan sistema usus dari sisa-sisa fecal material. Intake cairan malam hari sebelum pemeriksaan diabatasi untuk menciptakan kondisi relatif dehidrasi (dehidrasi ringan), dan dilarang merokok serta banyak bicara. Penderita diminta untuk puasa makan minimal 8 jam sebelum pemeriksaan sampai dengan pemeriksaan selesai dilakukan. Untuk menghindari Contrast Induced Nephropathy setelah pemeriksaan, pasien diminta minum sebanyak-banyaknya. Teknis pemeriksaan Unit Terkait : Posisi pasien supine , dibuat plain foto abdomen (BNO) sebagai base line foto. Injeksi media kontras (i.v). Dibuat serial foto dengan proyeksi AP pada menit ke-5, 15, 45 dan/atau 60 (sesuai situasi dan kondisi selama pemeriksaan) serta post voiding; sedangkan proyeksi PA pada menit ke-30. Pada kasus dimana terjadi delayed visualization kedua ginjal (akibat kadar ureum dan kreatinin darah diatas nilai normal), waktu/saat eksposi dapat ditambah / diperpanjang sesuai kondisi pemeriksaan. Pada kasus tertentu dapat dilakukan penambahan posisi sebagai konfirmasi dari kelainan yang didapatkan. IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN CYSTOGRAFI No. Dokumen : 03.08.95 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Prosedur ini Penjelasan tentang tatacara pelaksanaan teknik pemeriksaan vesica urinaria dengan menggunakan media kontras positif yang dimasukan langsung ke dalam vesica urinaria melalui kateter Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada vesica urinaria . Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras water soluble non ionik/ionik Spuit 50cc jarum tengah Catether no.18 Klem Aquabidest atau NaCl Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus baik dari segi alat maupun pasien nya, hanya benda – benda yang terbuat dari logam yang dapat mengganggu gambaran harus dilepas. Beri penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien mengenai tujuan dari pemeriksaan tersebut serta mengisi surat persetujuan pemeriksaan (inform consent). Teknis pemeriksaan Teknik pemasukan media kotras dilakukan oleh dokter spesialis radiologi. Teknik radiografi dilakukan oleh radiografer. Lakukan foto polos Antero-Posterior dengan Kontras media positif yang telah larurkan dengan aquabidest perbandingan 1:3 sebanyak 100-200 cc dimasukan melalui katether . PEMERIKSAAN CYSTOGRAFI No. Dokumen : 03.08.95 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL 25 Mei 2016 : drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Proyeksi Antero-posterior, Oblique kanan, Oblique kiri bila perlu lateral. Tergantung dari permintaan dokter spesialis radiologi IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : Unit Terkait No. Revisi : 00 PEMERIKSAAN URETHROGRAFI No. Dokumen : 03.08.96 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Prosedur ini Penjelasan tentang tatacara pelaksanaan teknik pemeriksaan urethra secara radiologi dengan menggunakan media kontras positif Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada urethra . Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi Retensi urin, Kelainan congenital, Fistule, Tumor , Batu uretra Kontra indikasi Radang uretritis akut Radang prostat Penderita terdapat riwayat alergi kontras. Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras positif (Urografin) Spuit 50 cc jarum tengah Aquabidest atau NaCl Kateter no 8 Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus baik dari segi alat maupun pasien nya, hanya benda – benda yang terbuat dari logam yang dapat mengganggu gambaran harus dilepas. Beri penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien mengenai tujuan dari pemeriksaan tersebut serta mengisi surat persetujuan pemeriksaan (inform consent). Teknis pemeriksaan Setelah dilakukan foto polos lakukan pemasukan media kontras ±50 cc melalui kateter yang sudah terpasang. lakukan foto AP (Anterio Posterior), Oblik kanan atau kiri. Antero-Posterior (AP) Polos Mengetahui ketepatan obyek serta ketepatan faktor eksposi yang akan digunakan. . PEMERIKSAAN URETHROGRAFI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.96 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Antero-Posterior (AP ) post kontras Tujuan untuk melihat kandung kemih dan seluruh bagian uretra. Oblik kanan atau kiri Bertujuan untuk menilai bagian uretra dan kandung kemih tidak superposisi dengan simphisis pubis. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN ANTEGRADE PYELOGRAPHY (APG) No. Dokumen : 03.08.97 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Prosedur ini Penjelasan tentang tatacara pelaksanaan teknik pemeriksaan Antegrade Pyelography dengan media kontras untuk menampakkan morfologi dari sistema pelvicocalyces (SPC) ginjal dan pemeriksaan letak obstruksi pada ureter Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada sistema traktur urinarius terutama SPC dan ureter. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi dilakukan pemeriksaan APG : Apabila pada pemeriksaan IVP tidak memberikan hasil yang baik dan retrograde pyelography (RPG) tidak dapat dilakukan atau terdapat kontra indikasi Kecurigaan obstruksi pada ureterdengan lokasi yang tidak jelas padapemeriksaan IVP Terpotongnya ureter pada kasus pasca tindakan bedah abdomen/ginekologis Dugaan abses atau fistula Kontra Indikasi Absolut : Alergi terhadap media kontras positif Relatif : Riwayat alergi terhadap bahan (obat-obatan) atau makanan tertentu Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras water soluble non ionik Peralatan injeksi 10 – 20 ml Persiapan Pasien : Pada pemeriksaan ini pasien sudah terpasang katether nephrostomi dari ruang bedah Beri penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien mengenai tujuan dari pemeriksaan tersebut serta mengisi surat persetujuan pemeriksaan (inform consent). . PEMERIKSAAN ANTEGRADE PYELOGRAPHY (APG) No. Dokumen : 03.08.97 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Teknis pemeriksaan Unit Terkait : Posisikan pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, Lakukan pemotretan plain abdomen proyeksi Antero-Posterior Masukkan media kontras melalui kateter secara perlahan oleh dokter spesialis radiologi dengan radiografer Buat serial pemotretan untuk mendokumentasikan jalannya media kontras sesuai dengan arahan dokter spesialis radiologi Gunakan proyeksi pemotretan tegantung kebutuhan sesuai tujuan indikasi pemotretan. IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN RETROGRADE PYELOGRAPHY (RPG) No. Dokumen : 03.08.98 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Prosedur ini Penjelasan tentang tatacara pelaksanaan teknik pemeriksaan Retrograde Pyelography dengan media kontras untuk menampakan sistema traktus urinarius dengan cara pemasukan media kontras positif kedalam ginjal melalui kateter ureter Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada sistema traktur urinarius terutama ureter dan SPC. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi dilakukan pemeriksaan RPG : Apabila pada pemeriksaan IVP tidak memberikan hasil yang baik Menentukan batas bawah stenosis ureter, atau letak obstruksi pada ureter secara difinitif Kontra Indikasi Absolut : Alergi terhadap media kontras positif Relatif : Keadaan umum pasien yang buruk Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras water soluble non ionik Peralatan injeksi 10 – 20 ml Persiapan Pasien : Pada pemeriksaan ini pasien sudah terpasang kateter RPG dari ruang bedah Beri penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien mengenai tujuan dari pemeriksaan tersebut serta mengisi surat persetujuan pemeriksaan (inform consent). . PEMERIKSAAN RETROGRADE PYELOGRAPHY (RPG) No. Dokumen : 03.08.98 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 2 dari 2 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Teknis pemeriksaan Unit Terkait : Posisikan pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, Lakukan pemotretan plain abdomen proyeksi Antero-Posterior Masukkan media kontras melalui kateter secara perlahan oleh dokter spesialis radiologi dengan radiografer Buat serial pemotretan untuk mendokumentasikan jalannya media kontras sesuai dengan arahan dokter spesialis radiologi Gunakan proyeksi pemotretan tegantung kebutuhan sesuai tujuan indikasi pemotretan. IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.99 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 1 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Prosedur ini Penjelasan tentang pemeriksaan secara radiologis pada lubang / fistula dengan bantuan kontras positif Tujuan : Mengidentifikasi saluran patologis beserta cabang-cabangnya yang menghubungan dua ruangan atau kompartemen yang secara fisiologis tidak berhubungan. Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Persiapan Peralatan dan Bahan : Media kontras water soluble non ionik Peralatan injeksi 10 – 20 ml Kateter atau surflow (ukuran disesuaikan dengan besar stoma) Handscoon steril dan non-steril Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus bagi pasien , hanya pasien diharuskan mengisi surat persetujuan tindakan (informed consent) atau dapat diwakilkan pada keluarganya. Penjelasan kepada pasien / keluarga pasien (pasien tidak sadar) tentang tujuan dilakukan pemeriksaan tersebut. Teknik Pemeriksaan Buat foto polos pada daerah fistel dengan marker pada lubang fistel. Masukkan media kontras sesuai kebutuhan oleh dokter spesialis radiologi dengan radiografer. Buat foto setelah media kontras masuk sesuai kebutuhan oleh radiografer. Unit Terkait : IRJ, IRI, IGD, ICU Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 : PEMERIKSAAN HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.100 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 1 dari 3 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Adalah pemeriksaan imejing Radiodiagnostik menggunakan media kontras pada Uterus, Tuba Fallopii berikut organ sekitarnya (Salphynx) Tujuan : Mendiagnosa / melihat semua dugaan yang terkait dengan kelainan pada pada Uterus, Tuba Fallopii berikut organ sekitarnya (Salphynx) Kebijakan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1041/Menkes/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2128.2/05/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Perubahan Atas Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi (Lampiran 13) Pada Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Prosedur : Indikasi: Infertilitas Abortus spontan rekurent Evaluasi post operasi ligasi tuba atau pelepasan ligasi tuba Evaluasi pre operasi myomektomi Kontra Indikasi Wanita hamil Peradangan aktif pada pelvis Persiapan Peralatan dan Bahan : Tenakulum Sonde uterus. Unit peralatan HSG (aplikator, conus dengan ukuran small, medium dan large, dll) Sarung tangan disposable. Kassa sterile (deeperes). Doek Steril Berlubang.. Peralatan yang tidak harus steril : Bengkok. Lampu penerang atau Head lamp. Bahan kontras : jenis yang larut dalam air (ionic atau non ionic). Bahan – bahan untuk desinfeksi kulit. PEMERIKSAAN HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.100 Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 No. Revisi : 00 Halaman : 2 dari 3 Ditetapkan DIREKTUR drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus bagi pasien Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 9-12 siklus menstruasi (hari pertama dihitung pada hari keluar darah menstruasi pertama kali) Pasien tidak diperbolehkan berhubungan badan sejak awal menstruasi sampai selesai pemeriksaan Jika siklus menstruasi tidak teratur atau ada kecurigaan hamil, maka dilakukan pemeriksaan β human chorionic gonadotropin (βHCG) Pasien diharuskan mengisi surat persetujuan tindakan (informed consent) Teknik Pemeriksaan Pasien supine dengan posisi lithotomic. Daerah perineal dan sekitar labia mayor, moon veneris, dilakukan desinfeksi. Dengan teknik aseptic dilakukan : Desinfeksi pada liang vagina dan fornix. Pemasangan kanula aplikator dan conus yang ukurannya sesuai melalui orificium cervix uteri externa. Ukuran panjang kanula aplikator disesuaikan dengan ukuran leher rahim. Dilakukan fiksasi aplikator. Pasien diposisikan pada lapangan pemotretan, dengan digeser secara perlahan, kedua kaki pasien diluruskan. Pemasukan media kontras dapat dilakukan dengan atau tanpa control fluoroskopi. Pemotretan dilakukan setelah media kontras dimasukkan secara perlahan dengan jumlah/volume sebagai berikut : Tahap pertama, volume 4-6ml, dilakukan pemotretan AP. Tahap kedua, volume kontras yang masuk ditambah sehingga mencapai kurang lebih 8 ml, dilakukan pemotretan pada proyeksi antero posterior(AP), Oblique kanan dan Oblique kiri. Apabila sudah didapat spill-over pada daerah sekitar fimbrie, pemeriksaaan dapat dianggap selesai. Apabila spill-over belum diperoleh dapat dilakukan penambahan volume kontras hingga mencapai lebih kurang 10-12ml, dan dilakukan pemotretan additional (tambahan). Additional film posisi lateral dan pasca pelepasan kanule aplikator dapat dilakukan apabila dipandang perlu. PEMERIKSAAN HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG) No. Dokumen : 03.08.100 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 25 Mei 2016 Halaman : 3 dari 3 drg. R. BASOEKI SOETARDJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pasca tindakan Setelah kanule aplikator dilepas,dilakukan perawatan untuk menghentikan kemungkinan terjadinya perdarahan. Pasien diberikan penjelasan tentang kemungkinan adanya spot bleeding pervaginam dan tata cara penanganannya Apabila ada komplikasi yang muncul, pasien harus segera menghubungi dokter yang melakukan pemeriksaan Kemungkinan komplikasi Sehubungan dengan pengguanaan media kontras : Allergi (delayed reaction). Rasa mual akibat rangsangan peritoneum. Sehubungan dengan teknik pemeriksaan: Infeksi Perdarahan pervaginam Rasa nyeri pada daerah pelvic Unit Terkait : IRJ, IRI Dokumen terkait: Surat Persetujuan Tindakan Medis Referensi Standar Pelayanan Radiologi PDSRI 2011 :