PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT INAP RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.01 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pelayanan pasien yang dimaksud adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi. Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan radiologi bagi pasien Instalasi Rawat Inap Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien yang akan diperiksa mendaftar terlebih dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan tindakan pelayanan radiologi yang berisi data pasien, jenis pemeriksaan serta indikasi klinis dari dokter pengirim. 2. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien pada buku registrasi pasien radiologi, serta membuatkan billing radiologi rawat inap yang dilampirkan di dalam buku rekam medis pasien. 3. Pasien yang telah mendaftar dipersilakan menunggu di ruang tunggu. 4. Petugas radiologi memanggil pasien untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO, selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi dengan didampingi petugas bangsal hingga pemeriksaan selesai dilaksanakan. 5. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu kembali di ruang tunggu. 6. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto dan bila tidak memungkinkan dilakukan pengulangan foto maka petugas radiologi membatalkan pemeriksaan dengan memberikan keterangan tentang penyebabnya pada status pasien. 7. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa kembali lagi ke bangsal dengan diantar petugas bangsal. 8. Petugas bangsal mengambil hasil pemeriksaan foto dalam waktu paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Inap, Uper PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN No. Dokumen : 03.08.02 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pelayanan pasien yang dimaksud adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan radiologi bagi pasien Instalasi Rawat Jalan Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Unit Terkait : Referensi : yang akan diperiksa mendaftar terlebih dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan tindakan pelayanan radiologi yang berisi data pasien, jenis pemeriksaan serta indikasi klinis dari dokter pengirim. Pasien atau keluarga pasien melengkapi tagihan administrasi ke bagian uper dengan membawa billing radiologi rawat jalan dari radiologi. Setelah administrasi dilengkapi serta billing tagihan diserahkan kembali kepada petugas radiologi maka pasien dipersilakan menunggu di ruang tunggu radiologi. Petugas radiologi memanggil pasien untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO, selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi dan jika diperlukan, pihak keluarga/ pengantar pasien membantu jalannya pemeriksaan. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan menunggu kembali di ruang tunggu. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto dan bila tidak memungkinkan dilakukan pengulangan foto, petugas radiologi membatalkan pemeriksaan dengan memberikan keterangan tentang penyebabnya pada status pasien. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa pulang dan hasil bisa diambil pada waktu yang telah dijanjikan. Pengambilan hasil radiologi dilakukan paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Instalasi Rawat Jalan, Uper PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.03 No. Revisi : 02 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pelayanan pasien yang dimaksud adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi. Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan radiologi bagi pasien Instalasi Rawat Darurat. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Keluarga pasien yang akan diperiksa mendaftar dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan tindakan pelayanan radiologi yang berisi data pasien, jenis pemeriksaan serta indikasi klinis dari dokter pengirim. 2. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien pada buku registrasi pasien radiologi, serta membuatkan billing radiologi yang dilampirkan di dalam buku rekam medis pasien. 3. Pasien yang telah mendaftar dipersilakan masuk ruang pemeriksaan untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO,selanjutnya dilakukan pemeriksaan hingga pemeriksaan selesai. 4. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu kembali di ruang tunggu. 5. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto dan bila tidak memungkinkan dilakukan pengulangan foto ,petugas radiologi membatalkan pemeriksaan dengan memberikan keterangan tentang penyebabnya pada status pasien 6. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa kembali lagi ke Instalasi Rawat Darurat dengan diantar petugas Instalasi Rawat Darurat. 7. Petugas Instalasi Rawat Darurat bisa mengambil foto tanpa bacaan terlebih dulu ( pinjam basah ) bila diperlukan, dalam keadaan cito, foto bisa segera diberi hasil oleh radiolog, dan bila tidak cito, hasil bacaan foto bisa diambil paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Darurat, Uper PELAYANAN ADMINISTRASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.04 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Alur Pelayanan adalah tahap-tahap yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan pelayanan, khususnya radiologi Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pelayanan, serta tertib administrasi. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien yang akan diperiksa, didaftarkan terlebih dahulu pada bagian administrasi Instalasi Radiologi 2. Petugas administrasi radiologi menuliskan data pasien pada buku registrasi. 3. Petugas administrasi radiologi membuatkan billing radiologi kepada pasien/keluarga pasien/pengantar pasien untuk dibayarkan di uper, khusus untuk pasien rawat inap, tagihan dilampirkan pada buku rekam medis pasien. 4. Petugas administrasi radiologi meminta bukti tanda lunas pembayaran dari uper kepada pasien/ keluarga pasien/ pengantar pasien. 5. Pasien dipersilakan menunggu di ruang tunggu. 6. Petugas radiologi memanggil pasien untuk dilakukan identifikasi pasien sesuai SPO dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi 7. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dipersilakan menunggu kembali di ruang tunggu. 8. Petugas radiologi memastikan foto telah jadi, bila kualitas foto belum optimal,maka dilakukan pengulangan foto. 9. Bila pemeriksaan telah selesai, pasien bisa pulang/ kembali lagi ke bangsal (pada pasien rawat inap). 10. Hasil pemeriksaan foto dapat diambil dalam waktu paling lambat 2x24 jam dengan menandatangani buku pengambilan hasil foto. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Darurat, dan Uper PENDOKUMENTASIAN HASIL EXPERTISE RADIOGRAFI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.05 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Hasil expertise adalah hasil pembacaan radiografi oleh dokter spesialis radiologi yang dilakukan secara tertulis pada blangko expertise Tujuan : Untuk menertibkan administrasi dokumen hasil expertise Kebijakan : Pembacaan atau ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sesuai jadwal.Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Dokter radiologi memberi expertise rangkap 3, berwarna putih, pink, kuning. 2. Petugas administrasi memilahkan hasil expertise tersebut, yang berwarna putih disertakan bersama hasil radiograf dan dimasukkan ke dalam amplop hasil, lembar warna pink dimasukkan dalam buku rekam medis pasien, sedangkan lembar yang berwarna kuning untuk arsip radiologi. 3. Petugas administrasi mengarsipkan hasil expertise lembar warna kuning di lemari arsip radiologi. Unit Terkait : Referensi : Instalasi Rawat Inap dan memudahkan pencarian PENGGUNAAN PROTEKSI RADIASI BAGI PETUGAS RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.06 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Proteksi Radiasi adalah alat/cara yang digunakan untuk melindung diri dari bahaya radiasi. 2. Petugas Radiasi adalah petugas radiologi yang saat itu menjalankan pemeriksaan dengan sinar X- ray. 3. Alat Pelindung diri bisa berupa tabir pelindung, apron, gonad shield, atau sarung tangan Pb. Tujuan : Menghindari resiko bahaya radiasi bagi petugas radiasi. Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah No. 188/2885.9/08/2014 lampiran No. 13 Prosedur : 1. Petugas radiasi berlindung di belakang tabir pelindung pada waktu eksposi berlangsung. 2. Jika petugas radiasi harus memegang pasien,dikarenakan keluarga pasien atau petugas bangsal tidak ada, maka petugas radiasi diharuskan memakai apron. 3. Petugas radiasi menggunakan lapangan penyinaran sesuai besarnya obyek sehingga mengurangi radiasi hambur. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGGUNAAN PROTEKSI RADIASI BAGI PASIEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.07 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Proteksi Radiasi adalah alat/cara yang digunakan untuk melindung diri dari bahaya radiasi. 2. Pasien yang dimaksud adalah pasien yang saat itu menjalani pemeriksaan. 3. Alat Pelindung diri bisa berupa tabir pelindung, apron, gonad shield, atau sarung tangan Pb Tujuan : Menghindari resiko bahaya radiasi bagi pasien. Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit.Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi hanya mengerjakan pemeriksaan atas perintah dokter secara tertulis. 2. Petugas radiologi menggunakan radiasi seefektif mungkin dan mengatur kolimator / luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya obyek yang diperiksa untuk mengurangi radiasi hambur yang akan diterima oleh pasien. 3. Petugas radiologi berusaha menghindari pengulangan foto. 4. Bila memungkinkan, pasien dipakaikan apron sehingga radiasi yang diterima sekecil mungkin. 5. Petugas radiologi menghindari pemeriksaan bagi wanita hamil kecuali sangat diperlukan. 6. Khusus untuk wanita hamil tersebut, petugas radiologi memfokuskan pemasangan load atau apron di sekitar perut. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGGUNAAN PROTEKSI RADIASI BAGI LINGKUNGAN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.08 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Proteksi Radiasi adalah alat/cara yang digunakan untuk melindung diri dari bahaya radiasi. 2. Lingkungan yang dimaksud adalah setiap orang yang berada disekitar daerah radiasi. Tujuan : Menghindari resiko bahaya radiasi bagi lingkungan Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit.Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi hanya menggunakan alat radiologi yang telah di kaliberasi dan mendapatkan sertifikat keamanan radiasi dari BAPETEN(Badan Pengawasan Tenaga Nuklir) 2. Petugas radiologi menggunakan peralatan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 3. Memberi tanda di atas pintu ruangan dengan lampu merah yang bila menyala menandakan berlangsungnya pemeriksaan. 4. Memberi tanda yang bisa dibaca oleh umum bahwa ruangan tersebut daerah radiasi. 5. Memberi pengertian kepada pengantar pasien agar tidak ikut masuk dalam ruangan pemeriksaan kecuali sangat diperlukan dan atas ijin petugas radiologi. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI PETUGAS RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.09 Tanggal Terbit : 01Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud adalah cek fisik petugas radiologi berhubungan dengan efek radiasi yang ditimbulkan oleh X-ray. 2. Pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi pemeriksaan Laboratorium darah lengkap, urin, pemeriksaan radiologi foto thorax , EKG serta konsultasi dengan dokter perihal kesehatan yang dihadapi. 3. Petugas radiologi yang dimaksud adalah dokter spesialis radiologi, radiografer, petugas administrasi radiologi dan petugas teknisi radiologi. Tujuan : Menghindari sekecil mungkin resiko bahaya radiasi bagi petugas radiologi Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi meminta persetujuan untuk pemeriksaan kesehatan dari dokter dengan di ketahui Kepala Instalasi Radiologi 2. Petugas radiologi membawa surat pengantar ke bagian laboratorium dan radiologi untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan. 3. Segala hasil pemeriksaan dibukukan dan dievaluasi, apabila memerlukan tindak lanjut maka Kepala Instalasi Radiologi memberikan pengantar untuk meneruskan pemeriksaan ke bagian yang dibutuhkan. 4. Pemeriksaan kesehatan dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun atau lebih sesuai kebutuhan. 5. Setiap biaya yang berhubungan dengan cek fisik tersebut serta pengobatan yang memungkin ditanggung oleh pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMELIHARAAN PESAWAT RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.10 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeliharaan pesawat radiologi adalah tata cara penerapan langkah-langkah pemeliharaan pesawat radiologi yang dilakukan oleh petugas radiologi bersama dengan teknisi radiologi, hal ini dilakukan secara rutin 1 bulan sekali. Tujuan : Agar pesawat sinar-X selalu dalam kondisi baik dan siap dipakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi membersihkan bagian-bagian pesawat rontgen serta mempersiapkan dan menata peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan 2. Petugas radiologi menghidupkan pesawat rontgen sesuai dengan standar prosedur operasional pemakaian pesawat. 3. Petugas radiologi bersama-sama dengan teknisi radiologi melakukan uji fungsi tombol-tombol pada meja kontrol dan meja pasien radiologi. 4. Petugas radiologi melakukan pemanasan alat dan memastikan alat masih berfungsi baik. 5. Bila telah selesai digunakan pemeriksaan, petugas memastikan pesawat sinar- X masih tetap dalam kondisi baik dan bersih 6. Petugas radiologi mematikan pesawat kembali sesuai standar prosedur operasional pemakaian alat. 7. Pemanasan alat dilakukan tiap hari sebelum dilakukan pemeriksaan dan uji fungsi dilakukan berkala bersama dengan teknisi radiologi setiap 1 (satu) bulan sekali meliputi keseluruhan fungsi pesawat X-ray serta mengisi kartu perawatan pesawat. 8. Bila terjadi hal yang kurang baik dan atau ada suatu kerusakan, dilakukan sesuai prosedur perbaikan alat radiologi. Unit Terkait : IPSRS Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PERBAIKAN ALAT,SARANA & PRASARANA RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.11 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Alat radiologi yang dimaksud adalah pesawat General X-ray, pesawat Panoramic, ID Camera, Automatic Processing Film dan Lampu Baca Rontgen 2. Sarana dan prasarana meliputi alat-alat non medis, barang rumah tangga, dan fisik bangunan. 3. Perbaikan dilakukan apabila pada saat perawatan atau pemakaian alat / sarana dan prasarana radiologi ditemukan kerusakan dan tidak berfungsi. Tujuan : Agar alat, sarana dan prasarana radiologi selalu dalam kondisi aman,baik dan siap pakai untuk menunjang pelayanan di Instalasi Radiologi. Kebijakan : 1. Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 2. Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi dan keselamatan pasien, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi melaporkan secara lisan perihal kerusakan alat ,sarana dan prasarana rumah sakit kepada IPSRS / Sub Bag. Rumah Tangga dan Umum sesuai jenis kerusakan. 2. Petugas radiologi mengisi form permohonan perbaikan alat , sarana dan prasarana untuk diserahkan ke IPSRS / Sub.Bag Rumah Tangga dan Umum. 3. Teknisi radiologi / staf Sub.Bag Rumah Tangga dan Umum mengecek fungsi alat radiologi / sarana & prasarana yang dimaksud dan apabila ditemukan kerusakan maka segera dilakukan perbaikan jika memungkinkan. PERBAIKAN ALAT, SARANA & PRASARANA RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.11 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Prosedur : 4. Apabila ternyata saat itu alat radiologi / sarana & prasarana yang dimaksud tidak memungkinkan diperbaiki oleh teknisi radiologi / staf Sub.Bag.Rumah Tangga dan Umum, maka teknisi radiologi / Staf Sub.Bag Rumah Tangga dan Umum segera melaporkan kepada Kepala Instalasi Radiologi, untuk dilakukan perbaikan oleh pihak ketiga. 5. Selama alat radiologi yang dimaksud dalam kondisi tidak bisa dipakai maka segala pemeriksaan yang berhubungan dengan alat radiologi tersebut dihentikan untuk sementara waktu sampai pesawat radiologi bisa digunakan lagi, dan jika diperlukan bisa memberitahukan ke bangsal yang sering mengirimkan pasien. Unit Terkait 6. : IPSRS, Sub.Bagian Rumah Tangga dan Umum, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PEMAKAIAN PESAWAT GENERAL X-RAY RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.12 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pesawat General X- ray adalah pesawat sinar X yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi konvensional. Tujuan : Agar pesawat radiologi selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi menghidupkan handle pesawat dengan posisi “on” 2. Petugas radiologi menghidupkan power pesawat dengan tombol “I” hingga lampu indikator menyala. 3. Petugas radiologi menyamakan arus masuk ke pesawat melalui selector line voltage dengan posisi “220” 4. Petugas radiologi memilih program yang akan digunakan pemeriksaan dengan menekan tombol. 5. Petugas radiologi melakukan pemanasan alat dengan memilih dari kondisi tegangan (kV) dan arus (mA)yang terkecil dahulu berangsur hingga yang besar. 6. Pemanasan dilakukan dengan menekan tombol “ready”, setelah indikator menyala baru tekan “expose”. 7. Petugas radiologi melakukan pemanasan 3-5 kali expose. 8. Petugas radiologi menggunakan untuk pemeriksaan setelah 10 menit, dimaksudkan agar pesawat dalam kondisi yang lebih stabil. 9. Apabila pesawat radiologi sudah tidak digunakan untuk pemeriksaan lagi maka power pesawat dimatikan ”O” setelah seluruh selektor diputar pada kondisi yang paling kecil. 10. Petugas radiologi mematikan handle pesawat dengan posisi”Off” 11. Apabila terjadi hal yang kurang baik dan atau ada suatu kerusakan, segera dicari penyebabnya yang mungkin untuk dilakukan perbaikan oleh teknisi radiologi 12. Bila teknisi radiologi tidak dapat memperbaiki maka teknisi radiologi mengajukan perbaikan sesuai prosedur perbaikan alat radiologi. Unit Terkait : IPSRS Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PEMAKAIAN ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.13 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film secara otomatis Tujuan : Agar automatic processing film selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi menghidupkan saklar listrik (dalam posisi “on”). 2. Petugas radiologi menghidupkan power automatic processing (dalam posisi “on”) hingga lampu petunjuk menyala. 3. Setelah 10 menit petugas radiologi memanaskan alat automatic processing dengan memasukkan film tester (film yang tidak terpakai) untuk mengecek fungsi sistem alat hingga alat sudah benar-benar operasional. 4. Petugas radiologi memasukkan film yang telah digunakan untuk pemeriksaan dalam keadaan kamar sudah gelap dengan cahaya bantu saja (safety light) hingga lampu penunjuk yang ada pada alat mati, dan baru bisa dimasukkan film lagi bila lampu penunjuk tersebut menyala. 5. Petugas radiologi mematikan kembali power pesawat radiologi apabila sudah tidak digunakan lagi(dalam posisi “off”) hingga lampu penunjuk pada pesawat radiologi mati. 6. Petugas mematikan kembali saklar listrik dalam posisi “off”. Unit Terkait : Referensi : IPSRS PERAWATAN ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.14 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Automatic Processing Film adalah dengan proses secara otomatis alat untuk mencuci film Tujuan : Agar automatic processing film selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi membersihkan bagian-bagian alat automatic processing serta mempersiapkan dan menata peralatan yang dibutuhkan 2. Petugas radiologi menghidupkan alat automatic processing sesuai standar prosedur operasional pemakaian automatic processing 3. Petugas radiologi melakukan uji fungsi alat automatic processing tersebut. 4. Petugas radiologi melakukan pemanasan alat dan memastikan alat masih berfungsi baik. 5. Petugas radiologi mematikan alat automatic processing kembali sesuai standar prosedur operasional pemakaian alat, jika sudah tidak digunakan. 6. Perawatan dilakukan oleh petugas radiologi tiap hari sebelum dilakukan pemeriksaan dan pengecekan berkala dilakukan oleh teknisi radiologi setiap 1 (satu) minggu sekali meliputi keseluruhan fungsi automatic processing. 7. Bila terjadi hal yang kurang baik atau ada suatu kerusakan, lakukan sesuai standar prosedur operasional perbaikan alat automatic proccessing Unit Terkait : IPSRS Referensi : PENGGANTIAN LARUTAN PADA ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.15 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film dengan proses secara otomatis 2. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang digunakan untuk mencuci film yang dimasukkan dalam alat automatic processing berupa larutan developer dan larutan fixer. Tujuan : Agar alat automatic processing selalu dalam kondisi siap pakai dan menghasilkan gambar yang sesuai harapan. Kebijakan : Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan di kamar gelap yang meliputi pembuatan dan penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, serta pencucian film dilakukan oleh radiografer. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mengganti larutan developer dan fixer setiap 1(satu) minggu sekali dan dilakukan pada hari senin sebelum pelayanan, dan apabila sebelum 1(minggu) minggu gambaran yang dihasilkan alat automatic processing tersebut tidak sempurna maka larutan developer dan fixer diganti pada hari tersebut. 2. Petugas radiologi menampung larutan develover dan fixer tersebut pada wadah yang telah tersedia. 3. Petugas radiologi membersihkan sisa larutan yang masih menempel pada rol-rol automatic processor dan pada wadah automatic processor dengan disikat dan dibilas air berkali-kali sehingga bersih. 4. Petugas radiologi mengisi larutan developer dan larutan fixer baru pada wadah yang terdapat pada alat automatic processing, untuk larutan developer pada wadah developer dan larutan fixer pada wadah fixer. 5. Petugas radiologi membersihkan kembali alat automatic processing sehingga tidak ada bekas-bekas tumpahan air sewaktu mengisi larutan diatas. 6. Petugas radiologi menghidupkan alat automatic processing tersebut, sesuai standar prosedur operasional pemakaian alat automatic processing, sehingga alat bisa dipakai kembali seperti biasa. Unit Terkait : Referensi : IPSRS PEMBUANGAN LIMBAH LARUTAN ALAT AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.16 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film secara otomatis 2. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang digunakan untuk mencuci film yang dimasukkan dalam alat automatic processing berupa larutan developer dan larutan fixer. 3. Limbah yang dimaksud adalah sisa larutan yang sudah tidak digunakan lagi. Tujuan : Kebijakan : Limbah pencucian film dikelola oleh Instalasi Sanitasi. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi dalam bekerja menggunakan alat pelindung diri ( APD ) dan pakaian kerja. 2. Petugas radiologi menampung limbah larutan pencucian( developer dan fixer ) ke dalam wadah yang telah tersedia. 3. Petugas radiologi menyerahkan limbah tersebut ke Instalasi Sanitasi untuk dikelola lebih lanjut. 4. Petugas radiologi mengisi buku ekspedisi penyerahan limbah radiologi yang ditandatangani oleh petugas radiologi dan petugas sanitasi. Unit Terkait : Instalasi Sanitasi Referensi : 1. Agar limbah larutan tidak mencemari lingkungan sekitar. 2. Mencegah infeksi Nosokomial. PEMBUATAN LARUTAN DEVELOPER DAN FIXER PADA AUTOMATIC PROCESSING FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.17 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : 1. Automatic Processing Film adalah alat untuk mencuci film secara otomatis 2. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang digunakan untuk mencuci film yang dimasukkan dalam alat automatic processing berupa larutan developer dan larutan fixer. 3. Larutan developer adalah larutan pembangkit untuk mengubah bayangan tak tampak menjadi tampak 4. Larutan Fixer adalah larutan penetap yaitu untuk menetapkan bayangan dan melindungi bayangan dari kerusakan. Tujuan : Agar larutan yang dibuat selalu pada kemampuan optimal yang sama sehingga alat automatic processing film selalu siap pakai. Kebijakan : Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan di kamar gelap yang meliputi pembuatan dan penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, serta pencucian film dilakukan oleh radiografer. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mengambil bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan larutan developer dan fixer ditempat penyimpanan bahan 2. Petugas radiologi membuat cairan developer dan fixer dengan aturan:Developer air 3,650 L, cairan A : 1, 250 L, cairan B : 62,5 ml, cairan C : 72 ml. Fixer air 3,875 L, cairan A : 1 L, cairan B : 125 ml. 3. Petugas radiologi mencampur masing-masing larutan tersebut sampai homogen 4. Petugas radiologi memasukan larutan developer dan fixer tersebut kedalam automatic processing film. 5. Petugas radiologi bisa menggunakan automatic processing film tersebut sesuai standar prosedur operasional pemakaian automatic processing film. 6. Petugas merapikan dan membersihkan kembali alat atau bahan yang telah dipakai dan dikembalikan ketempat semula. Unit Terkait : Referensi : PEMBERIAN IDENTITAS PASIEN PADA FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.18 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Identitas pasien berisi tentang data pasien yang diperiksa, berupa nama, umur, serta tanggal pemeriksaan. Tujuan : Untuk memudahkan administrasi serta menghindari terjadinya kekeliruan dan atau tertukarnya film Kebijakan : Pelaksanaan pemeriksaan radiologi non kontras dan kegiatan di kamar gelap yang meliputi pembuatan dan penggantian larutan automatic processor, identifikasi foto, serta pencucian film dilakukan oleh radiografer. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Sebelum dilakukan exposi petugas radiologi memberi tanda pada kaset film yang akan digunakan pemeriksaan, meliputi tanda posisi R/L, 2. Setelah dilakukan exposi, petugas radiologi mencetak identitas pasien pada alat ID Camera sesuai standar prosedur operasional pemakaiannya, meliputi: nama pasien, umur, serta tanggal dilakukan pemeriksaan. 3. Petugas radiologi menyerahkan film yang telah diproses kepada petugas administrasi Unit Terkait : Referensi : PEMAKAIAN ALAT ID CAMERA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.19 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : ID CAMERA adalah alat yang digunakan untuk mencetak identitas film Tujuan : Untuk memudahkan administrasi kekeliruan dan atau tertukarnya film Kebijakan : Identifikasi foto berupa marker ( R / L), nama pasien, tanggal lahir, umur, dan nomor rekam medis pasien. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi menghidupkan power “on” pada alat ID Camera 2. Petugas radiologi menyalakan lampu test yang menandakan alat tersebut bisa digunakan. 3. Petugas radiologi menyelipkan tulisan identitas pasien yang akan dicetak ke film yang meliputi: nama, umur, tanggal pemeriksaan. 4. Petugas radiologi memasukkan kaset yang sudah terexposi ke alat ID Camera dengan cara memasukkan ujung kaset tempat cetakan secara tertelengkup hingga indikator lampu menyala. 5. Petugas radiologi mencabut kaset yang telah dicetak setelah lampu indikatornya mati. 6. Petugas radiologi mematikan kembali alat ID Camera dalam posisi “off”. Unit Terkait : Referensi : serta menghindari terjadinya PERMINTAAN FOTO CITO RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.20 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Permintaan Foto cito adalah permintaan foto dengan kasus khusus yang sifatnya darurat dan harus segera dilaksanakan. Tujuan : Agar pasien yang memerlukan foto cito segera dapat dilayani dengan baik. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi dilakukan selama 24 jam dengan ketentuan jaga dinas pagi pada jam kerja secara onsite dan jaga dinas siang / malam secara on call. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Permintaan foto cito pada jam kerja, petugas Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan atau Instalasi Rawat Darurat, pasien bisa langsung dibawa ke Instalasi Radiologi. 2. Permintaan foto cito diluar jam kerja, petugas Instalasi Rawat Darurat menghubungi petugas jaga radiologi. Untuk pasien rawat inap, bisa langsung menghubungi Instalasi Rawat Darurat untuk diteruskan kepada petugas radiologi. 3. Petugas radiologi datang dan melakukan pemeriksaan foto cito sesuai permintaan dokter pengirim. 4. Hasil radiograf langsung diserahkan kepada dokter pengirim / dokter jaga ( pinjam basah ) untuk interpretasi awal maksimal 1 jam. 5. Jika diperlukan pembacaan/ekspertise foto maka petugas radiologi menghubungi dokter spesialis radiologi untuk memberikan ekspertise. 6. Hasil radiograf dengan ekspertise bisa diambil di Instalasi Radiologi dalam waktu 1 x 24 jam 7. Petugas radiologi mengarsipkan hasil bacaan/expertise. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PERMINTAAN BAHAN HABIS PAKAI ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.21 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai alkes (alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan yg digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan yang bisa habis setelah digunakan, seperti : film rontgen , larutan automatic processing film, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menulis daftar permintaan pada blangko permintaan rangkap 3 sesuai dengan daftar kebutuhan bahan habis pakai alkes (alat kesehatan) radiologi 2. Petugas administrasi radiologi menyerahkan blangko tersebut kepada Kepala Instalasi Radiologi untuk disetujui dan diteruskan kepada Kasie Penunjang Medis Diagnostik dan Kabid Penunjang Medis. 3. Setelah semua blangko terisi berikut persetujuannya maka lembar tersebut diserahkan kepada gudang farmasi untuk direalisasikan. 4. Petugas radiologi menunggu realisasi barang tersebut dari gudang farmasi. Unit Terkait : Referensi : Gudang Farmasi PERMINTAAN BAHAN HABIS PAKAI NON ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.22 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai non alkes (alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan bukan alkes yg digunakan untuk menunjang pelayanan radiologi secara umum yang bisa habis setelah digunakan, seperti : alat tulis, alat kebersihan, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah No. 188/2885.9/08/2014 lampiran No. 13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menulis daftar permintaan pada blangko permintaan rangkap 3 sesuai dengan daftar kebutuhan bahan habis pakai non alkes(alat kesehatan) radiologi 2. Petugas administrasi radiologi menyerahkan blangko tersebut kepada Kepala Instalasi Radiologi untuk disetujui dan diteruskan kepada Kasie Penunjang Medis Diagnostik dan Kabid Penunjang Medis. 3. Setelah semua blangko terisi berikut persetujuannya maka lembar tersebut diserahkan kepada gudang umum untuk direalisasikan. 4. Petugas radiologi menunggu realisasi barang tersebut dari gudang umum. Unit Terkait : Gudang Umum Referensi : PENERIMAAN BAHAN HABIS PAKAI ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.23 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai alkes(alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan yg digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan yang bisa habis setelah digunakan, seperti : film rontgen , larutan automatic processing film, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pihak gudang farmasi memberitahukan bahwa permintaan barang sudah dipenuhi. 2. Petugas radiologi mengecek barang yang akan diterima ke gudang farmasi, berupa nama barang, tanggal kadaluwarsa serta volume/ukuran lainnya, disesuaikan dengan permintaan barang. Apabila tidak sesuai dengan permintaan dan atau tanggal kadaluwarsa terlewat atau terlalu dekat maka barang dikembalikan pihak gudang. 3. Setelah barang sesuai dengan pesanan maka barang dicatat dalam buku penerimaan barang serta menandatangani lembar penerimaan barang. 4. Petugas radiologi membawa barang tersebut ke bagian radiologi Unit Terkait : Gudang Farmasi Referensi : PENERIMAAN BAHAN HABIS PAKAI NON ALKES RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.24 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Bahan habis pakai non alkes (alat kesehatan) yang dimaksud adalah bahan-bahan bukan alkes yg digunakan untuk menunjang pelayanan radiologi secara umum yang bisa habis setelah digunakan, seperti : alat tulis, alat kebersihan, dan lain-lain. Tujuan : Untuk menertibkan langkah-langkah dalam penerimaan barang. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pihak gudang umum memberitahukan bahwa permintaan barang sudah dipenuhi. 2. Petugas radiologi mengecek barang yang akan diterima ke gudang umum, berupa nama barang, tanggal kadaluwarsa serta volume/ukuran lainnya, disesuaikan dengan permintaan barang. Apabila tidak sesuai dengan permintaan dan atau tanggal kadaluwarsa terlewat atau terlalu dekat maka barang dikembalikan pihak gudang. 3. Setelah barang sesuai dengan pesanan maka barang dicatat dalam buku penerimaan barang serta menandatangani lembar penerimaan barang. 4. Petugas radiologi membawa barang tersebut ke bagian radiologi Unit Terkait : Gudang Umum Referensi : PEMERIKSAAN THORAX RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.25 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Thorax ialah pemeriksaan radiologi di daerah rongga dada untuk melihat jantung dan seluruh lapangan paru-paru dari apex paru hingga sinus prenicus costalis. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada jantung dan paru-paru, seperti TB, cardiomegali, massa, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan, serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain untuk menanggalkan bendabenda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar lapangan paru (seperti kalung dll) serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi PA : Pasien berdiri membelakangi sinar, dada menempel kaset dengan seluruh bayangan lapangan paru masuk kaset. Kedua tangan bertolak pinggang, siku didorong kedepan. Penempatan kaset : kedua acromion 5 cm dari atas kaset, CP : V.Thoracal IV, CR : horizontal tegak lurus obyek, FFD : 150 cm 5. Proyeksi AP : Pasien supine / erect , menghadap sinar, dengan penempatan kaset di punggung, kedua lengan dilipat ke atas / diletakkan disamping kepala, CP pada V. Thoracal IV,CR : tegak lurus obyek, FFD : 150 cm 6. Proyeksi Lateral : Posisi tubuh pasien miring 90˚ ( true lateral ), kedua lengan dilipat diatas kepala, MSP tubuh sejajar dengan kaset, CP pada V.Thoracal IV, CR : tegak lurus obyek, FFD : 150 cm PEMERIKSAAN THORAX RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.25 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Prosedur : Unit Terkait : Referensi : No. Revisi : 02 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 7. Pada waktu eksposi, pasien diinstruksikan untuk inspirasi penuh dan menahan nafas. 8. Bila telah selesai, petugas mempersilahkan pasien ganti baju kembali dan membereskan perlengkapan yang telah dipakai. Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. CRANIUM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.28 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Cranium adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang kepala. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada cranium, seperti fraktur, fissure, tumor, corpus allineum, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar kepala. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, kepala menempel pada kaset, dengan posisi true AP, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP (mid sagital plane) kepala tegak lurus kaset, CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : glabella, FFD : 90 cm 5. Proyeksi Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi, dengan posisi kepala true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP (mid sagital plane) kepala sejajar kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : sella turcica, FFD : 90 cm 6. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN CERVICAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.29 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Cervical adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang- tulang leher / tulang penyangga kepala. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang-tulang leher, seperti fraktur, compressi, penyempitan pada foramen intervertebralis, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar cervical. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine / erect, leher menempel pada kaset dan bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset dengan kepala agak ekstensi, CR : 5˚ kearah cranial, CP pada Cervical 4-5, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi dengan posisi true lateral, MSP tubuh sejajar kaset dengan kepala agak ekstensi, CR : tegak lurus obyek, CP pada Cervical 4-5, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri , CR : tegak lurus obyek, CP pada Cervical 4-5, FFD : 90 cm 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN THORACO-LUMBAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.30 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Thoraco-lumbal adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang pada persambungan antara Vertebrae Thoracal dan Vertebrae Lumbal. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada daerah thoraco-lumbal. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar Thoraco-lumbal serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah thoraco-lumbal menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset ,CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.thoraco-lumbal, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Posisi pasien miring ke salah satu sisi, kedua tangan dilipat diatas kepala, Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.thoraco-lumbal, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri , kedua tangan dilipat diatas kepala, CR : vertical tegak lurus, CP : V.thoraco-lumbal, FFD : 90 cm. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN LUMBAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.31 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Lumbal adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang antara Vertebra Thoracal dan os.Sacrum Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Lumbal, seperti fraktur, compressi, low back pain, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar vertebra lumbal serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah lumbal menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V. lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Posisi pasien miring ke salah satu sisi dengan Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset, kedua tangan dilipat diatas kepala, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V. lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri, kedua tangan dilipat diatas kepala ,CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V. lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN LUMBO-SACRAL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.32 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Lumbo-sakral adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang pada persambungan antara Vertebra Lumbal dan os Sacrum. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Lumbo-sakral. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar lumbo-sacral serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah lumbo-sakral menempel pada kaset dan bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset , CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.Lumbo-sakral, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi Lateral : Posisi pasien miring ke salah satu sisi , kedua tangan dilipat diatas kepala, Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : V.Lumbo-sakral, FFD : 90 cm. 6. Proyeksi Oblique : Posisi pasien miring dengan MSP tubuh membentuk sudut 45˚ kanan dan kiri, CR : vertical tegak lurus obyek, CP pada V.Lumbo-sakral, FFD : 90 cm. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. SACRUM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.33 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Sacrum adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat ulang belakang antara Lumbal dan Os. Coccygeus. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Os. Sacrum. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os. Sacrum serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine ( true AP ), daerah sacrum menempel pada kaset dan bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP tubuh tegak lurus kaset ,CR : 15˚ cephalad, CP : pada pertengahan spina illiaca anterior superior dan simpisis pubis, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. COCCYGEUS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.34 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Coccygeus adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang belakang antara Lumbal dan Os. Coccygeus / tulang ekor. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Os Coccygeus Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os. coccygeus serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi, batas atas lumbal 5 dan batas bawah os. coxygeus, 10 cm belakang Mid axillary line ( MAL) pada pertengahan kaset,, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : pada coccygeus yaitu kira-kira 10 cm di belakang mid axillary line ( MAL ) , FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS PELVIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.35 No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os Pelvis adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pembentuk panggul. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada panggul. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar panggul serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine ( true AP ), panggul menempel pada kaset dengan batas atas lumbal 3-4 dan batas bawah simpisis pubis, MSP tubuh tegak lurus kaset ,CR : vertical tegak lurus obyek, CP : 5 cm di atas simpisis pubis, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ABDOMEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.36 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan abdomen adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat rongga perut dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Abdomen, seperti illeus, massa, batu, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar abdomen serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine, daerah abdomen menempel pada kaset dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis. MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP pada Lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 5. Proyeksi LLD : Posisi pasien miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan, kedua tangan dilipat diatas kepaala, MSP tubuh sejajar kaset, CR : horizontal tegak lurus kaset, CP : lumbal 3-4, FFD : 90 cm 6. Proyeksi ½ Duduk : Posisi pasien 1/2 duduk di salah satu sisi meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : tegak lurus kaset, CP : pertengahan kaset, FFD : 90 cm 7. Pada waktu eksposi pasien diinstruksikan ekspirasi dan menahan nafas. 8. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN BONE SURVEY RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.37 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Bone Survey adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat seluruh tulang panjang yaitu Kepala (AP), Cervical (AP), Thoracal (AP), Lumbal (AP), Pelvis (AP), Humerus kanan kiri (APLateral), Antebrachii (AP-Lateral), Manus (AP-Lateral), Femur (APLateral), Cruris (AP-Lateral), Pedis (AP-Lateral). Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang yang menyeluruh. ( Proses metastase pada kasus keganasan) Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar obyek yang hendak diperiksa serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi Cranium (AP), Cervical (AP), Thoracal (AP), Lumbal (AP), Pelvis(AP), Humerus kanan kiri (AP-Lateral), Antebrachii (AP-Lateral), Manus(AP-Lateral), Femur (AP-Lateral), Cruris (APLateral), Pedis (AP-Lateral). 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN PANORAMIC RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.38 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Panoramic adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat susunan gigi geligi dengan menggunakan pesawat khusus. ( pesawat panoramic ) Tujuan : Untuk melihat kelainan pada gigi geligi seperti impaksi, radang,carries gigi, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan berupa kaset panoramic dan plastic untuk alas gigi, dan hanya melayani pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar obyek pemeriksaan seperti anting, gigi palsu, kawat behl. 3. Persilakan pasien duduk di tempat duduk pada pesawat panoramic tersebut dengan menghadap kaca. 4. Atur ketinggian pesawat sesuai dengan ketinggian pasien.letakkan dagu pada chin rest sehingga posisi kepala dari pasien simetris.Gigi incisivus ( gigi depan ) pasien menggigit bite block. Temporal claps di gunakan untuk fiksasi kepala. Hidupkan lampu indikator untuk mengecek kesimetrisan kepala. Bila kepala sudah simetris, lampu indikator di matikan. Tentukan KV / Daya tembus sesuai ketebalan obyek. Tekan tombol reset. 5. Pada saat ekspose, instruksikan pasien untuk tetap diam. 6. Petugas radiologi melakukan ekspose hingga suara bel mati, kemudian pasien dibebaskan dari posisi semula, dan dengan demikian pemeriksaan selesai dilakukan. 7. Petugas radiologi membereskan kembali alat dan bahan yang telah digunakan. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMAKAIAN ALAT PERSONAL MONITOR ( FILM BADGE ) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.39 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Prosedur pemakaian personil monitoring adalah tata cara menggunakan film badge untuk semua petugas yang bekerja di radiologi, yang berfungsi untuk memantau besarnya dosis yang diterima masing-masing petugas. Tujuan : 1. Untuk mengetahui berapa dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. 2. Untuk menyelamatkan / menghindari dari radiasi yang berlebihan. 3. Sebagai tindak lanjut apabila seseorang mendapatkan radiasi melebihi dosis yang ditentukan. Kebijakan : Petugas radiologi selama menjalankan tugas di Instalasi Radiologi harus memakai film badge. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap satu bulan sekali Instalasi Radiologi mendapat film badge dari BPFK Surakarta sejumlah petugas radiologi yang ada. 2. Setelah menerima film badge yang dikirim oleh BPFK Surakarta, maka dibagikan kepada masing-masing petugas radiologi sesuai dengan nomor, nama personal, bulan dan tahun pemakaian yang tertera pada film badge. 3. Petugas radiologi setiap hari harus memakai film badge. 4. Setiap akhir bulan film badge yang telah dipakai dikumpulkan dan diganti dengan film badge yang baru. 5. Film badge yang telah dipakai dikirim ke BPFK Surakarta untuk mendapatkan data dari masing-masing orang. 6. Selanjutnya untuk bulan berikutnya Instalasi Radiologi sudah mendapat hasil dari catatan film badge. 7. Secara periodik hasil film badge tersebut dicatat dalam buku dan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Radiologi. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGGUNAAN ALAT PROTEKSI RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.40 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Penggunaan alat pelindung proteksi radiasi adalah tata cara menggunakan alat pelindung radiasi pada saat pemeriksaan radiologi berlangsung. Tujuan : 1. Untuk keselamatan kerja bagi petugas radiasi. 2. Untuk mengurangi penerimaan dosis radiasi bagi petugas radiasi. Kebijakan : Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi, yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap pekerja radiasi harus berlindung dibelakang tabir proteksi radiasi (tembok beton/Pb). 2. Menggunakan tabir Pb yang dilengkapi dengan kaca Pb. 3. Setiap pekerja radiasi bila terpaksa memegang pasien pada saat pemeriksaan berlangsung harus memakai APRON. 4. Penggunaan radiasi seefektif mungkin dan kolimator / luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya obyek sehingga mengurangi radiasi hambur. 5. Mencegah pengulangan foto. 6. Mengatur jarak antara petugas radiasi dengan sumber radiasi (makin jauh dari sumber radiasi makin kecil terkena radiasi). Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENYERAHAN HASIL RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.41 Tanggal Terbit : 22 Oktober 2015 No. Revisi : 03 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR drg. R Basoeki SoetARJO, MMR NIP. 19581018 198603 1 009 Pengertian : Hasil radiologi yang dimaksud adalah foto rontgen hasil pemeriksaan radiologi beserta dengan ekspertisenya. Tujuan : 1. Untuk menertibkan administrasi. 2. Untuk menghindari terjadinya insiden pada pasien dikarenakan tertukarnya hasil pemeriksaan radiologi. 3. Untuk menyerahkan hasil foto tersebut terhadap orang yang berhak menerima. Kebijakan : Setiap produk hasil pemeriksaan radiologi harus dilakukan verifikasi terlebih dahulu oleh petugas radiologi sebelum di ekspertise dan sebelum diserahkan kepada pasien. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pengambilan hasil radiologi untuk pasien dari Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Darurat dilakukan diruang administrasi radiologi. 2. Setiap penyerahan hasil radiologi dicatat dalam buku penyerahan hasil dan ditandatangani oleh pasien / keluarga pasien / petugas bangsal. 3. Sebelum hasil radiologi diserahkan kepada pasien, petugas radiologi harus mengecek kesesuaian antara identitas yang tertulis di amplop, hasil radiograf, dan di lembar ekspertise dokter spesialis radiologi. 4. Untuk pasien dari Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Darurat, setelah selesai pemeriksaan, pasien/penanggung jawab pasien diberikan kartu pengambilan hasil, dan pengambilan hasil radiologi dilakukan dengan cara menyerahkan kartu tersebut. 5. Untuk pasien dari Instalasi Rawat Inap, penyerahan hasil dilakukan oleh petugas administrasi radiologi ke bangsal yang bersangkutan. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PEMINJAMAN FOTO SEBELUM DIBERI HASIL EXPERTISE ( PINJAM BASAH ) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.42 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud pinjam basah yaitu setelah dilakukan pemeriksaan radiologi, atas pertimbangan tertentu maka hasil radiograf / foto di pinjam terlebih dahulu sebelum diberi expertise oleh dokter spesialis radiologi. Tujuan : Kebijakan : Hasil radiologi diserahkan setelah ada ekspertise dari dokter spesialis radiologi, terkecuali status dipinjam basah. Untuk hasil radiologi panoramic tidak memerlukan ekspertise. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap peminjaman dicatat dalam buku registrasi 2. Peminjam mencatat nama dan menandatangani dibuku registrasi. 3. Setiap peminjaman wajib dikembalikan untuk kemudian diberi hasil ekspertise. 4. Setiap foto yang dipinjam bila melebihi 1 hari kerja maka bukan lagi menjadi tanggung jawab Instalasi Radiologi. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : 1. Agar tertib administrasi. 2. Agar foto yang dipinjam bisa dipertanggungjawabkan PENGUKURAN SASARAN MUTU INSTALASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.43 Tanggal Terbit : 02 Januari 2015 No. Revisi : 07 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud adalah bagaimana cara pengukuran sasaran mutu Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pengukuran sasaran mutu. Kebijakan : Untuk peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi dibuat indikator mutu dan sasaran mutu secara periodik. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : Untuk sasaran mutu waktu pelayanan pemeriksaan pasien radiologi untuk tiap jenis posisi sampai hasil radiograf jadi maksimal 10 menit : 1. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 2. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga hasil radiograf jadi. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien. 4. Hasil Pengukuran: Jumlah pemeriksaan pasien yang dilayani dibawah 10 menit di bagi dengan jumlah seluruh pemeriksaan pasien dalam satu bulan dikalikan 100 %. Untuk sasaran mutu pelaksanaan ekspertise dilaksanakan oleh dokter spesialis radiologi maksimal 3 jam : 1. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 2. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga hasil radiograf selesai di ekspertise oleh dokter spesialis radiologi. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien 4. Hasil pengukuran : Jumlah tindakan yang diberi hasil ekspertise dibawah 3 jam di bagi dengan jumlah tindakan keseluruhan dalam satu bulan dikalikan 100 % 5. PENGUKURAN SASARAN MUTU INSTALASI RADIOLOGI No. Dokumen : 03.08.43 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Prosedur Tanggal Terbit : 02 Januari 2015 : No. Revisi : 07 Halaman : 2 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Kepuasan pelanggan : Dilakukan survey kepuasan pelanggan oleh Humas dan pemasaran. Unit terkait : Instalasi Radiologi, Humas dan pemasaran Referensi : - PELAPORAN FILM BADGE RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.44 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Film badge adalah film kontrol dosis radiasi yang diterima oleh pekerja di lingkungan radiasi Tujuan : Agar jika terjadi jumlah dosis yang melebihi batas maka segera ditindak-lanjuti Kebijakan : Film badge dikirim ke BPFK Surakarta setiap 3 bulan sekali untuk di evaluasi dan di dokumentasikan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mengumpulkan berkas film badge. 2. Petugas radiologi mengirimkan kembali film badge kepada BPFK Surakarta sekaligus dalam 3 bulan. 3. Setiap hasil jawaban dari BPFK dibukukan untuk kemudian di evaluasi. 4. Jika ada hal yang perlu di tindaklanjuti maka segera dilaporkan. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PERSIAPAN PASIEN RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.45 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Persiapan pasien adalah persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum pemeriksaan radiologi. Contoh pemeriksaan BNO,USG. Tujuan : 1. Untuk membersihkan rongga abdomen dari udara dalam usus dan faeces yang akan mengganggu gambaran foto sehingga menghasilkan kualitas radiograf / foto yang lebih optimal untuk membantu menegakkan diagnosa. 2. Pada pemeriksaan USG agar obyek yang diperiksa bisa terlihat jelas. Kebijakan : Pengaturan jadwal dan persiapan pemeriksaan radiologi dan USG dilakukan oleh petugas radiologi. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas memastikan bahwa pemeriksaan tersebut dengan menggunakan persiapan 2. Petugas memberitahukan persiapan yang perlu dilakukan. 3. Persiapan yang perlu dilakukan adalah : a. Pemeriksaan BNO 1) Sehari sebelum pemeriksaan pasien makan bubur kecap / makanan yang tidak berserat. Selanjutnya pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan, pasien diperbolehkan minum air putih. 2) Pasien melakukan urus-urus 4 jam sebelum pemeriksaan. 3) Pasien tidak diperbolehkan banyak bicara dan merokok. b. Pemeriksaan USG Upper Abdomen dan Whole Abdomen Pasien puasa minimal 6 jam sebelum pemeriksaan USG. Makan terakhir tidak boleh mengandung lemak / santan. Tidak diperbolehkan minum susu. c. Pemeriksaan USG uterus 1 jam sebelum pemeriksaan pasien minum banyak air putih ( 3 gelas) dan menahan kencing sampai dengan dilakukan pemeriksaan USG. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 HASIL FOTO RONTGEN YANG BELUM DIAMBIL RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.46 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan yang sudah diproses dan diberi hasil expertise, namun karena suatu hal hasil tersebut belum diambil oleh pasien/keluarga pasien/yang bertanggung-jawab. Tujuan : Agar tertib administrasi Kebijakan : Waktu pemberian hasil pemeriksaan radiologi pada jam kerja maksimal 3 jam. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah No. 188/2885.9/08/2014 lampiran No. 13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menempatkan foto yang telah diberi expertise pada kotak almari yang ”telah dibaca”. 2. Untuk Pasien Rawat Inap, petugas administrasi radiologi memberitahukan pihak bangsal yang bersangkutan untuk mengambil hasil foto tersebut. 3. Apabila ada hasil foto yang telah 1 minggu lebih belum diambil, maka foto tersebut ditempatkan oleh petugas administrasi radiologi pada kotak almari yang bawah. 4. Apabila ada hasil foto yang lebih dari 1 bulan tetap belum diambil maka foto tersebut ditempatkan oleh petugas administrasi radiologi pada kotak almari yang paling bawah. 5. Apabila ada hasil foto yang lebih dari 1 tahun tetap belum diambil maka foto tersebut ditempatkan oleh petugas administrasi radiologi digudang Radiologi. 6. Hasil foto yang telah 2 tahun digudang Radiologi menjadi hak penuh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan akan dimusnahkan. Unit Terkait : Referensi : PEMAKAIAN PESAWAT PANORAMIC RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.53 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pesawat panoramic adalah pesawat khusus X-ray yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan radiologi untuk menampakkan susunan gigi geligi. Tujuan : Agar pesawat panoramic selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Kebijakan : Peralatan radiologi harus memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) serta harus dilakukan pemeliharaan, kalibrasi, dan uji fungsi secara rutin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Hidupkan handle box pesawat dengan posisi ‘on” 2. Hidupkam power pesawat dengan menekan tombol “on” hingga lampu indikator menyala. 3. Masukkan kaset panoramic pada holder. 4. Posisikan pasien kemudian tekan tombol “indicator”. 5. Pilih faktor eksposi dan tekan tombol “ready”. 6. Tekan tombol ekspose 7. Tekan tombol “reset” untuk mengembalikan tabung panoramic ke posisi semula 8. Setelah selesai, matikan pesawat dengan menekan tombol “off” . Unit Terkait : Referensi : PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG) RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.49 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : USG (ultrasonografi) adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara yang telah dikemas sedemikian rupa melalui alat USG. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada organ tubuh bagian dalam seperti: hepar, lien, limpa, ginjal, kandung empedu, uterus, prostat dan organ sekitarnya pada kasus-kasus tertentu. Kebijakan : Instalasi Radiologi memberikan pelayanan diagnostik radiologi konvensional, panoramic, dan USG general. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Pelayanan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pelayanan pemeriksaan USG dilaksanakan setiap hari sabtu. 2. Pendaftaran pasien untuk program pemeriksaan USG maksimal 1 hari sebelum pemeriksaan dilaksanakan. 3. Petugas radiologi memberikan informasi kepada pasien / keluarga pasien / petugas bangsal tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan USG sesuai SPO. 4. Petugas radiologi memberikan informasi tentang waktu pelaksanaan pemeriksaan USG. 5. Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan berupa persiapan alat, jeli USG, tissue, dan hanya melayani pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter pengirim. 6. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Selanjutnya pasien berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 7. Petugas radiologi mempersilakan pasien tidur di tempat tidur pada ruang USG. 8. Dokter radiologi memeriksa sesuai dengan permintaan dokter pengirim. 9. Setelah pemeriksaan selesai, petugas radiologi membersihkan kembali bagian tubuh yang sudah diperiksa dan meminta pasien untuk menunggu di ruang tunggu pasien. 10. Setelah hasil tertulis sudah diberikan maka pasien bisa meninggalkan radiologi. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan,Instalasi Rawat Darurat Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PENGUKURAN INDIKATOR MUTU INSTALASI RADIOLOGI No. Dokumen : 03.08.54 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 00 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud indikator mutu keterlambatan pemberian hasil pemeriksaan radiologi yaitu waktu yang diperlukan untuk satu pemeriksaan radiologi dimulai dari dilakukan tindakan pemeriksaan sampai dengan pemberian hasil expertise oleh Dokter Spesialis Radiologi maksimal 3 jam. Kejadian kerusakan film yaitu hasil radiograf dengan kualitas tidak optimal dikarenakan berbagai faktor maksimum 3% Tujuan : 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Radiologi. 2. Mempercepat tindakan terapi lanjutan / tindakan medis lainnya 3. Meminimalisasi dosis yang diterima oleh pasien. Kebijakan : Untuk peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi dibuat indikator mutu dan sasaran mutu secara periodik. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : Untuk indikator mutu keterlambatan pemberian hasil pemeriksaan radiologi 6. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 7. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga pemberian hasil ekspertise oleh Dokter Spesialis Radiologi maksimum 3 jam. 8. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien. 9. Hasil Pengukuran: Jumlah pemberian hasil pemeriksaan radiologi yang lebih dari 3 jam di bagi jumlah seluruh pemberian hasil pemeriksaan radiologi dalam periode tertentu dikalikan 100 %. PENGADAAN BMHP EMERGENSI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.50 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : BMHP emergensi adalah Bahan Medis Habis Pakai / obat-obat dan alkes yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau mengancam nyawa atau untuk resusitasi / life support. Tujuan : Agar obat-obatan BMHP emergensi selalu tersedia setiap saat apabila diperlukan. Kebijakan : Instalasi Radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency, film X-ray, dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas administrasi radiologi menulis permintaan BMHP emergensi pada blangko permintaan rangkap 3 2. Petugas administrasi radiologi menyerahkan blangko tersebut kepada Kepala Instalasi Radiologi untuk disetujui dan diteruskan kepada Kasie Penunjang Medis Diagnostik dan Kabid Penunjang Medis 3. Setelah semua blangko terisi berikut persetujuannya maka lembar tersebut diserahkan kepada Unit Farmasi IGD untuk direalisasikan. 4. Petugas radiologi menunggu realisasi barang tersebut dari Unit Farmasi IGD. 5. Bila sudah terealisasi petugas Unit Farmasi IGD mendistribusikan BMHP emergensi ke Instalasi Radiologi dan menandatangani blangko catatan pemakaian obat emergensi. 6. Petugas Radiologi menyimpan obat-obatan tersebut di lemari obat dengan mengisi buku daftar catatan obat dan bahan medis habis pakai. Unit Terkait : Unit Farmasi IGD Referensi : INFORMASI TINDAKAN RADIOLOGI KEPADA PASIEN DAN KELURGA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.52 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Informasi tindakan radiologi adalah penjelasan pada pasien dan keluarga pasien mengenai tindakan pemeriksaan yang dilakukan dan persiapan yang diperlukan beserta besarnya biaya pemeriksaan. Tujuan : Agar pasien dan keluarga bisa bekerjasama dengan petugas radiologi untuk menghasilkan radiograf yang optimum. Kebijakan : Setiap akan melaksanakan tindakan pelayanan radiologi, radiografer harus melakukan identifikasi pasien, jenis pemeriksaan, dan indikasi klinis. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Pasien datang ke Instalasi radiologi dengan membawa formulir permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter pengirim. 2. Petugas administrasi menerima formulir permintaan dan memberi penjelasan mengenai besarnya biaya pemeriksaan, kemudian diadministrasikan 3. Petugas radiologi mengambil formulir permintaan pemeriksaan radiologi dan pasien dipersilakan masuk ke ruang pemeriksaan. 4. Petugas radiologi melakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO 5. Dalam proses identifikasi pasien tersebut dijelaskan juga tentang tindakan pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan pada pasien beserta persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan. 6. Setelah pemeriksaan selesai pasien diminta menunggu beberapa saat sampai hasil radiograf keluar dari automatic prosesing. 7. Bila hasil radiograf sudah optimal, petugas radiologi mempersilakan pasien dan keluarga kembali ke ruangan. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : PENGISIAN FORM PERMINTAAN TINDAKAN RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.51 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Form permintaan tindakan radiologi adalah blangko yang berisi tentang jenis tindakan pemeriksaan radiologi yang ada di Instalasi Radiologi RSJD Surakarta yang disertai dengan indikasi klinis pasien. Tujuan : Agar tindakan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehingga penegakan diagnosa dapat dilakukan. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Dokter memeriksa pasien 2. Bila ditemukan gejala yang memerlukan tindakan radiologi, dokter meminta formulir tindakan pemeriksaan radiologi kepada petugas bangsal. 3. Dokter mengisi formulir permintaan tindakan pemeriksaan radiologi serta mencantumkan indikasi klinis pasien. 4. Blangko permintaan dimasukkan ke dalam status pasien untuk selanjutnya pasien dikirim Instalasi Radiologi untuk dilakukan tindakan pemeriksaan. Unit Terkait : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Darurat Referensi : Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan PENGUKURAN SASARAN MUTU INSTALASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.43 No. Revisi : 05 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 2 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Yang dimaksud adalah bagaimana cara pengukuran sasaran mutu Tujuan : Untuk memudahkan pelaksanaan pengukuran sasaran mutu Kebijakan : Untuk peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi dibuat indikator mutu dan sasaran mutu secara periodik. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : Untuk sasaran mutu waktu pelayanan pemeriksaan pasien radiologi untuk tiap jenis posisi sampai hasil radiograf jadi maksimal 15 menit. 1. Pengukuran dilakukan untuk semua pasien radiologi 2. Pengukuran waktu dimulai dari pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan hingga hasil radiograf jadi 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tersebut diatas dicatat oleh petugas administrasi dalam buku register pasien. 4. Hasil Pengukuran: Jumlah pasien yang dilayani dibawah 15 menit dibagi dengan jumlah seluruh pasien dikalikan 100%. Untuk sasaran mutu pelaksanaan expertisi dilaksanakan oleh dokter ahli radiologi maks 1 hari kerja: 1. Pengukuran dilakukan untuk semua expertise hasil foto 2. Setelah selesai pelaksanaan expertise, maka dokter ahli radiologi menandatangani buku penyerahan hasil. 3. Buku tersebut expertise. dievaluasi berdasarkan waktu pelaksanaan 4. Hasil Pengukuran: Jumlah tindakan yang diberi hasil dibawah satu hari kerja dibagi dengan Jumlah tindakan keseluruhan dikalikan 100%. PENGUKURAN SASARAN MUTU INSTALASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.43 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 06 Halaman : 1 dari 2 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Prosedur : Kepuasan pelanggan : Dilakukan survey kepuasan pelanggan oleh Koordinator Humas dan Pemasaran Unit Terkait : Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Referensi : PENYIMPANAN DOKUMEN PAPARAN RADIASI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.48 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Dokumen paparan radiasi adalah dokumen yang berisi pelaporan dosis radiasi tiap bulan dari Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) serta laporan catatan dosis radiasi yang diterima masingmasing petugas radiologi yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Tujuan : Agar setiap petugas radiologi dapat dipantau dosis radiasi yang diterima setiap bulan sehingga tidak melebihi NBD (Nilai Batas Dosis) yang ditentukan. Kebijakan : Film badge dikirim ke BPFK Surakarta setiap 3 bulan sekali untuk dievaluasi,dicatat ,dan diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setiap satu bulan sekali Instalasi Radiologi mendapat laporan dosis radiasi dari BPFK Surakarta. 2. Laporan tersebut diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. 3. Petugas Proteksi Radiasi membuat laporan dosis yang diterima oleh masing-masing petugas radiologi dan diarsipkan dalam dokumen paparan radiasi. Unit Terkait : Referensi : Peraturan Perundangan Keselamatan Nuklir, Bapeten 2000 PENGATURAN FAKTOR EKSPOSI X-RAY UNTUK PESAWAT GENERAL X-RAY UNIT SHIMADZU RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.47 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Pengertian : Tujuan : Kebijakan : Prosedur : : Referensi : Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengaturan faktor eksposi adalah pengaturan salah satu variable dari pesawat general X-ray yang terdiri dari kV ( tegangan / daya tembus) dan mAs ( arus listrik / menentukan derajat kehitaman) untuk menghasilkan kualitas radiograf yang optimal. 1. Agar setiap pemeriksaan radiologi menghasilkan kualitas radiograf yang optimal dalam membantu menegakkan diagnosa dokter. 2. Untuk mengurangi angka pengulangan foto sehingga dosis yang diterima pasien bisa seminimal mungkin. Rumah sakit menyelenggarakan program proteksi radiasi , yang mengacu pada perundang-undangan yang menjadi bagian dari K3 rumah sakit. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Pelayanan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Sebelum melakukan ekspose, petugas radiologi terlebih dahulu menentukan kV dan mAs yang disesuaikan dengan ketebalan obyek dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Sebagai acuan untuk menentukan kondisi faktor ekspose, dapat melihat tabel berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Unit Terkait No. Revisi : 02 Thorax PA Dewasa (kurus-gemuk) kV : 55 - 65 mAs : 5,6 – 11 Thorax anak (kurus-gemuk) kV : 45 - 55 mAs : 4,5 6,3 Cranium kV : 57 - 60 mAs : 16 - 18 BNO (kurus-gemuk) kV : 57 - 65 mAs : 16 – 20 Cervical kV : 50 - 55 mAs : 10 - 12,5 Thoracal/Lumbal (kurus-gemuk) kV : 57 – 65 mAs : 16 – 20 Pelvis (kurus-gemuk) kV : 52 – 60 mAs : 14 - 20 Ekstremitas atas kV : 45 – 48 mAs : 1,2 – 2 Ekstremitas bawah 45 – 55 mAs : 1,8 – 14 PENGUKURAN INDIKATOR MUTU INSTALASI RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Prosedur No. Dokumen : 03.08.54 No. Revisi : 00 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 : Halaman : 2 dari 2 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Untuk indikator mutu kejadian kerusakan film 1. Pengukuran dilakukan untuk semua hasil radiograf 2. Setiap pengulangan foto, petugas mencatat di buku reject analysis. 3. Buku tersebut dievaluasi setiap bulan berdasarkan jumlah film yang dipakai. 4. Hasil pengukuran: Jumlah kerusakan foto dibagi dengan jumlah foto keseluruhan dalam periode tertentu dikalikan 100% Unit terkait Unit Terkait : Referensi : Panitia Mutu Dan Keselamatan Pasien PEMERIKSAAN OS. MANUS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.26 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os.Manus adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada telapak tangan, yang terdiri dari os.carpal,metacarpal,dan phalanges Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang telapak tangan seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os manus. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Manus yang hendak difoto menempel pada kaset bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : Methacarpophalangeal joint digiti III, FFD : 90 cm. - Proyeksi Oblique : Os. Manus yang hendak difoto menempel pada kaset dan membentuk sudut 45 ˚,bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, Methacarpophalangeal joint digiti III, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN WRIST JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.55 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan wrist joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada pergelangan tangan. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang pergelangan tangan, seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam / semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar wrist joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi PA : Wrist joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : Pada pertengahan processus styloideus os. radius dan processus styloideus os.ulna, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : wrist joint yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. ANTEBRACHII RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.56 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Antebrachii adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang lengan bawah , yang terdiri dari os.radius dan os.ulna. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang telapak tangan seperti fraktur, fissure, corpus allienum, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os.antebrachii. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Antebrachii yang hendak difoto menempel pada kaset, dengan batas atas elbow joint dan batas bawah wrist joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. antebrachii yang hendak difoto menempel kaset pada sisi ulnar, dan diatur true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ELBOW JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.57 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan elbow joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi siku. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi siku seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar elbow joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Elbow joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Elbow Joint yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. HUMERUS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.58 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Humerus adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang lengan atas. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang lengan atas seperti fraktur, fissure, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os humerus. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. humerus yang hendak difoto menempel pada kaset dengan batas atas shoulder joint dan batas bawah elbow joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertikal tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek , FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. humerus yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertical tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.59 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Shoulder Joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi bahu. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi bahu, seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi , corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar shoulder joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP Eksorotasi : Shoulder joint yang hendak difoto menempel pada kaset, lengan bawah dan telapak tangan diputar ke arah luar semaksimal mungkin, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertikal tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek , FFD : 90 cm. - Proyeksi AP endorotasi : Shoulder Joint yang hendak difoto menempel pada kaset, lengan bawah dan telapak tangan diputar ke arah dalam semaksimal mungkin, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : AP supine arah sinar vertical tegak lurus obyek, AP erect arah sinar horizontal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. PEDIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.27 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Pedis adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada telapak kaki, yang terdiri dari os. tarsal, metatarsal, dan phalanges Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang telapak kaki seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os pedis. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Pedis yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : Methatarsophalangeal joint digiti III, FFD : 90 cm. - Proyeksi Oblique : Os. Pedis yang hendak difoto menempel pada kaset dan membentuk sudut 45˚,bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, Methatarsophalangeal joint digiti III, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. CRURIS RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.60 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Cruris adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang-tulang pada daerah betis, yang terdiri dari os. Tibia dan os. Fibula. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada daerah betis seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os cruris. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Cruris yang hendak difoto menempel pada kaset dengan batas bawah ankle joint dan batas atas knee joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. Cruris yang hendak difoto menempel pada kaset dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN ANKLE JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.61 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Ankle Joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi pergelangan kaki. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi pergelangan kaki seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar ankle joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Ankle joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Ankle Joint yang hendak difoto menempel kaset pada sisi medial atau lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN KNEE JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.62 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Knee Joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi lutut . Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi lutut seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar knee joint. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Knee joint yang hendak difoto menempel pada kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : patella, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Knee Joint yang hendak difoto menempel kaset pada sisi medial dengan posisi true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS. FEMUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.69 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Os. Femur adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang paha. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi pergelangan kaki seperti fraktur, fissure, dislokasi, luksasi, corpus allienum,dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar os. femur 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi AP : Os. Femur yang hendak difoto menempel pada kaset, dengan batas atas hip joint dan batas bawah knee joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertikal tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. - Proyeksi Lateral : Os. Femur yang hendak difoto menempel kaset pada sisi medial dengan batas atas hip joint dan batas bawah knee joint, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus. CR : Vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan obyek, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas radiologi membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL No. Dokumen : 03.08.63 RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Revisi : 02 Ditetapkan DIREKTUR Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 Halaman : 1 dari 1 Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Sinus Paranasal adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sinus – sinus di daerah kepala. Tujuan : Untuk melihat kelainan (sinusitis),massa, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. 2. 3. 4. 5. Unit Terkait : Referensi : pada sinus, seperti peradangan Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar kepala. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. - Proyeksi Waters : Dagu menempel pada kaset, MSP (mid sagital plane) kepala tegak lurus kaset, atur kepala sehingga OML ( orbito meatal line ) membentuk sudut 37˚, CR : horizontal tegak lurus obyek, CP : keluar accanthion, FFD : 90 cm - Proyeksi Facebone Lateral : Pasien miring ke salah satu sisi, dengan posisi kepala true lateral, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, MSP (mid sagital plane) kepala sejajar kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : arcus zygomathicum, FFD : 90 cm. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMERIKSAAN OS.MANDIBULA RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.64 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Mandibula adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat tulang rahang bawah. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada tulang rahang bawah, seperti fractur, fissure, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur . Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar kepala. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. - Proyeksi PA : Posisi pasien prone.Dahi dan hidung menempel pada kaset, MSP (mid sagital plane) kepala tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : keluar accanthion, FFD : 90 cm - Proyeksi Eisler : Pasien prone / erect, pipi menempel pada kaset, kepala sedikit tengadah sehingga corpus mandibula sejajar dengan pertengahan kaset, bila perlu digunakan alat bantu seperti sand bag / gabus, CR : 25˚, CP : angulus mandibula, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PENYIMPANAN FILM DAN LARUTAN PENCUCIAN AUTOMATIC PROCESSOR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.66 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Proses dimana film dan larutan pencucian automatic processor baru disimpan di tempat yang aman dan memenuhi syarat. Tujuan : 1. Untuk menghindari kerusakan film dan larutan pencucian automatic processor karena penyimpanan yang tidak benar. 2. Mempermudah pengambilan film dan larutan pencucian automatic processor sesuai dengan urutan masa kadaluarsa. Kebijakan : Instalasi radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setelah barang diterima dari gudang farmasi dan dicek kesesuaiannya dengan bon permintaan, tulis jumlah dan jenis barang pada kartu stok radiologi. 2. Barang- barang tersebut disimpan di gudang dengan syarat : ruangan bersih, sirkulasi udara baik, suhu ruangan antara 20 ˚- 25 ˚ C. 3. - Untuk penyimpanan film, atur sesuai ukuran film, disusun vertical pada rak penyimpanan. Diurutkan sesuai sistem FIFO ( first in first out ). - Untuk penyimpanan larutan pencucian film automatic processor, dibedakan menjadi 2 yaitu penyimpanan larutan fixer dan larutan developer yang telah diberi tanda beracun. Letakkan kedua larutan tersebut pada rak masing-masing dan susun sesuai sistem FIFO ( first in first out ) Unit Terkait : Referensi : PEMERIKSAAN BNO RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.65 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan BNO ( Blass Nier Overzicht ) adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat rongga perut dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis dengan persiapan pasien. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada Abdomen, seperti illeus, massa, batu, dll Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. 1 ( Satu ) hari sebelum pemeriksaan, pasien / keluarga pasien / petugas bangsal datang ke bagian radiologi untuk diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan BNO ( lihat SPO persiapaan pasien ). 2. Pada hari yang telah ditentukan, pasien datang ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 3. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar abdomen serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 4. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 5. Proyeksi AP : Pasien supine,abdomen menempel pada kaset dengan batas atas processus xyphoideus dan batas bawah simpisis pubis, MSP tubuh tegak lurus kaset, CR : vertical tegak lurus obyek, CP pada Lumbal 3-4, FFD : 90 cm. 6. Pada waktu eksposi pasien diinstruksikan ekspirasi dan menahan nafas. 7. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991 PEMAKAIAN FILM RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.67 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Proses dimana setiap pemakaian film dalam pemeriksaan radiologi harus dicatat dalam buku pemakaian film. Tujuan : Untuk tertib administrasi. Kebijakan : Pengadaan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor melalui gudang farmasi dan untuk pengadaan perbekalan non alkes melalui gudang umum. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Setelah melakukan pemeriksaan radiologi, petugas radiologi mencatat jumlah pemakaian film sesuai ukuran film pada buku catatan pemakaian film. 2. Setiap akhir bulan, petugas radiologi menghitung jumlah total pemakaian film masing-masing ukuran. 3. Setiap pengambilan box film baru dari gudang radiologi,dicatat di kartu stok radiologi. Unit Terkait : Referensi : PENYIMPANAN DAN PERAWATAN KASET RADIOLOGI RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.70 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 01 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ.M.Si NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Proses penyimpanan dan perawatan kaset radiologi di tempat yang aman dan mudah dijangkau oleh petugas radiologi. Tujuan : 1. Menghindari kerusakan kaset akibat salah penyimpanan. 2. Agar kaset radiologi selalu siap dipakai dan bersih dari artefakartefak yang dapat mengganggu hasil radiograf. Kebijakan : Instalasi radiologi menyimpan perbekalan alkes, obat emergency, film X-Ray dan larutan pencucian automatic processor pada tempat yang sesuai dengan standar perbekalan. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Kaset disimpan di meja ruang kamar gelap dengan posisi vertical, jangan ditumpuk. 2. Perawatan kaset dilakukaan setiap satu bulan sekali dengan membersihkan bagian luar kaset dan screen dengan menggunakan kapas dan alkohol. Unit Terkait : Referensi : PEMERIKSAAN HIP JOINT RS. JIWA DAERAH SURAKARTA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. Dokumen : 03.08.68 Tanggal Terbit : 01 Desember 2014 No. Revisi : 02 Halaman : 1 dari 1 Ditetapkan DIREKTUR Dr. ENDRO SUPRAYITNO,Sp.KJ NIP. 19601005 198610 1 001 Pengertian : Pemeriksaan Hip joint adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat sendi panggul. Tujuan : Untuk melihat kelainan pada sendi panggul, seperti fractur, fissure, dislokasi, luksasi, dll. Kebijakan : Pelayanan pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter pengirim secara tertulis dan setiap pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Sesuai Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No. 188/2885.9/08/2014 Tanggal 02 Agustus 2014 Tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran No.13 Prosedur : 1. Petugas radiologi mempersiapkan kelengkapan yang akan digunakan serta memberi tanda/marker R/L yang sesuai. 2. Petugas radiologi memanggil pasien untuk masuk ke ruang pemeriksaan.Kemudian dilakukan proses identifikasi pasien sesuai SPO. Dan dalam proses identifikasi tersebut, pasien diberikan penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan, antara lain memberitahu pasien untuk menanggalkan benda-benda yang terbuat dari logam/semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan yang berada di sekitar panggul serta berganti baju pemeriksaan yang telah disediakan. 3. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim secara tertulis. 4. Proyeksi AP : Pasien supine ( true AP ), daerah hip joint yang hendak diperiksa diletakkan pada pertengahan kaset, kedua kaki lurus, CR : vertical tegak lurus obyek, CP : pada pertengahan spina illiaca anterior superior dan simpisis pubis, FFD : 90 cm. 5. Bila telah selesai petugas membereskan kembali kelengkapan yang dipakai. Unit Terkait : Referensi : Radiographic Positions and Radiologic Prosedured, Merrill 1991