Pemahaman Konseptual Pendekatan dan Pengertian

advertisement
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Modul
9
KOMUNIKASI MASSA dan EFEK MEDIA
TERHADAP INDIVIDU
Dra. Siti M. Armando, Msi
SISTEM KOMUNIKASI MASSA DAN KHALAYAK
Komunikasi massa secara sederhana didefinisikan sebagai komunikasi yang
dilakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah orang. Dengan demikian,
peran media massa sebagai pesan sekaligus sumber Informasi bagi penerima pesan
(khalayak) sangatlah penting.
Bagi orang perorangan media mssa telah menjadi sesuatu yang hadir sangat erat
dengan kehidupan sehari-hari karena berpengaruh pada perilaku sosialnya. Karena
kepentingannya maka agar pesan dapat dipahami secara benar sesuai dengan maksud
komunikator maka para ahli sepakat adanya proses yang harus dilalui sebelum media
massa hadir dilingkungan khalayak. Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip-prinsip
dasar bagi beroperasinya mediamassa, yang diuraikan dalam 3 (tiga) sub pokok bahasan,
yaitu (a) system komunikasi massa; (b) perbedaan system komunikasi massa dan
komunikasi tatap muka (c) khalayak .
A. SISTEM KOMUNIKASI MASSA
Sebagian dari kita megira bahwa tak perlu susah-susah untuk mendefinisikan komunikasi
massa. Bukankah yang dimaksud adalah Koran, film, televisi, radiao ?itu benar,namun
yang kita butuhkan adalah pemahaman lebih luas dari konsep-konsep tersebut. Misalnya,
kita bisa bertanya “Apakah semua media beroperasi dengan mengikuti prinsip-prinsip
mendasar yang sama atau saling berbeda satu sama lainnya ?”
DeFleur danDennis melihat komunikasi massa sebagai proses. Menurut merek,
terdapat lima tahap membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut .
1. Pesan komunikasi diformulasikanole komunikator-komunikator profesional
2. Pesan komunikasi dikirimkan melalui cara relative cepat dan berkelanjutan melalui
penggunaan media
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 1
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
3. Pesan tersebut mencapai khalayak yang besar dan beragam yang memilih media
denan selektif
4. Para anggota khalayak secara individual menafsirkan pesan tersebut dengan cara
sedemikian rupa sehingga mereka memahami makna yang kurang lebih sejajar
dengan dimaksudkan komunikator
5. Sebagai hasil dari pengalaman member makna ini, para anggota khlayak
dipengaruhi dalam cara tertentu atau dengan kata lain, komunikasi tersebut
memberi pengaruh lain.
KOMUNIKATOR PROFESIONAL
Pesan-pesan yang diperoleh oleh para spesialis bekerja disalah satu bagian dari
industry komunikasi, wartawan, editor, produser,sutradara, pemusik dan sebagainya.
Mereka tidak mengenali khalayak satu persatu. Sebagian merancang pesan sekedar untuk
beberapa waktu lama, banyak orang menyangka bahwa AIDS. Namun, terutama dengan
penyuluhan melalui media, kepercayaan yang salah itu bisa merubah sehingga orang lebih
mematuhi perhatian dan membantu penderita AIDS.
Gamble dan Gamble menyebutkan karakteristik komunikasi massa sebagai berikut.
1. Mencapai khalayak yang banyak dan tidak di ketahui secara personal oleh
pengirimya.
2. Khalayak heterogen (beragam)
3. Menggunakan medium/ alat tertentu
4. Pesan yang dibawanya bersifat public
5. Pengirmnya adalah organisasi formal ; pesan hukum dihasilkan oleh perorangan.
6. Dokontrol oleh banyak gatekeepers. Para gatekeepers (seperti editor atau
redaktur) menyeleksi isi medi yang akan disajikan kepada khalayak. Mereka yang
mengolah isi pesan sedemikian rupa sebelum akhirnya muncul media untuk
komunikasi khalayak.
Menurut Gamble & Gamble komunikasi massa adalah “the process of transmiting
message that may ne processed by gatekeepers before being transmitted to large
audiencevia a chanel of broad diffusion, such as print an audio, or a visual medium”.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 2
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Joseph R. Dominick mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses
dimana organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi
dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan terbesar.
Dari beragam pengertian tentang komunikasi massa, Jallaludin Rahmat merangkum
: Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditunjukankepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik
sehingga pesan yang sama dapa diterima secara serentak dan sesaat.
PERBEDAAN KOMUNIKASI MASSA DAN KOMUNIKASI TATAP
MUKA
Setelah melihat komunikasi massa sebagai sebuah proses, marilah kita melihat
bagaimana komunikasi massa berbeda dari komunikasi tatap muka. Dua bentuk
komunikasi ini memang sering kali dipertentangkan.Perbedaan ini dating dari DeFleur
dan Dennis.Menurut mereka, perbedaan terjadi dalam hal komunikasi menggunakan
media, konsekuensi mempunyai khalayak luas dan beragam serta pengaruh social
cultural.Berikut uraiannya.
1. Konsekuensi Menggunakan Media
Memasukan unsure media ke dalam komunikasi antar dua individu jelas
menciptakan perbedaan. Apabila kita berbicara melalui telepon, misalnya kita tak akan
memperoleh umpan balik yang sama dibandigkan dengan kita berbicara langsung
berhadapan. Dalam perbincangan tatap muka, kita dengan mudah dapat melihat
ekspresi keterkejutan, menaikn alis mata, senyuman dan cibiran. Semua isyarat ini
membantu kita memahami bagaimana pihak lain menerima pihak kita. Namun, dalam
perbincagan telepon, kita bisa emperoleh umpan balik apanila lawan bicara kita
memutuskan untuk mencatatkan sesuatau yang menghasilkan suara tertentu.
Keterbatasan umpan balik akan mengurangi keterlibatan kita dalam bermain peran. Ini
bisa jadi mengakibatkan menurunkan kadar keefektifan atau keakuratan. Berbagai
masalah teknis kabel yang kotor, alat penerima yang berdenging juga bisa
menghasilkan incongruence.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 3
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Namun, pembicaraan melalu telepon tetap dapat di katagorikan sebagai komunikasi
antar pribadi.Prosesnya serupa dengan komunikasi tatap muka, hanya saja denga
mediator disitu tetap ada umpan balik (feedback) langsung misalnya.
Penggunaan media massa berperan dengan menggunakan telepon. Umpan balik
langsung sama sekali dihilangkan. Memang dalam medua massa modern, seperti
televisi dan radio, ada acara-acara yang membuka bagi pendengar untuk melakukan
kontak dengan penyiar. Namun itu, tetap merupakan umpan balik tertunda
sipenonton/pendengar harus menelpon dulu, mungkin melewati proses seleksi terlebih
dahulu , baru bisa, berbicara dengan si penyiar.
Dalam kebanyakan isi media, kontak semacam itu sama sekali ditiadakan, Kita
misalnya tak bisa memotong pembicaraan seorang penyiar yang kita tak setujui
komentarnya. Kita mungkin bisa saja memindahkan saluran atau mematikan peswat
TV kit, tetapipenyiar teta tak tahu apa yang hendak kita sampaikan, dan dia terus
berbicara dengan khalayak lain. Begitu juga dengan surat kabar dan majalah. Kita tida
bisa memberikan repon langsun kepada wartawann atas berita yang kita baca.
Dengan demikian, komunikasi massa pada dasarnya adalah sebuak aktifitas satu
arah. Sikomunikator tidak bIsa menggunakan umpan balik khalayak sabagia dasar
pengambilanperannya saat pesan sedang dikirimkan.Apa yang disebut umpan balik
tertunda (delayed feedback) memang mungkin akan membantu si komunikator
merancang pesan untuk masa dating, namun itu tidak bisa digunakan untuk saat itu
juga.
Tambahan pula, komunikator yang menggunakan media massa juga harus
menghadapi kemungkinan kesulitan mekanik seperti salah cetak, separasi warna yang
buruk, dan siaran radio yang terganggu oleh buruknya cuaca. Dengan kata lain, akurasi
dalam komunikasi massa juga sulit untuk diramalkan, Jadi, mengingat banyaknya
sumber gangguan dan karena umpan balik sangat terbatas, komunikasi melalui media
massa kemungkinan besar akan kurang akurat daripada komunikasi tatap muka.
2. Konsekuensi Memiliki Khalayak Luas dan Beragam
Disatu sisi, sebenarnya tak ada perbedaan yang terlalu prinsipil dasar aktivitas dasar
komunitas antara apabilaia berhadapan dengan satu orang atau banyak orang. Dalam
hal itu, komunikasi massa bukanlah hal unik, itu hanya semacam bentuk khusus dari
komunikasi antar pribadi.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 4
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Namun disatu sisi lain, kenyataan bahwa media sikonsumsi oleh khalayak yang
sangat luas dan beragam, memiliki dampak penting terhadap bentuk dan isi
komunikasi. Mengingatk tak ada umpan balik yang bisa langsung diperoleh, sementara
khalayak tersebut tak dikenal si komunikator maka si pengirim pesan ini harus
melandaskan diri pada asumsi-asumsi tertentu agar ia bisa merasa yakin bahwa
pesannya bisa diterima dan dipahami oleh mayoritas khalayaknya. Cara termudah
adalah dengan mengasumsikan bahwa khalayak memiliki kapasitas intelektual terbatas,
senang dihibur dan memiliki ketertarika rendah untuk terlalu terlibat dalam subjek
yang dangkal. Dengan demikian, kehadiran khalayak yang luas dan beragam akan
mendorong lahirnya pesan-pesan yang tidak menuntut kapasitas intelektual tinggi
seraya memiliki isi hiburan yang tinggi.
3. Pengaruh Sosial dan Kultural
Komunikasi dalam bentukdan tingkat apapun, terikat dan terbentuk oleh beragam
daturan dalam masyarakat. Pada saat kita berbicara dengan sahabat akrab kita dikamarnya,
masing-masing individu tetap harus memperhatikan mugkin ratusan norma budaya dan
aturan social yang dipercaya oleh kedua pihak.
Dalam hal komunikasi massa, aturan-aturan tersebut juga lebih beragam dan rumit. Disatu
sisi, media tersebut lahir dalam konteks social dan budaya tertentu.Ada pemilik di
belakangnya, ada para produsen barang yang memasang iklan disana, ada aturan-aturan
yang ditetapkan pemeintah.Sementara khalayak sendiri hidup dalam linkungan social
budayanya sendiri. Hubungan ini akan semakin kompleks , seandainya yang berlangsung
adalah arus komunikasi antarnegara atau anatarbudaya : misalnya media massa Amerika
yang siarannya bisa dijangkau sampai Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan seandainya ada ketidak patutan terhadap aturan social
budaya tersebut bisa sangat berbeda. Dalam hubungan antarpribadi, seandainya salah
satupihak menganggap , lawan bicara tidak menghomati budayanya ia dapat menghentikan
komunikasi dan mungkin memutuskan tidak bicara lagi dengan orang tersebut. Dalam
komunikasi massa, bisa terjadi ketidakserasian seperti itu misalnya, khalayak menganggap
isi media melecehkan kepercayaan mereka si komunikator kemungkina besar tidak akan
segera mengetahui ketersinggungan tersebut. Akibatnya, media melecehkan kepercayaan
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 5
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
mereka si komunikator kemungkinan besar tidak akan segera mengetahui ketersinggungan
tersebut. Akibatnya, media mungkin saja terus menyiarkan materi-materi seru.Dalam
berbagai kasus, kekesalan terhadap penyiaran yang terus berlanjut membawa khalayak
melakukan tindakan-tindakan yang merugikan media, seperti pemboikotan, sampai
demonstrasidan perusakann media bersangkutan.
Secara tehnis, ada perbedaan apabila system komunikasi massa di perbandingkan
dengan system komunikasi interpersonal. Menurut Elizabeth Noelle- Neuman, terdapat
empat tanda pokok dari komunikasi massa yang tidak terdapat pada komunikasi
interpersonal, yaitu komunikasi massa :
A.
Bersifat tidak langsung (harus melewati media tehnis)
B.
Bersifat
searah
(tidakada
interaksi
diantara
peserta
komunikasi/komunikan)
C.
Bersifat terbuka (ditunjukan pada public yang tidak terbatas dan anonym)
D.
Memiliki public yang tersebar secara geografis,
Adanya teknis ini menyebabkan system komunikasi massa memiliki karakter
psikologis yang khas jika dibandingkan dengan system komunikasi interpersonal. Hal
ini nampakpada (a) pengendalian arus informasi ; (b) umpan balik; (c) stimulasi alat
indra ; dan (d) proposi unsure isi dengan unsure hubungan.
a. Pengendalian arus informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang
disampaikan dan yang diterima.Ada penelitian yang menunjukan apabila arus
komunikasi hanya dikendalikan komunikator, situasi dapat menunjang persuasi yang
efektif. Sebaliknya apabila khalayak dapat mengatur arus informasi situasi komunikasi
akan mendorong belajar yang efektif. Dalam system komunikasi massa, komunikator
sukar menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan.
b. Umpan Balik
Dalam istilah komunikasi, reaksi khalayak yang dijadikan masukan untuk proses
komunikasi disebut umpan balik atau feedback .Pada komunikasi personal, umpan balik
sebagai respon terjadi secara tidak terbatas. Jika kita berbicara dengan seseorang, kita
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 6
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
dapat mengetahui segala responya baik verbal maupun non verbal yang merupakan umpan
balik bagi kita. Sebaliknya, dengan komunikasi massa; hamper tidak ada umpan balik
c. Stimulasi Alat Indra
Dalam system komunikasi massa, stimuli alat indra bergantunng pada jenis media
massa. Pada surat kabar, khalayak hanya melihat; pada radio, khlayak hanya mendengar
KHALAYAK
Khalayak merupakan prinsip dasar ketiga bagi beroperasinya media massa.
McLuhanmenguraikan perkembangan sejarah berdasarkan penggunaan media massa .Ia
membagi sejarah manusia ada tiga babak, yaitu sabagai berikut.
1. Situasi Konsumsi/ Penggunaan media
Apa yang mendorong orang untuk membaca surat kabar, menonton TV, atau
mendorong radio? Dalam hal ini individu diasumsikan rasional dan pengguna media yang
memiliki tujuan.
Jeffres membedakan antara media seeking dan content seeking.Media seeking
adalah situasi dimana kita menggunakan media karena tindakan konsumsi itu (membaca,
menonton, mendengarkan) lebih penting dari pada isi (yang dibaca, yang ditonton, yang
didegarkan). Kita menyalakan TV saat kita kesepian atau bosan, acara TV disini tidak
penting. Sebaliknya, pada content seeking kita memutuskan menggunakan media justru
karena isinya.Misalnya, kita ingin mengetahui sambingan telenovela minggu lalu. Maka,
pada minggu ini kita akan sengaja memilih saluran TV yang menayangkan telenovela
tersebut untuk mengetahui kelanjutannya. Beberapa dari content seekingmendapat
perhatian lebih besar dari yang lain, secara khusus kita benar-benar mencarinya; ini disebut
information seeking. Seorang media- seeker akan membaca Koran mulai dari
halamanterakhir secara teratur. Sementara itu seorang information seeker akan membaca
secara khusus berita yang benar-benar dicarinya.
Situasi ini akan membentuk pola pengguna media yang berbeda pada masingmasing orang. Ini adalah focus pembicaraan beikut.
2. Pola Penggunaan oleh Media
Mengapa orang menggunakan media massa yang berbeda-beda? Mengapa orang
senang membaca surat kabar X sementara orang lain menyukai surat kaba Y? Mengapa
ada yang hanya senang menonton TV dan tidak mendengar radio ? Bagaimanapola
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 7
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
konsumsi media acara individual terbentuk ?Jawabannya terletak pada individu itu
sendiri.Ada kebutuhan dasar manusia, motif, dan pebedaan-perbedaan individual lainnya
yang membuat konsumsi orang kepada mereka berbeda-beda.Situasi dapat membentuk
pola pengguna media yang berbeda.
Sekarang pertanyaan berikut muncul “mengapa timbul perbedaan yang sifatnya
individual ini ?” menurut Jeffres, perbedaan ini dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu
sebagi berikut.
a. Pendekatan Kategori social
Pendekatan ini melihat bahwa perbedaan kategori social individu dapat
menjelaskan mengapa individu menggunakan media secara berbeda-beda. Kategirikategori social, antara lain pendidikan, pendapatan, pekerjaan, status perkawinan, ras, etnik
dan agama. Semuanya itu berpengaruh, misalnya dalam hal total media yang digunakan,
pilihan terhadap media, dan prefensi isi media.
b. Pendekatan Uses dan Gratifications
Pendekatan ini datang dari Elihu Katz, Jay G, Blurniet, dan Michael
Gurevitoh (1974). Asumsi-asumsi dasar dari pendekatan Uses and gratifications,
meliputi berikut ini .
1.
Khalayak dianggap aktif
2.
Dalam komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan
dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3.
Media harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhan khalayak. Kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media dan sangat
bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan
4.
Banyak tujuan memilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan
kepentingan dan motif pada situasi tertentu.
5.
Penilaian
tentang anti cultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum orientasi khalayak diteliti lebih dahulu .
Model ini memandang individu sebagai mahkluk superrasional dan sangat selektif.
Dalam model ini focus perhatiannya ialah proses penerimaan pesan. Penekanannya
disini adalah pada kerangka psikologis yang mendasari motif
serta pemuasan
kebutuhan melalui komunikasi massa. Menurut pandangan ini, perbedaan motif dalam
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 8
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
konsumsi media massa menyebabkan khlayak bereaksi kepada massa secara berbeda
pula. Hal ini berarti bahwa efek media massa juga berlainan pada setiap anggota
khalayak.
Katz, Gurivitech dan Hass (1973) mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan
dalam hal penggunaan media.
1. Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan untuk mengerti
2. Kebutuhan afektif, untuk memperkuat pengalaman emosional.
3. Kebutuhan
integrative,
untuk
memperkuat
keperayaan
diri,
kredibilitas,dan stabilitas diri.
4. Kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan dunia
5. Kebutuhan untuk melepaskan ketegangan
Wiliam, McGuire (1974) menyebutkan 16 motif yang mendorong orang menggunakan
media. Secara umum, motif dikelompokan dalam motif kognitif (berhubungan dengan
pengetahuan) dan motif afektif (berhubungan dengan pengetahuan) dan motif afektif
(berhubungan dengan perasaan)
1. Motif Kognitif
Motif kognitif menekankan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai
tingkat ideasional tertentu. Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada
pemeliharaan keseimbangan ada empat teori yaitu.
a)
Teori
Konsistensi (menekankan kebutuhan individu untuk
memelihara orientasi eksternal pada lingkungan)
b)
Teori Atribusi (melihat individu dalam melihat sebab-sebab yang
terjadi pada peristiwa yang dihadapi)
c)
Teori kategorisasi (menjelaskan upaya manusia untuk memberikan
makna tentang dunia beradasarkan kategori internal dalam diri kita)
d)
Teori Objektifitasi (menjelaskan upaya manusia untuk memberikan
makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal)
Keempat
teori
kognitif
tersebut
melukiskan
individu
sebagai
mahluk
yangmemelihara stabilitas psikologisnya.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 9
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Empat teori kognitif tersebut melukiskan individu sebagai mahluk yang berusaha
mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya. Teori-teori itu ialah .
e)
Teori
otonomi,
(melihat
manusia
sebagai
mahkluk
yang
mengaktulisasikan dirinya hingga mencari identitas kepribadian yang
atonom)
f)
Teori
stimuli,
(melihat
manusia
sebagai
mahkluk
yang
menginginkan stimuli sebanyak-banyaknya untuk memperkaya pikirannya)
g)
Teori teologis (melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha
mencocokan persipnya tentang situasi sekarang dengan reprentasi
interaldari kondisi yang di kehendaki)
h)
Teori
utilitarian
(melihat
individu
sebagai
orang
yang
memperlakukan situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi
dalam menghadapi tantangan hidup).
2) Motif afektif
Motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan menapai tingkat
emosional tertentu. Motif afektif yang ditunjukan untuk memelihara stabilitas psikolog di
bahas dalam empat teori, yaitu :
a) Teori reduksi tegangan (memandang manusia sebagai system tegangan yang
memperoleh kepuasaan pada pengurungan tegangan)
b)
Teori
ekspresif
(menyatakan
bahwa
orang
memperoleh
kepuasan
dalam
mengungkapkan ekistensi dirinya dengang menampakan perasaan dan keyakinannya)
c) Teori egodensif (menganggap manusia hidup dalam citra diri tertentu yang sesuai
dengan diri dan dunia kita)
d) Teori peneguhan (memandang orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku
dengan suatu cara yang membawa ganjaran tertentu)
Kelompok motif afektif kedua di tunjukan untuk mengembangkan kondisi
psikologis, terbagi atas :
e) Teori penonjolan (memandang manusia sebagai mahluk yang selalu mengembangkan
potensinya untuk memperoleh dari dirinya dan dari orang lain)
f) Teori afiliasi (memandang manusia sebagai mahluk yang mencari kasih saying dan
penerimaan orang lain)
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 10
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
g) Teori identifikasi (melihat manusia sebagai pemain peran yang memuaskan egonya
dengan menambahkan oeranan yang berusaha konsep dirinya)
h) Teori peniruan (memandang manusia sebagai mahluk yang selalu mengembangkan
kemapuan afektifnya)
3) Reaksi khalayak terhadap media
Melvin deFluer dan Sandra Ball-Rokeach menjelaskan bahwa reaksi khalayak terhadap
media dapat di lihat dari tiga persefektif, yaitu :
1)Persektif perbedaan individual
2) Perspektif kategori social
3)Perspektif hubungan social
Berikut penjelasan secara rinci :
a) Perspektif perbedaan individual memendangbahwa sikap dab organisasi
personal-psiklogis individual akan menentukan bagaimana ia memilih stimuli itu. Faktorfaktor yang mempengruhi itu meliputi potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta
pengalaman. Perbedaan ini menyebabkan engaruh media massa yang berbeda pula.
b) Perspektif kategori social berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat
kelompok=kelompok social yang reaksinya pada stimuli tertentu itu cenderung lama.
Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isis komunikasi yang sama dan
akan member respon kepadanya dengan cara yang hampir sama pula.
c) Perspektif hubungan social menekankan pentingnya peranan hubungan social
yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Dengan
demikkian, hubungan-hubungan inerpersoanal dapat berpengaruh pada proses penerimaan,
pengolaan, dan penyampaian informal dari media.
Setelah anda mempelajari pokok bahasa Sistem Komnikasi dan Khalayak maka khususnya
pada subpokok bahasa kelompok, sebagai pengguna media massa Anda dapat tergolong
tipe yang mana ? Apa motivasi anda ?
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 11
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media,
tetapi kepada apa yang di lakukan media kepada kita. Hal inilah yang merupakan
efek media massa.
Menurut Steven Chaffe ada tiga pendekatan dalam melihat efek media massa,
yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan yang pertama ialah kita cenderung melihat efek media
massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri.
2. Pendekatan yang kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada
diri khalayak komunikasi massa. Perubahan ini meliputi perubahan
kognitif (penerima informasi), perubahan efektif (perubahan perasaan
atau sikap), dan perubahan behavioral (perubahan prilaku).
3. Pendekatan yang ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek
komunikasi massa, meliputi individu, kelompok, organisasi, masyarakat,
atau bangsa.
Di sini berarti ada satu kotomi (efek pesan dan media secara fisik) dan dua trikomi:
(1) kognitif, afektif, behavioral
(2) individual, interpersonal, system.
Chaffe menggabungkan ketiganya dalam matriks 2x3x3= 18 ruang.
Tabel 9.1
Efek Komunikasi Massa Menurut Steven M. Chaffe
sasaran
Media fisik
pesan
kognitif
afektif
behavior
kognitif
afektif
behavior
Individual
1
2
3
4
5
6
Interpersonal
7
8
9
10
11
12
sistem
13
14
15
16
17
18
Kita akan melihat efek komunikasi massa dari matriks tersebut. Pertama, kita akan
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 12
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
meninjau efek kehadiran media massa secara fisik. Selanjutnya, efek pesan
media massa akan di lihat pada efek kognitif, efek efektif, dan efek behavioral.
A. EFEK KEHADIRAN MEDIA MASSA (SECARA FISIK)
Steven Chaffe menyebutkan ada lima efek media massa dari kehadirannya,
yaitu sebagai berikut :
1. Efek ekonomis, di sini kehadiran media massa menggerakan usaha; meliputi
produksi,distribusi dan konsumsi jasa media massa. Kehadiran surat kabar
membuat pabrik kertas Koran menjadi hidup, member pekerjaan kepada para
jurnalis, dan berpengaruh kepada bisnin periklanan. Kehadiran televise
menyuburkan tumbuhnya rumah produksi, member lapangan kerja bagi juru
kamera, sutradara, penulis naskah, dan artis. Begitu juga radio membuka
peluang bisnis yang baik bagi para pengiklan, dubber, dan penyiar.
2. Efek sosial, berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial akibat
kehadiran media massa. Misalnya, radio dan televise dapat meningkatkan status
sosial memeilikinya di pedesaan, televise di kelurahan membentuk jaringan
interaksi yang baru bagi masyarakat desa.
3. Efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari, misalnya surat kabar sore akan
membuat orang menyisihkan waktunya untuk membaca surat kabar di sore hari,
telenovela di televise swasta membuat banyak ibu rumah tangga menunda
waktu memasak dan menggeser waktu arisan, serta film kartun di TV setiap hari
membuat anak-anak menggeser waktu belajar.
4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, seperti marah, kecewa,
dan kesepian. Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi siaran yang di
udarakan; dan seseorang yang sendirian di rumah menyalakan TV sekedar
untuk mengusir sepi supaya terasa ada “teman” tanpa peduli acara yang di
siarkan.
5. Efek pada perasaan orang terhadap media. Media dapat menumbuhkan
perasaan tertentu baik negative maupun positif. Kita percaya dan menyukai
media yang satu, tetapi tidak percaya atau kurang senang
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 13
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
B. EFEK PESAN MEDIA MASSA
1. Efek Kognitif
Komunikasi massa tidak secara langsung menimbulkan prilaku tertentu,
tapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan. Citra inilah yang mempengaruhi cara kita berprilaku.
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang di terima oleh individu melalui media
massa. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah si seleksi
(oleh Marshal MacLuhan disebut sebagai “realitas tangan kedua” (second hand
reality). Jadi, kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan
realitas kedua yang di tampilkan oleh media massa. Misalnya, Anda memiliki
gambaran bahwa Jakarta sudah tidak aman lagi karna tingginya angka
kriminalitas disana, Anda beranggapan di daerah anda lebih aman. Mengapa
anda mendapatkan gambaran itu? Karna setiap hari anda membaca di surat kabar
dan melihat di TV berita-berita criminal banyak di muat. Sebaliknya, dari daerah,
lebih sedikit berita criminal yang deberitakan. Padahal, kenyataannya mungkin di
daerah juga banyak terjadi peristiwa criminal, namun tidak di siarkan oleh TV dan
di beritakan di surat kabar. Oleh karena proses gate keeping, media massa
melakukan seleksi terhadap berita yang dimuatnya, hasil dari seleksi inilah yang
mempengaruhi citra kita tentang lingkungan sosial kita.
Oleh karena proses selektif ini, mungkin saja terjadi penggambaran yang
salah oleh media. Timbullah apa yang di sebut stereotype, yaitu gambaran umum
tentang individu, kelompok atau masyarakat yamg tidak berubah-berubah sering
kali timpang dan tidak benar. Misalnya, dalam telenovela di TV kita melihat orang
kulit hitam umumnya di gambarkan miskin, jahat, jadi pembantu kulit putih, dan
licik. Jika anda terus-menerus menonton telenovela, anda kemungkinan besar
akan memiliki gambaran tentang kaum kulit hitam di Amerika Latin seperti apa
yang Anda lihat di televise itu.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 14
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Prinsip bahwa media massa melakukan proses seleksi merupakan teori agenda setting.
Teoti ini di mulai dengan satu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel,
ataupun tulisan yang akan disiarkannya.
Secara selektif, getekeepers menentukan hal apa yang pantas di beritakan
atau yang tidak. Setiap isu diberi bobot tertentu (ruang penempatan dalam surat
kabar atau waktu yang khusus pada radio) dan cara penonjolan tertentu (ukuran
juduldan frekuensi pemutaran).
Apa yang di sajikan media massa di sebut sebagai “agenda media”.
Agenda media mempengaruhi agenda masyarakat (public agenda). Teori
ini menunjukan adanya kesamaan andara agenda media dengan agenda public.
Media massa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi apa yang di anggap penting oleh masyarakat. Misalnya, headline surat kabar hari ini tentang
kecelakaan kerta api maka anda menganggap kecelakaan itulah yang penting.
Anda mungkin akan memebicarakan topic ini dengan teman-teman dan keluarga.
Media
massa
juga
berperan
dalam
menyampaikan
pengetahuan,
keteramipilan, dan nilai-bilai yang baik. Dengan kata lain, media massa dapat
memberikan manfaat yang di kehendaki masyarakat. Hal inilah yang disebut efek
prososial. Misalnya, film seri sesame street terbukti di Amerika berpengaruh
sangat baikpada anak-anak yang menontonnya. Penelitian menunjukan bahwa
anak yang senang menonton acara ini saja memiliki tingkat pengetahuan lebih
baik (di bawah kita akan lihat film ini juga berpengaruh baik pada sikap).
2. Efek Afektif
Perubahan sikap yang berarti akibat pesan mesia massa masih menjadi
perdebatan
di
kalangan
ahli
komunikasi.
Benarkah
media
massa
berpengaruhdalam perubahan sikap individu? Charles K. Atkin, misalnya
menyimpulkan bahwa media massa dapat mempengaruhi orientasi afektif, tetapi
dampaknya
tidak
sebesar
orientasi
kognitif.
Beberapa
penelitian
dalam
komunikasi politik membuktikan adanya pengaruh media massa terhadap
perubahan sikap.
Sementara
pembentukan
Joseph
Klapper
dan
perubahan
mengatakan,
sikap,
dalam
pengaruh
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
hubungannya
madia
massa
dengan
dapat
di
Page 15
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
simpulkanpada lima prinsip umum:
1. Pengaruh komunikasi siantarai oleh prediposisi personal, proses selektif, dan
keanggotaan kelompok (factor personal).
2. Factor-faktor tadi membuat komunikasi massa berfungsi untuk memperkoh
sikap dan pendapat yang ada selain itu juga berfungsi sebagai media pengubah.
3. Apabila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi pada “konversi” dari satu sisi ke sisi
yang lain
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang di
mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah-masalah baru apabila tidak ada dredisposisi yang harus diperteguh.
Media massa dapat menimbulkan rangsangan emosional pada khalayak.
Misalnya,
menonton
adegan
sedih
dalam
film,
sejumlah
penonton
mengeluarkan air mata. Begitu pula ketika mambeca kisah yang mengharukan
di majalah wanita. Sebaliknya, kita bisa tertawa terbahak-bahak ketika
menyaksiakan acara lawak di televise atau film komedi.
Peneliti menemukan factor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan
emosional pesan mesia massa. Factor-faktor itu adalah sebagai berikut.
1. Suasan emosional (mood), yakni kondisi secara psikologis yang ada ketika ia
mengonsumsi media massa.
2. Suasana kognitif, yakni gambaran dalam pikiran kita sendiri yang menjelaskan
suatu peristiwa yang terdapat di media massa.
3. Suasana terpaan (setteing exposure), yakni bentuk emosi yang “ditularkan” oleh
individu lain atau objek tertentu ketika kita mengonsumsi media massa.
4. Predisposisi individual, yakni karakteristik khas individu.
5. Tingkat idenfikasi khlayak dengan tokoh dalam media massa (menunjukan
sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang di tampilkan media
massa).
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 16
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Sejenis rangsangan emosional yang banyak di bicarakan orang adalah rangsangan sexual
akibat adegan-adegan merangsang dlam media massa (disebut pornografi atau sexually
explicit materials). Istilah pornografi berasal dari kata Yunani, porne (yang berarti pelacur)
dan graphe (yang berarti tulisan atau gambar) jadi, artinya “potnografi” menunjuk pada
segala karya, baik dalam bentuk tulisan atau gambar, yang melukiskan pelacur.Pengertian
ini mengalami perkembangan.saat ini umumnya pornografi di definisikan sebagai “materi
yang di sajikan di media tertentu yang dapat dan atau di tunjukan untuk membangkitkan
hasrat sexual khlayak atau mengeksploitasi sexs”.
Para ahli sepakat bahwa ada materi erotis yang dapat merangsang individu.
Stimuli erotis pada media massa menimbulkan tingkat rangsangan yang berlainan
bagi orang yang memiliki pengalaman berbeda. Sebuah penelitian menunjukan
bahwa makin banyak pengalaman sexual individu, makin mudah ia terangsang
oleh adegan-adegan sexual.
Victor B. Kline, seorang psikiater yang menangani banyak pasien yang mengalami
masalah
akibat
keterlibatan
mereka
dalam
mengonsumsi
pornografi,
menyebutkan bahwa ada tahap-tahap efek pornografi yang dijalani mereka akan
menjadi
konsumen
pornografi.
Tahapan-tahapan
ini
menunjukan
bahwa
pornografimemiliki efek berjangka panjang bagi konsumennya.
1. Tahap addiction (kecanduan). Sekali seorang menyukai materi pornografi, ia
akan mengalami ketagiahan. Jika yang bersangkutan tidak mengonsumsi
pernografi maka ia akan mengalami “kegelisahan”. Ini bahkan dapat terjadi pada
pria berpendidikan atau pemeluk agama yang taat.
2. Tahap eskalasi. Setelah sekian lama mengonsumsi media porno, selanjutnya ia
akan mengalami efek eskalasi. Akibatnya, seseorang akan membutuhkan materi
sexsual yang lebih eksplisit, lebih sensasional, lebih “menyimpang” dari yang
sebelumnya sudah ia konsumsi.
3. Tahap desensilitazion (desentisiasi/hilannya kepekaan perasaan). Pada tahap
ini, materi yang tabu, immoral atau mengejutkan pelan-pelan akan menjadi suatu
yang biasa . pengonsumsi pornografi bahkan menjadi cenderung tidak sensitive
terhadap korban kekerasan seksual.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 17
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
4. Tahap act out. Pada tahap ini, seorang pecendu pornografi akan meniru atau
menerapkan perilaku seks uang selama ini ia tonton di media.
Tahapan-tahapan ini menunjukan bahwa tingkat sampai tingkat behavior (prilaku).
3. Efek Behavioral
Efek behavioral mengacu pada prilaku khalayak, pada tindakan dan
gerakan yang tampak pada kehidupan sehari-hari meliputi pola tindakan, kegiatan
atau kebiasaan berprilaku. Disini kita melihat efek pecendu media massa pada
prilaku agresif (antisocial) dan prilaku prososial.
Agresi adalah setiap bentuk perilaku yang di arahkan untuk merusak atau melukai
orang lain yang menghindari perlakuan seperti itu. Banyak studi menunjukan
adanya efek kekerasan pada TV dan film terhadap prilaku agresif penontonnya.
Film kekerasan mengajarkan agresi, mengurangi kendali oral penontonnya, dan
menumpulkan perasaan mereka. Keompok besar studi ini di sebut Teori Stimulasi.
Dalam sebuah penelitian yang sangat terkenal, Albert Bandura pada tahun
1960-an menunjukan bahwa film dan TV dapat mengajarkan prilaku agresif pada
anak-anak. Dalam eksperimennya, sejumlah anak prasekolah diminta menonton
sebuah film dimana seorang model memperlakukan secara kasar sebuahboneka
karet besar bernama “Bobo”. Ketiaka anak-anak dibiarkanberada sendirian
dengan si boneka dalam situasi yang serupa dengan yang di peragakan di film
tersebut, mereka pun memperlakukan “bobp” dengan cara yang sama agresifnya.
Perilaku serupa tidak di tunjukan oleh anak-anaka yang sebelumnya di minta tidak
menonton film. Kesimpulannya, anak-anak belajar berprilaku agresif dari film
tersebut.
Sesudah eksperimen Bandura, sejumlah studi mengikuti jejak eksperimen
tersebut berulang kali dilakukan, antara lain studi yang menggunakan badut
sungguhan sebagai pengganti boneka karet. Ternyata hasilnya cenderung
konsisten “mereka telah dirangsang adegan kekerasan melalui TV, cenderung
bersikap lebih agresif”.
Namun, sejumlah studi menunjukan bahwa media tidak menciptakan
dorongan agresif, melainkan merangsang (stimulasi) potensi agresi individu.
Dalam teori tersebut di katakana bahwa menonton adegan-adegan agresif justru
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 18
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
dapat menyingkirkan perasaan-perasaan agresif individu. Ini terjadi Karen
perasaan-perasaan agresif tersebut justru tersalurkan pada saat ia menonton dan
puas bahwa dorongan-dorongan agredif tersebut telah tersalurkan. Teori ini
disebut sebagai Teori Kataris (dari Fesbach, 1955), namun studi-studi yang ada
lebih mendukung Teori Stimulasi.
Ada yang mengatakan bahwa budaya kekerasan yang di tampilkan media
menyebabkan timbulnya desensitiasi (hilangnya kepekaan perasaan) khalayak.
Akibatnya, khlayak tidak peka lagi terhadapberbagai konsekuensi kekerasan.
Budaya kekerasan yang gencar di tampilkan media di anggap telah menyebabkan
jiwa kemanusiaan kita menjadi semakin kebalterhadap kesakitan yang dirasakan
orang lain disebut oleh Sessilia Bok (1998) sebagai compassion fatigue (keletihan
yang membuat kita tidak sangguplagi terharu ataupun berbelas kasian).
Namun, sejumlah setudi menunjukan bahwa media massa juga dapat
nerpengaruh positif, yakni menimbulkan efek prososial. Salah satu perilaku
prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang
lain. Media televise, radio atau film di berbagai Negara digunakan sebagai media
pendidikan. Di satu sisi, terdapat manfaat yang nyata; sementara di sisi lain media
itu menghasilkan kegagalan. Di sini ada perasaan efek yang di hasilkan oleh
media massa . belajar dari mesdia massa memang tidak bergantung hanya pada
unsure stimuli dalam media massa saja. Untuk menjelaskan proses belajar seperti
ini kita memerlukan teori psikologi. Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek
prososisal media massa adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurut
Bandura , kita belajar bukansaja dari prngalaman langsung, tapi dari peniruan dan
peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil dari factor-faktor kognitif dan
lingkungan. Hal ini berarti kita mampu memiliki kemampuan tertentu juka terdapat
jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik dari diri kita.
Bandura menjelaskan proses belajar dalam empat tahap proses, yaitu
proses perhatian, proses pengingatan, proses reproduksi motoris, dan proses
motivasional.
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus
sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknyadan memanggilnya
kembali ketika mereka akan bertindaksesuai dengan teladanyang diberikan.
Stimulidapat di jadikan teladan karena sifat-sifat stimuli itu dan karena karakteristik
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 19
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
orang yang menangkap stimuli. Proses peneladananterjadi jika individu sanggup
mengingat kembali peristiwa yang diamatinya. Proses reproduksi motoris artinya
tindakan teladanakan kita lakuakan apabila diri kita sendiri mendorong tindakan
itu. Doronagan diri ini timbul dari perasaan puas, senang ataupun di penuhinya
citra diri yang ideal.
Kebanyakan
studi
efek
memusatkan
perhatian
terhadapapa
yang
disebutsebagai prilaku antisocial. Namun, meski dalam jumlah sedikit, sejak akhir
tahun 1960-an berkembang pula studi-stusi yang melihat dampak media pada
perilaku prososial. Dapat dikatakan, dari studi-studi tersebut, terdapat kesejajaran
pertemuan antara studi-studi antisocial dan prososial. Artinya, apabila media
memang bisa mendorong orang menjadi agresif, pada saat yang sama, media
juga bisa membuat orang lebih suka membantu orang lain.
Joseph
menunjukan
R.
Dominick
ada
tiga
dalam
wilayah
ulasannya
prososial
terhadap
yang
studi-studi
memperoleh
efek,
banyak
perhatianpenelitian, yaitu
(a) efek terapi
(b) pengembangan kendali diri
(c) kerja sama, membagi, dan membantu.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 20
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
a. Efek terapik (Therapeutic Effect)
anak-anak, antara lain stusi menentukan bagaimana media dapat
membantu anak-anak mengatasi phobia-phobia psikologis, seperti rasa takut pada
anjing atau ke dokter gigi. Seusai menonton filmyang mengajarkan “tak perlu takut
datang ke dokter gigi”, terbukti dapat membuat anak menjadi lebih berani
berhadapan dengan dokter gigi.
b. Pengembangan kendali diri
Studi-studi eksperimen juga menunjukan bagaimana pengajaran melalui
televise dapat membentuk kendali-diri (self control) anak. Terbukti, melaui film-film
pengajaran yang di buat dengan baik, anak-anak meniru aturan-aturan tentang
mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah sehingga bisa
mengendalikan diri untuk tidak berbuat hal-hal yang buruk.
Dalam sebuah eksperimen, serombongananak berusia lima tahun dibawa masuk
ke dalam ruangan berisi berbagai macam maina dan kamus. Kepada mereka
dikatakan, mereka tak boleh bermain dengan mainan namun membuka-buka
kamus. Setelah itu mereka di bagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertam tidak
menonton film sama sekali, kelompok kedua menyaksikan film di mana seorang
anak bermain dan bahkan di temani ibunya (ini di kategorikan sebagai kondisi
“model berhadiah”). Kelompok ketiga, menyaksikan film di mana seorang anak
bermain dengan mainan, namun kemusian dihukum ibunya karena melanggar
peraturan (disebut sebagai kondisi “model berhukum”).
Setiap anak kemudian ditinggal sendirian di ruang berisi mainan dan
kamus, sementara peneliti mengamati dari luartanpa di ketahi si anak. Hasilnya
seperti di duga, anak dengan model berhukuman paling lama berhasilmenahan
dorongan untuk bermain dengan mainan. Sebaliknya, anak dengan model
berhadiah paling ceoat bergetak untukbermain dengan mainan.
Ini adalah satu di antara serangkaian studi yang menunjukan bahwa dengan
mengonsumsi media, anak belajar mengendalikan diri.
c. Kerja sama, membagi dan membantu
Studi-studi
lain
menunjukan
bagaimana
media
mengajarkan
nilai-
nilaikebaikan tentang perlunya bekerja sama, perlunya membagi dengan teman,
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 21
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
serta membantu teman. Sebuah studi, misalnya mempertotntonkan sebuah
episode film seri the waltson kepada anak-anak. Mereka yang menonton film
tersebut ketika di teliti ternyata lebih bersedia saling membantu dalam situasi
bermain peran yang di adakan kemudian.
Dengan demikian, terlihat media massa dapat berpengaruh positif dan juga
negative pada khalayak. Namun, hasil-hasil studi yang baru saja kita bicarakan
memang mendasarkan diri dari pada studi eksperimen dalam situasi laboratorium,
bukan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Pernyataan berikutnya, dengan demikian “ apakah pesan-pesan media tersebut
berpengaruh pada kehidupan sehari-hari?”.
Menurut Dominick, sejumlah studi menunjukan bahwa hubungan antara
penonton dan prilaku prososial adalah lebih lemah di banding menonton dan
prilaku agresif. Dominick memeberikan alas an mengapa ini terjadi. Menurutnya,
prilaku agrasif di televise dan film sangat jelas, mudah terlihat dan bersifat fisik,
sementara prilaku prososisal cenderung lebih tersamar, kadang rumit, dan lebih
melibatkan tindakan verbal (misalnya terbatas pada kata-kata). Oleh karena anakanak lebih mudah belajar dari penyajian yang sederhana, langsung, dan aktif,
prilaku agresif lebih mudah dipelajari dari sisi media.
Kembali harus diingat bahwa pengaruh-pengaruh media ini diteorikan tak
bersifat langsung di kebanyakan individu. Seperti diutarakan di bagian
sebelumnya, ada banyak factor personal dan sosisal yang turut berpengaruh.
Namun, studi-studi yang baru saja di sebutkan memeang menggunakan anakanak sebagai objek studi dan kalangan di asumsiakan lebih “murni” dan belum
terpengaruh oleh kondisi-kondisi lingkungannya. Semakin ia beranjak dewasa,
semakin banyak variable yang harus diperhatikan agar manusia dapat berdampak
pada dirinya.
C. MEDIA SEBAGAI AGEN SOSIALISASI
Dengan demikian, studi-studi efek media memang menunjukan bahwa media
memeiliki pengaruh terhadap individu.Sekarang, gabungkan temuan itudengan kenyataan
bahwa individu-individu dalam masyarakat makin banyak karena terpaan media.
Bayangkan saja berapa jam Anda sudah menonton televisi, dan bandingkan dengan
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 22
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
beberapa anak, keponakan atau adik Anda sekarang menonton televisi? Diperkirakan, di
sebagian besar masyarakat Indonesia, jumlah jam menonton anak-anak sekarang akan
berlipat.
Apabila itu sudah digabungkan, akan terlihat bahwamedia massa semakin
berperan
sebagai
aagen
sosialisasi
bagi
individu,
yakni
agen
yang
menananamkan pengethuan, sikap, dan nilai pada masyarakat. Hal yang paling
berperan dari semua media adalah televisi karena media ini semakin banyak
dimiliki oleh masayarakat, mudah di terima tanpa membutuhkan kecakapan
tertentu (orang tak perlu bisa membaca). Dan corak visualnya membuat orang
lebih atraktif bagi kalangan muda dibandingkan media lainnya. Seorang ahli
pertelevisian anak, Milton Chen, mengatakan bahwa TV adalah medium anakanak. Menurutnya, TV bisa “menggenggam” anak-anak, padahal media lain tidak
mampu melakukannya.
Sosialisasi tentu saja merupakan proses yang kompleks, yang melibatkan
banyak pihak; teman, orang tua, saudara, sekolah, pengalaman langsung, dan
media massa. Anak belajar tentang sikap, nilai, dan pengetahuan dari instruksi
formal (dariorang tua, guru), melalui pengalaman langsung dan juga dari
pengamatan terhadap tindakan pihak lain. Bentuk pendidikan terakhir ini, yang di
kenal sebagai belajar melalui observasi, dapat berlangsung baik ketika anak
melihat orang lain dalam kehidupan nyata maupun dengan melihat tokoh-tokoh
fiksi yang digambarkan media.
Untuk membentuk sikap persepsi, kepercayaan, dan nilai dalam khalayak
(terutama anak dan remaja) tentu saja mudah. Namun, berbagai studi
menunjukan
bahwa
media
dapat
secara
kuat
berpengaruh
terhadap
studipembentukan hal-hal tersebut, seandainya ada sejumlah factor beroprasi,
seperti berikut ini.
1. Gagasan, orang atau prilaku sama muncul secara konsisten dari program dan
disajikan dalam cara yang stereotipikal.
2. Khalayak tersebut terekspos secara berat pada isi media.
3.Kahalayak tersebut memiliki interaksi terbatas dengan orang tua atau agen-agen
sosialisasi lainnya dan tak memiliki rangkaian kepercayaan alternative yang
berfungsi sebagai standar yang dapat di gunakan untuk menilai kebenaran isi
media tersebut.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 23
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
Contohnya adalah bayangkan seoran gremaja yang menonton acara
televise selama lima jam sehari, yang ditontonnya pun kebanyakan film-film yang
menunjukan bahwa kekerasan adalah cara terbaik untuk menangani persoalan.
Orang tuanya jarang mengajaknya bicara. Ia sering bolos sekolah atau kalaupun
sekolah, tak pernah menganggap serius pelajaran busi pekerti yang diberikan
guru. Ia juga tak ke pengajian, masjid atau gereja. Teman-temannya juga datang
dari tipe yang sama. Dalam keadaan demikian, nilai-nilai kekerasan yang disajikan
media akan sangat berpengaruh terhadap sikap hidupnya.
Apakah media hanya berperan sebagai agen sosialisasi bagi anak dan
remaja saja? Tampaknya tidak. Ilmuan komunikasi terkemukan George Gebner
memeperkenalkan apa yang disebutnya sebagai Analisis Kultivasi (Cultivation
Analysis). Gagasan dasarnya adalah bahwa menonton TV dalam jumlah besar
akan mengultivasi (menanam) persepsi yang konsisten dengan cara pandang
tentang dunia yang disajikan dalam program televisi. Serangkaian penelitian
selama bertahun-tahun menunjukan bahwa di kalangan sejumlah penonton TV
dewasa, TV menanamkan persepsi yang menyimpang tentang dunia nyata.
Misalnya, mereka sering menonton film tentang kekerasandi TV mempersepsiakn
tingkat kekerasan dalam dunianya yang jauh lebih tinggi dibandingkan apa yang
sesungguhnya terjadi. Ini tak telihat di kalangan yang bukan pecandu acara
kekerasan.
Begitu juga dengan stereotip. Apabila khalayakterus-menerus disuguhi
dengan penggambaran bahwa seorang pembantu adalah mahluk bodoh yang
pantas di anggap sebagai warga Negara kelas dua, itu mungkin akan
berpengaruh terhadap cara khalayak memandang pembantu atau jika ia terusmenerus melihat acara TV yang sering kali menampilkan orang berbadan gemuk
diolok-olok maka bisa saja ia akan menganggap bahwa di dunia nyata orang
gemuk memang pantas di olok-olok.
Kembali harus dikatakan, media juga bisa sangat berperan dalam
membentuk sikap-sikap positif. Film seri sesame street (yang juga di siarkan di
stasiun televisi di Indonesia) terbukti di Amerika berpengaruh sangat baik anakanak yang menontonnya.penelitian menunjukan bahwa anak-anak yang senang
menonton acara ini bukan saja memiliki tingkat pengetahuan lebih baik, namun
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 24
Komunikasi Massa dan efek media terhadap individu
juga memiliki sikap-sikap prososial lebih baik, dari pada mereka yang tidak
menonton acara tersebut.
Pada akhirnya harus juga dinyatakan, hunungan media dan prilaku individu ini
tidak dapat diinterprestasikan semata-mata sebagai satu arah.Sangat mungkin hubungan
antara terpaan media dengan sikap-sikap tertentu yang di sajikan bersifat resiprokal
(timbal-balik). Jadi, mereka yang cenderung agresif akan cenderung menonton acara
berisikan materi agresif, dan pada gilirannya, mendorong menjadi lebih agresif. Demikian
pula, anak-anak pintar dan prososial cenderungmenonton Sesame Street yang pada
gilirannya, mendorongnya menjadi lebih pintar dan lebih bersahabat dengan teman-teman
sebayanya.
Psikologi Komunikasi , Nina M. Armando, penerbit UT
Page 25
Download