BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Padang Panjang adalah sebuah kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 8 Tahun 1956. Seiring dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 1957, maka Kota Padang Panjang memiliki status Daerah Otonom atau sejajar dengan Kabupaten/Kota lainnya. Berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Peralihan Kota Praja tanggal 25 September 1957 Nomor 12/K/DPRD-PP/57, Kota Padang Panjang (saat itu) dibagi atas 4 (empat) wilayah administratif yang disebut resort, yaitu Resort Gunung, Resort Lareh Nan Panjang, Resort Pasar dan Resort Bukit Surungan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, untuk menjalankan roda pemerintahan, Padang Panjang dijadikan suatu Kewedanan yang wilayahnya meliputi Padang Panjang, Batipuh, dan X Koto yang berkedudukan di Padang Panjang. Berdasarkan ketetapan PDRI tanggal 01 Januari 1950 tentang pembagian provinsi juga sekaligus ditetapkan pembagian kabupaten dan kota antara lain Batipuh dan X Koto kedalam wilayah Kabupaten Tanah Datar, sehingga Padang Panjang hanya merupakan tempat kedudukan Wedana yang mengkoordinir Kecamatan X Koto. Pada tahun 1957 dilantik Walikota pertama dan sebagai Daerah Otonom sesuai Keputusan DPRD Nomor 34/K/DPRD-1957 dibentuk 4 (empat) resort dan masing-masing resort dengan Keputusan DPRD Kota Praja Nomor 12/K/DPRD-PP/57 yang membawahi 4 (empat) jorong sebagai berikut : - Resort Gunung meliputi :Jorong Ganting, Jorong Sigando, Jorong Ekor Lubuk dan Jorong Ngalau. Resort Lareh Nan Panjang meliputi :Jorong Tanah PakLambik, Jorong Guguk Malintang dan Jorong Koto Panjang, Jorong Koto Katik. Resort Pasar meliputi :Jorong Pasar Baru, Jorong Pasar Usang, Jorong Tanah Hitam dan Jorong Balai-Balai. Resort Bukit Surungan :Jorong Silaing Bawah, Jorong Silaing Atas, Jorong Kampung Manggis dan Jorong Bukit Surungan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 istilah Kota Praja diganti menjadi Kotamadya dan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1982, tentang Susunan dan Tata Kerja Pemerintahan Kelurahan, maka penamaan resort diubah menjadi kecamatan dan jorong diubah menjadi kelurahan. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1982, wilayah administrasi Kota Padang Panjang dibagi kedalam 2 (dua) kecamatan dan 16 (enambelas) kelurahan. 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Geografis Secara geografis, Kota Padang Panjang terletak 0026 48,30’ Lintang Selatan sampai dengan 0029’ 31,94 Lintang Selatan dan 100 0 20’ sampai dengan 100 0 dan berada pada ketinggian 550900 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara administrasi1 Kota Padang Panjang memiliki luas ±23,00 km2 setara dengan ±2.300 Ha (Data BPS) dan ± 2.973,54 Ha (Data Peta RTRW), yang mencakup 2 kecamatan yaitu Kecamatan Padang Panjang Barat dan Kecamatan Padang Panjang Timur dimana masing-masing terdiri dari 8 (delapan) kelurahan. Secara administrasi Kota 1 Dengan belum disepakatinya batas wilayah administrasi antara Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar, maka peta RTRW Kota Padang Panjang menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai peta dasar sehingga terdapat perbedaan luas wilayah dengan data BPS. Padang Panjang berdasarkan peta Jantop + sebagian wilayah Kelurahan Sigando dan Ekor Lubuk mempunyai batas sebagai berikut : Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batipuh (Kabupaten Tanah Datar) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar) dan Kecamatan 2x11 Kayu Tanam (Kabupaten Padang Pariaman) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar) Tabel 2.1 Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan Dan Kelurahan No I Wilayah Luas (RTRW) Ha % 975,00 42,39 1.369,83 46,07 261,00 11,35 286,42 9,63 2 Kel. Silaing Atas 54,00 2,35 16,60 0,56 3 Kel. Pasar Usang 59,00 2,57 155,45 5,23 316,00 13,74 526,24 17,70 5 Kel. Tanah Hitam 72,00 3,13 236,67 7,96 6 Kel. Pasar Baru 23,00 1,00 14,82 0,50 121,00 5,26 102,90 3,46 69,00 3,00 30,73 1,03 1.325,00 57,61 1.603,71 1 Kel. Koto Panjang 133,00 5,78 235,66 7,93 2 Kel. Koto Katik 101,00 4,39 220,57 7,42 3 Kel. Ngalau 145,00 6,30 180,54 6,07 4 Kel. Ekor Lubuk 280,00 12,17 254,07 8,54 5 Kel. Sigando 140,00 6,09 179,82 6,05 6 Kel. Ganting 310,00 13,48 362,66 12,20 7 Kel. Guguk Malintang 190,00 8,26 154,18 5,19 26,00 1,13 16,21 0,55 2.300,00 100,00 2.973,54 Kecamatan Padang Panjang Barat 1 Kel. Silaing Bawah 4 Kel. Kampung Manggis 7 Kel. Bukit Surungan 8 Kel. Balai-balai II Luas (BPS) Kecamatan Padang Panjang Timur 8 Kel. Tanah Pak Lambik Jumlah Ha Sumber : Data BPS dan Hasil Perhitungan secara Planimetris (Peta Jantop) Gambar 2.1 Peta Orientasi Kota Padang Panjang % 53,93 100,00 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Padang Panjang Kondisi Fisik Kota Padang Panjang terletak pada ketinggian berkisar antara 550-900 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan peta kemiringan lahannya, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kemiringan lahan 0-2%terdapat di bagian barat dan tengah Kota Padang Panjang dengan luas sekitar 66,49 Ha atau 2,30% dari seluruh luas wilayah Kota Padang Panjang. 2. Kemiringan lahan 2-15%membentang dari barat ke timur di bagian tengah Kota Padang Panjang dengan luas sekitar 479,70 Ha atau 16,13% dari seluruh luas wilayah Kota Padang Panjang. Kemiringan Lahan 15-40% membentang dari barat ke timur dengan luas sekitar 1.072,31 Ha atau 36,06% dari seluruh wilayah Kota Padang Panjang. Kemiringan Lahan >40% membentang dari utara ke selatan dengan Luas lahan sekitar 1.353, 04 Ha atau 45,50% dari seluruh wilayah Kota Padang Panjang. 3. 4. Hasil Kajian Penilaian Resiko Bencana Gempa Bumi dan Bahaya Gunung Berapi di Kota Padang Panjang tahun 2006 (Pusat Survei Geologi dan Bappeda Kota Padang Panjang), maka secara umum formasi Geologi Kota Padang Panjang terdiri dari batuan malihan (± 1.362,77 Ha), batuan tufaan aliran piroklastik (± 911,87 Ha), batuan tufaan (± 455,99 Ha), dan lahar II (± 69,48 Ha). Kemudian dari struktur geologinya terdapat satu sesar aktif yang melewati Kota Padang Panjang yaitu sesar Bukit Jarat dan satu lagi berdekatan dengan Kota Padang Panjang (pada bagian timur) yaitu Sesar Sumatera. Berdasarkan peta tanah Kota Padang Panjang (BPN Kota Padang Panjang, 2006), maka wilayah Kota Padang Panjang tersusun oleh 2 (dua) jenis tanah yaitu jenis tanah andosol dan jenis tanah podsolik. Karakteristik jenis tanah dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Andosol : merupakan jenis tanah dengan sifat fisik yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman, dikenal merupakan tanah nomor satu untuk produksi pertanian. Tanah ini merupakan hasil pelapukan bahan vulkanik termasuk vulkanik, di wilayah Kota Padang Panjang. Jenis tanah ini hasil pelapukan tufa volkanik termasuk volkanik muda. Kedalaman efektif tanah sangat dalam (>90 cm), tekstur pasir berlempeng, lempung dan lempung berpasir, struktur lemah, konsistensi rendah sampai sedang. Jenis tanah andosol memiliki drainase yang baik (tidak pernah tergenang), kepekaan terhadap erosi atau erodilbilitas tanah sedang sampai tinggi. Jenis tanah ini mempunyai morfologi pendataran dan bergelombang dengan lereng <40%. Luas jenis tanah andosol ini di Kota Padang Panjang adalah 2.098,51 Ha 2. Podsolik : merupakan jenis tanah yang terbentuk dari batuan karbonat, membentuk morfologi perbukitan dengan lereng >40%, sebagian kecil mempunyai lereng 15-40%. Kedalaman efektif tanah 30 sampai 60 cm sampai lebih dari 90 cm, di lereng utara terdapat tanah dengan kedalaman efektif <30cm. Tekstur liat, liat berlempung dan liat lempung berpasir, struktur pejal, konsistensi tinggi. Jenis tanah podsolik mempunyai drainase baik (tidak pernah tergenang) dan mempunyai kepekaaan erosi tinggi. Luas jenis tanah podsolik ini di Kota Padang Panjang adalah 875,03 Ha Kondisi Curah Hujan Kota Padang Panjang merupakan dataran tinggi yang berada pada ketnggian antara 650 sampai 850 meter. Dengan posisinya yang diapit oleh tiga gunung, yaitu Gunung Merapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Tandikat menyebabkan daerah ini beriklim sejuk dengan tem‐ peratur udara pada tahun 2011 berkisar dari 19,010C sampai 28,100C. Selama tahun 2011 jumlah curah hujan di Kota Padang Panjang adalah 4.825 mm dengan total hari hujan 270 hari. Curah hujan ternggi terjadi di bulan Nopember dengan curah hujan 838,7 mm dengan total hari hujan 28 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan Juli dengan jumlah curah hujan 117,8 mm dengan total hari hujan 13 hari. Curah Hujan Kota Padang Panjang periode 2017-2011 disajikan dalam tabel 2.2 berikut. Tahun Curah Hujan Hari Hujan 2007 4 762,0 268 2008 3755,2 252 2009 3673,3 245 2010 4829,6 274 2011 4825,0 270 Tabel 2.2 Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2007 - 2011 (mm) Sumber : Padang Panjang Dalam Angka. Secara regional (konteks provinsi), Kota padang panjang termasuk dalam 2 wilayah sungai (WS) yaitu WS Akuaman pada bagian barat dan WS Indragiri pada bagian timur. Adapun secara lokal, terbagi atas 4 daerah aliran sungai (DAS) meliputi : 1. DAS Batang Anai berlokasi dibagian barat membentang dari utara-selatan dengan arah aliran dominan dari utara ke selatan dengan luas 376,23 Ha. 2. DAS Sungai Andok berlokasi dibagian tengah (barat) membentang dari utara-selatan dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan luas 935,83 Ha. 3. DAS Batang Rupit berlokasi dibagian tengah membentang dari utara-selatan dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan luas ± 942,98 Ha. DAS Batang Sikakeh berlokasi di bagian timur membentang dari utara-selatan dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan luas ± 545,07 Ha. 4. Tabel 2.3 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Padang Panjang Nama DAS Luas (Ha) DAS Batang Anai 382,8 DAS Batang Rupit 939,47 DAS Batang Sikakeh 721,82 DAS Sungai Andok 931,46 2.2 Demografi Berdasarkan data BPS Kota Padang Panjang tahun 2011, jumlah penduduk Kota Padang Panjang sebesar 47.619 Jiwa. Kecamatan Padang Panjang Barat mempunyai penduduk paling banyak, yaitu 27.995 Jiwa. Rumus untuk menghitung proyeksi penduduk 5 tahun: Pt = Po (1 + r ) t Keterangan: Pt = jumlah penduduk pada tahun t (2016). Po = jumlah penduduk pada tahun awal (2011) r = angka pertumbuhan penduduk t = waktu (5) Tabel 2.4 Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 - 5 tahun terakhir Tingkat Jumlah Penduduk Jumlah KK Nama Kecamatan Tahun Pertumbuhan Kepadatan pddk Tahun Tahun Tahun 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Kec. Padang Panjang Barat 33.642 27.637 27.995 6.728 5.527 5.599 1,59 1,59 1,59 3.450 2.838 2883 Kec. Padang Panjang Timur 21.238 19.371 19.624 4.247 3.874 3.925 1,59 1,59 1,59 1.603 1.464 1 487 Sumber: Bappeda Kota Padang Panjang,Tahun 2012 Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2011 2012 2013 2011 Jumlah KK Tahun 2012 2013 Tingkat Pertumbuhan Tahun 2011 2012 2013 Kec. Padang Panjang Barat 27.995 28.440 29.352 5.599 5.778 5.964 1,59 1,59 1,59 Kec. Padang Panjang Timur 19.624 19.936 20.575 3.925 4.051 4.181 1,59 1,59 1,59 Kepadatan Pddk Tahun 2011 2012 2883 2.975 1487 Sumber: Bappeda Kota Padang Panjang, Tahun 2012 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Bagian ini menjelaskan kondisi keuangan dan perekonomian daerah meliputi: pendapatan dan belanja modal sanitasi daerah, kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal/ruang fiskal, data peta perekonomian dan data realisasi belanja modal sanitasi setiap SKPD. 1.535 Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten/Kota Padang Panjang Tahun 2007 – 2011 No Realisasi Anggaran 2007 2008 226.007.909.128 259.142.188.177 Tahun 2009 2010 2011 282.795.579.979 306.137.811.129 346.247.178.766 A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) a.1 a.1.1 a.1.2 10.950.768.213,00 777.457.364,00 3.351.676.340,00 13.457.505.873,00 1.499.659.153,00 4.261.023.288,00 23.924.518.839,00 2.268.060.548,00 11.940.450.384,00 27256576914 1.917.440.696 14.258.689.299 30507444996 3001438960 18347203137 1.221.892.458,00 1.597.438.147,00 1.986.512.451,00 2.225.932.744 3693671811 a.1.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan daerah yang sah 5.599.742.051,00 6.099.385.285,00 7.729.495.456,00 8.854.514.175 5465131088 a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 210.159.196.555,00 239.306.486.285,00 250.249.556.062,00 270.466.319.231 292.080.142.121 a.2.1 a.2.2 Dana bagi hasil Dana alokasi umum 16.908.934.355 170.405.462.200 17.212.198.285 192.699.288.000 27.388.816.000 197.866.958.000 19.412.696.831 213.332.947.400 17.972.631.041 239.694.890.000 a.2.3 Dana alokasi khusus 22.844.800.000 29.395.000.000 38.192.000.000 37.720.675.000 13.411.350.000 a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 4.897.944.359 5.711.699.786 7.729.495.456 8.414.914.984 23.659.591.647 a.3.1 a.3.2 Hibah Dana darurat a.1.3 a.3.5 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya B b.1 b.1.1 b.1.2 Belanja (b1 + b.2) Belanja Tidak Langsung Belanja pegawai Bunga b.1.3 b.1.4 b.1.5 b.1.6 b.1.7 Subsidi Hibah Bantuan sosial Belanja bagi hasil Bantuan keuangan b.1.8 b.2 Belanja tidak terduga Belanja Langsung b.2.1 b.2.2 b.2.3 Belanja pegawai Belanja barang dan jasa Belanja modal C Pembiayaan a.3.3 a.3.4 Surplus/Defisit Anggaran Rata2 pertumbuhan 32% 9% 60% 130.000.000 4.107.878.684 5.404.099.786 6.399.018.430 9.147.961.647 14.047.292.000 790.065.675 307.600.000 1.330.477.026 8.414.914.984 334.338.000 196.536.428.927 94.271.138.620 72.084.516.665 248.443.302.616 120.495.175.904 93.624.473.936 964.336.711 276.666.792.997 134.440.572.842 110.459.910.818 1.252.995.334.366 979.022.103.275 22.338.658.550 - 345.360.001.873 176.465.692.876 157.675.980.693 645.663.950 20.320.774.705 7.961.494.557 16.857.975.700 366.250.000 1.086.895.000 13.456.559.373 942.040.785.352 1.186.100.000 853.933.300 102.265.290.307 127.948.126.712 142.226.220.155 273.973.231.091 2.184.815.081 168.894.308.997 18.013.197.507 23.724.692.110 60.527.400.690 17.293.857.950 37.851.363.832 72.802.904.930 19.036.054.143 60.067.772.299 63.122.393.713 132.717.171.922 60.824.710.857 80.431.348.312 25.975.974.379 76.499.856.581 66.418.478.037 3.014.724.294.156,00 5.699.059.463.767,00 6.690.875.689.931,00 6.739.295.785.224 52330913117 2.947.148.020.111,00 1.069.881.556.164,00 4.015.996.506,78 (14.237.145.734) 14.746.671.150 9.233.990.874 80% 146% 6.530.975.959 9.226.021.143 847.900.000 887176892 23% 2% -181% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Padang Panjang, Tahun 2012 Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kota Padang Panjang Tahun 2007 – 2011 No 1.a 1.b 2.a 2.b 3.a 3.b 4.a 4.b 2007 SKPD Tahun 2009 2008 2010 2011 Rata2 pertumbuhan 1 PU-CK Investasi operasional/pemeliharaan (OM) 2 KLH Investasi operasional/pemeliharaan (OM) 3 Dinas Kesehatan Investasi operasional/pemeliharaan (OM) 4 RSUD Investasi operasional/pemeliharaan (OM) 1.828.638.676 97.244.000 1.731.394.676 1.634.103.650 51.200.000 1.582.903.650 41.775.500 41.775.500 41.775.500 41.775.500 2.966.536.500 864.242.000 2.102.294.500 160.419.950 160.419.950 35.435.100 35.435.100 35.435.100 35.435.100 2.983.245.500 576.377.000 2.406.868.500 107.943.100 107.943.100 49.448.725 49.448.725 49.448.725 49.448.725 4.349.923.700 1.722.325.500 2.627.598.200 344.397.110 100.650.000 243.747.110 70.390.975 70.390.975 70.390.975 70.390.975 7.075.535.000 2.372.949.000 4.702.586.000 393.535.910 103.340.000 290.195.910 68.375.500 68.375.500 68.375.500 68.375.500 43% 8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) 3.546.293.326 3.197.826.650 3.190.086.050 4.835.102.760 7.605.821.910 25% Pendanaan investasi sanitasi 9 Total (1a+2a+3a+…na) 148.444.000 864.242.000 576.377.000 1.822.975.500 2.476.289.000 175% 3.397.849.326 2.333.584.650 2.613.709.050 3.012.127.260 5.129.532.910 17% 102.265.290.307 127.948.126.712 142.226.220.155 273.973.231.091 168.894.308.997 23% Proporsi Belanja Sanitasi – 12 Belanja Langsung(8/11) 3% 2% 2% 2% 5% 24% 13 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (9/8) 4% 27% 18% 38% 33% 152% 14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8) 96% 73% 82% 62% 67% -7% 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) 11 Belanja Langsung 28% 16% 16% Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Kota Padang Panjang Tahun 2007 – 2011 No Deskripsi 1 Total Belanja Kabupaten/Kota 2 Jumlah Penduduk Sanitasi Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 2007 2008 3.546.293.326 3.197.826.650 52018 54218 68.174,35 58.980,90 Tahun 2009 2010 Rata-rata 2011 3.190.086.050 4.835.102.760 7.605.821.910 4.475.026.139 56.889 49.018 49.630 52.355 56.075,62 98.639,33 153.250,49 87.024,14 Sumber: DPPKAD Kota Padang Panjang, Tahun 2012 bel 2.8 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten/Kota Tahun 2007- 2011 No Deskripsi Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 373.248 ,75 420.842 ,59 446700,2 8 17,49 19,53 21,850 1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 351.2 27,59 373.248 ,75 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 13,90 15,51 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,38 6,27 6,32 6,05 6,11 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padang Panjang, Kota Padang Panjang Tahun 2012 2.4 Tata Ruang Wilayah Berdasarkan visi dan misi, karakteristik wilayah serta isu strategis, maka ada lima aspek yang menjadi kata kunci utama dalam perumusan tujuan penataan ruang Kota Padang Panjang yaitu lingkungan, islami, pendidikan, kesehatan, wisata dan mitigasi bencana. Sehingga hasil rumusan tujuan penataan ruang Kota Padang Panjang adalah : mewujudkan Kota Padang Panjang sebagai Kota Tujuan Pendidikan, Kesehatan, dan Wisata yang Islami didukung oleh perekonomian berbasis masyarakat dengan memperhatikan mitigasi bencana serta berwawasan lingkungan Berdasarkan Tujuan penataan ruang wilayah, karakteristik wilayah dan kapasitas sumber daya wilayah Kota Padang Panjang serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait, maka kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Padang Panjang adalah sebagai berikut : A. Kebijakan pengembangan Struktur Ruang, meliputi : 1. Peningkatan pusat-pusat pelayanan kegiatan yang merata dan berhirarki dengan strategi sebagai berikut : a. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan baru pada wilayah bagian timur kota. b. Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan. c. Mengoptimakan fungsi pusat-pusat kegiatan yang sudah ada. 2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan dengan strategi sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi regional dan lokal serta keterpaduan antar moda. b. Mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi terutama pada wilayah bagian timur kota. c. Meningkatkan jaringan energi/listrik terutama pada wilayah bagian timur kota dan mengembangkan sistem pembangkit listrik berbasis sumber daya air. d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air baik untuk kegiatan perkotaan maupun untuk kegiatan non perkotaan (pertanian). e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perkotaan yang meliputi air minum, air limbah, drainase, persampahan dan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan jalur evakuasi bencana. B. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang, meliputi : 1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung meliputi : a. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi kawasan lindung dengan strategi sebagai berikut : Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya dan ketentuan peraturan yang berlaku. Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya; Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. b. 2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan kawasan lindung dengan strategi sebagai berikut : Menyelenggarakan upaya terpadu yang melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk melestarikan fungsi kawasan lindung. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik kawasan lindung yang mengakibatkan terganggunya fungsi kawasan lindung tersebut. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat tetapi tidak mengurangi fungsi kawasan lindung. Mengembangkan kerjasama dengan daerah berbatasan dalam mempertahankan dan meningkatkan fungsi lindung. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya meliputi : a. Perwujudan kawasan budidaya yang berbasis mitigasi bencana dengan strategi sebagai berikut : Membangun pemahaman masyarakat tentang kebencanaan Kota dan mewujudkan pengelolaan kebencanaan berbasis masyarakat; dan Meningkatkan fungsi dan kualitas bangunan publik dan perumahan yang antisipatif terhadap bencana. b. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya dengan strategi sebagai berikut : Menetapkan kawasan budidaya yang merupakan sektor unggulan yaitu Pendidikan, Kesehatan dan Wisata untuk mendorong pengembangan perekonomian kota. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pelayanan sarana pendidikan, kesehatan dan wisata sehingga bertaraf internasional Mengembangkan kawasan budidaya yang mendukung kegiatan sektor unggulan yaitu perdagangan dan jasa serta industri yang berbasis masyarakat. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Mempertahankan kawasan budidaya yang dapat mendukung dan bersinergi dengan kegiatan sektor unggulan. Mengembangkan kerjasama dengan daerah berbatasan dalam pengembangan kawasan budidaya. c. Pengendalian perkembangan kawasan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan strategi sebagai berikut : Mencegah dan menindak pengembangan kawasan budidaya pada kawasan lindung yang dapat merusak fungsi kawasan lindung tersebut. Membatasi perkembangan kawasan budi daya (kawasan terbangun) di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana. Mengembangkan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan atau setiap pengembangan kawasan budidaya selalu dilengkapi dengan dokumen kelayakan lingkungan. Gambar 2.5 Peta Rencana Pusat Layanan Kota Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kota Kawasan Rawan Bencana Yang dimaksud dengan kawasan rawan bencana dalam pola ruang RTRW Kota Padang Panjang adalah kawasan rawan longsor berfungsi untuk meminimasi dampak bencana longsor berlokasi pada daerah dengan kemiringan lahan > 40% dengan total luas ± 463,36 Ha. Lokasi kawasan ini berlokasi tersebar dan paling banyak pada wilayah bagian barat. Kawasan rawan longsor ini diarahkan sebagai lokasi pengembangan hutan kota. 2.5 Sosial dan Budaya Kondisi sosial budaya menggambarkan keadaan prasarana pendidikan, jumlah penduduk miskin, serta kawasan kumuh yang terdapat di wilayah Kota Padang Panjang Tabel 2.9: Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota Jumlah Sarana Pendidikan Nama Kecamatan Umum SD SLTP Agama SMA SMK MI MTs MA Kec. Padang Panjang Barat 21 7 1 1 1 3 3 Kec. Padang Panjang Timur 16 4 5 4 1 3 6 Sumber: Data GIS Padang Panjang 2011 Jumlah KK miskin Kota Padang Panjang tahun 2011 adalah 1.677 (lebih kurang 18%) dari jumlah KK yang ada. Rincian distribusi KK miskin per Kecamatan disajikan dalam Tabel 2.10 berikut. Tabel 2.10: Jumlah penduduk miskin per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) Kec. Padang Panjang Barat 706 Kec. Padang Panjang Timur 971 Sumber: PPLS, Tahun 20112 Jumlah rumah per kecamatan di Kota Padang Panjag disajikan pada tabel 2.11 berikut: Tabel 2.11: Jumlah rumah per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Kec. Padang Panjang Barat 6334 Kec. Padang Panjang Timur 4688 Sumber: Padang Panjang Dalam Angka Tahun 2011 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Kelembagaan Pemerintah Kota Padang Panjang dapat dilihat dalam struktur organisasi, sebagaimana tersebut dalam Perda Nomor 9 Tahun 2011. Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Padang Panjang 2012 Gambar 2.1: Struktur organisasi pemerintah daerah Kota Padang Panjang Pembangunan sanitasi dilaksanakan oleh beberapa SKPD di Kota Padang Panjang, terutama oleh dinas Pekerjaan Umum, Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang. Gambar 2.8 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang 2 Dalam data PPLS 2011 terdapat tiga kategori KK miskin, yaitu: sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Data yang digunakan dalam tabel 2.10 adalah penjumlahan kategori sangat miskin dan miskin. Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Padang Panjang 2012 Gambar 2.9 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Padang Panjang 2012 Gambar 2.10 Struktur Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Padang Panjang 2012