BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sistem Informasi a. Definisi Sistem Informasi 1) Sistem Informasi adalah suatu cara yang sudah tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan untuk organisasi bisnis dengan cara yang menguntungkan (Jogiyanto, 2007). Berdasarkan definisi ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah seperangkat tata cara metodologi, organisasi, software dan hardware untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan menguntungkan. Sistem informasi yang canggih belum tentu membantu bila yang terkait dan pengambilan keputusan tidak ikut serta dengan dinamika kecanggihan. b. Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Sistem informasi berguna di berbagai tingkatan organisasi, diantaranya: 1) Mengolah transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan, 2) Mengolah berbagai laporan penting dari transaksi, 10 11 3) Mempertahankan persediaan pada tingkat paling rendah agar konsistensi dalam menjaga produk mereka (Rustiyanto, 2011). Sedangkan tujuan dari sistem informasi: 1) Menyediakan informasi yang dipergunakan didalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. 2) Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. 3) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Ketiga tujuan itu menunjukan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (Rustiyanto, 2011). 12 c. Komponen Sistem Informasi Tabel 2.1 Komponen Sistem Informasi No. Komponen Penjelasan 1. Data Data harus akurat dan yang penting data benar, jangan data berupa sampah. 2. Masukan Masukan harus dikode dengan jelas sesuai kebutuhan, dan dengan cara tertentu. Input disini adalah semua data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi. 3. Proses Harus jelas diproses dengan cara apa, dan alat apa, perangkat keras dan perangkat lunak serta teknisi sesuai. 4. Keluaran Keluaran harus jelas dan memenuhi ciri-ciri informasi yang baik. Output merupakan semua keluaran atau hasil dari model yang sudah diolah menjadi suatu informasi yang berguna dan dapat dipakai penerima. 5. Tujuan Keluaran yang dihasilkan harus sesuai dengan tujuan, agar dapat dimanfaatkan. 6. Pemakai Pemakai harus terlatih informasi yang terbentuk. 7. Model Cara pengolahan, dengan logika, perhitungan atau pengolahan kata, atau tata letak. 8. Teknologi Komputerisasi jenis apa, atau manual. Teknologi disisi merupakan bagian yang berfungsi untuk memasukkan input, mengolah input dan menghasilkan keluaran. 9. Pengendali Bagaimana mencegah kehilangan data. Sumber : Dr.dr.H. Boy S. Sabarguna (2005) memanfaatkan kecurian data, 13 2. Manajemen Istilah manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsifungsi yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan. Fungsi-fungsi ini lazimnya disebut merancang, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan. Melalui manajemen, kegiatan-kegiatan kerja organisasi itu diselesaikan secara efisien dan efektif (Robbins, 1999). Manajemen profesional berarti melaksanakan manajemen dengan tata cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka memerlukan orang yang terlatih pula secara benar dan tepat. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang berorientasi pada pasien, dan menjagamutu pelayanan perlu dengan manajemen yang handal. Dengan demikian segala hal yang diperlukan akan tersedia dalam bentuk: a. Tepat jumlah. b. Tepat waktu. c. Tepat sasaran. 3. Sistem Informasi Manajemen (SIM) a. Definisi SIM Menurut Rustiyanto (2011) dalam bukunya menjelaskan bahwa SIM merupakan jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu organisasi dan disahkan bila diperlukan 14 untuk memberikan data kepada manajemen untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan. Kemudian data-data tersebut diolah oleh manajemn untuk menjadi suatu informasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated), untuk menyejikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 1984 dalam Rustiyanto, 2011). Informasi itu sendiri disiapkan untuk mendukung pembuatan keputusan, tetapi hanya sedikit sekali yang memberi umpan balik yang berguna bagi manajemen dalam memberi gambaran tentang kinerjanya. Pada umumnya hal ini disebabkan oleh tidak adanya sistem manajemen yang dapat dijadikan landasan untuk SIM tersebut. Sistem informasi manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Komponen dalam sistem informasi manajemen berupa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), sumberdaya manusia dan sistem prosedur. Sistem informasi dapat diketahui berjalan atau tidaknya dengan cara evaluasi. Evaluasi sistem informasi pada hakekatnya merupakan pengujian terhadap pengendalian infrasutruktur sistem informasi yang aspek yang 15 diperiksa menyangkut efektivitas, efisiensi, availability system, reliability, confidentially, dan integrity serta aspek security (Nugroho, 2008). SIM harus dibangun berlandaskan sistem manajemen organisasinya yang mencakup: 1) Misi yang jelas. 2) Rencana strategis yang telah dijabarkan menjadi rencana operasional dengan sasaran yang jelas. 3) Struktur dan prosedur untuk perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 4) Semua manifestasi dari sebuah organisasi dan manajemen yang dinamis terhadap perubahan lingkungan. Sistem informasi manajemen digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi untuk pengolahan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya; lapisan berikut terdiri dari sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari, lapisan ke tiga terdiri dari sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen; dan lapisan puncak terdiri dari sumber daya informasiuntuk mendukung perencanaan dan perumusan manajemen (Pralystia, 2009). kebijakan oleh tingkat puncak 16 Soeparto Adikoesnomoe dalam Rustiyanto (2011) menyampaikan bahwa SIM adalah suatu sistem yang menggunakan komputer sebagai dasar untuk menghasilkan informasi yang diperlukan manajer. Informasi yang dihasilkan akan menggambarkan apa yang telah dicapai pada waktu yang lalu, apa yang sedang dikerjakan sekarang, dan kegiatan dimasa mendatang. SIM adalah salah satu sumber daya organisasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan manajer dalam organisasi tersebut. Dalam bukunya Tjandra Yoga Aditama “Manajemen Administrasi Rumah Sakit” edisi kedua 2006, bahwa menurut JR Griffith dalam buku The Well Managed Community Hospital (1987) menyebutkan bahwa sistem informasi punya peran penting dalam sistem pengawasan melalui tiga pendekatan: 1) SIM akan mempercepat dan meningkatkan akurasi transaksi karena semua terekam dan terkomunikasikan antar berbagai unit. 2) SIM dapat menyajikan data mutakhir yang ada dan membandingkannya dengan ekspektasi/rencana/standar. 3) SIM dapat merekam data yang benar sehingga memungkinkan pemahaman yang menyeluruh untuk penyesuaian bila diperlukan. Konsep SIM dapat dipandang sebagai suatu perluasan mendasar dari akuntansi manajemen, dengan mengikutsertakan gagasan dan teknik ilmu manajemen, teori prilaku manajemen, dan pengambilan 17 keputusan. Ditambah dengan kemampuan komputer maka lengkaplah perwujudan gagasan SIM ini (Aditama, 2006). J.A. Willan dalam buku Hospital Management (1990) dalam Tjandra Yoga Aditama (2006) menyampaikan bahwa informasi dapat digunakan untuk mengambil keputusan melalui 7 tahapan, yaitu: 1) Mengidentifikasi masalah secara jelas. 2) Mengumpulkan informasi yang relevan. 3) Mencari informasi dengan konsultasi pihak lain. 4) Evaluasi informasi. 5) Mengembangkan alternatif keputusan. 6) Menentukan pilihan keputusan terbaik berdasarkan informsi. 7) Mengimplementasikan keputusan. b. Peran SIM Pelayanan klinik belakangan ini mengandalkan informasi secara intensif. Informasi memainkan peran vital dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi dapat digunakan sebagai sarana strategis untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pelanggan disuatu organisasi dapat berupa pelanggan internal dan juga eksternal. Pelanggan internal adalah pemilik, pimpinan dan seluruh karyawan klinik itu sendiri. Sementara itu, pelanggan eksternal adalah pasien dan keluarganya, rekanan pemasok dan juga masyarakat luas. 18 Rowland (1984) dalam Rustiyanto (2011), menyebutkan bahwa peran SIM dapat berfungsi medikal maupun bisnis. Untuk setiap fungsi, SIM dapat berperan baik dalam sistem transaksi, perencanaan oprasional, sistem pengawasan serta perencanaan strategis. Rekam medis sebagai salah satu bentuk SIM berperan penting dalam peningkatan mutu pelayanan dalam beberapa aspek, sebagai berikut: 1) Aspek administratif; 2) Aspek hukum; 3) Aspek keuangan; 4) Aspek riset dan edukasi; 5) Aspek dokumentasi. J.R. Griffith menyatakan bahwa SIM amat berperan dalam akuntansi manajemen dan jugga audit medik. Akuntansi manajemen meliputi: 1) Penagihan pembayaran pasien; 2) Pembayaran gaji dan insentif sesuai beban kerja; 3) Pemesanan logistik rumah sakit; 4) Pengurusan dengan pihak ke tiga dalam asuransi; dan 5) Perencanaan keuangan. Dalam hal audit medik, SIM amat diperlukan mengingat terjadinya tiga hal penting. 19 1) Teknologi kedokteran kini makin berkembang, makin kompleks, makin kuat, makin punya resiko bahaya, dan makin mahal, karena itu memerlukan pengawasan yang ketat. 2) Teknologi informasi kian canggih sehingga memungkinkan melakukan pengawasan ketat dengan biaya yang wajar. 3) Situasi lingkungan yang mengharuskan pelayanan kesehatan di klinik dilakukan seefektif mungkin dan seefisien mungkin. c. Manfaat SIM dalam keberlanjutan bisnis Binti Lope (2016), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Informasi khususnya sistem informasi manajemen diperlukan oleh manajemen organisasi atau perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan organisasi ataupun perusahaan. Pentingnya informasi karena informasi menentukan keberhasilan implementasi strategi merupakan dalam organisasi. hal pengambilan terpenting keputusan Keberhasilan yang dan pengambilan keputusan dan implementasi strategi organisasi atau perusahaan berkaitan dengan profitabilitas perusahaan, keberlanjutan kehidupan perusahaan dan juga peningkatan daya saing perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Dalam penelitiannya juga Binti Lope (2016), menjelaskan bahwa Informasi merefleksikan kebutuhan dari organisasi secara spesifik. Ketika informasi diolah menjadi alat pengambilan keputusan, sistem informasi merupakan mekanisme untuk meyakinkan bahwa informasi 20 tersebut dapat digunakan oleh manajer dalam bentuk yang mereka inginkan dan kapanpun mereka butuhkan. Sistem informasi membantu aktivitas pengambilan keputusan di dalam organisasi lebih cepat dan akurat. Sedangkan menurut Balaraman (2013), Sistem mananjemen informasi di suatu instansi kesehatan memberikan manfaat operasi yang sangat efektif dan efisien dalam penggunaanya. Kegunaan SIM dari suatu instansi kesehatan yaitu dapat memberikan peningkatan administrasi & control, perawatan pasien unggul, pengendalian biaya yang ketat dan peningkatan profitabilitas. 4. Data 1) Definisi Data Data berasal dari kata jamak datum dalam baha inggris berarti suatu yang diketahui atau diaanggap. Sesuatu yang telah terjadi disebut fakta. Sedangkan menurut Austin CJ dalam Pralystia (2009), data adalah fakta kasar atau gambaran yang dikumpulkan dari keadaan tertentu, jadi data adalah fakta, belum diolah dan kasar. 2) Syarat Data Syarat dari sebuah data dianggap baik dan berguna adalah sebagai berikut: a) Data harus obyektif, artinya data itu menggambarkan seperti apa adanya. b) Data harus mewakili. 21 c) Data harus mempunyai kesalahan baku (standar error) yang kecil (apabila data merupakan suatu perkiraan). Kesalahan baku merupakan simpangan baku suatu perkiraan dan digunakan untuk mengukur tingkat ketelitian. Makin kecil kesalahan baku suatu perkiraan, makin telitilah perkiraan tersebut. d) Data harus tepat waktu, syarat tepat waktu penting sekali jika data tersebut akan digunakan untuk mengontrol pelaksanaan danperencanaan sehingga persoalan yang terjadi dapat diketahui untuk segera diatasi, dikoreksi dan dipecahkan. e) Data harus mempunyai hubungan dengan persoalan yang akan dipecahkan. 3) Sifat Data Adapun sifat-sifat data, yaitu: a) Sifat Epidemiologis, ada tiga aspek: i. Waktu yaitu saat kejadian yang dicatat dan dilaporkan. ii. Tempat yaitu lokasi kejadian yang dicatat dan dilaporkan iii. Orang yaitu siapa atau subjek pencatatan dan pelaporan. b) Sifat cakupan data yang dicatat dan dilaporkan: i. Apakah cakupan waktu bersifat tunggal/potongan waktu. ii. Majemuk: bersifat rangkaian waktu. iii. Cakupan tempat bersifat spesifik: mewakili suatu daerah tertentu. iv. Cakupan orangnya: kelompok/perorangan. 22 4) Sumber Data Menurut Margianti (1996) dalam Pralystia (2009), berdasarkan sumbernya, data dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu: a) Data internal adalah data yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri. b) Data eksternal adalah data yang berasal dari sumber-sumber yang berada diluar organisasi itu sendiri. 5) Pengalih-bentukan Data menjadi Informasi Untuk dapat dijadikan suatu informasi, maka data harus melalui beberapa tahapan/kegiatan. Menurut McLeod (2005), ada empat langkah pokok pengalibentukan data menjadi informasi, yaitu sebagai berikut: a) Pengumpulan Data Proses dimulainya pencatatan semua data yang diperlukan untuk membentuk sebuah informasi yang diperlukan. Pencatatan ini bisa dilakukan secara individu maupun secara kelompok. Pengumpulan data secara individu, contoh pendaftaran pasien, mengumpulkan data dengan pencatatan dan identitas pasien. Pencatatan secara kelompok dilakukan dengan melakukan pencatatan sesuai kelompok pelayanan contohnya sensus harian masuk dan pulang pasien. Kemudian pencatatan oleh unit-unit pelaksana dan pengumpulan data dari unit-unit pelaksana disampaikan ke pengelola data informasi. 23 b) Pengolahan Data Pada tahap ini data diolah menjadi informasi sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan, dalam bentuk-bentuk penyajian yang sesuai. Termasuk disini dilakukannya perhitungan –perhitungan tentang bagaimana penyimpanannya, cara penelusuran kembali bila data tersebut kemudian diperlukan lagi, serta pemeliharaan data. Proses pengolahan data harus melalui beberapa tahapan yaitu: i. Penyuntingan/editing Editing adalah kegiatan pemeriksaan terhadap kesalahankesalahan yang terjadi dalam pengisisan. Tujuannya untuk memperbaiki data yang salah. ii. Pengkodean/coding Adalah kegiatan pemberi kode/simbol pada keteranganketerangan tertentu. iii. Pengolahan data Pengolahan data dimulai dari memasukkan data kedalam file tertentu secara manual atau ke dalam hardisk dengan bantuan komputer. iv. Analisa data Sebelum dilakukan analisa perlu dilakukan pemeriksaan sekali lagi (cleaning data) apakah masih terdapat data yang meragukan atau tidak masuk akal, data yang jawabannya 24 diluar kategori jawaban yang ditetapkan atau masih terdapat data kosong. c) Penyajian data Penyajian data terdapat beberapa metode seperti dibawah ini: i. Tabel Penyajian data berupa baris dan kolom-kolom yang terdiri dari beberapa variabel, menunjukan frekuensi kejadian dalam kategori berbeda, hampir semua data kuantitatif mampu diserap. ii. Grafik Merupakan penyajian data dengan memanfaatkan gambar, dapat memperlihatkan informasi dengan jelas. Jenisjenis grafik adalah grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, grafik peta dan grafik pencar. d) Analisis Data Pada langkah ini, informasi yang telah dihasilkan dikaji dengan seksama. Informasi yang dihasilkan lengkap dengan hasil kesimpulan pengkajian disampaikan ke forum pengambilan keputusan untuk dimanfaatkan oleh para pemakai informasi. Penyampaian informasi selain untuk kepentingan dalam organisasi , seringkali juga perlu disampaikan ke pihak organisasi luar yang memerlukan. 25 5. Klinik a. Definisi Klinik Klinik adalah menyelenggarakan fasilitas pelayanan kesehatan yang pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /atau spesialitik (Kemenkes, 2014). b. Jenis Klinik 1) Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus. 2) Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialitik atau pelayanan pelayanan medik dasar dan spesialitik (Kemenkes, 2014). 6. Kualitas Kinerja (Performance Improvement) a. Definisi Kualitas Kinerja Kualitas kinerja merupakan suatu proses yang memenuhi kriteria yankes dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan secara berkesinambungan untuk memenuhi kualitas yankes yang sesuai atau melampaui harapan (Mc Lauglin and Kaluzny, 1999 dalam Nugroho, 2008). b. Prinsip dan Konsep Kualitas Kinerja 1) Masalah yang timbul umumnya pada sistem bukan pada manusia. 2) Variasi konstan, umumnya penyebab yang terjadi sama. 3) Data sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan. 26 4) Fokus pada pasien. 5) Adanya komitmen dan dorongan dari pimpinan. 6) Mengetahui dan sosialisasi visi, misi dan nilai. 7) Staf dan manajemen terlibat dalam proses. 8) Perlunya ada peningkatan staf dengan pendidikan dan latihan. 9) Kerjasama sangat penting. 10) Komunikasi yang efektif penting. 11) Keberhasilan perlu dirayakan untuk meningkatkan rasa percaya diri (Nugroho, 2008). 7. Efektivitas a. Definisi Efektivitas Yang dimaksud dengan efektifitas adalah tingkat pencapaian sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, efektifitas adalah melakukan hal-hal yang tepat artinya kegiatan kerja yang akan membantu organisasi tersebut mencapai sasarannya atau berkaitan dengan hasil akhir. b. Indikator Variabel Efektivitas Indikator variabe efektivitas terdiri dari: (Rodhiyah, 1990) 1) Tingkat penyelesaian tugas. 2) Pengisian catatan dan laporan secara benar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan. 3) Kelengkapan informasi. 27 8. Efisiensi a. Definisi Efisiensi Efisiensi adalah pencapaian hasil yang besar dengan biaya yang sehemat mungkin. Efisiensi merupakan bagian penting manajemen. Efisiensi itu mengacu pada hubungan antara masukan dengan keluaran dimana keluaran lebih banyak bila dibandingkan dengan masukan (Sabarguna, 2008). b. Teknik Efisiensi 1) Prosedur => Value Engineering Bertujuan untuk mengetahui proses pelayanan dengan urutan dan jumlah tahapan yang tepat sehingga proses kerja akan dapat dipersingkat. Value Engineering merupakan salah satu segi dari Industrial engineering. Industrial engineering is concerned with the design, improvement, and installation of integrated systems of men, materials, and equipment. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical, and social sciences together with the principles and methods of engineering analysis and design to specify, predict, and evaluate the results to be obtained from such system. Berarti menggunakan pelayanan menjadi langkah kegiatan yang merupakan prosedur bertahap, selanjutnya diupayakan dikembangkan, maka perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini. 28 a) Menguraikan menjadi langkah kegiatan yang sesederhana mungkin. b) Merupakan prosedur bertahap, berarti berurutan. c) Diupayakan dikembangkan atau dikurangi atau dilengkapi. Gambar 2.1. Skema Penerapan Value Engineering Buat prosedur/langkah kegiatan Lakukan analisis Tentukan efisiensi Perbaiki prosedur Sumber: Dr. Dr. H. Boy S. Sabarguna, MARS. Prosedur Manajemen Rumah Sakit dan Teknik Efisiensi. (Yogyakarta, 2008). 2) Pelayanan => Value Analysis Bertujuan mengetahui rangkaian hasil antara yang tepat dan murah sehingga hasil antara dapat diatur sehingga lebih sederhana dan lebih murah. 9. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Pengambilan 29 keputusan memerlukan satu seri tindakan dan membutuhkan beberapa langkah. Langkah-langkah itu bisa saja terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir sistematis. Proses atau seri tindakan lebih banyak tampak dalam berbagai diskusi. Pada pengambilan keputusan terdapat aturan kunci bahwa sekali kerangka yang terdapat sudah diselesaikan, maka keputusan harus dibuat (Salusu (1996) dalam Sabarguna (2008)). Sabarguna (2008), menyatakan bahwa untuk memenuhi kegiatan manajemen diperlukan adanya informasi. Suatu informasi berperan dalam hal pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemecahan masalah berhubungan dengan dua hal penting, yaitu: a. Rasional tidaknya penentuan alternatif pemecahan masalah yang dibuat; b. Diketahui apakah informasi yang dibutuhkan ada dan tersedia dengan memadai. Seto (2001) dalam Sabarguna (2008), menyatakan bahwa suatu keputusan yang baik didasari dari pembuatan keputusan secara ilmiah atau analitik dengan dasar yang logis, dengan mempertimbangkan semua data yang tersedia. Enam langkah yang perlu diikuti untuk pengambilan keputusan adalah sebagai berikut. a. Menetapkan masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. b. Menentukan kriteria keputusan dan tujuannya. 30 c. Membuat formulir suatu model atau hubungan antara tujuan dan variabel-variabel. d. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi alternafif-alternatif yang ada. e. Memilih alternatif yang terbaik. f. Melaksanakan keputusan yang terpilih. 10. Keberlanjutan Usaha a. Definisi Keberlanjutan Perusahaan/badan usaha merupakan suatu organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan para pemilik modalnya (profitability), disamping itu adapula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu harus menjaga keberlanjutan usahanya (survive) dalam persaingan. Tujuan keberlanjutan badan usaha dapat diartikan sebagai maksimasi dari kesejahteraan badan usaha yang merupakan nilai sekarang badan usaha itu terhadap prospek masa depannya. Prinsip keberlanjutan usaha menganggap bahwa badan usaha akan terus melakukan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian dan kegiatan yang sedang berlangsung. Prediksi keberlanjutan usaha suatu badan usaha sangat penting bagi manajemen dan pemilik badan usaha untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan, karena kebangkrutan menyangkut terjadinya biaya-biaya baik biaya langsung maupun tidak langsung. 31 Keberlanjutan usaha adalah sebuah kondisi disaat perusahaan memiliki kecukupan dana untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Keberlanjutan usaha selalu lebih memperhatikan suatu kondisi yang berpotensi merugikan perusahaan tersebut seperti kebangkrutan. Menurut Foster dalam Darsono dan Ashari (2005: 101), kebangkrutan merupakan kesulitan keuangan yang menunjukan adanya masalah likuiditas yang parah yang tidak dapat dipecahkantanpa melalui penjadwalan kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Adnan dan Eka (2000;132), dalam Luciana dan Winny (2005: 4), kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti yaitu: 1) Kegagalan ekonomi (economi failure) Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang 32 diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari pada biaya modal perusahaan. 2) Kegagalan keuangan (financial failure) Kegagalan perusahaan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: a) Insolvensi Teknis Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancer yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu. b) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negative dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. 33 Kebangkrutan dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingindicapai oleh perusahaan tidak dapat tercapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. b. Keberlanjutan usaha dan hubungannya dengan sistem informasi manajemen Sistem informasi manajemen memiliki ikatan dengan keberlanjutan usaha. Informasi yang didapat dari aplikasi sistem informasi, antara lain dengan penerapan aplikasi computerize systems, dengan program SIM. Laporan keuangan dapat secara dini diketahui dengan tingkat kesalahan seminimal mungkin. Hasil akhir program sistem informasi ini berupa laporan keuangan, dari laporan keuangan tersebut para pemakai informasi dapat segera mengambil keputusan ekonomi. Hal ini dapat mengurangi atau mengetahui financial distress dimana 34 kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis dan terjadi sebelum kebangkrutan (Purnomo, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Binti Lope (2014), sistem informasi memainkan peran sebagai elemen kunci bagi pembangunan berkelanjutan dalam praktik kesehatan, rantai pasokan, IS proyek dan tata kelola keamanan informasi. B. Penelitian Terdahulu NO 1 2 Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu Peneliti Metode Hasil Penelitian Albertus - Kualitatif Aplikasi SIMRS di Widiawan dan RSUD Kota (2009) kualitatif, Yogyakarta sudah Evaluasi deskriptif, berjalan tetapi masih Implementasi studi kasus dalam fase Sistem - Alat ukur : perbaikan, tetapi Informasi wawancara fungsi transaksi Manajemen mendalam dasar sudah berjalan Rumah Sakit Di dengan dengan baik. RSUD Kota kepala rumah Kualitas data yang Yogyakarta sakit dan dihasilkan belum stake holder baik. Output data belum dimanfaatkan sebagai sumber data utama bahan laporan dan pengambilan keputusan. Edi Ramlan - Kulaititaf, Hasil penelitian ini (2010), Strategi deskriptif, adalah strategi Pengembangan studi kasus pengembangan SIM Sistem - Alat : yang baik sangat Informasi Wawancara mendukung Manajemen dan implementasi sistem Rumah Sakit observasi informasi sehingga (SIMRS) Di - Informan: kegagalan dapat Rumah Sakit Manajemen dihindari. Jiwa Provinsi RS, IT RS Nusa Tenggara Barat Perbedaan 1. Metode yang digunakan kualitatif saja. 2. Narasumber dalam lingkup klinik. 3. Lokasi penelitian yang akan dilakukan di Klinik dr. Nurdin Medical Center. 1. Penelitian ini spesifik meneliti strategi yang dilakukan oleh manajemen dalam mengembangkan SIMRS 2. Lokasi penelitian yang akan dilakukan di Klinik dr. Nurdin Medical Center 35 3 Rugun - Kualitatif, Simanjuntak deskriptif, (2012), Analisis studi kasus Kesiapan - Alat: Rumah Sakit wawancara Dalam dan Penerapan observasi Sistem - Informan: Informasi pegawai di Manajemen di lingkup RSU RSU DR. F. L. Tobing Sibolga RSU Dr. F. L. Tobing belum memiliki kesiapan yang optimal secara organisasi untuk bergerak maju menuju adopsi SIMRS 4 Maulida Fathia - Kualitatif, (2009), Analisis deskriptif, Kesiapan studi kasus Organisasi - Alat: Dalam wawancara Penerapan - Informan: Sistem staf, Informasi manajemen Manajemen dan Puskesmas stakeholder (SIMPUS) di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan SIMPUS di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan belum seluruhnya siap dilaksanakan 3. Output penelitian ini bertujuan pengembangan SIMRS. 1. Output penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan RSU dalam mengadopsi SIMRS 2. Lokasi penelitian yang akan dilakukan di Klinik dr. Nurdin Medical Center 1. Lokasi penelitian yang akan dilakukan di Klinik dr. Nurdin Medical Center 2. Output analisis kesiapan pemerintah 3. Informan stakeholder C. Landasan Teori dan Krangka Teori Sistem informasi manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Komponen dalam sistem informasi manajemen berupa perangkat keras 36 (hardware), perangkat lunak (software), sumberdaya manusia dan sistem prosedur. Sistem informasi dapat diketahui berjalan atau tidaknya dengan cara evaluasi. Evaluasi sistem informasi pada hakekatnya merupakan pengujian terhadap pengendalian infrasutruktur sistem informasi yang aspek yang diperiksa menyangkut efektivitas, efisiensi, availability system, reliability, confidentially, dan integrity serta aspek security (Nugroho, 2008). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi implementasi sistem informasi rumah sakit di klinik Nurdin Medical Center ini yang difokuskan pada kualitas informasi dan penggunaan output data oleh pihak manajemen sebagai pengambilan keputusan guna melanjutkan keberlangsungan klinik. Teori yang digunakan untuk mengevaluasi SIM ini mengadopsi model evaluasi End User Satisfaction dengan menitik beratkan pada penilaian unsurunsur kuaalitas data yang ada dan bagaimana kualitas data itu dipergunakan oleh pengguna (manajemen) sebagai bahan pengambilan keputusan . keputusan manajemen (management satisfaction) dinilai dari digunakan atau tidaknya output data yang dihasilkan dalam sistem informasi rumah sakit yang ada dan juga melihat input dan proses dari pelaksanaan SIM yang dilakukan oleh SDM di klinik. Penelitian ini menganggap bahwa end user akan menggunakan output data yang dihasilkan oleh SIM apabila data yang dihasilkan berkualitas. Melalui End User Satisfaction, peneliti akan menganalisis kualitas informasi dan menganalisis bagaimana output data tersebut digunakan manajemen sebagai bahan pengambilan keputusan guna melihat bagaimana keberlanjutan usaha klinik ini akan terus ada. 37 INPUT - - Data SDM (kualitas dan kuantitas) Sumber data Petunjuk teknis (SOP) Fasilitas dan Peralatan Biaya operasional PROSES - Pengumpulan data Pengolahan data Penyajian data Analisis data OUTPUT Terbentuknya laporan statistik rumah sakit yang valid FEED BACK Pemanfaatan laporan untuk perencanaan/evaluasi program yang telah dibuat dan juga untuk pengambilan keputusan manajemen Gambar 2.2. Kerangka Teori OUTCOME Efisiensi dan efektivitas SIMRS dalam mendukung kegiatan statistik RS dan juga pengambilan keputusan Klinik guna melanjutkan keberlangsungan bisnis 38 D. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan teori yang ada dalam bab II, maka penulis menggunakan teoriteori tersebut dan merangkumnya dalam kerangka konsep seperti dibawah ini: INPUT - - Data SDM (kualitas dan kuantitas) Sumber data Petunjuk teknis (SOP) Fasilitas dan Peralatan Biaya operasional PROSES - Pengumpulan data Pengolahan data Penyajian data Analisis data OUTPUT Terbentuknya laporan statistik rumah sakit yang valid FEED BACK Pemanfaatan laporan untuk perencanaan/evaluasi program yang telah dibuat dan juga untuk pengambilan keputusan manajemen Gambar 2.3. Kerangka Konsep Keterangan: - - - - (diteliti) (tidak diteliti) OUTCOME Efisiensi dan efektivitas SIMRS dalam mendukung kegiatan statistik RS dan juga pengambilan keputusan Klinik guna melanjutkan keberlangsungan bisnis 39 E. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana implementasi SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center? 2. Bagaimana kualitas SDM yang dimiliki Klinik dr. Nurdin Medical Center guna menjalankan SIM? 3. Bagaimana kelengkapan data dan juga sumber data yang dihasilkan SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center? 4. Bagaimana petunjuk teknis atau SOP dalam melaksanakan SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center? 5. Bagaimana fasilitas penunjang pelaksanaan SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center? 6. Bagaimana dengan biaya operasional yang dikeluarkan untuk SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center? 7. Bagaimana proses yang telah dilakukan sejauh ini dalam pelaksanaan SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center? 8. Bagaimana output data dari SIM di Klinik dr. Nurdin Medical Center digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen?