LAPORAN FIELDWORK PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN Oleh : KELOMPOK TANAMAN PANGAN KELAS F AGROEKOTEKNOLOGI Asisten : PRISMA SUGANDA VIONA MEGASARI ALFRIANTO RAUF JULIAN PRATAMA MYRMA IMAN LUVANTARI FRETA KIRANA BALLADONA YOHANES KRISTANTYO AKBAR SAITAMA RACHMATIKA LAUCHUL MACHFIDHA 115040201111001 115040201111006 115040201111008 115040201111014 115040201111018 115040201111036 115040201111037 115040201111040 1 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh berbagai jenis tanaman pangan. Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada pangan. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Tanaman pangan yang dapat ditemui seharihari dan ditanam di pekarangan rumah adalah padi , jagung , sayur mayur dan buah-buahan yang dapat diolah menjadi masakan dan beberapa tanaman dapat dimakan tanpa harus dimasak. Di Jawa Barat, sebagian besar masyarakatnya biasa memakan sayuran mentah yang dijadikan lalapan dan sebagian besar dari sayuran tersebut diambil dari kebun mereka sendiri. Namun sayang sekali petani zaman sekarang lebih suka cara yang praktis dalam bercocok tanam , misalnya dalam membasmi hama penyakit tanaman petani lebih percaya terhadap penggunaan pestisida . Tidak jarang petani menggunakan pestisida dengan dosis yang berlebihan , padahal penggunaan pestisida dapat membahayakan yang mengkonsumsi dan juga petaninya itu sendiri .Diperlukan pengetahuan terhadap petani dalam masalah bercocok tanam yang baik dan benar, misalnya dengan adanya penyuluhan terhadap petani, namun kendalanya adalah petani indonesia tidak percaya terhadap teori yang di jelaskan oleh para penyuluh, mereka lebih percaya terhadap pengalaman mereka sendiri dan juga dengan cara mereka sendiri . 2 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Tanpa adanya bukti yang jelas terhadap teori bercocok tanam yang baik dan benar , mungkin petani indonesia akan terus menggunakan bahan-bahan kimia sebagai senjata mereka dan juga akan terus menggunakan menggunakan cara-cara yang praktis dalam bercocok tanam. 1.2 Tujuan Umum Mengamati dan memahami perlindungan tanaman pada pangan Jagung. 1.3 Tujuan khusus Mengamati kondisi lahan serta kondisi ekonomi dari petani tanaman pangan. 1.4 Manfaat Dapat mengetahui cara petani zaman sekarang dalam mengelola tanaman pangan. 3 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi PHT Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi berbagai pengendalian yang kompatibel dengan tujuan memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak negatif terhadap lingkungan sekecil-kecilnya. (Brader, 1979) 2.2. Definisi OPT Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. (Hidayat, A, 2001) 2.3. Devinisi EKOSISTEM Ekosistem dapat dikenal dalam ekologi. Ekologi berasal dari kata oikos artinya rumah dan secara luas berarti rumah tangga alam dan dari kata logos yang definisinya adalah ilmu. Jadi ekologi adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari segala sesuatu tentang rumah tangga alam atau ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya. Kesatuan antara komunitas dengan lingkungan abiotiknya disebut ekosistem. Halaman rumah, akuarium, kebun dan kolam merupakan ekosistem kecil sedangkan gurun dan hutan merupakan ekosistem besar. 4 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Ekosistem besar terdiri atas beberaa ekosistem kecil dan setiap ekosistem kecil terdiri atas beberapa ekosistem yang lebih kecil lagi. 2.4. Komponen PHT Meskipun PHT mencakup beberapa teknik pengendalian hama standar, empat komponen PHT jelas terpisah dari yang khas pengendalian hama praktek-praktek yang hanya mengandalkan perangkap dan keracunan. Keempat komponen * Inspeksi: pemeriksaan area indoor dan outdoor untuk mengidentifikasi apa, di mana, dan mengapa hama yang aktif. Sebuah inspeksi yang dilakukan pada awal dari program PHT; inspeksi ringan terjadi sepanjang program PHT. * Pemantauan: verifikasi kehadiran atau tidak adanya hama. Pemantauan meliputi pengamatan langsung dari hama; pengamatan langsung dari kotoran hama, noda, kerusakan, dll, dan koleksi hama dalam perangkap. * Pengobatan: tindakan korektif atau intervensi untuk mengurangi jumlah hama. Pendidikan untuk mengubah perilaku masyarakat adalah bagian paling penting dari program PHT yang efektif. Membersihkan, sanitasi, dan menjaga hama keluar yang efektif dalam jangka panjang. * Evaluasi: tindak lanjut untuk menentukan apakah pengobatan yang berhasil dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Evaluasi adalah salah satu komponen paling penting dari rencana PHT. 5 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 2.5. Komponen ekosistem 1. Komponen Biotik. Berdasarkan caranya memperoleh makanan di dalam ekosistem, organisme anggota komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Produsen, yang berarti penghasil. Produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri (autotrof) melalui fotosintesis. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil. Produsen ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme yang tidak bisa menghasilkan makanan (heterotrof) yang berperan sebagai konsumen. b. Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat menghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama. Karnivora yang mendapatkann makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkat ketiga dan seterusnya. Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini: daun berwarna hijau (Produsen) –> ulat (Konsumen I) –> ayam (Konsumen II) –> musang (Konsumen III) –> macan (Konsumen IV/Puncak). 6 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Dalam ekosistem, banyak proses rantai makanan yang terjadi sehingga membentuk jaring-jaring makanan (food web) yang merupakan kumpulan dari beberapa rantai makanan. c. Dekomposer atau pengurai. Dekomposer adalah jasad renik yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan adanya organisme pengurai, organisme akan terurai dan meresap ke dalam tanah menjadi unsur hara yang kemudian diserap oleh tumbuhan (produsen). Selain itu aktivitas pengurai juga akan menghasilkan gas karbon dioksida yang akan dipakai dalam proses fotositesis. 2. Komponen Abiotik. Komponen abiotik merupakan komponen tak hidup dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik sangat menentukan jenis makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan. Komponen abiotik banyak ragamnya, antara lain: tanah, air, udara, suhu, dan lain-lain. a. Suhu. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. b. Sinar matahari. Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. 7 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung c. Air. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk . d. Tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. . Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. e. Angin. Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. f. Garis. lintang.Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja. 8 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 2.6 Peran PHT dalam ekosistem pertanian Peran PHT dalam ekosistem pertanian berkaitan dengan system pertanian berlanjut Sistem pertanian berkelanjutan merupakan tujuan jangka panjang PHT dengan sasaran pencapaian produksi tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan tanah, air, dan sumber daya lainnya, pembangunan perekonomian desa agar makmur (thriving), dan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga petani dan komunitas pertanian pada umumnya. Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh terjadinya resistensi hama terhadap insektisida, ledakan hama sekunder, dan pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida.Di lain pihak, pengembangan pertanian berkelanjutan didasari oleh muncul nyagerakan pertanian organik pada tahun 1920 dan 1930-an. Gerakan ini menuntut perlunya pengkajian pengaruh pupuk sintetis terhadap kualitas tanah, penyediaan pangan bagi penduduk dunia yang tumbuh dramatis, dan revolusi hijau yang telah menyebabkan meningkatnya penggunaan varietas unggul yang responsif terhadap pupuk sintetis dan penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (Ohmart 2002). Konsep pertanian berkelanjutan muncul akibat imple mentasi pertanian modern yang menurunkan kualitas sumber daya alam. Pertanian modern dengan input tinggi mampu meningkatkan hasil tanaman, namun di sisi lain menimbulkan kerusakan lingkungan yang untuk memper baikinya diperlukan biaya yang besar. Kerusakan lingkungan antara lain terlihat dari hilangnya permukaan tanah, pencemaran air, hilangnya biodiversitas, ketergantungan pada sumber daya yang 9 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung tidak dapat diperbarui, meningkatnya biaya produksi dan jatuhnya harga hasil pertanian, menurunnya komunitas desa, dan makin banyaknya petani. Hal ini akan mempengaruhi atau mengubah rantai makanan hama yang dikhawatirkan berpotensi merusak tanaman budi daya. PHT dalam pertanian berkelanjutan dalam proses produksinya sangat memperhatikan kondisi alam ataupun ekosistem pertanian. PHT mempunyai dampak yang besar terhadap produksi pertanian manakala dalam pelaksanaannya ada kekeliruan seperti penggunaan pestisida yang sangattoksik, residu di atas batas maksimum residu (BMR), dan pencemaran ling kungan,yang pada akhirnya merusak kesehatanmasyarakat. Alternatif kebijakan implementasi PHT untuk mencapai praktek pertanian yang baik menuju pertanian berkelanjutan diuraikan berikut ini. a. Pemilihan Varietas Tahan dan Hemat Energi Keberlanjutan pertanian antara lain ditentukan oleh penggunaan varietas tahan hama penyakit dan hemat energi. Usaha untuk menghasilkan varietas yang hemat energi di antaranya adalah dengan mengubah tipe tanaman C3 menjadi C4, atau mengubah arsitektur tanaman menjadi lebih produktif, misalnya padi tipe baru dengan anakan sedikit dan bentuk daun yang memiliki kemampuan lebih tinggi untuk berfotosintesis sehingga dapat berproduksi lebih tinggi (Cantrell 2004). 10 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Dalam memilih varietas yang akan ditanam,nilai tambah produksi dan pemasaran juga perlu diperhitungkan. Hal ini penting artinya karena setiap varietas mempunyai karakter yang berbeda; ada yang cocok untuk dibuat bihun, beras kristal, nasi goreng, dan sebagainya. Dalam praktek pertanian yang baik, petani perlu dibimbing dalam memilih varietas yang tidak rakus hara, hemat air, tahan hama dan penyakit, dan berproduksi normal di mana pun ditanam. Ini penting artinya agar mereka tidak menggunakan input secara berlebihan, baik pupuk, air maupun pestisida, sebagaimana yang dikehendaki oleh kaidah praktek pertanian yang baik menuju keberlanjutan system produksi. b. Teknologi Pengendalian Hama secara Hayati Pengendalian hayati secara inundasi adalah memasukkan musuh alami dari luar dengan sengaja ke pertanaman untuk mengendalikan hama. Inundasi yang dapat dilakukan adalah penggunaan cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sebagai agens hayati.Efektivitas biakan B. bassiana terhadap wereng coklat mencapai 40% (Baehakiet al. 2001). Cendawan ini selain dapat mengendalikan wereng coklat, juga dapat digunakan untuk mengendalikan walang sangit (Tohidin et al. 1993), Darna catenata (Daud dan Saranga 1993), dan lembing batu (Caraycaray 2003). Formulasi cendawan M. anisopliae dapat menurunkan populasi hama sampai 90%. 11 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung c. Pergiliran Varietas Antarmusim Hama tanaman padi tidak akan meledak sepanjang musim dan peningkatan populasinya hanya terjadi pada musim hujan. Pada musim kemarau, populasi hama, misalnya wereng, cenderung rendah, kecuali pada musim kemarau yang banyak hujan atau di daerah cekungan. Pergiliran varietas berdasarkan gen ketahanan yang terkandung pada tanaman padi untuk menghadapi tingkat biotipe wereng coklat. Pada daerah wereng coklat biotipe 1, pertanaman padi diatur dengan menanam varietas yang mempunyai gen tahan Bph1, bph2 dan Bph3 pada musim hujan. Pada musim kemarau dapat ditana varietas padi yang tidak mempunyai gen tahan. Pergiliran varietas pada daerah wereng coklat biotipe 2 dilakukan dengan menanam varietas yang mempunyai gen tahan bph2 dan Bph3 pada musim hujan. Pada musim kemarau ditanam varietas yang mempunyai gen Bph1. Pergiliran varietas pada daerah wereng coklat biotipe 3 dilakukan dengan menanam varietas yang mempunyai gen tahan Bph1+ dan Bph3 pada musim hujan. Pada musim kemarau ditanam varietas dengan gen tahan Bph1v dan bph2.Pengaturan pertanaman di dalam musim juga diperlukan untuk menangkalserangan wereng coklat dan penggerek batang padi, yaitu pada awal musim hujan menanam varietas tahan yang berumur pendek dan pada pertengahan musim sampai akhir musim hujan menanam 12 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung d. Minimalisasi Residu Pestisida Penggunaan insektisida merupakan taktik dinamis yang dilaksanakan dalam kurun waktu pertumbuhan tanaman bila teknik budi daya dan pengendalian hayati gagal menekan populasi hama di bawah ambang ekonomi. Penentuan ambang ekonomi sangat penting sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian. Bhat (2004) menyebutkan bahwa ambang ekonomi merupakan komponen yang sangat penting dalam PHT. Pengendalian hama berdasarkan ambang ekonomi juga bertujuan untuk mengatasi penggunaan bahan kimia secara berlebihan yang berdampak terhadap tingginya residu pestisida pada produk pertanian dan pencemaran lingkungan. e. Pengendalian Berdasarkan Manipulasi Musuh Alami Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida. Pada prinsipnya musuh alami akan selalu berkembang mengikuti perkembangan hama. Selama musuh alami dapat menekan hama maka pengendalian dengan bahan kimia tidak diperlukan karena keseimbangan biologi sudah tercapai. Namun bila perkembangan musuh alami sudah tidak mampu mengikuti perkembangan hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan taktik pengendalian yang lain, termasuk bahan kimia. 13 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 2.7 Faktor penyebab timbulnya ledakan hama dan penyakit Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi ledakan populasi suatu hama tanaman. 1. Ledakan Hama a. Faktor pertama adalah kondisi cuaca yang menguntungkan. Cuaca dan iklim memiliki pengaruh langsung terhadap laju pertumbuhan dan kematian suatu jenis serangga. Pengaruh secara tidak langsung adalah pertumbuhan tanaman karena kondisi cuacanya baik. Tanaman juga tumbuh dalam kondisi yang subur, sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk perkembangbiakan hama. Juga terdapat pengaruh tidak langsung dari cuaca/iklim, yaitu perbedaan respons. Bila kondisi cuaca/iklim menguntungkan bagi pertumbuhan hama dibanding musuh alaminya, laju pertumbuhan hama akan meningkat. Sebaliknya, bila kondisi lebih menguntungkan untuk musuh alami, pertumbuhan hama akan terhambat. b. Faktor kedua adalah budi daya yang intensif dan monokultur. Budi daya yang intensif menjadikan lahan pertanian jenuh pemakaian dan monokultur mengakibatkan suatu spesies tanaman tumbuh pada areal yang luas. Dampaknya sangat menguntungkan bagi pertumbuhan hama tanaman tersebut. Saat lahan pertanian dibudidayakan secara intensif, hama tanaman secara terus-menerus mendapat tempat yang menguntungkan, baik dari aspek suplai makanan maupun lingkungan tumbuhnya dan musuh alaminya tidak ada. Dalam sistem monokultur, tanaman tertentu secara khusus dibudidayakan 14 c. d. e. Perlindungan Tanaman Pangan Jagung dengan perawatan yang optimal dengan seluruh usaha tani, agar diperoleh hasil maksimal. Kondisi ini menjadikan tempat yang nyaman untuk perkembangan hama. Pada lahan yang dibudidayakan secara multikultur, individu tanaman dari setiap spesies hidup hanya sedikit dan tersebar. Hama yang datang untuk suatu jenis tanaman akan kesulitan untuk mencari tempat yang cocok berkembang biak. Ini karena satu tanaman yang sama terletak saling berjauhan dan tidak nyaman untuk hama tersebut. Dalam situasi seperti ini, hama tanaman tidak akan berkembang dengan baik. Faktor ketiga adalah musnahnya lingkungan alami. Kegiatan ekstensifikasi pertanian dan aktivitas pembangunan sektor lainnya dapat menghilangkan areal alami seperti hutan yang merupakan habitat alami serangga beserta musuhnya. Ketika areal alami tersebut dibuka, serangga akan pindah ke tempat lain. faktor keempat adalah masuknya hama dan penyakit tanaman. Material tanaman, termasuk hama dan penyakitnya, yang terbawa dari luar wilayah teritorial dapat saja terjadi. Hama yang baru ini masuk bila lingkungannya lebih menguntungkan dibanding tempat asalnya. Hama tersebut akhirnya dapat menjadi hama yang baru dan tumbuh dengan pesat. Penggunaan insektisida merupakan faktor lain terjadinya ledakan hama. Pemakaian insektisida yang intensif untuk memusnahkan hama tanaman tertentu dapat mengakibatkan musuh alami dari hama tersebut turut terbunuh. Dengan hilangnya musuh alami, kemampuan hidupnya 15 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung menjadi lebih tinggi hingga mencapai tingkat epidemik. Penggunaan insektisida yang tidak pandang bulu juga dapat mengakibatkan resistensi hama. Hal ini terjadi sebagai akibat terbunuhnya genotipe yang mudah terkena penyakit dan melahirkan genotipe yang lebih tahan pestisida. Setelah beberapa tahun penggunaan pestisida yang sama (karena tanamannya monokultur), hama tersebut akan benar-benar tahan terhadap obat. Dengan kondisi cuaca yang menguntungkan, maka akan terjadi ledakan hama. 2.ledakan penyakit Dari konsep segitiga penyakit tampak jelas bahwa iklim sebagai faktor lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap Patogen bisa terhadap siklus hidup patogen, virulensi (dayainfeksi), penularan, dan reproduksi patogen. Pengaruh perubahan iklim akan sangat spesifik untuk masing masing penyakit. Garret et al. (2006) menyatakan bahwa perubahan iklim berpengaruhterhadap penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen. Bakteri penyebab penyakit kresek pada padi Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai suhu optimum pada 30º C (Webster dan Mikkelsen, 1992) ). Sementara F. oxysporum pada bawang merah mempunyai suhu pertumbuhan optimum 28-30 º C (Tondok, 2003). Bakteri kresek penularan utamanya adalah melalui percikan air sehingga hujan yang disertai angin akan memperberat serangan. 16 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Pada temperatur yang lebih hangat periode inkubasi penyakit layu bakteri (Ralstoniaso lanacearum) lebih cepat di banding suhu rendah. Sebaliknya penyakit hawar daun pada kentang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans lebih berat bila sejuk (18-22 º C) dan lembab. Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman inang. Tanaman vanili yang stres karena terlalu banyak cahaya akan rentan terhadap penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium. Ekspresi gejala beberapa penyakit karena virus tergantung dari suhu. Dinamika lingkungan biotik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim. Habitat mikro daun atau disebut filoplan mempunyai tingkat kolonisasi ragi (yeast) yang lebih tinggi dibanding akar karena kemampuan mikrob tersebut untuk mentolerir kekeringan. Yeast tersebut berperan penting dalam pengendalian hayati penyakitpenyakit yang menyerang tajuk. Jenis dan kelimpahan cendawan penghuni daun bawang merah yang bersifat saprofitik dipengaruhi oleh curah hujan dan kelembaban udara relatif (Wiyono, 1997). 17 2.8 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung METODE PENGENDALIAN OPT Metode-metode pengendalian OPT menurut PHT 1. Metode Agronomis, meliputi : a. Penggunaan Varietas tahan b. Rotasi tanaman c. Pengolahan tanah yang baik d. Pemangkasan e. Pengelolaan air f. Penanaman tanaman perangkap 2. Metode mekanis meliputi : a. Pemungutan hama b. Perlindungan dengan barrier c. Penggunaan perangkap hama 3. Metode fisis meliputi a. Pemanasan b. Pendinginan c. Pengaturan kelembaban d. Penggunaan energi cahaya e. Penggunaan energi suara 4. Metode biologis meliputi : a. Penggunaan parasitoid b. Penggunaan predator ( Pemangsa) c. Penggunaan pathogen (Penyakit serangga) 5. Metode khemis meliputi a. Penggunaan pestisida b. Penggunaan attractant c. Penggunaan repellent d. Penggunaan sterilant 18 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung e. Penggunaan antifeedant f. Penggunaan sex pheromone g. Penggunaan hormone 6. Metode genetis 7. Undang-undang • VARIETAS TAHAN (Metode pengendalian agronomis) Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan lultivar yang resisten terhadap suatu hama sambil mempertahankan atau memperbaiki sifat-sifat agronomis tanaman yang mendasar. Peranan varietas tahan dalam PHT : 1. Penggunaan praktis dan secara ekonomis menguntungkan. Penerapan tidak memerlukan tambahan biaya dan keterampilan khusus, mengingat cara ini adalah praktek bercocok tanambiasa, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah. 2. Bersifat spesifik. Penggunaan varietas tahan hanya ditujukan kepada opt sasaran 3. Efektifitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten. Penanaman varietas tahan dari musim ke musimdapat semakin menurunkan populasi hama (kumulatif). Persistensi dapat dipertahankan dengan cara pergiliran varietas tahan. 4. Kompatibel dengan cara pengendalian lain. Dapat dipadukan dengan cara pengendalian yang lain, sehingga hasilnya lebih optimal 5. Dampak negatif terhadap lingkungan kecil 19 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Ketahanan tanaman terhadap serangga terbagi kedalam 3 bentuk : 1. Toleran, yakni dapat bertahan melalui serangan yang hebat tanpa kehilangan hasil yang banyak 2. Non preferen, dimana serangga tidak mau makan, meletakkan telur atau menggunakannya sebagai tempat berlindung. 3. Antibiosis, bila serangga tidak tumbuh, bertahan, atau bereproduksi dengan baik Sedangkan ketahanan tanaman serangga terbagi kedalam 3 bentuk : terhadap 1. Imunitas, dimana tanaman tidak dapat diserang oleh penyakit dalam keadaan yang bagaimanapun. 2. Hipersensitif, bagian tanaman yang terserang secepatnya diisolasi dan dihancurkan sehingga tidak dapat menyebar 3. Toleran, tanaman yang diserang masih dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang rentan • PENGENDALIAN MEKANIK Bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat / bahan lain 20 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 1. Pengambilan dengan tangan. Adalah teknik yang paling sederhana dan murah tentunya untuk daerah yang banyak tersedia tenaga manusia. Yang dikumpulkan adalah fase hidup hama yang mudah ditemukan atau bagian-bagian tanaman yang terserang. 2. Gropyokan. Biasanya dilakukan untuk pengendalianhama tikus. Tikus dibunuh secara langsung dengan menggunakan alat bantu seperti cangkul dan alat pemukul. Sebaiknya dilakukan secara massal pada sawah dalam keadaan bera. 3. Memasang prangkap. Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap sesuai jenis dan fasenya. Alat diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang dilewati hama. 4. Pengusiran. Sasarannya adalah mengusir hama yang sedang berada di atau sedang menuju pertanaman, dengan memasang patung-patung atau mengeluarkan suara gaduh. mencuci, memisahkan bagian terserang, memukul, dll • PENGENDALIAN FISIK Adalah suatu usaha mempergunakan atau merubah factor lingkungan fisik sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan kematian dan mengurangi populasi hama. 1. Perlakuan panas dan kelembaban. Perlakuan seperti ini paling berhasil bila diterapkan dalam ruang tertutup seperti di gudang untuk hama yang menyerang dipenyimpanan. Faktor suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi penyebaran, fekunditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. 21 2. 3. 4. • Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Penggunaan lampu perangkap. Dapat digunakan untuk mengurangi populasi serangga dewasa. Penggunaan gelombang suara. Penggunaan suara sebagai pengendali serangga belum banyak dilakukan karena system akustik serangga belum banyak diketahui.secara teoritik ada 3 metode, yakni penggunaan suara dengan intensitas rendah serta dengan perekaman suara yang diproduksi serangga untuk mengganggu perilaku serangga hama. Penggunaan penghalang atau barrier. Yakni dengan menggunakanberbagai ragam faktor fisik yang dapat menghalangi atau membatsi serangga hama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani, contoh : peninggian pematang, lubang / selokan jebakan yang diisi air, pagar rapat, lembaran seng/ plastikdisekeliling pertanaman, mulsa plastik/ jerami, pembungkusan buah dengan kantong plastik. PENGENDALIAN DENGAN PESTISIDA Keuntungan penggunaan pestisida : 1. Praktis. 2. Cepat. 3. Sifat-sifat, penggunaan dan cara aplikasinya mempunyai kisaran yang luas. 22 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Ketergatasan penggunaan pestisida : 1. Resistensi. 2. Membunuh organisme non target 3. Ledakan hama sekunder 4. Polusi lingkungan 5. Harga relatif tinggi Penggunaan pestisida berdasarkan pH : 1. Aplikasi bila perlu (treatment when necessary) 2. Pengendalian hama 100% (pembasmian) tidak diperlukan untuk mencegah kehilangan hasil secara ekonomis. Dalam PHT penggunaan pestisida dapat dikategorikan 3 macam yaitu : 1. Penyemprotan pestisida didasarkan pada pemilihan waktu yang tepat, yaitu dtujukan pada titik lemah dari siklus hidup serangga. 2. Pengendalian dengan pestisida digunakan untuk mengatasi keadaan epidemik yakni apabila semua tindakan pengendalian tidak mampu untuk mencegah peningkatan populasi hama hingga mencapai ambang kerusakan ekonomis. 3. Perlakuan pestisida harus dilakaukan secara selektif dan sesuai dengan dosis anjuran. 23 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung - BIOTEKNOLOGI Dalam konteks PHT bioteknologi khususnya teknologi molekuler ditujukan kepada pengembangan metode pengendalian baru,seperti diciptakannya tanaman transgenic yang dimodifikasi secara genetis, diantaranya tanaman yang tahan terhadap herbisida, insektisida, dan virus. Contoh-contoh aplikasi bioteknologi dalam PHT : 1. Antibodi monoklonal yang digunakan pada benih uji, bahan tanaman, stek, dan cangkok untuk mengetahui keberadaan virus dan bakteri. 2. Regenerasi secara invitro berdasarkan fakta bahwa setiap sel tanaman dipenuhi oleh informasi genetik yang dibutuhkan untuk beregenerasi menjadi sebuah tanaman utuh. Jaringan meristem yang tidak mengandung virus digunakan dlm jaringan atau kultur in vitro untuk menghasilkan tanaman bebas virus. 3. Tanaman tahan herbisida yakni tanaman yang dikembangkan melalui transfer gen menggunakan sejenis bakteri yang tahan terhadap herbisida, seperti agrobacterium tumefasciens. 4. Tanaman transgenik tahan virus yang diciptakan dengan memasukkan gen selubung protein dari 6 jenis virus yang penting secara ekonomis seperti TMV dan PVX. Beberapa jenis tanaman transgenic taham virus seperti tembakau, tomat, dan kentang dikembangkan secara built in. 24 5. 6. 7. Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Tanaman transgenic tahan terhadap serangga diciptakan dengan mentransfer gen insectisida alami berasal dari bakteri bacillus thuringiensis yang menghasilkan sejenis protein berupa toksin, sehingga bila termakan oleh ulat maka ia akan mati Tanaman simbion pathogen serangga. Jika sebuah gen memerintahkan untuk menghasilkan toksin serangga dimasukkan dalam bakteri tular tanah Pseoudomonas yang hidup berasosiasi dengan sistem perakaran (rhizophere), tanaman tersebut didorong oleh bakteri transgenic sehingga dapat mematikan serangga dan memakan perakarannya. Baculovirus hypervirulen. Manipulasi genetika dapat meningkatkan virulensi Baculovirus hypervirulen sehingga lebih efektif sebagai agens hayati. Baculovirus juga dapat dimanipulasi untuk menghasilkan protein asing untuk tujuan therapeutic dan prophylactic. Sedangkan objek dari penelitian saat ne adalah : Biologi molekuler dari gen kunci yang mengatur perkembangan dan reproduksi serangga Aspek molekuler dari insectisida biologi saat ini untuk memecahkan masalah dalam produksi dan efikasi. Mempelajari hubungan gen dan gen dari interaksi inang dan pathogen 25 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung • KULTUR TEKNIS Merupakan jenis pengendalian yang digunakan oleh petani baik secara sadar atau tidak untuk meningkatkan hasil Metode-metode kultur teknis yang dapat meningkatkan pengendalian OPT : 1. Penggunaan bahan tanaman bebas OPT 2. Pembajakan tanah, dan pembakaran sisa pertanaman sebelumnya 3. Sinkronisasi pertanaman 4. Penanaman tanaman perangkap 5. Intercropping 6. Rotasi tanaman 7. Aplikasi pupuk yang seimbang 8. Penanaman tanaman pelindung 9. Sanitasi • PENGGUNAAN FEROMON Feromon adalahsuatu zat yang dihasilkan oleh serangga dan tungau sebagai alat komunikasih dalam satu species. Sex feromon memungkinkan serangga jantan untuk mengenali serangga betina. Sebagian besar penelitian adalah menggunakan sex feromon untuk memerangkap serangga jantan dan mengganggu komunikasihnya. Contoh adalah pada hama kapas pectinophora gossypiella yang berhasil dikendalikan secara efektif dengan memenuhi udara sekitar pertanaman kapas dengan feromon. Feromon dilepas dengan system “paket perlepasan perlahan” sehingga dapat menhalangi jantan yang menemukan betinanya. 26 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Perangkap umpan feromon digunakan untuk memonitor distribusi dan melimpahnya populasi untuk menentukan waktu yang paling tepat dalam menggunakan pestisida atau untuk menangkap sejumlah besar serangga jantan dewasa untuk menurunkan kepadatan populasi. Metode ini kurang efektif pada populasi tinggi dan bila serangga mampu untuk melakukan perkawinan lebih dari sekali Feromon sintetis sering digunakan. Kadang-kadang sejenis bahan kimia sederhana pun dapat menjadi sangat menarik bagi serangga sebagaimana sex feromon. Seperti aseton yang dapat sebagai pengganti sex feromon yang dapat menarik lalat tsetse, namun sayangnya harganya masih relatif mahal. • PENGENDALIAN SECARA PREVENTATIF Pengukuran preventatif bertujuan untuk mencegah munculnya OPT baru atau untuk membatasi keberadaannya sehingga tidak akan menjadi masalah serius. Pengukuran preventatifbiasanya melibatkan karantina dan undang-undang. Karantina dan peraturan undan-undang ditegakkan dibanyak negara untuk mencegah masuk dan penyebaran OPT. Negara-negara dengan pelayanan karantina yang efisien membutuhkan inspeksi yang ketat dan fumigasi terhadap bahan tanaman impor pada stasiun karantinatempat masuknya. Pembatasan penyebaran OPT baru secara permanen atau secara khusus di daerah perbatasan negara. Pemerintah bertanggung jawab dalam program pengendalian termasuk eradikasi, pembatasan penyebaran dan pemusnahan OPT. 27 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 2.9 KONSEP AMBANG EKONOMI Ambang ekonomi (Economic Threshold), merupakan jumlah serangga yang dapat memicu tindakan manajemen. Jika populasi hama terus meningkat, maka laju pertumbuhan hama dapat diperkirakan, dan ET ditetapkan berada di bawah EIL. Dengan demikian, kita memperkirakan ketika populasi hama mencapai ET, maka kemungkinan besar populasi hama tersebut mencapai tingkat EIL. Karena itu tindakan harus diambil sebelum populasi hama mencapai EIL AMBANG EKONOMI • • • • Populasi yang melebihi ambang ekonomi (ET) akan menimbulkan kerusakan secara ekonomi Pengendalian gulma dilakukan sebelum mencapai ambang ekonomi Pengendalian sebelum ambang ekonomi akan menimbulkan kerugian karena biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari hasil yang diperoleh akibat tindakan pengendalian yang dilakukan Keseimbangan Umum menggambarkan fluktuasi populasi dalam kondisi yang harus dipertahankan atau dikendalikan. Tidak harus menyentuh populasi nol. 28 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Tingkat Kerusakan Ekonomi = TKE (Economic Injury Level = EIL) Kenaikan hasil akibat tindakan pengendalian Sebesar ∆Y Ya ∆Y H A S I L Yx Tindakan Pengendalian Populasi turun dari x ke a Biaya = ∆P 0 Pa Px KERAPATAN POPULASI • Tingkat Kerusakan Ekonomi (Economic Injury Level/EIL) Ya H A S I L ∆Y EIL jika ∆Y = ∆P Berkait dg hasil Yx Px = Ambang Ekonomi Berkait dg populasi 0 Pa Px KERAPATAN POPULASI 29 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Ambang Ekonomi = AE (Economic Threshold = ET) Gulma Dikendalikan Ya P O P U L A S I Gulma Merusak Scr Ekonomi Gulma Dipertahankan pada keseimbangan umum (KU) AE Px KU 0 WAKTU 30 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu : Rabu , 14 Desember 2011 ,pukul 13.00 Tempat : Kebun jagung milik bapak Udin dan bapak Rejo, Desa.Kepoharjo , Kec.Karang Ploso, Kab.Malang , Prov.Jawa Timur. 3.2 Cara Kerja 1) Kelompok Besar Praktikan Tiap asisten dibagi menjadi 2 kelompok kecil sesuai absensi kelompok besar. 2) Lakukan Observasi ke lapang (Tempat dan Waktu Kesepakatan Praktikan dan Asisten). Asisten Wajib Menemani Praktikan Saat Dilapang. 3) Kelompok Kecil yang telah dibagi menjadi 2 kelompok, melakukan observasi pada petak lahan budidaya yang berbeda. Dibedakan jenis komoditas yaitu lahan komoditas pangan dan lahan komoditas hortikultura. 4) Tiap kelompok mencatat alamat lokasi secara lengkap dan waktu pengamatan 5) Ambil Data Tentang Lahan Budidaya (Luas lahan, Sejarah Lahan, Nama Pemilik Lahan, Olah Tanah, Sistem Budidaya, Tanaman yang terdapat dipetakan lahan, Olah Tanah, Varietas Tanam) 31 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 6) Penggunaan Pestisida (Biaya dan Jadwal Penggunaan, jenis dan dosis) 7) Hama Yang ditemukan dan identfy spesiesnya dan Hama Yang jadi kendala oleh petani di lahan (spesies) serta gejala 8) Penyakit yang ditemukan berdasar gejala dan penyakit yang jadi kendala oleh petani di lahan 9) Musuh Alami yang ditemukan di kondisi lapang (identify) 10) Kendala dalam Berbudidaya dan Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani. 11) Perlakuan petani atau solusi yang dilakukan dalam melakukan pengendalian OPT 12) Biaya Yang telah di keluarkan dalam proses produksi 13) Keuntungan Produksi atau hasil budidaya (Segi ekonomi) 14) Kondisi Sosial Petani 15) Dokumentasikan Hama, Penyakit dan Musuh Alami Yang ditemukan, Kondisi Lahan, serta kegiatan interview observasi di lapang 32 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kondisi Lahan Kebun jagung seluas ±0.4 ha terletak di wilayah Ngijo, Malang dengan ketinggian diatas permukaan laut. Kondisi lahan disana tergolong subur karena kebun jagung sendiri juga diapit oleh tanaman semusim lainnnya, misalnya : padi yang juga tanaman pangan. Selain itu, lahan tersebut tidak pernah kekurangan air karena mendapatkan suplai air dari sungai di wilayah tersebut. Sinar matahari serta suhu stabil sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman jagung sehingga pertumbuhannya optimal. Apalagi jagung yang dibudidayakan ini merupakan jagung manis yang merupakan jagung varietas unggul sehingga lahan tersebut dikelilingi oleh pagar dan tongkolnya diberi penutup agar perkembangbiakannya tidak tercampur oleh tanaman jagung asli jawa yang berada tidak jauh dari lahan tersebut. 4.1.2 Sistem Budidaya yang dijalankan Sistem yang dibudidayakan adalah monokultur. Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara 33 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman). Pertanaman jagung sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya jagung tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah. 4.1.3 Hama yang Ditemukan Belalang kayu Kingdom : Animalia Phylum :Athropodar Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family :Acrididae Genus : Valanga Spesies : V. nigricornis 34 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 4.1.4 Penyakit yang ditemukan di Lapang a. Nama penyakit : Karat daun (Puccinia polysora) b. Klasifikasi penyakit : Kingdom : Fungi Filum : Basidiomycota Kelas : Urediniomycetes Ordo : Uredinales Famili : Pucciniaceae Genus : Puccinia Spesies : Puccinia polysora c. Tipe gejala penyakit : nekrotis-klorosis d. Pathogen penyebab penyakit : Puccinia polysora e. Tanaman inang : Daun jagung (Zea mays) f. Ciri-Ciri Penyakit : bercak-bercak merah dan keluar serbuk seperti tepung berwarna coklat kekuningan. 4.1.5 Musuh Alami yang Ditemukan Pada kebun bapak Rejo dan bapak Udin tidak ditemukan musuh alami. 4.1.6 Kendala Budidaya Tanaman Kendala yang di terima oleh para petani, di karenakan perubahan cuaca yang ekstrim pada saat ini, cuaca yang tidak menentu, menyebabkan unsure- unsur iklim juga berubah, seperti suhu, kelembaban, radiasi matahari yang di terima tanaman tidak sesuai 4.1.7 Pengendalian OPT Pengendalian OPT di lahan tersebut mengggunakan pestisida jenis insektisida dengan nama produk Raydock 28Exxx 35 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 4.1.8 Kebutuhan Pestisida yang Digunakan dan Teknis Penggunaan Pestisida Pestisida dalam lahan yang dibutuhkan sebenarnya amat belebihan sebab pada lahan dilakukan pengunaan pestisida satu minggu sekali. Teknisnya sudah memenuhi penggunaan pestisida. standar 4.1.9 Kondisi Sosial Ekonomi Petani Kondisi ekonomi petani yang ada di derah tersebut baik sudah dapat mencukupi kehidupan keluarga Dari hasil tanya jawab menujukan kondisi ekonomi yang cukup baik dari segi kondisi rumah terlihat cukup baik. 4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Penjelasan Ditemukan Kondisi Ekosistem yang Dikebun milik bapak Udin dan bapak rejo memiliki kondisi fisik alam yang amat cocok untuk tanaman jagung. Keadaan lingkungan yang berada pada dataran tinggi dengan keadaan tanah yang subur serta suhunya amat optimum untuk jagung. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. 36 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan 37 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). ciri-ciri: 1. panjang 2. berisi 3. ada buahya 38 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Zea Spesies: Z. mays 4.2.2 Anilisis Penyebab Timbulnya Gejala Serangan OPT Pada Lahan Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Pada lahan milik bapak Udin dan bapak Rejo hanya ditemukan belalang namun ketika dilakukan observasi pengamatan hanya ditemukan seekor belalang. Pada lahan ini bapak udin dan bapak Rejo banyak menggunakan pestisda menurut bapak rejo hampir seminggu sekali lahan mereka disemprot pestisida sehingga OPT sulit ditemukan dilahan. Namun biasanya OPT akan mucul saat kondisi cuaca yang tidak menentu tau pancaroba. 39 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung 4.2.3 Analisis Kendala Pengendalian OPT dan Budidaya Pertanian Dalam budidaya pertanian jagung milik bapak Udin dan bapak Rejo tidak telalu mengalami kendala yang banyak sebab lahan milik pak udin dan pak Rejo memiliki tingkat modal pengelolahan yang tinggi. Menurut data departemen pertanian Indonesia kendala terbesar dalam pengendalian OPT diIndonesia ialah masalah permodan dan kurangnya penyuluhan tentang cara pengendalian OPT. 4.2.4 Solusi Pengendalian OPT yang dapat diTerapkan diLahan Observasi Berdasarkan Konsep PHT dengan Pertimbangan Keadaan Lingkungan, dan Sosial Ekonomi Petani. Pengendalian OPT adalah pengaturan makhlukmakhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pengendalian diperlukan agar mempertahankan kualitas ataupun kuantitas ari suatu usaha pertanian. Misal kita mempunyai 1 ha kebun jeruk yang menghasilkan 1 ton buah jeruk segar dalam usaha pengendalian tanaman yang menjadi prioritasnya adalah bagai mana cara kita untuk mempertahankan penenan buah jeruk 1 ton dan segar. Pengendalian hama berumur setidaknya sama dengan pertanian, lantaran petani perlu 40 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan pengganggu. Sebenarnya yang perlu dilakukan dalam pengendalian tanamanyang perlu dilakukan adalah tiga hal yaitu : a. Mengelola tanamannya; b. Mengelola lingkungannya; c. Mengelola jasad pengganggunya sendiri. Ketiga factor tersebut sangat berperan dalam pengendalian tanaman. Justru manusia sekarang sering mengabaikan ketiga factor tersebut. A. Mengelola Tanamannya Sebenarnya dalam pengendalian hama tanaman yang sangat diperlukan adalah bagaimana cara kita untuk mengelola tanaman tersebut dengan baik. Tanaman yang kita kelola dengan baik umumnya memiliki kesempatan kecil untuk terhindar dari hama penyakit tanaman. Kesalahan dalam sistem pertanian di Indonesia selalu mementingkan keuntungan serta waktu produksi yang cepat , sehingga para petani di Indonesia lebih cenderung menggunakan tekhnologi modern dalam usaha pertaniannya dari pada menggunakan usaha tradisional dalam penggelolaan lahan pertanian. 41 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung B. Mengelola lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor utama dalam pengelolaan tanaman. Selain itu lingkungan memiliki hubungan timbal balik dengan makhluk hidup. Pada zaman sebelum diterapkannya revolusi hijau lingkungan sebelum tanaman lahan pertanian tidak menggunkan model monokultur dalam pertanian sehingga Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang kaya akan hasil pertaniannya. Dan saat sesudah munculnnya monokultur kesimbangan lingkungan cenderung menurun.. Secara umum dapat kita ketahui ada beberapa faktor abiotik yang berinteraksi langsung dengan makhluk hidup diantaranya, tanah,air,udara,dan sebagainya. Tanah menjadi salah satu faktor abiotik yang berhubungan langsung dengan tumbuhan ditanah dapat kita temukan beberapa unsure yang dibutuhkan oleh tanaman diantaranya : 1. Tanah memiliki kandungan air sebesar 25 % 2. Tanah memiliki kandungan udara sebesar 25 % 3. Tanah memiliki kandungan mineral sebesar 45 % 4. Tanah memiliki kandungan bahan organik sebesar 5% Bila kita menjaga kestabilan lingkungan maka kita telah menjaga tanaman anda atau dengan kata lain mengelola lingkungan anda untuk mengendalikan tanaman anda dari hama penyakit tanaman. C. Mengelola jasad pengganggunya sendiri. 42 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung Jasad penggangu atau organisme penggangu tanaman (OPT) sebenarnya bila kita mengelolanya kita dapat mengunakan dua cara sebelumnya yaitu dengan tanaman dikelola dengan baik serta kestabilan lingkungan terjaga maka OPT tidak akan mudah menggangu tanaman. Dengan kata lain antara mengelola tanaman,lingkungan,mengelola jasad penggangu saling berhubungan erat dalam penggendalian tanaman. 43 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dari hasil uji lapang terhadap kebun pangan milik Bapak Udin dan Bapak Rejo terlihat cara pengelolahan dan perlindungan tanamannya mengutamakan pestisida sebagai jalan perlindungan. Dari kondisi ekonomi petani memiliki kondisi ekonomi yang baik. 5.2 SARAN Sebaiknya pada lahan pertanian milik Bapak Udin dan Bapak Rejo mengutamakan pengelolahan yang baik secara ekologis. 5.3 KESAN SELAMA PRAKTIKUM Selama praktikum dari pihak petani sangat baik dan terbuka dalam setiap pertanyaan. 5.4 SARAN UNTUK ASISTEN TERHADAP ASISTEN DAN KESAN Saran: Mas Prisma asisten terbaik. No coment Kesan: Sangat menyenangkan apabila praktikum DPT bersama asisten Prisma Suganda. 44 Perlindungan Tanaman Pangan Jagung DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Purnama. 2003. Pengendalian Hama Terpadu. IPB: BOGOR Diharjo, Mangoen. 1983. Pengendalian Hayati. Jurusan Ilmu. UGM: Yogyakarta Reichelderfer, K.H dan D.G. Battrell. 1985.Evaluating the economic sociologieal implication of agricultural pest and their contro. Crop port 4 (3) : 281- 297 Untung, K. 1993. Konsep pengendalian hama terpadu. Andi offset. UGM: Yogyakarta. Wiyono, Suryo. 2011. Http//:www.google.com/ Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 23 Desember 2011. Hidayat,A. 2001. Metoda Pengendalian Hama. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan: Jakarta.