laporan fieldwork perlindungan tanaman pangan

advertisement
LAPORAN FIELDWORK
PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN
Oleh :
KELOMPOK
TANAMAN PANGAN
KELAS F AGROEKOTEKNOLOGI
Asisten :
PRISMA SUGANDA
VIONA MEGASARI
ALFRIANTO RAUF
JULIAN PRATAMA
MYRMA IMAN LUVANTARI
FRETA KIRANA BALLADONA
YOHANES KRISTANTYO
AKBAR SAITAMA
RACHMATIKA LAUCHUL MACHFIDHA
115040201111001
115040201111006
115040201111008
115040201111014
115040201111018
115040201111036
115040201111037
115040201111040
1
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh
berbagai jenis tanaman pangan. Walaupun saat ini
banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang
diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal
sebagai negara swasembada pangan. Hampir seluruh
rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan
pokoknya. Tanaman pangan yang dapat ditemui seharihari dan ditanam di pekarangan rumah adalah padi ,
jagung , sayur mayur dan buah-buahan yang dapat
diolah menjadi masakan dan beberapa tanaman dapat
dimakan tanpa harus dimasak. Di Jawa Barat, sebagian
besar masyarakatnya biasa memakan sayuran mentah
yang dijadikan lalapan dan sebagian besar dari sayuran
tersebut diambil dari kebun mereka sendiri. Namun
sayang sekali petani zaman sekarang lebih suka cara
yang praktis dalam bercocok tanam , misalnya dalam
membasmi hama penyakit tanaman petani lebih
percaya terhadap penggunaan pestisida . Tidak jarang
petani menggunakan pestisida dengan dosis yang
berlebihan , padahal penggunaan pestisida dapat
membahayakan yang mengkonsumsi dan juga
petaninya itu sendiri .Diperlukan pengetahuan terhadap
petani dalam masalah bercocok tanam yang baik dan
benar, misalnya dengan adanya penyuluhan terhadap
petani, namun kendalanya adalah petani indonesia tidak
percaya terhadap teori yang di jelaskan oleh para
penyuluh, mereka lebih percaya terhadap pengalaman
mereka sendiri dan juga dengan cara mereka sendiri .
2
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Tanpa adanya bukti yang jelas terhadap teori bercocok
tanam yang baik dan benar , mungkin petani indonesia
akan terus menggunakan bahan-bahan kimia sebagai
senjata mereka dan juga akan terus menggunakan
menggunakan cara-cara yang praktis dalam bercocok
tanam.
1.2 Tujuan Umum
Mengamati dan memahami perlindungan tanaman pada
pangan Jagung.
1.3 Tujuan khusus
Mengamati kondisi lahan serta kondisi ekonomi dari
petani tanaman pangan.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui cara petani zaman sekarang dalam
mengelola tanaman pangan.
3
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi PHT
Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan
secara ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi
berbagai pengendalian yang kompatibel dengan tujuan
memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak
negatif terhadap lingkungan sekecil-kecilnya. (Brader,
1979)
2.2. Definisi OPT
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan
faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik
tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar
dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.
Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi
oleh dinamika faktor iklim. (Hidayat, A, 2001)
2.3. Devinisi EKOSISTEM
Ekosistem dapat dikenal dalam ekologi. Ekologi berasal
dari kata oikos artinya rumah dan secara luas berarti
rumah tangga alam dan dari kata logos yang definisinya
adalah ilmu. Jadi ekologi adalah salah satu cabang
biologi yang mempelajari segala sesuatu tentang rumah
tangga alam atau ilmu yang mempelajari hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya.
Kesatuan antara komunitas dengan lingkungan
abiotiknya disebut ekosistem.
Halaman rumah, akuarium, kebun dan kolam
merupakan ekosistem kecil sedangkan gurun dan hutan
merupakan ekosistem besar.
4
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Ekosistem besar terdiri atas beberaa ekosistem kecil
dan setiap ekosistem kecil terdiri atas beberapa
ekosistem yang lebih kecil lagi.
2.4. Komponen PHT
Meskipun
PHT
mencakup
beberapa
teknik
pengendalian hama standar, empat komponen PHT
jelas terpisah dari yang khas pengendalian hama
praktek-praktek yang hanya mengandalkan perangkap
dan keracunan. Keempat komponen
* Inspeksi: pemeriksaan area indoor dan outdoor untuk
mengidentifikasi apa, di mana, dan mengapa hama
yang aktif. Sebuah inspeksi yang dilakukan pada awal
dari program PHT; inspeksi ringan terjadi sepanjang
program PHT.
* Pemantauan: verifikasi kehadiran atau tidak adanya
hama. Pemantauan meliputi pengamatan langsung dari
hama; pengamatan langsung dari kotoran hama, noda,
kerusakan, dll, dan koleksi hama dalam perangkap.
* Pengobatan: tindakan korektif atau intervensi untuk
mengurangi jumlah hama. Pendidikan untuk mengubah
perilaku masyarakat adalah bagian paling penting dari
program PHT yang efektif. Membersihkan, sanitasi, dan
menjaga hama keluar yang efektif dalam jangka
panjang.
* Evaluasi: tindak lanjut untuk menentukan apakah
pengobatan yang berhasil dan apa yang harus
dilakukan selanjutnya. Evaluasi adalah salah satu
komponen paling penting dari rencana PHT.
5
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
2.5. Komponen ekosistem
1. Komponen Biotik. Berdasarkan caranya memperoleh
makanan di dalam ekosistem, organisme anggota
komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Produsen, yang berarti penghasil. Produsen
merupakan organisme yang mampu menghasilkan
zat makanan sendiri (autotrof) melalui fotosintesis.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan
hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil.
Produsen
ini
kemudian
dimanfaatkan
oleh
organisme-organisme yang tidak bisa menghasilkan
makanan (heterotrof) yang berperan sebagai
konsumen.
b. Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu organisme
yang tidak dapat menghasilkan zat makanan sendiri
tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat oleh
organisme lain. Organisme yang secara langsung
mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah
herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut
konsumen tingkat pertama. Karnivora yang
mendapatkann
makanan
dengan
memangsa
herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora
yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut
konsumen tingkat ketiga dan seterusnya.
Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan
membentuk rantai makanan. Perhatikan contoh
sebuah rantai makanan ini: daun berwarna hijau
(Produsen) –> ulat (Konsumen I) –> ayam
(Konsumen II) –> musang (Konsumen III) –> macan
(Konsumen IV/Puncak).
6
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Dalam ekosistem, banyak proses rantai makanan
yang terjadi sehingga membentuk jaring-jaring
makanan (food web) yang merupakan kumpulan dari
beberapa rantai makanan.
c. Dekomposer atau pengurai. Dekomposer adalah
jasad renik yang berperan menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati
ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan
adanya organisme pengurai, organisme akan terurai
dan meresap ke dalam tanah menjadi unsur hara
yang kemudian diserap oleh tumbuhan (produsen).
Selain itu aktivitas pengurai juga akan menghasilkan
gas karbon dioksida yang akan dipakai dalam proses
fotositesis.
2. Komponen Abiotik. Komponen abiotik merupakan
komponen tak hidup dalam suatu ekosistem.
Komponen abiotik sangat menentukan jenis makhluk
hidup yang menghuni suatu lingkungan. Komponen
abiotik banyak ragamnya, antara lain: tanah, air,
udara, suhu, dan lain-lain.
a. Suhu. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme
yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari. Sinar matahari mempengaruhi
ekosistem
secara
global
karena
matahari
menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan
unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
7
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
c. Air. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.
Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan,
perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan
dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan
sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi
manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur
abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air
diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk
.
d. Tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi
organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. .
Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi
pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Angin. Angin selain berperan dalam menentukan
kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji
tumbuhan tertentu.
f. Garis. lintang.Garis lintang yang berbeda
menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula.
Garis lintang secara tak langsung menyebabkan
perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi.
Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang
tertentu saja.
8
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
2.6 Peran PHT dalam ekosistem pertanian
Peran PHT dalam ekosistem pertanian berkaitan
dengan system pertanian berlanjut Sistem pertanian
berkelanjutan merupakan tujuan jangka panjang PHT
dengan sasaran pencapaian produksi tinggi, produk
berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan
tanah, air, dan sumber daya lainnya, pembangunan
perekonomian desa agar makmur (thriving), dan
kehidupan yang lebih baik bagi keluarga petani dan
komunitas pertanian pada umumnya.
Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan
didasari oleh terjadinya resistensi hama terhadap
insektisida, ledakan hama sekunder, dan pencemaran
lingkungan akibat pemakaian insektisida.Di lain pihak,
pengembangan pertanian berkelanjutan didasari oleh
muncul nyagerakan pertanian organik pada tahun 1920
dan 1930-an. Gerakan ini menuntut perlunya pengkajian
pengaruh pupuk sintetis terhadap kualitas tanah,
penyediaan pangan bagi penduduk dunia yang tumbuh
dramatis, dan revolusi hijau yang telah menyebabkan
meningkatnya penggunaan varietas unggul yang
responsif terhadap pupuk sintetis dan penggunaan
pestisida secara tidak bijaksana dalam pengendalian
organisme pengganggu tanaman (Ohmart 2002).
Konsep pertanian berkelanjutan muncul akibat imple
mentasi pertanian modern yang menurunkan kualitas
sumber daya alam. Pertanian modern dengan input
tinggi mampu meningkatkan hasil tanaman, namun di
sisi lain menimbulkan kerusakan lingkungan yang untuk
memper baikinya diperlukan biaya yang besar.
Kerusakan lingkungan antara lain terlihat dari hilangnya
permukaan tanah,
pencemaran air,
hilangnya
biodiversitas, ketergantungan pada sumber daya yang
9
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
tidak dapat diperbarui, meningkatnya biaya produksi
dan jatuhnya harga hasil pertanian, menurunnya
komunitas desa, dan makin banyaknya petani. Hal ini
akan mempengaruhi atau mengubah rantai makanan
hama yang dikhawatirkan berpotensi merusak tanaman
budi daya.
PHT dalam pertanian berkelanjutan dalam proses
produksinya sangat memperhatikan kondisi alam
ataupun ekosistem pertanian.
PHT mempunyai dampak yang besar terhadap produksi
pertanian manakala dalam pelaksanaannya ada
kekeliruan seperti penggunaan pestisida yang
sangattoksik, residu di atas batas maksimum residu
(BMR), dan pencemaran ling kungan,yang pada
akhirnya merusak kesehatanmasyarakat. Alternatif
kebijakan implementasi PHT untuk mencapai praktek
pertanian yang baik menuju pertanian berkelanjutan
diuraikan berikut ini.
a. Pemilihan Varietas Tahan dan Hemat Energi
Keberlanjutan pertanian antara lain ditentukan oleh
penggunaan varietas tahan hama penyakit dan hemat
energi. Usaha untuk menghasilkan varietas yang hemat
energi di antaranya adalah dengan mengubah tipe
tanaman C3 menjadi C4, atau mengubah arsitektur
tanaman menjadi lebih produktif, misalnya padi tipe baru
dengan anakan sedikit dan bentuk daun yang memiliki
kemampuan lebih tinggi untuk berfotosintesis sehingga
dapat berproduksi lebih tinggi (Cantrell 2004).
10
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Dalam memilih varietas yang akan ditanam,nilai tambah
produksi dan pemasaran juga perlu diperhitungkan. Hal
ini penting artinya karena setiap varietas mempunyai
karakter yang berbeda; ada yang cocok untuk dibuat
bihun, beras kristal, nasi goreng, dan sebagainya.
Dalam praktek pertanian yang baik, petani perlu
dibimbing dalam memilih varietas yang tidak rakus hara,
hemat air, tahan hama dan penyakit, dan berproduksi
normal di mana pun ditanam. Ini penting artinya agar
mereka tidak menggunakan input secara berlebihan,
baik pupuk, air
maupun pestisida, sebagaimana yang dikehendaki oleh
kaidah praktek pertanian yang baik menuju
keberlanjutan system produksi.
b. Teknologi Pengendalian Hama secara Hayati
Pengendalian
hayati
secara
inundasi
adalah
memasukkan musuh alami dari luar dengan sengaja ke
pertanaman untuk mengendalikan hama. Inundasi yang
dapat dilakukan adalah penggunaan cendawan
Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sebagai
agens hayati.Efektivitas biakan B. bassiana terhadap
wereng coklat mencapai 40% (Baehakiet al. 2001).
Cendawan ini selain dapat mengendalikan wereng
coklat, juga dapat digunakan untuk mengendalikan
walang sangit (Tohidin et al. 1993), Darna catenata
(Daud dan Saranga 1993), dan lembing batu
(Caraycaray 2003). Formulasi cendawan M. anisopliae
dapat menurunkan populasi hama sampai 90%.
11
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
c. Pergiliran Varietas Antarmusim
Hama tanaman padi tidak akan meledak sepanjang
musim dan peningkatan populasinya hanya terjadi pada
musim hujan. Pada musim kemarau, populasi hama,
misalnya wereng, cenderung rendah, kecuali pada
musim kemarau yang banyak hujan atau di daerah
cekungan. Pergiliran varietas berdasarkan gen
ketahanan yang terkandung pada tanaman padi untuk
menghadapi tingkat biotipe wereng coklat. Pada daerah
wereng coklat biotipe 1, pertanaman padi diatur dengan
menanam varietas yang mempunyai gen tahan Bph1,
bph2 dan Bph3 pada musim hujan. Pada musim
kemarau dapat ditana varietas padi yang tidak
mempunyai gen tahan. Pergiliran varietas pada daerah
wereng coklat biotipe 2 dilakukan dengan menanam
varietas yang mempunyai gen tahan bph2 dan Bph3
pada musim hujan.
Pada musim kemarau ditanam varietas yang
mempunyai gen Bph1. Pergiliran varietas pada daerah
wereng coklat biotipe 3 dilakukan dengan menanam
varietas yang mempunyai gen tahan Bph1+ dan Bph3
pada musim hujan. Pada musim kemarau ditanam
varietas dengan gen tahan Bph1v dan bph2.Pengaturan
pertanaman di dalam musim juga diperlukan untuk
menangkalserangan wereng coklat dan penggerek
batang padi, yaitu pada awal musim hujan menanam
varietas tahan yang berumur pendek dan pada
pertengahan musim sampai akhir musim hujan
menanam
12
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
d. Minimalisasi Residu Pestisida
Penggunaan insektisida merupakan taktik dinamis yang
dilaksanakan dalam kurun waktu pertumbuhan tanaman
bila teknik budi daya dan pengendalian hayati gagal
menekan populasi hama di bawah ambang ekonomi.
Penentuan ambang ekonomi sangat penting sebagai
dasar pengambilan keputusan pengendalian. Bhat
(2004) menyebutkan bahwa ambang ekonomi
merupakan komponen yang sangat penting dalam PHT.
Pengendalian hama berdasarkan ambang ekonomi juga
bertujuan untuk mengatasi penggunaan bahan kimia
secara berlebihan yang berdampak terhadap tingginya
residu pestisida pada produk pertanian dan pencemaran
lingkungan.
e. Pengendalian Berdasarkan Manipulasi Musuh
Alami
Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh
alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang
lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai
insektisida. Pada prinsipnya musuh alami akan selalu
berkembang mengikuti perkembangan hama. Selama
musuh alami dapat menekan hama maka pengendalian
dengan bahan kimia tidak diperlukan karena
keseimbangan biologi sudah tercapai. Namun bila
perkembangan musuh alami sudah tidak mampu
mengikuti perkembangan hama, artinya keseimbangan
biologi tidak tercapai, maka diperlukan taktik
pengendalian yang lain, termasuk bahan kimia.
13
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
2.7 Faktor penyebab timbulnya ledakan hama dan
penyakit
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
ledakan populasi suatu hama tanaman.
1. Ledakan Hama
a.
Faktor pertama adalah kondisi cuaca yang
menguntungkan. Cuaca dan iklim memiliki
pengaruh langsung terhadap laju pertumbuhan
dan kematian suatu jenis serangga. Pengaruh
secara tidak langsung adalah pertumbuhan
tanaman karena kondisi cuacanya baik.
Tanaman juga tumbuh dalam kondisi yang
subur, sehingga menjadi tempat yang nyaman
untuk perkembangbiakan hama. Juga terdapat
pengaruh tidak langsung dari cuaca/iklim, yaitu
perbedaan respons. Bila kondisi cuaca/iklim
menguntungkan bagi pertumbuhan hama
dibanding musuh alaminya, laju pertumbuhan
hama akan meningkat. Sebaliknya, bila kondisi
lebih menguntungkan untuk musuh alami,
pertumbuhan hama akan terhambat.
b.
Faktor kedua adalah budi daya yang intensif dan
monokultur.
Budi daya yang intensif menjadikan lahan
pertanian jenuh pemakaian dan monokultur
mengakibatkan suatu spesies tanaman tumbuh
pada areal yang luas. Dampaknya sangat
menguntungkan bagi pertumbuhan hama
tanaman tersebut. Saat lahan pertanian
dibudidayakan secara intensif, hama tanaman
secara terus-menerus mendapat tempat yang
menguntungkan, baik dari aspek suplai makanan
maupun lingkungan tumbuhnya dan musuh
alaminya tidak ada. Dalam sistem monokultur,
tanaman tertentu secara khusus dibudidayakan
14
c.
d.
e.
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
dengan perawatan yang optimal dengan seluruh
usaha tani, agar diperoleh hasil maksimal.
Kondisi ini menjadikan tempat yang nyaman
untuk perkembangan hama. Pada lahan yang
dibudidayakan secara multikultur, individu
tanaman dari setiap spesies hidup hanya sedikit
dan tersebar. Hama yang datang untuk suatu
jenis tanaman akan kesulitan untuk mencari
tempat yang cocok berkembang biak. Ini karena
satu tanaman yang sama terletak saling
berjauhan dan tidak nyaman untuk hama
tersebut. Dalam situasi seperti ini, hama
tanaman tidak akan berkembang dengan baik.
Faktor ketiga adalah musnahnya lingkungan
alami.
Kegiatan ekstensifikasi pertanian dan aktivitas
pembangunan
sektor
lainnya
dapat
menghilangkan areal alami seperti hutan yang
merupakan habitat alami serangga beserta
musuhnya. Ketika areal alami tersebut dibuka,
serangga akan pindah ke tempat lain.
faktor keempat adalah masuknya hama dan
penyakit tanaman. Material tanaman, termasuk
hama dan penyakitnya, yang terbawa dari luar
wilayah teritorial dapat saja terjadi. Hama yang
baru ini masuk bila lingkungannya lebih
menguntungkan dibanding tempat asalnya.
Hama tersebut akhirnya dapat menjadi hama
yang baru dan tumbuh dengan pesat.
Penggunaan insektisida merupakan faktor lain
terjadinya ledakan hama. Pemakaian insektisida
yang intensif untuk memusnahkan hama
tanaman tertentu dapat mengakibatkan musuh
alami dari hama tersebut turut terbunuh. Dengan
hilangnya musuh alami, kemampuan hidupnya
15
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
menjadi lebih tinggi hingga mencapai tingkat
epidemik. Penggunaan insektisida yang tidak
pandang bulu juga dapat mengakibatkan
resistensi hama. Hal ini terjadi sebagai akibat
terbunuhnya genotipe yang mudah terkena
penyakit dan melahirkan genotipe yang lebih
tahan pestisida. Setelah beberapa tahun
penggunaan pestisida yang sama (karena
tanamannya monokultur), hama tersebut akan
benar-benar tahan terhadap obat. Dengan
kondisi cuaca yang menguntungkan, maka akan
terjadi ledakan hama.
2.ledakan penyakit
Dari konsep segitiga penyakit tampak jelas
bahwa iklim sebagai faktor lingkungan fisik
sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya
penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap
Patogen bisa terhadap siklus hidup patogen,
virulensi (dayainfeksi), penularan, dan reproduksi
patogen. Pengaruh perubahan iklim akan sangat
spesifik untuk masing masing penyakit. Garret et
al. (2006) menyatakan bahwa perubahan iklim
berpengaruhterhadap
penyakit
melalui
pengaruhnya pada tingkat genom, seluler,
proses fisiologi tanaman dan patogen. Bakteri
penyebab
penyakit
kresek
pada
padi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai
suhu optimum pada 30º C (Webster dan
Mikkelsen, 1992) ). Sementara F. oxysporum
pada bawang merah mempunyai suhu
pertumbuhan optimum 28-30 º C (Tondok,
2003). Bakteri kresek penularan utamanya
adalah melalui percikan air sehingga hujan yang
disertai angin akan memperberat serangan.
16
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Pada temperatur yang lebih hangat periode
inkubasi penyakit layu bakteri (Ralstoniaso
lanacearum) lebih cepat di banding suhu rendah.
Sebaliknya penyakit hawar daun pada kentang
yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora
infestans lebih berat bila sejuk (18-22 º C) dan
lembab. Faktor-faktor iklim juga berpengaruh
terhadap ketahanan tanaman inang. Tanaman
vanili yang stres karena terlalu banyak cahaya
akan rentan terhadap penyakit busuk
batang yang disebabkan oleh Fusarium.
Ekspresi gejala beberapa penyakit karena virus
tergantung dari suhu.
Dinamika lingkungan biotik juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor iklim. Habitat mikro daun atau
disebut filoplan mempunyai tingkat kolonisasi
ragi (yeast) yang lebih tinggi dibanding akar
karena kemampuan mikrob tersebut untuk
mentolerir kekeringan. Yeast tersebut berperan
penting dalam pengendalian hayati penyakitpenyakit yang menyerang tajuk. Jenis dan
kelimpahan cendawan penghuni daun bawang
merah yang bersifat saprofitik dipengaruhi oleh
curah hujan dan kelembaban udara relatif
(Wiyono, 1997).
17
2.8
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
METODE PENGENDALIAN OPT
Metode-metode pengendalian OPT menurut
PHT
1. Metode Agronomis, meliputi :
a. Penggunaan Varietas tahan
b. Rotasi tanaman
c. Pengolahan tanah yang baik
d. Pemangkasan
e. Pengelolaan air
f. Penanaman tanaman perangkap
2. Metode mekanis meliputi :
a. Pemungutan hama
b. Perlindungan dengan barrier
c. Penggunaan perangkap hama
3. Metode fisis meliputi
a. Pemanasan
b. Pendinginan
c. Pengaturan kelembaban
d. Penggunaan energi cahaya
e. Penggunaan energi suara
4. Metode biologis meliputi :
a. Penggunaan parasitoid
b. Penggunaan predator ( Pemangsa)
c. Penggunaan pathogen (Penyakit serangga)
5. Metode khemis meliputi
a. Penggunaan pestisida
b. Penggunaan attractant
c. Penggunaan repellent
d. Penggunaan sterilant
18
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
e. Penggunaan antifeedant
f. Penggunaan sex pheromone
g. Penggunaan hormone
6. Metode genetis
7. Undang-undang
•
VARIETAS TAHAN (Metode pengendalian
agronomis)
Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan lultivar
yang
resisten
terhadap
suatu
hama
sambil
mempertahankan
atau
memperbaiki
sifat-sifat
agronomis tanaman yang mendasar.
Peranan varietas tahan dalam PHT :
1. Penggunaan praktis dan secara ekonomis
menguntungkan. Penerapan tidak memerlukan
tambahan biaya dan keterampilan khusus,
mengingat cara ini adalah praktek bercocok
tanambiasa, sehingga biaya yang dikeluarkan
lebih murah.
2. Bersifat spesifik. Penggunaan varietas tahan
hanya ditujukan kepada opt sasaran
3. Efektifitas pengendalian bersifat kumulatif dan
persisten. Penanaman varietas tahan dari musim
ke musimdapat semakin menurunkan populasi
hama
(kumulatif).
Persistensi
dapat
dipertahankan dengan cara pergiliran varietas
tahan.
4. Kompatibel dengan cara pengendalian lain.
Dapat dipadukan dengan cara pengendalian
yang lain, sehingga hasilnya lebih optimal
5. Dampak negatif terhadap lingkungan kecil
19
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Ketahanan tanaman terhadap serangga terbagi
kedalam 3 bentuk :
1. Toleran, yakni dapat bertahan melalui serangan
yang hebat tanpa kehilangan hasil yang
banyak
2. Non preferen, dimana serangga tidak mau
makan,
meletakkan
telur
atau
menggunakannya
sebagai
tempat
berlindung.
3. Antibiosis, bila serangga tidak tumbuh, bertahan,
atau bereproduksi dengan baik
Sedangkan ketahanan tanaman
serangga terbagi kedalam 3 bentuk :
terhadap
1. Imunitas, dimana tanaman tidak dapat diserang
oleh penyakit dalam keadaan yang
bagaimanapun.
2. Hipersensitif, bagian tanaman yang terserang
secepatnya diisolasi dan dihancurkan
sehingga tidak dapat menyebar
3. Toleran, tanaman yang diserang masih dapat
memberikan hasil yang lebih tinggi daripada
yang rentan
• PENGENDALIAN MEKANIK
Bertujuan untuk mematikan atau memindahkan
hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan
bantuan alat / bahan lain
20
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
1. Pengambilan dengan tangan. Adalah teknik yang
paling sederhana dan murah tentunya untuk daerah
yang banyak tersedia tenaga manusia. Yang
dikumpulkan adalah fase hidup hama yang mudah
ditemukan atau bagian-bagian tanaman yang
terserang.
2. Gropyokan.
Biasanya
dilakukan
untuk
pengendalianhama tikus. Tikus dibunuh secara
langsung dengan menggunakan alat bantu seperti
cangkul dan alat pemukul. Sebaiknya dilakukan
secara massal pada sawah dalam keadaan bera.
3. Memasang prangkap. Serangga hama diperangkap
dengan berbagai jenis alat perangkap sesuai jenis
dan fasenya. Alat diletakkan pada tempat atau
bagian tanaman yang dilewati hama.
4. Pengusiran. Sasarannya adalah mengusir hama
yang sedang berada di atau sedang menuju
pertanaman, dengan memasang patung-patung atau
mengeluarkan suara gaduh.
mencuci, memisahkan bagian terserang, memukul, dll
• PENGENDALIAN FISIK
Adalah suatu usaha mempergunakan atau merubah
factor lingkungan fisik sedemikian rupa, sehingga dapat
menimbulkan kematian dan mengurangi populasi hama.
1.
Perlakuan panas dan kelembaban.
Perlakuan seperti ini paling berhasil bila
diterapkan dalam ruang tertutup seperti di
gudang untuk hama yang menyerang
dipenyimpanan.
Faktor
suhu
dan
kelembaban
dapat
mempengaruhi
penyebaran,
fekunditas,
kecepatan
perkembangan,
lama
hidup
dan
mortalitas hama.
21
2.
3.
4.
•
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Penggunaan lampu perangkap. Dapat
digunakan untuk mengurangi populasi
serangga dewasa.
Penggunaan
gelombang
suara.
Penggunaan suara sebagai pengendali
serangga belum banyak dilakukan karena
system akustik serangga belum banyak
diketahui.secara teoritik ada 3 metode,
yakni
penggunaan
suara
dengan
intensitas
rendah
serta
dengan
perekaman suara yang diproduksi
serangga untuk mengganggu perilaku
serangga hama.
Penggunaan penghalang atau barrier.
Yakni dengan menggunakanberbagai
ragam
faktor
fisik
yang
dapat
menghalangi atau membatsi serangga
hama sehingga tidak menjadi masalah
bagi petani, contoh : peninggian
pematang, lubang / selokan jebakan yang
diisi air, pagar rapat, lembaran seng/
plastikdisekeliling pertanaman, mulsa
plastik/ jerami, pembungkusan buah
dengan kantong plastik.
PENGENDALIAN DENGAN PESTISIDA
Keuntungan penggunaan pestisida :
1. Praktis.
2. Cepat.
3. Sifat-sifat, penggunaan dan cara aplikasinya
mempunyai kisaran yang luas.
22
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Ketergatasan penggunaan pestisida :
1. Resistensi.
2. Membunuh organisme non target
3. Ledakan hama sekunder
4. Polusi lingkungan
5. Harga relatif tinggi
Penggunaan pestisida berdasarkan pH :
1.
Aplikasi bila perlu (treatment when
necessary)
2.
Pengendalian hama 100% (pembasmian)
tidak diperlukan untuk mencegah
kehilangan hasil secara ekonomis.
Dalam PHT penggunaan pestisida dapat dikategorikan
3 macam yaitu :
1.
Penyemprotan pestisida didasarkan pada
pemilihan waktu yang tepat, yaitu dtujukan pada
titik lemah dari siklus hidup serangga.
2. Pengendalian dengan pestisida digunakan untuk
mengatasi keadaan epidemik yakni apabila
semua tindakan pengendalian tidak mampu
untuk mencegah peningkatan populasi hama
hingga mencapai ambang kerusakan ekonomis.
3. Perlakuan pestisida harus dilakaukan secara
selektif dan sesuai dengan dosis anjuran.
23
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
- BIOTEKNOLOGI
Dalam konteks PHT bioteknologi khususnya teknologi
molekuler ditujukan kepada pengembangan metode
pengendalian baru,seperti diciptakannya tanaman
transgenic
yang
dimodifikasi
secara
genetis,
diantaranya tanaman yang tahan terhadap herbisida,
insektisida, dan virus.
Contoh-contoh aplikasi bioteknologi dalam PHT :
1.
Antibodi monoklonal yang digunakan pada benih
uji, bahan tanaman, stek, dan cangkok untuk
mengetahui keberadaan virus dan bakteri.
2.
Regenerasi secara invitro berdasarkan fakta
bahwa setiap sel tanaman dipenuhi oleh
informasi genetik yang dibutuhkan untuk
beregenerasi menjadi sebuah tanaman utuh.
Jaringan meristem yang tidak mengandung
virus digunakan dlm jaringan atau kultur in vitro
untuk menghasilkan tanaman bebas virus.
3.
Tanaman tahan herbisida yakni tanaman yang
dikembangkan
melalui
transfer
gen
menggunakan sejenis bakteri yang tahan
terhadap herbisida, seperti agrobacterium
tumefasciens.
4.
Tanaman transgenik tahan virus yang diciptakan
dengan memasukkan gen selubung protein
dari 6 jenis virus yang penting secara
ekonomis seperti TMV dan PVX. Beberapa
jenis tanaman transgenic taham virus seperti
tembakau, tomat, dan kentang dikembangkan
secara built in.
24
5.
6.
7.
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Tanaman transgenic tahan terhadap serangga
diciptakan dengan mentransfer gen insectisida
alami berasal dari bakteri bacillus thuringiensis
yang menghasilkan sejenis protein berupa
toksin, sehingga bila termakan oleh ulat maka
ia akan mati
Tanaman simbion pathogen serangga. Jika
sebuah
gen
memerintahkan
untuk
menghasilkan toksin serangga dimasukkan
dalam bakteri tular tanah Pseoudomonas yang
hidup berasosiasi dengan sistem perakaran
(rhizophere), tanaman tersebut didorong oleh
bakteri transgenic sehingga dapat mematikan
serangga dan memakan perakarannya.
Baculovirus hypervirulen. Manipulasi genetika
dapat meningkatkan virulensi Baculovirus
hypervirulen sehingga lebih efektif sebagai
agens hayati. Baculovirus juga dapat
dimanipulasi untuk menghasilkan protein asing
untuk tujuan therapeutic dan prophylactic.
Sedangkan objek dari penelitian saat ne adalah :
Biologi molekuler dari gen kunci yang mengatur
perkembangan dan reproduksi serangga Aspek
molekuler dari insectisida biologi saat ini untuk
memecahkan masalah dalam produksi dan efikasi.
Mempelajari hubungan gen dan gen dari interaksi inang
dan pathogen
25
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
• KULTUR TEKNIS
Merupakan jenis pengendalian yang digunakan oleh
petani baik secara sadar atau tidak untuk meningkatkan
hasil
Metode-metode kultur teknis yang dapat meningkatkan
pengendalian OPT :
1. Penggunaan bahan tanaman bebas OPT
2. Pembajakan tanah, dan pembakaran sisa
pertanaman sebelumnya
3. Sinkronisasi pertanaman
4. Penanaman tanaman perangkap
5. Intercropping
6. Rotasi tanaman
7. Aplikasi pupuk yang seimbang
8. Penanaman tanaman pelindung
9. Sanitasi
• PENGGUNAAN FEROMON
Feromon adalahsuatu zat yang dihasilkan oleh
serangga dan tungau sebagai alat komunikasih dalam
satu species. Sex feromon memungkinkan serangga
jantan untuk mengenali serangga betina. Sebagian
besar penelitian adalah menggunakan sex feromon
untuk memerangkap serangga jantan dan mengganggu
komunikasihnya. Contoh adalah pada hama kapas
pectinophora gossypiella yang berhasil dikendalikan
secara efektif dengan memenuhi udara sekitar
pertanaman kapas dengan feromon. Feromon dilepas
dengan system “paket perlepasan perlahan” sehingga
dapat menhalangi jantan yang menemukan betinanya.
26
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Perangkap umpan feromon digunakan untuk memonitor
distribusi dan melimpahnya populasi untuk menentukan
waktu yang paling tepat dalam menggunakan pestisida
atau untuk menangkap sejumlah besar serangga jantan
dewasa untuk menurunkan kepadatan populasi. Metode
ini kurang efektif pada populasi tinggi dan bila serangga
mampu untuk melakukan perkawinan lebih dari sekali
Feromon sintetis sering digunakan. Kadang-kadang
sejenis bahan kimia sederhana pun dapat menjadi
sangat menarik bagi serangga sebagaimana sex
feromon. Seperti aseton yang dapat sebagai pengganti
sex feromon yang dapat menarik lalat tsetse, namun
sayangnya harganya masih relatif mahal.
• PENGENDALIAN SECARA PREVENTATIF
Pengukuran preventatif bertujuan untuk mencegah
munculnya OPT baru atau untuk membatasi
keberadaannya sehingga tidak akan menjadi masalah
serius. Pengukuran preventatifbiasanya melibatkan
karantina dan undang-undang. Karantina dan peraturan
undan-undang ditegakkan dibanyak negara untuk
mencegah masuk dan penyebaran OPT.
Negara-negara dengan pelayanan karantina yang
efisien membutuhkan inspeksi yang ketat dan fumigasi
terhadap bahan tanaman impor pada stasiun
karantinatempat masuknya. Pembatasan penyebaran
OPT baru secara permanen atau secara khusus di
daerah perbatasan negara. Pemerintah bertanggung
jawab dalam program pengendalian termasuk eradikasi,
pembatasan penyebaran dan pemusnahan OPT.
27
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
2.9 KONSEP AMBANG EKONOMI
Ambang ekonomi (Economic Threshold), merupakan
jumlah serangga yang dapat memicu tindakan
manajemen. Jika populasi hama terus meningkat, maka
laju pertumbuhan hama dapat diperkirakan, dan ET
ditetapkan berada di bawah EIL. Dengan demikian, kita
memperkirakan ketika populasi hama mencapai ET,
maka kemungkinan besar populasi hama tersebut
mencapai tingkat EIL. Karena itu tindakan harus diambil
sebelum populasi hama mencapai EIL
AMBANG EKONOMI
•
•
•
•
Populasi yang melebihi ambang ekonomi (ET)
akan menimbulkan kerusakan secara ekonomi
Pengendalian
gulma
dilakukan
sebelum
mencapai ambang ekonomi
Pengendalian sebelum ambang ekonomi akan
menimbulkan kerugian karena biaya yang
dikeluarkan lebih tinggi dari hasil yang diperoleh
akibat tindakan pengendalian yang dilakukan
Keseimbangan Umum menggambarkan fluktuasi
populasi
dalam
kondisi
yang
harus
dipertahankan atau dikendalikan. Tidak harus
menyentuh populasi nol.
28
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Tingkat Kerusakan Ekonomi = TKE
(Economic Injury Level = EIL)
Kenaikan hasil akibat tindakan pengendalian
Sebesar ∆Y
Ya
∆Y
H
A
S
I
L
Yx
Tindakan Pengendalian
Populasi turun dari x ke a
Biaya = ∆P
0
Pa
Px
KERAPATAN POPULASI
•
Tingkat Kerusakan Ekonomi
(Economic Injury Level/EIL)
Ya
H
A
S
I
L
∆Y
EIL jika ∆Y = ∆P
Berkait dg hasil
Yx
Px = Ambang Ekonomi
Berkait dg populasi
0
Pa
Px
KERAPATAN POPULASI
29
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Ambang Ekonomi = AE
(Economic Threshold = ET)
Gulma
Dikendalikan
Ya
P
O
P
U
L
A
S
I
Gulma Merusak Scr
Ekonomi
Gulma Dipertahankan
pada keseimbangan
umum (KU)
AE
Px
KU
0
WAKTU
30
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu
: Rabu , 14 Desember 2011 ,pukul
13.00
Tempat
: Kebun jagung milik bapak Udin
dan bapak Rejo, Desa.Kepoharjo , Kec.Karang
Ploso, Kab.Malang , Prov.Jawa Timur.
3.2 Cara Kerja
1) Kelompok Besar Praktikan Tiap asisten dibagi
menjadi 2 kelompok kecil sesuai absensi
kelompok besar.
2) Lakukan Observasi ke lapang (Tempat dan
Waktu Kesepakatan Praktikan dan Asisten).
Asisten Wajib Menemani Praktikan Saat
Dilapang.
3) Kelompok Kecil yang telah dibagi menjadi 2
kelompok, melakukan observasi pada petak
lahan budidaya yang berbeda. Dibedakan jenis
komoditas yaitu lahan komoditas pangan dan
lahan komoditas hortikultura.
4) Tiap kelompok mencatat alamat lokasi secara
lengkap dan waktu pengamatan
5) Ambil Data Tentang Lahan Budidaya (Luas
lahan, Sejarah Lahan, Nama Pemilik Lahan,
Olah Tanah, Sistem Budidaya, Tanaman yang
terdapat dipetakan lahan, Olah Tanah, Varietas
Tanam)
31
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
6) Penggunaan Pestisida (Biaya dan Jadwal
Penggunaan, jenis dan dosis)
7) Hama Yang ditemukan dan identfy spesiesnya
dan Hama Yang jadi kendala oleh petani di lahan
(spesies) serta gejala
8) Penyakit yang ditemukan berdasar gejala dan
penyakit yang jadi kendala oleh petani di lahan
9) Musuh Alami yang ditemukan di kondisi lapang
(identify)
10) Kendala dalam Berbudidaya dan Pengendalian
OPT yang dilakukan oleh petani.
11) Perlakuan petani atau solusi yang dilakukan
dalam melakukan pengendalian OPT
12) Biaya Yang telah di keluarkan dalam proses
produksi
13) Keuntungan Produksi atau hasil budidaya (Segi
ekonomi)
14) Kondisi Sosial Petani
15) Dokumentasikan Hama, Penyakit dan Musuh
Alami Yang ditemukan, Kondisi Lahan, serta
kegiatan interview observasi di lapang
32
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kondisi Lahan
Kebun jagung seluas ±0.4 ha terletak di wilayah Ngijo,
Malang dengan ketinggian diatas permukaan laut.
Kondisi lahan disana tergolong subur karena kebun
jagung sendiri juga diapit oleh tanaman semusim
lainnnya, misalnya : padi yang juga tanaman pangan.
Selain itu, lahan tersebut tidak pernah kekurangan air
karena mendapatkan suplai air dari sungai di wilayah
tersebut. Sinar matahari serta suhu stabil sesuai yang
dibutuhkan
oleh
tanaman
jagung
sehingga
pertumbuhannya optimal. Apalagi jagung yang
dibudidayakan ini merupakan jagung manis yang
merupakan jagung varietas unggul sehingga lahan
tersebut dikelilingi oleh pagar dan tongkolnya diberi
penutup agar perkembangbiakannya tidak tercampur
oleh tanaman jagung asli jawa yang berada tidak jauh
dari lahan tersebut.
4.1.2 Sistem Budidaya yang dijalankan
Sistem yang dibudidayakan adalah monokultur.
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada
satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak
paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur
menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara
33
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan
biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi
seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman
kultivar
mempercepat
penyebaran
organisme
pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit
tanaman).
Pertanaman jagung sejak dulu bersifat monokultur
karena memudahkan perawatan. Dalam setahun,
misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya jagung
tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit
dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode
penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini
biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan
ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam
berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus
menjaga kesehatan tanah.
4.1.3 Hama yang Ditemukan
Belalang kayu
Kingdom : Animalia
Phylum :Athropodar
Class
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Family :Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : V. nigricornis
34
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
4.1.4 Penyakit yang ditemukan di Lapang
a. Nama penyakit
:
Karat
daun (Puccinia polysora)
b. Klasifikasi penyakit
:
Kingdom
: Fungi
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Urediniomycetes
Ordo
: Uredinales
Famili
: Pucciniaceae
Genus
: Puccinia
Spesies
: Puccinia polysora
c. Tipe gejala penyakit
: nekrotis-klorosis
d. Pathogen penyebab penyakit : Puccinia polysora
e. Tanaman inang
: Daun jagung (Zea
mays)
f. Ciri-Ciri Penyakit
:
bercak-bercak
merah dan keluar serbuk seperti tepung
berwarna coklat kekuningan.
4.1.5 Musuh Alami yang Ditemukan
Pada kebun bapak Rejo dan bapak Udin tidak
ditemukan musuh alami.
4.1.6 Kendala Budidaya Tanaman
Kendala yang di terima oleh para petani, di
karenakan perubahan cuaca yang ekstrim pada
saat
ini,
cuaca yang tidak menentu,
menyebabkan unsure- unsur iklim juga berubah,
seperti suhu, kelembaban, radiasi matahari yang
di terima tanaman tidak sesuai
4.1.7 Pengendalian OPT
Pengendalian
OPT
di
lahan
tersebut
mengggunakan
pestisida jenis insektisida
dengan nama produk Raydock 28Exxx
35
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
4.1.8 Kebutuhan Pestisida yang Digunakan dan
Teknis Penggunaan Pestisida
Pestisida dalam lahan yang dibutuhkan
sebenarnya amat belebihan sebab pada
lahan dilakukan pengunaan pestisida satu
minggu sekali.
Teknisnya sudah memenuhi
penggunaan pestisida.
standar
4.1.9 Kondisi Sosial Ekonomi Petani
Kondisi ekonomi petani yang ada di derah
tersebut baik sudah dapat mencukupi
kehidupan keluarga
Dari hasil tanya jawab menujukan kondisi
ekonomi yang cukup baik dari segi kondisi
rumah terlihat cukup baik.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Penjelasan
Ditemukan
Kondisi
Ekosistem
yang
Dikebun milik bapak Udin dan bapak rejo
memiliki kondisi fisik alam yang amat cocok
untuk tanaman jagung. Keadaan lingkungan
yang berada pada dataran tinggi dengan
keadaan tanah yang subur serta suhunya amat
optimum untuk jagung.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual).
Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif.
36
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun
tanaman
jagung
umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada
varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi
tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan
anakan (seperti padi), pada umumnya jagung
tidak memiliki kemampuan ini.
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang
terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah
tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat
mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman
yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang
batangnya tidak tumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas.
Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari
buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
37
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki
struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman,
berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk
sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri).
ciri-ciri:
1. panjang
2. berisi
3. ada buahya
38
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Klasifikasi ilmiah





Kerajaan: Plantae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
4.2.2 Anilisis Penyebab Timbulnya Gejala Serangan
OPT Pada Lahan
Dalam pertanian, organisme pengganggu
tanaman adalah semua organisme yang dapat
menyebabkan penurunan potensi hasil yang
secara langsung karena menimbulkan kerusakan
fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau
kompetisi hara terhadap tanaman budidaya.
Pada lahan milik bapak Udin dan bapak Rejo
hanya ditemukan belalang namun ketika
dilakukan
observasi
pengamatan
hanya
ditemukan seekor belalang. Pada lahan ini
bapak udin dan bapak Rejo banyak
menggunakan pestisda menurut bapak rejo
hampir seminggu sekali lahan mereka disemprot
pestisida sehingga OPT sulit ditemukan dilahan.
Namun biasanya OPT akan mucul saat kondisi
cuaca yang tidak menentu tau pancaroba.
39
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
4.2.3 Analisis Kendala Pengendalian OPT dan
Budidaya Pertanian
Dalam budidaya pertanian jagung milik bapak
Udin dan bapak Rejo tidak telalu mengalami
kendala yang banyak sebab lahan milik pak udin
dan pak Rejo memiliki tingkat modal
pengelolahan yang tinggi.
Menurut data departemen pertanian Indonesia
kendala terbesar dalam pengendalian OPT
diIndonesia ialah masalah permodan dan
kurangnya
penyuluhan
tentang
cara
pengendalian OPT.
4.2.4 Solusi Pengendalian OPT yang dapat
diTerapkan diLahan Observasi Berdasarkan
Konsep PHT dengan Pertimbangan Keadaan
Lingkungan, dan Sosial Ekonomi Petani.
Pengendalian OPT adalah pengaturan makhlukmakhluk atau organisme pengganggu yang
disebut hama karena dianggap mengganggu
kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi.
Pengendalian diperlukan agar mempertahankan
kualitas ataupun kuantitas ari suatu usaha
pertanian. Misal kita mempunyai 1 ha kebun
jeruk yang menghasilkan 1 ton buah jeruk segar
dalam usaha pengendalian tanaman yang
menjadi prioritasnya adalah bagai mana cara kita
untuk mempertahankan penenan buah jeruk 1
ton dan segar.
Pengendalian hama berumur setidaknya sama
dengan pertanian, lantaran petani perlu
40
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
mempertahankan tanamannya dari serangan
hama. Untuk memaksimalkan hasil produksi,
tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan
hewan pengganggu.
Sebenarnya yang perlu dilakukan dalam
pengendalian
tanamanyang perlu dilakukan
adalah tiga hal yaitu :
a. Mengelola tanamannya;
b. Mengelola lingkungannya;
c. Mengelola jasad pengganggunya sendiri.
Ketiga factor tersebut sangat berperan dalam
pengendalian tanaman. Justru manusia sekarang
sering mengabaikan ketiga factor tersebut.
A. Mengelola Tanamannya
Sebenarnya dalam pengendalian hama tanaman yang
sangat diperlukan adalah bagaimana cara kita untuk
mengelola tanaman tersebut dengan baik. Tanaman
yang kita kelola dengan baik umumnya memiliki
kesempatan kecil untuk terhindar dari hama penyakit
tanaman.
Kesalahan dalam sistem pertanian di Indonesia selalu
mementingkan keuntungan serta waktu produksi yang
cepat , sehingga para petani di Indonesia lebih
cenderung menggunakan tekhnologi modern dalam
usaha pertaniannya dari pada menggunakan usaha
tradisional dalam penggelolaan lahan pertanian.
41
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
B. Mengelola lingkungannya.
Lingkungan merupakan faktor utama dalam pengelolaan
tanaman. Selain itu lingkungan memiliki hubungan
timbal balik dengan makhluk hidup.
Pada zaman sebelum diterapkannya revolusi hijau
lingkungan sebelum tanaman lahan pertanian tidak
menggunkan model monokultur dalam pertanian
sehingga Indonesia bisa dikatakan sebagai negara
yang kaya akan hasil pertaniannya. Dan saat sesudah
munculnnya monokultur kesimbangan lingkungan
cenderung menurun..
Secara umum dapat kita ketahui ada beberapa faktor
abiotik yang berinteraksi langsung dengan makhluk
hidup diantaranya, tanah,air,udara,dan sebagainya.
Tanah menjadi salah satu faktor abiotik yang
berhubungan langsung dengan tumbuhan ditanah dapat
kita temukan beberapa unsure yang dibutuhkan oleh
tanaman diantaranya :
1. Tanah memiliki kandungan air sebesar 25 %
2. Tanah memiliki kandungan udara sebesar 25 %
3. Tanah memiliki kandungan mineral sebesar 45 %
4. Tanah memiliki kandungan bahan organik sebesar
5%
Bila kita menjaga kestabilan lingkungan maka kita telah
menjaga tanaman anda atau dengan kata lain
mengelola lingkungan anda untuk mengendalikan
tanaman anda dari hama penyakit tanaman.
C. Mengelola jasad pengganggunya sendiri.
42
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
Jasad penggangu atau organisme penggangu tanaman
(OPT) sebenarnya bila kita mengelolanya kita dapat
mengunakan dua cara sebelumnya yaitu dengan
tanaman dikelola dengan baik serta kestabilan
lingkungan terjaga maka OPT tidak akan mudah
menggangu tanaman. Dengan kata lain antara
mengelola
tanaman,lingkungan,mengelola
jasad
penggangu
saling
berhubungan
erat
dalam
penggendalian tanaman.
43
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil uji lapang terhadap kebun pangan
milik Bapak Udin dan Bapak Rejo terlihat cara
pengelolahan dan perlindungan tanamannya
mengutamakan
pestisida
sebagai
jalan
perlindungan.
Dari kondisi ekonomi petani memiliki kondisi
ekonomi yang baik.
5.2 SARAN
Sebaiknya pada lahan pertanian milik Bapak
Udin
dan
Bapak
Rejo
mengutamakan
pengelolahan yang baik secara ekologis.
5.3 KESAN SELAMA PRAKTIKUM
Selama praktikum dari pihak petani sangat baik
dan terbuka dalam setiap pertanyaan.
5.4 SARAN UNTUK ASISTEN
TERHADAP ASISTEN
DAN
KESAN
Saran: Mas Prisma asisten terbaik. No coment 
Kesan: Sangat menyenangkan apabila praktikum
DPT bersama asisten Prisma Suganda.
44
Perlindungan Tanaman Pangan Jagung
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Purnama.
2003.
Pengendalian
Hama
Terpadu. IPB: BOGOR
Diharjo, Mangoen. 1983. Pengendalian Hayati. Jurusan
Ilmu. UGM: Yogyakarta
Reichelderfer, K.H dan D.G. Battrell. 1985.Evaluating
the economic sociologieal implication of agricultural
pest and their contro. Crop port 4 (3) : 281- 297
Untung, K. 1993. Konsep pengendalian hama terpadu.
Andi offset. UGM: Yogyakarta.
Wiyono,
Suryo.
2011.
Http//:www.google.com/
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 23
Desember 2011.
Hidayat,A. 2001. Metoda Pengendalian Hama.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan: Jakarta.
Download