Matakuliah Tahun : W0502 | SEJARAH SENI RUPA INDONESIA : 2009/2010 Seni rupa Indonesia seputar masa revolusi kemerdekaan Indonesia Pertemuan 11 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN Pada awal Kemerdekaan Republik Indonesia, kontribusi para perupa di dalam perjuangan juga dibuktikan pada sejumlah poster yang diproduksi pada masa itu. Kebanyakan merupakan poster-poster politik dan propaganda perjuangan. Salah satu poster yang cukup populer saat itu berbunyi: “Boeng Ayo Boeng”, merupakan karya kolaborasi Affandi dan Chairil Anwar. 3 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN Bila pada masa pendudukan Jepang para seniman dilanda ketakutan untuk mengekspresikan keinginan merdekanya melalui karya seni mereka karena tentara Jepang sewaktu-waktu akan menciduk mereka, maka di masa ini mereka lebih bebas berekspresi. Henk Ngantung | Mengungsi 4 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN Pada masa Revolusi fisik memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan antara 1945-1950 seniman-seniman terkemuka dari Jakarta dan Bandung banyak pindah ke Yogyakarta. Hendra Gunawan |Menjaga Kehendak Rakyat|1948 Pada masa ini walaupun mengalami gejolak sosial dan politik, seniman modern Indonesia mulai menemukan identitas profesinya. Organisasi dan sanggar seni budaya bermunculan di berbagai wilayah di Jawa, seperti: Yogya, Surakarta, Bandung, Jakarta, serta di Sumatera, seperti di Medan dan Bukittinggi. 5 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN Situasi politik selama memperjuangkan kemerdekaan dan kedekatan dengan para pemimpin perjuangan memaksa kebanyakan seniman untuk menyatu dalam cita-cita kemerdekaan. Hendra Gunawan |Pengantin Revolusi|1955 Hal ini tercermin dari tujuan organisasi maupun sanggar seni yang muncul serta dari karya mereka. Diskusi dan perbincangan mengenai seni tidak lepas dari usaha perjuangan kemerdekaan. Tema kehidupan perjuangan dan keinginan mendokumentasikannya melalui karya seni banyak ditemukan pada masa ini. 6 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN Beberapa organisasi seni yang muncul antara lain: TAHUN KELOMPOK TEMPAT TOKOH ASPIRASI & AKTIVITAS 1945 Pelukis Front Bandung Sudjono Kerton, Affandi, Hendra Gunawan Menggambarkan situasi perang kemerdekaan 19461950 Gelanggang Jakarta Mochtar Apin , Henk Ngantung , Chairil Anwar , Asrul Sani (disebut juga Generasi ’45) • Menemukan identitas budaya Indonesia. • Memasyarakatkan perkembangan terkini, terutama di kalangan penyair, penulis dan seniman • Mengeluarkan Manifesto Surat Kepercayaan Gelanggang yang intinya berisi ’Kita mewarisi budaya dunia, dan kita akan membangun warisan ini dengan 7 cara kita sendiri’. SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN TAHUN KELOMPOK TEMPAT TOKOH ASPIRASI & AKTIVITAS 1946 Seniman Indonesia Muda (SIM) Yogya Hendra Gunawan Zaini, Srihadi, Oesman Effendi, Surono Membuat poster nasionalis anti Belanda 19471950 Pelukis Rakjat Yogya Hendra Gunawan • Menstimulasi moral masyarakat selama perjuangan melawan Affandi, Belanda. Kusnadi, Sudarso, Trubus, Sasongko • Membuat poster dan lukisan yang mendokumentasikan peristiwa revolusi kemerdekaan. • Merupakan sempalan SIM dan menjadi cikal bakal LEKRA 1948 Gabungan Pelukis Indonesia Jakarta Affandi, Zaini, Oesman Effendi Seni seharusnya dipisahkan dari politik. 8 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN Otto Djaja |Pagelaran Wayang Kulit Affandi |Laskar Mengatur Siasat 9 SENI MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN S. Sudjojono|Gerilya Hendra Gunawan |Gerilyawan berbelanja 10 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Setelah perjuangan kemerdekaan tercapai dan revolusi fisik yang menyertainya telah terlampaui. Kondisi sosial politik rakyat Indonesia kembali bergejolak terutama untuk mencari stabilitas dan untuk memenuhi segala kebutuhan yang porak-poranda akibat revolusi. Pemerintahan masih mengalami perubahanperubahan, dan rakyat kadang terabaikan. Berdasarkan kebijakan politik saat itu muncullah banyak partai. Djoko Pekik Salah satunya adalah Partai Komunis Indonesia, dengan Joebaar Ajoeb sebagai Sekretaris Umum nya. 11 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Sebagai salah satu partai politik yang cukup kuat pada masa itu, PKI memiliki beberapa organisasi yang berafiliasi di bawahnya. Untuk bidang kebudayaan berdirilah Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) pada 17 Agustur 1950. Lekra berkembang sangat pesat dan menjadi organisasi yang populer di antara organisasi-organisasi budaya lain yang berafiliasi pada organisasi politik pada masa itu, seperti : • Lembaga Kebudayaan Nasional (afiliasi Partai Nasional Indonesia) • Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (afiliasi Henk Ngantung Partai Nadhatul Ulama) | Dua Gadis bercaping • Lembaga Kebudayaan Kristen Indonesia (afiliasi |1975 Partai Kristen Indonesia) 12 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Prinsip Lekra : • Seni berpusat pada politik • Seni harus merefleksikan image yang realistis dari rakyat jelata dan harus dapat dengan mudah dipahami masyarakat. • Seni untuk rakyat (seni yang berpusat pada masyarakat). Konsep ini didasari oleh pemikiran sosial-realisme. Hendra Gunawan| Cicak Kering|1977 Konsep di atas menjadikan seni sebagai alat kampanye politik, dan menghambat perkembangan konsep seni lain di Indonesia. Konsep seperti ini mendapat pengaruh dari ajaran Marxist dan Mao Tse Tung. 13 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Beberapa seniman terkenal yang menjadi anggota Lekra antara lain : Pramoedya Ananta Toer, Joebaar Ajoeb, Basuki Resbowo, Bakri Siregar, Boejoeng Saleh, Djoko Pekik, Hendra Gunawan, Amrus Natalsya, Henk Ngantung, dll. Djoko Pekik 14 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Meskipun Lekra merupakan organisasi yang dominan, tidak semua seniman menyetujui untuk bergabung dengan Lekra. Meskipun demikian, orientasi mereka untuk dekat dengan rakyat kecil dapat diterima oleh beberapa seniman, seperti : Affandi, S. Soedjojono, etc. Djoko Pekik| Penjaga Malam|1988 Beberapa sanggar non Lekra : •Sanggar Bambu (Yogyakarta) •Sanggar Angin (Surabaya) •Organisasi Seniman Indonesia (Jakarta), etc. 15 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Manifesto Kebudayaan (1963) Situasi politik menjadi semakin bergejolak dan tidak terkendali. Seniman-seniman independen mulai memprotes Lekra dengan mengeluarkan Manifesto Kebudayaan. Karikatur ‘Harian Rakyat’ 18 Juli 1965 menyindir penumpasan Menikebu yang dianggap kebaratbaratan oleh Komdak 7 Jaya Isinya antara lain : “Bagi kami, kebudayaan berarti suatu perjuangan untuk kesempurnaan kehidupan manusia. …. Semua sektor kebudayaan harus berjuang bersama untuk ‘kebudayaan yang ideal’ dengan segala sifatnya 16 masing-masing”. PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Gerakan tersebut dikecam oleh Presiden Soekarno, yang menyatakan bahwa Manifesto Kebudayaan akan melemahkan revolusi Indonesia. Hendra Gunawan |Tiga Pelacur | 1978 Soekarno yang mengasumsikan bahwa gerakan ini pro-Barat, juga mengecam semua kebudayaan Barat seperti musik dan tarian. Saat itu banyak seniman merasa terisolasi dan terancam. 17 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Pada 30 September 1965 terjadi kudeta gagal yang dilakukan PKI terhadap pemerintahan Republik Indonesia. Sebagai akibatnya, PKI dan semua organisasi yang berafiliasi kepada PKI dibredel dan anggota-anggotanya di tangkap, termasuk Lekra. Djoko Pekik | Keluarga Saya Mengingat saat itu banyak seniman terlibat aktivitas politik, maka banyak juga yang terseret pada persoalan politik yang bergejolak. Walaupun mungkin banyak yang sebenarnya tidak menyadari pemikiran politik organisasinya dan hanya ikut-ikutan 18 saja. PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Jabatan Soekarno sebagai Presiden digantikan oleh Soeharto, yang memulai Orde Baru. Hendra Gunawan |Keluarga Pemusik | 1971 Setelah situasi politik stabil, kemerdekaan dan kreativitas dapat berkembang lebih pesat lagi di Indonesia. 19 PERKEMBANGAN SENI PASCA KEMERDEKAAN Jabatan Soekarno sebagai Presiden digantikan oleh Soeharto, yang memulai Orde Baru. Hendra Gunawan |Wanita Bersantai Setelah situasi politik stabil, kemerdekaan dan kreativitas dapat berkembang lebih pesat lagi di Indonesia. 20 DAFTAR PUSTAKA • Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 2 dan 3. Kanisius. Yogyakarta. • Miksic, John (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 1 - Ancient History. Didier Millet. Singapore • Reid, Anthony (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 3 - Early Modern History. Didier Millet. Singapore • Tjahjono, G. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 6 Architecture. Didier Millet. Singapore • Soemantri, H. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 7 - Visual Art. Didier Millet. Singapore. • Fox, James (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 9 – Religion and Ritual. Didier Millet. Singapore • McGlynn, J.H. (ed)(1998). Indonesian Heritage vol. 10 - Language and literature. Didier Millet, Singapore • Katalog Pameran ‘Beyond Faces: Seratus Topeng Indonesia Raya’