1 PARADIGMA SOSIOLOGI GEORGE RITZER PARADIGMA FAKTA SOSIOLOGI SOSIAL TOKOH EMILE DURKHEIM DEFINISI SOSIAL MAX WEBER PERILAKU TERPADU SOSIAL B.F SKINNER G. RITZER Dasar Pemikiran Pembebasan dari pengaruh psikologi dan filsafat positivistik A. Comte dan H. Spencer Berasal di luar individu dan bersifat memaksa. Material barang yang nyata ada). Non metrial sesuatu yang dianggap ada). Perilaku dan perulangan (contingcies of reinforcement) Menentang paradigma Fakta Sosial dan Definisi Sosial. Memusatkan kpd tingkah laku individudlm lingkunganya yg menimbulkan akibat perubahan thd tingkah laku berikutnya. Realitas sosial bersifat kompleks berubah terus menerus. Orientasi Teoritis (substansi) Kebebasan berpikir intersubjektif dan intrasubjektif pemikiran manusia dalam tindakan sosial. Proses pendefinisian sosial dan akibat-akibat dari aksi dan interaksi. Tipe Dasar Realisme Sosial: -Struktur Sosial. -Pranata Sosial. Humanisme Sosial: Proses berfikir sosial dari aktor. Normalisasi sosial. Prilaku bersifat mekanis krn dibingkai oleh faktor lingkungan. Struktur sosial makro menghidari teori tunggal. Aliran Frankfurt Perpaduan ketiganya krn realitas sosial pada dasarnya bertingkat: makro-Objektif, Makro-Subjktif, Mikro-Subjektif. Paradigma Fakta Sosial Emile Durkheim A. Comte H. Spencer Membebaskan sosiologi dari pengaruh psikologi dan filsafat positivisme. Durkheim melakukan studi empiris menjadi cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri. Fakta sosial sebagai thing (barang sesuatu). Bukan ide yang jadi pokok persoalan sosiologi, melainkan fakta sosial. 2 macam fakta sosial. 1. Material barang yang dapat disimak, dipahami, dan diobservasi dari dunia nyata seperti arsitektur teori-teori spekuatif. Objek studi--ide keteraturan sayarakat (social order). Tidak menempatkan realitas kehidupan masyarakat yang nyata sebagai objek studi sosiologi. 2 dan norma hukum. 2. Non material (barang sesuatu yang dianggap ada atau nyata) tetapi bersifat intersubjektif (tidak bisa diraba) dan muncul dalam kesadaran seperti egoisme, altruisme, dan opini. keduanya nyata bagi individu dan berpengaruh terhadap mereka. Ada 2 tipe fakta sosial, yaitu struktur sosial (social structure) dan pranata sosial (social institusi). Struktur sosial adalah jaringan hubungan sosial (proses interaksi sosial dan teroganisasi melalui posisi-posisi sosial dari individu dan subkelompok dapat dibedakan. Struktur berasal dari luar individu dan bersifat memaksa. Pranata sosial berupa norma-norma dan pola-pola nilai dalam keluarga, pemeriantahan, ekonomi, pendidikan agama, dan ilmu pengeatahuan. Pranata sosial memiliki struktur seperti pemerintahan peraturan hukum, kantor, dan organisasinya. Menurut Talcot Parson pranata sosial adalah kompleks peranan yang telah melembaga dalam sistim sosial berkedudukan lebih tinggi dari struktur sosial. Siafat dasar dan antar hubungan dari fakta sosial menajadi sasaran penelitian sosiaologi. Fakta sosial bersfat eksternal terhadap individu dan benar-benar ada dan adanya memengaruhi individu (eksternal and coercive). Orientasi penganut paradigma ini adalah hubungan antara struktur sosial, pranata sosial, dan hubungan antar individu dengan struktur sosial dangan pranata sosial. Hal ini tercermin dalam teori StrukturakismeFungsional, sistem, Konflik, dll. Teori-teori tersebu dapat dijumpai pada karya Comte, Durkheim, Parson, Ralp Dahrendorf, Rabert K. Merton. dan Herbert Gans. Seni dan masyarakat sebagai lembaga Seni dan masyarakat dalam perspektif sosiologis dapat dipandang sebagai lembaga atau institusi. Apabila disejajarkan keduanya memiliki struktur dasar yang setara, terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang membetuk suatu lembaga/organisasi meskipun berbeda terminologinya. Sekurang-kurangnya mencakup sekumpulam orang yang saling beriteraksi atau 3 saling terkait dan inter bidang (entitas), secara struktural terdapat oeran-peran yang beraktfitas (sistem), orang-orang berhubungan secara fungsional, memuat progaram kerja dan peristiwa-peristiwa (fakta-fakta sosial), proses kelembagaan yang berubah-ubah karena tuntutan situasi serta pengembangan progaram (perubahan sosial), pedoman atau aturan (norma) kerja untuk mencapai tujuan (sistem nilai). Berikut ini tabel kesetaraan antara seni dan masyarakat dipandang sebagai sebuah lembaga sosial. Seni dan Masyarakat sebagai Lembaga ELEMEN Entitas MASYARAKAT Sekumpulan individu dan hubungan antarindividuBerupa KARYA SENI Simbol-simbol ekpresi budaya melalui media ungkap seni Sistem Struktur sosial beserta peranperan dalam sebuah sistem sosial, ada stratifikasi sosial merefleksikan pola pikir dan pola tindak. Hubungan antarindividu terbingkai oleh kepentingan yang sama, terkait oleh nilai dan norma yang berlaku. Struktur terdiri atas bagianbagian yang membentuk wujud karya seni secara utuh—prinsip bentuk seni. Peristiwa-peristiwa dalam masyarakat (contoh: pertunjukan wayang). Bentuk seni monumental atau catatan sosial, produk karya sebagai wujud nyata dari kehendak warga masyarakat. Hubungan Fungsional Fakta Sosial Internal: seni sebagai refleksi tata nilai kehidupan masyrakata ligkungannya. Eksternal: seni berfungsi sebagai ritual dan hiburan. 4 Perubahan sosial Sistem Nilai Perubahan terjadi karena tuntutan situasi jaman, pengembagan progaram, perkembangan teknologiberpengaruh pada teknologi, dsb. Aturan, norma, konvensi yang berlaku sebagi pedoman untuk mencapai tujuan. Dinamika perubahan situasi dan tuntutan selera melaheirkan bentuk dan gaya seni tertentu. Seni trendy, komersial, seni kompilsi, dsb. Nilai dan norma budaya yang secara struktural mempengaruhi kerya seni yang diciptakan. Pada masyarakat agraris bentuk dan jenis seni yang tumbuh dan berkembang adalah seni yang bernuansa komunal, kegotongroyongan, dan kebersamaan. Simbol-simbol yang diekspresikan dalam seni komunal menyiratkan nilai-nilai kesuburan, solidaritas, dan religius. terkait dengan aktifitas kehidupan sehari-hari petani, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya seni Tayub, Jaran Kepang dsb. Seni pertunjukan yang sophisticated (mapan dan canggih), seperti Tari Serimpi dan Bedaya lahir, tumbuh, dan berkembang di lingkungan istana, atau masyarakat aristokrasi. Kedua tari tersebut tergolong tari tradisi dengan pola lantai, pola gerak, busana, karawitan yang mapan dan canggih, serta mengekspresikan nilai-nilai simbol. Hal yang disimbolisasikan adalah nilai-nilai kehidupan yang “wigati” dan kemapanan struktur sosial. Pada masyarakat metropolis berkembang bentuk dan jenis seni yang mengekpresikan selera hiburan—genre seni yang cenderung glamour, atraktif, kitch, dan sensasional untuk memenuhi hiburan sesaat. Seni pada dasarnya otnom—memiliki kebebasan ekpresi dan tidak secara ketat mengikuti norma sosial. Berikut ini akan diketengahkan klasifikasi sosial seni menurut Raymond William dalam tulisannya mengenai culture (1981). 5 A. Seniman Produk Lembaga. Dalam masyarakat agraris jarang dijumpai seorang penyair, atau orang memiliki keterampilan khusus seperti itu. Pada masyrakat tradisional, pada pemerintahan aristokrasi, para seniman (karawitan, pedalangan, tari, sastra tradisional) mendapat tempat terhormat dalam kerajaan atau kesukuan. Akan tetapi hubungan sosial berlangsung sangat kompleks dan berubah-ubah sesuai kehandak jaman. Dalam masyarakat tumbuh bidang-bidang yang terspesialisasi baik teknis maupun bidang-bidang keilmuan yang dipengaruhi oleh cara berpikir manusia yang semakin maju. Mula-mula fungsi pendeta dan seniman lalu diikuti pengembangan dibidang pedalangan, karawitan, tari, pelukis, pematung dsb. Golongan seniman merupakan golongan yang spesifik yang tingkatannya di bawah golongan pendata. Dalam hubungan sosial dimungkinkan ada persoalan, karena di satu sisi seniman bertanggungjawab kepada masysrakat dan di sisi lain harus berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan (bentuk organisasi sosial). B. Seni dan Patron Seniman dapat dipahami sebagai orang yang dapat memberikan dukungan atau proteksi kepada aktivitas seni, khususnya kepada senimannya. Sesungguhnya patron merupakan modifikasi dari situasi terdahulu, yakni seniman yang dilembagakan atau diorganisir dalam kerajaan atau kesukuan. Pengertian patron muncul dari beragam bentuk dukungan, seperti gaji atau komisi, proteksi sosial, dan reputasi. Dukungan gaji dan komisi oleh masyarakat istana, para seniman dipekerjakan dan diberi gaji serta gelar-gelar kehormatan oleh patron istana yang memprsentasikan suatu bentuk pengakuan resmi. Para seniman sendiri merupakan suatu bentuk lembaga/organisosial sosial spesifik—yang berfungsi mengutakan lembaga (budaya) istana. Dalam 6 hubungan sosial dengan patron, para seninaman sebagai pelegitimasi lembaga budaya istana berposisi sebagai produsen. Posisi itu merupakan sebuah transisi menuju bentuk-bentuk profesonalisme (seniman profesional) yang akan melibatkan mobilitas dan kesiapan dikontrak atau disewa—inilah ciri utama bentuk patron yang dilatarbelakangi oleh dukungan gaji. Bentuk patron yang lain, karena dukungan perlindungan (proteksi sosial)—dari dedikasi dan loyalitas sang seniman. Ada juga bentuk patron karena berperan sebagai sponsor. Hubungan sosial seni secara kualitatif ditentukan oleh produksi karya-karya seni yang secara reguler sebagai komoditi. Jenis patron ini berperan lebih jauh ke dalam masyarakat, kerana dilatarbelakangi oleh produksi karya seni telah berhasil masuk arena pasar. Bentuk patron ini mampu bertahan dalam kondisi hubungan antara komodi dan pasar menjadi dominan. Pubblik sebagai patron merupakan bentuk lain patron yang didasari oleh anggapan bahwa pemeliharaan dan pengembangan seni menjadi bagian urusan kebijaksanaan khalayak—publik yang ikut menentukan kualitas karya seni. BERGAYA DI ATAS PANGGUNG SANDIWARA KEHIDUPAN: DRAMATURGI SEBAGAI TEORI Bahasa teater telah demikian melekat di dalam sosiologi. Akan terlihat masalah nilai ketika membicarakan masalah panggung. Berbicara masalah nilai kita dihadapkan pada kekurangan atau kelemahan. Kehidupan sebenarnya laksana panggung sandiwara dan di sana memang dipamerkan serta disajikan suatu kehidupan sosial . Seperti apa wujud panggung dan bagaimana sosok yang terlibat di panggung itu? Kebanyakan teori-terori sosiolgi pada umumnya menekankan pada kelompok atau struktur-struktur kemasyarakatan sebagai fenomena- 7 fenomena yang bersifat “emergent”. Pada saat berinteraksi individu- individu tidak terlihat sebagai masalah inti teoritis, kecuali dalan behaviorisme sosial George Homans yang setuju teori sosiologi induktif bermula dari studi prilaku individu. Model Homans tentang manusia deterministis sedang model teoritisnya jelas naturalis. Terlepas apakah kelompok sosial dianalisa dari sudut konflik, konsesus, atau sintesa di antaranya? Yang jelas perilaku individu biasanya dilewatkan begitu saja sebagai alat penggerak roda struktural yang tidak begitu penting. Di dalam sosiologi naturalis individu dilihat sebagai aktor yang melakukan tindakan-tindakannya semata-mata sebagai tanggapan langsung terhadap rangsangan-rangsangan sosial yang melembaga. Sesuai gambaran manusia yang diterministis, maka isu tentang penafsiran atau makna yang diberikan pada interaksi sosial dilewatkan begitu saja sesuai dengan model naturalis. Terdapat sedikit bukti dan sebagai proses pembentukan dan dipandang sebagai bagian dari interaksi manusia. Teoriteori sosial humanistis mencoba menggeser penekanan dari hasil ke proses dinamis para partisan dalam interaksi yang pada akhirnya menciptakan hasil itu. Ia lebih memberi tekananpada aktor-aktor daripada struktur sosial. Perlu diingat bahwa di kalangan ahli teori yang menekankan struktur sosial sebagai penentu tindakan manusia, atau sebaliknya, tidakantindakan manusia yang membentuk strutur sosial. Pemikiran fungsionalis lebih merupakan ciri dari yang pertama, sedangkan teori sosial psikologi lebih mewakili yang kedua. Homans memulai kariernya sebagai ahli teori dalam kubu fungsionalis, akan tetapi kemudian bergerak menuju ke pembentukan teori sosial psikologis. Erving Goffman sebaliknya sering digolongkan ke dalam ahli teori yang sangat memperhatikan analisa nteraksi manusia, tetapi kritik-kritiknya melihat karya-karya sendiri 8 sebagai terlalu menekankan, bahwa yang menentukan tindakan manusia ialah situasi-situasi yang memiliki struktur. Seperti halnya Homans, Goffman dapat ditempatkan pada satu titik di antara naturalis dan humanisme ektrim. Teori Goffman, seperti halnya teori Homans menganggap individu (bukan struktur yang lebih besar) sebagai satuan analisis. Berbeda dengan Homans, untuk mengembangkan model sosiologisnya Goffman tidak menggunakan teori ilmiah lain (Homans menggunakan teori ekonomi dan psikologi perilaku). Seperti terlihat pada kutipan pengantar bab ini, untuk menjelaskan tindakan manusia Goffman memakai analogi drama dan teater. Karena itulah Goffman disebut sebagai seorang darmaturgist yang menggunakan bahasa dan tamsil panggung teater. Buku berjudul The Presentatin of Self in Everyday Life yang merupakan karya Goffman pada tahun 1959 menyediakan dasar teori mengenai bagaimana individu tampil di dunia sosial, suatu kerangka yang terus dipakai Goffman dalam sejumlah karya-karyanya kemudian. THE PRESENTATION OF SELF IN EVERYDAY LIFE Goffman tidak memusatkan perhatiannya pada struktur sosial. Dia lebih tertaritik pada interakraksi tatap muka atau kehadiran bersaman(Copresence). Interaksi tatap muka itu dibatasinya 195:15) sebagai “individuinividu yang saling mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lani ketika masing-masing berhadapan secara fisik”. Biasanya terdapat suatu arena kegiatan yang terdiri dari serangkaian tindakan individu itu. Dalam suatu situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai suatu penampilan (performance), sedang orang-orang lain yang terlibat di dalam situasi itu disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya. Para aktor adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau penampilan (routine). Goffman (1959:16) membatasi routine sebagai “pola 9 tindakan yang ditetapkan sebelumnya, terungkap pada saat melakukan pertunjukan dan yang juga bisa dilakukan atau diungkapkan dalam kesempatan lain”. Di dalam membahas pertunjukan, Goffman menyaksikan bahwa individu dapat menyajikan suatu pertunjukan (show) bagi orng lain, tetapi kesan (impression) si pelaku terhadap pertunjukan ini bisa berbeda-beda. Seorang bisa merasa sangat yakin akan tindakan yang diperhatikan, atau bisa bersikap sinis terhadap pertunjukkan itu. Seorang dokter misalnya, dapat sangat berhati-hati atau meragukan kemampuannya sendiridi dalam menyembuhkan suatu penyakit tertentu. Aka tetapi, pada saa berinteraksi dengan seorang pasien yang gelisah, sang dokter menunjukan suatu pertunjukan, meyakinkan sang pasien, bahwa “segalanya akan beres’. Di dalam berinteraksi sehari-hari, bisanya seorang pelaku dilihat bersama tindakannya, dan penonton menerima pertunjukan itu. Sebagai misal, ketika seorang dokter membuat resep obat tertentu yang menyebuhkan ifeksi tenggorokan, dia percaya tindakan ini akan mengurangi pendertitaan dan biasanya sang pasien mempercayai diagnosa beserta resepnya.