2.3 Project Planning dan Controlling dalam Proyek Konstruksi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Manajemen dalam Proyek Konstruksi
Dalam suatu proyek konstruksi, terdapat sangat banyak kegiatan proyek yang
mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin dapat
memperlambat proses kegiatan konstruksi pada proyek, maka dibutuhkan cara
pengelolaan yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek tumbuh
karena adanya dorongan untuk mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan
standar/rencana pada proyek. Manajemen proyek merupakan suatu kegiatan yang
berbeda dengan kegiatan operasional rutin.
Menurut Soeharto (1997), manajemen proyek adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih detailnya, manajemen
proyek menggunakan suatu system pendekatan dan hirarki (arus kegiatan) vertikal
maupun horizontal.
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu
penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting
dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi
perencanaan yang lain, yaitu:
1.
Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan sumber
daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang lain.
2.
Proses pengendalian (controlling).
Menurut Heizer dan Render (2005), manajemen proyek meliputi tiga fase,
yaitu:
1.
Perencanaan
Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan organisasi
timnya.
2.
Penjadwalan
Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus dan
menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.
3.
Pengendalian
27
Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran.
Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau
mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan
biaya.
Tujuan manajemen dalam proyek konstruksi adalah untuk mengelola
pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi sehingga memperoleh hasil yang optimal
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan oleh pemilik proyek, persyaratanpersyaratan yang dimaksudkan ini biasanya terkait dengan waktu pelaksanaan, biaya
konstruksi, dan mutu bangunan konstruksi. Sehingga pengawasan terhadap waktu,
biaya, dan mutu bangunan konstruksi mulai dari tahap perencanaan sampai tahap
pelaksanaan harus diperhatikan dengan baik.
Selain itu, menurut Handoko (1999) menyatakan tujuan menajemen proyek
adalah sebagai berikut:
1.
Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu
sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti
penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.
2.
Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan.
3.
Tepat spesifikasi (on spesification) dimana proyek harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
2.2
Metode Pelaksanaan Konstruksi
Manajemen proyek memiliki fungsi dasar sebagai pengelolaan lingkup kerja,
waktu, biaya, dan mutu. Selain itu, manajemen proyek berfungsi sebagai pengelola
dalam pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi sehingga memperoleh hasil yang
optimal. Dalam pengelolaan tersebut, agar mendapat hasil yang sesuai maka
dibutuhkan suatu metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan proyek
konstruksi. Dalam pembangunan gedung bertingkat banyak, diperlukan metode yang
dapat digunakan untuk mencapai hasil yang sesuai (Dedy W, Dkk., 2012). Pada
penelitian ini akan dibahas tentang metode pracetak yang digunakan pada proyek
aeropolis. Berikut merupakan penjelasan umum mengenai metode konvensional dan
metode pracetak.
28
2.2.1 Metode Konvensional
Metode konvensional merupakan metode yang paling sering dijumpai dalam
suatu proyek konstruksi, dimana seluruh komponen bangunannya dicor di lapangan
atau lokasi pengecoran. Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu
komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom
dirancang untuk bisa menahan beban aksial tekan. Beton konvensional dalam
pembuatannya direncanakan terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dilakukan
secara manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang dibuat. Pembetonan
konvensional memerlukan biaya bekisting, biaya upah pekerja yang cukup banyak.
Adapun keunggulan dari beton konvensional
1.
Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan
2.
Mudah dibentuk dalam berbagai penampang
3.
Perhitungan relatif mudah dan umum
4.
Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit (terikat penuh).
Beton konvensional mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1.
Diperlukan tenaga buruh lebih banyak, relatif lebih mahal.
2.
Pemakaian bekisting relatif lebih banyak
3.
Pekerjaan dalam pembangunan agak lama karena pengerjaannya berurutan
saling tergantung dengan pekerjaan lainya.
4.
Terpengaruh oleh cuaca, apabila hujan pengerjaan pengecoran tidak dapat
dilakukan.
2.2.2 Metode Pracetak
Metode pracetak adalah sebuah metode dimana komponen-komponen seperti
kolom, balok, pelat lantai, tidak dicetak langsung ditempat atau dicor pada tempat
pemasangan komponen tersebut, melainkan dicetak di lokasi pabrikasi. Karena
percetakan dari komponen-komponen ini dilakukan di pabrik, maka dapat
mempermudah proses pengecorannya dan memberikan waktu terhadap komponenkomponen tersebut untuk mencapai kuat tekan rencana sebelum dilakukan
pemasangan. Sehingga dalam proses pembangunan, komponen-komponen pracetak
ini dirangkai dengan komponen lainnya sehingga menjadi sebuah bangunan gedung.
Karena metode ini dilakukan di lokasi pabrikasi (baik pabrik maupun area
producing di lapangan), maka mutu dari komponen-komponen struktur tersebut
dapat terjaga dengan baik. Namun metode pracetak ini dapat digunakan jika jumlah
29
bentuk komponennya tipikal/mirip sehingga menghemat penggunaan formwork.
Berikut merupakan garis besar dari metode pracetak.
1.
Pembuatan beton pracetak
Proses dari pabrikasi beton pracetak terbagi dalam tiga tahapan, yaitu :
a.
Tahap Desain
Dalam tahap ini proses fabrikasi beton pracetak didesain dimensi, kuat
tekan, dan lainnya sesuai dengan permintaan konstruksi. Syarat yang
harus dipenuhi dalam tahap desain ini adalah syarat kekuatan,
kekakuan, dan kesstablian pada masa layan.
b.
Tahap Produksi
Tahap produksi terdiri dari :
- Persiapan
- Pabrikasi tulangan dan cetakan
- Pengadukan beton
- Pengecoran beton
- Pemindahan beton yang baru selesai dicor
- Pemadatan beton
- Finishing / repairing beton
- Curing beton
Ada beberapa hal yang mendapat perhatian penting pada saat tahap
produksi, yaitu :
- Desain dari produk yang akan dibuat
- Mutu bahan pembuatan beton
- Mutu cetakan beton
- Kuat tekan beton
- Dimensi dari beton
- Posisi pemasangan
- Perawatan beton
- Pemindahan dan penyimpanan beton
- Pendataan
c.
Tahap Pasca Produksi
Tahap pasca produksi ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
- Penanganan
30
- Penyimpanan
- Penumpukan
- Pengiriman
- Pemasangan di lapangan
2.
Metode pemasangan
Ada beberapa prinsip dalam pemasangan beton pracetak, yaitu :
a.
Cara pemasangan perbagian (vertikal)
- Dilakukan trave per trave
- Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar
- Perlu landasan yang kuat
- Lengan momen untuk tower crane tidak terlalu besar
- Biasa untuk 3 sampai 5 tingkat
b.
Cara pemasangan perlapis (horizontal)
- Dilakukan lantai perlantai
- Perlu tower crane yang dapat menggapai seluruh bagian bangunan
- Karena momen crane yang besar, sehingga berat komponen menjadi
terbatas terutama untuk plat lantai
- Crane yang digunakan adalah crane putar
- Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan
c.
Cara pemasangan lift slab
- Kolom menerus pelat lantai dicor satu diatas yang lain
- Alat pengangkat hidraulis
- Perlu pasak untuk mengunci dalam pemasangan
d.
Cara pemasangan jack block
- Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah, kemudian hidraulis
jack dipasang dibawah komponen pendukung vertikal
- Dengan mengatur secara berganti penggunaan hidraulis jack dan
penempatan penunjang (dari blok beton) seluruh komponen diangkat
keatas
- Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya
dipersiapkan di permukaan tanah
- Dilanjutkan hingga lantai paling bawah
e.
Cara pemasangan kombinasi
31
- Menggunakan berbagai cara dalam pemasangannya
3.
Klasifikasi system pracetak
Klasifikasi dari system pracetak sebagai komponen struktur, yaitu :
a.
Tiang pancang beton dan system sambungan
b.
Pelat lantai pracetak
c.
Dinding luar (skin wall)
d.
Komponen tangga (Precast stair)
e.
Girder jembatan dan jalan layang
f.
Turap
Sebagai system struktur, yaitu :
4.
a.
System waffle crete
b.
System column-slab
c.
System L shape wall
d.
System all load bearing wall
e.
System bangunan jasubakim
f.
System bresphaka
g.
System cerucuk matras beton
Kelebihan dan kekurangan Metode Pracetak
Menurut Dinariana, D., Dkk. (2011) kelebihan dari metode ini adalah sebagai
berikut :
a.
Sistem ini memungkinkan terjadinya quality control yang baik :
- Pada metode pracetak karna pengecoran dilaksanakan di area
pabrikasi, maka komponen beton pracetak menjadi lebih mudah untuk
dikerjakan sehingga hasil produksi dari beton dapat terukur dengan
baik.
- Metode pemasangan yang telah ditentukan terlebih dahulu sehingga
pemasangan komponen menjadi lebih mudah dan berpengaruh
terhadap kualitas struktur.
b.
Pelaksanaan lebih singkat
- Komponen-komponen pracetak dapat langsung diproduksi bersamaan
dengan pelaksanaan struktur.
- Karena komponen pracetak telah mendapat waktu yang cukup untuk
pemadatan maka pada saat pelaksanaan struktur atas, struktur yang
dibawahny sudah dapat dilakukan pekerjaan finishing arsitektur
32
c.
Ramah lingkungan :
- Penggunaan material kayu sebagai bekisting komponen-komponen
struktur menjadi lebih sedikit.
- Limbah material sangat sedikit.
- Dengan menggunakan metode pracetak, proses pembangunan
komponen-komponen yang telah dibuat hanya perlu dirakit satu sama
lainnya sehingga meminimalkan gangguan polusi suara dan udara.
d.
Berkurangnya pengaruh dari cuaca terhadap pekerjaan
- Karena komponen-komponen struktur yang dicetak di area pabrikasi,
maka tidak ada pengaruh cuaca terhadap pekerjaan produksi
e.
Lebih ekonomis dari segi biaya
- Dengan quality control yang lebih baik, makan faktor keamanan dapat
diturunkan menjadi lebih efisien dan aman.
- Berkurangnya penggunaan material kayu untuk bekisting dan
perancah (scaffold).
- Karena komponen-komponen struktur dicetak di area pabrikasi, maka
dapat langsung dicetak dalam jumlah yang besar sehingga dapat
mempersingkat waktu konstruksi total.
- Meningkatkan produktivitas tenaga kerja di lapangan.
Sedangkan untuk kekurangan dari metode pracetak adalah sebagai berikut :
a.
Analisa yang lebih rumit :
- Sistem instalasi harus dipikirkan dengan cermat sehingga komponenkomponen tersebut dapat dipasang dengan mudah.
- Diperlukan perhitungan dalam system sambungan.
b.
Membutuhkan investasi yang besar dan teknologi yang maju
- Membutuhkan area yang cukup luas untuk menjadi area pabrikasi
beton.
- Beton diproduksi langsung dalam jumlah yang besar sehingga
membutuhkan modal yang besar.
c.
Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian
- Komponen-komponen harus dibuat sedemikian mungkin sehingga pas
saat dipasang.
Pengawasan terhadap kualitas pekerjaan dengan system pracetak akan dapat
dipenuhi jika kualitis pekerjaan elemen pracetak pada waktu diproduksi dan dikirim
33
ke site dalam kondisi baik dan benar. Komponen-komponen elemen pracetak
memegang peran yang penting untuk menghasilkan struktur bangunan yang
memenuhi standar. Secara umum untuk menentukan kualitas pemasangan elemen
pracetak, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1.
Toleransi produk
2.
Tipe elemen pracetak yang akan digunakan
3.
Ukuran elemen pracetak
4.
Lokasi elemen pracetak yang akan dipasang
5.
Fungsi dari elemen pracetak
6.
Volume elemen dari pracetak
7.
Pemasangan
8.
Elemen pendukung lain yang digabung dengan elemen pracetak (seperti baut,
angkur, dll)
Pengawasan terhadap kualitas pekerjaan dengan system pracetak akan dapat
dipenuhi jika kualitas pekerjaan elemen pracetak pada waktu diproduksi dan dikirim
ke site dalam kondisi baik dan benar
2.3
Project Planning dan Controlling dalam Proyek Konstruksi
Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan
penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan) dan untuk memperoleh
hasil yang sesuai dengan perencanaan diperlukan pengendalian. Sebelum
pembahasan lebih lanjut maka pengertian dari ketiga kegiatan pokok itu diberikan
sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.
2.3.1 Project Planning dalam Konstruksi
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan
sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan
memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk
melaksanakan kegiatan (Soeharto, 1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi
untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.
Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses,
ini berarti perencanaan tersebut mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu Tahaptahap pekerjaan itu yang disebut proses. Dalam menyusun suatu perencanaan yang
lengkap minimal meliputi :
1.
Menentukan tujuan
34
Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari
kegiatan yang akan dilakukan.
2.
Menentukan sasaran
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu
tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya
3.
Mengkaji posisi awal terhadap tujuan
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan
kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai
4.
Memilih alternatif
Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling
sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan
pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak.
5.
Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat
dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.
Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang
dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan
selanjutnya dilakukan penjadwalan.
2.3.2 Penjadwalan
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus dilaksanakan
agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992).
Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu.
Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat dihindarkan
seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan perselisihan.
Ada beberapa metode dalam penjadwalan proyek yang dapat digunakan untuk
mengelola waktu dan sumber daya proyek. Tiap-tiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penentuan penggunaan suatu metode tersebut didasarkan atas kebutuhan
dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja penjadwalan akan
berpengaruh terhadap kinerja biaya dan juga terhadap kinerja proyek secara
35
keseluruhan. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka harus
dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang
diinginkan. Menurut Abrar Husein (2009), terdapat beberapa metode penjadwalan
proyek sebagai berikut.
1.
Waktu dan Durasi Kegiatan
Terdapat dua perbedaan dalam konteks penjadwalan, yaitu waktu (time) dan
kurun waktu (duration). Waktu menyatakan siang/malam, sedangkan durasi
menyatakan lamanya suatu kegiatan berlangsung seperti lamanya waktu kerja dalam
satu hari adalah 8 atau 9 jam. Menentukan durasi suatu kegiatan pada umumnya
didasari oleh volume pekerjaan dan produktifitas kelompok kerja (SDM) dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Produktifitas ini di dapat dari pengalaman pekerja
melakukan suatu kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Sebaga contoh,
kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan plesteran pada dinding bata
rata-rata adalah 20 m2/hari, sehingga produktifitas atau koefisien pekerja tersebut
adalah 20 m2/hari. Dan dengan volume pekerjaan plesteran dinding bata sebesar 320
m2, maka durasi pekerjaan plesteran dinding bata adalah sebagai berikut :
Durasi pekerjaan
=
Volume pekerjaan / koefisien pekerja
=
320 / 20
=
16 hari.
Jika produktifitas pekerja untuk pekerjaan plesteran pada dinding bata ratarata adalah 2,5 m2/hari sedangkan volume pekerjaannya adalah 320 m2, maka
perhitungan untuk mencari durasi adalah sebagai berikut :
Durasi pekerjaan
=
Volume pekerjaan / produktifitas pekerja
=
320 / 2,5
=
128 jam
Dan bila waktu kerja dalam satu hari adalah 8 jam, maka :
Durasi pekerjaan
2.
=
128 jam / 8 jam
=
16 hari
Bagan Balok atau Bar chart
Bar chart atau yang biasa disebut dengan Gantt Chart ditemukan oleh Gantt
dan Frederick W. Taylor dalam bentuk bagan balok dengan panjang balok sebagai
respresentasi dari durasi setiap pekerjaan. Format dari bar chart ini mudah dibaca
dan efektif untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan
balok terdiri dari sumbu x yang menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu, atau
36
bulan sebagai durasinya. Sedangkan sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket
kerja dari lingkup proyek.
Pada bagan ini juga dapat ditentukan baseline sebagai target yang harus
diperhatikan guna kelancaran produktifitas proyek secara keseluruhan. Untuk proses
pembaharuan,
bagan
balok
dapat
diperpendek
atau
diperpanjang
dengan
memperhatikan total float nya. Namun, penyajian informasi dari bagan balok agak
terbatas seperti pada hubungan antar kegiatak tidak jelas dan lintas kritis kegiatan
proyek tidak dapat diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terperinci, maka bila
terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan akan di koreksi menjadi sukar
dilakukan.
3.
Kurva S (S-curve)
Kurva S merupakan sebuah kurva yang dapat menunjukkan kemajuan proyek
berdasarkan kegiatan, waktu dan bibit pekerjaan yang direpresentasikan sebagai
presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek (Dinariana, D., Dkk., 2011).
Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada
keterlambatan atau percepatan jadwal proyek pada kondisi lapangan yang
sebenarnya.
Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan
koreksi dalam proses pengendalian proyek. Namun, informasi yang diperoleh tidak
detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan pada suatu proyek saja. Untuk
perbaikan lebih lanjut dan detail dapat menggunakan metode lain yang
dikombinasikan seperti dengan metode bagan balok atau Network planning dengan
mengupdate sumber daya maupun waktu pada masing-masing kegiatan. Untuk
membuat kurva S, jumlah presentase kumulatif bobot masing-masing kegiatan pada
suatu proyek di plot terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan
dengan garis, membentuk kurva S. bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan
pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat
dalam jumlah cukup besar dan kemudian pada bagian akhir proyek, volume kegiatan
kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan
dapat berupa perhitungan presentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/kegiatan
di bagi total anggaran, karena suatu biaya dapat dijadikan presentase sehingga lebih
mudah untuk menghitungnya.
4.
Metode Penjadwalan Network Planning
37
Network diagram merupakan visualisasi proyek berdasarkan network
planning. Network diagram berupa sebuah jaringan kerja yang berisi lintasanlintasan kegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama pelaksanaan proyek.
Dengan menggunakan network diagram, dapat segera diketahui kaitan atau
hubungan kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya sehingga bila sebuah kegiatan
terlambat, maka dapat segera dilihat kegiatan apa saja yang dipengaruhi oleh
keterlambatan tersebut dan berapa besar pengaruhnya. Selain itu, dengan network
diagram maka dapat diketahui kegiatan-kegiatan mana saja yang kritis sehingga
dapat mengetahui tingkat kekritisannya dan menetapkan skala prioritas dalam
menangani masalah-masalah yang timbul selama pelaksanaan proyek. Oleh karena
itu, sebuah network diagram yang digunakan secara tepat merupakan alat yang
sangat menolong dalam pelaksanaan proyek.
Sehingga, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi dalam penggunaan
network planning pada pelaksanaan suatu proyek yaitu adanya network diagram
yang tepat, dan penggunaan network diagram secara tepat dalam pelaksanaan
proyek. Rencana kerja disusun berdasarkan urutan kegiatan dari suatu proyek
sehingga tampak keterkaitan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya.
Ada 3 macam diagram jaringan yang bias dipakai, yaitu :
a.
PERT (Project Evaluation and Reviw Technique)
Metode ini pertama kali digunakan dalam proyek Sistem Rudal Polaris
di Angkatan Laut Amerika Serikat. Proyek ini penuh ketidakpastian dalam
hal waktu kegiatan. PERT adalah salah satu metode yang menggunakan
jaringan kerja (network), di samping CPM (Critical Path Method). PERT
digunakan untuk proyek-proyek yang baru dilaksanakan untuk pertama kali,
di mana estimasi waktu lebih ditekankan dari pada biayanya. Menurut
Mahanavami, G., (2006), ciri utama PERT adalah adanya tiga perkiraan
waktu, yaitu :
-
Waktu pesimis (b)
-
Waktu paling mungkin (m)
-
Waktu optimis (a).
Ketiga waktu perkiraan itu selanjutnya digunakan untuk menghitung
waktu yang diharapkan (expected time). Waktu optimis adalah waktu
minimum dari suatu kegiatan dimana segala sesuatu akan berjalan baik dan
sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini. Waktu paling
38
mungkin adalah waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan. Waktu ini
paling sering terjadi seandainya kegiatannya bisa diulang. Sedangkan waktu
pesimis adalah waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini
terjadi bila nasib buruk terjadi. Estimasi waktu-waktu tersebut diperoleh dari
orang yang ahli atau orang yang akan melakukan kegiatan tersebut. Ketiga
waktu estimasi tersebut berhubungan dengan bentuk distribusi beta dengan
parameter a dan b pada titik akhir dan m sebagai modus, data yang paling
sering terjadi (Budi S, 2009).
b.
CPM (Critical Path Method)
Metode lintasan kritis pertama digunakan pada proyek konstruksi di
perusahaan Du Pont pada tahun 1957. Metode ini lebih menekankan pada
ongkos proyek. Metode ini berbeda dengan PERT yang lebih menekankan
pada
ketidakpastian
waktu,
dan
untuk
proyek-proyek
riset
dan
pengembangan. Dalam CPM tidak ada pemberlakuan metode statistik untuk
mengakomodasikan adanya ketidakpastian. Dalam CPM juga dibahas adanya
tawar-menawar atau trade-off antara jadwal waktu dan biaya proyek.
CPM mengasumsikan bahwa umur proyek bisa dipersingkat dengan
penambahan sumberdaya seperti tenaga kerja, peralatan, modal untuk
kegiatan-kegiatan tertentu. Bila tidak ada ketentuan lain, maka waktu
pelaksanaan kegiatan dianggap berada pada kondisi "Normal", waktu
pelaksanaan pada kondisi normal dinamakan waktu normal (fn). Ongkos
pelaksanaan suatu kegiatan pada kondisi normal dinamakan biaya normal
(Cn). Penambahan tenaga kerja atau kerja lembur bias mengurangi waktu
normal. Penambahan tenaga kerja tersebut berarti penambahan biaya. Waktu
normal Tn biasanya merupakan waktu terpanjang bagi suatu kegiatan
sedangkan biaya normal Cn adalah biaya paling murah. Bila semua
sumberdaya yang dipunyai perusahaan dikerahkan sehingga suatu kegiatan
bisa diselesaikan secepat mungkin, kegiatan tersebut dikatakan Crashed.
Kondisi crashed tidak hanya berhubungan dengan waktu tercepat, tetapi juga
dengan biaya terbesar. Dalam kondisi crashed waktu pelaksanaan kegiatannya
adalah Tc, biayanya Cc (Budi S, 2009).
c.
PDM (Precedence Diagramming Method)
Menurut Irika W (2013), Precedence Diagramming Method (PDM)
merupakan salah satu teknik penjadwalan yang termasuk dalam teknik
39
penjadwalan Network Planning atau Rencana Jaringan Kerja. PDM
menitikberatkan kegiatan pada node sehingga kadang disebut juga Activity on
Node. Istilah 'precedence diagramming' pertama kali muncul di tahun 1964
pada perusahaan IBM. PDM merupakan versi yang lebih kompleks dari
Activity on Node - AON (Callahan, 1992).
Selain itu, menurut Yana, A. (2006) metode PDM dapat juga
menggunakan konsep lag (jarak hari) antar kegiatan untuk lebih memudahkan
dalam penjadwalan. Metode PDM menggunakan empat hubungan logis
diantara aktivitas-aktivitasnya. Keempat hubungan logis tersebut, yaitu:
-
Finish to Start (FS) dimana hubungan yang menunjukkan bahwa
mulainya aktivitas berikutnya tergantung pada selesainya aktivitas
sebelumnya. Selang waktu menunggu untuk dapat melanjutkan aktivitas
berikutnya disebut lag, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah
ini
FSij
i
j
Gambar 2.1 Finish to Start
Jika FSij = 0 berarti aktivitas j dapat langsung dimulai setelah aktivitas i
selesai.
-
Start to Start (SS) adalah hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya
aktivitas sesudahnya tergantung pada mulainya aktivitas sebelumnya.
Selang waktu antara dimulainya kedua aktivitas tersebut disebut lag,
seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
i
SSij
j
Gambar 2.2 Start to Start
Jika SSij = 0 artinya kedua aktivitas (i dan j) dimulai bersamaan atau
aktivitas j dapat dimulai bersamaan dengan aktivitas i.
-
Finish to Finish (FF) merupakan hubungan yang menunjukkan bahwa
selesainya aktivitas sesudahnya tergantung pada selesainya aktivitas
sebelumnya. Selang waktu antara selesainya kedua aktivitas disebut lag,
seperti gambar dibawah ini.
40
FFij
i
j
Gambar 2.3 Finish to Finish
Jika FFij = 0, maka kedua aktivitas tersebut selesai secara bersamaan.
-
Start to Finish (SF) yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya
aktivitas berikutnya terrgantung pada mulainya aktivitas sebelumnya,
seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
SFij
i
j
Gambar 2.4 Start to Finish
Jika SFij = X hari berarti aktivitas j akan selesai setelah x hari dari saat
dimulainya aktivitas i. adanya hubungan start to finish ini mengakibatkan
bahwa pelaksanaan pekerjaan dapat dipecah (dibagi bertahap).
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain :
1.
Bagi pemilik :
-
Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek.
-
Merencanakan aliran kas.
-
Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya
proyek.
2.
Bagi kontraktor:
-
Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan diakhiri.
-
Merencanakan kebutuhan material, peralalan, dan tenaga kerja.
-
Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor.
-
Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja.
-
Merencanakan aliran kas
-
Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya
proyek.
41
2.3.3 Controlling dalam Konstruksi
Sistem pengendalian proyek merupakan semuam usaha yang sistematis untuk
menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang system
informasi, membandingkan dengan pelaksanaan standar menganalisis kemungkinan
adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil
tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai sasaran (R.J. Moekler, 1972).
Menurut Budi Santosa (2009), tahap manajemen yang berikutnya setelah
pelaksanaan proyek adalah pengendalian. Ini berarti di dalam pelaksanaan proyek,
sebelum proyek selesai, sudah ada proses pengendalian. Jadi pengendalian dilakukan
seiring pelaksanaan proyek. Pengendalian dilakukan agar proyek tetap berjalan
dalam batas waktu, biaya dan performansi yang ditetapkan dalam rencana. Sehingga
proses pengendalian proyek ini adalah hal yang sangat penting. Rencana yang bagus
tanpa dibarengi dengan pengendalian yang baik sangat mungkin tidak akan
menghasilkan output proyek yang bagus dalam hal jadwal, biaya dan performansi.
Maka untuk melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan. Ada beberapa
perbedaan antara perencanaan dan pengendalian yaitu sebagai berikut
1.
Perencanaan berkonsentrasi pada:
a. Penetapan arah dan tujuan
b. Pengalokasian sumberdaya
c. Pengantisipasian masalah
d. Pemberian motivasi kepada para partisipan untuk mencapai tujuan
2.
Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada:
a. Pengendalian pekerjaan ke arah tujuan
b. Penggunaan secara efektif sumberdaya yang ada
c. Perbaikan koreksi masalah
d. Pemberian imbalan pencapaian tujuan
Menurut Budi Santosa (2009), ada tiga langkah-langkah pokok dalam proses
pengendalian proyek, yaitu:
1.
Menentukan standar performansi sesuatu yang akan dikendalikan. Standar ini
bisa berupa spesifikasi teknis, biaya yang dianggarkan, jadwal dan kebutuhan
sumberdaya.
42
2.
Membandingkan antara performansi aktual dan performansi standar hasil
pekerjaan dan pengeluaran yang sudah terjadi dibandingkan dengan jadwal,
biaya dan spesifikasi performansi yang direncanakan.
3.
Melakukan tindakan koreksi, bila performansi aktual secara signifikan
menyimpang dari yang direncanakan tindakan koreksi perlu dilakukan.
Tindakan koreksi bisa berupa perubahan pekerjaan, standar dan rencana
diubah atau penambahan sumberdaya
Fungsi dari pengendalian proyek antara lain bermaksud memantau dan
mengkaji agar langkah-langkah kegiatan tersebut terbimbing kearah tujuan yang
lebih ditetapkan serta memastikan penggunaan sumber data yang efektif dan efisien.
Hal ini benar-benar diperhatikan karena dala, pelaksanaan proyek konstruksi pasti
memiliki keterbatasan sumber daya sehingga pada tahapan ini peran system
pengendalian menjadi sangat penting.
Pengendalian merupakan tindakan melakukan perbaikan untuk mencapai
tujuan dari proyek yang telah direncanakan. Tujuan utama dari pengendaliah adalah
memprediksi apa yang aka terjadi terhadap kondisi yang sedang berjalan.
Sementara itu, garis besar dari pengendalian proyek adalah sebagai berikut :
1.
Organisasi dan Personil, melakukan pemantauan apakah organisasi
pelaksanaan proyek dibentuk sesuai rencana, apakah pengisian personil telah
memenuhi kualifikasi dan apakah jumlahnya telah mencukupi
2.
Waktu/jadwal, dalam aspek ini obyek pengendalian amat ekstensif dan
berlangsung sepanjang siklus proyek
3.
Anggaran biaya, seperti halnya dengan aspek waktu/jadwal, maka
pengendalian anggaran biaya berlangsung sepanjang siklus proyek dengan
potensi yang paling mungkin, keberhasilan yang besar berada diawal proyek
sewaktu merumuskan efisiensi lingkup kerja.
4.
Pengambilan pengadaan, penekanan pengendalian pengadaan disamping
aspek biaya, jadwal dan mutu juga termasuk masalah-masalah prosedur dan
peraturan yang diberlakukan.
5.
Pengendalian lingkup kerja, ini penting dilakukan pada tahap engineering
karena banyak sekali alternative yang bisa dipilih
6.
Pengendalian mutu, mencakup masalah yang cukup luas,
dengan tujuan
pokok produk proyek harus dala, keadaan sesuai untuk digunakan, mulai dari
menyusun program sampai kepada inspeksi dan uji coba operasi.
43
Pengendalian kinerja mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah
tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat pelaporan. Misalnya pada
suatu proyek yang selesai lebih cepat dari perencanaan belum tentu dapat dianggap
sukses, karena ada kemungkinan biaya yang dikeluarkan per unitnya melebihi
anggaran. Ini berarti pemakaian biaya tidak efisien dan dapat berakibat proyek secara
keseluruhan tidak dapat diselesaikan karena kekurangan dana, untuk itu diperlukan
pengendalian terhadap kinerja. Dalam menentukan system pengendalian juga perlu
direncanakan dengan baik sehingga proyek berjalan dengan efektif dan efisien.
Secara khusus pengendalian proyek yang efektif dapat ditandai dengan halhal sebagai berikut :
1.
Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan. Dengan demikian dapat
diadakan koreksi pada waktunya sebelum persoalan berkembang menjadi
besar sehingga suli untuk diadakan perbaikan.
2.
Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar. Untuk maksud dini
diperlukan kemampuan dan kecakapan menganalisis inikator secara akurat
dan obyektif.
3.
Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari
penyelenggaraan proyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan memilik titik
atau masalah yang strategis agar penggunaan waktu dan tenaga dapat efisien.
4.
Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan. Biaya yang dipakai
untuk kegiatan pengendalian tidak boleh melampaui dari kegiatan tersebut.
Ada proses-proses tertentu yang perlu dilakukan untuk melakukan
pengendalian dalam manajemen proyek. Proses tersebut terdiri dari:
1.
Otorisasi Pekerjaan
Suatu pekerjaan akan muncul dari pihak manajemen tingkat atas. Untuk
sampai ditingkat bawah agar dilaksanakan perlu adanya otorisasi, yakni
pemberian wewenang ke tingkat manajemen di bawahnya hingga ke tim
pekerja untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya seperti
apa yang ditetapkan dalam rencana, jadwal dan anggaran. Otorisasi
berlangsung hingga selesainya pekerjaan dan manajemen yang member
wewenang sudah menyatakan menerima hasilnya. Jika wewenang sudah
diberikan maka seorang proyek manajer atau manajer fungsional, atau
supervisor sudah bisa mulai untuk mempergunkan dana proyek untuk
membeli material ataupun membayar tenaga kerja. Untuk proyek-proyek
44
berskala besar otorisasi ini akan melalui tahap-tahap pengeluaran kontrak
(contract release), project release, dan work order release. Sesudah suatu
kontrak didapat oleh suatu perusahaan maka contract administrator dari
perusahaan tersebut akan menyiapkan suatu dokumen yang menguraikan
secara detail kebutuhan yang diminta dalam kontrak dan memberikan
perintah kepada tim manajemen proyek untuk mulai bekerja. Sedangkan
project accountant perlu mengeluarkan dokumen yang berisi pemberian
wewenang untuk mempergunakan dana proyek. Pekerjaan sesungguhnya
akan dimulai bila suatu bagian dari organisasi proyek menerima perintah
kerja (work order). Suatu perintah kerja merupakan hal yang penting dalam
rangka pengendalian proyek. Dalam kartu perintah kerja ini dijelaskan
kebutuhan-kebutuhan apa yang harus dipenuhi, sumber daya yang boleh
dipakai dan periode waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
Perintah kerja (work order) memuat:
-
Pernyataan pekerjaan (statement work)
-
Anggaran berjalan untuk jam kerja langsung, material dan biaya
langsung yang lain
-
Jadwal, kejadian penting, hubungan dengan paket kerja yang lain
-
Posisi pekerjaan yang bersangkutan dalam WBS (Work Breakdown
Structure)
-
Spesifikasi dan kebutuhan-kebutuhan
-
Tanda tangan pemberi wewenang dan penerima tanggungjawab.
Sebelum suatu tugas bisa dimulai perlu adanya suatu perintah kerja. Setiap
perintah kerja dibuat rekening biayanya (cost account) dan perlu diperbaiki
bila ada informasi baru atau kebutuhan baru muncul. Dokumen otorisasi yang
lain seperti perintah pembelian, permintaan untuk pengujian, dan pemesanan
alat perlu juga dibuatkan sebelum bisa dilaksanakan.
2.
Pengumpulan Data
Perintah kerja (work order) dan rekening biaya yang bersangkutan adalah
bagian penting dalam rangka proses pengendalian. Perkembangan pekerjaan
dan biayanya untuk setiap paket kerja secara periodic dimasukkan ke dalam
PCAS (Project Cost Accounting System) untuk kemudian diringkas dan
dihitung untuk keseluruhan paket kerja dan departemen. Dari sini akan
45
didapat rangkuman informasi mengenai biaya untuk departemen tertentu
sampai saat tertentu, atau biaya untuk sekumpulan paket kerja tertentu.
2.4
Percepatan Proyek
Menurut Mangitung, D., (2008), percepatan proyek merupakan salah satu
istilah dalam bidang teknik sipil yang berupa akselerasi suatu proyek yang berakibat
durasi proyek menjadi lebih pendek. Berikut merupakan definisi, alasan-alasan
terjadinya percepatan proyek dan dampak dari percepatan proyek.
2.4.1 Definisi percepatan proyek
Beberapa istilah percepatan proyek dalam bahasa Inggris adalah project time
acceleration yang berarti percepatan waktu proyek dan project compression yang
berarti pemadatan jadwal proyek (Clough et al. 2000; Gould & Joyce 1994). Kedua
istilah tersebut dapat diartikan langsung dan mudah dicarikan padanannya dalam
bahasa Indonesia. Sedangkan istilah lainnya dalam bahasa Inggris adalah least cost
expediting dan time cost trade off (Clough et al. 2000).
Selanjutnya istilah time cost trade off dapat diartikan secara bebas bahwa perubahan
waktu dalam hal ini percepatan waktu proyek akan memberi dampak pada biaya
pelaksanaan proyek baik kenaikan maupun penurunan biaya. Tapi umumnya proyek
yang sudah kritis dari segi jadwal dan mempunyai banyak aktivitas kerja akan
memberikan dampak kenaikan biaya yang signifikan bila dipercepat. Hal tersebut
sebagai imbalan (trade off) perubahan waktu (time). Juga ada istilah lain yaitu
crashing yang artinya juga memperpendek waktu proyek secara total akibat adanya
satu atau beberapa aktifitas yang diperpendek (Gould & Joyce 1994).
Jadi percepatan proyek dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan jadwal proyek
dengan cara memperpendek satu atau lebih aktivitas baik yang berurutan maupun
tidak berurutan yang akibatnya memperpendek total waktu pelaksanaan proyek
sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya melalui perjanjian antara pihak
pengguna jasa dengan penyedia jasa konstruksi.
2.4.2 Alasan Percepatan Proyek
Menurut (Gould & Joyce 1994), jadwal proyek dipercepat, karena alasan
kontrak. Alasan ini dapat disebakan oleh suatu aktifitas atau item pekerjaan perlu
diselesaikan pada waktu tertentu atau dipercepat. Misalnya untuk menghindari cuaca
yang didasarkan atas berita ramalan cuaca yang tidak biasa terjadi, salah satu item
46
pekerjaan tidak mungkin dilaksanakan (contoh seperti pekerjaan pemancangan
fondasi tiang beton dermaga). Dengan alasan waktu secara keseluruhan tidak dapat
ditunda, maka item pekerjaan pemancangan yang merupakan item kritis perlu
dipercepat dengan konsekuensi biaya ditanggung oleh pemilik proyek.
Alasan kedua berdasarkan analisis ekonomi, beberapa item pekerjaan bila
dipercepat dan jatuh pada periode tertentu dalam satu tahun akan memberikan
keuntungan secara finansial. Contohnya adalah pada periode tertentu alat berat susah
didapat/disewa, misalnya pada awal pelakasanaan proyek alat berat banyak
digunakan baik untuk pekerjaaan bangunan gedung (untuk pembersihan, penggalian
lubang fondasi) yang jarang menggunakan alat berat, maupun pekerjaan infrastruktur
yang membutuhkan alat berat. Untuk menghindari item pekerjaan tertentu yang mana
pekerjaan tersebut memerlukan alat berat yang sulit didapat, kalaupun ada sewanya
mahal. Tetapi sebagai akibatnya, item pekerjaan lain perlu dipercepat agar supaya
jadwal proyek keseluruhan tidak terlambat. Contoh lainnya adalah waktu hari besar
seperti lebaran atau akhir tahun dan natal, produktifitas pekerja akan menurun atau
jumlahnya berkurang. Untuk menghindari periode tersebut, kadang percepatan
pekerjaan akan lebih menguntungkan secara ekonomis.
Alasan ketiga, kadang estimasi biaya yang didasarkan pada periode tertentu
dalam tahun sebelumnya untuk item pekerjaan tertentu lebih rendah dibandingkan
dengan biayanya pada periode tertentu pada tahun berjalan pelaksanaan proyek
konstruksi. Dengan alasan penghematan demi menghindari periode tertentu tahun
berjalan yang biayanya lebih mahal, manajer proyek kadang perlu memutuskan
untuk mempercepat proyek konstruksi. Contoh paling mudah adalah bila terjadi
perubahan kebijakan pemerintah dibidang energi, harga biaya transportasi akan
meningkat yang berujung peningkatan biaya bahan bangunan. Untuk menghindari
kerugian item pekerjaan yang berpengaruh langsung, percepatan waktu proyek dapat
mengurangi kerugian yang lebih besar.
Sementara menurut (Clough et al. 2000), alasan mempercepat waktu proyek
dikarenakan oleh:
-
Keinginan penggunaan jasa untuk mempercepat durasi total pelaksanaan
proyek dengan usulan tambahan biaya
-
Untuk menghindari cuaca yang sangat jelek
-
Untuk membebaskan pekerja untuk proyek yang lain
-
Untuk membebaskan peralatan untuk proyek lainnya
47
-
Untuk mendapatkan bonus dari pengguna jasa atas penyelesaian pekerjaan
lebih awal dari rencana/kontrak
-
Untuk pengaturan keuangan yang jatuh tempo dalam periode tertentu pada
tahun fiskal berjalan.
2.4.3 Dampak Percepatan Proyek
Dampak paling nyata dengan adanya percepatan adalah kenaikan biaya
langsung (direct costs) (Clough et al. 2000; Gould & Joyce 1994). Biaya langsung ini
berhubungan dengan biaya bahan bangunan, biaya operasi peralatan, biaya pekerja
dan biaya subkontraktor (Gould & Joyce 1994). Sementara biaya tidak langsung
(indirect cost) cenderung menurun akibat berkurangnya waktu proyek (Clough et al.
2000). Biaya tidak langsung ini berhubungan dengan biaya pengeluaran kantor
(home office overhead) dan biaya pengeluaran umum proyek (project overhead).
Gould & Joyce (1994) merinci dampak percepatan jadwal pelaksanaan
konstruksi sebagai berikut:
-
Pengawasan lebih sulit
-
Efesiensi operasi berkurang
-
Meningkatkan biaya operasi
-
Pembayaran bahan lebih awal
-
Biaya transportasi lebih meningkat
-
Penanganan bahan membutuhkan biaya tambah (handling cost)
48
Download