BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Massa 2.1.1 Definisi Komunikasi Massa Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan bittner (1980:10): “mass comunication is messages comunicated through a mass medium to a large number of people” (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Hal Ini mengundang banyak pertanyaan: apakah komunikasi massa itu pesan atau proses? Apakah yang membedakan komunikasi massa daripada komunikasi interpersonal atau komunikasi media? (Rakhmat, 2007:188). Gerbner(1967) menulis, “mass comunication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broaldy shared continuous flow of masseges in industrial societies” komunikasi masa adalah produksi dan distribusi yang berlandasan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Maletzke (1963) menghimpun banyak difinisi yang dikutip oleh Rakhmat, 2007:188-189; beberapa diantaranya sebagai berikut : 1. Komunikasi masa adalah bentuk komunikasi yang penyampaiannya melalui media masa yang disampaikan secara satu arah kepada publik. 2. Komunikasi masaditujukan untuk semua orang tidak hanya untuk individu. Penyampaian komunikasi masa memerlukan media untuk penyebarannya. 9 10 3. Komunikasi masa dapat dibedakan dari berbagai karakterisitik utama yaitu diarahkan pada khalayak yang relatif besar, bersifat heterogen, dan anonim, penyampaian pesan secara terbuka, bersifat sekilas (ditayangkan sekali saja), komunikator cenderung dengan Public Figure atau orang-orang penting yang melibatkan orang banyak. Rakhmat, 2007:189 merangkum difnisi-difinisi di atas, di sini komunikasi massa dapat diartikan sabagai jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui masa sehingga pesen dapat diterima secara bersamaan 2.1.2 Sistem Komunikasi Massa versus Sistem Komunikasi Interpersonal Secara sederhana, komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa, yakni dapat berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lembaga. Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, maka secara teknis terdapat empat tanda pokok dari komunikasi massa (ElizabethNoelle Neuman, 1973:92 dalam Rakhmat, 2007:189) yaitu: 1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis seperti televisi, radio dan semacamnya; 2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara komunikator dengan komunikan; 3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim, 4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Karena adanya perbedaan teknis pada komunikasi masa, maka dapat juga dilihat bahwa sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Perbedaan tersebut tampak pada pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indra, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. 11 2.1.3 Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Massa McQuil merangkum semua penemuan penelitian tentang efek komunikasi massa sebagai berikut: 1. Adanya kesepakatan pada efekyang terjadi, bentuk dari efek tersebut seperti peneguhan sikap dalam mempertahan suatu pendapat. 2. Efek yang dihasil berbeda-beda bergantung pada sikapdanpenilaian suber komunikasi tersebut. 3. Semakin sempuran monpoli komunikasimasamakan semakin sempurna juga perubahan pendapat terhadapt suatu objek ke arah yag diinginkan. 4. Seberapa penting suatu objek persoalan terhadap khalayak akan mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa. 5. Persepsi khalayak dipengaruhi oleh pendapat, sesuai dengan kepentingannya yang didasari oleh nilai-nilai suatu kelompok. 6. Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang terjadi (McQuail, 1975:47-48 dalam Rakhmat, 2007:198-199). 2.1.4 Efek Komunikasi Massa Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek yang melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi ini telah tersinggung di muka, yakni diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect) atau efek konatif yang sering disebut efek behavioral (behavioral effect) (Effendy, 1993:318) 12 1. Efek kognitif yang berhubunga dari pikiran penalaran khalayak tidak tau menjadi tau, bahak yang tadinya bingung menjadi mengerti. Misalnya, penyampaian pesan dari media masa menghasilkan efek kognitif diantaranya berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan, dan sebagainya (Effendy, 1993:318). 2. Efek afektif dikaitkan dengan perasaan. Akibat dari mendengarkan suatu informasi melalui radio, menonton berita akan menghasilkan suatu perasaan oleh khalayak terhadapinformasi tersebut misalnya sedih, gembira atau biasa saja. Contoh media massa yang dapat menimbulkan efek afektif, antar lain: pojok, sajak, foto, cerita bergambar, cerita bersambung, sandiwara radio, drama televise, cerita film, dan lain-lain (Effendy, 1993:319). 3. Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral (Effendy, 1993:319). Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif. Dengan lain perkataan, timbulnya efek konatif setelah muncul kognitif dan atau efek afektif. Khalayak yang melakukan suatu tindakan terhadap suatu informasi yang didapatkan, contohnya sebuah Keluarga baru melakukan program KB dua anak cukup setelah menyaksikan suatu iklan di televisi. Dari simpulan mengenai strategi komunikasi ini dapat memperjelas betapa pentingnya pemahaman ilmu komunikasi bagi redaktur surat kabar dan majalah, pengarah acara radio dan televisi, serta produser dan sutradara film, politikus, 13 manajer, diplomat, dan mereka yang beniat dalam upaya mengubah sikap, perilaku khalayak secara manusiawi (Effendy, 1993:320). 2.2 Media Massa Media masa adalah salura-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan masa. Di mana media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, computer, TV, radio, dan sebagainya. Walaupun Komunikasi masa merupakan komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan media massa. Lebih lanjut, konteks komunikasi massa juga memiliki keunikan. Konteks ini memberikan kemampuan baik pada pengirim maupun pada penerima untuk melakukan kontrol (West dan Turner, 2009:41). Sumber-sumber seperti editor surat kabar atau penyiar televisi membuat keputusan mengenai informasi apa yang akan dikirim, sedangkan penerima memiliki kendali terhadap apa yang mereka baca, dengarkan, tonton, atau bahas. Selain itu, konteks komunikasi masa juga memiliki perbedaan dengan konteks lain karena komunikasi yang terjadi biasanya lebih terkendali dan terbatas. Di mana komunikasi dipengaruhi oleh biaya, politik, dan oleh kepentingankepentingan lain. Pembuat keputusan biasanya akan menggunakan batas untung-rugi untuk menentukan apakah pesan-pesan tertentu akan tetap disampaikan atau tidak (West dan Turner, 2009:42). Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relative mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym,da heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Meskipun khalayak ada kalanya menyampaikan pesan 14 kepada lembaga (dalam bentuk saran-saran yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya. Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi public dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini (Mulyana, 2007:84). Selanjutnya, Kotler dan Fox dalam Suryani (2008 : 208) menyatakan bahwa suratkabar, majalah, radio, televisi dan film sebagai media massa yang digunakan pada komunikasi massa masing-masingnya memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai media komunikasi massa dalam menyampaikan pesan pihak yang akan menerimanya, seperti terlihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Evaluasi Berbagai Jenis Media Media Surat Kabar Televisi Radio Majalah Kelebihan • Fleksibel • Tepat waktu • Mampu menjangkau pasar lokal dengan baik • Jangkauan penerimaannya luas • Tingkat kepercayaan tinggi • Informasi dapat dilihat, didengar dan gambar dapat bergerak menarik untuk di tonton. • Perhatian tinggi jangkauan luas • Mempunyai banyak pendengar • Selektivitas geografi dan demografi tinggi • Biaya murah • Mempunyai selektivias demografi dan geografi yang tinggi. • Prestise dan kredibel • Hasil cetakan berkualitas. • Berumur panjang. • Jumlah pembaca yang meneruskan iinformasi cukup baik Kelemahan • Umur informasi pendek • Kualitas gambar dan cetakan kurang • Sedikit khalayak yang meneruskan informasi • Biaya mahal • Kebingungan tinggi. • Tingkatan penayangan cepat berlalu dan khalayak kurang mempunyai daya seleksi • Khalayak hanya mendengarkan saja • Perhatian yang lebih rendah dibandingkan televisi • Penyiaran cepat berlalu • Waktu tunggu yang lama. • Waktu sirkulasi yang terbuang. • Tidak ada jaminan posisi yang baik. Sumber: Kotler dan Fox dalam Suryani, (2008:208) 15 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa televisi merupakan salah satu media komunikasi massa dan media massa yang memiliki kemampuan untuk menyajikan pesan secara audio visual adalah televisi. Karena televisi merupakan media audio visual yang dapat digunakan pada komunikasi massa, maka televisi berusaha untuk menyajikan berbagai program dalam bentuk tayangan televisi dengan berbagai tujuan dari tayangan itu sendiri, termasuk tujuan untuk menyajikan hiburan kepada pemirsanya. 2.3 Televisi Statsiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam (Morissan, 2008:207). Pada dasarnya untuk semuan jenis program bisa ditayangkan asalkan tidak menyinggung norma-norma keasusilaan dan budaya. Televisi adalah media masa audio visual yang merupakan salah satu jenis media masa yang sangat berpengaruh pada pola perilaku masyarakat. Karena pesan yang disampaikan melalui media Televisi disampaikan langsung kepada khalayak. Berbagai jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini (Morissan, 2008:207). Program hiburan adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan (Morissan, 2008:213). 16 Program yang termasuk dalam kategori hiburan menurut Morissan (2008:213) adalah drama, permainan (game), music, dan pertunjukkan. 2.4 Presenter Istilah presenter tidak asing lagi didunia pertelevisian. Presenter dapat diartikan sebagai pembawa suatu acara yang berguna untuk dipertunjukkan kepada pemirsanya. Menjadi seorang presenter tidak hanya banyak berbicara dan percaya diri saja di depan pemirsanya, namun ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh presenter yaitu : 1. Bakat : Dalam pengertian ini tidak semua orang berbakat menjadi seorang Presenter handal. Meskipun orang tersebut berbakat dan pintar berbicara, namun tidak pernah diasah hal ini akan menjadi sia-sia. 2. Imajinasi : Imajinasi sangat dibutuhkan oleh seorang presenter untuk mendeskripsikan suatu benda/objek permasalhan. Hal ini dilakukan agar objek yang dideskripsikan menjadi sesuatu yang luar biasa sehingga menarik minat pemirsanya. 3. Wawasan : Seorang presenter harus memiliki wawasan yang luas untuk mengetahui berbagai celah informasi. Referensi untuk pencarian wawasan yang lebih mendalam bisa melaui internet, majalah, tabloit, televisi, radio dan lai-lain. Presenter juga harus memiliki wawasan di berbagai bidang yaitu ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lain-lain. Wawasan akan membantu seorang presenter untuk mngembangkan perfoma presenter dalam membawakan suatu acara program. 4. Suara : Kualitas suara sangat penting dimiliki oleh seorang presenter. Presenter harus terus berlatih untuk keterampilan dalam pengaturan 17 nafasnya agar suara yang dikeluarkan lebih bagus dan memiliki durasi yang lebih lama. Dalam melatih keterampilan suara presenter dapat belajar dari mebaca artikel atau buku dengan cara bersuara agar pita suara terlatih terbuka. Pada saat pelatihan membaca presenter juga harus mengatur tata bahasanya dengan baik agar terdengar jelas oleh pemirsanya. 5. Body Language (bahasa tubuh) : Bahasa tubuh yang seimbang dan menyatu dengan gaya presenter dalam menarik perhatian pemirsanya. Penonton akan lebih menyukai apabila seorang presenter dapat menyeimbangkan antara bahasa yang digunakan dan bahasa tubuhnya seperti contonya, mimik wajah, gerakan tangan, kaki, atau tubuh). (Gemilang, 2013:11-13) Dalam melakukan kegiatannya seorang presenter harus mampu menarik perhatian pemirsanya dan sebisa mungkin seorang presenter mengikat pemirsanya agar tidak mengganti channel pada saat acara berlangsung. Presenter harus dapat menguasai materi yang sudah dipelajari dan dikembangkan menjadi informasi yang menarik. Presnter harus benar-benar dapat menguasai suatu program acara yang akan dibawakan untuk mempermudah mereka dalam mengualas program acara tersebut. Presenter TV sangat membutuhkan keterampilan untuk meningkatkan mood (suasana hati) pemirsanya karena hal ini sangat membantu mamasarkan program acara tersebut. Presenter di program acara Stand Up Comedy di Kompas TV haru memiliki ketrampilan-keterampilan yang disebutkan. Dalam program acara Stand Up Comedy tidak hanya Host-nya saja yang disebut sebagai presenter. Namun komentator dan comic-nya pun termasuk presenter karena mereka termasuk orang-orang yang berkecimpung dalam mempersembahkan suatu acara. Hanya saja dalam program acara ini comic dan komentator memiliki unsur yang berbeda dengan presenter 18 lainnya. Kalau comic dalam program acara ini hanya kontestan yang mempersembahkan materi lawakan mereka untuk permirsanya yang di seimbangkan dengan bakat melucu mereka. Komentator dalam program acara ini sama-sama mempersembahkan acara tersebut kepada permirsanya hanya saja komentator adalah orang yang mengkomentari perfoma para kontestan Stand Up Comedy yang diseimbangkan dengan wawasan yang mereka miliki untuk memacu peningkatkan kreatifitas para comic. 2.5 Teori Stimulus Organism Response (S-O-R) Menurut Effendy (2007:254) teori S-O-R sebagai singkatan dari stimulus – organism – response mulanya berasal dari ilmu psikologi kemudian dijadikan juga teori komunikasi. Hal ini tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya memiliki komponenkomponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Lebih lanjut, Effendy (2007:254) menerangkan bahwa pada stimulus response, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat menginginkan dan mampu memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan, jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R) Lebih lanjut, Hovland, Janis, dan Kelley dalam Effendy (2007:255) menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting, yaitu : 19 a. Perhatian. Adanya perhatian dari audience/penonton acara Stand Up Comedy Kompas TV terhadap materi lawakan yang dibawakan oleh para comic. b. Pengertian. Audience/penonton acara Stand Up Comedy Kompas TV mengerti dengan materi yang disampaikan/dibawakan oleh comic dalam acara tersebut. c. Penerirmaan. Materi yang dibawakan oleh comic dapat diterima oleh para audience/penonton acara Stand Up Comedy Kompas TV, sehingga menghasilkan feedback yaitu tertawaan atau tepuk tangan dari audience/penonton. Organism : • Perhatian • Pengertian • penerimaan Stimulus Response (Perubahan Sikap) Gambar 2.1 Teori S-O-R Gambar di atas menunjukann bahwa perubahan sikap tergantung dari setiap individu. Pesan atau stimulus yang diterima kemungkinan diterima ataupun di tolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan (Effendi, 2007: 255). Proses selanjutnya bahwa komunikan akan mengolah dan menerima pesan. Proses ini akan membuat komunikan untuk mengerti dan akan terjadi perubahaan sikap. 2.6 Teori Individual Differences Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Deflur ini lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Bahwa teori ini 20 menjelaskan bahwa adanya perbedaan-perbedaan pendapat di antara individuindividu yang menjadi sasaran media massa ketika mereka menerima informasi pada saat penyebaran informasi sehingga menimbulkan suatu efek. (Effendi, 2007:275). Menurut Effendi (2007:275) teori ini memiliki pengertian bahwa dari individu-individu sebagai anggota khalayak yang menjadi sasaran media massa secara selektif yang menaruh perhatian khusus kepada pesan-pesan terutama yang berkaitan dengan kepentingannya. Konsisten dengan sikap-sikap yang ditimbulkan oleh kepercayaan yang didukung oleh nilai-nilai yang menjadi suatu panutannya. Tanggapan tersebut didasari oleh psikologisnya. Jadi, efek yang ditimbulkan oleh media massa pada khalayak sama, hal ini disebabkan oleh pada setiap individual berbeda satu sama lain dari struktur kejiwaannya. (Effendi, 2007:275). Taggapan dari teori ini adalah setiap manusia sangat bervariasi dalam psikologisnya secara pribadi. Variasi yang ditimbulkan didukung dari perbedaan secara biologis akan tetapi hal ini disebabkan oleh pengetahuan invidual yang berbeda-beda. Hal-hal yang didapatkan dan dipelajari dari lingkungan seseorang dapat mempengaruhi seperangkat sikap, nilai dan kepercayaan yang dijadikan tatanan dalam psikologisnya, sehingga membuat individu tersebut memiliki pribadi yang berbeda-beda. (Effendi, 2007:275). Menurut Melvin DeFluer dalam (Efendi, 2007:275) mengatakan bahwa : “Teori perbedaan individu ini mengundang rangsangan-ragsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbada dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpeang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakin menganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam)”. 21 Rakhmat (2007:203) berdasrakan teori DeFleur dan Ball-Rokaech mengenai Pertemuan dengen Media menjelaskan bahwa perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologi individu akan menentukan individu tersebut untuk memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana memberi makna pada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis. Pengalaman belajar, dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula. Rakhmat (2007:204) menyimpulkan bahwa berbagai faktor akan mempengaruhi reaksi sikap seseorang terhadap suatu objek permasalahan. Faktor-faktor tersebut meliputi psikologis individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, dan pengalaman yang pernah dialami. 2.7 Definisi dan Operasionalisasi Konsep 2.7.1 Definisi Konsep Penelitian ini menggunakan satu variabel yang akan diuji yaitu variabel tanggapan terhadap Program Stand Up Comedy Kompas TV. Dari variabel ini dioperasionalisasi menjadi 3 dimensi yaitu kognitif, afektif, konatif (behavioural) yang merupsk efek dari media massa. Dari tiap dimensi di operasionalisasikan menjadi 4 sub dimensi yaitu presenter, comic, komentator, dan materi lawakan. Ke 4 sub dimensi ini didapat dari content program Stand Up Comedy Kompas TV. Pada tiap sub dimensi menjadi beberapa indikator : 1. Presenter : Penilaian penggemar komedi terhadap presenter Stand Up Comedy terhadap aksi presenter untuk mendukung menghidupkan suasana pada Program Stand Up Comedy yang terdiri dari bahasa yang digunakan, wawasan, dan penampilan. 22 2. Comic : Penilaian penggemar humor terhadap kontestan Stand Up Comedy dari cara mereka membawakan materi dan persona mereka (kekhasan) yang terdiri dari wawasan dalam mengembangkan materi yang dibawakan, bahasa yang digunakan, dan penampilan. 3. Komentator : Penilaian perfoma komentator dalam memberikan masukan atau kritikan terhadap kontestan comic yang terdiri dari wawasan untuk pengkoreksi kontestan comic, bahasa yang digunakan, dan cara untuk mengembangkan potensi kontestan. 4. Materi lawakan : Bahan humor yang disajikan oleh aktor pada masingmasing tayangan yang terdiri dari materi humor yang mudah dicerna oleh penonton, materi yang dapat menghibur, Materi hiburan dan humor yang hangat sesuai dengan perkembangan kondisi dalam masyarakat. 2.7.2 Operasionalisasi Konsep Tabel 2.2 Operasional Konsep Dimensi Sub dimensi Presenter Comic Indikator Kriteria presenter : 1. Bahasa yang digunakan oleh presenter mudah untuk dimengerti 2. Wawasan presenter untuk menghangatkan suasana. 3. Kreatifitas presenter dalam membawakan acara Stand Up Comedy Kompas TV Kriteria comic : 1. Bahasa yang digunakan oleh kontestan comic 23 Dimensi Sub dimensi Kognitif Komentator Materi lawakan Presenter Comic Indikator apakah mudah untuk dimengerti 2. Wawasan comic dalam menghibur khalayak. 3. Materi yang dibawakan sudah sesuai dengan selera follower twitter. Kriteria komentator : 1. Wawasan dalam mengkoreksi kontestan comic 2. Bahasa yang digunakan mudah untuk dimengerti. 3. Kemampuan komentator dalam memberi saran kepada comic. Kriteria materi lawakan : 1. Materi humor yang mudah dicerna oleh semua penontonnya 2. Materi menghibur. 3. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Kriteria presenter : 1. pembawaan presenter Stand Up Comedy dalam memeriahkan program Stand Up Comedy 2. kesabaran presenter dalam menangani sikap penonton yang kurang menyenangkan. 3. Keramahan presenter dalam membawakan acara Stand Up Comedy Kriteria comic : 1. Kesopanan kontestan comic dalam penyampaian materi. 2. Sikap comic yang 24 Dimensi Sub dimensi Afektif Komentator Materi lawakan Presenter Comic Indikator menghibur 3. Ciri khas comic dalam membawakan materi. Kriteria komentator : 1. Sharing pengalaman pribadi untuk pengembangan perfoma comic 2. Keramahan komentator dalam penyampaian komentar terhadap kontestan comic. 3. Kesopanan dalam penyampaian kritik dan saran kepada kontestan comic. Kriteria materi lawakan : 1. Materi hiburan yang menyenangkan bagi semua orang 2. Materi hiburan dan humor yang hangat sesuai dengan perkembangan kondisi dalam masyarakat 3. Materi yang dibawakan kontroversial dengan kehidupan masyarakat. Kriteria presenter : 1. Pembawaan/sikap presenter Stand Up Comedy dalam meningkatkan ketertarikan minat penonton 2. Interaksi antara presenter dengan penonton. 3. Penampilan fisik presenter Stand Up Comedy menarik minat penonton. Kriteria comic : 25 Dimensi Sub dimensi Berhavioural Komentator Materi lawakan Indikator 1. Cara penyampaian materi. 2. Minat penonton untuk mempraktekkan Stand Up Comedy 3. Pengaruh gaya pembawaan comic terhadap pola perilaku masyarakat. Kriteria komentator : 1. Komentator mempengaruhi kontestan comic untuk meningkatkan perfoma kontestan comic. 2. Manfaat saran dari komentator terhadap wawasan masyarakat mengenai Program Stand Up Comedy Kompas TV. 3. Sikap komentator yang menyenangkan Kriteria materi lawakan : 1. Materi lawakan yg dibawakan oleh comic stand up comedy akan meningkatkan ketertarikan minat menonton. 2. materi lawakan mempengaruhi pola perilaku masyarakat di kehidupan seharihari. 3. Materi lawakan yang dibawakan akan mengubah pola pikir masyarakat.