Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beralihnya sistem ekonomi yang bergeser ke arah liberalisme dengan menempatkan pasar bebas
sebagai aktifitas utama mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai
mengintegrasikan ekonominya. Hal itu dapat dilihat dengan munculnya perjanjian atau
kerjasama regional dibidang liberalisasi perdagangan melalui sistem perdagangan bebas ( free
trade ).
Integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara tidak lepas dari peran serta ASEAN yang saat ini
telah diikuti oleh 10 negara anggota. Melalui ASEAN maka terbentuknya ASEAN Free Trade
Area ( AFTA) . AFTA ( ASEAN Free Trade Area ) merupakan hasil pertemuan KTT ASEAN
KTT ASEAN IV 27-28 Januari 1992 di Singapura. Kerjasama AFTA bertujuan untuk
meningkatkan daya saing produk ASEAN di pasar dunia dan menciptakan pasar seluas-luasnya
untuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) di kawasan Asia Tenggara,
yang artinya semua barang atau produk yang dihasilkan oleh ASEAN dapat diperdagangkan di
negara anggota dengan tarif atau tanpa tariff 1.
Terbentuknya AFTA diharapkan akan menjadi hal yang penting dalam menentukan integrasi
ekonomi dan pembentukan pasar tunggal di ASEAN. Skema Common Effective Preferential
Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan
AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0 - 5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan
hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah
adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan
bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015 2.
Akan tetapi pemberlakuan AFTA merupakan pilihan yang sulit bagi negara-negara anggota
ASEAN yang sebagian mengalami perekonomian yang belum begitu kuat. Negara-negara
anggota ASEAN seakan-akan berada diposisi yang sulit karena efisiensi produksi dan jumlah
1
2
Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper No 6
Penjelasan Umum Tarif ,diakses melalui http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
1
produk kompetitif di masing-masing negara masih rendah sehingga justru dapat menimbulkan
kerugian.
Namun disisi lain dengan terbentuknya AFTA dapat meningkatkan perekonomian di masingmasing negara, karena dengan adanya fenomena globalisasi yang menciptakan liberalisasi di
berbagai sektor menimbulkan dampak langsung terhadap sistem perekonomian dunia.
Topik mengenai pasar bebas di ASEAN sangat menarik untuk diteliti karena tahun 2015
mendatang Indonesia akan benar-benar ikut berperan dalam pasar bebas ASEAN ( MEA 2015).
Indonesia merupakan salah satu aktor penting yang berperan dalam pemberlakuan AFTA.
Sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki pasar yang luas, tentunya posisi
Indonesia sangat strategis bagi produsen karena proporsi penduduk Indonesia jauh lebih banyak
dibanding negara-negara anggota ASEAN sehingga Indonesia menjadi target produsen dalam
memasarkan barang dan jasa. Momen ini sangat penting bagi Indonesia karena akan menentukan
masa depan Indonesia, apakah Indonesia mampu berperan aktif sebagai aktor atau hanya sebagai
penonton. Sebagai salah satu tujuan dari dibentuknya kerjasama ekonomi ASEAN adalah guna
meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN, disinilah yang akan menjadi tolak ukur
apakah Indonesia di untungkan dengan kerjasama ini atau tidak, dan hal-hal apa saja yang perlu
menjadi perhatian dan perbaikan atau evaluasi di sektor-sektor ekonomi
dalam menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN mendatang. Sehingga melalui kerjasama ini di harapkan mampu
memberikan dampak postitif bagi sektor ekonomi dan bahkan SDM di Indonesia.
Isu yang kini tengah menjadi perbincangan di Indonesia adalah mengenai ekspor-impor
Indonesia yang menyebabkan defisit neraca perdagangan. Secara khusus dalam penelitian ini
membahas kondisi ekspor-impor Indonesia dengan ASEAN dan implikasinya, serta prospek dan
isu-isu yang menjadi masalah di Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dengan
mengacu data ekspor-impor Indonesia dengan ASEAN tahun 2008-2012 akan dilihat
perkembangan ekspor-impor baik dilihat dari nominal dan komoditas andalan. Negara yang
mendominasi perdagangan di ASEAN adalah Singapura, Malaysia dan Thailand, dengan segala
kemampuan di bidang infrastruktur dan teknologi ke 3 negara tersebut mampu mendominasi
perdagangan. Di bentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak ditujukan untuk membangun
negara masing-masing agar menjadi paling hebat di ASEAN tanpa peduli negara anggota yang
2
lain. Namun dengan terbentuknya MEA agar seluruh negara ASEAN bisa berintegrasi untuk
menjadikan kawasan yang lebih sejahtera,stabil,damai dan tangguh dalam politik internasional.
Meski tidak yang paling tertinggal, Indonesia masih perlu kerja ekstra untuk menghadapi MEA.
Ini mengingat dalam beberapa hal strategis, Indonesia relatif tertinggal. Dari studi Bank Dunia
(2013) daya saing impor Indonesia tertinggal dibanding dengan negara ASEAN lainnya selain itu
kondisi infrastruktur Indonesia seperti pelabuhan yang belum cukup memadai. Namun kondisi
Indonesia masih lebih baik di banding kondisi Kamboja dan Brunei. Ekspor Indonesia ke Brunei
tahun 2012 sebesar US$ 81,7 juta dengan share 0,20% meningkat 1% dari tahun sebelumnya.
Tahun 2009 dan 2011 Brunei mengalami surplus perdagangan dengan Indonesia namun tahun
2008-2010 dan 2012 mengalami defisit perdagangan. perdagangan Indonesia- Brunei
menunjukkan
trend
-35%.
Komoditas
yang
diekspor
Indonesia
meliputi
consumer
goods,farmasi,alat-alat listrik dan elektronik, tekstil dan suku cadang. Sementara impor
Indonesia dari Brunei adalah transport equipment, cashed head petroleum, dan mesin-mesin.
Neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura selama 5 tahun ( 2008-2012) menunjukan
posisi defisit, karena Singapura lebih banyak mengekspor hasil sulingan minyak bumi, kapal,
tekstil, pipa besi, baja dan bahan kimia, disisi lain adanya dukungan dari segi infrastruktur
Singapura yang sangat maju. Negara ke 2 yang mendominasi perdagangan setelah Singapura
adalah Malaysia, selama 5 tahun ( 2008-2012) neraca perdagangan secara umum menunjukan
surplus bagi Malaysia namun untuk tahun 2010-2011 menunjukan surplus bagi Indonesia.
Komposisi ekspor Indonesia di dominasi komoditas ( resource based ) barang primer ( primary
product), kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga, hal ini juga
yang menyebabkan ekspor Indonesia melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang
menyebabkan harga komoditas dunia juga ikut menurun. Ekspor Indonesia yang didominasi
komoditas dan barang primer ,memiliki nilai tambah yang sedikit selain itu menurut Menteri
Perdagangan Gita Wirjawan adanya koreksi harga komoditas oleh negara-negara besar atau
negara tujuan ekspor terbesar.3 Lain halnya dengan Singapura, Malaysia ,dan Thailand yang
produk ekspornya lebih di dominasi barang-barang berteknologi tinggi. Selain itu adanya isu
logistik di Indonesia sangat berpengaruh terhadap daya saing, aktivitas bongkar muat di
pelabuhan yang memakan waktu berhari-hari menjadi hal yang perlu diperhatikan dan perlu
3
http://economy.okezone.com/
3
adanya pembenahan. Masalah mengenai logistik yang tengah dihadapi Indonesia merupakan
masalah yang berkaitan yang melibatkan instansi pemerintah, pengelola pelabuhan dan
pengusaha angkutan. Sehingga perlu adanya kebijakan baru dan perubahan sistem dalam
pengelolaan aktivitas di pelabuhan dan pembangunan infrastruktur.
Ekspor-impor Indonesia yang mengalami defisit tentunya menyebabkan neraca perdagangan
tidak seimbang yang berdampak pada pendapatan devisa yang menurun dan nilai tukar rupiah
melemah. Padahal sangat penting bagi Indonesia menjaga kondisi nilai tukar rupiah untuk
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), agar perekonomian kuat maka perlu di
dukung dengan rupiah yang kuat. Defisit yang semakin meningkat dari tahun ke tahun
menandakan bahwa negara tersebut semakin ketergantungan dengan negara lain, sebagai contoh
ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura yang mengakibatkan defisit
neraca perdagangan.
Terbentuknya ASEAN pada awalnya hanya untuk keamanan. Namun kemudian berkembang dan
muncul kerjasama ekonomi seperti AFTA dan kemudian MEA yang berfokus pada ekonomi.
Dengan disepakatinya kerjasama regional sangat diharapakan Indonesia mendapat manfaat,
secara khusus dalam MEA 2015. Dengan segala kelimpahan yang di miliki Indonesia baik SDM
dan SDA, momen ini sangat penting untuk kemajuan Indonesia. Meskipun banyak tantangan
yang dihadapi Indonesia, tetap saja Indonesia masih memiliki banyak peluang jika Indonesia
benar-benar menjadi aktor dalam MEA. Bahkan jika pemerintah dan masyarakat Indonesia
bersinergi atau kompak dalam persaingan pasar bebas ASEAN maka Indonesia mampu menjadi
Macan Asia kembali bila sektor-sektor yang unggul di Indonesia terus di kelola. Dengan begitu
Indonesia mendapat banyak manfaat yang maksimal dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi
ASEAN. Manfaat yang diperoleh Indonesia dalam hal ini seperti prospek sektor jasa pariwisata
yang mampu bersaing dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini dapat di lihat ketika
Indonesia menghadapi krisis global ,ketika ekspor turun sektor pariwisata justru mengalami
peningkatan 7 %.4 Masih ada banyak lagi sektor-sektor yang unggul dalam menghadapi MEA.
4
http: //www.parekraf.go.id
4
Dari penjelasan di atas maka pertanyaan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Bagaimana
kesiapan Indonesia menghadapi MEA .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif
diskriptif. Dimana penelitian ini untuk memahami fenomena mengenai apa yang terjadi dengan
subjek penelitian pasar bebas Indonesia dengan ASEAN dan mendeskripsikan penelitian yang
sudah didapat yang kemudian dapat memecahkan atau menjawab masalah yang ada berdasarkan
data-data atau catatan-catatan. Sumber-sumber di peroleh dari koran, jurnal dan data sekunder
dari BPS. Penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa dan sebagai sumber
untuk penelitian selanjutnya.
5
Review Literatur
Pasca perang dingin perubahan sistem ekonomi internasional mulai berkembang sehingga
menimbulkan dampak yang besar bagi hubungan perdagangan internasional antarnegara. Yang
menjadi landasan pembangunan ekonomi di Eropa, Asia dan Afrika pada saat itu adalah sistem
ekonomi liberalisme. Amerika Serikat pun menjadi satu-satunya negara Adi daya yang memiliki
ideologi kebebasan di semua bidang. Selain itu hegemoni Amerika Serikat
sangat
kuat
menguasai ekonomi, budaya, politik luar negeri dan militer diseluruh dunia, sehingga sistem
ekonomi lantas bergeser ke arah neoliberalisme dengan menempatkan pasar bebas sebagai
aktivitas utama ( Helwani : 2006). Hal itu kemudian mendorong negara-negara di dunia dituntut
untuk mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju keterbukaan tata perekonomian dunia baru
yang berdasarkan liberalisme ekonomi. Perubahan sistem ekonomi ini juga diikuti dengan
munculnya perjanjian atau kerjasama internasional di bidang Liberalisasi perdagangan melalui
sistem perdagangan bebas.
Perdagangan Internasional dan negara-negara berkembang
Sistem perdagangan Internasional melalui integrasi ekonomi menawarkan banyak keuntungan
bagi ekonomi dunia. Hal ini sama seperti dengan teori yang dikemukaan oleh Adam Smith,
Ricardo dan Heckscher-Ohlin. Keuntungan yang paling mendasar dari perdagangan internasional
adalah ketika suatu negara dapat mengkonsumsi barang yang tidak bisa dihasilkan oleh
negaranya atau tidak dapat di produksi secara lokal. Keuntungan muncul karena perdagangan
internasional memperbolehkan suatu negara untuk mengkhususkan pembuatan suatu produk dan
mengekspor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di dalam negeri dan mengimpor produk
yang dapat diproduksi lebih efisien di negara-negara lain. Namun perdagangan antara negara
maju dengan negara berkembang sangat berbeda. Karena di negara maju mengekpor padat modal
dan negara berkembang mengekspor padat karya. Disisi lain adanya perbedaan yang mencolok
dalam pendapatan per kapita di negara maju dan negara berkembang.5
Dalam perdagangan internasional negara berkembang menganut dualisme yaitu proteksi dan
liberalisasi. Proteksi dengan tujuan melindungi pabrik domestik dari kompetitor internasional.
5
Zimmermann, Thomas A. 2000. Trade Liberalisation South-East Asia.
6
Proteksi diwujudkan melalu kebijakan subsidi impor. Subsidi impor adalah kebijakan
perdagangan dengan membatasi masuknya barang ke dalam negeri dengan menggunakan tarif
atau kuota untuk mendorong penggunaan produk domestik mengganti impor.6 Latar belakang
digunakannya kebijakan ini adalah untuk melindungi industri yang baru muncul
(infant
industry) . Negara berkembang sebenarnya memiliki potensi dalam hal keunggulan komparatif,
namun industri baru muncul sehingga tidak dapat berkompetisi dengan industri yang sudah lama
dari negara maju. Dua argumen yang mereka gunakan adalah adanya ketidaksempurnaan pasar
modal dan tidak adanya kompensasi atas nilai awal. Ketidaksempurnaan pasar modal diakibatkan
negara berkembang tidak memiliki institusi keuangan seperti negara maju. Tidak adanya
kompensasi atas nilai awal, artinya industri baru yang mengeluarkan biaya untuk memulai
aktivitasnya. Jika industri lain ingin melakukan hal yang sama, mereka tidak memerlukan biaya
yang sama dengan industri pendahulunya, dan industri pendahulunya tidak mendapat
kompensasi dari industri yang lebih baru tersebut.7
Negara-negara berkembang telah menolak liberalisasi perdagangan selama beberapa dekade,
mereka lebih memilih strategi substitusi impor dan perlindungan industri kecil bersama dengan
menuntut akses istimewa ke pasar negara-negara maju melalui System Preferensi Generalized (
SGP ), yang merupakan sistem
pengurangan tariff yang lebih besar bagi negara-negara
berkembang. Namun hal ini kemudian menimbulkan beberapa kritik bagi kebijakan subsidi
impor karena negara yang menggunakan kebijakan ini ternyata tidak berkembang.8 Alasan
pertama, negara tersebut rugi dalam hal kompetensi karena mereka memiliki keunggulan dalam
bidang manufaktur ( keunggulan komparatif ) namun tidak dibuka kesempatan untuk itu. Alasan
kedua, di negara berkembang banyak buruh yang tidak memiliki ketrampilan, kekurangan
wiraswasta dan kompetensi manajerial serta masalah pada organisasi sosial yang nantinya akan
berpengaruh terhadap pengalaman industrialisasi. Alasan ketiga, kegagalan kebijakan subsidi
impor dalam menghasilkan keuntungan yang menjanjikan dikarenaan fokus pada biaya
pengembangan industri domestik. Dan alasan yang terakhir adalah, industri domestik terlalu
kecil sehingga tidak efisien dalam menghasilkan profit.
6
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2003. International Economics: Theory and Policy. Pearson
Education Internasional , hal 25
7
Ibid
8
Ibid , hal 256
7
Pada akhir tahun 1980, kritik tersebut sudah diterima oleh negara berkembang. Sehingga
kebijakan proteksi ditinggalkan. Sementara kebijakan liberalisasi mulai diterapkan karena
adanya fakta yang menyatakan negara yang sudah menganut kebijakan liberalisasi memiliki
tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada negara yang menganut proteksi.9 ( Krugman &
Obstfeld, 2003 : 257 ).
Kerjasama Regional
Liberalisasi merupakan fenomena yang sudah tidak bisa dihindari oleh negara-negara didunia.
Hal ini dikarenakan semakin terintegrasinya ekonomi di dunia. Terbentuknya WTO ( World
Trade Organization ) telah didahului dengan terbentuknya blok-blok ekonomi. Perdagangan
dengan WTO dan kerjasama ekonomi regional berarti mengembangkan institusi yang
demokratis, memperbaharui mekanisme pasar dan memfungsikan sistem hukum. Dalam sejarah
perdagangan bebas internasional menunjukkan bahwa perdagangan internasional merupakan
perdagangan yang fokus mengembangkan pasar terbuka.
Pada awal tahun 1990, Masyarakat Eropa memperluas integrasinya dalam Pasar Tunggal dan
bahkan menyatukan mata uang mereka dengan euro, kemudian AS, Kanada dan Meksiko
menyepakati pembentukan NAFTA. Tumbuhnya tren dalam perdagangan internasional pada
masa itu maka muncul regionalisme yang mendorong ASEAN untuk meningkatkan kerjasama
dengan menyepakati berbagai kesepakatan di bidang ekonomi ,khususnya ekonomi regional di
kawasan ASEAN. Diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada
tahun 1977. Kesepakatan yang cukup menonjol dan menjadi awal visi pembentukan AEC (AEC)
pada tahun 2015 adalah disepakatinya Common Effective Preferential Tariff – ASEAN Free
Trade Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992. Tujuan dari terbentuknya AFTA adalah
meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi untuk pasar bebas. Mekanisme untuk
mencapai tujuan AFTA melalui Common Efektif Preferential Tariff ( CEPT ) dimana tarif intra
regional akan berkurang menjadi 0 % hingga 5 % dalam jangka waktu 15 tahun mulai 1993,
penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan
terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea
9
Ibid , hal 257
8
masuk impor barang bagi
Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada
tahun 2015. 10
Dampak Kerjasama Regional
Liberalisasi perdagangan telah memberikan dampak yang signifikan pada ekonomi dunia,
dengan efek bermacam-macam. Liberalisasi perdagangan di Asia Tenggara diharapkan mampu
menghasilkan pergeseran terhadap output sektoral, karena adanya realokasi sumber daya ke
sektor yang lebih efisien , liberalisasi perdagangan akan sangat mempengaruhi pola perdagangan
luar negeri. Dengan dihilangkannya distorsi domestik maupun luar negeri, masing-masing
wilayah akan dapat meningkatkan produksi di sektor yang mempunyai keunggulan, serta
mendapat kesempatan lebih besar untuk mengekspor hasil hasil produknya akibat dari semakin
terbukanya pasar. Pada perubahan output,
negara-negara ASEAN juga akan mengalami
perubahan ekspor yang cukup signifikan di sektor manufaktur dan sektor tekstil karena
dipengaruhi oleh AFTA yang merupakan blok perdagangan di ASEAN sehingga terbuka
kesempatan dalam mengekspor ke negara anggota karena dikenai bea masuk yang rendah
daripada negara bukan anggota. Akibatnya, harga domestik komoditas impor akan lebih murah
dibandingkan harga komoditas dari negara lain sehingga ekspor antar negara ASEAN akan
meningkat. Ekspansi di sektor manufaktur akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja
dan menyebabkan perpindahan sumber daya. Ekspansi tersebut berbeda-beda antarnegara.
Indonesia yang memiliki tenaga kerja berlimpah akan mendapat manfaat lebih banyak daripada
industri yang padat karya, sementara negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand lebih
tergantung pada industri padat modal. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa transformasi tenaga
kerja dari sektor pertanian ke manufaktur di Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan negaranegara lain. Pelaksanaan AFTA sebagai blok perdagangan akan sangat meningkatkan
perdagangan antar negara anggota sebagai akibat dari trade creation dan trade diversion. Secara
keseluruhan ada
indikasi bahwa dengan liberalisasi maka perdagangan intra industri akan
semakin dominan, karena liberalisasi mendorong diferensiasi produk. Negara- negara yang
memiliki keunggulan komparatif diharapkan mampu meningkatkan produksi dan impor sehingga
dapat menarik faktor produksi dari sektor yang kurang kompetitif. Semakin maju liberalisasi
10
Penjelasan Umum Tarif , http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA diakses 8 November 2013
9
perdagangan yang dilakukan maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari
liberalisasi tersebut.11 Beberapa dampak liberalisasi terhadap ekonomi nasional salah satunya
adalah pertumbuhan investasi asing ( FDI ). Investasi memiliki peran dalam transfer teknologi,
dalam restrukturisasi industri dan dalam pembentukan perusahaan global yang semuanya
memiliki dampak besar pada tingkat nasional.
Yang ketiga adalah dampak liberalisasi terhadap inovasi teknologi. Teknologi telah menjadi
faktor dalam liberalisasi, selain itu liberalisasi memacu kompetisi sehingga mendorong dan
mempercepat difusi dalam bangsa melalui investasi asing langsung.12 Keempat adalah
pertumbuhan perdagangan di jasa termasuk keuangan, jasa dan hukum, manajerial, dan informasi
berwujud dari semua jenis yang telah menjadi andalan perdagangan internasional.
AFTA Dan Indonesia
Indonesia merupakan anggota pendiri ASEAN dan ikut serta dalam kesepakatan AFTA yang
berorientasi kepasar bebas Asia Tenggara. Indonesia juga telah mengadopsi kebijakan
pembangunan ekonomi selama beberapa tahun terakhir.13 Kebijakan pembangunan diharapkan
akan mendorong perekonomian di ASEAN yang mencangkup perdagangan dan investasi.
Seperti anggota ASEAN lainnya, Indonesia mau tidak mau harus menghadapi iklim global
dengan lingkungan yang lebih kompetitif.
Pada tahun 1995 Indonesia mengusulkan untuk melindungi beberapa produk pertanian,
khususnya beras, gula, tepung terigu dan kedelai yang dianggap produk sensitif dan menunda
liberalisasi komoditas ini. Usulan tersebut diterima dan liberalisasi komoditas sensitif akan
dimulai pada bulan januari 2003 dan berakhir pada tahun 2010.
Namun kita dapat melihat kondisi Indonesia saat ini dimana Indonesia justru mengimpor
komoditas pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging ayam dan daging sapi
11
12
Dhayattoni , 2013 ,” Liberalisasi Perdagangan Dunia”.
Michael D. 2003 , “Globalization Of The World Economy : Potential Benefits And Cos And A Net Assessment”
13
R.H Arif dan Regalado A.Aurora . “A Country report The Impact Of AFTA On Indonesian Economy And
Small Scale Producers” . Publish by: Southeast Asian council For Food Security And Fair Trade
10
yang diperkirakan memiliki kartel dalam jumlah milyar rupiah.14 Hal ini merupakan tanggung
jawab pemerintah dalam mengatur tata niaga impor, yang harus segera selesaikan.
Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi AFTA ditunjukan dari segi penegak hukum yang
masih sangat lemah, dan hal ini menjadi perhatian serius di Indonesia. Jika tidak ada kepastian
hukum, maka iklim usaha akan tersendat sehingga menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar internasional. 15
Faktor lain yang juga penting adalah lembaga-lembaga pemerintah yang banyak melakukan
KKN. Seharusnya lembaga pemerintah ini mendukung perdagangan dan kemudahan dalam
membuka usaha tapi nyatanya banyak praktek korupsi ditubuh lembaga-lembaga pemerintah.
Dengan adanya korupsi, rent seeking dan bahkan kartel akan berdampak terhadap harga produk
di pasar
14
Nurmayanti, “ 6 Komoditas Pangan Strategis Yang Jadi Mainan Kartel “ 11 Septembe 2013
http://bisnis.liputan6.com/read/689209/ini-dia-6-komoditas-pangan-strategis-yang-jadi-mainan-kartel
15
Andri Aditya, “ Indonesia dan AFTA “ , http://andriaditya.wordpress.com/2007/06/21/indonesia-dan-afta/
11
Kesiapan Indonesia Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Perkembangan Ekspor dan Impor
1. Indonesia-Singapura
Ekspor Indonesia dengan negara anggota ASEAN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Volume ekspor terbesar Indonesia adalah dengan Singapura, Malaysia dan kemudian di ikuti
oleh Thailand. Ekspor Indonesia dengan Singapura pada tahun 2011 sebesar US$ 18,4 meningkat
tahun dibanding tahun sebelumnya 2010 yang hanya US$ 13,7 dengan share 43,81 %. Besarnya
peran tersebut didominasi oleh minyak mentah, gas alam, timah, karet, kopra dan elektronik (
untuk memenuhi kebutuhan industri di Singapura. Sementara untuk produk yang di ekspor
Singapura ke Indonesia meliputi hasil sulingan minyak bumi, kapal, pakaian jadi, tekstil, pipa
besi dan baja dan bahan kimia. Namun pada tahun 2012 ( 18, 4 Miliar ) ekspor Indonesia ke
Singapura mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang hanya 17,1 miliar.
Sementara untuk impor dari Singapura ke Indonesia untuk tahun 2008 hingga 2010 mengalami
fluktuasi dan stabil di tahun 2011 hingga 2012. Neraca perdagangan Indonesia-Singapura selama
5 tahun terakhir ( 2008-2012) menunjukan posisi defisit dengan ketiga negara dan defisit terbesar
di alami dengan Singapura.
12
Jika dilihat dari tabel ekspor dan impor terlihat bahwa perdagangan Singapura lebih unggul
karena struktur ekonomi pasar bebas di Singapura sangat maju, didukung dengan lingkungan
bisnis dan infrastruktur seperti lokasi geostrategis dan fasilitas pelabuhan yang sangat maju.
Total perdagangan eksternal Singapura pada 2012 adalah sebesar S$ 984.88 miliar meningkat
tipis 1.1% (yoy) dibandingkan tahun 2011. Total ekspor turun -0.9% menjadi S$ 510.33 miliar,
dan total impor tumbuh 3.2% menjadi S$ 474.55 miliar pada tahun 2011
16
. Dimana, dari S$
510.33 miliar ekspor, 44.12% adalah re-ekspor, hal ini menunjukkan peran Singapura dalam
perdagangan internasional. Kelesuan ekonomi global akibat utang zona euro yang berkelanjutan,
adalah alasan penurunan kinerja perdagangan Singapura. Dapat di lihat bahwa negara ASEAN
yang mampu atau siap dalam menghadapi AFTA adalah Singapura, dimana kinerja ekonominya
tumbuh pesat dan infrastruktur yang maju berpengaruh terhadap kondisi ekonomi global.
2. Indonesia-Malaysia
Malaysia pun menjadi urutan ke 2 , negara ASEAN yang siap dalam menghadapi AFTA. Ekspor
Indonesia ke Malaysia pada tahun 2010 mengalami peningkatan, tercatat sebesar US$ 19,36
milyar, meningkat 27,66 % dibanding dengan tahun 2009 ( US$ 6,81 milyar). Ekspor Indonesia
ke Malaysia tahun 2009 hanya meningkat 3 % dari tahun sebelumnya, namun hingga tahun 2012
ekspor terus meningkat. Tren perdagangan Indonesia dengan Malaysia selama 5 tahun (20082012) positif 15 %. Produk unggulan Indonesia yang di ekspor ke Malaysia di antaranya
16
Market Brief, “ Atase perdagangan RI di Singapura” 2013
13
minyak sawit, karet alam, kertas, serta tekstil. Impor Indonesia dari Malaysia pada tahun 2009
sebesar US$ 5,68 milyar menurun dari tahun sebelumnya sebesar US$ 8,99 milyar. Penurunan
impor ini tercatat pada refined petroleum products, electronics & Electrical products, crude
petroleum, manufactures of metal dan chemicals and chemical products 17 .Trend selama 5 tahun
( 2008-2012) positif 8 %.
Neraca perdagangan Indonesia-Malaysia pada tahun 2012
menunjukan posisi defisit untuk Indonesia sebesar US$ 12.2 Milyar,atau meningkat dibanding
dengan defisit tahun 2011 (10,9 milyar). Selama 5 tahun terakhir ( 2008-2012) , neraca
perdagangan menunjukan posisi surplus bagi Malaysia. Pada periode tahun 2010-2011 , neraca
perdagangan menunjukan posisi surplus bagi Indonesia sebesar US$ 9,36 milyar dan US$ 10,9
milyar.
3. Indonesia-Thailand
Negara 3 yang mendominasi perdagangan di kawasan ASEAN adalah Thailand. Dari grafik
ekspor Indonesia ke Thailand dari tahun 2009-2012 mengalami peningkatan walaupun
peningkatan dari tahun ke tahun tidak signifikan. Trend selama 5 tahun ( 2008 - 2012) positif 16
%. Ekspor Indonesia ke Thailand di antaranya adalah kayu lapis dan minyak bumi. Sementara
untuk Impor dari Thailand ke Indonesia meningkat tipis dari tahun 2008-2012 dengan share
15,5% di tahun 2008 dan share 21,3 % di tahun 2012. Produk impor Thailand yang membanjiri
Indonesia di antaranya beras dan gula. Ketergantungan Indonesia terhadap impor beras Thailand
dikarenakan Indonesia mengalami krisis ketahanan pangan nasional. Dari beberapa literatur, kini
Thailand mampu mengekspor 2,3 juta unit mobil per tahun di kawasan ASEAN
hal ini
menandakan bahwa industri di Thailand cukup maju. Neraca perdagangan Indonesia - Thailand
tahun 2012 menunjukkan defisit untuk Indonesia sebesar US$ 6,63 milyar, meningkat dari tahun
sebelumnya. Sedangkan neraca perdagangan menunjukkan posisi surplus bagi Thailand
Sehingga dapat dikatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia – Thailand selama 5 tahun
mengalami defisit.
Konflik geopolitik yang tengah dihadapi Thailand beberapa bulan ini memberi dampak baik
positif maupun negatif bagi Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN. Dampak positif bagi
Indonesia dan negara-negara ASEAN sekitarnya adalah seperti beralihnya tujuan wisatawan
mancanegara dan mendorong sebagian pelaku usaha untuk memindahkan basis produksinya ke
17
Badan Pusat Statistik
14
Filipina, Vietnam, atau Indonesia. Untuk Indonesia sendiri dampak yang paling terasa adalah
ekspor elektonik dan otomotif ke Thailand menurun. Sementara impor dari Thailand ke
Indonesia juga mengalami penurunan.
Implikasi Ekspor-Impor Indonesia ke ASEAN
Dampak diberlakukannya perdagangan bebas di kawasan ASEAN sangat berpengaruh terhadap
kondisi perekonomian Indonesia hal ini dapat dilihat jelas dalam neraca transaksi perdagangan
Indonesia dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang mengalami defisit. Defisit yang
terjadi di neraca transaksi Indonesia dengan ke 3 negara tersebut tidak jauh dari impor bahan
bakar minyak (BBM) dan minyak mentah ke Indonesia. Defisit neraca perdagangan bukan
hanya terjadi di sektor barang namun sektor jasa juga sangat berpengaruh. Beberapa contoh
sektor jasa yang membuat defisit diantaranya seperti jasa pelayaran, perkapalan, perbankan,
asuransi ekspor. Di industri keuangan seperti sektor asuransi, banyak digunakan perusahaan reasuransi asing yang digunakan oleh perusahaan dalam negeri sehingga harus membayar devisa.
Sektor jasa lainya yaitu tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia jumlahnya lebih banyak di
banding jumlah TKI yang bekerja di luar negeri, sehingga membuat neraca defisit. Namun ada
sektor jasa yang masih selalu surplus yaitu sektor pariwisata, jumlah wisatawan asing yang
berbelanja di Indonesia jauh lebih besar dan banyak jika dibanding dengan orang Indonesia.
Ekspor impor berpengaruh kuat terhadap neraca perdagangan yang defisit. Defisit yang semakin
tinggi dari tahun ke tahun menandakan bahwa negara tersebut semakin ketergantungan dengan
negara lain, sebagai contoh ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura yang
mengakibatkan defisit. Defisit tersebut jelas berdampak pada devisa dan nilai tukar Rupiah yang
melemah. Hal ini tentunya akan berdampak pada kegiatan transaksi baik secara domestik atau
pun secara internasional. Salah satu hal yang dapat
dilakukan adalah dengan memperkuat
fundamental, sehingga membuat perekonomian menjadi lebih kompetitif melalui peningkatan
kinerja ekspor.
Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN, baik dari segi kewilayahan, jumlah penduduk,
maupun ukuran ekonominya namun sayangnya, dalam kualitas, terutama daya saing, Indonesia
tertinggal cukup jauh dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand. Beberapa studi
mengonfirmasikan terkait ketertinggalan Indonesia ini. Dari ulasan sebelumnya, menurut studi
15
bank dunia (2013) daya saing produk ekspor Indonesia relatif tertinggal dibanding negara-negara
ASEAN lain, terutama kaitannya dengan nilai tambah produk ekspor kita. Komposisi ekspor kita
terbesar didominasi komoditas (resource based) dan barang primer (primary product). Kondisi
ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga. Hal ini pula yang saat ini kita
rasakan, ekspor kita melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan harga
komoditas dunia juga ikut menurun.
Namun lain halnya dengan Singapura,Malaysia dan Thailand yang produk ekspornya di
dominasi oleh barang-barang yang berteknologi tinggi. Posisi dan daya saing industri logistik
Indonesia kalah dibanding dengan Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina dan lebih unggul
terhadap Myanmar dan Kamboja. Bertambahnya kelas menengah Indonesia membuat PDB per
kapita mendekati USD 5.000 yang artinya daya beli masyarakat tinggi 18. Namun tingginya daya
beli akan menjadi boomerang bagi neraca ekonomi jika daya saing dan kesiapan infrastruktur
Indonesia tidak segera dibenahi dalam menghadapai MEA 2015 nanti.
Prospek Indonesia di ASEAN
ASEAN Economic Community (AEC) mengintegrasikan perekonomian ASEAN dengan
kerjasama ekonomi regional di Asia Tenggara. Dengan kerjasama ekonomi ini banyak
keuntungan yang didapat seperti penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan non tarif.
Dengan jumlah penduduk yang lebih banyak, Indonesia menjadi tujuan produsen-produsen
dalam menawarkan barang dan hal itu merupakan keuntungan bagi para produsen. Selain sebagai
market potensial dengan jumlah penduduk paling banyak diharapkan mampu menarik minat
untuk investor berinvestasi dengan menanam modal di Indonesia. Namun biar bagaimanapun
masih banyak hal yang menjadi tantangan Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas di
lingkup domestik maupun internasional secara khusus Asia Tenggara. Dalam perkembangan
ekspor Indonesia selama 5 tahun ( 2008-2012 ) menunjukan bahwa Indonesia berada di posisi ke
4 di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia juga mengalami defisit dengan ke 3
negara tersebut, defisit ini akan mejadi ancaman bagi perekonomian Indonesia.
18
http://koran.bisnis.com
16
Dalam KTT ASEAN ke 21 di Phnom Pen tahun 2012, Indonesia di tunjuk sebagai penggerak
dalam mengintegrasikan kekuatan Asia Tenggara di dunia19 . Bersama dengan Singapura dan
Thailand, Indonesia berada di barisan terdepan dalam mengimplementasikan konsep-konsep
yang telah disepakati. Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap dalam
menghadapi AEC 2015, namun masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia,
bukan hal yang mustahil jika perekonomian di Indonesia meningkat. Peluang-peluang tersebut
diantaranya sebagai berikut :
Daya saing pasar bebas ASEAN memberikan kemudahan dalam masuknya arus barang antar
negara anggota ASEAN karena adanya hambatan non tarif. Sebagai negara yang integrasinya
cukup tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif di sektor sumber daya alam,
Indonesia berpeluang dalam mengembangkan industri di kedua sektor tersebut 20.
Sektor Jasa/ Pariwisata Indonesia yang merupakan negara ke pulauan dengan ragam bentukan
alam seperti danau, pantai dan bahkan gunung berapi akan mampu mendorong pariwisata.
Menurut BPS dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif mencatat kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2013
sebesar 8.802.129
wisman, tumbuh 9,42 % dengan perolehan devisa sebesar US$10,05 milliar. Meningkatnya
sektor pariswisata Indonesia menjadi peluang yang sangat besar untuk memperkuat
perekonomian. Hal ini dapat dilihat ketika Indonesia menghadapi krisis global, ketika ekspor
turun sektor pariwisata justru mengalami peningkatan dari 10% menjadi 17 % dari total ekspor
barang dan jasa Indonesia dan menyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat 5 menjadi
peringkat 4 dengan devisa sebesar US$ 10 miliar. 21
Dengan melihat kondisi ini Indonesia optimis dapat meningkatkan sektor pariwisata di tahun
2015 mendatang, peluang untuk meningkatkan sektor pariwisata Indonesia sangat terbuka karena
di ASEAN daya saing Indonesia di sektor pariwisata ada di peringkat 4. Untuk terus
meningkatkan daya saing banyak upaya yang dilakukan Kemenentrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenparkraf) seperti melakukan sertifikasi sebanyak 58.627 tenaga kerja pariwisata.
19
Wahyudin.Dian , “Peluang atau Tantangan Indonesia menuju AEC 2015”
20
Menuju ASEAN Economic Community 2015, Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia
21
http://www.parekraf.go.id
17
Selain itu Kemenparkraf membuat standarisasi bagi sektor jasa seperti hotel. Menurut
MenKemenparkraf sektor pariwisata sudah paling siap dalam menghadapi MEA 2015.
Populasi penduduk Indonesia berusia produktif Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
akan mencapai 255,5 juta jiwa di tahun 2015 mendatang atau 40,3 % dari total jumlah penduduk
di negara ASEAN.22 Sebagian besar populasi penduduk Indonesia berusia produktif ,sehingga ini
membuka peluang Indonesia untuk ekspor tenaga kerja ke negara-negara ASEAN karena usia
produktif di negara-negara ASEAN lainnya relative sedikit. Dengan adanya penduduk usia
produktif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat memanfaatkan peluang kerja di
ASEAN.
Pasar potensial dunia Kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN yang di ikuti 9 negara
menjadikan pasar terbesar ke 3 di dunia yang tentunya dengan jumlah penduduk yang cukup
besar. Indonesia merupakan jumlah penduduk yang paling besar di kawasan ASEAN (40%) dari
total penduduk ASEAN hal ini menjadikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia yang
membuat perekonomian negara lebih produktif yang dapat menjadi pemimpin di pasar ASEAN
ke depan.23
Posisi Indonesia
Implementasi kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) 2015 sudah di depan mata,
namun masih banyak hal yang perlu di persiapkan Indonesia. Indonesia menjadi daya tarik dan
menjadi salah satu aktor penting yang berperan dalam perberlakuan AFTA. Sebagai salah satu
negara anggota ASEAN yang memiliki pasar yang luas, tentunya posisi Indonesia sangat
strategis bagi produsen karena proporsi penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibanding negaranegara anggota ASEAN sehingga Indonesia menjadi target produsen dalam memasarkan barang.
Namun Indonesia juga harus berhati-hati dan belajar dari pengalaman ketika implementasi
ACFTA 2010, akibat dari ketidaksiapaan Indonesia dalam ACFTA maka banyak produk Cina
yang membanjiri Indonesia dan mengakibatkan barang-barang lokal tidak laku karena dari segi
harga, produk Cina lebih murah.
22
23
www.economy.okezone.com
Menuju ASEAN Economic Community 2015,Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia
18
Jika dilihat dari ulasan-ulasan sebelumnya maka bisa dikatakan bahwa Indonesia belum siap
dengan adanya MEA tahun 2015, karena sejauh ini pemerintah belum sepenuhnya fokus pada
peningkatan produk Indonesia yang disebabkan minimnya dukungan infrastruktuur logistik
nasional yang menjadi penghambat peningkatan daya saing.
Masih banyak negara anggota ASEAN yang perlu berbenah dalam menyambut implementasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Ada beberapa negara yang sudah siap dan serius dalam
menyiapkan, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Vietnam terus berbenah untuk
menjadikan negaranya tujuan investasi dan basis produksi. Kamboja terus mengasah industri
pariwisata. Indonesia juga masih berbenah dalam sektor perbankan, infrastruktur dan SDM. Di
sektor perbankan
Isu Logistik di Indonesia
Dengan diberlakukannya AEC tahun 2015 masih saja banyak tantangan yang harus dihadapi oleh
setiap negara-negara di ASEAN salah satunya mengenai logistik. Indonesia merupakan salah
satu negara dengan mengenakan biaya logistik paling tinggi di banding dengan Malaysia.
Menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, biaya logistik di Indonesia sebesar
24 % dari total PDB yang senilai 1.820 triliun/tahun sedangkan Malaysia hanya 15%
24
. Isu lain
mengenai logistik seperti halnya infrastruktur penunjang logistik yang kurang memadai dan
aktifitas bongkar muat yang berhari-hari sehingga berdampak terhadap biaya logistik yang
mahal. Selain itu belum adanya konektivitas antar satu wilayah ke wilayah lain, sehingga
cenderung biaya pengiriman barang dengan menggunakan container ke daerah jauh lebih mahal
dibanding jika mengirim barang ke luar negeri. Seperti halnya kondisi wilayah Indonesia timur
yang masih sangat minim kondisi infrastrukturnya baik jalan, listrik dan pelabuhan yang
menyebabkan biaya logistik cukup tinggi sehingga muncul kesenjangan di Indonesia bagian
Timur.
Isu logistik yang dihadapi Indonesia merupakan masalah yang saling berkaitan atau melibatkan
antar instansi baik pemerintah, pengelola pelabuhan dan pengusaha angkutan 25. Dengan adanya
24
25
http://m.dephub.go.id/read/kolom-redaksi/tingginya-biaya-logistik-di-indonesia-10694
ibid
19
isu ini maka perlu adanya kebijakan baru, perubahan sistem dalam pengelolaan aktivitas di
pelabuhan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan,bandara dan bahkan terminal.
Terintegrasinya industri logistik di ASEAN yang terapkan pada tahun 2015 di harapkan mampu
memberikan kenyamanan atau keleluasaan untuk pengusaha jasa logistik namun kenyataannya
posisi dan daya saing industri logistik di Indonesia kalah dibanding dengan Malaysia dan
Vietnam, namun lebih unggul dengan Myanmar dan kamboja. Sementara industri logistik yang
paling kuat di pegang oleh Singapura dan Malaysia. Hal ini di karenakan kualitas sumber daya
manusia (tenaga ahli logistik) dan teknologi informasi di Indonesia kurang mendukung dan
masalah lainnya mengenai modal yang terbatas.26 Sehingga diharapkan industri logistik
membentuk koneksi / jaringan dari lingkup domestik ke lingkup global (ASEAN) karena selama
ini industri logistik lebih berorientasi ke pasar domestik dan fokus dengan beberapa jenis
komoditas tertentu saja. 27
26
Khafi, ” MEA : Industri Jasa Logistik RI Mengkhawatirkan” 11 Maret 2014
http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-jasa-logistik-rimengkhawatirkan
27
ibid
20
KESIMPULAN
Secara teoritis, perdagangan bebas antar kedua negara akan membuat negara yang memiliki
keunggulan komparatif akan saling mengimpor atau mengekspor dan akibatnya volume
perdagangan akan sama meningkat jika masing-masing mengambil spesialisasi dalam
memproduksi barang. Dalam hal ini Indonesia sangat diuntungkan karena merupakan salah satu
negara dengan jumlah penduduk dan wilayah terbesar di kawasan ASEAN, ini merupakan suatu
kesempatan bagi Indonesia dalam memajukan perekonomian jika Indonesia benar-benar
berperan aktif dalam memanfaatkan momen ini. Tidak hanya sebagai negara tujuan ekspor
namun Indonesia juga diharapkan mampu menjadi raksasa yang mampu mengimpor produk ke
seluruh kawasan ASEAN. Berkaca dari pengalaman ketika implementasi ACFTA 2010 yang
sangat jelas bahwa Indonesia tidak siap menghadapinya sehingga banyak produk Cina yang
membanjiri Indonesia dan mengakibatkan barang-barang lokal tidak laku karena dari segi
harga,produk Cina lebih murah.
Secara umum Indonesia belum siap dengan diberlakukannya MEA karena masih ada sektor yang
vital dalam perdagangan bebas seperti infrastruktur dan logistik yang masih perlu dibenahi.
Namun disisi lain sektor jasa pariwisata sudah berbenah dan siap menghadapi pasar bebas
ASEAN hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kunjungan wisatawan asing yang datang ke
Indonesia dan sudah adanya sertifikasi SDM pariwisata sehingga tenaga kerja pariwisata sudah
siap bersaing saat MEA diberlakukan
21
DAFTAR PUSTAKA
Andri Aditya. Indonesia dan AFTA . 2007. http://andriaditya.wordpress.com
ASEAN Economic Community Blueprint, Jakarta: ASEAN Secretariat, Januari 2008
Chongkittavorn Kavi . 2014. Is Thailand Ready For ASEAN Economic Community.
http://www.nationmultimedia.com/
Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper
No 6
Data Bank Indonesia.2013.Waspadai Depresiasi Rupiah Makin Liar. http://www.neraca.co.id/
Dhayattoni. 2013 . Liberalisasi Perdagangan Dunia. http://dhayattoni.wordpress.com/
Dhany Rama. 2014. Selain Impor BBM Tinggi Ini Penyebab Defisit Transaksi Berjalan
http://finance.detik.com/read/2014/04/17/174522/2558758/4/selain-impor-bbm-tinggi-inipenyebab-defisit-transaksi-berjalan
Economy And Small Scale Producers” . Publish by: Southeast Asian council For Food Security
And Fair Trade
Global Future Instittute. 2012 . Proyeksi Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tertinggi Tahun
2012 http://www.theglobal-review.com/
Hendra,Helwani, 2006, Ekonomi Internasional dan Globalisasi, Ghalia Indonesia , Bogor
Supriyatna,iwan.
2012.
Komoditas
Primer
Dominasi
Ekspor
RI.
http://economy.okezone.com/read/2012/07/03/320/658038/komoditi-primer-dominasi-eksporri/large
Jambak,
Amal.
2014.
Dimana
Posisi
Kita
di
MEA.
http://ns1.kompas.web.id/read/read/2014/05/10/58/983006/di-mana-posisi-kita-di-mea2015
Kusuma
Dewi
K
dan
Harto
Budi
R.
2014.
Tiga
Penyebab
Defisit.
http://www.businessweekindonesia.com/article/makro-ekonomi/pertumbuhan-lapangankerja/4436/tiga-penyebab-defisit#.VCjD9aSSzDA
Khafi. 2014. MEA : Industri Jasa Logistik RI Mengkhawatirkan.
http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industrijasa-logistik-ri-mengkhawatirkan
22
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2003. International Economics:Theory and Policy.
Pearson Education Internasional , hal 25
Market Brief, “ Atase perdagangan RI di Singapura” 2013
Menuju ASEAN Economic Community 2015, Jakarta: Departemen Perdagangan RI
Michael D. 2003 , “Globalization Of The World Economy : Potential Benefits And Cos And
A Net Assessment”
Nurmayanti.
2013.
6
Komoditas
Pangan
Strategis
Yang
Jadi
Mainan
Kartel.
http://bisnis.liputan6.com/read/689209/ini-dia-6-komoditas-pangan-strategis-yang-jadimainan-kartel
Penjelasan Umum Tarif http://www.tarif.depkeu.go.id
R.H Arif dan Regalado A.Aurora . “A Country report The Impact Of AFTA On Indonesian
Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. 2013. Direktorat Jenderal Pengembangan
Ekspor Nasional , PEN/ BPS/04/VI?/2013
Seperempat
Ekspor
RI
ke
Negara
ASEAN.2013.
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/11/02/seperempat-ekspor-ri-ke-negara-asean
Sunarsip.
2014.
MEA
2015
dan
Daya
Saing
Kita.
http://economy.okezone.com/read/2014/03/24/23/959646/mea-2015-dan-daya-saing-kita
Wahyudin.Dian , “Peluang atau Tantangan Indonesia menuju AEC 2015”
Zimmermann, Thomas A. 2000. Trade Liberalisation South-East Asia.
http://www.asean.org/communities/asean-economic-community
http://m.dephub.go.id
http://www.parekraf.go.id
23
Tabel Ekspor Impor Indonesia ke Negara ASEAN
Periode Tahun 2008-2012
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Yermia Anggraeni
Tempat/ Tanggal lahir
: Salatiga , 2 Mei 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Jl Lawu no 2A Rt 02 / Rw 05
Kelurahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti Salatiga
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
No.Hp
: 085740877804
Email
: [email protected]
Latar Belakang Pendidikan
1. SMA Kristen 1
Salatiga
2006-2009
2. SMP Kristen 2
Salatiga
2003-2006
3. SDN Mangunsari 7
Salatiga
1996-2003
i
Download