pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah lambat akibat

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP MUAL
MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA ANAK
USIA SEKOLAH YANG MENDERITA KANKER DI RS
KANKER DHARMAIS JAKARTA
TESIS
OLEH :
SITI RUKAYAH
1006834006
MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PASKASARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP MUAL
MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA ANAK
USIA SEKOLAH YANG MENDERITA KANKER
DI RS KANKER DHARMAIS JAKARTA
TESIS
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Keperawatan
OLEH :
SITI RUKAYAH
1006834006
MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013
i
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
ii
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh
:
Nama
: Siti Rukayah
NPM
: 1006834006
Program Studi
: Magister Keperawatan
Judul Tesis
: Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual
Muntah Lambat Akibat Kemoterapi Pada Anak
Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RS
Kanker Dharmais Jakarta.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan pada Program Studi Magister Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
iii
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Anugerah, Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat
Kemoterapi Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RS
Kanker Dharmais Jakarta. Tesis ini diajukan sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
dorongan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada
1.
Ibu Allenidekania, SKp, MSc selaku pembimbing I yang telah membimbing
dengan penuh sabar dan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya tesis ini.
2.
Ibu Happy Hayati, SKp, M.Kep, Sp.Kep.An, selaku pembimbing II yang
telah membimbing dengan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya tesis
ini.
3.
Ibu Nani Nurhaeni, SKp, MN selaku penguji tesis dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia yang telah memberikan banyak masukan
dan motivasi untuk menyempurnakan tesis ini.
4.
Ibu Titi Sulastri, SKp, MKes selaku penguji tesis dari Poltekes III DKI
Jakarta yang telah memberikan banyak masukan guna menyempurnakan
tesis ini.
5.
Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menyusun tesis ini.
6.
Ibu Astuti Yuni Nursasi, SKp, MN selaku Ketua Program Pendidikan
Magister dan Spesialis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun tesis ini.
iv
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
7.
Direktur RS Kanker Dharmais, Kepala Ruang Rawat Inap RS Kanker
Dharmais beserta staf yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu
peneliti selama proses penelitian berlangsung.
8.
Seluruh staf akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang dengan atas bantuan yang besar agar tesis ini
dapat diselesaikan.
9.
Teman–teman seangkatan Program Keperawatan Anak Angkatan Genap
2010 yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan
tesis ini.
10. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga
tesis ini bisa selesai pada waktunya.
11. Pihak–pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan tesis ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang
membantu menyelesaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan profesi keperawatan khususnya profesi keperawatan anak.
Depok, Januari 2013
Penulis,
v
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama
: Siti Rukayah
NPM
: 1006834006
Program Studi
: Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya saya yang berjudul :
Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat Kemoterapi
Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RS Kanker Dharmais
Jakarta.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
vi
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Tesis, Januari 2013
Siti Rukayah
Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat Kemoterapi
Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RS Kanker Dharmais
Jakarta
xiv + 85 hal + 13 tabel + 8 lampiran + 4 skema
Abstrak
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer pada anak yang mengalami
mual muntah lambat akibat kemoterapi. Mual muntah merupakan efek samping
yang dapat menimbulkan stres pada anak dan keluarga. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah lambat
akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RS Kanker
Dharmais Jakarta. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen dengan pre-post
without control design berupa pemberian akupresur pada titik P6 dan St36
sebanyak 2 kali selama 3 menit setiap 6 jam sekali pada hari kedua setelah
kemoterapi. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling, 20
responden anak usia sekolah dipilih sebagai responden. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan rerata mual muntah setelah akupresur (p value=0,000).
Kesimpulan akupresur dapat menurunkan mual muntah lambat akibat kemoterapi
pada anak usia sekolah yang menderita kanker. Rekomendasi penelitian
akupresur dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologi untuk mengurangi
mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak.
Kata kunci : akupresur, kemoterapi, mual muntah lambat
vii
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
MASTER PROGRAM OF NURSING SCIENCE
PEDIATRIC NURSING SPECIALTY
POST GRADUATE PROGRAM – FACULTY OF NURSING
Thesis, January 2013
Siti Rukayah
The Effect of Acupressure Therapy to Delayed Chemotherapy-Induced Nausea
and Vomiting in School Age Who Suffered from Cancer at RS Kanker Dharmais
Jakarta
xiv + 85 pages + 13 tables + 8 appendiks + 4 schemes
Abstract
Acupressure is one of the complementary therapy on children who experience
delayed chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV). Nausea vomiting is
an effect that cause stress in children and their family. The purpose of this
research was to identify the effect of acupressure to delayed chemotherapyinduced nausea and vomiting in school age who suffered from cancer at Kanker
Dharmais Hospital Jakarta. The study design was quasi eksperiment with pre-post
test without control design form of acupressure point P6 and St36 2 times for 3
minutes every 6 hours. Sample by consecutive sampling, 20 respondents age
children selected for the study. Further, result also showed that there is a
significant decreases of the mean delayed nausea and vomiting scores after
acupressure. The conclusion was that the acupressure can decrease delayed CINV
in school age who suffered from cancer. Acupressure research recommendations
can be applied as a non-pharmacological therapy to reduce nausea and vomiting
caused by chemotherapy than in children.
Key words : acupressure, chemotherapy, delayed nausea and vomiting.
viii
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………..
iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………
vii
ABSTRAK INDONESIA …………………………………………………..
ABSTRAK INGGRIS ……………………………………………………… viii
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
1
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
8
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................
11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
2.1 Kanker ................................................................................................. 11
2.2 Kemoterapi .......................................................................................... 12
2.3 Mual Muntah Akibat Kemoterapi ....................................................... 18
2.4 Terapi Akupresur ................................................................................ 29
2.5 Konsep Anak Usia Sekolah ................................................................. 35
37
2.6 Aplikasi Teori "Comfort" Pada Anak Yang Mendapat Kemoterapi
2.7 Kerangka Teori Penelitian ................................................................... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI 41
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 41
3.2 Hipotesis .............................................................................................. 42
3.3 Definisi Operasional ............................................................................ 43
45
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................
4.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 45
4.2 Populasi dan Sampel ........................................................................... 46
48
4.3 Tempat Penelitian ………….………………………………………..
4.4 Waktu Penelitian ................................................................................. 48
4.5 Etika Penelitian ................................................................................... 48
4.6 Alat Pengumpulan Data ...................................................................... 51
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 51
4.8 Instrumen Penelitian ............................................................................ 53
54
4.9Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................
4.10 Pengolahan Data ................................................................................ 55
4.11 Analisis Data ..................................................................................... 56
BAB 5 HASIL PENELITIAN……………………………………………... 59
5.1 Analisis Univariat …………………………………………………… 59
5.2 Analisis Bivariat …………………………………………………….. 64
ix
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
5.3 Analisis Multivariat ………………………………………………….
68
BAB 6 PEMBAHASAN ……………………………………………………
6.1 Interpretasi Hasil …………………………………………………….
6.2 Keterbatasan Penelitian ……………………………………………...
6.3 Implikasi Hasil Penelitian …………………………………………...
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan …………………………………………………………….
7.2 Saran …………………………………………………………………
DAFTAR REFERENSI ................................................................................
LAMPIRAN
70
70
80
80
83
83
83
x
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
17
Tabel 2.1
Agen Kemoterapi Berdasarkan Tingkat Emetogenik …………..
Tabel 2.2
Insiden Muntah Akibat Kemoterapi Pada Hari Kedua dan Ketiga 19
Tabel 2.3
Waktu dan Pengobatan Dalam Tiga Fase Muntah ........................ 25
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian .....................................
43
Tabel 4.2
Uji Statistik Bivariat …………………………………………….
57
Tabel 4.3
Uji Statistik Bivariat Untuk Menguji Perbedaan Mean antara 58
Kelompok Data Dependen
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RS Kanker Dharmais 59
Jakarta November-Desember 2012 (N=20) .......………………...
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis 60
Kemoterapi, Jenis Antiemetik dan Siklus Kemoterapi di RS
Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20) ….
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Mual, Durasi Mual, Stres Akibat Mual
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur di RS
Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
61
61
Distribusi Frekuensi Muntah, Durasi Muntah, Stres Akibat
Muntah Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur di
62
RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Distribusi Frekuensi Muntah Retching, Stres Akibat Muntah
63
Retching Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012
(N=20)
Rata-rata Skor Mual dan Muntah Sebelum dan Sesudah 64
Intervensi di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember
2012 (N=20) …………………………………………………….
Tabel 5.7
Uji Normalitas Variabel Usia Di RS Kanker Dharmais Jakarta
65
November-Desember 2012 (N=20)
Tabel 5.8
Perbedaan Skor Mual, Skor Muntah Dan Skor Mual Muntah
65
Sebelum dan Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais
Jakarta November-Desember 2012 (N=20) ……………………..
Hubungan Karakteristik Usia dengan Mual Muntah Setelah
xi
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Tabel 5.9
Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta November- 66
Desember 2012 (N=20) …………………………………………
Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin dengan Mual Muntah 66
Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
Tabel 5.10
November-Desember 2012 (N=20) ……………………………..
Hubungan Karakteristik Jenis Kemoterapi dengan Mual Muntah
67
Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
Tabel 5.11
November-Desember 2012 (N=20) ……………………………..
Hubungan Karakteristik Antiemetik dengan Mual Muntah
Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
Tabel 5.12 November-Desember 2012 (N=20) ……………………………..
67
Hubungan Karakteristik Siklus Kemoterapi dengan Mual 68
Muntah Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais
Tabel 5.13 Jakarta November-Desember 2012 (N=20) ……………………..
Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor Risiko Kejadian
68
Mual Muntah Lambat Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker
Tabel 5.14 Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Model Akhir Analisis Multivariat Regresi Logistik Kejadian
Tabel 5.15 Mual Muntah Lambat Setelah Tindakan Akupresur di RS
Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
xii
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
69
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Aplikasi Comfort Theory Pada Keperawatan Anak.....................
Skema 2.2
Kerangka Teori Pengaruh Akupresur Terhadap Mual Muntah
38
Akibat Kemoterapi ......................................................................
40
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian .......................................................
41
Skema 4.1
Desain Penelitian ......................................................................... 46
xiii
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Titik Akupresur P6
35
Gambar 2.2 Lokasi Titik Akupresur St36
35
xiv
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Lolos Uji etik
Lampiran 2
Surat Kesediaan Lahan Praktek
Lampiran 3
Sertifikat Pelatihan Akupresur
Lampiran 4
Surat Jawaban RS Kanker Dharmais
Lampiran 5
Surat Permohonan Untuk Berpartisipasi Sebagai Responden
Penelitian
Lampiran 6
Formulir Persetujuan Responden
Lampiran 7
Kuesioner Data Demografi
Lampiran 8
Kuesioner Mual Muntah Akibat Kemoterapi
Lampiran 9
Biodata Peneliti
xv
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
xvi
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat dari penelitian.
1.1
Latar Belakang
Kanker merupakan suatu proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal
di ubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular. Sel
abnormal mulai berproliferasi secara abnormal. Kemudian dicapai suatu
tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif dan terjadi perubahan pada
sel-sel disekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh darah serta melalui pembuluh
darah tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smelzer, Bare,
Hinkle & Cheever, 2008).
Di Amerika sekitar 1.638.910 kasus baru kanker didiagnosa pada tahun
2012, dan sekitar 577.190 orang meninggal karena kanker serta lebih dari
1500 orang meninggal karena kanker setiap harinya. Untuk kasus kanker
pada anak di Amerika sekitar 12.060 kasus baru dalam rentang usia antara
0-14 tahun pada tahun 2012 dan kematian akibat kanker pada anak sekitar
1.340 diantara usia 0-14 tahun dan 1/3 kasus kematian karena leukemia
(American Cancer Society, 2012).
Di Indonesia sekitar 2-4% angka kelahiran hidup anak Indonesia menderita
penyakit kanker dan memerlukan pengobatan sejak dini (Pusat Data
Statistik, 2008). Selain itu di Indonesia, kanker merupakan penyumbang
kematian terbesar ketiga setelah penyakit jantung. Hal ini menyebabkan
jumlah anak yang menjalani kemoterapi kemungkinan akan bertambah
banyak, namun hal ini tidak dapat dipastikan karena tidak semua
penanganan kanker dengan kemoterapi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
2
Jenis penyakit kanker pada anak berbeda dengan jenis kanker pada orang
dewasa. Berdasarkan klasifikasinya terdapat empat jenis kanker pada anak
meliputi leukemia, limfoma, tumor sistem saraf pusat dan tumor padat
(Hockenberry & Wilson, 2007). Diantara empat jenis kanker tersebut,
penyakit leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan
pada anak-anak dan pengobatan leukemia adalah hanya dengan kemoterapi
tanpa disertai dengan pembedahan dan radioterapi (Hockenberry & Wilson,
2007). Hal ini menambah jumlah anak yang mendapatkan kemoterapi
ditambah dengan kasus dengan kanker lain yang juga mendapatkan
penanganan dengan kemoterapi.
Mual muntah akibat kemoterapi tidak selalu sama diantara beberapa
individu tergantung pada jenis obat dan dosis kemoterapi (Grunberg, 2004).
Berdasarkan potensi emetiknya, agen kemoterapi tersebut memiliki potensi
emetik mulai dari emetik rendah sampai emetik tinggi. Apabila seorang
anak mendapatkan kemoterapi yang memiliki potensi emetik tinggi maka
akan menyebabkan mual muntah yang hebat dan apabila seorang anak
mendapatkan kemoterapi dengan emetik rendah maka gejala mual muntah
yang akan terjadi relatif ringan.
Kemoterapi yang menyebabkan mual dan muntah dikategorikan dalam tiga
jenis berdasarkan waktu terjadinya sehubungan dengan pemberian
kemoterapi yaitu acute, delayed, anticipatory. Acute adalah gejala mual
muntah yang terjadi kurang dari 24 jam selama pemberian kemoterapi.
Delayed adalah waktu timbulnya gejala mual muntah setelah 24 jam sampai
6 hari setelah kemoterapi dan biasanya mengikuti fase akut. Anticipatory
adalah gejala mual muntah yang terjadi sebelum kemoterapi diberikan
(Hawkins, 2009).
Kemoterapi dapat menimbulkan mual muntah melalui beberapa mekanisme
yang bervariasi dan serangkaian yang kompleks. Pertama, kemoterapi
secara langsung dapat menstimulasi Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
3
Efek ini dimediasi oleh pengeluaran 5HT3 (5 Hydroxytriptamine) dan NK1
(Neurokinin 1) akibat pemberian kemoterapi. Kedua, kemoterapi dapat
menyebabkan gangguan pada mukosa gastrointestinal dan menyebabkan
pengeluaran neuro transmitter termasuk 5HT3 (5 Hydroxytriptamine) . Hal
ini menyebabkan mual muntah melalui jalur perifer yang dimediasi oleh
saraf vagus. Ketiga, gejala ini disebabkan oleh pengaruh neurohormonal
melalui terganggunya arginin vasopresin dan prostaglandin. Keempat, mual
muntah dimediasi oleh kecemasan yang memberikan pengaruh terhadap
sistem saraf pusat termasuk pusat muntah (Wood, Shega, Lynch, 2007).
Mual muntah akibat kemoterapi telah dilaporkan terjadi diantara 60% dari
anak-anak yang menjalani pengobatan kemoterapi (Tyc et al., 1997).
Penelitian yang lain juga dilakukan pada 11 anak dengan hasil 100%
melaporkan mual dan 36% melaporkan muntah saat menjalani pengobatan
kemoterapi (Williams, Schmideskamp, Ridder, & Williams, 2006).
Pemberian antiemetik dapat digunakan untuk mengurangi gejala mual
muntah yang muncul akibat kemoterapi (Chemotherapy Induced Nausea
and Vomitting). Penelitian yang dilakukan oleh Lee, Dodd, Dibble &
Abrams (2008) melaporkan bahwa 29% pasien mengalami mual muntah
akut dan 47% mengalami mual muntah lambat selama empat hari setelah
mendapat kemoterapi, meskipun telah mendapatkan antiemetik regimen
terbaru.
Batasan mual muntah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mual
muntah lambat yaitu mual muntah yang terjadi minimal 24 jam setelah
pemberian kemoterapi dan dapat berlangsung sampai 120 jam. Penelitian
yang dilakukan oleh Grunberg (2004) menunjukkan sekitar 38% pasien
yang mendapatkan kemoterapi dengan bahan dasar Cisplatin melaporkan
mengalami mual muntah akut dan 61% mengalami muntah pada hari kedua
dan ketiga meskipun telah diberikan Metoklorpramide dan Dexamethason
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
4
pada saat pemberian Cisplatin. Atas dasar itulah maka mual muntah yang
akan dibahas dalam penelitian ini hanya mual muntah lambat.
Antiemetik yang sering digunakan untuk mengatasi mual muntah akibat
kemoterapi adalah 5-Hydroxytryptamine-3 (5HT3), Serotonin Reseptor
Antagonis (SRA). Jenis Serotonin Reseptor Antagonis (SRA) yang paling
umum digunakan untuk anak-anak adalah Ondansetron efektif untuk pasien
anak yang mendapat Cisplatin, Cyclophosphamide, Fosfamide dan
Anthracycline (Lee et al., 2008). Di sisi lain, antiemetik yang
direkomendasikan seperti antagonis 5-Hydroxytryptamine-3 (5HT3) dan
NK1 (Neurokinin 1) adalah obat yang mahal (Molassiotis, Helin, Dabbour,
Hummerstone, 2007). Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan penunjang
berupa terapi komplementer yang dapat membantu dalam upaya
pencegahan dan manajemen mual muntah akibat kemoterapi.
Terapi komplementer secara efektif dapat membantu dalam manajemen
mual muntah akibat kemoterapi diantaranya yaitu relaksasi, guided
imagery, distraksi, hipnosis, akupresur dan akupunktur (Lee et al., 2008).
Akupresur merupakan salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik–titik tertentu pada tubuh. Akupresur
adalah tindakan yang sangat sederhana tetapi cukup efektif, mudah
dilakukan, memiliki efek samping yang minimal, dapat digunakan untuk
mendeteksi gangguan pada pasien dan aplikasi prinsip healing touch pada
akupresur menunjukkan perilaku caring yang dapat mendeteksi hubungan
terapeutik antara perawat dan pasien (Mehta, 2007).
Titik akupresur yang paling sering digunakan untuk mengatasi mual dan
muntah akibat kemoterapi adalah titik P6 dan titik St36. Akupresur pada
titik P6 dan titik St36 dapat menurunkan mual dan muntah melalui efek
terapinya di tubuh. Stimulasi yang dilakukan pada titik-titik ini diyakini
akan memperbaiki gangguan pada lambung termasuk mual dan muntah
(Dibble, Luce, Cooper, Israel, 2007).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
5
Pengaruh akupresur terhadap penurunan mual dan muntah telah diuji oleh
beberapa ahli melalui penelitian. Dibble, Luce, Cooper & Israel (2007)
telah melakukan penelitian untuk membandingkan perbedaan mual dan
muntah akibat kemoterapi pada 160 orang wanita. Responden dibagi tiga
kelompok yang terdiri dari kelompok yang mendapat tindakan akupresur,
placebo akupresur dan mendapat perawatan yang biasa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensitas mual dan muntah yang
signifikan pada kelompok yang mendapat akupresur bila dibandingkan
dengan kelompok plasebo dan kelompok yang mendapatkan perawatan
biasa dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok plasebo
akupresur dan kelompok yang mendapatkan perawatan yang biasa.
Selain Dibble, Luce, Cooper & Israel (2007), Anne Lee dan Lawrence juga
melakukan penelitian pada tahun 2009 di Inggris pada 4858 partisipan
dewasa dengan melakukan stimulasi pada titik P6 di lengan untuk
mencegah mual dan muntah pada pasien postoperasi. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa stimulasi dan penekanan pada titik P6 dapat
mencegah mual dan muntah postoperasi.
Pada tahun 2009, Said melakukan penelitian di Palestina untuk
membandingkan perbedaan mual dan muntah akibat kemoterapi pada 42
orang wanita yang menderita kanker payudara. Responden dibagi tiga
kelompok yang terdiri dari kelompok yang menerima akupresur dengan
menggunakan Sea-Band, plasebo akupresur dan mendapat perawatan yang
biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mendapatkan
akupresur mengalami penurunan pada kejadian mual muntah dibandingkan
dengan kelompok yang mendapatkan plasebo akupresur dan perawatan
yang biasa.
Hasil penelitian tentang pengaruh akupresur terhadap pasien dewasa dengan
kanker akibat kemoterapi yang mengalami mual muntah akut di Indonesia
yang dilakukan oleh Syarif pada tahun 2010 di RSUPN Cipto
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
6
Mangunkusumo dan RSUP Fatmawati tentang pengaruh terapi akupresur
terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi pada pasien kanker. Sampel
penelitian berjumlah 44 orang responden terdiri dari 22 responden sebagai
kelompok intervensi yang dilakukan terapi akupresur sebanyak tiga kali
sehari dan 22 responden sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan akupresur dapat menurunkan mual muntah akut akibat
kemoterapi pada pasien kanker di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan
RSUP Fatmawati Jakarta. Disarankan akupresur dapat diterapkan sebagai
bagian dari intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami mual muntah akut akibat kemoterapi.
Pada tahun 2011 di Iran dilakukan penelitian oleh Bastani tentang pengaruh
akupresur terhadap 120 anak usia sekolah yang menderita Leukemia
Limphoblastik Akut (LLA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas
mual muntah pada anak yang dilakukan akupresur lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta merupakan rumah sakit rujukan
nasional untuk berbagai masalah pasien dengan kanker. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan di RS Kanker Dharmais didapatkan data jumlah anak
yang menderita kanker pada tahun 2011 sebanyak 107 anak terdiri dari bayi
sebanyak 3 anak (3%), toddler 31 anak (29%), pra sekolah 19 anak (18%),
usia sekolah 31 anak (29%) dan remaja 23 anak (21%). Adapun jenis
kanker yang paling banyak menyerang usia anak adalah leukemia 29%,
limpoma 13%, osteosarkoma 6%, rabdomiosarkoma 6%, retinoblastoma
5%, tumor wilm 4%, neuroblastoma 3%, meduloblastoma 3%. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, akupresur belum pernah
dilakukan sebagai salah satu bentuk tindakan keperawatan dalam
menurunkan gejala mual muntah akibat efek kemoterapi di Ruang Rawat
Inap Anak RS Kanker Dharmais. Menurut Dibble et al (2007) akupresur
merupakan tindakan yang mudah untuk dilakukan oleh perawat dan
memiliki banyak keuntungan.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
7
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia anatara 6 sampai 12 tahun.
Pada periode ini, anak mulai memasuki dunia yang lebih luas selain
lingkungan keluarga, ditandai dengan anak mulai memasuki lingkungan
sekolah yang memberikan dampak perkembangan dan hubungan dengan
orang lain. Perkembangan bahasa anak usia sekolah ditandai dengan anak
mulai meningkat kemampuan menggunakan bahasa dan kemampuan
berkembang seiring dengan pendidikan di sekolah. Kemampuan sosialisasi
anak usia sekolah ditandai dengan keingintahuan tentang dunia di luar
keluarga dan pengaruh kelompok sangat kuat pada anak (Hockenberry &
Wilson, 2007). Pengobatan kanker pada anak meliputi penggunaan agen
kemoterapi yang dapat menyebabkan beberapa efek samping dan kadangkadang parah. Mual muntah yang diakibatkan kemoterapi umum terjadi,
sebanyak 60% dari pasien anak dengan kanker mengalami mual muntah
(TYC, Mulhern & Bieberich, 1997). Mual muntah akibat kemoterapi telah
dilaporkan sebagai salah satu efek samping yang paling ditakuti dan
menyedihkan dari pengobatan kanker (Holdsworth, Raish& Frost, 2006).
Mual muntah yang kurang terkontrol dapat berakibat pada fisik dan
psikososial anak usia sekolah termasuk anoreksia, gizi buruk, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit , kecemasan (Dewan, Singhal, & Harit,
2010). Hal ini dapat membuat pasien anak usia sekolah rentan terhadap
komplikasi tambahan, keterlambatan pengobatan dan penurunan kualitas
hidup (Miller & Kearney, 2004).
Berdasarkan fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang
menderita kanker dan mendapatkan kemoterapi, dapat menimbulkan
berbagai macam efek samping yang tidak menyenangkan bagi anak dan
keluarganya. Salah satu efek samping yang menakutkan bagi anak dan
keluarga adalah mual muntah. Kondisi ini menyebabkan stres bagi anak dan
keluarga yang terkadang membuat penderita dan keluarga memilih untuk
menghentikan siklus terapi, dimana apabila siklus terapi ini dihentikan akan
berpotensi mempengaruhi harapan hidup anak karena akan mempercepat
penyebaran dari sel kanker. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diberikan
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
8
antiemetik untuk mengatasi mual muntah juga diperlukan tindakan
penunjang berupa terapi komplementer yang disesuaikan dengan anak usia
sekolah seperti akupresur. Peneliti juga belum pernah menemukan data
penelitian yang dilakukan tentang pengaruh akupresur untuk mengatasi
mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah dengan
kanker di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh akupresur untuk mengatasi mual
muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah dengan kanker di
RS Kanker Dharmais Jakarta.
1.2
Rumusan Masalah
Pasien anak yang mendapatkan kemoterapi sering mengalami mual muntah
sebagai efek samping dari terapi tersebut. Terapi farmakologis yang
digunakan untuk mengurangi mual muntah tersebut adalah dengan
pemberian antiemetik. Akupresur telah dikenal bermanfaat dalam
menurunkan mual muntah dalam berbagai kondisi melalui efeknya untuk
melancarkan pergerakan energi vital di dalam tubuh. Pemberian antiemetik
bersama–sama dengan akupresur diharapkan mampu untuk menurunkan
mual muntah sehingga pasien mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Belum diketahuinya
pengaruh akupresur terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada
anak usia sekolah yang menderita kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta”.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka pertanyaan penelitian yang akan
dijawab pada penelitian ini adalah "Bagaimana pengaruh akupresur
terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah
dengan kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta?”
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap mual muntah lambat
akibat kemoterapi pada pasien anak usia sekolah dengan kanker di RS
Kanker Dharmais.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
9
1.3.2
Tujuan Khusus
Melalui penelitian ini dapat diketahui :
a. Karakteristik anak yang mendapat kemoterapi (usia, jenis kelamin,
jenis kanker, jenis kemoterapi, jenis antiemetik dan siklus
kemoterapi).
b. Perbedaan mual muntah lambat akibat kemoterapi sebelum dan
sesudah dilakukan terapi akupresur.
c. Pengaruh karakteristik anak (usia, jenis kelamin, jenis kanker, jenis
kemoterapi, jenis antiemetik dan siklus kemoterapi) dengan mual
muntah lambat akibat kemoterapi sesudah dilakukan terapi akupresur.
d. Faktor yang paling dominan mempengaruhi mual muntah lambat
sesudah dilakukan terapi akupresur.
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Bagi Pelayanan Keperawatan
Akupresur bermanfaat dalam menurunkan mual muntah lambat akibat
kemoterapi dan dapat dijadikan sebagai bagian dari intervensi
keperawatan dalam merawat anak yang mengalami mual muntah lambat
akibat kemoterapi sehingga kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
khususnya terhadap anak yang menjalani kemoterapi dapat menjadi lebih
baik.
1.4.2
Bagi Pendidikan Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu profesi perlu mengembangkan praktik
keperawatan berbentuk akupresur sebagai salah satu terapi komplementer
serta bersama–sama dengan institusi pelayanan kesehatan menyusun
standar operasional prosedur pelaksanaan akupresur bagi anak yang
menderita kanker sebagai salah satu bentuk upaya untuk mengurangi mual
muntah lambat akibat kemoterapi. Selain itu, hasil penelitian diharapkan
dapat memperkaya sumber literatur keperawatan terkait manajemen non
farmakologis untuk mengurangi mual muntah pada anak akibat
kemoterapi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
10
1.4.3
Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan penelitian
selanjutnya tentang pengaruh terapi akupresur untuk mengatasi mual
muntah lambat akibat kemoterapi pada anak dengan kanker. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi penelitian
selanjutnya serta memberikan informasi awal bagi pengembangan
penelitian dimasa mendatang.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tentang konsep kanker, kemoterapi, mual muntah akibat
kemoterapi, terapi akupresur, konsep anak usia sekolah, aplikasi teori “comfort”
pada anak yang mendapat kemoterapi dan kerangka konsep penelitian.
2.1
Kanker
Kanker adalah pertumbuhan atau penyebaran sel yang abnormal dan tidak
terkendali. Berbeda dengan sel normal, kanker tidak memiliki kontrol untuk
menghentikan pertumbuhan dan mengakibatkan sel kanker tumbuh atau
membelah tak terkendali. Sel kanker tumbuh bersama sel normal di
dekatnya. Akibatnya sel kanker ini akan mempengaruhi fungsi dan
pertumbuhan sel normal karena persaingan memperebutkan nutrisi. Sel
yang tak terkendali itu juga bisa bertumbuh menjadi massa atau tumor yang
bisa
menghancurkan
jaringan
normal
di
sekitarnya.
Inilah
yang
menyebabkan kanker bisa mengganggu kesehatan bahkan membahayakan
manusia (Tanjung, 2011).
Terdapat empat terapi modalitas yang utama untuk penyakit kanker yaitu
pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis. Pembedahan
dilakukan bila tumornya terlokalisasi pada keadaan anatomis yang terbaik.
Radioterapi paling bermanfaat untuk tumor terlokalisasi yang tidak dapat
direseksi atau untuk tumor seperti penyakit Hodgkin yang umumnya
menyebar ke tempat bersebelahan yang dapat diperkirakan. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik pertama untuk setiap kanker. Seringkali terdiri
atas kombinasi obat yang lebih efektif daripada penggunaan obat tunggal
secara sekuensial. Terapi biologis pada kanker anak meliputi tindakan
transplantasi sumsum tulang dan pengubah respon biologis seperti
limfokine atau antibodi monoklonal (Alpers, 2006).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
12
2.2
2.2.1
Kemoterapi
Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya
untuk membunuh sel–sel tumor dengan mengganggu fungsi dan
reproduksi selular. Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati
penyakit sistemik daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan
pembedahan dan radiasi. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan
pembedahan atau terapi radiasi atau kedua–duanya, untuk menurunkan
ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak semua sel sel tumor yang
masih tertinggal pascaoperasi atau untuk mengobati beberapa bentuk
leukemia (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
2.2.2
Kegunaan Kemoterapi
Tujuan kemoterapi adalah untuk mengobati atau memperlambat
pertumbuhan kanker dan mengurangi gejalanya dengan cara (Grunberg,
2004) :
a. Pengobatan yaitu kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu
jenis kemoterapi atau dengan kombinasi beberapa jenis kemoterapi.
Kemoterapi dapat diberikan sebelum proses pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk memperkecil ukuran
kanker, tetapi kemoterapi dapat juga diberikan sesudah pengobatan
utama bertujuan untuk membunuh sisa sel kanker yang tertinggal atau
yang dapat berkembang lagi.
b. Kontrol yaitu kemoterapi yang hanya bertujuan untuk mengontrol
perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke
jaringan lain sehingga memungkinkan pasien hidup secara normal.
c. Mengurangi gejala yaitu kemoterapi yang diberikan tidak dapat
menghilangkan kanker tetapi hanya bertujuan untuk mengurangi
gejala yang timbul akibat kanker seperti meringankan rasa sakit dan
memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran kanker pada
daerah tubuh yang terserang.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
13
2.2.3
Agen Kemoterapi
Mekanisme kerja obat kemoterapi pada umumnya sangat berbeda,
meskipun kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) lazim terjadi.
Toksisitas juga berbeda di antara obat kemoterapi; mielosupresi dan
penyakit gastrointestinal merupakan gangguan yang paling lazim.
Beberapa agen kemoterapi menurut Abraham et al (2006) adalah :
a. Dactinomycin
Cara kerja yang utama yaitu mengikat Deoxyribo Nucleic Acid
(DNA) mencegah transkripsi dan menghambat sintesis Deoxyribo
Nucleic Acid (DNA). Efek samping mielosupresi, sensitizer radiasi,
stomatitis.
b. Cisplatin
Cara kerja yang utama yaitu mengambat sintesis Deoxyribo Nucleic
Acid (DNA). Efek samping yaitu toksisitas renal, tuli, mielosupresi,
mual, muntah
c. Cycloposphamide
Cara kerja yang utama yaitu menghambat sintesis Deoxyribo Nucleic
Acid (DNA), obat alkilator. Efek samping yaitu sistitis hemoragik,
mielosupresi, mual, muntah, sekresi ADH tidak sesuai, alopesia,
karsinogenik.
d. Cytarabine
Cara kerja yang utama yaitu menghambat Deoxyribo Nucleic Acid
(DNA) polymerase. Efek samping yaitu mielosupresi, mual, muntah,
diare, demam, hepatotoksisitas, stomatitis, alopesia.
e. Daunorubicin dan daxorubicin
Cara kerja yang utama yaitu menghambat sintesis Deoxyribo Nucleic
Acid (DNA), Ribonucleic Acid (RNA) dan protein melalui interkalasi
Deoxyribo Nucleic Acid
(DNA). Efek samping yaitu toksisitas
jantung, mielosupresi, alopesia, stomatitis, selulitis lokal akibat
ekstravasasi, alopesia, mual, muntah.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
14
f. Etoposide
Cara kerja yang utama yaitu merusak Deoxyribo Nucleic Acid (DNA),
menghambat sisntesis mitosis. Efek samping yaitu mielosupresi,
reaksi hipersensitivitas, mual, muntah.
g. Fluorouracil
Cara kerja yang utama yaitu menghambat sintesis Deoxyribo Nucleic
Acid (DNA). Efek samping yaitu mielosupresi, stomatitis, esofagitis,
alopesia, dermatitis.
h. Mercaptopurine
Cara kerja yang utama yaitu menghambat biosintesis purin de novo.
Efek samping yaitu mielosupresi, stomatitis, hepatotoksisitas.
i. Methotrexate
Cara kerja yang utama yaitu menghambat dihidrofolat reduktase,
membatasi sintesis pirimidin dan purin de novo. Efek samping yaitu
mielosupresi, hepatotoksisitas, toksisitas ginjal, osteoporosis, ulkus
saluran cerna dan mulut, mual dan muntah.
j. Vincristin
Cara kerja yang utama yaitu menghambat pembentukan gelondong
mitosis. Efek samping : neurotoksisitas, alopesia, selulitis lokal akibat
ekstravasasi, sekresi ADH tak sesuai.
2.2.4
Cara Pemberian Kemoterapi
Menurut Grunberg (2004), kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai
macam cara sebagai berikut :
a. Kemoterapi sebagai terapi primer
Yaitu kemoterapi yang dilaksanakan tanpa menggunakan radiasi dan
pembedahan terutama pada jenis kanker koriokarsinoma, leukemia
dan limfoma.
b. Kemoterapi adjuvant
Yaitu kemoterapi yang dilakukan sesudah diberikan pengobatan
tambahan pada pasien yang telah mendapatkan terapi lokal atau paska
pembedahan atau radiasi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
15
c. Kemoterapi neoadjuvant
Yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum mendapatkan pengobatan
tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi lokal atau
mendahului pembedahan atau radiasi.
d. Kemoterapi kombinasi
Yaitu kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan radiasi pada
kasus karsinoma lanjut.
2.2.5
Efek Samping Kemoterapi
Efek samping kemoterapi dapat disebabkan karena efek non spesifik dari
obat sitotoksik yang dapat menghambat proliferasi tidak hanya sel–sel
tumor melainkan juga sel normal yang berada di sekitarnya. Efek samping
obat kemoterapi dapat berupa anemia, mual muntah, mukositis, alopesia,
infertilitas
serta
trombositopenia.
Penatalaksanaan
efek
samping
kemoterapi merupakan bagian terpenting dari pengobatan dan perawatan
pendukung atau suportif pada penyakit kanker. (Hesketh, 2008).
2.2.6
Mekanisme Kerja Kemoterapi
Setiap kali tumor terpajan terhadap agen kemoterapi, persentase sel tumor
(20% sampai 99%, bergantung pada dosis) mengalami kerusakan. Regresi
tumor dicapai melalui pengulangan dosis obat diperlukan sepanjang
periode yang diperpanjang untuk mencapai regresi tumor. Eradikasi 100%
tumor adalah hampir tidak mungkin, tetapi tujuan dari kemoterapi adalah
untuk mengeradikasi cukup tumor sehingga sel–sel tumor yang tersisa
dapat dirusak oleh sistem imun tubuh. Sel–sel yang berproliferasi secara
aktif
di
dalam
suatu
tumor
sangat
sensitif
terhadap
preparat
kemoterapeutik. Sel–sel yang tidak membelah yang mampu berproliferasi
di masa mendatang sedikit sensitif terhadap obat–obat antineoplastik dan
konsekuensinya
secara
potensial
adalah
potensial
berbahaya.
Bagaimanapun sel–sel tersebut harus dihancurkan, untuk menyingkirkan
malignansi dengan tuntas. Pengulangan siklus kemoterapi digunakan
untuk membunuh sel–sel tumor lebih banyak dengan merusak sel–sel
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
16
yang tidak membelah diri ini ketika sel–sel tersebut menunjukkan
keadaan proliferasi aktif. Efek–efek ini berhubungan dengan fase dari
siklus reproduksi sel yaitu siklus sel (Brunner & Suddart, 2008).
Reproduksi baik sel sehat maupun maligna mengikuti pola siklus sel.
Waktu siklus sel adalah waktu yang dibutuhkan oleh satu sel jaringan
untuk membelah diri dan menghasilkan dua sel anak yang identik. Siklus
sel dari sembarang sel memiliki empat fase yang berbeda, masing –
masing dengan suatu fungsi utama yang vital yaitu fase G1 terjadi sintesa
RNA dan protein, fase S terjadi sintesa DNA, fase G2 yaitu fase
pramitosis, sintesa DNA selesai, terbentuk kumparan mitosis, fase mitosis
terjadi pembelahan sel. Fase G0, fase sel istirahat atau dorman, dapat
terjadi setelah mitosis dan selama fase G1. Dalam fase G0 yaitu sel–sel
yang berbahaya yang tidak membelah diri secara aktif tetapi mempunyai
potensi replikasi di masa mendatang. Pemberian agen kemoterapeutik
tertentu dikoordinasikan dengan siklus sel (Brunner & Suddart, 2008).
2.2.7
Jenis Kemoterapi Berdasarkan Tingkat Emetogenik
Jenis kemoterapi dibagi ke dalam empat level berdasarkan tingkat
emetogenik atau kejadian mual muntah akibat kemoterapi yaitu level
minimal jika <10%, level rendah jika diantara 10%-30%, level
moderat/sedang jika diantara 31%-90% dan level tinggi jika diatas 90%
(Hesketh, 2008). Klasifikasi tersebut dapat digambarkan pada tabel 2.1
berikut ini :
Tabel 2.1
Jenis Kemoterapi Berdasarkan Tingkat Emetogenik
Level 1
Minimal
Bleomycin
Busulfan
Vinblastine
Vincristin
Bevacizumab
Vinorelbine
Level 2
Rendah
Bortezomid
Cetuximab
Cytarabine
Docetaxel
Etoposide
Fluoroucil
Methotrexate
Mitomycin
Level 3
Moderat
Carboplatin
Cyclophosphamide
Daunorubicin
Doxorubicin
Epirubicin
Ifosfamide
Cytarabine
Level 4
Tinggi
Altretamin
Carmustine
Cisplatin
Cyclophosphamid
Dacarbazine
Streptozocin
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
17
a. Risiko Emetik Minimal (Level Minimal)
Kemoterapi dengan reaksi emetik minimal biasanya tidak diberikan
profilaksis rutin untuk mual muntah akut atau tertunda.
b. Risiko Emetik Rendah (Level Rendah)
Kemoterapi dengan reaksi emetik rendah diberikan dosis tunggal
dexamethason sebelum kemoterapi. Tetapi dapat juga diberikan dosis
tunggal antagonis Dopamin dan tidak ada profilaksis rutin untuk
muntah lambat.
c. Risiko Emetik Moderat (Level Moderat)
Pasien yang mendapatkan kemoterapi dengan risiko emetik moderat
direkomendasikan untuk mendapatkan antiemetik kombinasi dari
5HT3 antagonis, Dexamethason dan Apprepitant sebelum kemoterapi.
Sedangkan antiemetik Apprepitant hendaknya diberikan pada hari
kedua dan ketiga karena regimen terapi ini mempunyai potensi
emetogenik moderat untuk mual muntah lambat.
d. Risiko Emetik Tinggi (Level Tinggi)
Kemoterapi dengan risiko emetik tinggi misalnya kombinasi dari 5HT
antagonis, Dexamethason dan Apprepitant dianjurkan sebelum
pemberian kemoterapi dengan potensial emetik tinggi. Pemberian
kombinasi ini untuk pasien yang mendapat agen kemoterapi dengan
bahan dasar Cisplatin telah didukung oleh banyak ahli. Kelompok ahli
onkologi secara konsisten telah merekomendasikan penggunaan
regimen terapi dengan semua agen yang memiliki resiko mual muntah
tinggi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
18
2.3
2.3.1
Mual Muntah Akibat Kemoterapi
Definisi
Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai
gangguan pada system gastrointestinal, demikian juga dengan penyakit–
penyakit lain. Beberapa teori mengenai penyebab mual dan muntah telah
berkembang, tetapi tidak ada kesepakatan mengenai penyebab atau terapi
definitif. Mual dan muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang
terjadi dalam tiga stadium yaitu mual, retching (gerakan dan suara
sebelum muntah) dan muntah (Price & Wilson, 2008).
Mual merupakan suatu perasaan yang sangat tidak enak di belakang
tenggorokan dan epigastrium dan sering menyebabkan gejala muntah.
Perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual seperti
meningkatnya saliva, menurunnya tonus lambung dan peristaltik.
Peningkatan tonus duodenum dan yeyunum menyebabkan terjadinya
refluks isi duodenum ke lambung. Namun demikian tidak terdapat bukti
yang mengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual. Retching adalah
suatu usaha involunter untuk muntah, seringkali menyertai mual dan
terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan pernafasan spasmodik
melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan diafragma.
Muntah didefinisikan sebagai suatu refleks yang menyebabkan dorongan
ekspulsi isi lambung atau usus atau keduanya ke mulut (Price & Wilson,
2008).
2.3.2
Insiden Mual Muntah Akibat Kemoterapi
Insiden mual muntah akibat kemoterapi sudah ditemukan sejak
digunakannya obat–obat sitotoksik penanganan kanker. Sejak 20 tahun
yang lalu, mual muntah masih merupakan satu efek samping yang paling
mengganggu bagi pasien – pasien yang mendapat kemoterapi. Greenburg
(2004) melakukan penelitian dengan hasil 38% pasien mengalami muntah
akut setelah diberikan kemoterapi dengan bahan dasar Cisplatin dan 61%
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
19
mengalami muntah pada hari kedua dan ketiga meskipun telah diberikan
Metoklopramide dan Dexamethason pada saat pemberian Cisplatin.
Penelitian lain yang mendukung mual muntah pada pasien yang
menggunakan kemoterapi tingkat emetogenik moderat sebanyak 47%
mengalami mual akut dan 28% mengalami muntah akut, 57% mengalami
mual dan 41% mengalami muntah pada hari kedua sampai kelima,
meskipun
mayoritas
(84%)
pasien
diberikan
5HT3
antagonis
dikombinasikan dengan kortikosteroid (Grunberg, 2004). Insiden mual
muntah lambat akibat kemoterapi tergantung dari jenis dan emetogenik
obat yang digunakan. Hal ini dapat digambarkan dalam tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1
Insiden Muntah Akibat Kemoterapi Pada Hari Kedua dan Ketiga
Hari kedua
Hari ketiga
Cisplatin
40%
61%
FAC
>50%
<20%
CMF
25%
<10%
Carboplatin
10 – 20%
Tidak ada data
Keterangan :
FAC : 5-Fluoroacil, Adriamycin dan Cyclopospamid
CMF : Cyclopospamid, Methotrexat dan 5-Fluoroacyl
Sumber : Grunberg (2004)
2.3.3
Faktor Risiko Mual Muntah
Mual muntah akibat kemoterapi dapat terjadi pada pasien yang berusia
kurang dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan, riwayat penggunaan
alkohol, riwayat mual muntah terdahulu misalnya akibat kehamilan atau
mabuk perjalanan, riwayat mual muntah akibat kemoterapi sebelumnya
dan fungsi sosial yang rendah. Potensi obat yang dapat menyebabkan
mual muntah dipengaruhi oleh jenis obat, dosis, kombinasi dan metode
pemberian obat (Grunberg, 2004). Faktor resiko lainnya adalah
pengalaman sebelumnya dengan kemoterapi dan pemberian kemoterapi
multiday. Pasien yang pernah menjalani kemoterapi sebelumnya akan
lebih beresiko mengalami mual muntah dibandingkan dengan yang belum
pernah (Grunberg, 2004).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
20
2.3.4
Mekanisme Mual Muntah
Reflek muntah terjadi akibat aktivasi nukleus dari neuron yang terletak di
medulla oblongata. Pusat muntah dapat diaktifkan secara langsung oleh
sinyal dari korteks serebral (antisipasi, takut, memori), sinyal dari organ
sensori (pemandangan yang mengganggu, bau) atau sinyal dari apparatus
vestibular dari telinga dalam (mual karena gerakan tertentu/mabuk)
(Garret et.al, 2003). Pusat muntah juga dapat terjadi secara tidak langsung
oleh stimulus tertentu yang dapat mengaktifkan Chemoreseptor Triger
Zone (CTZ). Chemoreseptor Triger Zone (CTZ) berada di daerah yang
memiliki banyak pembuluh darah postrema pada permukaan otak. Area
ini tidak memiliki sawar darah otak dan terkena oleh kedua darah dan
cairan serebrospinal. Selain itu, Chemoreseptor Triger Zone (CTZ) dapat
bereaksi secara langsung terhadap substansi dalam darah. Chemoreseptor
Triger Zone (CTZ) dapat dipicu oleh sinyal dari lambung dan usus kecil
yang berjalan sepanjang saraf vagal aferen atau oleh tindakan langsung
dari komponen emetogenik yang dibawa dalam darah (obat anti kanker,
opioid, ipekak) (Garrett et al., 2003).
Serotonin, Dopamin, Asetilkolin, Neurokinin 1 dan Histamin pada
Chemoreseptor Triger Zone (CTZ) mengidentifikasikan substansi yang
berpotensi menjadi bahaya dan mentransmisikan impuls ke pusat muntah
untuk memicu timbulnya muntah sehingga substansi yang berbahaya
tersebut dapat dikeluarkan. Stimulasi dari kemoreseptor ini memicu pusat
muntah yang mengakibatkan timbulnya gejala muntah. Oleh karena itu,
semua gangguan terhadap transmisi kemoreseptor ini dapat mencegah
aktifnya pusat muntah. Banyak antiemetik yang bertindak dengan
memblok satu atau lebih reseptor seperti Dopamin antagonis berfungsi
memblok reseptor Asetilkolin; Histamin Blockers menghambat reseptor
Histamin dan Serotonin Receptor Blockers memicu reseptor Seretonin.
Efek samping dari obat–obat ini juga dipengaruhi oleh sisi reseptor yang
diblok (Garret et al., 2003).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
21
2.3.5
Mekanisme Mual Muntah Akibat Kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi berupa mual muntah dapat mengakibatkan
stres
berat
bagi
pasien.
Agen
kemoterapi
menstimulasi
sel
enterochromaffin pada saluran pencernaan untuk melepaskan serotonin
dengan memicu reseptor serotonin. Aktivasi reseptor memicu aktifnya
jalur aferen vagal yang mengaktifkan pusat muntah dan menyebabkan
respon muntah (Garret et al., 2003).
Potensi emetik agen kemoterapi itu sendiri merupakan stimulus utama
terhadap
mual
dan
muntah
yang
disebabkan
oleh
kemoterapi
(Chemoreceptor Induced Nausea and Vomitting/CINV). Agen kemoterapi
dinilai berdasarkan tingkat potensi emetiknya, 1 merupakan nilai
terendah, sedangkan 5 merupakan nilai terbesar dari tingkat potensi
emetik. Salah satu contoh agen kemoterapi yang memiliki potensi emetik
tinggi yaitu Cisplatin dan potensi emetik terkecil yaitu Vincristin.
The
American
Society
Of
Health
System
Pharmacist
(ASPH)
merekomendasikan pemberian obat dengan potensi emetik level 2 sampai
5 pada terapi antiemetik yang bersifat profilaksis. Berikut ini dipaparkan
agen kemoterapi dan efek mual muntah (emetogenik) yang ditimbulkan.
2.3.6
Klasifikasi Mual Muntah
Mual muntah akibat kemoterapi pada penderita kanker dapat dibedakan
menurut waktu terjadinya mual muntah yaitu
a. Mual muntah antisipatori
Yaitu mual muntah yang terjadi sebelum dimulainya pemberian
kemoterapi. Mual muntah ini terjadi akibat adanya rangsangan seperti
bau, suasana dan suara dari ruang perawatan atau kehadiran petugas
medis yang bertugas memberikan kemoterapi. Mual antisipatori
biasanya terjadi 12 jam sebelum pemberian kemoterapi pada pasien
yang mengalami kegagalan dalam mengontrol mual muntah pada
kemoterapi sebelumnya (Garret et al., 2003). Data dari beberapa studi
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
22
menunjukkan bahwa sekitar 25% pasien yang mendapat pengobatan
kemoterapi mengalami mual muntah antisipatori pada pengobatan
yang keempat (Morrow dan Dobkin, 2002).
b. Mual muntah akut
Menurut Garret et al (2003) mual muntah akut berlangsung dalam 24
jam pertama setelah pemberian kemoterapi, biasanya 1 sampai 2 jam
pertama. Tipe ini diawali oleh stimulasi primer dari reseptor Dopamin
dan Serotonin pada CTZ, yang memicu terjadinya muntah. Kejadian
ini akan berakhir dalam waktu 24 jam (Garret et al., 2003).
c. Mual muntah lambat
Menurut Garret et al (2003) mual muntah lambat terjadi minimal 24
jam pertama setelah pemberian kemoterapi, dan dapat berlangsung
hingga 120 jam. Pengalaman mual muntah pada kemoterapi
sebelumnya akan menyebabkan terjadinya mual muntah pada
kemoterapi berikutnya, selain itu kebanyakan pasien yang mengalami
mual muntah lambat, sebelumnya akan mengalami mual muntah akut.
Metabolit agen kemoterapi diduga merupakan salah satu penyebab
mekanisme terjadinya mual muntah lambat dikarenakan agen ini dapat
terus mempengaruhi sistem saraf pusat dan saluran pencernaan.
Misalnya, Cisplatin yang merupakan agen kemoterapi level tinggi bisa
menyebabkan terjadinya mual muntah lambat yang akan timbul dalam
waktu 48–72 jam setelah pemberian agen tersebut. Adapun agen–agen
kemoterapi lain yang dapat menyebabkan mual muntah lambat adalah
Carboplatin dosis tinggi, Cyclophosphamide dan Doxorubicin (Garret
et al., 2003).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
23
2.3.7
Penatalaksanaan Mual Muntah
Penatalaksanaan mual muntah dapat diberikan sesuai dengan waktu
terjadinya mual muntah yaitu
a. Mual muntah antisipatori
Mual muntah antisipatori diatasi dengan memberikan intervensi
perilaku berupa relaksasi, pengalihan perhatian terhadap suatu
stimulus, serta kemampuan untuk mengendalikan perasaan tertentu.
Antiemetik yang diberikan yaitu Amnestic dan Anxyolitic dari
Lorazepam yang dapat membantu mencegah mual muntah antisipatori
dengan cara memblokir memori mual muntah yang terkait dengan
kemoterapi sebelumnya. Serta Lorazepam ini harus diberikan pada
malam sebelumnya dari pagi hari sebelum kemoterapi diberikan
(Garret et al., 2003).
b. Mual muntah akut
Penanganan mual muntah akut diberikan terapi antiemetik seperti
Serotonin Reseptor Antagonis (SRA). Dikarenakan agen kemoterapi
memulai terjadinya reseptor serotonin utama yang menyebabkan
terjadinya mual muntah akibat kemoterapi. Obat antiemetik ini telah
menjadi standar utama terapi antiemetik yang direkomendasikan oleh
ASHP sebagai obat pilihan pada pasien yang menerima agen
kemoterapi dengan tingkat potensi emetik pada level 3 sampai 5. SRA
(Serotonin Reseptor Antagonis) akan mencegah mual muntah dengan
menghambat respon awal mual muntah, tetapi SRA (Serotonin
Reseptor
Antagonis)
tidak
berpengaruh
pada
Histaminergic,
Dopaminergic atau Reseptor Cholinergic, dimana SRA ini dapat
mengurangi mual muntah secara efektif tanpa menimbulkan dampak
yang buruk terkait dengan agen antiemetik tradisional. Efek samping
ringan sampai sedang yang bersifat sementara akan muncul akibat
penggunaan SRA (Serotonin Reseptor Antagonis) seperti sakit kepala
yang merupakan gejala yang sering timbul. Jenis SRA (Serotonin
Reseptor Antagonis) yang
sering digunakan adalah Ondansentron
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
24
(Zofran), Granisetron (Kytril), dan Dolasetron (Anzemet). Namun
dengan mahalnya harga obat-obatan tersebut, pasien tidak dapat
merasakan manfaat dari pengobatan tersebut (Garret et al., 2003).
SRA (Serotonin Reseptor Antagonis) yang diberikan secara oral relatif
lebih murah dibandingkan dengan SRA (Serotonin Reseptor
Antagonis) yang diberikan secara parenteral tetapi memiliki efektifitas
yang sama diantara keduanya. Wickam (1987 dalam Garret, et.al.,
2003) menyatakan bahwa SRA (Serotonin Reseptor Antagonis) tidak
memiliki struktur yang sama, namun kemungkinan memiliki
perbedaan dalam keberhasilan untuk mencegah mual muntah, selain
itu Wickam juga merekomendasikan apabila pemberian SRA
(Serotonin Reseptor Antagonis) oral tidak efektif maka segera berikan
SRA (Serotonin Reseptor Antagonis) secara parenteral.
Dengan sedikitnya racun dari agen kemoterapi yang dihasilkan,
pemberian kombinasi antiemetik akan lebih efektif. Dexamethasone
dan Proclorperazine disarankan untuk diberikan pada saat pemberian
agen kemoterapi dengan potensi emetik ringan sampai sedang.
Kombinasi Dexamethasone dan Metoclopramide walaupun kurang
efektif tetapi dapat dijadikan sebagai sebuah pilihan obat (Garret et
al., 2003).
c. Mual muntah lambat
Pemberian SRA (Serotonin Reseptor Antagonis) dalam dosis tunggal
tidak dapat membantu menangani mual muntah lambat tetapi
pencegahan mual muntah lambat ini dapat diatasi dengan pemberian
Ondansetron yang dikombinasikan dengan Dexametason. Oleh karena
itu Dexametason dijadikan sebagai pilihan obat yang dapat digunakan
untuk mengatasi mual muntah lambat bila diberikan bersamaan
dengan SRA (Serotonin Reseptor Antagonis) saat sebelum prosedur
kemoterapi dimulai (Garret et al., 2003).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
25
Tabel 2.3
Waktu dan Pengobatan Dalam Tiga Fase Muntah
Sebelum Kemoterapi
Muntah Antisipatori
Penanganan Perilaku
24 Jam Paska Kemoterapi
Muntah Akut
Penanganan Farmakologi
Hari 1 – Hari 2
Paska Kemoterapi
Muntah Delayed
Penanganan
Farmakologi
Sumber : Grunberg, 2004
2.3.8
Klasifikasi Antiemetik
Berbagai obat antiemetik dapat digunakan dalam pencegahan dan
pengobatan mual muntah akibat kemoterapi. Obat – obat ini
diklasifikasikan sesuai dengan indeks terapeutiknya, yaitu tinggi dan
rendah. Adapun yang termasuk kedalam antiemetik indeks terapeutik
tinggi diantaranya 5HT3 Antagonis, NK1 Antagonis dan Kortikosteroid,
sedangkan obat jenis lain termasuk dalam kategori indeks terapi rendah
(Hesketh, 2008). Pemberian kombinasi antiemetik dapat mencegah mual
muntah yang lebih efektif serta dapat mencegah mual muntah yang terjadi
sebelum pemberian obat kemoterapi (Garret et al., 2003).
a. Indeks terapeutik tinggi
1) 5HT3 Antagonis
Obat antiemetik berupa 5HT3 Antagonis sudah dikenal sejak awal
tahun 1990-an dan merupakan revolusi manajemen mual muntah
akibat kemoterapi. Ada lima macam obat yang digolongkan
kedalam 5HT3 Antagonis yaitu Ondansetron (Zofran), Glaxosmith
Kline), Granisetron (Kytril, Roche), Dolasetron (Anzemet, SanofiAventis), Trofisetron (Navoban, Novartis) dan Palanosetron
(Aloxi, MGI Pharma) sebagai jenis obat 5HT3 Antagonis terbaru
(Hesketh, 2008).
Obat–obat antiemetic tersebut merupakan terapi profilaksis untuk
kemoterapi dengan potensi emetogenik sedang sampai tinggi. Efek
samping yang umumnya timbul akibat penggunaan obat – obat ini
adalah sakit kepala ringan, konstipasi dan meningkatnya enzim
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
26
aminotransferase di hati. Pemberian dosis tunggal sama efektifnya
dengan pemberian dosis multiple. Pada tahun 2003, Palanosetron
telah disetujui oleh Food Drug Administration (FDA) sebagai obat
5HT3 Antagonis terbaru. Palanosetron merupakan obat 5HT3
Antagonis yang lebih baik dibandingkan dengan obat – obat
sebelumnya dalam hal keefektivan dan keamanan bagi pasien
(Hesketh, 2008).
2) Neurokinin 1 Reseptor Antagonis (NK1 Antagonis)
Neurokinin 1 (NK 1) Antagonis merupakan kelompok terbaru
agen antiemetik yang efektif dalam pencegahan mual muntah
akibat kemoterapi. Pada tahun 2003, FDA mengeluarkan
Aprepitant sebagai obat dengan formulasi oral pertama dalam
kelompok kelas ini. Aprepitant memiliki sebuah metabolisme
yang komplek di hati. Dalam studi in vitro, dimana menggunakan
mikrosom hati manusia yang menunjukkan bahwa aprepitant
merupakan metabolisme utama melalui jalur sitokrom P-450 3A4,
dengan sedikit metabolisme dari sitokrom P-450 1A2 dan
sitokrom P-450 2C9. Aprepitant juga merupakan penghambat
sedang dan penyebab jalur sitokrom P-450 3A4 (Hesketh, 2008).
3) Kortikosteroid
Kortikosteroid efektif diberikan sebagai agen tunggal pada pasien
yang
mendapatkan
prosedur
kemoterapi
dengan
potensi
emetogenik rendah. Kortikosteroid lebih menguntungkan ketika
digabungkan dengan agen antiemetik yang lain. Kortikosteroid
efektif dalam mengatasi mual muntah akut ataupun lambat.
Berbagai macam kortikosteroid telah digunakan sebagai agen
antiemetik (Hesketh, 2008).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
27
b. Indeks terapeutik rendah
Beberapa agen antiemetik yang termasuk indeks terapeutik rendah
adalah
Metoclopramide,
Butyrophenones,
Phenothiazines,
Cannabinoids dan Olanzapine. Obat–obatan tersebut memiliki
keberhasilan yang rendah dalam mengatasi mual muntah akibat
kemoterapi namun memiliki efek samping yang sangat besar, bila
dibandingkan dengan agen antiemetik yang memiliki indeks terapi
tinggi. Obat – obatan tersebut cocok bila digunakan sebagai
propilaksis utama pada pasien yang mendapatkan kemoterapi dengan
potensi emetogenik yang rendah atau untuk digunakan sebagai agen
penyelamat bagi pasien yang mengalami mual muntah berlanjut
(Hesketh, 2008).
Cannabinoids
Nabilone
dan
Dronabinol
juga
telah
terbukti
kemanjurannya dalam mengatasi mual muntah, terutama pada agen
kemoterapi dengan tingkat potensi emetogenik rendah dan sedang.
Efek sampingnya yang akan timbul adalah hipotensi postural dan
disphoria. Agen yang paling umum digunakan dalam golongan ini
adalah Lorazepam, dimana berfungsi untuk pencegahan dan
penyembuhan mual muntah antisipatori, sebagai tambahan pada agen
antiemetik ketika agen pertama gagal merespon mual muntah. Obat
yang paling sering digunakan adalah Penotiazin. Obat ini umumnya
digunakan sebagai profilaksis utama pada pasien yang mendapat
kemoterapi emetogenik rendah dan digunakan sebagai peredam mual
muntah yang terjadi pada saat pemberian kemoterapi (Hesketh, 2008).
2.3.9
Instrumen Mual Muntah
Menurut Rhodes dan McDaniel (2001), ada beberapa instrumen yang
dapat digunakan untuk mengukur mual muntah. Instrumen tersebut
berupa Duke Descriptive Scale (DDS), Visual Analog Scale (VAS),
Rhodes Index of Nausea Vomiting and Retching (RINVR), Morrow
Assessment of Nausea and Emesis (MANE) dan Functional Living Index
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
28
Emesis (FLIE) yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya dan masing–
masing instrumen tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing–
masing. Instrumen tersebut umumnya digunakan untuk mengukur mual
muntah pada dewasa dan dapat pula pada anak usia sekolah dan remaja,
sedangkan instrumen yang biasa digunakan untuk anak usia sekolah
adalah Rhodes Index of Nausea Vomiting and Retching (RINVR).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur mual muntah pada penelitian
ini menggunakan Rhodes Index of Nausea Vomiting and Retching
(RINVR) yang terdiri dari 8 pertanyaan, dimana kuesioner ini akan diisi
oleh responden dengan 5 respon Skala Likert yaitu 0-4. Intensitas mual
muntah berdasarkan rentang skor 0-32. Dimana 0 merupakan skor
terendah dan 32 merupakan skor tertinggi.
2.4
2.4.1
Terapi Akupresur
Definisi
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah
salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi
pada titik–titik tertentu pada tubuh (Fengge, 2012). Terapi akupresur
merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya
metode terapi akupresur sama dengan akupuntur yang membedakannya
terapi akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses pengobatannya.
Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati berbagai jenis
penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses
pengobatan dengan tehnik akupresur menitikberatkan pada titik–titik saraf
di tubuh. Titik–titik akupresur terletak pada kedua telapak tangan dan
kedua telapak kaki. Di kedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik
akupresur untuk jantung, paru–paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid,
pankreas, sinus dan otak (Fengge, 2012).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
29
2.4.2
Tujuan Akupresur
Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun kembali selsel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat sistem pertahanan
dan meregenerasi sel tubuh (Fengge, 2012). Umumnya penyakit berasal
dari tubuh yang teracuni, sehingga pengobatan akupresur memberikan
jalan keluar meregenerasikan sel–sel agar daya tahan tubuh kuat untuk
mengurangi sel–sel abnormal. Dalam pengobatan akupresur tidak perlu
makan obat–obatan, jamu dan ramuan sebab dengan terapi akupresur
tubuh kita sudah lengkap kandungan obat dalam tubuh jadi tinggal
diaktifkan oleh sel–sel syaraf dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki
kemampuan memproduksi zat–zat tertentu yang berguna untuk ketahanan
tubuh. Jika ditambah obat–obatan, yang terjadi adalah kelebihan dosis
yang justru akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh terutama ginjal
(Fengge, 2012).
2.4.3
Manfaat Akupresur
Akupresur terbukti bermanfaat untuk pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit, rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Untuk pencegahan penyakit, akupresur dipraktikan pada saat–saat tertentu
secara teratur sebelum sakit, tujuannya untuk mencegah masuknya
penyebab penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh. Melalui terapi
akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan karena akupresur dapat
digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktikan ketika
dalam keadaan sakit. Akupresur juga dapat bermanfaat sebagai
rehabilitasi (pemulihan) dengan cara meningkatkan kondisi kesehatan
sesudah sakit. Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh (promotif) walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit
(Fengge, 2012).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
30
2.4.4
Teori Dasar Akupresur
Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori
keseimbangan yang berasal dari ajaran “Taoisme” yang menyimpulkan
bahwa semua isi alam raya dan sifat–sifatnya dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok yang disebut “Yin” dan “Yang”. Untuk
memudahkan pemahaman terhadap Yin dan Yang, harus dipahami bahwa
semua benda–benda yang sifatnya mendekati api dikelompokkan ke
dalam kelompok “Yang” dan semua benda yang sifatnya mendekati air
dikelompokkan ke dalam kelompok “Yin”. Api dan air digunakan sebagai
patokan dalam keadaan wajar dan dari sifat api dan air tersebut kemudian
dirumuskan sifat–sifat penyakit dan bagaimana cara penyembuhannya.
Seseorang dikatakan tidak sehat atau sakit apabila antara Yin dan Yang di
dalam tubuhnya tidak seimbang (Fengge, 2012).
2.4.5
Komponen Dasar Akupresur
Ada tiga komponen dasar akupresur yaitu Ci Sie atau energi vital, sistem
meridian dan titik akupresur.
a. Ci Sie (Energi Vital)
Ci sering diartikan sebagai zat sari–sari makanan dan Sie adalah darah
sehingga secara singkat Ci Sie sering disebut sebagai energi vital. Ada
dua sumber asal energi vital yaitu energi vital bawaan dan energi vital
didapat. Energi vital bawaan berasal dari orang tua, maka sifat, watak,
bakat, rupa, kesehatan fisik dan mental dari kedua atau salah satu
orang tua sering muncul pada anaknya. Sementara itu, energi vital
yang didapat bisa berasal dari sari makanan yang diperoleh dari ibu
(selama dalam kandungan) maupun yang diperoleh sendiri sesudah
lahir. Oleh karena itu, kondisi janin sangat tergantung pada jenis
makanan, air dan suhu udara yang diperoleh ibu serta dukungan sosial
dari lingkungannya. Kondisi Janin tidak terlepas dari kondisi fisik,
mental/psikis sang ibu. Energi vital inilah yang kemudian memberikan
kehidupan pada manusia (Fengge, 2012).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
31
b. Sistem Meridian
Sistem meridian adalah saluran energi vital yang melintasi seluruh
bagian tubuh seperti jaring laba–laba yang membujur dan melintang
untuk menghubungkan seluruh bagian tubuh. Meridian merupakan
bagian dari sistem saraf, pembuluh darah dan saluran limpa.
Fungsi meridian menurut Fengge (2012) :
1) Menghubungkan bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya
(muka-belakang, atas-bawah, samping kiri-kanan, bagian luarbagian dalam).
2) Menghubungkan organ tubuh yang satu dengan organ tubuh
lainnya, menghubungkan organ dengan pancaindra dan jaringan
tubuh yang lain. Sifat hubungan ini bolak balik.
3) Menghubungkan titik–titik akupunktur/akupresur yang satu
dengan yang lainnya, menghubungkan titik akupunktur/akupresur
dengan organ dan menghubungkan jaringan tubuh dengan
pancaindra.
4) Merupakan saluran untuk menyampaikan kelainan fungsi organ ke
permukaan tubuh yang dapat diketahui melalui kelainan keadaan
titik pijat, pancaindra atau jaringan tubuh lainnya.
5) Merupakan saluran bagi penyebab penyakit masuk ke dalam organ
baik penyebab dari luar tubuh maupun penyebab penyakit dari
dalam tubuh.
Meridian dikelompokan menjadi meridian umum dan meridian
istimewa. Meridian umum adalah meridian paru – paru, usus besar,
jantung, limpa, lambung, usus kecil, kantong kemih, ginjal, selaput
jantung, tri pemanas, kantong empedu dan hati. Sementara meridian
istimewa adalah meridian tu dan meridian ren yang melintas di garis
tengah tubuh. Meridian istimewa ini merupakan pengikat atau
penghubungan semua meridian sehingga keempat belas meridian
merupakan mata rantai yang tidak terputus (Sukanta, 2008).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
32
2.4.6
Kontraindikasi
Akupresur merupakan terapi yang dapat dilakukan dengan mudah dan
efek samping yang minimal. Meskipun demikian, akupresur tidak boleh
dilakukan pada bagian tubuh yang luka, bengkak, tulang retak atau patah
dan kulit yang terbakar (Sukanta, 2008).
2.4.7
Cara Perangsangan Titik Akupresur
Titik akupresur ialah bagian atau lokasi di tubuh sebagai tempat
berakumulasinya energi vital. Pada titik akupresur inilah akan dilakukan
pemijatan terapi akupresur. Di dalam tubuh kita terdapat banyak titik
akupresur, kurang lebih berjumlah 360 titik akupresur yang terletak di
permukaan tubuh dibawah kulit. Pertama kali yang harus diperhatikan
sebelum melakukan pijat akupresur adalah kondisi umum si penderita.
Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang sedang dalam
keadaan yang terlalu lapar atau pun terlalu kenyang; dalam keadaan
terlalu emosional dan pada perempuan yang sedang dalam kondisi hamil
(Fengge, 2011).
Pijatan bisa dilakukan setelah menemukan titik meridian yang tepat yaitu
timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal. Dalam
terapi akupresur pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan jari tangan
(jempol dan jari telunjuk). Semua titik pijat berpasangan kecuali untuk
jalur meridian Ren dan Tu. Lama dan banyaknya tekanan (pemijatan)
tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan (Yang) dapat
dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk masing masing titiktitik dan pemutaran pemijatannya secara jarum jam sedangkan pemijatan
yang berfungsi melemahkan (Yin) dapat dilakukan dengan minimal 50
kali tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam (Fengge,
2011).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
33
Menurut Fengge (2012), terdapat tiga macam titik akupresur yaitu :
a. Titik akupresur umum
Titik akupresur umum ini terdapat di sepanjang saluran meridian.
Setiap titik umum diberi nama oleh penemunya dalam bahasa
Tionghoa yang memiliki arti tersendiri dan diberi nomor yang bersifat
universal. Misalnya, titik Hegu yang memiliki arti kumpulan jurang.
Hegu sama dengan titik usus besar dengan nomor 4 (UB.4) dan dalam
bahasa Inggris disebut Large Intestine no.4 (LI.4).
b. Titik akupresur istimewa
Titik akupresur istimewa adalah titik yang berserakan (tidak
menentu), ada yang dijalur meridian dan ada pula yang di luar jalur
meridian. Tiap–tiap titik umum mempunyai nama dan fungsi masing–
masing. Misalnya, Lamwei, berfungsi sebagai titik untuk mengobati
penyakit usus buntu.
c. Titik nyeri (Yes Point)
Titik nyeri berada di daerah keluhan (daerah yang mengalami
masalah) misalnya sakit perut, sakit kepala, dan lain–lain. Untuk
menemukan titik nyeri ini adalah dengan meraba keluhan kemudian
cari titik yang paling sensitif atau nyeri. Titik ini hanya berfungsi
sebagai penghilang rasa sakit setempat saja, tetapi sering juga
berpengaruh pada jaringan tubuh lainnya.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
34
2.4.9 Akupresur untuk Mual Muntah
Akupresur merupakan suatu cara pengobatan dengan memberikan
rangsangan penekanan (pemijatan) pada titik tertentu pada tubuh (Fengge,
2011). Stimulasi yang diberikan dengan pemijatan menghasilkan efek
terapeutik karena
a. Konduksi dari sinyal elektromagnetik yang mampu mendorong aliran
zat-zat biokimia pencegah nyeri seperti endorpin dan sel imun ke tempat
khusus di tubuh yang mengalami cedera atau rusak karena penyakit.
b. Mengaktivasi sistem opioid sehingga dapat menurunkan nyeri
c. Perubahan pada zat kimia otak, sensasi dan respon involunter dengan
pengeluaran berbagai neurotransmiter dan neurohormon.
Titik-titik yang sering dipijat untuk menurunkan mual muntah adalah titik
P6 dan St36. Titik P6 adalah titik yang terletak di jalur meridian selaput
jantung. Meridian selaput jantung memiliki dua cabang, sebuah cabangnya
masuk ke selaput jantung dan jantung, kemudian terus ke bawah menembus
diafragma, ke ruang tengah dan ruang bawah perut. Meridian ini juga
melintasi lambung dan usus besar. Titik St36 adalah titik akupresur yang
berada di kaki dan di alur meridian lambung. Meridian lambung dimulai
dari ujung meridian usus besar yang memiliki beberapa cabang, salah satu
cabangnya akan memasuki limpa dan lambung (Fengge, 2011).
Gambar 2.1
Lokasi Titik Akupresur P6
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
35
Gambar 2.2
Lokasi Titik Akupresur St36
2.5
Konsep Anak Usia Sekolah
Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun
disebut usia sekolah atau masa sekolah. Periode ini dimulai dengan
masuknya anak ke lingkungan sekolah yang memiliki dampak signifikan
dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Anak mulai
bergabung dengan seusianya, mempelajari budaya masa kanak–kanak, dan
menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya yang merupakan hubungan
dekat pertama di luar kelompok keluarga (Wong, 2008).
Menurut Wong (2008) perkembangan anak usia sekolah adalah sebagai
berikut :
2.5.1 Perkembangan Biologis
Pertumbuhan tinggi dan berat badan anak usia sekolah terjadi lebih
lambat jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Antara usia 6
sampai 12 tahun, anak–anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5
cm per tahun dan berat badan akan bertambah 2 sampai 3 kg per
tahun
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
36
2.5.2 Perkembangan psikoseksual
Selama periode ini, anak menggunakan energi fisik dan psikologis
yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan
pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada
periode ini, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis
kelamin perempuan dan anak laki–laki dengan anak laki–laki.
2.5.3 Perkembangan psikososial
Anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak
lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan
akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang
dilakukannya bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak pada
fase ini terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan keluarga
terdekat. Terjadinya perubahan fisik, emosi dan sosial pada anak
berpengaruh terhadap gambaran terhadap tubuhnya. Interaksi sosial
lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari
teman
atau
lingkungannya,
mencerminkan
penerimaan
dari
kelompok akan membantu anak semakin mempunyai konsep diri
yang positif. Perasaan sukses dicapai anak dengan dilandasi adanya
motivasi internal untuk beraktifitas yang mempunyai tujuan.
Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman
di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
sukses. Perasaan tidak adekuat dan rasa inferior atau rendah diri akan
berkembang
apabila
anak
terlalu
mendapat
tuntutan
dari
lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya..
2.5.4 Perkembangan kognitif
Pada usia ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan
koheren. Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan
menyelesaikan masalah secara kongkret dan sistematis berdasarkan
apa yang mereka terima dari lingkungannya. Kemampuan berpikir
anak sudah rasional, imajinatif dan menggali objek atau situasi lebih
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
37
banyak untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir
konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta
menyadari
kegiatan
yang
dilakukan
berulang–ulang,
tetapi
pemahamannya belum mendalam.
2.6
Aplikasi Teori “Comfort” Pada Anak Yang Mendapat Kemoterapi
Salah bentuk tindakan keperawatan yang bersifat mandiri yaitu memberikan
rasa nyaman untuk mengurangi atau menghilangkan ketidaknyamanan
akibat efek samping kemoterapi. Teori “comfort” adalah salah satu teori
keperawatan yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 oleh
Katharine Kolcaba. Terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief, ease dan
transcendence. Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak
nyaman berkurang. Ease didefinisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman
yang spesifik. Transcendence didefinisikan sebagai keadaan dimana
seseorang bangkit dari ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan tersebut
tidak dapat dihindari. Transcendence dianggap sebagai hal yang
menguatkan dan mengingatkan perawat untuk tidak putus asa dalam
membantu pasien dan keluarganya merasa nyaman. Intervensi dalam
meningkatkan transcendence bertujuan untuk meningkatkan lingkungan,
meningkatkan dukungan sosial atau menentramkan hati. Selain itu,
intervensi untuk meningkatkan transcendence dapat lebih efektif jika
berasal dari orang tua atau keluarga, walaupun perawat dapat memberikan
dukungan atau motivasi bagi orang tua maupun keluarga.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
38
Sementara itu, aplikasi comfort theory pada keperawatan anak menurut
Kolcaba dan Dimarco (2005) digambarkan dalam bentuk skema sebagai
berikut :
Skema 2.1 Aplikasi Comfort Theory Pada Keperawatan
Anak
Sumber : Kolcaba dan DiMarco, 2005
Skema di atas dapat dilihat mulai dari konsep umum dari comfort theory
sampai contoh penerapan konsep pada keperawatan anak. Line 1
menjelaskan tentang konsep umum comfort theory yang merupakan level
tertinggi dari konsep dan menjadi semakin nyata pada garis dibawahnya.
Line 2 merupakan tingkatan praktis dari comfort theory khususnya pada
keperawatan anak. Line 3 merupakan bentuk operasional dimana setiap
konsep pada garis sebelumnya dilakukan.
Aplikasi comfort theory dalam penanganan mual muntah akibat kemoterapi
pada anak dapat diuraikan bahwa untuk aspek Health care need yaitu anak
memiliki kebutuhan rasa nyaman selama prosedur kemoterapi, dimana
reaksi mual muntah akibat kemoterapi dapat berkurang bahkan mungkin
dihilangkan. Aspek Nursing Intervention yaitu terapi terapi akupresur untuk
memberikan rasa nyaman pada anak, dengan tujuan untuk mengurangi dan
menghilangkan
reaksi
mual
muntah
akibat
kemoterapi.
Tahap
perkembangan usia anak dan kehadiran keluarga merupakan intervening
variables yang perlu diperhatikan dalam upaya untuk mencapai rasa
nyaman pada semua aspek (kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
39
dan lingkungan). Pemenuhan rasa nyaman yang adekuat pada semua aspek
dengan tingkatan relief hingga transcendence akan mendorong penurunan
lama rawat anak, penurunan kebutuhan akan tindakan medis dan
peningkatan kepuasan anak dan keluarga. Hal tersebut merupakan keluaran
positif yang membawa manfaat besar bagi rumah sakit.
2.7
Kerangka Teori Penelitian
Kanker adalah suatu proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal
diubah oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel abnormal ini membentuk
klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal
mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Kemudian
dicapai suatu tahap di mana sel mendapatkan ciri–ciri invasif dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel–sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh darah melalui
pembuluh tersebut sel–sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer,
2008).
Kemoterapi merupakan salah satu terapi yang dilakukan untuk mengatasi
kanker dan terbukti efektif untuk penatalaksanaan kanker. Namun, di sisi
lain kemoterapi dapat menimbulkan berbagai efek samping diantaranya
yaitu mual muntah. Mual muntah adalah efek samping dari kemoterapi
yang paling menimbulkan stres bagi anak dan keluarga sehingga harus
sesegera mungkin diatasi agar anak dapat memperoleh kenyamanan pada
saat prosedur kemoterapi dilaksanakan (Muthalib, 2006).
Penatalaksanaan terhadap mual muntah dapat dilakukan dengan pemberian
antiemetik maupun dengan terapi komplementer (LeMone & Burke, 2008).
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat
diterapkan dalam membantu pasien yang mengalami mual muntah melalui
efeknya terhadap peningkatan beta endorphin. Zat ini merupakan salah satu
anti emetik alami yang mampu menurunkan stimulus muntah di CTZ dan
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
40
pusat muntah sehingga dapat menurunkan mual muntah (Samad, Afshan &
Kamal, 2003).
Menurut terapi pengobatan China, mual muntah terjadi akibat tersumbatnya
atau terjadi disharmoni energi vital di lambung akibat beberapa hal.
Akupresur pada titik P6 dan St36 diyakini dapat memperbaiki energi vital
di lambung sehingga lambung dapat bekerja dengan normal (Dibble et al.,
2007).
Skema 2.2 Kerangka Teori Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual
Muntah Akibat Kemoterapi
Kanker
Kemoterapi
Perilaku
percaya
Perilaku nyaman
Merangsang pembentukan 5HT3
di saluran Gastrointestinal
Merangsang nervus vagus
Mual muntah
menurun
Rasa nyaman
Aktivasi CTZ dan pusat
muntah
Penurunan rangsang di
CTZ dan pusat muntah
Mual Muntah
Akupresur
Peningkatan beta endorpin
Theory comfort : Ease,
Relief, Transccendence
Sumber : Dibble, et al, (2007), Smeltzer, et al (2008), Kolcaba (2010)
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
41
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini membahas tentang kerangka konsep, hipotesis penelitian dan definisi
operasional. Kerangka konsep merupakan bagan hubungan antara variabel yang
akan diteliti dan memberikan arahan peneliti dalam menentukan hipotesis
penelitian.
3.1
Kerangka Konsep
Menurut Setiadi (2013) kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang
ingin diteliti. Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan ada
tidaknya pengaruh akupresur terhadap mual muntah lambat yang diukur
dari enam komponen yaitu durasi mual, frekuensi mual, stress akibat mual,
frekuensi muntah, volume muntah dan stres akibat muntah. Kerangka
konsep penelitian ini digambarkan dalam bentuk bagan yang terdiri dari
variabel bebas, variabel terikat dan variabel moderator. Hubungan antara
variabel–variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.1 berikut.
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel terikat
Variabel bebas
Mual muntah lambat
sebelum intervensi
 Durasi mual
 Frekuensi mual
 Stres akibat mual
 Frekuensi muntah
 Volume muntah
 Stres akibat muntah
Dilakukan
terapi
akupresur
dan
pemberian antiemetik
Mual muntah lambat
sesudah intervensi
 Durasi mual
 Frekuensi mual
 Stres akibat mual
 Frekuensi muntah
 Volume muntah
 Stres akibat muntah
Variabel perancu
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Jenis kemoterapi
4. Jenis antiemetik
5. Siklus kemoterapi
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
42
Kerangka konsep ini menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat
diukur dalam penelitian ini. Kerangka konsep penelitian ini meliputi tiga
komponen yaitu :
3.1.1
Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya variabel terikat (Setiadi, 2013).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mual muntah lambat
sebelum intervensi akupresur.
3.1.2
Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Setiadi, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
mual muntah lambat sesudah dilakukan intervensi akupresur.
3.1.3
Variabel moderator
Variabel
moderator
adalah
variabel
yang
diangkat
untuk
menentukan apakah variabel tersebut mempengaruhi (memperkuat
atau memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat (Setiadi, 2013). Variabel moderator dalam penelitian ini
adalah usia, jenis kelamin, jenis kemoterapi, jenis antiemetik dan
siklus kemoterapi.
3.2
Hipotesis Penelitian
Menurut Setiadi (2013) hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih
harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti
empiris untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau
ditolak.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
43
Hipotesis mayor pada penelitian ini adalah akupresur memberikan pengaruh
terhadap perubahan mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia
sekolah dengan kanker.
Hipotesis minor pada penelitian ini adalah :
a.
Karakteristik anak yang mendapat kemoterapi (usia, jenis kelamin,
jenis kemoterapi, jenis antiemetik dan siklus kemoterapi) memberikan
pengaruh terhadap perubahan mual muntah lambat akibat kemoterapi
pada anak usia sekolah dengan kanker.
b.
Mual muntah lambat akibat kemoterapi mengalami perubahan sesudah
dilakukan tindakan akupresur.
3.3 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian
Variabel bebas
dan Variabel
terikat
Definisi
Operasional
Mual lambat
Merupakan
laporan
anak
berupa
munculnya perasaan
yang sangat tidak enak
di
belakang
tenggorokan
dan
epigastrium
akibat
pemberian kemoterapi
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Instrumen
Rhodes INVR
Skor
mual
merupakan
penjumlahan skor
dari 3 pertanyaan
tentang mual yang
berkisar dari 0
sampai 12.
Rasio
Instrumen
Rhodes INVR
Skor
muntah
merupakan
penjumlahan skor
dari 5 pertanyaan
tentang
muntah
yang berkisar dari
0 sampai 20
Rasio
Pengukuran dilakukan
setelah
36
jam
kemoterapi
Muntah lambat
Merupakan
laporan
anak
tentang
terjadinya pengeluaran
isi lambung ke mulut
akibat
pemberian
kemoterapi dalam satu
hari.
Pengukuran dilakukan
setelah
36
jam
kemoterapi
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
44
Variabel
Penelitian
Mual Muntah
lambat
Definisi
Operasional
Adanya
ungkapam
anak
berupa
munculnya rasa tidak
nyaman di area perur
(abdomen)
disertai
perilaku
tidak
berselera untuk makan
atau menolak makan
yang diikuti dengan
adanya respon muntah.
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Rasio
Instrumen
Rhodes INVR
Skor mual muntah
merupakan
penjumlahan skor
dari 8 pertanyaan
tentang
mual
muntah
yang
berkisar dari 0
sampai 32
Umur responden
dihitung dalam tahun
Peneliti mengisi
format
data
demografi
sesuai
hasil
wawancara
dengan
responden.
Usia pada rentang
6-12 tahun
Interval
Jenis
Kelamin
Identitas
seksual
pasien yang dibawa
sejak lahir.
Peneliti mengisi
format
data
demografi
sesuai
hasil
observasi.
1. Laki – laki
2. Perempuan
Nominal
Jenis
kemoterapi
Obat yang diresepkan
oleh
dokter
yang
digunakan
sebagai
pembunuh sel kanker
Peneliti mengisi
format
data
demografi
melalui
studi
dokumentasi.
Dikategorikan
kedalam kategori :
1. Emetogenik
ringan
2. Emetogenik
sedang
3. Emetogenik
berat
Ordinal
Antiemetik
Obat yang diresepkan
oleh
dokter
yang
digunakan
untuk
mengurangi
mual
muntah
Peneliti mengisi
format data
demografi
melalui studi
dokumentasi.
Dikategorikan ke
dalam :
1. Diberikan
antiemetik
2. Tidak diberikan
antiemetik
Ordinal
Siklus
kemoterapi
Serangkaian
pemberian kemoterapi
yang tidak terputus
sampai dosis yang
diresepkan habis
Peneliti mengisi
format data
demografi
melalui studi
dokumentasi
Nilai dalam
frekuensi
Ordinal
Pengukuran dilakukan
setelah
36
jam
kemoterapi
Variabel
moderator
Usia
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
45
BAB 4
METODE PENELITIAN
Uraian dalam metode penelitian ini mencakup desain penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data,
prosedur pengumpulan data dan analisa data.
4.1
Desain Penelitian
Menurut Dharma (2011) desain penelitian merupakan suatu model atau
metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang
memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pre
dan post test design without control yang dilakukan secara cross-sectional
yaitu desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel dimana variabel bebas dan variabel terikat diidentifikasi
pada satu satuan waktu (Dharma, 2011)
Pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah intervensi akupresur yaitu pada
hari kedua setelah dilakukan kemoterapi. Sebelum diberikan intervensi
akupresur, kelompok diukur mual muntah lambatnya pada hari kedua
setelah dilakukan kemoterapi (pre test) dengan maksud untuk mengetahui
respon mual muntah lambat akibat kemoterapi sebelum dilakukan intervensi
akupresur. Sesudah pemberian intervensi akupresur, pengamatan kembali
dilakukan pada hari kedua setelah kemoterapi pada siklus selanjutnya
sebagai data post test. Prosedur dilakukan pada pasien anak usia sekolah
yang menjalani kemoterapi di ruang rawat inap anak RS Kanker Dharmais
Jakarta.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
46
Menurut Dharma (2011) rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Skema 4.1
Desain Penelitian
R
O1
X1
O2
Keterangan :
R = Responden penelitian semua mendapat perlakuan akupresur
O1 = Pre test sebelum dilakukan akupresur
O2 = Post test setelah dilakukan terapi akupresur
X1 = Pemberian terapi akupresur
4.2
4.2.1
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan
(Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah
yang menderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi dan dirawat di
Ruang Rawat Inap Anak RS Kanker Dharmais Jakarta.
4.2.2
Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi
terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan
pengamatan pada unit ini (Dharma, 2011). Teknik pengumpulan sampel
pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu suatu
metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu
yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel
yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011). Kriteria pemilihan sampel
meliputi kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan pada populasi terjangkau. Sedangkan kriteria eksklusi
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
47
adalah keadaan subyek yang memenuhi kriteria inklusi, namun harus
dikeluarkan dalam penelitian karena berbagai sebab (Dharma, 2011).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mendapat kemoterapi
b. Anak dan keluarga kooperatif dan bersedia menjadi responden
penelitian
c. Anak dan keluarga mampu membaca, menulis dan berkomunikasi
secara verbal dan nonverbal.
d. Anak dalam kondisi sadar, dapat berorientasi pada tempat, waktu dan
orang.
e. Rute pemberian kemoterapi melalui intravena
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia sekolah dengan kanker dalam kondisi lemah dan tidak
sadar
b. Anak usia sekolah yang mengalami mual muntah antisipatori
c. Anak usia sekolah yang mengalami trombositopenia (<100 mg%) dan
memiliki penyakit penyerta.
d. Kontraindikasi akupresur, kulit yang terluka, bengkak, tulang retak,
kulit yang terbakar
Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus analitis
numerik berpasangan (Sopiyudin, 2009) :
 ( Z  Z  ) S 
N 

 ( X 1  X 2) 
2
Keterangan :
N
= Jumlah sampel
Zα
= Deviat baku alfa
Zβ
= Deviat baku beta
S
= Standar deviasi dari selisih nilai antar kelompok
X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
48
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα =
1,64. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Z = 1,28. Selisih
minimal yang dianggap bermakna (X1-X2) = 1,60. Standar deviasi = 2,27
Berdasarkan rumus di atas dapat dihitung sebagai berikut :
 ( Z  Z  ) S 
N 

 ( X 1  X 2) 
2
= (1,64+1,28)2,27
1,60
= 17
Pada penelitian ini jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 17 anak.
Untuk mencegah kejadian drop out maka perhitungan besar sampel
ditambah 10%, jadi jumlah sampel sebesar 20 anak.
4.3
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Anak RS Kanker Dharmais Jakarta
merupakan rumah sakit pusat rujukan dalam penanganan masalah kanker
dan kemoterapi, sehingga mempunyai pasien yang mencukupi untuk
dilakukan penelitian.
4.4
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap meliputi penyusunan proposal,
pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian dari bulan September
sampai dengan bulan Desember 2012.
4.5
Etika Penelitian
Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subjek
penelitian.
Tidak
bisa
dipungkiri
penelitian
mempunyai
resiko
ketidaknyamanan atau cedera pada subjek mulai dari resiko ringan sampai
dengan berat. Manusia sebagai subjek penelitian adalah makhluk yang
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
49
holistik, merupakan integrasi aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual
yang tidak bisa dipisahkan. Masalah yang terjadi pada salah satu aspek
dapat menyebabkan masalah pada aspek yang lain sehingga penelitian
keperawatan harus dilandasi dengan etika penelitian yang memberikan
jaminan bahwa keuntungan yang didapat dari penelitian jauh melebihi efek
samping yang ditimbulkan (Dharma, 2011).
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta rekomendasi dari
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan meminta izin kepada
Direktur RS Kanker Dharmais. Setelah mendapat persetujuan peneliti
melakukan penelitian dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut :
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Penelitian dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Responden memiliki hak asasi dan kebebasan untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Peneliti
tidak memaksa atau memberikan penekanan pada responden untuk
bersedia
ikut
dalam
penelitian
dan
responden
berhak
untuk
mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apa pun. Prinsip ini
diaplikasikan melalui penjelasan secara singkat dan jelas oleh peneliti
kepada responden dan orangtua tentang tujuan, prosedur, durasi
keterlibatan responden, hak responden dan manfaat penelitian. Setelah
diberikan penjelasan, orangtua secara suka rela memberikan tanda
tangan pada lembar persetujuan. Selama penelitian semua responden
dan orang tua bersedia untuk dilibatkan dalam penelitian.
b. Menghormati
prinsip
kerahasiaan
(respect
for
privacy
and
confidentiality)
Responden sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri
bahwa
penelitian
menyebabkan
terbukanya
informasi
tentang
responden. Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang
menyangkut privasi responden yang tidak ingin identitas dan segala
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
50
informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini
diterapkan pada penelitian ini dengan cara meniadakan identitas seperti
nama dan alamat responden diganti dengan kode no dan inisial nama
responden.
c. Menghormati
keadilan
dan
inklusivitas
(respect
for
justice
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati–hati dan dilakukan
secara profesional. Prinsip keadilan mengandung makna bahwa
penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan responden. Pada saat penelitian
berlangsung terjadi masalah etik dimana dalam satu ruangan terdapat
responden yang belum mendapat tindakan akupresur (pre) dan terdapat
responden yang akan dilakukan tindakan akupresur. Solusi untuk
mengatasi masalah ini adalah memberikan informasi kepada responden
yang belum dilakukan tindakan akupresur bahwa tindakan akupresur ini
akan dilakukan sesuai jadual yang sudah disepakati.
d. Beneficence
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar–besarnya bagi subjek
penelitian dan populasi dimana hasil penelitian diterapkan dan
meminimalisir dampak yang merugikan bagi subjek penelitian. Manfaat
terapi akupresur ini yaitu mengurangi mual muntah pada anak akibat
efek kemoterapi yang dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas
hidup pasien.
e. Right to protection from discomfort
Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan
kerugian mengharuskan agar responden dilindungi dari eksploitasi dan
peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
51
meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian. Prinsip ini
diaplikasikan dengan cara melakukan akupresur dengan hati-hati
sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, pengaturan
lingkungan yang nyaman dan penyediaan alat yang cukup.
4.6
Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk memperoleh data karakteristik responden
berupa usia dan jenis kelamin. Studi dokumentasi juga dilakukan untuk
mendapatkan data tambahan tentang diagnosa, siklus kemoterapi, obat
kemoterapi yang digunakan, obat antiemetik yang digunakan dan siklus
pemberian kemoterapi.
b. Instrumen Rhodes Index Nausea, Vomiting & Retching (RINVR),
digunakan untuk mengukur variabel mual muntah.
c. Gelas ukur berukuran 300 cc yang digunakan untuk mengukur volume
muntah. Gelas ukur dibagikan pada masing–masing responden
4.7
Prosedur Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
4.7.1 Persiapan
a. Prosedur administrasi
Pada tahap prosedur administrasi, peneliti mengurus surat ijin
penelitian di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
untuk dilanjutkan ke bagian pendidikan dan penelitian RS Kanker
Dharmais dalam rangka untuk memperoleh ijin penelitian,
kemudian peneliti menyampaikan ijin penelitian kepada Kepala
Ruang Rawat Anak RS Kanker Dharmais.
b. Melakukan sosialisasi rencana penelitian pada dokter, kepala
ruangan dan perawat yang bertugas di ruangan tempat penelitian.
Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat serta prosedur
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
52
penelitian kemudian menjelaskan teknik pemberian akupresur
pada pasien anak yang menjalani kemoterapi.
4.7.2 Pelaksanaan
a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada
anak dan orang tua responden.
b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta
kesediaan anak dan orang tua untuk terlibat dalam penelitian.
c. Peneliti mempersilahkan responden atau orang tua untuk
menandatangani lembar persetujuan bagi responden yang bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian.
d. Peneliti mulai melakukan proses pengambilan data dengan
mengisi data karakteristik responden dan memastikan rencana
kemoterapi anak, baik dari buku rekam medis anak maupun dari
dokter yang bertanggung jawab terhadap pengobatan anak
tersebut. Kemudian peneliti memberikan gelas ukur pada orangtua
responden sebagai alat untuk menampung muntahan apabila
responden mengalami mual muntah.
e. Sebelum dimulai penelitian, peneliti memberikan penjelasan
tentang pengertian, tujuan, cara, manfaat terapi akupresur bagi
anak dan waktu pelaksanaan terapi akupresur serta petunjuk
pengisian kuesioner mual muntah.
f. Pada hari kedua setelah pemberian kemoterapi dan terapi
antiemetik tetap diberikan, peneliti meminta responden/orangtua
untuk mengisi kuesioner mual muntah untuk mengetahui skor
mual muntah sebelum intervensi. Data ini digunakan sebagai data
pretes. Pengukuran mual muntah dilakukan langsung oleh peneliti
dengan menanyakan tentang isi instrumen kepada orangtua anak
sedangkan pertanyaan yang berkaitan dengan durasi dan frekuensi
mual, peneliti menanyakan langsung kepada anak.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
53
g. Peneliti membuat kontrak untuk bertemu pada siklus selanjutnya.
h. Pada siklus selanjutnya, peneliti melakukan terapi akupresur pada
hari kedua setelah pemberian kemoterapi dan terapi antiemetik
tetap diberikan dengan cara melakukan akupresur pada titik P6
dan St36 selama 30 kali putaran searah jarum jam selama 3 menit
pada waktu 6 jam pertama dan dilanjutkan kembali setelah 6 jam
kedua.
i. Peneliti mengukur kembali skor mual muntah pada hari kedua
setelah diberikan akupresur. Data ini digunakan sebagai data
postes. Pengukuran mual muntah dilakukan langsung oleh peneliti
dengan menanyakan tentang isi instrumen kepada orangtua
responden sedangkan untuk pertanyaan yang berkaitan dengan
durasi dan frekuensi mual, peneliti menanyakan langsung kepada
anak.
j. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan anak atas
keterlibatannya dalam penelitian.
4.8
Instrumen Penelitian
Mual muntah diukur dengan menggunakan kuesioner mual muntah dari
Rhodes index nausea, vomiting and retching (Rhodes INVR) yang
dipopulerkan oleh Rhodes. Rhodes INVR digunakan sebagai alat untuk
mengukur mual, muntah. Skala Rhodes INVR terdiri dari 8 pertanyaan
yaitu 3 pertanyaan untuk mengukur mual, 5 pertanyaan untuk mengukur
muntah yang diisi oleh peneliti dengan respon skala Likert yaitu 0-4.
Kuesioner mual muntah terdiri dari 8 pertanyaan yaitu pertanyaan 4,5,7
untuk mengukur mual dan pertanyaan 1,2,3,6 dan 8 untuk mengukur
muntah. Skor mual didapatkan dari penjumlahan skor pertanyaan 4,5,7,
skor muntah didapatkan dari penjumlahan skor pertanyaan 1,2,3,6,8,
sementara skor mual muntah didapatkan dari penjumlahan pertanyaan 1-8.
Hal–hal yang diukur dari kuesioner mual muntah adalah durasi mual,
frekuensi mual, stres akibat mual, frekuensi muntah, volume muntah yang
diukur dengan menggunakan gelas ukur.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
54
4.9
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kualitas data ditentukan oleh tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur.
Validitas adalah seberapa dekat alat ukur mengatakan apa yang seharusnya
diukur (Sastroasmoro, 2008). Instrumen yang valid harus mempunyai
validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas
internal bila kriteria yang ada dalam instrumen secara teoritis telah
mencerminkan apa yang diukur. Sementara validitas eksternal instrumen
dikembangkan dari fakta empiris (Sugiyono, 2007). Validitas instrumen
dalam penelitian ini dicapai dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
dengan apa yang akan diukur.
Pada penelitian ini, untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan proses
back translation (proses penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia kemudian dari bahasa Indonesia ke Inggris) terhadap instrumen
yang digunakan (RINVR). Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa alih
bahasa yang dibuat peneliti sesuai dengan isi instrumen yang sebenarnya,
mengingat instrumen yang digunakan berbahasa Inggris. Proses back
translation ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan dua orang
penterjemah dengan latar belakang pendidikan Sarjana Sastra Inggris. Dari
hasil back translation tersebut didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna mengenai inti dari isi instrumen RINVR.
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Reliabilitas
menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsistens jika
instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma, 2011). Pengukuran
reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen. Sementara secara eksternal
pengujian dapat dilakukan dengan test retest (stability) dengan equivalent
dan gabungan keduanya (Sugiyono, 2007).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
55
Rhodes INVR adalah kuesioner yang memberikan informasi tentang mual,
muntah dan retching. Kuesioner ini telah banyak digunakan dalam
penelitian yang berhubungan dengan mual muntah dan memiliki reliabilitas
internal dari 0,90 sampai 0,98 yang diuji dengan Alpha Cronbach (Rhodes
& McDaniel, 2004).
Sebelum kuesioner digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba pada
responden yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden
penelitian yaitu pada 7 orang pasien anak yang menjalani kemoterapi di RS
Kanker Dharmais. Uji validitas menggunakan Pearson dan uji reliabilitas
menggunakan Alpha-Cronbach, berdasarkan hasil uji validitas didapatkan
semua item pertanyaan valid (r > 0,25). Kemudian dilanjutkan uji
reliabilitas pada semua item yang valid tersebut, didapatkan bahwa semua
item pertanyaan reliable, dengan nilai r Alpha (0,890) lebih besar
dibandingkan dengan r tabel.
4.10 Pengolahan Data
Setelah selesai proses pengumpulan data, selanjutnya yaitu pengolahan
data.
Ada 4 tahap dalam pengolahan data yaitu :
a. Editing
Kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan, kejelasan, relevansi dan
konsistensi isi jawaban kuesioner atau instrumen. Dalam penelitian ini,
editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kuesioner dan
instrumen yang digunakan untuk mengukur mual dan muntah akibat
kemoterapi. Kuesioner yang tidak lengkap, tidak dimasukan dalam
analisis data.
b. Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
Pada tahap ini diberikan kode atau nilai pada tiap jenis data untuk
menghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data. Variabel
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
56
yang dikategorikan dengan koding adalah jenis kelamin, pengalaman
mual muntah, jenis kemoterapi, jenis antiemetik dan siklus kemoterapi.
c. Tabulating
Data dikelompokkan ke dalam kategori yang telah ditentukan dan
dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode untuk kemudahan
pengolahan data. Proses tabulasi data meliputi :
1. Mempersiapkan tabel dengan kolom dan baris yang telah disusun
dengan cermat sesuai kebutuhan.
2. Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban
3. Menyusun distribusi dan tabel frekuensi dengan tujuan agar data
dapat tersusun rapi, mudah dibaca dan dianalisis.
d. Entry Data
Data yang telah terkumpul kemudian dimasukkan dalam program
analisis dengan menggunakan perangkat komputer.
e. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukkan untuk
diperiksa ada tidaknya kesalahan. Kesalahan sangat mungkin terjadi
saat memasukkan data. Cara untuk membersihkan data adalah dengan
mengetahui data yang hilang, mengetahui variasi dan konsistensi data.
4.11 Analisis Data
Setelah proses pengolahan data, langkah selanjutnya adalah analisis data.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
4.11.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel
yang diteliti dalam penelitian yaitu dengan melihat semua distribusi
data dalam penelitian. Analisis dengan menggunakan SPSS 17
digunakan untuk menganalisis variabel yang bersifat kategorik
yaitu jenis kelamin, jenis kemoterapi, antiemetik, siklus kemoterapi
dan variabel yang bersifat numerik yaitu usia dan mual muntah
lambat. Data kategorik menggunakan frekuensi dan persentase.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
57
Data numerik menggunakan mean, standar deviasi dan nilai
minimum maksimum.
4.11.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap
dua variabel, yaitu 1 (satu) variabel bebas dan 1 (satu) variabel
terikat. Analisis ini digunakan untuk melihat perbedaan antara nilai
yang diharapkan dengan nilai yang diamati. Uji bivariat yang
digunakan adalah :
a. Uji beda 2 mean dependen (dependent t-test atau paired sample
test) yaitu untuk mengetahui perbedaan mean antara dua
kelompok dependen (durasi mual, frekuensi mual, stres akibat
mual, frekuensi muntah, volume muntah, stres akibat muntah)
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan akupresur.
b. Uji korelasi dan regresi linier sederhana digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang berjenis
numerik yaitu usia dengan skor mual muntah setelah dilakukan
tindakan akupresur.
c. Uji beda 2 mean independen (independent t-test) yaitu untuk
mengetahui hubungan antara variabel kategorik (jenis kelamin,
jenis kemoterapi, jenis antiemetik, siklus kemoterapi) dengan
skor mual muntah lambat setelah dilakukan tindakan akupresur.
Secara ringkas analisis data bivariat dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
ini.
Tabel 4.2
Uji Statistik Bivariat
Variabel bebas
Usia anak
Jenis kelamin
Jenis kemoterapi
Variabel terikat
Mual muntah lambat
Mual muntah lambat
Mual muntah lambat
Jenis uji statistik
Korelasi
Independent t-test
Independent t-test
Jenis antiemetic
Siklus kemoterapi
Mual muntah lambat
Mual muntah lambat
Independent t-test
Independent t-test
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
58
Tabel 4.3
Uji Statistik Bivariat Untuk Menguji Perbedaan Mean Antara Kelompok
Data Yang Dependen
Kelompok data
Rerata mual sebelum
intervensi
Rerata muntah sebelum
intervensi
Rerata mual muntah
sebelum intervensi
Kelompok data
Uji statistik
Rerata mual setelah Paired t test
intervensi
Rerata muntah setelah Paired t test
intervensi
Rerata mual muntah Paired t test
setelah intervensi
4.11.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
logistik yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk mengetahui
faktor risiko yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian mual
muntah setelah dilakukan intervensi akupresur (Dharma, 2011). Tujuan
dari analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan dari beberapa
variabel bebas yaitu usia, jenis kelamin, jenis kemoterapi, antiemetik dan
siklus kemoterapi dengan variabel terikat yaitu skor mual muntah lambat
sesudah diberikan akupresur.
Analisis pemodelan dilakukan dengan metode Backward, yaitu dengan
melakukan seleksi variabel yang akan masuk ke dalam analisis
multivariat dimana hasil analisis bivariat yang memiliki p<0,25,
kemudian dilakukan pengeluaran variabel satu per satu yang memiliki p
paling besar sehingga diperoleh variabel independen yang akan
digunakan untuk membuat model persamaan yang dapat digunakan
untuk memprediksi
proporsi kejadian mual muntah lambat setelah
dilakukan akupresur.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
59
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menyajikan dan menjelaskan hasil penelitian dan analisa data.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh akupresur
terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada pasien anak usia sekolah
dengan kanker di RS Kanker Dharmais.
Penelitian ini dilakukan terhadap 20 responden yaitu pasien anak usia sekolah
dengan kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada
bulan November sampai dengan Desember 2012. Hasil penelitian disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi yang didasarkan pada hasil analisis univariat dan
bivariat. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua mean
independent (uji t).
5.1 Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
di RS Kanker Dharmais Jakarta November - Desember 2012 (N = 20)
Variabel
Rerata
SD
N
Usia
9,15.
1,899
20
Minimal Maksimal
6 - 12.
Tabel 5.1 menunjukkan usia responden minimal 6 tahun dan maksimal
berusia 12 tahun. Rerata usia responden secara keseluruhan adalah 9,15
tahun dengan standar deviasi 1,899.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kemoterapi,
Antiemetik dan Siklus Kemoterapi
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, kemoterapi, antiemetik
dan siklus kemoterapi dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
60
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kemoterapi,
Antiemetik dan Siklus Kemoterapi di RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
No
1
2
3
4
Variabel
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Kemoterapi
Emetogenik Ringan
Emetogenik Sedang
Emetogenik Berat
Antiemetik
Mendapatkan antiemetik
Tidak mendapatkan antiemetic
Siklus Kemoterapi
1
2
3
5
f
(%)
11
9
55
45
6
6
8
30
30
40
14
6
70
30
9
6
4
1
45
30
20
5
Tabel 5.2 menunjukkan sebagian besar (55%) responden memiliki jenis
kelamin perempuan sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 45%.
Sebagian besar responden (40%) menggunakan kemoterapi dengan
derajat emetogenik berat, sisanya responden menggunakan kemoterapi
dengan derajat emetogenik sedang (30%) dan emetogenik ringan (30%).
Sebagian besar responden (70%) mendapatkan antiemetik dan (30%)
tidak mendapatkan antiemetik. Berdasarkan siklus kemoterapi responden
hampir merata untuk masing-masing siklus. Sebelum dilakukan tindakan
akupresur, paling banyak responden berada pada siklus ke1 yaitu 9 orang
(55%), sedangkan untuk siklus 2, 3 dan 5 masing-masing 30%, 20%, 5%.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
61
d. Distribusi Frekuensi Mual, Durasi Mual, Stres Akibat Mual Sebelum dan
Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Mual, Durasi Mual, Stres Akibat Mual
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
No
1
2
3
Variabel
Frekuensi Mual
 > 7 kali
 5-6 kali
 3-4 kali
 1-2 kali
 Tidak mual
Durasi Mual
 > 6 jam
 4-6 jam
 2-3 jam
 < 1 jam
 Tidak mengalami
Stres Akibat Mual
 Parah
 Berat
 Sedang
 Ringan
 Tidak mengalami
Sebelum
Akupresur
f
%
Setelah
Akupresur
f
%
0
6
8
6
0
0
30
40
30
0
0
0
4
14
2
0
0
20
70
10
0
6
8
6
0
0
30
40
30
0
0
0
7
12
1
0
0
35
60
5
0
7
8
5
0
0
35
40
25
0
0
0
7
13
0
0
0
35
65
0
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa frekuensi mual yang sering terjadi pada
anak sebelum dilakukan akupresur yaitu sebanyak 3-4 kali (40%)
sedangkan setelah akupresur frekuensi mual yang sering terjadi pada
anak yaitu sebanyak 1-2 kali (70%). Durasi mual yang sering terjadi
pada anak sebelum dilakukan akupresur yaitu selama 2-3 jam (40%)
sedangkan setelah dilakukan akupresur durasi mual yang sering terjadi
pada anak yaitu <1 jam (60%). Stres akibat mual yang dialami oleh anak
sebelum dilakukan akupresur lebih banyak berada pada tahap stres
sedang (40%) sedangkan setelah dilakukan akupresur stres yang dialami
oleh anak lebih banyak pada tahap stres ringan (65%).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
62
e. Distribusi Frekuensi Muntah, Durasi Muntah, Stres Akibat Muntah
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Muntah, Durasi Muntah, Stres Akibat Muntah Sebelum dan
Setelah Dilakukan Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
No
1
2
3
Variabel
Frekuensi Muntah
 > 7 kali
 5-6 kali
 3-4 kali
 1-2 kali
 Tidak muntah
Volume Muntah
 > 3 gelas
 > 2-3 gelas
 > ½- 2 gelas
 ½ gelas
 Tidak muntah
Stres Akibat Muntah
 Parah
 Berat
 Sedang
 Ringan
 Tidak mengalami
Sebelum
Akupresur
f
%
Setelah
Akupresur
f
%
0
1
8
11
0
0
5
40
55
0
0
0
1
15
4
0
0
5
75
20
0
0
9
11
0
0
0
45
55
0
0
0
4
4
12
0
0
20
20
60
0
8
6
6
0
0
40
30
30
0
0
0
7
8
5
0
0
35
40
25
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa frekuensi muntah yang sering terjadi pada
anak sebelum dilakukan akupresur yaitu sebanyak 1-2 kali (55%)
sedangkan setelah akupresur frekuensi muntah yang sering terjadi pada
anak yaitu sebanyak 1-2 kali (75%). Volume muntah yang sering terjadi
pada anak sebelum dilakukan akupresur yaitu sebanyak ½ gelas (55%)
sedangkan setelah dilakukan akupresur anak lebih sering tidak
mengalami muntah yaitu sebanyak 12 anak (60%). Stres yang dialami
oleh anak akibat muntah sebelum dilakukan akupresur terbanyak berada
pada tahap stres berat yaitu sekitar 40% sedangkan setelah dilakukan
akupresur anak lebih banyak berada pada tahap stres ringan yaitu
sebanyak 8 anak (40%).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
63
f. Distribusi Frekuensi Muntah Retching, Stres Akibat Muntah Retching
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Muntah Retching, Stres Akibat Muntah Retching
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
No
1
2
Variabel
Frekuensi Muntah Retching
 > 7 kali
 5-6 kali
 3-4 kali
 1-2 kali
 Tidak muntah
Stres Akibat Muntah Retching
 Parah
 Berat
 Sedang
 Ringan
 Tidak Mengalami
Sebelum
Akupresur
f
%
Setelah
Akupresur
f
%
0
0
0
1
19
0
0
0
5
95
0
0
0
0
20
0
0
0
0
100
1
0
0
0
19
5
0
0
0
95
0
0
0
0
20
0
0
0
0
100
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar anak sebelum
dilakukan akupresur tidak mengalami muntah retching (95%) hanya
sekitar 1 anak yang mengalami muntah retching (5%). Setelah dilakukan
akupresur seluruh anak tidak mengalami muntah retching (100%). Stres
akibat muntah retching yang dialami oleh anak sebelum dilakukan
akupresur sebagian besar tidak mengalami sebanyak 95% sedangkan
setelah dilakukan akupresur seluruh anak tidak mengalami stres akibat
retching (100%).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
64
d. Rata-rata Skor Mual dan Muntah Sebelum dan Sesudah Intervensi.
Tabel 5.6
Rata-rata Skor Mual dan Muntah Sebelum dan Sesudah Intervensi di RS Kanker
Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
No
Variabel
6,15
7,55
Pre
SD
Standar
Error
Mean
2,30
0,514
3,15
0,705
13,70
5,39
Mean
1
2
3
Skor Mual
Skor
Muntah
Skor Mual
Muntah
1,205
Mean
Post
SD
3,75
4,05
1,44
2,54
Standar
Error
Mean
0,323
0,568
7,80
3,77
0,844
Tabel 5.6 menunjukkan rerata mual pada kelompok yang dilakukan
akupresur sebelumnya adalah 6,15 dengan SD=2,30 dan setelah
dilakukan akupresur adalah 3,75 dengan SD=1,44. Rerata muntah pada
kelompok yang dilakukan akupresur sebelumnya adalah 7,55 dengan
SD=3,15 dan setelah dilakukan akupresur adalah 4,05 dengan SD= 2,54.
Rerata mual muntah pada kelompok yang dilakukan akupresur
sebelumnya adalah 13,70 dengan SD=5,39 dan setelah dilakukan
akupresur adalah 7,80 dengan SD=3,77. Penulis menarik kesimpulan
bahwa terjadi penurunan rerata mual muntah pada kelompok setelah
diintervensi sebesar 5,90
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Uji Normalitas
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggambarkan hubungan dari
variabel responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis
kemoterapi, antiemetik dan siklus kemoterapi dengan skor mual
muntah sesudah dilakukan akupresur. Analisis bivariat juga digunakan
untuk melihat hubungan antar skor mual, skor muntah dan skor mual
muntah sebelum dan sesudah intervensi serta hubungan antar variabel
tersebut.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
65
Sebelum melakukan analisis bivariat, asumsi normalitas data harus
dipenuhi untuk menentukan uji sebelumnya. Uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan uji Shapiro-wilk pada variabel berskala
numerik yaitu usia.
Tabel 5.7
Uji Normalitas Variabel Usia di RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Usia
Kolmogorov-smirnov
0,120
Shapiro-Wilk
0,089
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa variabel usia berdistribusi
normal menggunakan uji Shapiro-wilk dengan hasil p value 0,089 (p
value > 0,05).
5.2.2 Perbedaan Skor Mual, Muntah dan Mual Muntah Sebelum dan Sesudah
Terapi Akupresur
Perbedaan skor mual, skor muntah dan skor mual muntah sebelum dan
sesudah terapi akupresur dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut :
Tabel 5.8
Perbedaan Skor Mual, Skor Muntah Dan Skor Mual Muntah Sebelum dan
Setelah Terapi Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
No
1
2
3
Variabel
Skor Mual
Skor Muntah
Skor
Mual
Muntah
Pre
Mean
6,15
7,55
13,70
SD
2,30
3,15
5,39
Post
Mean
3,75
4,05
7,80
95% CI
SD
1,44
2,54
3,77
1,634-3,165
3,031-3,968
4,816-6,983
P value
0,000
0,000
0,000
Pada tabel 5.8 didapatkan bahwa rerata mual pada kelompok sebelum
diberikan terapi akupresur adalah 6,15 dengan SD=2,30 dan setelah
diberikan terapi akupresur adalah 3,75 dengan SD=1,44, maka terlihat
selisih perbedaan nilai rerata mual sebelum dengan setelah diberikan
terapi akupresur yaitu 2,40. Hasil ini menunjukkan perubahan yang
signifikan skor mual sebelum dan setelah intervensi akupresur (p value
0,000; α:0,05). Untuk rerata muntah pada kelompok sebelum diberikan
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
66
terapi akupresur adalah 7,55 dengan SD=3,15 dan setelah diberikan
terapi akupresur adalah 4,05 dengan SD=2,54, maka terlihat selisih
perbedaan nilai rerata muntah sebelum dengan setelah diberikan terapi
akupresur yaitu 3,50 (p value = 0,000). Hasil ini menunjukkan perubahan
yang signifikan skor muntah sebelum dan setelah intervensi (p value
0,000; α:0,05). Rerata mual muntah pada kelompok sebelum diberikan
terapi akupresur 13,70 dengan SD=5,39 dan setelah diberikan terapi
akupresur adalah 7,80 dengan SD=3,77, maka terlihat selisih perbedaan
nilai rerata
mual muntah sebelum dengan setelah diberikan terapi
akupresur yaitu 5,30 (p value = 0,000). Hasil ini menunjukkan perubahan
yang signifikan skor mual muntah sebelum dan setelah intervensi
akupresur (p value 0,000; α:0,05).
5.2.3 Hubungan Karakteristik Usia dengan Mual Muntah Setelah Dilakukan
Terapi Akupresur
Tabel 5.9
Hubungan Karakteristik Usia dengan Mual Muntah Setelah Terapi Akupresur di
RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Variabel 1
Mual Muntah
Variabel 2
Usia
Mean
9,15
SD
1,899
P value
0,310
Hasil analisis pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara karakteristik usia dengan mual muntah
setelah dilakukan tindakan akupresur dengan nilai p value=0,310
(p>0,05).
5.2.4 Hubungan karakteristik jenis kelamin dengan mual muntah setelah terapi
akupresur
Tabel 5.10
Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin dengan Mual Muntah Setelah Terapi
Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Mual
Muntah
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
N
Mean
SD
SE
95% CI
P value
9
11
8,77
7,00
3,73
3,79
1,24
1,14
-1,78-5,33
0,308
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
67
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada skor mual muntah setelah dilakukan tindakan akupresur baik pada
anak peremuan maupun laki-laki ( p value > 0,05).
5.2.5 Hubungan Karakteristik Jenis Kemoterapi dengan Mual Muntah Setelah
Terapi Akupresur
Tabel 5.11
Hubungan Karakteristik Jenis Kemoterapi dengan Mual Muntah Setelah Terapi
Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Mual
Muntah
Emetogenik
Ringan
Sedang
Berat
N
6
6
8
Mean
4,50
5,33
12,12
SD
1,04
1,03
1,12
SE
0,42
0,42
0,39
95% CI P value
-2,17-0,50 0,000*
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor
mual muntah setelah dilakukan tindakan akupresur pada emetogenik
ringan, sedang dan berat ( p value < 0,05).
5.2.6
Hubungan Karakteristik Antiemetik dengan Mual Muntah Setelah Terapi
Akupresur
Tabel 5.12
Hubungan Karakteristik Antiemetik dengan Mual Muntah Setelah Terapi
Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Antiemetik
Mual
Muntah
Diberikan
Tidak
diberikan
N
14
6
Mean
10,09
5,00
SD
3,67
1,00
SE
1,10
0,33
95%
CI
2,437,75
P value
0,001*
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor
mual muntah setelah dilakukan tindakan akupresur pada anak yang
diberikan antiemetik dan tidak diberikan antiemetik ( p value < 0,05).
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
68
5.2.7
Hubungan Karakteristik Siklus Kemoterapi dengan Mual Muntah Setelah
Terapi Akupresur
Tabel 5.13
Hubungan Karakteristik Siklus Kemoterapi dengan Mual Muntah Setelah Terapi
Akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Mual
Muntah
Siklus
Kemoterapi
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Siklus 5
N
Mean
SD
SE
9
6
4
1
8,77
6,00
8,75
6,00
4,63
2,52
3,30
3,40
1,54
1,03
1,65
1,72
95%
CI
-1,727,28
P value
0,206
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor
mual muntah setelah dilakukan tindakan akupresur berdasarkan siklus
kemoterapi ( p value < 0,05).
5.3 Analisis Multivariat
Dari 5 variabel faktor risiko kejadian mual muntah lambat sesudah dilakukan
akupresur berdasarkan hasil analisis bivariat yang menghasilkan p < 0,25
sebanyak 3 variabel yaitu jenis kemoterapi, antiemetik dan siklus kemoterapi.
Tabel 5.14
Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor Risiko Kejadian Mual Muntah Lambat
Setelah Terapi akupresur di RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Jenis Kemoterapi
Antiemetik
Siklus Kemoterapi
P value
(Analisis Bivariat)
0,000
0,001
0,206
Setelah mendapatkan variabel, didapatkan hasil p value seperti tergambar
pada tabel 5.14.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
69
Tabel 5.15
Model Akhir Analisis Multivariat Regresi Logistik Kejadian Mual Muntah Lambat
Setelah Tindakan Akupresur RS Kanker Dharmais Jakarta
November-Desember 2012 (N=20)
Variabel
Jenis Kemoterapi
Antiemetik
Siklus Kemoterapi
B
0,000
0,001
0,206
P
0,019
0,000
0,054
Risiko
0,568
0,324
0,466
Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan bahwa variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap mual muntah setelah dilakukan tindakan akupresur
adalah variabel yang memiliki risiko paling besar. Untuk faktor yang paling
dominan mempengaruhi mual muntah setelah dilakukan akupresur adalah
jenis kemoterapi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
70
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian dan membandingkan
hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dan teori-teori yang
mendukung atau berlawanan dengan temuan baru. Pembahasan pertama dengan
interpretasi dan diskusi hasil penelitian tentang karakteristik responden meliputi
usia, jenis kelamin, jenis kanker, jenis kemoterapi, jenis antiemetik dan siklus
kemoterapi. Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang hasil analisis uji beda
rerata untuk variabel mual muntah sebelum dan setelah dilakukan terapi
akupresur. Pada bagian akhir bab ini akan membahas tentang keterbatasan
penelitian, implikasi dan tindak lanjut hasil penelitian yang dapat diterapkan dan
diaplikasikan pada praktek keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada anak yang mengalami mual muntah akibat kemoterapi.
6.1
6.1.1
Interpretasi dan Diskusi Hasil
Karakteristik Responden
a. Usia
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia responden paling
rendah adalah 6 tahun dan maksimum berusia 12 tahun. Menurut
Wong (2010) anak usia sekolah sudah memiliki kemampuan berpikir
secara rasional dan sudah mengerti tentang konsep tentang waktu serta
mengingat kejadian yang lalu. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
melibatkan anak usia sekolah dalam penelitian ini. Usia anak yang
digunakan pada penelitian ini juga sama dengan usia anak yang
digunakan pada penelitian Bastani (2011) yang melakukan penelitian
pada 120 anak kanker usia sekolah dengan desain Randomised
Clinical Trial (RCT) yang bertujuan untuk mengidentifikasi
efektivitas terapi akupresur dalam mengurangi respon mual muntah
pada anak kanker yang menjalani kemoterapi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
71
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 55%. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Roscoe, et al (2003) dan ChiTing, et al (2005) tentang pengaruh akupresur dan akustimulasi
terhadap mual muntah akibat kemoterapi sebanyak 92% responden
berjenis kelamin perempuan sedangkan sisanya (8%) berjenis kelamin
laki-laki. Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan Chi-Ting et
al (2005) meneliti insiden mual muntah akibat kemoterapi di Taiwan.
Penelitian tersebut dilakukan pada responden perempuan sebanyak
76% dan sisanya (24%) adalah responden laki-laki. Dalam kedua
penelitian tersebut, sebagian besar responden adalah penderita kanker
dengan jenis kelamin mayoritas adalah perempuan.
c.
Jenis Kemoterapi
Pasien yang mendapatkan kemoterapi berisiko untuk mendapatkan
mual muntah (Jordan et al., 2007). Pada penelitian ini ditemukan
bahwa hampir sebagian besar responden mendapatkan kemoterapi
dengan potensi emetik tinggi dibandingkan dengan kemoterapi dengan
potensi emetik sedang dan ringan.
Hampir semua pasien akan mengalami mual dan muntah sekitar 1-2
jam setelah pemberian kemoterapi dengan pemberian kemoterapi
dengan potensi emetik tinggi. Biasanya muntah mereda setelah 18-24
jam dan akan mencapai puncak kekambuhan kedua setelah 48-72 jam
(Grunberg, 2004).
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dibble,
Luce, Cooper dan Israel (2007) pada sebagian besar (76%) responden
yang mendapatkan kemoterapi dengan emetogenik tinggi, 15%
responden yang mendapatkan kemoterapi dengan derajat emetogenik
sedang sedangkan sisanya (9%) dengan derajat emetogenik yang lain.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
72
Sementara penelitian Dibble, et al. (2007) adalah penelitian random
klinis tentang pengaruh akupresur terhadap mual muntah akibat
kemoterapi yang dilakukan pada 76% responden yang menggunakan
kemoterapi kombinasi Cyclophosphamid dan Epirubicin. Kombinasi
tersebut merupakan kemoterapi derajat emetogenik tinggi. Sementara
sisanya (24%) menggunakan kemoterapi dengan derajat emetogenik
yang lebih rendah.
d. Jenis antiemetik
Berbagai obat antiemetik dapat digunakan dalam pencegahan dan
pengobatan mual muntah akibat kemoterapi (Garret et al., 2003). Pada
penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar responden (70%)
mendapatkan antiemetik dengan terapi tinggi sedangkan sebanyak
30% tidak mendapatkan antiemetik.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Molassiotis (2000) di China dan Chi et al (2005) di
Taiwan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molassiotis, semua
responden penelitian diberikan antiemetik dari golongan antagonis
reseptor 5HT3 yang dikombinasikan dengan Dexamethasone yang
merupakan antiemetik dari golongan indeks terapi tinggi. Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Chi
et
al
(2005)
untuk
mengidentifikasi insiden mual muntah akibat kemoterapi pada 107
pasien kanker di Taiwan, dengan hasil sebanyak 77% menggunakan
antiemetik dari golongan antagonis reseptor 5HT3 dari golongan
indeks terapi tinggi dan sisanya 23% menggunakan antiemetik terapi
rendah.
e.
Siklus Kemoterapi
Pada penelitian ini ditemukan sebelum dilakukan tindakan akupresur
responden terbanyak berada pada siklus pertama sebanyak 9
responden (45%) dan setelah dilakukan tindakan akupresur responden
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
73
terbanyak berada pada siklus ketiga sebanyak 10 responden (50%).
Keseragaman siklus kemoterapi pada pasien kanker disesuaikan
dengan jenis kanker itu sendiri dimana setiap jenis kanker memiliki
protokol standar kemoterapi masing-masing.
Penelitian sebelumnya yang mendukung hasil penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Dibble, et al (2007) yang mencoba
mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap mual muntah akibat
kemoterapi pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi. Penelitian
tersebut dilakukan pada responden siklus pertama dan ketiga
kemoterapi.
Menurut analisa peneliti, penetapan responden penelitian berada pada
siklus kedua dan ketiga adalah untuk mendapatkan keseragaman atau
kemiripan siklus kemoterapi karena dikhawatirkan menjadi variabel
perancu dari hasil yang didapatkan. Pada dasarnya siklus kemoterapi
mempengaruhi mual muntah pasien yang mendapatkan kemoterapi.
6.1.2 Perbedaan Skor Mual, Skor Muntah dan Skor Mual Muntah Sebelum
dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
Hasil analisis frekuensi mual setelah dilakukan akupresur lebih rendah
dibandingkan sebelum dilakukan terapi akupresur. Hal ini terjadi karena
penelitian ini dilakukan pada hari kedua dimana reaksi mual akibat efek
kemoterapi masih ada. Frekuensi mual yang berlebihan (> 7 kali) tidak
ditemukan karena penelitian ini dilakukan seiring dengan pemberian
antiemetik sehingga mual yang ditimbulkan tidak berlebihan. Durasi
terjadinya mual sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan
dibandingkan sebelum dilakukan akupresur. Frekuensi muntah yang
dialami oleh anak sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan
dibandingkan sebelum dilakukan akupresur. Volume muntah yang dialami
anak sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan dibandingkan
sebelum dilakukan akupresur. Frekuensi muntah retching sesudah
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
74
dilakukan akupresur mengalami penurunan dibandingkan sebelum
dilakukan akupresur dan seluruh anak tidak mengalami muntah retching
(100%).
Stres akibat mual yang dialami oleh anak sebelum akupresur paling banyak
terjadi pada tahap stres sedang (40%) sedangkan setelah dilakukan
akupresur stres anak menjadi berkurang dan lebih banyak berada pada
tahap stres ringan (65%). Stres akibat muntah yang dialami anak sebelum
dilakukan akupresur lebih banyak berada pada tahap stres berat (40%) dan
setelah dilakukan akupresur mengalami penurunan dimana anak lebih
banyak berada pada tahap stres ringan (40%) dan sekitar 25% tidak
mengalami stres akibat muntah.
Anak yang menderita kanker akan memperoleh pengobatan kemoterapi
dimana kemoterapi ini dapat menimbulkan berbagai macam efek samping
yang tidak menyenangkan bagi anak dan keluarganya. Salah satu efek
samping yang menakutkan bagi anak dan keluarga adalah mual muntah
yang dapat menimbulkan stres bagi penderita dan keluarga yang terkadang
membuat penderita dan keluarga memilih untuk menghentikan siklus
terapi yang akan berpotensi mempengaruhi harapan hidup anak karena
akan mempercepat penyebaran dari sel kanker tersebut. Untuk mengatasi
hal tersebut maka diberikan antiemetik untuk mengatasi mual muntah juga
diperlukan tindakan komplementer berupa akupresur. Aplikasi comfort
theory dalam penanganan mual muntah akibat kemoterapi pada anak yaitu
pemberian terapi akupresur pada hari kedua setelah kemoterapi untuk
memberikan rasa nyaman pada anak. Kehadiran keluarga untuk mencapai
rasa nyaman juga turut berperan dalam menurunkan rasa tidak nyaman
pada anak.
Rata-rata skor mual setelah dilakukan akupresur berbeda secara signifikan
dengan sebelum dilakukan tindakan akupresur (p value=0,000). Hasil
penelitian ini mendukung hipotesis penelitian yaitu rata-rata skor mual
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
75
setelah dilakukan tindakan kupresur lebih rendah dibandingkan sebelum
dilakukan tindakan akupresur. Hasil penelitian ini telah menunjukkan
bahwa akupresur yang dilakukan dapat menurunkan skor mual sebesar
2,25 pada responden yang mengalami mual akibat kemoterapi, sedangkan
skor muntah mengalami penurunan sebesar 2,95 setelah dilakukan
tindakan. Skor mual muntah mengalami penurunan sebesar 5,25 setelah
dilakukan tindakan akupresur.
Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Bastani
pada tahun 2011 di Iran. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efek
akupresur pada titik P6 terhadap mual muntah akibat kemoterapi terhadap
120 anak usia sekolah yang menderita Leukemia Limphoblastik Akut
(LLA) dengan hasil intensitas mual muntah pada anak yang dilakukan
akupresur lebih rendah dibandingkan dengan kelompok placebo (p<0,005).
Bastani (2011) memberikan kesimpulan bahwa akupresur efektif dilakukan
untuk menurunkan mual akibat kemoterapi.
Pada tahun 2009, Said melakukan penelitian di Palestina untuk
membandingkan perbedaan mual dan muntah akibat kemoterapi pada 42
orang wanita yang menderita kanker payudara. Responden dibagi tiga
kelompok yang terdiri dari kelompok yang menerima akupresur dengan
menggunakan Sea-Band, plasebo akupresur dan mendapat perawatan yang
biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mendapatkan
akupresur mengalami penurunan pada kejadian mual muntah dibandingkan
dengan kelompok yang mendapatkan plasebo akupresur dan perawatan
yang biasa.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
76
6.1.3
Hubungan Karakteristik Responden dengan Mual Muntah Setelah
Dilakukan Tindakan Akupresur
a. Hubungan usia anak terhadap mual muntah
Usia anak yang menjadi responden penelitian sudah ditentukan
dalam kriteria inklusi yaitu usia sekolah (6-12 tahun). Hasil
analisis hubungan usia dan mual muntah pada penelitian ini
menunjukkan usia tidak mempengaruhi mual muntah dengan nilai
p value=0,821 (p>0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik usia dengan
mual muntah setelah dilakukan tindakan akupresur.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan pernyataan Jordan et al
(2007) yang menyatakan bahwa pasien yang yang lebih muda
lebih mungkin untuk mengalami mual muntah akibat kemoterapi.
b.
Hubungan jenis kelamin terhadap mual muntah
Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan mual muntah
setelah dilakukan tindakan akupresur menunjukkan bahwa jenis
kelamin tidak mempengaruhi mual muntah setelah dilakukan
tindakan akupresur. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value=0,655 (p>0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan mual
muntah setelah dilakukan tindakan akupresur.
Thompson
(1999)
menjelaskan
bahwa
wanita
lebih
memungkinkan mengalami mual muntah dari pada laki-laki,
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh hormon. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lebaron, et al., (2006) didapatkan anak
perempuan dilaporkan mengalami mual lebih besar dibandingkan
laki-laki. Dengan demikian ada beberapa faktor resiko yang dapat
menjadi perhatian perawat untuk melakukan tindakan antisipasi
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
77
sebelum memulai pemberian kemoterapi diantaranya jenis
kelamin.
Angka kejadian terbesar untuk terjadinya mual muntah pada
pasien dengan kanker yang mendapatkan kemoterapi mayoritas
adalah perempuan (Grunberg, 2004).
c.
Hubungan jenis kemoterapi terhadap mual muntah
Analisis hubungan antara jenis kemoterapi dengan mual muntah
setelah dilakukan tindakan akupresur menunjukkan bahwa jenis
kemoterapi mempengaruhi mual muntah setelah dilakukan
tindakan akupresur.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value=0,028 (p<0,05), sehingga disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kemoterapi dan mual
muntah setelah dilakukan tindakan akupresur.
Mual muntah akibat kemoterapi tidak selalu sama diantara
beberapa individu tergantung pada jenis kemoterapi. Berdasarkan
potensi emetiknya, agen kemoterapi tersebut memiliki potensi
emetik mulai dari emetik rendah sampai emetik tinggi. Apabila
seorang anak mendapatkan kemoterapi yang memiliki potensi
emetik tinggi maka akan menyebabkan mual muntah yang hebat
dan apabila seorang anak mendapatkan kemoterapi dengan emetik
rendah maka gejala mual muntah yang akan terjadi relatif rendah
(Grunberg, 2004).
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Grunberg
(2004)
menunjukkan sekitar 61% pasien yang mendapatkan kemoterapi
dengan bahan dasar Cisplatin mengalami mual muntah pada hari
kedua dan ketiga meskipun telah diberikan Metoklorpramide dan
Dexamethason dan kejadian mual muntah yang paling sering
dialami oleh pasien terjadi pada 48 jam sampai dengan 72 jam
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
78
setelah pemberian kemoterapi. Jenis agen kemoterapi yang
diberikan pada penderita kanker, masing-masing memiliki peran
serta fungsi dan potensi emetik yang berbeda. Jenis agen
kemoterapi yang diberikan pada anak atau penderita kanker
ditentukan berdasarkan jenis kanker yang diderita dan fase dari
pengobatan yang sedang diikuti (Bowden et al, 1998). Jenis
kemoterapi dengan potensi emetik sedang dan berat merupakan
jenis agen yang dapat menimbulkan efek mual muntah yang tidak
ringan dan dapat mempengaruhi kondisi fisik serta psikologis anak
dan keluarga (Ignatavicius & Workman, 2006).
d.
Hubungan jenis antiemetik terhadap mual muntah
Analisis hubungan antara jenis antiemetik dengan mual muntah
setelah dilakukan tindakan akupresur menunjukkan bahwa jenis
antiemetik mempengaruhi mual muntah setelah dilakukan
tindakan akupresur.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value=0,001 (p<0,05), sehingga disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis antiemetik dan mual
muntah setelah dilakukan tindakan akupresur. Menurut pandangan
peneliti, penggunaan antiemetik dengan indeks terapi tinggi pada
semua responden disebabkan karena protokol terapi yang
disesuaikan
dengan
derajat
emetogenik
kemoterapi
yang
didapatkan responden. Penggunaan antiemetik pada kemoterapi
dengan emetogenik sedang dan tinggi adalah dengan pemberian
kombinasi antagonis reseptor 5HT3 dengan kortikosteroid.
Pandangan peneliti tersebut didukung oleh rekomendasi dari
berbagai perhimpunan onkologi diantara NCCN (2008) yang
mengatakan bahwa penggunaan antiemetik pada kemoterapi
dengan derajat emetogenik sedang dan tinggi adalah dengan
pemberian
kombinasi
antagonis
reseptor
5HT3
dengan
kortikosteroid.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
79
Pandangan peneliti tentang penggunaan antiemetik dengan indeks
terapi tinggi juga didukung oleh Bradburry (2004). Pemberian
antiemetik disesuaikan dengan emetogenik kemoterapi, obat
dengan emetogenik tinggi dan sedang diberikan kombinasi
antagonis reseptor 5Ht3 dengan kortikosteroid. Antagonis reseptor
5HT3 merupakan pilihan yang paling sering digunakan untuk
menurunkan CINV. Ondansetron, salah satu obat dari golongan
tersebut mempunyai kemampuan yang lebih untuk memblok
reseptor serotonin (Bradburry, 2004).
e.
Hubungan siklus kemoterapi terhadap mual muntah
Analisis hubungan antara jenis antiemetik dengan mual muntah
setelah dilakukan tindakan akupresur menunjukkan bahwa siklus
kemoterapi tidak mempengaruhi mual muntah setelah dilakukan
tindakan akupresur. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value=0,790 (p>0,05), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara siklus kemoterapi dan mual
muntah setelah dilakukan tindakan akupresur. Pada dasarnya
siklus kemoterapi mempengaruhi mual muntah pasien yang
mendapatkan kemoterapi. Pandangan ini didukung oleh Grunberg
dan Ireland (2005) yang mengatakan bahwa mual muntah akibat
kemoterapi dipengaruhi oleh siklus kemoterapi, semakin tinggi
siklus kemoterapi biasanya mual muntah semakin hebat.
6.1.4
Variabel Dominan Yang Mempengaruhi Mual Muntah lambat
Sesudah Tindakan
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi
logistik,
menjelaskan
bahwa
variabel
yang
paling
dominan
berpengaruh terhadap mual muntah lambat adalah variabel yang
memiliki risiko paling besar. Untuk variabel yang paling dominan dari
masing-masing variabel adalah jenis kemoterapi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
80
Menurut Grunberg (2004) mual muntah akibat kemoterapi tergantung
pada jenis kemoterapi. Berdasarkan potensi emetiknya, agen kemoterapi
memiliki potensi emetik mulai dari emetik rendah sampai emetik tinggi.
Apabila seorang anak mendapatkan kemoterapi yang memiliki potensi
emetik tinggi maka akan menyebabkan mual muntah yang hebat dan
apabila seorang anak mendapatkan kemoterapi dengan emetik rendah
maka gejala mual muntah yang akan terjadi relatif ringan.
6.2
Keterbatasan Penelitian
a. Pemberian antiemetik yang direncanakan tidak diberikan ternyata
karena sulitnya penerapan di lapangan maka akhirnya terjadi perubahan
dimana antiemetik tetap diberikan pada beberapa anak selama peneliti
melakukan tindakan akupresur.
b. Jenis kanker pada sampel yang sebagian besar terdiri dari tumor solid
tidak seimbang sehingga tidak bisa digeneralisasikan untuk berbagai
jenis kanker.
6.3
6.3.1
Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian Keperawatan
Penelitian tentang pengaruh terapi akupresur untuk mengatasi mual
muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah dengan kanker
di Indonesia belum pernah peneliti temukan sebelumnya. Oleh karena itu,
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar tentang pengaruh
terapi akupresur untuk mengatasi mual muntah lambat akibat kemoterapi
pada anak dengan kanker. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya
evidence base practice keperawatan yang dapat memperkuat body of
knowledge keperawatan terutama yang berkaitan dengan terapi akupresur.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
81
6.3.2
Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini memperkuat teori dan penelitian yang sudah pernah
dilakukan bahwa akupresur sebagai salah satu terapi komplementer dapat
menurunkan mual muntah pada pasien anak yang menjalani kemoterapi.
Penelitian ini telah memberikan bukti bahwa akupresur dapat menurunkan
mual muntah akibat kemoterapi yang signifikan dibandingkan sebelum
dilakukan tindakan akupresur, sehingga dapat menjadi bahan masukan
atau pertimbangan bagi perawat untuk dijadikan sebagai bagian dari
intervensi keperawatan dalam mengelola pasien anak yang mengalami
mual muntah akibat kemoterapi.
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan perawat
dalam menjalankan perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Perawatan onkologi merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena
kompleksitas kondisi pasien, sehingga membutuhkan perawatan yang
komprehensif. Tindakan keperawatan sebaiknya tidak hanya berfokus
pada tindakan kolaboratif seperti pemberian antiemetik tetapi dapat pula
berperan dalam pemberian intervensi keperawatan yang telah diuji efektif
melalui penelitian.
Aplikasi akupresur dapat menurunkan mual muntah akibat kemoterapi.
Hal ini dapat membantu pasien dalam mengurangi penggunaan antiemetik
dan menghindari komplikasi akibat mual muntah sehingga dapat
membantu dalam mengurangi biaya pengobatan serta dapat menurunkan
resiko terjadinya dehidrasi pada anak karena kondisi akibat kemoterapi.
Dengan demikian tujuan intervensi keperawatan pada pencegahan mual
muntah, menurunkan kecemasan, meningkatkan kenyamanan dapat
tercapai.
Akupresur dinilai efektif dapat dilakukan oleh orang tua dan anak karena
mudah untuk dilakukan di titik yang tepat dan lama pemijatan yang benar.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
82
6.3.3
Pendidikan Profesi Keperawatan
Penerapan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan
penerapan terapi komplementer khususnya akupresur dalam mengatasi
permasalahan pasien seharusnya dimulai dari pembelajaran di institusi
pendidikan keperawatan. Institusi pendidikan keperawatan diharapkan
dapat meningkatkan peran serta peserta didik dalam pemberian asuhan
keperawatan yang komprehensif dan holistik. Pendidikan keperawatan
perlu melakukan sosialisasi aplikasi terapi komplementer khususnya
terapi akupresur dalam pemberian asuhan keperawatan. Pendidikan
keperawatan juga diharapkan membangun kerjasama dengan lahan
pelayanan kesehatan dalam rangka mengembangkan praktik keperawatan
berbasis terapi komplementer.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
83
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapi
akupresur terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada pasien
anak usia sekolah dengan kanker di RS Kanker Dharmais dapat
disimpulkan sebagai berikut :
7.1.1
Karakteristik dari 20 responden meliputi : rata-rata usia 9,15 tahun,
sebagian besar (55%) berjenis kelamin perempuan, sebagian besar (40%)
menggunakan kemoterapi dengan derajat emetogenik tinggi, sebagian
besar menggunakan antiemetik tingkat tinggi (70%), dan sebagian besar
(45%) pada siklus pertama.
7.1.2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor mual lambat sebelum dan
sesudah intervensi (p=0,000)
7.1.3
Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor muntah lambat sebelum
dan sesudah intervensi (p=0,000)
7.1.4
Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor mual muntah lambat
sebelum dan sesudah intervensi (p=0,000)
7.1.5
Terdapat hubungan antara jenis kemoterapi dan jenis antiemetik dengan
mual muntah lambat setelah dilakukan tindakan akupresur.
7.1.6
Tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin dan siklus kemoterapi
dengan mual muntah lambat setelah dilakukan tindakan akupresur.
7.1.7
Faktor dominan yang mempengaruhi mual muntah lambat sesudah
diberikan akupresur yaitu jenis kemoterapi.
7.2
7.2.1
Saran
Bagi Pelayanan Keperawatan
a. Mengembangkan program seminar dan pelatihan terapi komplementer
khususnya
akupresur
untuk
perawat
agar
pemahaman
dan
kemampuannya meningkat tentang terapi komplementer khususnya
akupresur.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
84
b. Menerapkan terapi akupresur dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien anak dengan kanker yang mendapatkan kemoterapi.
c. Memodifikasi dan menyusun standar asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan kanker yang mengalami mual muntah akibat kemoterapi
dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini sebagai suatu acuan.
7.2.2
Bagi Pendidikan Keperawatan
a.
Memuat materi tentang terapi komplementer yang sering digunakan
untuk manajemen mual muntah yang disesuaikan dengan tumbuh
kembang anak ke dalam kurikulum pendidikan sarjana keperawatan
dan magister keperawatan.
b.
Mengembangkan praktik keperawatan berbasis terapi komplementer
khususnya terapi akupresur.
c.
Menyebarluaskan
informasi
dan
pengetahuan
tentang
terapi
akupresur melalui seminar dan simposium keperawatan.
7.2.3
Bagi Penelitian Selanjutnya
a.
Perlunya penelitian tentang terapi komplementer yang lain untuk
menurunkan mual muntah pada anak dengan kanker yang
mendapatkan kemoterapi misalnya relaksasi, guided imagery,
distraksi dan hipnosis.
b.
Perlunya penelitian lanjutan tentang pengaruh terapi akupresur
terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada responden
yang memiliki karakteristik sama misalnya diagnosa medis, jenis
kemoterapi, jenis antiemetik dan siklus kemoterapi.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
85
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, A (2006). Buku ajar pediatric. Jakarta : EGC
Alkaissi, A., Ledin, T., Odkvist, L.M., & Kalman, S. (2005). P6 Acupressure
Increases Tolerance to Nauseogenic Motion Stimulation in Women at High
Risk for PONV. Canadian Journal of Anesthesia, 52, 703-709
Bastani, F., Khosravi, M., Barimnejad., L. Haghani., H. (2011). The Effect of
Acupressure on Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting Among
School Age Children With Acute Limpoblastic Leukemia. 1(1).
Bradburry, R. (2004). Optimizing antiemetic therapy for chemotherapy-induced
nausea
and
vomiting.
Didapat
dari
http://theoncologist.alphamedpress.org/cgi/content/full/8/1/35 tanggal 14
November 2012
Burke, M.B., Lemon., (2008). Cancer Chemotherapy: A Nursing Process
Approach. 2 nd edition. Massachusets. Jones and Bartlett Publishers.
Chi-Ting, L., Nei-Min, C., Hsueh-Erh, C., Robert, D., Jade, I., & Jen-Shi, C.
(2005). Incident of chemotherapy-induced nausea and vomiting in Taiwan:
Physicians and nurses estimation vs patients reported outcomes. Diakses
dari http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt tanggal 14 November
2012.
Dahlan, M.S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Dewan, P., Singhal, S., Harit, D., (2010). Management of chemotherapy-induced
nausea and vomiting. Indian Pediatric Journal. 47(2), 149-155
Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan : Panduan
melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta : TIM
Dibble, S.L., Luce, J, Cooper, B.A & Israel, J. (2007). Accupressure for
chemoterapy-induced nausea and vomiting : A randomized clinical trial.
Oncology Nursing Forum, 34(4), 813-820
Donna, L.W. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
EMEA. (2005). Guideline on non-clinical dan clinical development of medicinal
products for the treatment of nausea and vomiting associated with cancer
chemotherapy.
Diakses
tanggal
29
September
2012
dari
http://www.emea.europa.eu/pdfs/human/ewp/493703en.pdf.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
86
Fengge, A. (2012). Terapi akupresur: Manfaat & teknik pengobatan. Yogyakarta
: Crop Circle Corp.
Garrett, K, Tsuruta, K., Walker, S., Jackson, S., & Sweat, M., (2003). Managing
nausea and vomiting. Critical Care Nurse, 23 (1), 31–50.
Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy induced nausea vomiting: Prevention,
detection and treatment-how are we doing? The Journal of Supprtive
Oncology, 2(1), 1-12.
Grunberg, S.M., & Ireland, A. (2005). Epidemiology of chemotherapy induced
nausea and vomiting. Advanced Studies in Nursing. 3(1), 9-15
Hawkins, R., Grunberg, S.M. (2009). Chemotherapy-induced nausea and
vomiting: Challenges and opportunities for improved patient outcomes.
Clinical Journal of Oncology Nursing. 13(1), 54-64
Hockenberry, M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and
children. St. Louis : Mosby Elsevier.
Hesketh, P.J. (2008). Chemotherapy induced nausea and vomiting. The New
England Journal of Medicine, 358(23), 2482-2494.
Hilal, M.M.A. (2010). Chemotherapy-induced nausea and vomiting: The role of
aprepitant. Middle East Journal of Cancer, 2, 3-8
Holdsworth, M.T., Raisch, D.W., Frost. J. (2006). Acute and delayed nausea and
emesis control ini pediatric oncology patients. American Cancer Society
Journal. 106(4), 931-940
Ignatavicius, D.D., & Workman, M.L., (2006). Medical Surgical Nursing:
Critical Thinking for Collaborative Care. 5th edition. Philadelphia: W.B
Sounders Company
Jordan, K., Sippel, C., Schmoll, H.J. (2007). Guidelines for antiemetic treatment
of chemotherapy-induced nausea and vomiting: past, present and future
recommendations. Oncologist. 12(9), 1143-1150
Lee, J., Dodd, M., Dibble, S., & Abrams, D. (2008). Review of acupressure
studies for chemotherapy-induced nausea and vomiting control. Journal of
Pain and Symptom Management, 36(5), 529-544.
Mehta, H. (2007). The Science and Benefits of Acupressure Therapy. Diakses
tanggal
27
September
2012
dari
http://www.associatedcontent.com/article/284965/the_science_and_benefits
_of_acupressure.html?page=2
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
87
Ming, J.L., Kuo, B.I., Lin, J., & Lin, J., (2002). The efficacy of acupressure to
prevent nausea and vomiting in post operative patients. Journal of
Advanced Nursing, 39(4), 343-351
Miller, M., Kearney, N. (2004). Chemotherapy-related nausea and vomiting-past
reflections, present practice and future management. Europe Journal
Cancer Care. 13(1), 71-81
Molassiotis, A., Helin, A.M., Dabbour, R., & Hummerstone, S. (2007). The
effects of P6 acupressure in the profilaksis of chemotherapy related nausea
and vomiting in breast cancer patients. Complementary Therapies in
Medicine, 15(1), 30-12.
Morrow,G.R., & Dobkin, P.L. (2002) Anticipatory nausea and vomiting in cancer
patients undergoing chemotherapy treatment prevalence, etiology, and
behavioral interventions. Clinical Psychology Review, 8(5), 517-556.
Muthalib, A. (2006). Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Price, S.A., & Wilson, L.M.(2008). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta : EGC
Pusat Data dan Informasi Depkes RI (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007.
Jakarta : Depkes RI
Roscoe, J.A., Morrow,G.R., Hickok, J.T., Bushunow, P., Pierce, H.I., Flynn, P.J.,
et al (2003). The efficacy of acupressure and acustimulation wrist band for
relief of chemotherapy induced nausea and vomiting: A University of
Rochester Cancer Center Community Clinical Oncology Program
Multicenter Study. Journal of Pain and Symptom Management, 26(2), 731742.
Said, Z.M.O. (2009). Acupressure for chemotherapy: induced nausea and
vomiting in breast cancer patients: a multicenter, randomized, doubleblind, placebo-controlled cilinical trial: An Najah National University
Faculty of Graduate Studies.
Samad, K., Afsan, G., & Kamal, R. (2003). Effect of acupressure on post
operative nausea and vomiting in laparoscopic cholecystectomy. Journal of
Pakistan Medical Association. 53(2)
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
88
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle,J.L., & Cheever, K,H. (2008). Textbook of
medical-surgical nursing (Eleventh edition)
Sukanta, P.O. (2008). Terapi pijat tangan. Jakarta : Penebar Plus
Sukanta, P.O. (2008). Akupresur untuk kesehatan. Jakarta : Penebar Plus
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta
Syarif, H. (2009). Pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah akut akibat
kemoterapi pada pasien kanker di RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta.
Thesis. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Tanjung, Y. (2011). Berdamai dengan kanker: Kiat hidup sehat survivor kanker.
Bandung : Qanita
Thompson, I. (2004). The management nausea and vomiting in palliative care.
Nursing Standart, 19(8), 46-53
Tim Universitas Indonesia. (2008). Pedoman teknis penulisan tugas akhir
mahasiswa Universitas Indonesia
Tomey, A.M., & Alligood, M.R (2006). Nursing theorist and their work. St
Louis, Missouri Mosby
Wood, G.J., Shega, J.W., Lynch, B., & Roenn, J.H (2007). Management of
intractable nausea and vomiting in patients at the end of life; “I Was Feeling
Nauseous All of the Time …. Nothing Was Working”. Journal of American
Medical Association, 298(10), 1196-1207.
Quatrin, R., Zanini, A., Buchini, A., Turello, D., Annuziata, M.A., Vidotti, C.,
Colombatti, A., & Brusaferro, S. (2006). Use of refleksiology foot massage
to reduce anxiety in hospitalized cancer patients in chemotherapy treatment:
methodology and outcome. Journal of Nursing Management, 14, 96-105.
Tyc, V.L., Mulhern, R.K., Bieberich, A.A. (1997). Anticipatory nausea and
vomiting in pediatric cancer patients: an analysis of conditioning and
coping variables. Journal Development Behavioral Pediatric. 18(1), 27-33
Yapeptri. (2008). Pedoman praktis akupresur. Diktat Pelatihan. Tidak
dipublikasikan
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
89
Zeltzer, L., Lebaron, S., Zeltzer, P.M. (2006). The effectiveness of behavioral
intervention for reduction of nausea and vomiting in children and
adolescents receiving chemotherapy. J Clin Oncology, 2(6), 683-690.
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
90
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Lampiran 5
SURAT PERMOHONAN
UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI
RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama
: Siti Rukayah
NPM
: 1006834006
Alamat
: Jl Radio Dalam No 35, Jakarta Selatan
Pekerjaan
: Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan, FIK UI
Nomor Hp
: 081380450057
Dengan ini mengajukan dengan hormat kepada Bapak/Ibu untuk mengijinkan
anak Bapak/Ibu menjadi responden dan mengikuti penelitian yang akan saya
lakukan, dengan judul "Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah
Lambat Akibat Kemoterapi Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita
Kanker Di RS Kanker Dharmais Jakarta.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi akupresur
dalam menurunkan mual muntah akibat kemoterapi. Manfaat penelitian tersebut
bagi pasien anak yang mengalami mual muntah adalah mendapatkan terapi
farmakologi dengan obat - obatan antiemetik dan terapi non farmakologis
menggunakan terapi akupresur sehingga akan menurunkan mual muntah yang
dialami. Akupresur adalah tindakan yang aman, sampai saat ini belum pernah
ditemukan efek sampingnya.
Pada kesempatan ini saya meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia, maka Bapak/Ibu diminta untuk mengisi
kuesioner tentang mual muntah yang dialami anak ibu setelah dilakukan
kemoterapi dan akupresur.
Bapak/Ibu berhak untuk tidak bersedia ikut dalam penelitian ini tanpa
mempengaruhi perawatan yang akan anak Bapak/Ibu dapatkan. Jika selama
penelitian anak Bapak/Ibu merasa tidak nyaman maka Bapak/Ibu dapat tidak
meneruskan berpartisipasi dalam penelitian ini dan hal tersebut tidak akan
mempengaruhi perawatan yang anak Bapak/Ibu dapatkan. Apabila ada
pertanyaan lebih dalam tentang penelitian ini dapat menghubungi peneliti pada
alamat dan nomor kontak diatas. Demikian surat permohonan ini saya buat, atas
kerjasama yang baik saya ucapkan terimakasih.
Jakarta, ............................ 2012
Hormat saya,
Siti Rukayah
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Lampiran 6
FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama
: ........................................
Usia
: ........................................
Nama Anak : ........................................
Usia Anak
: ........................................
Menyatakan bahwa :
1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian "Pengaruh Terapi
Akupresur Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat Kemoterapi Pada Anak
Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RS Kanker Dharmais.
2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban
terbuka dari peneliti.
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemungkinan dampak buruk yang terjadi dari penelitian yang dilakukan.
Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari
pihak manapun juga, bahwa saya bersedia/tidak bersedia* berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.
Jakarta, ..................................2012
Yang membuat pernyataan
( ....................................)
* Coret yang tidak perlu
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Lampiran 7
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
_________________________________________________________________
Kode
: ..............................(diisi oleh peneliti)
Tanggal
: ..............................
Waktu
: ..............................
Ruang Rawat : ..............................
Isilah titik-titik yang tersedia dan lingkarilah angka menurut kriteria yang sesuai.
1.
Usia anak
: .................tahun...............bulan
2.
Jenis Kelamin
: 1. Laki-laki
3.
Diagnosis
: .................................................
4.
Siklus Kemoterapi: ................................................
5.
Obat Kemoterapi :
Nama Obat
6.
2. Perempuan
Dosis
Cara Pemberian
Dosis
Cara Pemberian
Obat Antiemetik :
Nama Obat
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Lampiran 8
KUESIONER MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI
Inisial pasien : ............................
Tanggal/jam : ............................
Petunjuk :
Lingkarilah pada pilihan jawaban yang menggambarkan kondisi dan perasaan anak tentang mual
muntah yang dialami.
No
Pernyataan
1
Dalam 12 jam terakhir, anak mengalami
muntah sebanyak .......... kali.
2
Akibat
muntah-muntah
tanpa
mengeluarkan apa-apa dalam 12 jam
terakhir, anak mengalami penderitaan
yang .....................
Nilai
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
3
Akibat muntah dalam 12 jam terakhir,
anak mengalami penderitaan yang
.....................
4
3
2
1
0
Petunjuk Penilaian
Muntah terjadi Tidak muntah
Muntah terjadi 1-2 kali
Muntah terjadi 3-4 kali
Muntah terjadi 5-6 kali
Muntah terjadi 7x/lebih
Tidak mengalami, ditandai dengan jika anak
tidak terjadi perubahan kondisi pada diri anak
dimana anak tetap tampak ceria.
Ringan, ditandai dengan terjadi perubahan pada
diri anak (anak menjadi kurang ceria)
Sedang, ditandai dengan terjadi perubahan pada
diri anak, anak tampak sangat lemah, wajahnya
tidak ceria lagi.
Berat, ditandai dengan jika anak tampak lebih
lemah, wajahnya menjadi murung dan tampak
sedih.
Parah, ditandai dengan jika terjadi perubahan
besar pada kondisi anak, anak menjadi sangat
lemah, wajah tampak sedih bahkan sampai
meneteskan air mata.
Parah, ditandai dengan jika terjadi perubahan
besar pada kondisi anak, anak menjadi sangat
lemah, wajah tampak sedih bahkan sampai
meneteskan air mata.
Berat, ditandai dengan jika anak tampak lebih
lemah, wajahnya menjadi murung dan tampak
sedih.
Sedang, ditandai dengan terjadi perubahan pada
diri anak, anak tampak sangat lemah, wajahnya
tidak ceria lagi.
Ringan, ditandai dengan terjadi perubahan pada
diri anak (anak menjadi kurang ceria)
Tidak mengalami, ditandai dengan jika anak
tidak terjadi perubahan kondisi pada diri anak
dimana anak tetap tampak ceria
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
4
Dalam 12 jam terakhir, anak merasa mual
atau sakit diperut.
0
1
2
3
4
5
Akibat mual-mual dalam 12 jam
terakhir, anak mengalami penderitaan
yang ...........................
0
1
2
3
4
6
Dalam 12 jam terakhir, setiap muntah,
anak mengeluarkan muntahan sebanyak
......................gelas
4
3
2
1
7
Dalam 12 jam terakhir, anak merasa mual
atau sakit perut sebanyak ................kali
0
4
3
2
1
8
Dalam 12 jam terakhir, anak mengalami
muntah-muntah/muntah
berat
tanpa
mengeluarkan
apa-apa
sebanyak
................kali
0
0
1
Tidak mengalami, ditandai dimana anak tidak
merasakan mual atau sakit diperut
Apabila anak merasakan mual atau sakit diperut
< 1 jam
Apabila anak merasakan mual atau sakit diperut
selama 2-3 jam
Apabila anak merasakan mual atau sakit di perut
selama 4-6 jam
Apabila anak merasakan mual atau sakit di perut
lebih dari 6 jam
Tidak mengalami, ditandai dengan jika anak
tidak terjadi perubahan kondisi pada diri anak
dimana anak tetap tampak ceria.
Ringan, ditandai dengan terjadi perubahan pada
diri anak (anak menjadi kurang ceria)
Sedang, ditandai dengan terjadi perubahan pada
diri anak, anak tampak sangat lemah, wajahnya
tidak ceria lagi.
Berat, ditandai dengan jika anak tampak lebih
lemah, wajahnya menjadi murung dan tampak
sedih.
Parah, ditandai dengan jika terjadi perubahan
besar pada kondisi anak, anak menjadi sangat
lemah, wajah tampak sedih bahkan sampai
meneteskan air mata.
Apabila anak mengeluarkan muntah sebanyak 3
gelas/lebih
Apabila anak mengeluarkan muntah sebanyak
2-3 gelas.
Apabila anak mengeluarkan muntah sebanyak
1/2-2 gelas)
Aapbila anak mengeluarkan muntah sebanyak
hampir 1/2 gelas.)
Apabila anak tidak mengeluarkan apa-apa
Jika anak merasa mual atau sakit perut sebanyak
7 kali atau lebih
Jika anak merasa mual atau sakit perut sebanyak
5-6 kali
Jika anak merasa mual atau sakit perut sebanyak
3-4 kali
Jika anak merasa mual atau sakit perut sebanyak
1-2 kali
Jika anak tidak merasakan mual atau sakit perut
Jika anak tidak mengalami muntah berat tanpa
mengeluarkan apa-apa
Jika anak mengalami muntah berat tanpa
mengeluarakan apa-apa sebanyak 1-2 kali
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
2
3
4
Jika anak mengalami muntah berat tanpa
mengeluarkan apa-apa 3-4 kali
Jika anak mengalami muntah berat tanpa
mengeluarkan apa-apa sebanyak 5-6 kali
Jika anak mengalami muntah berat tanpa
mengeluarkan apa-apa sebanyak 7 kali atau
lebih
Skor mual/muntah : ................................(diisi oleh peneliti)
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Lampiran 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Siti Rukayah
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 04 Maret 1978
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Staf Pengajar Stikes Persada Husada Indonesia Jakarta
Alamat Rumah
: Komplek Grand Residence Blok A1/1 Ciputat, Tangerang
Alamat Institusi
: Stikes Persada Husada Indonesia
Jl. Jatiwaringin Raya No 24, Kavling 4-7, Jakarta Timur
Riwayat Pendidikan :
1984 – 1990
: SDN Kramat Pela 10 Petang
1990 – 1993
: SMPN 11 Jakarta
1993 – 1996
: SMUN 70 Jakarta
1996 – 2000
: Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2011 – sekarang
: Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Riwayat Pekerjaan :
2000 – sekarang
: Stikes Persada Husada Indonesia Jakarta
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Siti Rukayah, FIK UI, 2013
Download