Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Semantik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yakni Sema (nomina) yang berarti
tanda atau lambang dan Samaino (verba) disebut sebagai menandai atau
melambangkan. Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari
tentang makna yang terkandung dalam bahasa sebagai berikut. Penulis mengutip
beberapa pendapat dari para ahli bahasa tentang definisi semantik. Saeed
berpendapat bahwa “Semantic is the study of the meaning of words and sentences
or semantic is the study of meaning communicated through language”(1997:3),
menurut Saeed semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dari kata dan
kalimat semantik merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang makna melalui
komunikasi dalam bahasa. Selain itu menurut Griffith (2006:15) semantik adalah
“The study of word meaning and sentence meaning, abstracted away from
contexts of use, is a descriptive subject” ini menunjukkan bahwa semantik
merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna kata dan makna kalimat yang
dapat dilihat dari konteks penggunaannya.
Lebih lanjut Griffith (2006:1) menyatakan bahwa semantik adalah “The
study of “toolkit” for meaning : knowledge encoded in the vocabulary of the
language and its patterns for building more elaborate meaning, up to the level of
sentence meaning.” Griffith menyatakan bahwa semantik sebagai suatu “kotak
alat” ilmu untuk makna: penyandian pengetahuan pada kosakata dari suatu bahasa
dan bentuknya untuk mengembangkan makna yang lebih terperinci hingga tingkat
8
9
makna kalimat. Disisi lain O’grady, dkk (1996:268) menyatakan “Semantics is
the analysis of meaning”. Menurut O’grady, dkk definisi semantik adalah analisis
dari makna.
Berdasarkan definisi – definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan
bahwa semantik adalah cabang ilmu yang mempelajari baik makna kata maupun
makna kalimat yang dikomunikasikan melalui bahasa sekaligus berfungsi sebagai
wadah dari alat teori yang digunakan untuk menganalisis.
2.2 Konteks
Berkaitan dengan kajian semantik, pada dasarnya analisis semantik
sangat erat kaitannya dengan konteks yang berkaitan erat dengan situasi,
tempat, budaya, serta topik dari penutur dan mitra tutur. Hornby (1995:250)
mengemukakan bahwa” Context is word that come before and after a word,
phrase, statement, etc helping to show its meaning is.” Seperti pada contoh
berikut ini:
[1] “That girl is hot”
Contoh kalimat [1]
diterjemahkan
bersama
kata hot maknanya tidak masuk akal apabila
kalimatnya
tanpa
melihat
konteks,
untuk
memaknainya perlu diperhatikan konteks kalimat tersebut sehingga maknanya
yang sebenarnya adalah gadis itu terlihat menggoda atau cantik karena konsep
girl itu diantaranya adalah [young], [pretty], [female] sehingga dapat
disesuaikan konteksnya berdasarkan konsep dari kata girl.
Berkaitan dengan paparan mengenai konteks, maka dapat disimpulkan
bahwa konteks merupakan alat bantu pemahaman makna yang dikaitkan
dengan kata, frasa, kalimat, dan pernyataan.
10
2.3 Makna
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, semantik adalah salah satu
studi linguistik yang membahas tentang makna. Berikut penjelasan tentang apa
yang dimaksud dengan makna. Makna bisa dijabarkan sebagai pemahaman arti
yang muncul dari sebuah kata atau kalimat berdasarkan kata itu sendiri serta suatu
konsep yang muncul pertama kali didalam pikiran manusia terkait dengan
referent-nya. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut O’Grady (1996: 275)
“Meaning must be something that exist in the mind rather than the word and that
it must be more abstract than pictures and that there is more to it than just
features”. Menurut definisi tersebut makna adalah konsep yang muncul didalam
pikiran kita tanpa pengaruh apapun seperti pada contoh berikut ini:
[2] “My heart is crying”
Konsep yang pertama kali muncul dalam pikiran kita kata “heart” secara
harfiah adalah jantung manusia yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh begitu
pula dengan kata “crying” menurut kamus adalah [shed tears in distress, pain, or
sorrow] sehingga bila dimaknai secara harfiah makna yang muncul dari kata My
heart is crying terdengar tidak masuk akal, hal ini disebabkan konsep makna yang
terdapat pada kata heart adalah [the organ in your chest that pumps blood through
your veins and arteries] dan [the front part of your chest] dengan demikian secara
logis sangat mustahil heart bisa menangis terkecuali manusia sehingga kata heart
menggunakan konsep manusia yaitu [shed tears] dan [sad], konsep inilah yang
kemudian menyebabkan terjadinya perpindahan konsep pada kata heart sehingga
memunculkan makna yang lain yaitu suasana yang sangat sedih sehingga hati pun
menangis.
11
Pemahaman mengenai makna juga diperkuat oleh Richard, beliau
mendefinisikan makna bahwa “What a language expresses about the world we
live in or any possible or imaginary world”(1985:172). Makna adalah bahasa
mengungkapkan ekspresi tentang dunia tempat kita berada dan besar
kemungkinan hanya imajinasi kita seperti pada contoh sebagai berikut:
[3] Lifewas always back and forth(Mae,2003)
[4] My heart is bursting out of joy
Dari konsep yang muncul dari syair lagu pada contoh [3], “life was always
back and forth” jika dimaknai secara harfiah maka artinya adalah hidup itu
seolah – olah bergerak maju dan mundur sedangkan maksud dari kata tersebut
sebenarnya melambangkan bahwa hidup tidak akan selamanya bahagia yaitu ada
saatnya hidup senang maupun susah ataupun keduanya sehingga kata tersebut
menggambarkan suatu hal yang terjadi di dunia kita, sedangkan pada contoh [4]
my heart is bursting out of joy menggambarkan hal yang ada pada dunia imajinasi
kita karena tidak mungkin hati meledakkan rasa bahagia. Secara logika makna
yang muncul tidak masuk akal, karena kata tersebut hanya berupa sebuah ekspresi
dari pikiran kita imajinatif untuk menggambarkan sebuah perasaan yang sangat
membahagiakan.
Sejalan dengan pemahaman tersebut, Lyons (1995:136) menyatakan
bahwa “Meaning is ideas or concept, which can be transferred from the mind of
hearer by the embodying them, as it were, in the forms of one language or
another”. Menurut Lyons, makna merupakan ide atau konsep yang dapat
ditransfer dari pikiran penutur ke pikiran mitra tutur dan diwujudkan dalam
bentuk bahasa. Definisi makna yang lain dibuat oleh Hurtford dan
12
Heasley(1989:3) yaitu “what a sentence (or word) means, i.e. what it counts as
the equivalent of in the language concerned ". Makna adalah maksud yang
muncul dari sebuah kata atau kalimat dengan menggunakan bahasa yang sesuai.
Dari kedua definisi tersebut membuktikan bahwa sesungguhnya makna selalu
melekat pada bahasa seperti contoh syair lagu silence broken by your voice in the
dark yang ditulis oleh grup musik Mae dengan judul lagu The Ocean pada contoh
[5] adalah hasil pikiran atau ekspresi imajinasi dari penulis syair lagu tersebut
yang disampaikan dengan menggunakan bahasa, melalui bahasa tersebut konsep
yang ada di kepala penutur ditransfer ke mitra tutur. Apabila mitra tutur
memahami penggunaan bahasa Inggris maka mitra tutur akan memahami artinya.
Kata broken pada kalimat tersebut tidak akan dipahami oleh mitra tutur seperti
memahami kata broken pada kalimat “my glass is broken” Berikut contoh yang
telah disebutkan:
[5] Silence broken by your voice in the dark
Dari beberapa definisi mengenai makna yang telah disampaikan, penulis
menyimpulkan bahwa makna merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk
mengungkapkan
ekspresi
pikiran
penutur
kepada
mitra
tutur
dengan
menggunakan bahasa. Mitra tutur memaknainya berdasarkan referent yang ada
baik yang bersifat nyata maupun yang bersifat imajinatif.
2.3.1 Interpretasi Makna
Berdasarkan paparan mengenai makna yang telah dijelaskan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa kata memiliki makna yang dapat diinterpretasikan
berbeda oleh setiap orang bergantung kepada konsep dan komponen yang
13
membentuknya serta tingkat kemampuan dan motivasi dari mitra tutur untuk
memahami kata yang dimaksud.
Berkaitan dengan definisi tersebut, menurut O’Grady “The meaning of a
sentence is determined by the meaning of its components part and the manner in
which they are arranged in syntactic structure”(1996:284). Makna suatu kalimat
ditentukan oleh makna dari bagian unsur – unsur pembentuk kalimatnya maupun
berdasarkan struktur sintaksisnya seperti pada contoh berikut ini:
[6] The new capitalism system has riseamount of rebellion accross the globe.
[7] The rise of foreign currrency is significant
Pada contoh kalimat [6] dan [7] memiliki makna yang berbeda karena
menggunakan unsur pembentuk kalimat yang berbeda secara struktur. Kata rise
pada kalimat [6] memiliki konsep increase sebagai unsur pembentuk kalimatnya,
sedangkan contoh pada kalimat [7] memiliki konsep fight sebagai unsur
pembentuk kalimat sehingga makna yang muncul dari kalimat tersebut berbeda.
Kemudian secara sintaksis strukturnya berbeda, karena rise pada contoh kalimat
[6] berfungsi sebagai verb phrase sedangkan pada contoh kalimat [7] kata rise
berfungsi sebagai noun phrase.
Pernyataan O’grady didukung oleh Renkema yang berpendapat bahwa
“The level of elaboration is depend on the „ability‟ and „motivation‟ of the
receiver. If receivers do not understand the message or are not involved with the
topic, the chance of elaboration taking place is quite small.”(1993:130)
Pada contoh kalimat [7] kata rise memiliki konsep increase sebagai unsur
pembentuk kalimatnya lalu digunakan pada konteks ekonomi perbankan.Dari
pernyataan tersebut, dapat dipastikan bahwa kemampuan dan motivasi mitra tutur
14
mempengaruhi tingkat pemahaman makna terhadap sebuah kata atau kalimat
seperti pada contoh [7] jika mitra tutur tidak menguasai kosakata dalam bidang
ekonomi perbankan.
Menanggapi hal tersebut, jelas terlihat bahwa interpretasi makna
dipengaruhi oleh komponen unsur pembentukan makna dan struktur sintaksisnya
serta membutuhkan kemampuan dan motivasi mitra tutur memahami makna kata
atau kalimat dari penutur temukan.
2.3.2Jenis - jenis Makna
Berbagai jenis makna telah didefinisikan oleh para ahli bahasa diantaranya
makna leksikal, makna kontekstual, makna metaforik, dan jenis makna lainnya,
berikut adalah jenis – jenis makna yang berkaitan dengan topik penelitian yang
penulis pilih.
2.3.2.1 Makna Leksikal
Makna leksikal (lexical meaning) mempunyai istilah lain yakni makna
semantik (semantic meaning), yang dimaksud dengan makna leksikal adalah
makna yang muncul berdasarkan lambang dari kata itu sendiri seperti
dikatakan Butler “Lexical meaning is a matter of listing standard meaning
simple lexical meaning properties”(2005:245). Perhatikan contoh berikut:
[8] John is stand over the bridge
Kata “bridge” pada contoh [8] bila tidak berada pada kalimat John is
stand over the bridge memiliki makna something built of wood,
stone,concrete, or steel accross the river, railway etc, begitu juga sebaliknya
apabila kata bridge berada didalam kalimat tersebut maka makna yang muncul
15
tidak akan berubah apabila tidak ada kata lain yang akan mempengaruhi
maknanya.
Berkaitan dengan teori yang telah disampaikan, dapat disimpulkan makna
leksikal adalah makna kata yang dapat diinterpretasikan secara sederhana
tidak terpengaruh oleh konteks baik didalam kalimat ataupun tidak.
2.3.2.2 Makna Kontekstual
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa makna leksikal makna kata yang
dapat diinterpretasikan secara sederhana tidak terpengaruh oleh konteks,
sebaliknya makna kontekstual berbeda dengan makna leksikal. Hal tersebut
dapat diperhatikan dari definisi makna kontekstual, makna kontekstual adalah
makna yang muncul berdasarkan hubungan makna suatu kata dengan kata
yang lain didalam kalimat. Cruse (1995:16) mengemukakan bahwa contextual
meaning is the full set of normality relations which a lexical item contracts
with all conceivable contexts. Menurut Cruse makna kontekstual adalah
makna yang dihasilkan dari hubungan antara kata dengan konteksnya seperti
pada contoh sebagai berikut:
[9] I am onfire now
Didalam contoh [9] kata “ on fire” memiliki konsep makna yang berbeda
berdasarkan konteksnya jika diinterpretasikan sehingga tidak dapat dimaknai
secara leksikal. Apabila dimaknai secara leksikal meskipun pada dasarnya,
maka makna yang muncul menjadi tidak masuk akal ketika melekatkan
konsep kata fire pada kata I .Untuk itu diperlukan pemahaman konteks untuk
menginterpretasikan makna dari kalimat pada contoh [9] sehingga makna yang
muncul menjadi lebih masuk akal berdasarkan hubungan kata yang muncul
16
dari kata fire dan kata I. Berkaitan dengan contoh [9] maka makna yang
muncul setelah adanya pemahaman konteks adalah semangat seseorang yang
sedang menggebu – gebu.
Teori dari Cruse diperkuat oleh George Yule (2004:92) yang menyatakan
“To fully understand the meaning of a sentence, we must also understand the
context of which it was uttered”. George Yule menyatakan bahwa untuk
memahami makna sebuah kalimat, kita harus memahami terlebih dahulu
konteks yang telah diucapkan seperti pada contoh berikut ini:
[10]
It is really hot in here
Contoh [10] akan sulit dipahami maknanya apabila kita tidak mengetahui
dan memahami situasi yang muncul pada saat kalimat pada contoh [10]
diucapkan, makna yang dimaksud dipengaruhi oleh faktor situasi antara faktor
situasi cuaca dengan situasi pesta. Kata “hot” secara leksikal adalah having a
high degree of heat or a high temperature maka makna yang muncul apabila
dipengaruhi oleh situasi cuaca, namun apabila dipengaruhi oleh suasana maka
kata “hot” maknanya ramai.
Selain itu Catford mengungkapkan bahwa “The contextual meaning of an
item is the groupment of relevant situational features with which it is
related”(1965:36).
Maksud
dari
pengertian
tersebut
adalah
suatu
penggabungan dari ciri-ciri situasional yang relevan dan saling berkaitan.
Contoh:
[11]
You are buffalo! All you can do just sleeping and eating
Kata “buffalo” pada contoh [11] merujuk pada beberapa konsep
diantaranya adalah [animal] dan [lazy] yang dilekatkan pada kata you
17
sehingga contoh pada kalimat [11] tidak dapat dimaknai sebagai [animal],
oleh karena itu dibutuhkan konteks untuk memahami maknanya agar lebih
masuk akal dan dapat diterima, berdasarkan konteks yang muncul kata you
mempengaruhi kata buffalo sehingga makna yang muncul adalah malas. Hal
demikian terjadi karena kata you disini dikaitkan dengan manusia sehingga
muncul korelasi antara kebiasaan hidup ataupun budaya manusia dengan
kebiasaan hidup ataupun budaya yang ada pada kerbau, sehingga makna yang
muncul dapat dipahami.
Setelah membaca pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa
makna kontekstual makna yang dipengaruhi oleh konteks.
2.3.2.3 Makna Metaforik
Salah satu jenis makna yang dipaparkan adalah makna metaforik,
apabila makna kontekstual muncul dari makna leksikal maka makna tersebut
disebut oleh John Searle dengan makna metaforik. John Searle mengatakan
bahwa makna metaforik adalah “a result of an interaction between an
expression used metaphorically and other expression used literally”(1993:93)
jika didefinisikan makna metaforik merupakan makna yang muncul akibat
dari interaksi antara makna suatu ungkapan ekspresi yang digunakan secara
metaforis dengan makna ekspresi lain yang digunakan secara literal atau
harfiah. Dengan kata lain makna ini akan muncul ketika terjadi perbandingan
antara dua hal yang memiliki ciri – ciri makna yang sama seperti pada contoh
berikut:
[12]
Music is the voice of this dying soul
18
Dari contoh [12] terdapat unsur perbandingan antara voice dengan
music yang dalam hal ini memiliki konsep yang sama yaitu sound, sehingga
makna yang muncul dapat memiliki interpretasi yang berbeda secara
metaforis.
Dengan demikian, makna metaforik merupakan makna yang muncul
berdasarkan unsur perbandingan dari dua hal berdasarkan konsep.
2.4 Majas
Berdasarkan beberapa kajian teori yang sudah penulis paparkan,
penulis menemukan makna metaforik berkaitan erat dengan makna majas
khususnya majas metafora. Di dalam Bahasa Inggris majas disebut dengan
istilah Figures of speech atau lazim disebut dengan gaya bahasa. Gaya bahasa
merupakan salah satu cara menggunakan bahasa berbeda dengan cara yang
tidak biasa atau cara yang tidak lazim untuk menggambarkan maksud suatu
kalimat , seperti yang dikatakan oleh Perrine (1992:61) "Figure of speech may
be defined as any way of saying something other than the ordinary way".
Menurut Perrine, majas bisa didefinisikan sebagai cara untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa.
Untuk memahami definisi majas dari Perrine, berikut contoh
penggunaan majas yang ada pada syair lagu The morning of dengan judul
lagu “the time it takes to grow” dan “violins and trees”:
[13]
and the time it takes to grow
Contoh [13] menggambarkan waktu secara tidak lazim apabila
karena waktu tidak mungkin tumbuh seperti tanaman. Secara harfiah
waktu tidak seperti tanaman yang dapat tumbuh melainkan berlalu atau
19
berdetak seperti jam. Namun mitra tutur akan memahami bahwa penutur
menggunakan majas untuk mengekspresikan pikirannya. Apabila penutur
dan mitra tutur memiliki pengetahuan bahasa bahasa inggris yang sama,
maka penutur dan mitra tutur akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap contoh [13].
Berkaitan dengan definisi majas menurut Perrine, salah satu
pendapat dari ahli bahasa Grant and Bauer(2004:51) bahwa “
compositionally involving an which can be reinterpreted pragmatically to
understand the intended truth.” Menurut beliau majas itu melibatkan
sesuatu secara susunan yang bisa diartikan secara pragmatis untuk
memahami maksud yang sebenarnya, definisi menurut Grant and Bauer
mendukung teori dari perrine memiliki keterkaitan dari segi konteks yang
muncul dari contoh kalimat [13].
Berkaitan dengan konteks yang muncul dari teori yang dinyatakan
oleh
Perrine
serta
Grant
and
Bauer,
Griffith
(2006:81)
juga
mengemukakan “I define a figurative interpretation as an explicature that
involves treating one or more words as if they had meanings different from
their literal ones.” Bila diartikan secara singkat pemaknaan gaya bahasa
adalah suatu ujaran yang melibatkan satu kata atau lebih yang seolah –
olah memiliki makna yang berbeda dari makna yang sebenarnya.
Contoh penggunaan majas diantaranya terdapat juga dalam
ungkapan “Life is a rollercoaster”. Dari ungkapan tersebut secara leksikal
muncul konsep makna bahwa rollercoaster berjalan naik turun untuk
memberikan kesenangan di
taman hiburan sehingga apabila dikaitkan
20
dengan kehidupan secara kontekstual, sesuai konsep yang dimiliki
rollercoaster kehidupan digambarkan memiliki alur atau dinamika yang
serupa dengan rollercoaster seperti yang telah dipaparkan.
2.4.1 Ironi
Salah satu jenis majas yang tergolong dalam majas adalah ironi. Ironi
sering sekali digunakan sehari – hari terutama didalam percakapan, majas ini
sering
sekali
digunakan
untuk
mengungkapkan
sindirian
dengan
menggunakan bahasa yang halus. Hal tersebut dikarenakan ironi memiliki
menggunakan makna sebaliknya seperti pendapat ahli bahasa sebagai berikut.
Perkins (2001:142) menyatakan bahwa “The basic characteristic of irony is
saying the opposite of what is meant.” Menurutnya karakteristik dasar
dariironi itu adalah mengatakan sebaliknya dari apa yang dimaksud. Perkins
menambahkanjuga bahwa “defining irony as where the phenomenon is not
the essence but the opposite of the essence. In speech, the word is the
phenomenon, and its meaning the essence.”
Contoh pada situasi:
[14]
Thanks for being on time.
Contoh [14] diucapkan oleh seorang wanita dalam situasi wanita itu
mengharapkan kekasihnya untuk menjemputnya pada pukul 7 malam, tetapi
sampai pukul 8 malam kekasihnya tidak kunjung datang menjemputnya. Pada
saat wanita tersebut berkata “thanks for being on time”, kalimat
diatas
merupakan ironi karena perkataan yang diucapkan oleh wanita tersebut
sangat bertentangandengan fakta yang sebenarnya terjadi.
21
2.4.2 Hiperbola
Berbeda dengan ironi, hiperbola adalah majas yang justru menggunakan
kalimat yang berlebihan untuk menggambarkan suatu hal yang sifatnya berupa
penegasan untuk meyakinkan. Sesuai dengan definisi tersebut Colin Bulman
(2007:115) menyatakan “Hyperbole is a figure of speech which involved
exaggeration or over statement with the use of of extravagant language for
serious emphasis”. Menurut Colin, majas hiperbola adalah salah satu majas
yang melibatkan pernyataan yang berlebihan dengan penggunaan bahasa yang
yang berlebihan sebagai penekanan yang serius.
Contoh:
[15]
George, I think you are the most selfish human being on the
planet.
Kalimat pada contoh [15] disebut hiperbola karena dalam kalimat
tersebut terdapat sesuatu hal yang dilebih-lebihkan. The most selfish human
being
on the planet merupakan sesuatu yang sangat berlebihan, karena
pembicara mengatakan George adalah mahluk hidup yang sangat egois yang ada
di plabet ini. Dapat disimpulkan bahwa majas hiperbola merupakan majas yang
melebih-lebihkan suatu keadaan namun pernyataannya kurang masuk akal.
2.4.3 Metafora
Metafora berasal dari bahasa Yunani yaitu “Meta” dan “phere” yang
artinya adalah transfer, definisi dari metafora adalah pemindahan konsep makna
untuk memunculkan pemahaman yang harus dipahami konsepnya baik secara
harfiah maupun menurut konteks yang muncul dari makna kata itu sendiri.
Lakoff & Johnsen (2003:36) berpendapat bahwa”metaphor is a one thing in
22
terms of another, and its primary function is understanding”. Metafora adalah
suatu hal yang memiliki makna dari hal lain dan fungsi utamanya adalah
pemahaman.
Menurut Saeed (1997:302), “metaphor has traditionally been viewed as
the most important from of figurative language use, and is usually seen as
reaching its most sophisticated forms in literary or poetic language”. Menurut
beliau metafora digambarkan sebagai bagian yang paling penting dari penggunaan
gaya bahasa dan mencapai bentuk terbaik dalam tulisan atau bahasa sastra.
Menurut Stern (2000:177) “metaphors are not linguistic expressions but
cross domain mappings in the conceptual system”.
Menurutnya metafora
bukanlah ekspresi linguistik tetapi merupakan pemetaan silang dalam sistem
pemahaman konsep. Stern (2000:179) menjelaskan bahwa “metaphor are never
expression types per se but interpretations (or uses) of expression”. O’grady
berpendapat bahwa“Metaphor is the understanding of one concept in terms of
another”(1996:278). Menurut O’grady metafora merupakan pemahaman sebuah
konsep berdasarkan konsep lainnya. Hurford (2007:331) menjelaskan bahwa
“metaphors are conceptual (mental) operations reflected in human language that
enable speakers to structure and construe abstract areas of knowledge and
experience in more concrete experiential terms”. Menurut Hurford, metafora
merupakan suatu konsep kerja yang tergambar didalam bahasa manusia yang
dapat membuat pembicara menyusun dan menguraikan bagian abstrak dari ilmu
pengetahuan dan pengalaman ke dalam istilah-istilah kongkrit.
Murray Knowles (2006:3) “Metaphor is the use of language to refer to
something other than what it was originally applied to or what it „literally‟
23
means, in order to suggest some resemblance or make a connection between
the two things”. Menurutnya metafora adalah penggunaan bahasa untuk merujuk
pada sesuatu selain pada apa yang diterapkan pada awalnya atau secara arti
harfiahnya untuk menunjukan beberapa kemiripan atau hubungan antara dua hal.
Quinn (1991:65) “Metaphors are driven by culture; metaphor do not
structure understanding but are chosen to satisfy mapping onto already
exiting cultural understanding”. Menurut Quinn metafora didorong oleh budaya;
metafora bukanlah pemahaman tentang struktur tetapi metafora dipilih untuk
memetakan suatu hal yang sudah diluar pemahaman budaya. Selain itu Andras
Kertezs (2004:49) menyatakan bahwa “Metaphors connect two conceptual
domains: The target domains and source domain”. Metafora terhubung atas
dua konsep domain yaitu ranah target dan ranah sumber.
Untuk memperjelas pernyataan dari para ahli, definisi dari majas metafora
dapat dilihat dari contoh sebagai berikut:
[16] he drowned in a sea of grief
[17] she is fishing in troubled waters
[18] I am feeling blue right now
[19] Samantha is the light of my life
Dari contoh [16] dapat dianalisa konsep yang muncul dari “sea” secara
harfiah adalah the expanse of salt water that covers most of the earth's surface
and surrounds its landmasses, namun dengan muncul kata “grief” maka konsep
yang muncul bergeser secara kontekstual maknanya menjadi situasi saat
kesedihan akan kehilangan seseorang yang sangat mendalam bukan lautan yang
penuh duka. Lalu pada contoh [17] kata “fishing” secara harfiah memiliki makna
24
the activity of catching fish, either for food or as a sport yang artinya kegiatan
menangkap ikan baik untuk dimakan maupun hanya sebagai olah raga, namun
dengan muncul kata “troubled waters” yang artinya air yang tidak jernih maka
konsep makna yang terbentuk secara kontekstual berubah menjadi mencari suatu
hal yang sulit untuk ditemukan . Demikian juga dengan maksud dari contoh [18],
kata “feeling blue” secara harfiah maknanya adalah merasakan warna biru yang
mustahil untuk dimengerti. Namun apabila diperhatikan secara konteks, warna
biru memiliki konsep warna yang sering dikaitkan dengan ekspresi perasaan sedih
sehingga makna yang muncul berubah menjadi bahasa metafora. Begitu pula
dengan contoh [19] kata “light” secara harfiah memiliki konsep makna the
natural agent that stimulates sight and makes things visible yang artinya cahaya
adalah perangkat alam untuk memperjelas pandangan dan membuat semua benda
terlihat, namun dengan muncul kata “life” dilengkapi dengan subjek berupa
manusia maka terjadi pergeseran konsep makna secara kontekstual karena pada
contoh [19] manusia sebagai subjek bukan memberikan cahaya secara fisik
melainkan secara batin.
Menurut teori-teori yang dipaparkan tersebut, penulis menarik kesimpulan
bahwa metafora adalah penggunaan gaya bahasa yang membutuhkan interpretasi
secara harfiah maupun konteks yang muncul melalui pemindahan konsep makna
dari source domain ke target domain serta konsep yang muncul dari pemikiran
manusia dengan mengkaitan 2 hal menjadi sebuah makna tertentu.
25
2.4.3.1
Jenis – jenis Majas Metafora
Menurut buku yang ditulis oleh Lakoff and Johnsen (2003) yang berjudul
“Metaphors we live by”, kedua ahli bahasa tersebut secara teoritis membagi
majas metafora menjadi 2 jenis sebagai berikut:
A. Metafora Orientasional
Lakoff and Johnsen (2003:15) “organized a whole system of concepts
with respect with to one another”. Menurut Lakoff metafora orientasional
yaitu metafora yang mengorganisasi seluruh sistem konsep yang
berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Teori dari Lakoff didukung
oleh Kyong Liong Kim (1996:40) yang berpendapat bahwa “orientational
metaphors have to do with spatial orientations that are derived from our
physical or cultural experiences involving up and down, in and out, front
and back, high and low and so on”. Menurut beliau metafora orientasional
berkaitan dengan orientasi ruang namun memiliki dasar fisik yang
melibatkan kata seperti up dan down, in dan out, front dan back, atau
bahkan high dan low.
Contoh:
[20]
I’m feeling up
[21]
I’m feeling down.
Kata yang digaris bawahi mempunyai makna metafora. Pada contoh di
atas pada dasar fisik bahwa seseorang merasakan bahagia seperti
merasakan naik atau melayang (up) dan ketika sedih akan merasakan
sesuatu yang tidak bersemangat, lesu dan tidak bergairah oleh karena
itu digunakan istilah (down). Kedua metafora yang sudah dipaparkan oleh
26
penulis tidak dibahas lebih dalam, karena penulis hanya terfokus pada
metafora ontologi.
B. Metafora Ontologi
Metafora ontologi adalah cara memahami bahasa yang muncul untuk
melihat kejadian, aktifitas, perasaan, ide menjadi sebuah bentuk benda
(entitas) melalui pemindahan konsep makna.
Lakoff and Johnsen (2003:25), menyatakan bahwa “our experiences
with physical objects (especially our own bodies) provide the basis for an
extraordinarily wide variety of ontological metaphors, that is, ways of
viewing events, activities, emotions, ideas, etc., as entities and substances”.
Menurutnya metafora ontologi memungkinkan kita untuk mengkonsep dan
membicarakan hal-hal, pengalaman, proses, namun tidak jelas atau abstrak
seolah-olah memilikisifat fisik tersebut. Lakoff membagi majas metafora
ontologi menjadi 2 jenis yaitu Entities dan Container.
Metafora ontologi adalah metafora yang mengkonsepmatisasikan
pikiran, pengalaman, dam proses dari hal – hal yang bersifat abstrak lainnya
ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain sesuatu yang abstrak
dianggap sebagai sesuatu yang konkrit seperti pada contoh berikut:
[22]
These passion was thrown away somewhere
Kata passion pada contoh [22] adalah nomina abstrak yang dianggap
sebagai nomina konkrit. Selanjutnya pembahasan mengenai metafora
ontologi akan dibahas secara khusus.
27
2.4.3.2
Struktur Metafora
Majas metafora pada dasarnya terdiri atas dua ranah yang lebih
dikenal dengan istilah target domain dan source domain sebagai alat
pembentuk makna majas tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pendapat
Andraz Kertezs (2004:49) yang menyatakan bahwa “Metaphors connect
two conceptual domains: the target domain and the source domain”.
Menurutnya metafora terhubung dalam 2 jenis ranah konsep yaitu ranah
target dan ranah sumber, untuk lebih memahami paparan mengenai
struktur metafora.
Berikut bagan pemetaan dari struktur metafora untuk menjelaskan
secara singkat beserta contoh:
BAGAN PEMETAAN STRUKTUR METAFORA
Life is a rollercoaster
Life
(Target domain)
[23]
rollercoaster
(source domain)
Life is a rollercoaster
Pada contoh [23] life dan rollercoaster adalah dua objek yang
berbeda. Maka terjadi perpindahan konsep, life sebagai konsep abstrak dan
rollercoaster sebagai konsep konkrit yang dengan jelas dapat dilihat
bentuknya. Rollercoaster dapat bergerak dengan cepat, naik dan turun,
28
sangat dinamis, sehingga konsep rollercoaster dapat dipindahkan ke
konsep kata life untuk membentuk makna tertentu. Life adalah arah tujuan
sebagai subjek metafora sedangkan rollercoaster adalah sumber yang
digunakan untuk menerangkan subjek. Subjek tersebut dinamakan ranah
target (target domain) dan kata rollercoaster disebut dengan ranah sumber
(source domain) oleh Lakoff & Johnsen, namun perlu diketahui bahwa
terkadang source domain memiliki asosiasi dengan benda lain atau bisa
dikatakan bahwa source domain – nya tidak berada didalam kalimat.
2.4.4
Metafora Ontologi
Sesuai dengan paparan mengenai majas metafora ontologi yang telah
dipaparkan sebelumnya, Lakoff and Johnsen (2003:25) menyatakan bahwa
“Ontological metaphor arises when we view events, activities, emotions, ideas,
and soon as entities and substance”. Metafora ontologi muncul ketika kita
melihat peristiwa, kegiatan, emosi, ide-ide dan sebagiannya sebagai entitas dan
.Kemudian Lakoff & Johnsen (2003:14) menambahkan bahwa “Ontological
metaphor allows us to conceptualize and talk about things, experiences, process,
however vague or abstract they are as if they have definite physical properties”.
Beliau membagi metafora ontologi menjadi 2 jenis yakni Entitie dan Containers
dengan penjelasan sebagai berikut:
A. Entities
Entitas merupakan pembentukkan makna secara konseptual dilihat dari
segi konteksnya berdasarkan pengalaman mengenai benda fisik yang pernah
ditemui untuk memindahkan konsep makna yang sifatnya abstrak berubah
menjadi sebuah entitas nyata agar lebih mudah untuk dipahami makna yang
29
dimaksud, Lakoff & Johnsen memiliki pendapat mengenai entities sebagai
berikut:
“Our experience of physical objects and substances provides a further
basis for understanding—one that goes beyond mere orientation.
Understanding ourexperiences in terms of objects and substances allows us to
pick out parts ofour experience and treat them as discrete entities or
substances of a uniformkind. Once we can identify our experiences as entities
or substances, we canrefer to them, categorize them, group them, and quantify
them—and, by thismeans, reason about them”.(2003:26)
Dari pendapat tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa pengalaman
kita mengenai benda atau objek fisik akan membantu pemahaman lebih lanjut
untuk mengidentifikasi benda sehingga mampu untuk memahami konsep serta
pemindahan konsep untuk memahami makna dari perbandingan benda abstrak
ke benda konkret.
Contoh:
[24]
I‟m changing my way of life so that I can find a true happiness.
(Motivating actions)
Pada contoh [24] kata happiness “kebahagiaan” merupakan kata abstrak
namun dianggap sebagai entitas, karena dengan munculnya konsep happiness
sebagai entitas maka makna yang teridentifikasi akan lebih mudah dipahami
secara kontekstual maupun konseptual.
B. Container
Manusia sebagai mahluk hidup memiliki pengetahuan mengenai segala hal
yang ada di dunia ini, oleh karena itu pengalaman manusia merupakan sebuah
wadah untuk mengetahui konsep dalam memahami makna karena manusia
sendiri merupakan wadah atau container untuk menggambarkan suatu makna.
30
Definisi mengenai Container tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan
oleh Lakoff & Johnsen “We are physical beings, bounded and set off from the
rest of the world by the surface of our skins, and we experience the rest of the
world as outside us. Each of us is a container, with a bounding surface and an
in-out orientation.”Lakoff & Johnsen(2003:30).
Lakoff & Johnsen membagi Container metaphor menjadi 3 bagian yaitu:
a. Land areas
Seperti
dipaparkan
sebelumnya
bahwa
pengalaman
manusia merupakan sebuah wadah untuk mengetahui konsep
dalam memahami makna berdasarkan aktifitas, emosi, dan keadaan
manusia itu sendiri, demikian pula entitas maupun tempat yang ada
disekitar
manusia
dapat
digunakan
sebagai
wadah
untuk
menggambarkan sebuah makna baik frasa maupun kalimat.
Penjelasan tersebut sesuai dengan teori dari Lakoff &
Johnsen yaitu “We project our own in-out orientation onto other
physical objects that are bounded by surfaces. Thus we also view
them as containers with an inside and an outside. Rooms and
houses are obvious containers.”Lakoff
& Johnsen (2003:30).
Dengan demikian teori tersebut dapat diterapkan seperti pada
contoh berikut:
[25]
Take a tub of water
Pada contoh [25] makna yang muncul tidak akan mudah
untuk dipahami secara leksikal karena kata tub maupun water
merupakan container metaphor namun memiliki penjelasan yang
31
berbeda, dalam contoh ini kata tub merupakan container object
sedangkan water merupakan container substance. Kata water
sebagai container substance berfungsi untuk memperjelas makna
yang lebih masuk akal secara kontekstual.
b. Visual Field
Visual Field merupakan metafora ontologi yang berkaitan
dengan pandangan visual yang kita miliki. Visual fields adalah
containermetaphor yang dikembangkan berdasarkan hal yang telah
dilihat sehinggamemberikan makna baru kepada suatu bentuk
kalimat, demikian diperkuat oleh Lakoff yang menyatakan:
“We conceptualize our visual field as a container and
conceptualize what we see as being inside it. Even the term "visual
field" suggests this. The metaphor is a natural one that emerges
from the fact that, when you look at some territory (land, floor
space, etc.), your field of vision defines a boundary of the territory,
namely, the part that you can see.”Lakoff & Johnsen (2003:31).
Dari definisi yang telah dipaparkan, visual fields adalah
pengembangan makna berdasarkan kemampuan visual manusia
yang
mengalami perpindahan konsep secara makna setelah
muncul konsep containers dalam kalimat tertentu seperti pada
contoh berikut:
[26]
I can see the joy in your heart.
32
Pada contoh [26] kata heart merupakan container dari kata joy.
Kalimat ini merupakan visual field karena munculnya kata heart
pada kalimat tersebut, sehingga kata heart menyebabkan seolah –
olah mitra tutur tidak hanya melihat tapi sekaligus berada
didalamnya dan melihat langsung. Karena pada dasarnya Visual
field merupakan container metaphor dengan bantuan pandangan
visual, dengan kata lain penjelasan contoh tersebut sesuai dengan
definisi visual field oleh Lakoff & Johnsen.
c. Events, action, activities, and states
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai
container metaphor, lakoff & Johnsen menyatakan
“We use ontological metaphors to comprehend events, actions,
activities, and states. Events and actions are conceptualized
metaphorically as objects, activities as sub-stances, states as
containers.” Lakoff & Johnsen (2003:31).
Dari definisi tersebut maka container metaphor dapat
digunakan untuk memahami kejadian aktivitas, emosi dan keadaan
manusia sebagai suatu wadah.
Contoh:
[27]
He is in love.
Pada contoh [27] secara harfiah love merupakan salah satu
ungkapan perasaan yang dimiliki manusia terhadap lawan jenis
karena memiliki faktor emosi tertentu yang membentuk perasaan
tersebut. Secara konsep manusia,kejadian, aktivitas, emosi dan
33
keadaan manusia tergambar sebagai suatu wadah seperti dalam
contoh [27] dalam kata love sehingga pemahaman konsep yang
muncul dari makna kalimat tersebut lebih mudah dipahami.
Download