BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Semantik Semantik berasal dari bahasa Yunani yakni Sema (nomina) yang berarti tanda atau lambang dan Samaino (verba) disebut sebagai menandai atau melambangkan. Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna yang terkandung dalam bahasa sebagai berikut. Penulis mengutip beberapa pendapat dari para ahli bahasa tentang definisi semantik. Saeed berpendapat bahwa “Semantic is the study of the meaning of words and sentences or semantic is the study of meaning communicated through language”(1997:3), menurut Saeed semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dari kata dan kalimat semantik merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang makna melalui komunikasi dalam bahasa. Selain itu menurut Griffith (2006:15) semantik adalah “The study of word meaning and sentence meaning, abstracted away from contexts of use, is a descriptive subject” ini menunjukkan bahwa semantik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna kata dan makna kalimat yang dapat dilihat dari konteks penggunaannya. Lebih lanjut Griffith (2006:1) menyatakan bahwa semantik adalah “The study of “toolkit” for meaning : knowledge encoded in the vocabulary of the language and its patterns for building more elaborate meaning, up to the level of sentence meaning.” Griffith menyatakan bahwa semantik sebagai suatu “kotak alat” ilmu untuk makna: penyandian pengetahuan pada kosakata dari suatu bahasa dan bentuknya untuk mengembangkan makna yang lebih terperinci hingga tingkat 8 9 makna kalimat. Disisi lain O’grady, dkk (1996:268) menyatakan “Semantics is the analysis of meaning”. Menurut O’grady, dkk definisi semantik adalah analisis dari makna. Berdasarkan definisi – definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang ilmu yang mempelajari baik makna kata maupun makna kalimat yang dikomunikasikan melalui bahasa sekaligus berfungsi sebagai wadah dari alat teori yang digunakan untuk menganalisis. 2.2 Konteks Berkaitan dengan kajian semantik, pada dasarnya analisis semantik sangat erat kaitannya dengan konteks yang berkaitan erat dengan situasi, tempat, budaya, serta topik dari penutur dan mitra tutur. Hornby (1995:250) mengemukakan bahwa” Context is word that come before and after a word, phrase, statement, etc helping to show its meaning is.” Seperti pada contoh berikut ini: [1] “That girl is hot” Contoh kalimat [1] diterjemahkan bersama kata hot maknanya tidak masuk akal apabila kalimatnya tanpa melihat konteks, untuk memaknainya perlu diperhatikan konteks kalimat tersebut sehingga maknanya yang sebenarnya adalah gadis itu terlihat menggoda atau cantik karena konsep girl itu diantaranya adalah [young], [pretty], [female] sehingga dapat disesuaikan konteksnya berdasarkan konsep dari kata girl. Berkaitan dengan paparan mengenai konteks, maka dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan alat bantu pemahaman makna yang dikaitkan dengan kata, frasa, kalimat, dan pernyataan. 10 2.3 Makna Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, semantik adalah salah satu studi linguistik yang membahas tentang makna. Berikut penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan makna. Makna bisa dijabarkan sebagai pemahaman arti yang muncul dari sebuah kata atau kalimat berdasarkan kata itu sendiri serta suatu konsep yang muncul pertama kali didalam pikiran manusia terkait dengan referent-nya. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut O’Grady (1996: 275) “Meaning must be something that exist in the mind rather than the word and that it must be more abstract than pictures and that there is more to it than just features”. Menurut definisi tersebut makna adalah konsep yang muncul didalam pikiran kita tanpa pengaruh apapun seperti pada contoh berikut ini: [2] “My heart is crying” Konsep yang pertama kali muncul dalam pikiran kita kata “heart” secara harfiah adalah jantung manusia yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh begitu pula dengan kata “crying” menurut kamus adalah [shed tears in distress, pain, or sorrow] sehingga bila dimaknai secara harfiah makna yang muncul dari kata My heart is crying terdengar tidak masuk akal, hal ini disebabkan konsep makna yang terdapat pada kata heart adalah [the organ in your chest that pumps blood through your veins and arteries] dan [the front part of your chest] dengan demikian secara logis sangat mustahil heart bisa menangis terkecuali manusia sehingga kata heart menggunakan konsep manusia yaitu [shed tears] dan [sad], konsep inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya perpindahan konsep pada kata heart sehingga memunculkan makna yang lain yaitu suasana yang sangat sedih sehingga hati pun menangis. 11 Pemahaman mengenai makna juga diperkuat oleh Richard, beliau mendefinisikan makna bahwa “What a language expresses about the world we live in or any possible or imaginary world”(1985:172). Makna adalah bahasa mengungkapkan ekspresi tentang dunia tempat kita berada dan besar kemungkinan hanya imajinasi kita seperti pada contoh sebagai berikut: [3] Lifewas always back and forth(Mae,2003) [4] My heart is bursting out of joy Dari konsep yang muncul dari syair lagu pada contoh [3], “life was always back and forth” jika dimaknai secara harfiah maka artinya adalah hidup itu seolah – olah bergerak maju dan mundur sedangkan maksud dari kata tersebut sebenarnya melambangkan bahwa hidup tidak akan selamanya bahagia yaitu ada saatnya hidup senang maupun susah ataupun keduanya sehingga kata tersebut menggambarkan suatu hal yang terjadi di dunia kita, sedangkan pada contoh [4] my heart is bursting out of joy menggambarkan hal yang ada pada dunia imajinasi kita karena tidak mungkin hati meledakkan rasa bahagia. Secara logika makna yang muncul tidak masuk akal, karena kata tersebut hanya berupa sebuah ekspresi dari pikiran kita imajinatif untuk menggambarkan sebuah perasaan yang sangat membahagiakan. Sejalan dengan pemahaman tersebut, Lyons (1995:136) menyatakan bahwa “Meaning is ideas or concept, which can be transferred from the mind of hearer by the embodying them, as it were, in the forms of one language or another”. Menurut Lyons, makna merupakan ide atau konsep yang dapat ditransfer dari pikiran penutur ke pikiran mitra tutur dan diwujudkan dalam bentuk bahasa. Definisi makna yang lain dibuat oleh Hurtford dan 12 Heasley(1989:3) yaitu “what a sentence (or word) means, i.e. what it counts as the equivalent of in the language concerned ". Makna adalah maksud yang muncul dari sebuah kata atau kalimat dengan menggunakan bahasa yang sesuai. Dari kedua definisi tersebut membuktikan bahwa sesungguhnya makna selalu melekat pada bahasa seperti contoh syair lagu silence broken by your voice in the dark yang ditulis oleh grup musik Mae dengan judul lagu The Ocean pada contoh [5] adalah hasil pikiran atau ekspresi imajinasi dari penulis syair lagu tersebut yang disampaikan dengan menggunakan bahasa, melalui bahasa tersebut konsep yang ada di kepala penutur ditransfer ke mitra tutur. Apabila mitra tutur memahami penggunaan bahasa Inggris maka mitra tutur akan memahami artinya. Kata broken pada kalimat tersebut tidak akan dipahami oleh mitra tutur seperti memahami kata broken pada kalimat “my glass is broken” Berikut contoh yang telah disebutkan: [5] Silence broken by your voice in the dark Dari beberapa definisi mengenai makna yang telah disampaikan, penulis menyimpulkan bahwa makna merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk mengungkapkan ekspresi pikiran penutur kepada mitra tutur dengan menggunakan bahasa. Mitra tutur memaknainya berdasarkan referent yang ada baik yang bersifat nyata maupun yang bersifat imajinatif. 2.3.1 Interpretasi Makna Berdasarkan paparan mengenai makna yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kata memiliki makna yang dapat diinterpretasikan berbeda oleh setiap orang bergantung kepada konsep dan komponen yang 13 membentuknya serta tingkat kemampuan dan motivasi dari mitra tutur untuk memahami kata yang dimaksud. Berkaitan dengan definisi tersebut, menurut O’Grady “The meaning of a sentence is determined by the meaning of its components part and the manner in which they are arranged in syntactic structure”(1996:284). Makna suatu kalimat ditentukan oleh makna dari bagian unsur – unsur pembentuk kalimatnya maupun berdasarkan struktur sintaksisnya seperti pada contoh berikut ini: [6] The new capitalism system has riseamount of rebellion accross the globe. [7] The rise of foreign currrency is significant Pada contoh kalimat [6] dan [7] memiliki makna yang berbeda karena menggunakan unsur pembentuk kalimat yang berbeda secara struktur. Kata rise pada kalimat [6] memiliki konsep increase sebagai unsur pembentuk kalimatnya, sedangkan contoh pada kalimat [7] memiliki konsep fight sebagai unsur pembentuk kalimat sehingga makna yang muncul dari kalimat tersebut berbeda. Kemudian secara sintaksis strukturnya berbeda, karena rise pada contoh kalimat [6] berfungsi sebagai verb phrase sedangkan pada contoh kalimat [7] kata rise berfungsi sebagai noun phrase. Pernyataan O’grady didukung oleh Renkema yang berpendapat bahwa “The level of elaboration is depend on the „ability‟ and „motivation‟ of the receiver. If receivers do not understand the message or are not involved with the topic, the chance of elaboration taking place is quite small.”(1993:130) Pada contoh kalimat [7] kata rise memiliki konsep increase sebagai unsur pembentuk kalimatnya lalu digunakan pada konteks ekonomi perbankan.Dari pernyataan tersebut, dapat dipastikan bahwa kemampuan dan motivasi mitra tutur 14 mempengaruhi tingkat pemahaman makna terhadap sebuah kata atau kalimat seperti pada contoh [7] jika mitra tutur tidak menguasai kosakata dalam bidang ekonomi perbankan. Menanggapi hal tersebut, jelas terlihat bahwa interpretasi makna dipengaruhi oleh komponen unsur pembentukan makna dan struktur sintaksisnya serta membutuhkan kemampuan dan motivasi mitra tutur memahami makna kata atau kalimat dari penutur temukan. 2.3.2Jenis - jenis Makna Berbagai jenis makna telah didefinisikan oleh para ahli bahasa diantaranya makna leksikal, makna kontekstual, makna metaforik, dan jenis makna lainnya, berikut adalah jenis – jenis makna yang berkaitan dengan topik penelitian yang penulis pilih. 2.3.2.1 Makna Leksikal Makna leksikal (lexical meaning) mempunyai istilah lain yakni makna semantik (semantic meaning), yang dimaksud dengan makna leksikal adalah makna yang muncul berdasarkan lambang dari kata itu sendiri seperti dikatakan Butler “Lexical meaning is a matter of listing standard meaning simple lexical meaning properties”(2005:245). Perhatikan contoh berikut: [8] John is stand over the bridge Kata “bridge” pada contoh [8] bila tidak berada pada kalimat John is stand over the bridge memiliki makna something built of wood, stone,concrete, or steel accross the river, railway etc, begitu juga sebaliknya apabila kata bridge berada didalam kalimat tersebut maka makna yang muncul 15 tidak akan berubah apabila tidak ada kata lain yang akan mempengaruhi maknanya. Berkaitan dengan teori yang telah disampaikan, dapat disimpulkan makna leksikal adalah makna kata yang dapat diinterpretasikan secara sederhana tidak terpengaruh oleh konteks baik didalam kalimat ataupun tidak. 2.3.2.2 Makna Kontekstual Telah dipaparkan sebelumnya bahwa makna leksikal makna kata yang dapat diinterpretasikan secara sederhana tidak terpengaruh oleh konteks, sebaliknya makna kontekstual berbeda dengan makna leksikal. Hal tersebut dapat diperhatikan dari definisi makna kontekstual, makna kontekstual adalah makna yang muncul berdasarkan hubungan makna suatu kata dengan kata yang lain didalam kalimat. Cruse (1995:16) mengemukakan bahwa contextual meaning is the full set of normality relations which a lexical item contracts with all conceivable contexts. Menurut Cruse makna kontekstual adalah makna yang dihasilkan dari hubungan antara kata dengan konteksnya seperti pada contoh sebagai berikut: [9] I am onfire now Didalam contoh [9] kata “ on fire” memiliki konsep makna yang berbeda berdasarkan konteksnya jika diinterpretasikan sehingga tidak dapat dimaknai secara leksikal. Apabila dimaknai secara leksikal meskipun pada dasarnya, maka makna yang muncul menjadi tidak masuk akal ketika melekatkan konsep kata fire pada kata I .Untuk itu diperlukan pemahaman konteks untuk menginterpretasikan makna dari kalimat pada contoh [9] sehingga makna yang muncul menjadi lebih masuk akal berdasarkan hubungan kata yang muncul 16 dari kata fire dan kata I. Berkaitan dengan contoh [9] maka makna yang muncul setelah adanya pemahaman konteks adalah semangat seseorang yang sedang menggebu – gebu. Teori dari Cruse diperkuat oleh George Yule (2004:92) yang menyatakan “To fully understand the meaning of a sentence, we must also understand the context of which it was uttered”. George Yule menyatakan bahwa untuk memahami makna sebuah kalimat, kita harus memahami terlebih dahulu konteks yang telah diucapkan seperti pada contoh berikut ini: [10] It is really hot in here Contoh [10] akan sulit dipahami maknanya apabila kita tidak mengetahui dan memahami situasi yang muncul pada saat kalimat pada contoh [10] diucapkan, makna yang dimaksud dipengaruhi oleh faktor situasi antara faktor situasi cuaca dengan situasi pesta. Kata “hot” secara leksikal adalah having a high degree of heat or a high temperature maka makna yang muncul apabila dipengaruhi oleh situasi cuaca, namun apabila dipengaruhi oleh suasana maka kata “hot” maknanya ramai. Selain itu Catford mengungkapkan bahwa “The contextual meaning of an item is the groupment of relevant situational features with which it is related”(1965:36). Maksud dari pengertian tersebut adalah suatu penggabungan dari ciri-ciri situasional yang relevan dan saling berkaitan. Contoh: [11] You are buffalo! All you can do just sleeping and eating Kata “buffalo” pada contoh [11] merujuk pada beberapa konsep diantaranya adalah [animal] dan [lazy] yang dilekatkan pada kata you 17 sehingga contoh pada kalimat [11] tidak dapat dimaknai sebagai [animal], oleh karena itu dibutuhkan konteks untuk memahami maknanya agar lebih masuk akal dan dapat diterima, berdasarkan konteks yang muncul kata you mempengaruhi kata buffalo sehingga makna yang muncul adalah malas. Hal demikian terjadi karena kata you disini dikaitkan dengan manusia sehingga muncul korelasi antara kebiasaan hidup ataupun budaya manusia dengan kebiasaan hidup ataupun budaya yang ada pada kerbau, sehingga makna yang muncul dapat dipahami. Setelah membaca pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa makna kontekstual makna yang dipengaruhi oleh konteks. 2.3.2.3 Makna Metaforik Salah satu jenis makna yang dipaparkan adalah makna metaforik, apabila makna kontekstual muncul dari makna leksikal maka makna tersebut disebut oleh John Searle dengan makna metaforik. John Searle mengatakan bahwa makna metaforik adalah “a result of an interaction between an expression used metaphorically and other expression used literally”(1993:93) jika didefinisikan makna metaforik merupakan makna yang muncul akibat dari interaksi antara makna suatu ungkapan ekspresi yang digunakan secara metaforis dengan makna ekspresi lain yang digunakan secara literal atau harfiah. Dengan kata lain makna ini akan muncul ketika terjadi perbandingan antara dua hal yang memiliki ciri – ciri makna yang sama seperti pada contoh berikut: [12] Music is the voice of this dying soul 18 Dari contoh [12] terdapat unsur perbandingan antara voice dengan music yang dalam hal ini memiliki konsep yang sama yaitu sound, sehingga makna yang muncul dapat memiliki interpretasi yang berbeda secara metaforis. Dengan demikian, makna metaforik merupakan makna yang muncul berdasarkan unsur perbandingan dari dua hal berdasarkan konsep. 2.4 Majas Berdasarkan beberapa kajian teori yang sudah penulis paparkan, penulis menemukan makna metaforik berkaitan erat dengan makna majas khususnya majas metafora. Di dalam Bahasa Inggris majas disebut dengan istilah Figures of speech atau lazim disebut dengan gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan salah satu cara menggunakan bahasa berbeda dengan cara yang tidak biasa atau cara yang tidak lazim untuk menggambarkan maksud suatu kalimat , seperti yang dikatakan oleh Perrine (1992:61) "Figure of speech may be defined as any way of saying something other than the ordinary way". Menurut Perrine, majas bisa didefinisikan sebagai cara untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa. Untuk memahami definisi majas dari Perrine, berikut contoh penggunaan majas yang ada pada syair lagu The morning of dengan judul lagu “the time it takes to grow” dan “violins and trees”: [13] and the time it takes to grow Contoh [13] menggambarkan waktu secara tidak lazim apabila karena waktu tidak mungkin tumbuh seperti tanaman. Secara harfiah waktu tidak seperti tanaman yang dapat tumbuh melainkan berlalu atau 19 berdetak seperti jam. Namun mitra tutur akan memahami bahwa penutur menggunakan majas untuk mengekspresikan pikirannya. Apabila penutur dan mitra tutur memiliki pengetahuan bahasa bahasa inggris yang sama, maka penutur dan mitra tutur akan memiliki pemahaman yang sama terhadap contoh [13]. Berkaitan dengan definisi majas menurut Perrine, salah satu pendapat dari ahli bahasa Grant and Bauer(2004:51) bahwa “ compositionally involving an which can be reinterpreted pragmatically to understand the intended truth.” Menurut beliau majas itu melibatkan sesuatu secara susunan yang bisa diartikan secara pragmatis untuk memahami maksud yang sebenarnya, definisi menurut Grant and Bauer mendukung teori dari perrine memiliki keterkaitan dari segi konteks yang muncul dari contoh kalimat [13]. Berkaitan dengan konteks yang muncul dari teori yang dinyatakan oleh Perrine serta Grant and Bauer, Griffith (2006:81) juga mengemukakan “I define a figurative interpretation as an explicature that involves treating one or more words as if they had meanings different from their literal ones.” Bila diartikan secara singkat pemaknaan gaya bahasa adalah suatu ujaran yang melibatkan satu kata atau lebih yang seolah – olah memiliki makna yang berbeda dari makna yang sebenarnya. Contoh penggunaan majas diantaranya terdapat juga dalam ungkapan “Life is a rollercoaster”. Dari ungkapan tersebut secara leksikal muncul konsep makna bahwa rollercoaster berjalan naik turun untuk memberikan kesenangan di taman hiburan sehingga apabila dikaitkan 20 dengan kehidupan secara kontekstual, sesuai konsep yang dimiliki rollercoaster kehidupan digambarkan memiliki alur atau dinamika yang serupa dengan rollercoaster seperti yang telah dipaparkan. 2.4.1 Ironi Salah satu jenis majas yang tergolong dalam majas adalah ironi. Ironi sering sekali digunakan sehari – hari terutama didalam percakapan, majas ini sering sekali digunakan untuk mengungkapkan sindirian dengan menggunakan bahasa yang halus. Hal tersebut dikarenakan ironi memiliki menggunakan makna sebaliknya seperti pendapat ahli bahasa sebagai berikut. Perkins (2001:142) menyatakan bahwa “The basic characteristic of irony is saying the opposite of what is meant.” Menurutnya karakteristik dasar dariironi itu adalah mengatakan sebaliknya dari apa yang dimaksud. Perkins menambahkanjuga bahwa “defining irony as where the phenomenon is not the essence but the opposite of the essence. In speech, the word is the phenomenon, and its meaning the essence.” Contoh pada situasi: [14] Thanks for being on time. Contoh [14] diucapkan oleh seorang wanita dalam situasi wanita itu mengharapkan kekasihnya untuk menjemputnya pada pukul 7 malam, tetapi sampai pukul 8 malam kekasihnya tidak kunjung datang menjemputnya. Pada saat wanita tersebut berkata “thanks for being on time”, kalimat diatas merupakan ironi karena perkataan yang diucapkan oleh wanita tersebut sangat bertentangandengan fakta yang sebenarnya terjadi. 21 2.4.2 Hiperbola Berbeda dengan ironi, hiperbola adalah majas yang justru menggunakan kalimat yang berlebihan untuk menggambarkan suatu hal yang sifatnya berupa penegasan untuk meyakinkan. Sesuai dengan definisi tersebut Colin Bulman (2007:115) menyatakan “Hyperbole is a figure of speech which involved exaggeration or over statement with the use of of extravagant language for serious emphasis”. Menurut Colin, majas hiperbola adalah salah satu majas yang melibatkan pernyataan yang berlebihan dengan penggunaan bahasa yang yang berlebihan sebagai penekanan yang serius. Contoh: [15] George, I think you are the most selfish human being on the planet. Kalimat pada contoh [15] disebut hiperbola karena dalam kalimat tersebut terdapat sesuatu hal yang dilebih-lebihkan. The most selfish human being on the planet merupakan sesuatu yang sangat berlebihan, karena pembicara mengatakan George adalah mahluk hidup yang sangat egois yang ada di plabet ini. Dapat disimpulkan bahwa majas hiperbola merupakan majas yang melebih-lebihkan suatu keadaan namun pernyataannya kurang masuk akal. 2.4.3 Metafora Metafora berasal dari bahasa Yunani yaitu “Meta” dan “phere” yang artinya adalah transfer, definisi dari metafora adalah pemindahan konsep makna untuk memunculkan pemahaman yang harus dipahami konsepnya baik secara harfiah maupun menurut konteks yang muncul dari makna kata itu sendiri. Lakoff & Johnsen (2003:36) berpendapat bahwa”metaphor is a one thing in 22 terms of another, and its primary function is understanding”. Metafora adalah suatu hal yang memiliki makna dari hal lain dan fungsi utamanya adalah pemahaman. Menurut Saeed (1997:302), “metaphor has traditionally been viewed as the most important from of figurative language use, and is usually seen as reaching its most sophisticated forms in literary or poetic language”. Menurut beliau metafora digambarkan sebagai bagian yang paling penting dari penggunaan gaya bahasa dan mencapai bentuk terbaik dalam tulisan atau bahasa sastra. Menurut Stern (2000:177) “metaphors are not linguistic expressions but cross domain mappings in the conceptual system”. Menurutnya metafora bukanlah ekspresi linguistik tetapi merupakan pemetaan silang dalam sistem pemahaman konsep. Stern (2000:179) menjelaskan bahwa “metaphor are never expression types per se but interpretations (or uses) of expression”. O’grady berpendapat bahwa“Metaphor is the understanding of one concept in terms of another”(1996:278). Menurut O’grady metafora merupakan pemahaman sebuah konsep berdasarkan konsep lainnya. Hurford (2007:331) menjelaskan bahwa “metaphors are conceptual (mental) operations reflected in human language that enable speakers to structure and construe abstract areas of knowledge and experience in more concrete experiential terms”. Menurut Hurford, metafora merupakan suatu konsep kerja yang tergambar didalam bahasa manusia yang dapat membuat pembicara menyusun dan menguraikan bagian abstrak dari ilmu pengetahuan dan pengalaman ke dalam istilah-istilah kongkrit. Murray Knowles (2006:3) “Metaphor is the use of language to refer to something other than what it was originally applied to or what it „literally‟ 23 means, in order to suggest some resemblance or make a connection between the two things”. Menurutnya metafora adalah penggunaan bahasa untuk merujuk pada sesuatu selain pada apa yang diterapkan pada awalnya atau secara arti harfiahnya untuk menunjukan beberapa kemiripan atau hubungan antara dua hal. Quinn (1991:65) “Metaphors are driven by culture; metaphor do not structure understanding but are chosen to satisfy mapping onto already exiting cultural understanding”. Menurut Quinn metafora didorong oleh budaya; metafora bukanlah pemahaman tentang struktur tetapi metafora dipilih untuk memetakan suatu hal yang sudah diluar pemahaman budaya. Selain itu Andras Kertezs (2004:49) menyatakan bahwa “Metaphors connect two conceptual domains: The target domains and source domain”. Metafora terhubung atas dua konsep domain yaitu ranah target dan ranah sumber. Untuk memperjelas pernyataan dari para ahli, definisi dari majas metafora dapat dilihat dari contoh sebagai berikut: [16] he drowned in a sea of grief [17] she is fishing in troubled waters [18] I am feeling blue right now [19] Samantha is the light of my life Dari contoh [16] dapat dianalisa konsep yang muncul dari “sea” secara harfiah adalah the expanse of salt water that covers most of the earth's surface and surrounds its landmasses, namun dengan muncul kata “grief” maka konsep yang muncul bergeser secara kontekstual maknanya menjadi situasi saat kesedihan akan kehilangan seseorang yang sangat mendalam bukan lautan yang penuh duka. Lalu pada contoh [17] kata “fishing” secara harfiah memiliki makna 24 the activity of catching fish, either for food or as a sport yang artinya kegiatan menangkap ikan baik untuk dimakan maupun hanya sebagai olah raga, namun dengan muncul kata “troubled waters” yang artinya air yang tidak jernih maka konsep makna yang terbentuk secara kontekstual berubah menjadi mencari suatu hal yang sulit untuk ditemukan . Demikian juga dengan maksud dari contoh [18], kata “feeling blue” secara harfiah maknanya adalah merasakan warna biru yang mustahil untuk dimengerti. Namun apabila diperhatikan secara konteks, warna biru memiliki konsep warna yang sering dikaitkan dengan ekspresi perasaan sedih sehingga makna yang muncul berubah menjadi bahasa metafora. Begitu pula dengan contoh [19] kata “light” secara harfiah memiliki konsep makna the natural agent that stimulates sight and makes things visible yang artinya cahaya adalah perangkat alam untuk memperjelas pandangan dan membuat semua benda terlihat, namun dengan muncul kata “life” dilengkapi dengan subjek berupa manusia maka terjadi pergeseran konsep makna secara kontekstual karena pada contoh [19] manusia sebagai subjek bukan memberikan cahaya secara fisik melainkan secara batin. Menurut teori-teori yang dipaparkan tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa metafora adalah penggunaan gaya bahasa yang membutuhkan interpretasi secara harfiah maupun konteks yang muncul melalui pemindahan konsep makna dari source domain ke target domain serta konsep yang muncul dari pemikiran manusia dengan mengkaitan 2 hal menjadi sebuah makna tertentu. 25 2.4.3.1 Jenis – jenis Majas Metafora Menurut buku yang ditulis oleh Lakoff and Johnsen (2003) yang berjudul “Metaphors we live by”, kedua ahli bahasa tersebut secara teoritis membagi majas metafora menjadi 2 jenis sebagai berikut: A. Metafora Orientasional Lakoff and Johnsen (2003:15) “organized a whole system of concepts with respect with to one another”. Menurut Lakoff metafora orientasional yaitu metafora yang mengorganisasi seluruh sistem konsep yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Teori dari Lakoff didukung oleh Kyong Liong Kim (1996:40) yang berpendapat bahwa “orientational metaphors have to do with spatial orientations that are derived from our physical or cultural experiences involving up and down, in and out, front and back, high and low and so on”. Menurut beliau metafora orientasional berkaitan dengan orientasi ruang namun memiliki dasar fisik yang melibatkan kata seperti up dan down, in dan out, front dan back, atau bahkan high dan low. Contoh: [20] I’m feeling up [21] I’m feeling down. Kata yang digaris bawahi mempunyai makna metafora. Pada contoh di atas pada dasar fisik bahwa seseorang merasakan bahagia seperti merasakan naik atau melayang (up) dan ketika sedih akan merasakan sesuatu yang tidak bersemangat, lesu dan tidak bergairah oleh karena itu digunakan istilah (down). Kedua metafora yang sudah dipaparkan oleh 26 penulis tidak dibahas lebih dalam, karena penulis hanya terfokus pada metafora ontologi. B. Metafora Ontologi Metafora ontologi adalah cara memahami bahasa yang muncul untuk melihat kejadian, aktifitas, perasaan, ide menjadi sebuah bentuk benda (entitas) melalui pemindahan konsep makna. Lakoff and Johnsen (2003:25), menyatakan bahwa “our experiences with physical objects (especially our own bodies) provide the basis for an extraordinarily wide variety of ontological metaphors, that is, ways of viewing events, activities, emotions, ideas, etc., as entities and substances”. Menurutnya metafora ontologi memungkinkan kita untuk mengkonsep dan membicarakan hal-hal, pengalaman, proses, namun tidak jelas atau abstrak seolah-olah memilikisifat fisik tersebut. Lakoff membagi majas metafora ontologi menjadi 2 jenis yaitu Entities dan Container. Metafora ontologi adalah metafora yang mengkonsepmatisasikan pikiran, pengalaman, dam proses dari hal – hal yang bersifat abstrak lainnya ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain sesuatu yang abstrak dianggap sebagai sesuatu yang konkrit seperti pada contoh berikut: [22] These passion was thrown away somewhere Kata passion pada contoh [22] adalah nomina abstrak yang dianggap sebagai nomina konkrit. Selanjutnya pembahasan mengenai metafora ontologi akan dibahas secara khusus. 27 2.4.3.2 Struktur Metafora Majas metafora pada dasarnya terdiri atas dua ranah yang lebih dikenal dengan istilah target domain dan source domain sebagai alat pembentuk makna majas tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pendapat Andraz Kertezs (2004:49) yang menyatakan bahwa “Metaphors connect two conceptual domains: the target domain and the source domain”. Menurutnya metafora terhubung dalam 2 jenis ranah konsep yaitu ranah target dan ranah sumber, untuk lebih memahami paparan mengenai struktur metafora. Berikut bagan pemetaan dari struktur metafora untuk menjelaskan secara singkat beserta contoh: BAGAN PEMETAAN STRUKTUR METAFORA Life is a rollercoaster Life (Target domain) [23] rollercoaster (source domain) Life is a rollercoaster Pada contoh [23] life dan rollercoaster adalah dua objek yang berbeda. Maka terjadi perpindahan konsep, life sebagai konsep abstrak dan rollercoaster sebagai konsep konkrit yang dengan jelas dapat dilihat bentuknya. Rollercoaster dapat bergerak dengan cepat, naik dan turun, 28 sangat dinamis, sehingga konsep rollercoaster dapat dipindahkan ke konsep kata life untuk membentuk makna tertentu. Life adalah arah tujuan sebagai subjek metafora sedangkan rollercoaster adalah sumber yang digunakan untuk menerangkan subjek. Subjek tersebut dinamakan ranah target (target domain) dan kata rollercoaster disebut dengan ranah sumber (source domain) oleh Lakoff & Johnsen, namun perlu diketahui bahwa terkadang source domain memiliki asosiasi dengan benda lain atau bisa dikatakan bahwa source domain – nya tidak berada didalam kalimat. 2.4.4 Metafora Ontologi Sesuai dengan paparan mengenai majas metafora ontologi yang telah dipaparkan sebelumnya, Lakoff and Johnsen (2003:25) menyatakan bahwa “Ontological metaphor arises when we view events, activities, emotions, ideas, and soon as entities and substance”. Metafora ontologi muncul ketika kita melihat peristiwa, kegiatan, emosi, ide-ide dan sebagiannya sebagai entitas dan .Kemudian Lakoff & Johnsen (2003:14) menambahkan bahwa “Ontological metaphor allows us to conceptualize and talk about things, experiences, process, however vague or abstract they are as if they have definite physical properties”. Beliau membagi metafora ontologi menjadi 2 jenis yakni Entitie dan Containers dengan penjelasan sebagai berikut: A. Entities Entitas merupakan pembentukkan makna secara konseptual dilihat dari segi konteksnya berdasarkan pengalaman mengenai benda fisik yang pernah ditemui untuk memindahkan konsep makna yang sifatnya abstrak berubah menjadi sebuah entitas nyata agar lebih mudah untuk dipahami makna yang 29 dimaksud, Lakoff & Johnsen memiliki pendapat mengenai entities sebagai berikut: “Our experience of physical objects and substances provides a further basis for understanding—one that goes beyond mere orientation. Understanding ourexperiences in terms of objects and substances allows us to pick out parts ofour experience and treat them as discrete entities or substances of a uniformkind. Once we can identify our experiences as entities or substances, we canrefer to them, categorize them, group them, and quantify them—and, by thismeans, reason about them”.(2003:26) Dari pendapat tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa pengalaman kita mengenai benda atau objek fisik akan membantu pemahaman lebih lanjut untuk mengidentifikasi benda sehingga mampu untuk memahami konsep serta pemindahan konsep untuk memahami makna dari perbandingan benda abstrak ke benda konkret. Contoh: [24] I‟m changing my way of life so that I can find a true happiness. (Motivating actions) Pada contoh [24] kata happiness “kebahagiaan” merupakan kata abstrak namun dianggap sebagai entitas, karena dengan munculnya konsep happiness sebagai entitas maka makna yang teridentifikasi akan lebih mudah dipahami secara kontekstual maupun konseptual. B. Container Manusia sebagai mahluk hidup memiliki pengetahuan mengenai segala hal yang ada di dunia ini, oleh karena itu pengalaman manusia merupakan sebuah wadah untuk mengetahui konsep dalam memahami makna karena manusia sendiri merupakan wadah atau container untuk menggambarkan suatu makna. 30 Definisi mengenai Container tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Lakoff & Johnsen “We are physical beings, bounded and set off from the rest of the world by the surface of our skins, and we experience the rest of the world as outside us. Each of us is a container, with a bounding surface and an in-out orientation.”Lakoff & Johnsen(2003:30). Lakoff & Johnsen membagi Container metaphor menjadi 3 bagian yaitu: a. Land areas Seperti dipaparkan sebelumnya bahwa pengalaman manusia merupakan sebuah wadah untuk mengetahui konsep dalam memahami makna berdasarkan aktifitas, emosi, dan keadaan manusia itu sendiri, demikian pula entitas maupun tempat yang ada disekitar manusia dapat digunakan sebagai wadah untuk menggambarkan sebuah makna baik frasa maupun kalimat. Penjelasan tersebut sesuai dengan teori dari Lakoff & Johnsen yaitu “We project our own in-out orientation onto other physical objects that are bounded by surfaces. Thus we also view them as containers with an inside and an outside. Rooms and houses are obvious containers.”Lakoff & Johnsen (2003:30). Dengan demikian teori tersebut dapat diterapkan seperti pada contoh berikut: [25] Take a tub of water Pada contoh [25] makna yang muncul tidak akan mudah untuk dipahami secara leksikal karena kata tub maupun water merupakan container metaphor namun memiliki penjelasan yang 31 berbeda, dalam contoh ini kata tub merupakan container object sedangkan water merupakan container substance. Kata water sebagai container substance berfungsi untuk memperjelas makna yang lebih masuk akal secara kontekstual. b. Visual Field Visual Field merupakan metafora ontologi yang berkaitan dengan pandangan visual yang kita miliki. Visual fields adalah containermetaphor yang dikembangkan berdasarkan hal yang telah dilihat sehinggamemberikan makna baru kepada suatu bentuk kalimat, demikian diperkuat oleh Lakoff yang menyatakan: “We conceptualize our visual field as a container and conceptualize what we see as being inside it. Even the term "visual field" suggests this. The metaphor is a natural one that emerges from the fact that, when you look at some territory (land, floor space, etc.), your field of vision defines a boundary of the territory, namely, the part that you can see.”Lakoff & Johnsen (2003:31). Dari definisi yang telah dipaparkan, visual fields adalah pengembangan makna berdasarkan kemampuan visual manusia yang mengalami perpindahan konsep secara makna setelah muncul konsep containers dalam kalimat tertentu seperti pada contoh berikut: [26] I can see the joy in your heart. 32 Pada contoh [26] kata heart merupakan container dari kata joy. Kalimat ini merupakan visual field karena munculnya kata heart pada kalimat tersebut, sehingga kata heart menyebabkan seolah – olah mitra tutur tidak hanya melihat tapi sekaligus berada didalamnya dan melihat langsung. Karena pada dasarnya Visual field merupakan container metaphor dengan bantuan pandangan visual, dengan kata lain penjelasan contoh tersebut sesuai dengan definisi visual field oleh Lakoff & Johnsen. c. Events, action, activities, and states Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai container metaphor, lakoff & Johnsen menyatakan “We use ontological metaphors to comprehend events, actions, activities, and states. Events and actions are conceptualized metaphorically as objects, activities as sub-stances, states as containers.” Lakoff & Johnsen (2003:31). Dari definisi tersebut maka container metaphor dapat digunakan untuk memahami kejadian aktivitas, emosi dan keadaan manusia sebagai suatu wadah. Contoh: [27] He is in love. Pada contoh [27] secara harfiah love merupakan salah satu ungkapan perasaan yang dimiliki manusia terhadap lawan jenis karena memiliki faktor emosi tertentu yang membentuk perasaan tersebut. Secara konsep manusia,kejadian, aktivitas, emosi dan 33 keadaan manusia tergambar sebagai suatu wadah seperti dalam contoh [27] dalam kata love sehingga pemahaman konsep yang muncul dari makna kalimat tersebut lebih mudah dipahami.