Bab-V Konsep Perencanaan 5.1 Konsep Dasar Berdasarkan tema

advertisement
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Bab-V
Konsep Perencanaan
5.1
Konsep Dasar
Berdasarkan tema yaitu eco-architecture, dimana desain bangunan harus mengacu
kepada keseimbangan alam. Sedangkan kaitannya terhadap penghuni disebutkan
harmonisasi sosial kekeluargaan, sebagai satu kesatuan hubungan timbal balik
saling membutuhkan antara penghuni yang satu dengan penghuni lain, dalam
wadah saling toleransi yang diaplikasikan ke dalam bentuk bangunan , khususnya
tata ruang dalam (Interior).
Disamping itu konsep perencanaan pada setiap lantai akan di sediakan ruang
bersama atau ruang publik, dimana ada beberapa pertimbangan pemanfaatan
ruang publik :
Weilman & Leighton (1979
Ruang publik merupakan kebutuhan ruang yang berfungsi
sebagai ruang sosial, yaitu sebagai salah satu kebutuhan
pokok pemukim untuk mengembangkan kehidupan
bermasyarakat.
Newman (1990)
Ruang publik dapat membangkitkan hasrat penghuni menjadi
satu komunitas, sehingga dapat dikondisikan sifat pemakaian,
pemeliharaan dan pengawasan secara bersama.
Herlianto (1986:86)
Ruang publik dapat digunakan sebagai sarana penambah
penghasilan serta aktifitas sosial rumah lainnya. Untuk
memenuhi kebutuhan sosial tersebut, bentuk rancangan
ruang publik dapat berfungsi untuk kegiatan ekonomi
penghuninya.
5.1.1 Massa Bangunan
Konsep bangunan apartemen bersubsidi merupakan suatu hunian massal
(bersama) yang hemat dalam penggunaan (konsumsi) sumber daya alam,
termasuk energi, tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik penghuni rumah
dan menimbulkan permasalahan lingkungan. Dalam pengertian hemat disini
adalah penggunaan energi terkait dengan sistem pengudaraan buatan (penggunaan
AC) dan pencahayaan artifisial (lampu).
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-1
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Suatu bangunan dengan pendekatan ekologis
harus mempertimbangkan
kesesuaian penampilan dengan kondisi alam setempat, karena berdasarkan konsep
eko-arsitektur semua perubahan yang dilakukan manusia pada suatu tempat
berpengaruh pula pada ekosistem lainnya, termasuk hubungannya dengan
tetangga sekitar yang sudah lama mendiami daerah tersebut. Karena itu
penampilan dari bangunan harus merupakan jawaban dari kondisi alam setempat,
dengan desain yang lebih modern. Elemen lain yang mempengaruhi penampilan
bangunan adalah pemilihan warna, berdasarkan pendekatan ekologis, warna yang
dipilih harus mempertimbangkan keseimbangan.
5.1.2 Orientasi Massa
Konsep yang diambil dalam perencanaan berkaitan dari hasil analisa pola massa
bangunan adalah pola masa majemuk, karena pertimbangan lahan yang cukup
luas, juga jalur sirkulasi dan ruang terbuka pada bangunan tersebut sangat
dominan
pada
desain
perencanaanya.
Pertimbangan
lain
adalah
pada
pengelompokan atau hirarki kegiatan dan pola perletakan massa yang dinamis dan
kemungkinan adanya pengembangan bangunan.
5.2
Konsep Tapak dan Lingkungan
3
1
1
2
5
1
4
(Gambar 5.1) Konsep tapak dan lingkungan
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-2
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Keterangan analisa tapak
Gambar/ sketsa/ foto (rancangan
tapak,denah,tampak,potongan dan
detail)
1
Keterangan/ Uraian
-
2
3
-
-
Area pembuangan sampah akhir dan pengolahan
limbah (daur ulang).
Perencanaan sebagai zona service dan penutup (buffer)
pada arah pintu air (pengerukan sampah)
Pada zona tersebut diperbanyak area hijau, selain
sebagai buffer terhadap pencegahan pencemaran udara
Podium, pada area tersebut akan dipergunakan sebagai
: area bersama,reatai, restoran, pengelola, dan publik
Gubahan Massa
Bangunan utama terdiri dari 3 tower
Konsep hubungan persaudaraan dan kekeluargaan
diaplikasikan ke dalam facade
4
-
Zona parkir, penggunaan lantai parkir menggunakan
material yang bisa menyerap air (grasse block)
5
-
Zona hijau, jogging track, taman bermain,dan swimming
pool.
Konsep desain kursi pada area luar (seminimal mungkin
pemakaian perkerasan pada tapak dikurangi).
Konsep hutan buatan dan jogging track.
-
-
Fery Yulianto|41208110002
Kebisingan
Kebisingan tinggi, konsep antisipasi dengan penanaman
pohon dan tektur tanah untuk taman dibuat berundak.
Kebisingan sedang,pada daerah tersebut view kearah
sungai akan diolah sedemikian rupa menjadi salah satu
view yang menarik.
Kebisingan tinggi pada dinding, dapat dikurangi < 5db
Bab V-3
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
-
-
View bagus dan diprioritaskan penghijauan, existing
tapak terdapat pohon-pohon besar, menunggu
pengelolaannya.
-
Perencanaan pada zona yang terdapat kebisingan tinggi
dan view yang kurang bagus dapat diantisipasi dengan
pengelolaan penghijauan, pengaturan bentuk kontur
tanah (berundak)
-
Konsep sirkulasi udara, akan direncanakan dengan
sistem panggung, selain sirkulasi udara yang masuk
lebih maksimal juga dampak ekologis pada tapak dan
resapan air hujan lebih maksimal.
-
5.3
Retaining wall
Konsep perencanaan dengan mengedepankan ekologis
Green Roof
Konsep perencanaan green roof akan menjadi dasar
perencanaan.
Konsep Perencanaan dan Perancangan
Orientasi massa bangunan perlu memperhatikan pola pergerakan manusia yang didapat
dari analisa sirkulasi di sekitar tapak.
5.3.1 Tata Ruang Dalam
Dalam perencanaan bangunan dengan pendekatan ekologis terutama hubungan
sosial manusia, rencana penataan ruang akan mempertimbangkan :

Standar luas koridor yang bisa memberikan kenyamanan penghuni.

View koridor di desain tidak masif.

Pemakaian bahan yang ramah lingkungan.

Konsep bentuk ruang koridor di desain seperti bangunan horisontal,
sehingga hubungan antar penghuni dapat tercapai.
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-4
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Kisi kisi bambu dan sistem
pintu (hidden door)
semi publik (foyer)
Pintu shaft
Area dapur didesain ada jendela, ini
pertimbangan keamanan (saling
mengawasi) tidak masif, hub sosial
lebih terjalin
Semi publik sebagai ruang santai atau
tempat bermain anak.
(Gambar 5.2) konsep perencanaan koridor dengan pendekatan sosial
Kenyamanan dapat dibagi atas kenyamanan Psikis dan kenyamanan Fisik.
Kenyamanan psikis berkaitan dengan aspek kepercayaan, agama adat dan
kebudayaan (bersifat personal dan kualitatif). Sementara kenyamanan fisik lebih
bersifat universal dan kuantitatif. Kenyamanan fisik terdiri dari kenyamanan
ruang (spasial), penglihatan (visual), pendengaran (audial). suhu (thermal).
5.3.2 Tata Ruang Luar
Penataan ruang luar merupakan elemen yang penting dalam kaitannya dengan
eko-arsitektur yang menjaga keseimbangan alam sekitar. Fungsi ruang luar pada
perencanaan apartemen bersubsidi adalah :
 Mengolah ruang luar menjadi zona perantara yang menjadi penghubung
antar bangunan.
 Sebagai pengarah sirkulasi.
 Sebagai transisi antar tapak dengan area sekitar.
 Sebagai unsur estetika penunjang bangunan.
Adapun perencanaan ruang luar yang direncanakan meliputi :
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-5
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
1. Ruang Luar Aktif, yaitu ruang luar yang digunakan untuk menampung
kegiatan di luar ruangan atau bangunan (Garden to live in); Play ground,
Kafetaria.
2. Ruang Luar Pasif, yaitu taman dan penghijauan dalam tapak, yang
dinikmati secara visual dan dapat mempengaruhi persepsi (Garden to look
at).
5.4
Konsep Utilitas
1)
Efisiensi Dalam Penggunaan Air
Konsep pemanfaatan air pada perencanaan apartemen bersubsidi adalah konsep
Biopori, diharapkan debit air hujan secara maksimum dapat di serap.
 Penggunaan air bersih di dalam bangunan dipergunakan secara efisien,
baik untuk mandi, cuci dan keperluan lainnya.
 Penanganan air hujan akan disalurkan ke dalam bak-bak resapan material
dari bis beton dengan diameter 100 cm, tinggi 120 cm yang ditanam pada
tanah dengan kedalaman sekitar 3-5 m diatas permukaan tanah.
(Gambar 5.3) Pemasangan Bis Beton untuk Resapan
 Penanganan air kotor dari dalam bangunan disalurkan dan di proses di
dalam water treatment (biofill) selanjutnya di salurkan kedalam bak-bak
penampungan atau resapan sebelum di salurkan ke riol kota.
2)
Penanganan Sampah
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di dalam bangunan terdiri dari
sampah kering (non organik) dan sampah basah (organik) dimana dalam
penempatannya pada setiap lantai disiapkan ruang khusus penampungan sampah
sementara. Kemudian sampah tersebut akan diangkut secara berkala ke tempat
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-6
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
pembuangan akhir di lantai basement dalam penempatannya disiapkan dua bagian
terpisah, sehingga dapat dipilah bagian sampah yang dapat didaur ulang,
kemudian sisa yang tidak bisa dimanfaatkan di buang kemudian diangkut oleh
kendaraan truk sampah.
(Gambar 5.4) Sistim distribusi pengelolaan sampah
3)
Sistem Pencahayaan
Dalam Eko Arsitektur manusia harus dapat memanfaatkan potensi alam seoptimal
mungkin, tanpa menggangu keseimbangan lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian potensi matahari tropis perlu dimanfaatkan untuk pencahayaan. Sistem
pencahayaan dalam bangunan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
Sistem Pencahayaan
Pencahayaan Alami
Keuntungan
-
Optimalisasi potensi alam
-
Efisiensi energi
-
Efisiensi bahan
Kerugian
-
Terpengaruh cuaca dan
waktu
-
Kelembaban ruang tidak
stabil
Pencahayaan Buatan
-
Intensitas cahaya stabil
-
Butuh energi lebih
-
Kelembaban ruang bisa diatur
-
Bahan harus dipilih yang
-
Bisa membentuk suasana
ramah lingkungan
Berdasarkan analisa diatas, maka kedua sistem pencahayaan digunakan dalam
bangunan. Alternatif sistem yang dapat digunakan :
1. Sistem pencahayaan alami, dilakukan dengan :
 Pengaturan bukaan
 Pemilihan jenis kaca yang bisa menahan silau
2. Sistem pencahayaan buatan, dengan syarat :
 Pemilihan bahan yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
 Intensitas cahaya yang dihasilkan sesuai kebutuhan
 Penggunaan energi yang efisien
 Mudah dalam perawatannya
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-7
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
4)
Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dalam ruangan ditentukan berdasarkan sifat ruangan tersebut.
Untuk ruangan terbuka bisa memanfaatkan penghawaan alami, sedangkan
ruangan yang tertutup perlu menggunakan penghawaan buatan dengan syaratsyarat tertentu.
Penghawaan Alami
Beberapa alternatif sistem penghawaan alami :
-
Memperbanyak bukaan
Keuntungannya :
 Tidak memerlukan sistem khusus
 Efisiensi kerja
Kerugiannya :
 Konsekuensi cahaya yang masuk terlalu banyak
 Efisiensi ruang kurang
-
Stack-effect
Keuntungannya :
 Suhu dapat dikondisikan sesuai dengan kenyamanan manusia
 Efisiensi ruang
Kerugiannya :
 Membutuhkan instalasi khusus
-
Penggunaan element air
Keuntungannya :
 Berfungsi ganda sebagai elemen estetis
 Menghasilkan udara yang segar dari proses evaporasi
Kerugiannya :
 Butuh instalasi khusus
Berdasarkan analisa di atas, maka sistem penghawaan alami yang digunakan
merupakan gabungan dari ketiganya, karena setiap ruangan memiliki kebutuhan
yang berbeda-beda.
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-8
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Penghawaan Buatan
Untuk penghawaan buatan diupayakan pengkondisian udara tanpa menggunakan
CFC dan HCFC yang membahayakan lapisan ozon. Alternatif sistem yang dapat
digunakan adalah :
-
Air handing Units dengan sirkulasi ulang udara
Keuntungannya :
 Daur ulang udara
 Plat lantai efektif sebagai buffer
 Tanpa CFC dan HCFC
Kerugiannya :
 Energi yang dibutuhkan tinggi
 Udara yang masuk suhunya tidak terlalu stabil
-
Ground water cooling system
Keuntungannya :
 Media pendingin banyak tersedia
 Biaya perawatan rendah
 Biaya operasional rendah
 Tanpa CFC dan HCFC
 Sumber bisa didaur ulang
Kerugiannya :
 Biaya pemasangan tinggi
Berdasarkan analisa di atas, sistem penghawaan yang dipilih adalah dengan
ground water cooling system.
5)
Sistem Instalasi Listrik
Pada umumnya sumber tenaga listrik yang digunakan adalah dari PLN atau
menggunakan Genset. Dalam kaitannya dengan Eko-Arsitektur, maka diupayakan
efisiensi energi dan bahan bakar dengan memanfaatkan energi matahari sebagai
sumber listrik dengan photovoltaic. Sistem ini dapat menghemat energi listrik
sampai dengan 15% karena energi matahari yang diserap disimpan kedalam
baterai.
 Distribusi energi dari PLN
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-9
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
 Photovolaic
6)
Sistem Penyalur Petir
Terdapat kesalahan persepsi dalam sebutan kata “penangkal petir”, seharusnya
bukan penangkal petir tetapi lebih tepat dengan sebutan “penyalur petir”, karena
arus listrik yang masuk (petir) ke dalam Bumi akan di salurkan atau di netralkan,
bukan di tangkal. Dalam sistem ini terdapat dua penyalur petir yaitu sistem
Faraday dan sistem Franklin :
-
Sistem Faraday
Perletakan bahan, tiang yang dihubungkan dengan kawat tembaga pada
sekeliling bangunan.
-
Sistem Franklin
Sistem dengan memberikan perlindungan dalam bentuk kerucut dengan
sudut 45°.
Dengan pertimbangan kemudahan dalam pengerjaan, efek yang ditimbulkannya
serta efisiensi bahan, maka rencana perencanaan dipilih dengan sistem Faraday.
7)
Sistem Telekomunikasi
Sistem komunikasi pada bangunan ini digunakan sebagai :
-
Kebutuhan Informasi
-
Penunjang kegiatan peragaan
 Komunikasi Ekstern
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-10
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Melayani komunikasi antar bangunan dan luar bangunan, dengan
sistem PABX yang dapat melayani beberapa jaringan ruang.
 Komunikasi Intern
Untuk menunjang aktifitas dalam bangunan digunakan alat
komunikasi intercom
8)
Kebutuhan telekomunikasi
Sistem Pemadam Kebakaran
Konsep perencanaan dalam penggunaan sistem pemadam kebakaran, pada
perencanaan apartemen bersubsidi dengan penerapan, ;
-
Pencegahan
 Smoke detector, pada temperature 40°-50° dengan jangkauan 1
head (75 m2)
 Head detector, pada temperature 60°-70°
 Fire detector, diletakkan pada daerah strategis
-
Penanggulangan
 Dengan air
Agar penanggulangan bahaya kebakaran segera tertanggulangi
maka digunakan sprinkler (setiap 9m2 luas lantai) dan hydrant
(setiap 500-800 m2) dengan radius jangkauan 25-30 m.
 Dengan bahan kimia
Untuk ruangan dimana isinya bias rusak bila terkena air, misalnya
data penting, digunakan power dry chemical.
5.5
Konsep Struktur
Struktur Atas
Bagian struktur bangunan yang terletak di atas tanah, terdiri atas badan bangunan
dan kepala bangunan. Struktur pada bagian dalam menggunakan core, karena
dinilai lebih kokoh dan kuat dalam menerima beban dan gaya lateral. Badan
bangunan luar (facade) yang akan direncanakan ada 2 alternatif yaitu dengan
sistem precast dan sistem molding GRC.
-
Sistem Precast / beton pracetak, adalah menjadi pertimbangan perencanaan, hal
ini dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang lebih singkat, sehingga akan
4 Dian
Islamiyah, Wisik Satrio & Bid Handoro, Teknologi Sistem Pracetak Bangunan
Rusunawa, http://ciptakarya.pu.go.id.
Th 2012
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-11
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
menghemat waktu. Tahapan metode konstruksi yang direncanakan terdiri dari
tiga, yaitu: 4
1. Tahapan cetak (moulding and de-moulding)
Proses konstruksi dimulai dengan mencetak (moulding) komponen struktur
yang disesuaikan dengan rancangan, seperti: kolom, balok, tie beam, plat
lantai atau dinding, namun pada bangunan elemen dinding tetap
menggunakan konstruksi konvensional (dinding bata atau batako).
2. Tahapan pemasangan (installation and erection)
Setelah komponen struktur tersedia maka selanjutnya dirangkai dan dipasang
sesuai dengan urutan dan bentuknya, dimulai dari tie beam, kolom, balok dan
plat lantai. Setiap komponen dirangkai secara teratur dengan bermacam
metode, sesuai jenis metode.
(Gambar 5.5) Instalasi kolom dan slab dengan menggunakan alat crane
(Rusunawa Bantul, DIY)
(Gambar 5.6) Beberapa contoh facade dengan material precast
Beton pracetak yang dipergunakan, yang mana masing-masing komponen
dirangkai dengan sambungan (joint).
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-12
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
3. Tahapan penyambungan (grouting)
Grouting dilakukan sebagai koreksi atau juga perkuatan terhadap rangkaian
komponen struktur yang telah dipasang. Dengan demikian kekuatan,
kekakuan serta kekokohan struktur dapat tercapai sesuai rancangan
bangunan.
Terdapat beberapa persyaratan di dalam penggunaan sistem pracetak. Di
antaranya adalah bentuk gedung yang direncanakan harus bersifat tipikal. Selain
itu, lahan yang tersedia dapat memadai untuk peletakkan komponen-komponen
beton pracetak sebanyak dua sampai tiga hari kerja atau dua lantai bangunan.
Berdasarkan analisa tersebut, pengerjaan dengan sistem pracetak dan tahapantahapannya sudah sesuai dengan kondisi tapak.
-
Sistem Molding (GRC) Glassfibre Reinforced Cement), merupakan bahan
komposit yang terdiri dari campuran semen dengan pasir, dipompakan untuk
kemudian disemprotkan dan diberi penulangan fiberglass. Kandungan fiberglass
biasanya 4% menurut berat dalam keadaan basah. Produk yang tipis membuat
komponen
GRC
ringan
dan
memudahkan
pengangkutan,
penanganan,
penyimpanan dan pemasangan. Karakteristik dan keunggulan GRC adalah :
1. Mudah diaplikasikan
2. Mampu membentuk detail yang rumit
3. Bentuk yang relatif tipis dan mudah dalam pemasangannya
4. Bobot yang ringan
5. Tahan terhadap cuaca, tahan api, tahan korosi.
6. Tidak berjamur dan anti rayap dan tahan abrasi
7. Tidak terpengaruh sinar ultra violet
8. Tidak mengandung Asbestos
9. Biaya perawatan yang rendah dan mudah di cat
(Gambar 5.7) Beberapa contoh facade dengan material molding GRC
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-13
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Konsep Molding GRC pada sketsa perencanaan
No Gambar/Sketsa
Uraian/ Keterangan
1
Konsep Kuncup
2
Facade menggunakan cetakan molding
GRC.
Aplikasi konsep Tunas.
3
Rencana detail molding GRC pada dinding
Molding GRC
Struktur Bawah
Struktur yang terletak di bagian bawah tanah, diantaranya adalah pondasi yang
berfungsi sebagai penahan beban yang ada diatasnya (mengalirkan beban dari
upper structure ke tanah) sampai dengan tanah keras. Struktur bawah pada
bangunan apartemen bersubsidi akan menggunakan Pondasi pancang (bisa
mencapai kedalaman 30 meter), hal ini dilakukan mempertimbangkan lahan di
sekitar tapak dekat dengan sungai Ciliwung yang rawan longsor (abrasi)
(Gambar 5.8) Perumahan pantai mutiara
Mesin pancang jack in pile (hydrolic) kedap suara dengan sistem tekan(kanan). Salah satu contoh hasil setelah dipancang
(kiri)
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-14
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
5.6
Konsep Perilaku dan Interaksi
Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu
akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga
mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi
manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku
manusia. Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu proses individual dan proses sosial.
1. Proses Individual
Dalam hal ini proses psikologis manusia tidak terlepas dari proses tersebut. Pada
proses individu meliputi beberapa hal :
a. Persepsi Lingkungan, yaitu proses bagaimana manusia menerima
informasi mengenai lingkungan sekitarnya dan bagaimana informasi
mengenai ruang fisik tersebut di organisasikan kedalam pikiran manusia.
b. Kognisi
Spasial,
yaitu
keragaman proses
berpikir
selanjutnya,
mengorganisasikan, menyimpan dan mengingat kembali informasi
mengenai lokasi, jarak dan tatanannya.
c. Perilaku Spasial, menunjukan hasil yang termanifestasikan dalam
tindakan respon seseorang, termasuk deskripsi dan preferensi personal,
respon emosional, ataupun evaluasi kecenderungan perilaku yang
muncul dalam interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya.
Proses
Individual
mengacu
pada
skema
pendekatan
perilaku
yang
menggambarkan hubungan antara lingkungan dan perilaku individu Skema :
Proses Perilaku Individual
1.1
Perilaku Manusia dan Lingkungan
Perilaku
manusia
akan
mempengaruhi
dan
membentuk
setting
fisik
lingkungannya.5 Pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
a. Environmemntal
Determinism,
menyatakan
bahwa
lingkungan
menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut.
5
Rapoport. A, Th 1986
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-15
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
b. Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat
memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku
masyarakat.
c. Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan memberikan
pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku masyarakat.
Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik antara ruang
dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang
tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat
yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda.5 Adanya
interaksi
antara
manusia
dan
ruang,
maka
pendekatannya
cenderung
menggunakan setting dari pada ruang. Istilah seting lebih memberikan penekanan
pada unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu : pelaku,
macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan. Kegiatan dapat
terdiri dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem
kegiatan.
1.2
Seting Perilaku ( Behaviour Setting )
Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang
lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang
yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu
spesifik saat kegiatan dilakukan.
Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :
a. Sistem tempat atau ruang (System of setting), sebagai rangkaian unsurunsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait
hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.
b. Sistem kegiatan (System of activity), sebagai suatu rangkaian perilaku
yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang.
Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur ruang atau beberapa
kegiatan, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang menjadikan suatu kegiatan
dan pelakunya mempunyai makna.
Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain Behavior Setting yang baik dan
tepat adalah yang sesuai dengan struktur perilaku penggunanya. Dalam desain
5
Rapoport. A, Th 1986
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-16
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
arsitektur hal tersebut disebut sebagai sebuah proses argumentatif yang
dilontarkan dalam membuat desain yang dapat diadaptasikan, Fleksibel atau
terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola perilakunya.Identifikasi tiga tipe
dasar dalam pola ruang:6
1. Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space), ruang berbatas tetap
dilingkupi oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser,
seperti dinding masif, jendela, pintu atau lantai.
2. Ruang Berbatas Semi Tetap (Semi Fixed-Feature Space), ruang yang
pembatas nya bisa berpindah, seperti ruang-ruang pameran yang dibatasi
oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan menurut setting
perilaku yang berbeda.
3. Ruang Informal, ruang yang terbentuk hanya untuk waktu singkat,
seperti ruang yang terbentuk kedua orang atau lebih berkumpul, ruang
ini tidak tetap dan terjadi diluar kesadaran.
Desain behavior setting tidak selalu perlu dibentuk ruang-ruang tetap, baik yang
ber pembatas maupun semi tetap terlebih lagi dalam desain ruang publik yang di
dalamnya terdapat banyak pola perilaku yang beraneka ragam.
Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi dasar yang luas dalam
mempertimbangkan lingkungan daripada semata-mata tata guna lahan, tipe
bangunan, dan tipe ruangan secara fisik. Hal tersebut dapat membebaskan desain
ruang publik dari bentuk-bentuk klise, bentuk-bentuk prototip atau memaksakan
citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat penggunanya.
Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam desain ruang publik karena
dapat mengerti preferensi pengguna yang diekspresikan dalam pola perilaku
pengguna. Dari pembahasan ini jelas bahwa organisasi ruang pada ruang publik
dan perilaku pengguna mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu
behavior setting
2. Proses Sosial
Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga merupakan
makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Dalam
memenuhi kebutuhan sosialnya manusia berperilaku sosial dalam lingkungannya
6
Dr. Edward. T. Hall, Hidden Dimention, ( dalam Laurens, 2004 )
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-17
SKRIPSI & TUGAS AKHIR
PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
dapat diamati pada, fenomena perilaku lingkungan, kelompok pemakai, dan
tempat berlangsungnya kegiatan. Pada proses sosial, perilaku interpersonal
manusia meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Ruang Personal (Personal Space) berupa domain kecil sejauh jangkauan
manusia.
b. Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih
luas bagi seseorang.
c. Kesesakkan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik yang
tersedia terbatas.
d. Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial manusia.
Kesimpulan :
Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat berpengaruh pada
perubahan ruang publik adalah teritorialitas. Konsep teritori dalam studi arsitektur
lingkungan dan perilaku yaitu adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk
memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan kultural. Berkaitan dengan kebutuhan
emosional ini maka konsep teritori berkaitan dengan ruang privat dan ruang
publik. Ruang privat (personal space) dapat menimbulkan crowding (kesesakkan)
apabila seseorang atau kelompok sudah tidak mampu mempertahankan personal
space nya.
Fery Yulianto|41208110002
Bab V-18
Download