169 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN PROFESIONALISME GURU SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Athika Dwi Wiji Utami SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta [email protected] Abstrak: Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan komitmen guru, secara simultan dan parsial terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 66 dari 79 guru yang tersebar di 14 SMK di wilayah kota Yogyakarta. Teknik sampling menggunakan proportionate random sampling. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan angket tertutup. Teknik analisis menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, kecerdasan emosional guru secara signifikan berpengaruh langsung terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,701 (faktor determinan). Selanjutnya, tidak ada pengaruh langsung kepuasan kerja guru terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta. Komitmen guru secara signifikan berpengaruh langsung terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,224. Sementara itu, secara simultan kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan komitmen guru secara signifikan berpengaruh terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 57%. Kata Kunci: profesionalisme, kecerdasan emosional, komitmen, kepuasan kerja DETERMINANT FACTORS OF THE PROFESSIONALISM OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL TEACHERS IN THE INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY Abstract: Determinant Factors of the Professionalism of Vocational High School Teachers in the Information and Communication Technology. This study aims to determine direct and indirect effects of teachers’ emotional intelligence, job satisfaction and commitment, both simultaneously and partially, on the professionalism of Information and Communication Technology (ICT) productive teachers in the vocational high schools (VHSs) of Yogyakarta City. The research sample were 66 of 79 ICT productive teachers in 14 VHSs in Yogyakarta City. The sampling technique was proportionate random sampling. The data collecting techniques was a questionnaire. The data were analyzed using the path analysis technique. The results show that partially, teachers’ emotional intelligence significantly and directly affects the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City, with a contribution of 0,701 (determinant factor). Furthermore, teachers’ job satisfaction does not directly affect the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City. Significantly, teachers’ commitment directly affects the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City, with a contribution of 0,224. Meanwhile, simultaneously teachers’ emotional intelligence, job satisfaction and commitment significantly and directly affect the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City, with contributions by 57%. Keyword : Professionalism, Emotional Intelligence, Job Satisfaction, Commitment Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 170 kriminalitas dan PENDAHULUAN Pendidikan sangat kejuruan berperan yang terhadap bermutu pertumbuhan pengangguran akan membutuhkan guru yang responsif, sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ekonomi dan kemajuan suatu negara. Secara yang mendapat kepercayaan masyarakat harus konstitusi, penyelenggaraan SMK memiliki mampu menghasilkan peserta didik yang siap peranan menentukan hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun; keberhasilan pembangunan nasional. Sejalan (4) krisisidentitas sebagai bangsa dan Negara dengan Indonesia akan membutuhkan guru yang mampu strategis strategi nasional, maka diarahkan salah dalam pembangunan pendidikan penyelenggaraan satunga pada SMK kebijakan berperan sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme kepada para peserta perluasan akses terhadap pendidikan SMK didiknya; dan (5) perdagangan bebas akan sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal, membutuhkan guru yang visioner, kompeten yaitu berupa kebijakan dan rasio jumlah SMA : berdedikasi tinggi sehingga mampu SMK menjadi 30 :70. Peningkatan jumlah SMK membekali akan selaras dengan jumlah siswa SMK. Dengan kompetensi yang diperlukan sebagai bekal rasio siswa nantinya sekitar 70%, akan banyak menghadapi dibutuhkan guru SMK yang berkualifikasi, globalisasi di atas tersebut harus disikapi guru berkompeten dan relevan dengan kebutuhan dengan SMK. (Kunandar, 2007: 37 – 40). Guru yang dianggap berkompeten dan peserta didik dengan sejumlah persaingan global. mengedepankan Sementara itu, Tantangan profesionalisme berdasarkan data di relevan dengan kebutuhan SMK bukan hanya lapangan menujukkan bahwa kelayakan guru berkualifikasi saja tetapi juga berkomitmen dalam untuk selalu menjadikan pendidikan sebagai Balitbang Depdiknas (sekarang Kemendiknas), pendidikan sepanjang hayat, sehingga proses hingga tahun 2007/2008 menyatakan bahwa perbaikan diri dan pengembangan kompetensi masih akan terus menerus terjadi dan menerapkannya berijasah S1 (23,04%) dan sebesar 23,04% guru dalam kehidupan demi masa depan SMK didik. Sementara itu, terdapat peserta beberapa mengajar banyak tidak masih guru layak meragukan. SMK mengajar yang pada Data belum tahun 2007/2008 (Mahdiansyah, 2010: 4). Kemudian, tantangan guru ke depan (Napitupulu, 2009:1), data antara lain (1) perkembangan IPTEK yang cepat menyatakan untuk guru SMK hanya 56,7% dari dan pesat akan membutuhkan guru yang 147.559 guru yang layak mengajar. Sementara berkarakteristik adaptif responsif, arif dan itu, Governing bijaksana; (2) arus negatif globalisasi akan menunjukkan masih minimnya jumlah guru membutuhkan guru yang bisa berperan aktif dan yang memenuhi kualifikasi bijaksana sebagai fasilitator dan pembimbing pendidikan kejuruan di kawasan Asia Tenggara para peserta didik; (3) krisis sosial, seperti (Wagiran, 2008: 1827). Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 Balitbang Yogyakarta 2005/2006 Board Members (2004) juga standar pada 171 Lalu, mengapa terjadi gap antara data profesional, sehingga yang dihasilkan guru di lapangan dan idealnya? Apa yang menjadi setengah jadi yang kurang patuh terhadap etika permasalahannya? Rendahnya mutu pendidikan profesi; dan kurangnya motivasi guru dalam nasional ditengarai disebabkan profesionalisme meningkatkan kualitas diri, misalnya masih guru di rendanya motivasi guru dalam melakukan Indonesia yang masih rendah dan keengganan belajar masih penelitian ilmiah. Di pihak siswa SMK, beban berkualifikasi merupakan yang mereka pikul menjadi semakin berat jika suatu polemik tersendiri yang perlu disadari dan dibandingkan dengan siswa SMA. Hal tersebut harus segera ditemukan solusinya. Pemerintah mengindikasikan semakin beratnya tugas dan melakukan beberapa peran guru SMK ini dalam mempersiapkan para terbatasnya guru meningkatkan siswa. upaya profesionalisme Maka, dalam rangka para guru. siswanya untuk lulus UN sebelum benar-benar Didasarkan pada amanat UU Nomor 14 Tahun terjun 2004 sesungguhnya. mengenai pemerintah Guru dan melahirkan Dosen, dunia kerja yang program Apa yang kemudian terjadi? Bukan tidak sertifikasi guru. Dengan guru yang profesional, mungkin bisa memunculkan penyimpangan maka percepatan belajar mencapai tujuannya dalam diri guru tersebut, seperti munculnya cepat dicapai, seiring dengan hal tersebut maka sikap pesimis dan konsep diri yang negatif pada kualitas diri guru. Hal hidup dan sebuah maka memasuki produktivitas akan meningkat. ini tidak dapat dikatakan muncul semata-mata dikarenakan oleh skill dan Namun, kenyataannya menurut Ketua kemampuan akademik guru yang rendah, tetapi Ikatan Guru Indonesia (IGI), Satria Dharma, dapat juga dikarenakan hal dapat guru yang rendah. Kesiapan psikologis guru meningkatkan profesionalisme guru. Rendahnya ini berkaitan dengan kecerdasan emosional yang motivasi belajar para guru ditengarai sebagai dimiliki seorang salah yang menyebabkan yang apabila terjadi, maka akan tercemin peningkatan mutu dan profesionalitas ini tidak pada perasaan guru terhadap pekerjaannya, juga berhasil dicapai. Banyak guru yang tidak dan kemudian diwujudkan menekuni profesinya secara utuh, dalam artian positif guru terhadap pekerjaannya. Komitmen waktu di luar jam kerjanya tidak diisi dengan guru, yang diindikasikan guru akan memiliki pengembangan kompetensi diri sebagai guru, kebutuhan dan harapan yang tinggi terhadap tetapi lebih dengan bekerja demi memenuhi sekolah kebutuhan hidup sehari-hari. Belum adanya termotivasi saat harapannya terpenuhi. Maka, standar profesional guru sebagaimana tuntutan peneliti tertarik untuk mengkaji hubungan dan di negara-negara maju. Kemungkinan rendahnya pengaruh antara kecerdasan emosional dan komitmen LPTK selaku pencetak guru dalam komitmen dan kepuasan kerja yang dimiliki menghasilkan calon guru yang kompeten dan guru terhadap profesionalisme guru, yang ketiga tersebut satu tidak kendala serta merta tempat kesiapan psikologis guru. Kepuasan kerja guru, mengajar dalam dan sikap lebih Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 172 komponen tersebut diindikasikan determinan terdiri atas 3 kompetensi keahlian, yakni profesionalisme seorang guru, dengan studi Teknik Komputer dan Informatika, Teknik kasus pada guru SMK bidang keahlian TIK di Telekomunikasi kota Yogyakarta. Maka, subyek penelitiannya adalah para guru dan Teknik Broadcasting. produktif yang mengajar di ketiga atau salah METODE satu Jenis dan desain penelitian ini adalah ex post facto, dimana penelitian ini bertujuan untuk dari kompetensi keahlian tersebut. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2012 hingga Mei 2012. meneliti suatu peristiwa yang telah terjadi dan Populasi dalam penelitian ini adalah para kemudian mengamati ke belakang tentang guru produktif SMK bidang keahlian TIK faktor-faktor yang dengan menyebabkan timbulnya kejadian tersebut (Iskandar, 2009:66). populasi berjumlah 79 orang guru yang tersebar di 14 SMK di wilayah kota Lokasi penelitian dilakukan pada Sekolah Yogyakarta. Menengah Kejuruan yang memiliki bidang Teknik sampling yang digunakan adalah keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi proportionate random sampling. Berdasarkan (TIK) di kota Yogyakarta. Jumlah SMK yang formula empiris dari Krejcie dan Morgan membuka bidang keahlian TIK di wilayah (Isaac & Michael, 1984: 192), dengan tingkat kotaYogyakartaialah14sekolah. Berdasarkan kepercayaan 95% maka sampel jumlah guru surat Keputusan Direktur Jendral Manajemen yang menjadi responden adalah 66 orang Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: (pembulatan ke atas). 251/C/KEP/MN/2008, bidang keahlian TIK Tabel 1. Populasi dan Sampel Guru SMK Bidang Keahlian TIK di Kota Yogyakarta Status Jumlah Jumlah No Nama SMK SMK Populasi Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 SMK Negeri 3 Yogyakarta SMK Negeri 2 Yogyakarta SMK Negeri 7 Yogyakarta SMK Negeri 5 Yogyakarta SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta SMK BOPKRI 1 Yogyakarta SMK PIRI 1 Yogyakarta SMK Tamansiswa Jetis SMK PIRI 3 Yogyakarta SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta SMK Ibu Pawiyatan Tamansiswa SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta SMK Ma’arif 1 Yogyakarta Total Populasi Guru Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 Negeri Negeri Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta 8 15 5 10 4 4 7 6 3 2 5 2 6 2 79 7 12 4 8 3 3 6 5 3 2 4 2 5 2 66 173 Setelah diketahui jumlah sampel responden, kemudian sampel penelitian ini dialokasikan secara proporsional untuk masing-masing sekolah dengan tujuan agar sampel nantinya dapat mewakili atau representatif terhadap populasi guru produktif Gambar 1. SMK bidang keahlian TIK di wilayah kota Tata hubung antarvariabel bebas dan terikat Teknik Yogyakarta. Sampel guru pada masing-masing pengumpulan data penelitian menggunakan angket tertutup dan dokumentasi. antara Penyebaran angket kepada subyek penelitian, jumlah populasi guru pada sekolah tersebut yakni guru produktif SMK Bidang Keahlian dengan kemudian TIK di Kota Yogyakarta, yang bertujuan untuk sampel memperoleh data atau informasi mengenai sekolah didapat jumlah dengan populasi hasilnya dikalikan dengan membagi guru jumlah responden (66). Maka, sebaran pengambilan masalah acak sampel responden dari masing-masing variabel-variabel sekolah kepercayaan 95% dokumentasi bersifat studi dokumentasi berupa tampak pada Tabel 1. Setelah jumlah sampel dokumen sekolah, resmi kelembagaan, dan diketahui dari masing-masing sekolah, maka referensi – referensi yang relevan dengan fokus responden guru selanjutnya ditentukan secara permasalahan penelitian. dengan tingkat Dalam penelitian ini bertujuan yang yang menggambarkan diteliti. Sedangkan Instrumen penelitian disusun berdasarkan random pada saat dilakukan penelitian sesuai dengan jumlah sampel guru pada setiap SMK. penelitian kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Instrumen pada variabel mengungkap korelasi antara beberapa variabel Kecerdasan Emosional (X1) berjumlah 16 butir bebas (independent pertanyaan yang variable) dan terikat (dependent variable), dimana variabel terikat ialah profesionalisme guru yang dinyatakan dengan simbol Y. Sedangkan, variabel bebas terdiri atas 3 variabel, antara lain kecerdasan emosional dinyatakan dengan simbol X1; kepuasan kerja dinyatakan dengan simbol X2 dan komitmen dinyatakan dengan simbol X3. teori dikembangkan kecerdasan emosional dari kajian perspektif Goleman yang terdiri atas 5 indikator yakni (a) mengenali emosi diri sendiri; (b) mengatur emosi diri sendiri; (c) memotivasikan diri sendiri, (d) mengenal emosi orang lain dan (e) membina hubungan. Instrumen pada variabel Kepuasan Kerja (X2) berjumlah 16 butir pertanyaan, dikembangkan relevan yang dari beberapa kajian teoritik kemudian didapatkan 6 indikator, antara lain: (a) kondisi tempat kerja, (b) pekerjaan itu sendiri, (c) hubungan dengan atasan, (d) rekan kerja, (e) promosi dan (f) gaji. Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 174 Instrumen (X3) diambil di lokasi yang berbeda, yakni SMK yang ‘‘17” Seyegan, SMK Muhammadiyah 1 dan 2 dikembangkan berdasarkan kajian teori dengan Moyudan Sleman. Data hasil uji coba kemudian perspektif Allen & Mayer dimana terdapat 3 ditabulasikan dan dianalisis melalui rumus indikator, yakni (a) dimensi afektif, (b) dimensi Product Moment dari Karl Pearson. Walaupun berkesinambungan dan (c) dimensi normatif. instrumen yang valid umumnya reliabel, tetapi berjumlah variabel 7 butir Komitmen pertanyaan Instrumen variabel Profesionalisme guru pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. (Y) berjumlah 90 butir pertanyaan yang Setelah didapat instrumen penelitian dikembangkan dengan berlandaskan pada PP. yang sudah valid dan reliabel berjumlah 129 No. 19 Tahun 2005, Permendiknas No. 16 butir Tahun 2007 dan mengadopsi angket yang disebarkan bersumber dari penelitian di kota Malang (Arif produktif SMK bidang keahlian Teknologi Firdausi & Barnawi, 2012 : 111), Informasi dan komunikasi di kota Yogyakarta. kemudian didapat 4 buah indikator, yakni (a) aktualisasi kemampuan teknis pembelajaran, (b) pertanyaan, kemudian kepada Sebelum para selanjutnya responden melakukan uji guru hipotesis, maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan aktualisasi kepribadian diri, (c) aktualisasi beberapa kemampuan komunikasi mencakup uji normalitas, uji lineritas, uji (d) aktualisasi interpersonal, penguasaan dan pengetahuan teoritik. uji persyaratan multikolineritas, dan uji analisis yang homokedastisitas. Analisis inferensial atau pengujian hipotesis Sebelum dilakukan pengukuran digunakan untuk menentukan apakah hipotesis instrumen penelitian, instrumen penelitian perlu nol diterima atau ditolak, dengan kata lain dikonsultasikan analisis inferensial. Hasil dari analisis ini terlebih dahulu kepada pembimbing untuk mendapatkan saran dan kemudian akan kritik perbaikan instrumen. Kemudian, dalam populasi mengukur validitas instrumen penelitian ini analisis yang digunakan dalam penelitian ini digunakan validitas isi melalui expert judgement adalah teknik analisis jalur (path analysis). dimana digeneralisasikan sampel untuk diambil. Teknik dengan cara berkonsultasi kepada para ahli mengenai instrumen, apakah instrumen tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN sudah baik, diperlukan perbaikan, ataupun Kerangka pikir penelitian ini diuraikan dirombak total. Setelah instrumen tersebut menjadi dua sub bagian struktur. Sub struktur disetujui kemudian dilanjutkan pertama mengungkap dengan validitas konstruk melalui uji coba di variabel kecerdasan lapangan. kepuasan kerja (X2) terhadap komitmen guru para ahli, Uji coba instrumen menggunakan sampel yang berjumlah 37 responden guru yang identik dengan sampel pada penelitian ini, tetapi Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 pengaruh emosional langsung (X1) dan (X3). Sub struktur hubungan pengaruh kedua langsun mengungkap dan tidak 175 langsung variabel kecerdasan emosional (X1), 1. Terdapat pengaruh langsung kecerdasan guru emosional terhadap profesionalisme guru (X3) terhadap profesionalisme guru (Y). Maka SMK bidang keahlian Teknologi Informasi selanjutnya, kerangka pikir tersebut dijadikan dan dasar perumusan hipotesis Yogyakarta. yang dirumuskan kepuasan kerja kemudian hipotesis (X2), dan komitmen mayor. Hipotesis didasarkan pada sub Komunikasi (TIK) di Kota penelitian ini, menjadi dua 2. Terdapat pengaruh langsung kepuasan kerja pertama terhadap profesionalisme guru SMK bidang pertama, keahlian mayor struktur sementara hipotesis mayor kedua didasarkan pada sub struktur kedua. Berikut hipotesis- Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta. 3. Terdapat pengaruh langsung komitmen terhadap profesionalisme guru SMK bidang hipotesis penelitian ini diuraikan : keahlian Hipotesis Mayor Pertama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta. Terdapat pengaruh langsung kecerdasan emosional simultan dan kepuasan terhadap kerja komitmen secara Analisis SMK menggunakan guru bidang keahlian data pada metode yang bertujuan penelitian statistik ini inferensial, menguji hipotesis pertama Teknologi Informasi dan Komunikasi hingga ketujuh melalui teknik path analysis atau (TIK) di Kota Yogyakarta. Hipotesis mayor analisis jalur. Teknik path analysis atau analisis pertama memiliki dua hipotesis minor, yakni: jalur digunakan untuk menguji seberapa besar 1. Terdapat pengaruh langsung kecerdasan kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur emosional terhadap komitmen guru SMK serta pengaruh langsung dan tidak langsung bidang keahlian Teknologi Informasi dan pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta. pertama yakni antara variabel X1 2. Terdapat pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap komitmen keahlian guru Teknologi SMK bidang Informasi dan Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta Terdapat pengaruh langsung kecerdasan emosional, kepuasan kerja secara simultan guru SMK terhadap terhadap X3 (hipotesis pertama hingga ketiga) serta hubungan kausal kedua yakni antara variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y (hipotesis keempat hingga ketujuh). Berdasarkan Hipotesis Mayor Kedua: dan komitmen profesionalisme bidang keahlian Teknologi dan X2 hasil pengolahan hipotesis mayor pertama dan hipotesis mayor kedua, maka rekapitulasi persamaan struktur untuk kedua yakni : Persamaan sub struktur 1 Informasi dan Komunikasi (TIK) di Kota X3 = 0,663 X1 + 0,187 X2 + 0,503 ɛ 1; Yogyakarta. Hipotesis mayor kedua memiliki R2x3x2x1 = 0,497. beberapa hipotesis minor, antara lain: pada Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 176 Persamaan sub struktur 2 3. Beberapa keseluruhan hipotesis diuraikan sebagai berikut : 1. Hipotesis mayor menunjukkan dan minor hubungan tak (X1), Kepuasan Kerja (X2), Komitmen Guru Kemudian, pemaknaan hasil perhitungan pada dan tentang pengaruh Kecerdasan Emosional R2yx3x1 = 0,754 ; R2yx3x1x2 =0,755 jalur langsung langsung (melalui X3) dan pengaruh total Y = 0,701 X1 + 0,224 x3 + 0,496 ɛ 2; analisis pengaruh pertama kausal antara variabel X1, X2 dan X3 Hasil uji hipotesis (X3) terhadap Profesionalisme Guru (Y) diuraikan sebagai berikut: a. Pengaruh langsung variabel X1 terhadap X3 sebesar 0,663 (pengaruh total). b. Pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y sebesar 0,701 atau 0,701. menyatakan bahwa secara keseluruhan dan Pengaruh tidak langsung variabel X1 individu (hipotesis terhadap Y melalui X3 = ρ x3 x1 x ρ yx minor) dinyatakan hubungan kausal antara variabel bebas 3 = (0,663) x (0,224) = 0,149. dan Pengaruh total X1 terhadap Y = ρ yx1+ terikat memiliki pengaruh yang signifikan. pengaruh tidak langsung variabel X1 2. Hipotesis mayor dan minor kedua mengungkap pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh non kausal antara variabel X1, X2, X3 dan Y. Hasil uji hipotsis menyatakan keseluruhan, bahwa terdapat yang terhadap Y melalui X3 = ρ x3 x 2 x ρ yx dari ketiga hipotesis minor, hanya dua hipotesis yang menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan terikat, yakni (a) koefisien jalur (kecerdasan X1 terhadap emosional X3 sebesar 0,187 (pengaruh total). d. Pengaruh tidak langsung variabel X2 pengaruh individu, c. Pengaruh langsung variabel X2 terhadap secara signifikan antara X1, X2, X3 terhadap Y. Sementara secara terhadap Y melalui X3 = 0,850. Y terhadap 3 = (0,187) x (0,224) = 0,042. e. Pengaruh langsung variabel X3 terhadap Y sebesar 0,224 (pengaruh total). f. Pengaruh langsung variabel X1 g. Pengaruh langsung variabel X1 jalur X3 sebesar 0,754. profesionalisme hipotesis minor guru). yang tidak adalah koefisien jalur X2 Sedangkan signifikan terhadap Y (kepuasan kerja terhadap profesionalisme guru). Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 dan X2 simultan terhadap X3 sebesar 0,497. profesionalisme guru), dan (b) koefisien terhadap Y (komitmen terhadap secara h. Pengaruh dan X3 langsung variabel X1, X2 sebesar 0,755. secara terhadap Y secara dan X3 simultan simultan terhadap Y 177 Tabel 2. Rekapitulasi dekomposisi dari koefisien jalur, pengaruh langsung dan tidak langsung, pengaruh total variabel Kecerdasan Emosional (X1), Kepuasan Kerja (X2), dan Komitmen (X3) terhadap Profesionalisme Guru (Y) Pengaruh Variabel Pengaruh Kaussal Langsung Tidak Langsung Total Sisa 1 dan 2 Pengaruh bersama (R2) Sub Struktur 1 X1 terhadap X3 0,663 - 0,663 - X2 terhadap X3 0,187 - 0,187 - - - 1 0,503 0,497 X1 dan X2 terhadap X3 Sub Struktur 2 X1 terhadap Y 0,701 0,149 0,850 - - X2 terhadap Y - 0,042 0,042 - - X3 terhadap Y 0,224 - 0,224 - - X1 dan X3 terhadap Y - - 1 0,246 0,754 X1, X2,. dan X3 terhadap Y - - 1 0,245 0,755 Gambar 2. Model Akhir Hubungan Kausal Empiris Struktural X1, X2, dan X3 terhadap Y Berikut pembahasan dari hasi pengujian hipotesis dalam penelitian ini : secara Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Profesionalisme Guru Guru pengaruh emosional guru signifikan terhadap kecerdasan profesionalisme langsung dapat meningkatkan profesionalisme guru tersebut. Profesionalisme guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kecerdasan emosional guru maka dibangun melalui aktualisasi dari penguasaan empat kompetensi guru, yakni aktualisasi kemampuan aktualisasi kepribadian teknis pembelajaran, diri, aktualisasi dalam diri guru tersebut. Kontribusi yang kemampuan disumbangkan sebesar 0,701 aktualisasi penguasaan pengetahuan teoritik. yang mendiskripsikan atau 49,14% bahwa dengan Guru yang komunikasi memiliki interpersonal dan kemampuan teknis Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 178 pembelajaran, berarti guru tersebut memiliki dengan permasalahan yang muncul dalam pemahaman didik, lingkungan kerja sejalan dengan indikator perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, kompetensi profesional dan pedagogik yang dan menuntut terhadap peserta pengembangan peserta didik mengaktualisasikan berbagai untuk potensi yang dimilikinya. Guru yang memiliki kepribadian guru harus mengembangkan diri selalu di peka tengah- dan tengah perkembangan tuntutan stakeholder. diri, berarti guru tersebut dapat mencerminkan Lebih lanjut lagi, mereka menggunakan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, kemampuan tersebut untuk mengembangkan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan mengeluarkan penghambat yang mereka dan hadapi di karir berakhlak mulia. Guru yang memiliki mereka. Guru yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal, berarti posisi berhubungan dengan banyak orang, lebih guru diterima dan disukai oleh muridnya, sebab tersebut mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, guru sesame kependidikan, kebutuhan orang lain dan rasa humor secara stakeholder, orang tua / wali peserta didik, dan proporsional. Besarnya kontribusi kecerdasan masyarakat emosional pendidik, tenaga sekitar. penguasaan Guru yang memiliki pengetahuan teoritik, berarti tersebut memiliki terhadap menunjukkan kepekaan terhadap profesionalisme bahwa guru, peningkatan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan profesionalisme seorang guru dapat diupayakan mendalam, yang mencakup penguasaan materi dengan peningkatan kecerdasan emosional. kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Dengan kecerdasan Pengaruh Kepuasan Kerja Guru terhadap Profesionalisme Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara emosional yang langsung, tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan kerja guru terhadap tinggi, maka akan lebih memudahkan guru profesionalisme dalam tersebut meningkatkan penguasaan keempat Profesionalisme guru tampak pada tingkah kompetensi laku itu dengan lebih baik. Guru diri guru tersebut. guru tersebut saat menjalankan profesi dengan kecerdasan emosi yang tinggi, akan keguruannya. Bagaimana seorang guru dapat memiliki berperan sebagai guru yang ideal sementara interpersonal kemampuan sejalan komunikasi dengan dan indikator sebagai manusia biasa, guru tersebut permasalahan dalam kompetensi sosial dan kepribadian yang harus memiliki berbagai dimiliki seorang guru profesional, sehingga hidupnya, namun seorang guru harus tetap lebih dapat menyesuaikan diri di tengah peserta bisa menunjukkan perilaku profesionalismenya. didik, orang tua serta masyarakat sekitar. Tidak adanya pengaruh langsung yang Dengan kecerdasan emosional yang baik, guru signifikan antara kepuasan kerja guru dengan lebih bersemangat dan tidak mudah menyerah profesionalisme Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 guru kemudian dapat 179 dijelaskan dengan teori dua faktor Herzberg. Indikator kepuasan kerja pada penelitian ini Pengaruh Komitmen Profesionalisme Guru Indikator promosi digolongkan pada faktor motivator atau mempengaruhi faktor kepuasan intrinsik kerja. yang Sementara indikator lainnya digolongkan pada faktor hygiene yakni faktor ekstrinsik yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja seseorang. secara langsung, terdapat pengaruh signifikan komitmen tidak akan merasa tidak puas, namun bukan berarti juga mereka merasa puas (netral). Lebih lanjut lagi, Herzberg menyatakan bahwa jika ingin memotivasi individu dalam pekerjaannya, maka penekanan yang dilakukan seharusnya lebih terfokus pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil-hasil yang berasal darinya, seperti pengakuan, tanggung jawab, promosi dan pencapaian (faktor motivator). Apabila faktor hygiene diperbaiki misalnya dengan memperbaiki hubungan dengan pimpinan, rekan kerja, kenaikan gaji dan status, dan perbaikan kondisi fisik kerja mungkin akan menghadirkan kenyamanan, tetapi bukan memotivasi. Oleh guru terhadap profesionalisme dalam diri guru tersebut. Kontribusi yang disumbangkan sebesar 0,224 atau 5,02%yang mendiskripsikan bahwa dengan peningkatan komitmen guru maka secara langsung dapat meningkatkan profesionalisme guru tersebut. Guru dengan kualitas profesionalisme Herzberg berpendapat bahwa ketika faktorfaktor hygiene telah terpenuhi, orang tersebut terhadap Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara lain situasi kerja, pekerjaan itu sendiri, pimpinan, promosi, rekan kerja dan gaji. Guru tinggi memiliki arti bahwa guru tersebut selalu berusaha menampilkan mendekati perilaku yang standar ideal, merasa bangga terhadap pekerjaannya dan selalu memperbaiki kualitas dirinya. Guru dengan komitmen tinggi maka secara langsung dan kontinyu akan meningkatkan dirinya. Guru profesionalisme dengan komitmen dalam tinggi cenderung melibatkan diri dengan frekuensi lebih tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi juga. Guru akan melibatkan diri pada setiap usaha perkembangan pendidikan siswanya melalui pengembangan kompetensi diri dan bertanggung jawab penuh terhadap hasil belajar para siswanya. yang lebih positif, maka lebih difokuskan pada Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kepuasan Kerja dan Komitmen terhadap Profesionalisme Guru (Determinan Profesionalisme Guru) faktor motivator seperti pengakuan, promosi dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggungjawab. Sebab, seorang guru yang tingkat profesionalisme guru produktif SMK merasa puas hanya dikarenakan peningkatan Bidang dalam faktor hygiene (gaji, hubungan rekan Komunikasi di kota Yogyakarta termasuk dalam kerja, kepsek, situasi kerja dan status),tidak serta kategori baik dengan pencapaian skor sebesar merta akan memberikan sikap kerja yang lebih 72,73%, dimana skor yang rendah dalam positif. dimensi aktualisasi sebab itu, untuk meningkatkan sikap kerja guru Keahlian Teknologi Informasi dan penguasaan pengetahuan Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 180 teoritik,yang dapat diartikan penguasaan keahliannya. Guru tersebut juga harus peka mendalam materi pembelajaran yang mencakup terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di dunia sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi menyesuaikan diri melalui kegiatan-kegiatan materi serta penguasaan terhadap struktur dan pengembangan diri, seperti workshop dan metodologi keilmuan masih rendah. Sementara seminar. Guru profesional akan komitmen itu, skor yang secara pribadi dan bersama- sama berusaha tertinggi aktualisasi kepribadian diartikan kemampuan dalam diri, dimensi yang dapat dan dituntut mengembangkan diri dan cepat profesinya. Guru dalam profesional akan komitmen terhadap pelayanan mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, kepada siswa dan stakeholder. Guru harus dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan mengutamakan pelayanan sehingga akan selalu bagi muridnya tergolong sangat baik. Sementara dihadapkan dengan tantangan saat memberikan itu, uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat pelayanan yang optimal. Guru profesional pengaruh antara memberikan layanan kepada siswa, dimana kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan umur siswa SMK yang masih dalam masa komitmen guru terhadap profesionalisme dalam puber, diri signifikan guru dan tersebut. disumbangkan guru pendidikan simultan sehingga Kontribusi yang perhatian 57%, yang Kecerdasan sebesar mendiskripsikanbahwa dengan peningkatan penuh guru harus memberikan dan ekstra hati-hati. emosional yang baik, akan membantu guru tersebut menghadapi semua kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan tantangan dan komitmen guru maka secara langsung dan diberikan.Kecerdasan simultan dapat meningkatkan profesionalisme membantu guru tersebut. permasalahan sosial dan mengontrol emosi guru tanggung jawab emosional dalam yang akan memecahkan Guru yang profesional berperan sebagai seseorang. Lebih lanjut lagi, guru tersebut akan komunikator dan fasilitator. Guru profesional memiliki kemampuan melihat sesuatu dari memilki tanggung jawab terhadap apa yang dia sudut pandang orang lain sehingga guru bisa ajarkan dalam arti tujuan tidak hanya terhenti di lebih bijak dalam bertindak dan pengambilan dalam kelas saja saat proses belajar mengajar keputusan. formal, dalam menempatkan guru menjadi pribadi yang dapat kompetensi menghadapi situasi yang berbeda. Sementara siswa seutuhnya. Sebagai fasilitator, guru yang itu, guru yang merasa puas akan cenderung profesional harus lebih aktif dan peka terhadap memberikan sikap positif yang terlihat dalam permasalahan belajar siswa, sehingga dapat pekerjaannya. Dengan komitmen yang baik, menfasilitasi pemecahan permasalahan yang guru akan secara tidak langsung akan terbentuk dialami suatu rasa tanggung jawab yang besar dalam melainkan berkomitmen pencapaian tujuan peningkatan selalu siswanya. Guru profesional wajib mengembangkan pengetahuan Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 dan dirinya untuk Kecerdasan emosional juga selalu menjaga setiap amanah 181 yang diberikan padanya serta dengan sadar lebih mudah terdorong dan terjaga motivasi dalam KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan dirinya untuk selalu menjaga dan meningkatkan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan tingkat dirinya. sebagai berikut : dengan 1. Kecerdasan profesionalisme dalam Berdasarkan hasil penelitian, emosional guru secara peningkatan salah satu aspek dari kepuasan signifikan berpengaruh langsung terhadap kerja, antara lain kondisi pekerjaan, komitmen guru produktif SMK Bidang pekerjaan,gaji, hubungan status dengan kepala Keahlian Teknologi Informasi dan sekolah, rekan kerja dan promosi, maka guru Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta, dapat menjadi lebih puas terhadap pekerjaannya. dengan kontribusi sebesar 0,663. Namun, dalam profesionalisme upaya guru, peningkatan maka peningkatan kepuasan kerja melalui aspek promosi lebih 2. Kepuasan kerja guru secara signifikan berpengaruh langsung terhadap komitmen guru produktif SMK Bidang Keahlian dianjurkan tentunya tanpa mengenyampingkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) faktor-faktor di kota Yogyakarta, dengan kontribusi lainnya. Pemberian kesempatan dan tanggung jawab kepada seorang guru untuk mengembangkan kompetensi diri, akan sebesar 0,187. 3. Kecerdasan emosional dan kepuasan kerja meningkatkan kreatifitas dan motivasi guru guru tersebut. Namun, apabila sebuah pekerjaan atau berpengaruh langsung terhadap komitmen tugas tidak memberi kepuasan kepadanya, maka guru produktif cenderung terjadi pengabaian terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pekerjaan dengan mengalihkan di kota Yogyakarta, dengan kontribusi tersebut perhatian dan energinya ke hal-hal lain di luar kepentingan sekolah. Perbaikan tingkat secara signifikan SMK dan simultan Bidang Keahlian sebesar 24,7%. 4. Kecerdasan emosional guru secara kecerdasan emosional dalam diri guru dapat signifikan berpengaruh langsung terhadap dilakukan melalui penciptaan budaya dan iklim profesionalisme kerja yang saling Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan mendukung antara rekan kerja dan kepala Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta, sekolah. dengan kontribusi sebesar 0,701. nyaman, kondusif dan Dengan pengupayaan peningkatan kedua variabel tersebut secara bersama-sama, guru produktif SMK 5. Kepuasan kerja guru tidak berpengaruh maka secara langsung akan menumbuhkan langsung terhadap profesionalisme rasa sebagai produktif SMK Bidang Keahlian Teknologi telah Informasi dan Komunikasi (TIK) di kota selanjutnya akan Yogyakarta. peningkatan rasa komitmen feedback positif didapatkannya, berdampak dalam diri dari yang pada apa guru yang profesionalisme dalam diri guru tersebut. 6. Komitmen berpengaruh guru secara langsung guru signifikan terhadap Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK 182 profesionalisme guru produktif SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,701. 7. Kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan komitmen guru simultan secara signifikan dan berpengaruh terhadap profesionalisme guru produktif SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 57%. 8. Kecerdasan emosional berpengaruh tidak langsung melalui profesionalisme komitmen guru produktif terhadap SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,149. 9. Kepuasan kerja langsung melalui profesionalisme berpengaruh tidak komitmen terhadap guru produktif SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,042. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2008. Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2007/2008. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012 Isaac & Michael. 1984. Handbook in Research and Evaluation. California : EdiTS Publishers. Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada. Kunandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Mahdiansyah. 2010. Perilaku professional guru kejuruan hasil penelitian di SMK negeri DKI Jakarta [Versi Elektronik], Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan (Litjak), 9, 1 - 23. Meyer, J P & Allen, N J. 1991. A threecomponent conceptualization of organizational commitment : some methodological considerations [Versi elektronik], Human Resource Management Review, 1, 61-98. Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Napitupulu, E. L. 4 Oktober 2009. Investasi pada guru, ciptakan masa depan pendidikan yang baik. Kompas. Diambil tanggal 8 Desember 2011, dari http://www.kompas.com/lipsus112009/kp kread/2009/10/04/18200355/Investasi.pad a.Guru..Ciptakan.Masa.Depan.Pendidikan .yang.Baik. Wagiran. 2008. Butir-butir pemikiran pengembangan pendidikan vokasi secara holistik [Versi Elektronik]. Disajikan dalam Seminar Internasional Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional APTEKINDO, 1825 – 1834.