faktor-faktor determinan profesionalisme guru smk

advertisement
169
FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN PROFESIONALISME GURU SMK
BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Athika Dwi Wiji Utami
SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta
[email protected]
Abstrak: Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK Bidang Keahlian Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan
tidak langsung kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan komitmen guru, secara simultan dan
parsial terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta.
Sampel penelitian berjumlah 66 dari 79 guru yang tersebar di 14 SMK di wilayah kota
Yogyakarta. Teknik sampling menggunakan
proportionate
random sampling. Teknik
pengumpulan data penelitian menggunakan angket tertutup. Teknik analisis menggunakan analisis
jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, kecerdasan emosional guru secara
signifikan berpengaruh langsung terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian
TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,701 (faktor determinan). Selanjutnya,
tidak ada pengaruh langsung kepuasan kerja guru terhadap profesionalisme guru produktif SMK
bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta. Komitmen guru secara signifikan berpengaruh langsung
terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan
kontribusi sebesar 0,224. Sementara itu, secara simultan kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan
komitmen guru secara signifikan berpengaruh terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang
keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 57%.
Kata Kunci: profesionalisme, kecerdasan emosional, komitmen, kepuasan kerja
DETERMINANT FACTORS OF THE PROFESSIONALISM
OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL TEACHERS IN
THE INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY
Abstract: Determinant Factors of the Professionalism of Vocational High School Teachers in the
Information and Communication Technology. This study aims to determine direct and indirect
effects of teachers’ emotional intelligence, job satisfaction and commitment, both simultaneously and
partially, on the professionalism of Information and Communication Technology (ICT) productive
teachers in the vocational high schools (VHSs) of Yogyakarta City. The research sample were 66 of 79
ICT productive teachers in 14 VHSs in Yogyakarta City. The sampling technique was proportionate
random sampling. The data collecting techniques was a questionnaire. The data were analyzed using the
path analysis technique. The results show that partially, teachers’ emotional intelligence significantly
and directly affects the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City, with a
contribution of 0,701 (determinant factor). Furthermore, teachers’ job satisfaction does not directly
affect the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City. Significantly, teachers’
commitment directly affects the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs of Yogyakarta City,
with a contribution of 0,224. Meanwhile, simultaneously teachers’ emotional intelligence, job satisfaction
and commitment significantly and directly affect the ICT productive teachers’ professionalism in VHSs
of Yogyakarta City, with contributions by 57%.
Keyword : Professionalism, Emotional Intelligence, Job Satisfaction, Commitment
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
170
kriminalitas dan
PENDAHULUAN
Pendidikan
sangat
kejuruan
berperan
yang
terhadap
bermutu
pertumbuhan
pengangguran
akan
membutuhkan guru yang responsif, sehingga
sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal
ekonomi dan kemajuan suatu negara. Secara
yang mendapat kepercayaan masyarakat harus
konstitusi, penyelenggaraan SMK memiliki
mampu menghasilkan peserta didik yang siap
peranan
menentukan
hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun;
keberhasilan pembangunan nasional. Sejalan
(4) krisisidentitas sebagai bangsa dan Negara
dengan
Indonesia akan membutuhkan guru yang mampu
strategis
strategi
nasional,
maka
diarahkan
salah
dalam
pembangunan
pendidikan
penyelenggaraan
satunga
pada
SMK
kebijakan
berperan sebagai penjaga nilai-nilai termasuk
nilai
nasionalisme
kepada
para
peserta
perluasan akses terhadap pendidikan SMK
didiknya; dan (5) perdagangan bebas akan
sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal,
membutuhkan guru yang visioner, kompeten
yaitu berupa kebijakan
dan
rasio jumlah SMA :
berdedikasi
tinggi
sehingga
mampu
SMK menjadi 30 :70. Peningkatan jumlah SMK
membekali
akan selaras dengan jumlah siswa SMK. Dengan
kompetensi yang diperlukan sebagai bekal
rasio siswa nantinya sekitar 70%, akan banyak
menghadapi
dibutuhkan guru SMK yang berkualifikasi,
globalisasi di atas tersebut harus disikapi guru
berkompeten dan relevan dengan kebutuhan
dengan
SMK.
(Kunandar, 2007: 37 – 40).
Guru yang dianggap berkompeten dan
peserta didik dengan sejumlah
persaingan
global.
mengedepankan
Sementara
itu,
Tantangan
profesionalisme
berdasarkan
data
di
relevan dengan kebutuhan SMK bukan hanya
lapangan menujukkan bahwa kelayakan guru
berkualifikasi saja tetapi juga berkomitmen
dalam
untuk selalu menjadikan pendidikan sebagai
Balitbang Depdiknas (sekarang Kemendiknas),
pendidikan sepanjang hayat, sehingga proses
hingga tahun 2007/2008 menyatakan bahwa
perbaikan diri dan pengembangan kompetensi
masih
akan terus menerus terjadi dan menerapkannya
berijasah S1 (23,04%) dan sebesar 23,04% guru
dalam kehidupan demi masa depan
SMK
didik.
Sementara
itu,
terdapat
peserta
beberapa
mengajar
banyak
tidak
masih
guru
layak
meragukan.
SMK
mengajar
yang
pada
Data
belum
tahun
2007/2008 (Mahdiansyah, 2010: 4). Kemudian,
tantangan guru ke depan (Napitupulu, 2009:1),
data
antara lain (1) perkembangan IPTEK yang cepat
menyatakan untuk guru SMK hanya 56,7% dari
dan pesat akan membutuhkan guru yang
147.559 guru yang layak mengajar. Sementara
berkarakteristik adaptif responsif, arif dan
itu, Governing
bijaksana; (2) arus negatif globalisasi akan
menunjukkan masih minimnya jumlah guru
membutuhkan guru yang bisa berperan aktif dan
yang memenuhi kualifikasi
bijaksana sebagai fasilitator dan pembimbing
pendidikan kejuruan di kawasan Asia Tenggara
para peserta didik; (3) krisis sosial, seperti
(Wagiran, 2008: 1827).
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Balitbang
Yogyakarta
2005/2006
Board Members (2004) juga
standar pada
171
Lalu, mengapa terjadi gap antara data
profesional, sehingga yang dihasilkan guru
di lapangan dan idealnya? Apa yang menjadi
setengah jadi yang kurang patuh terhadap etika
permasalahannya? Rendahnya mutu pendidikan
profesi; dan kurangnya motivasi guru dalam
nasional ditengarai disebabkan profesionalisme
meningkatkan kualitas diri, misalnya masih
guru di
rendanya motivasi guru dalam melakukan
Indonesia yang masih rendah dan
keengganan
belajar
masih
penelitian ilmiah. Di pihak siswa SMK, beban
berkualifikasi merupakan
yang mereka pikul menjadi semakin berat jika
suatu polemik tersendiri yang perlu disadari dan
dibandingkan dengan siswa SMA. Hal tersebut
harus segera ditemukan solusinya. Pemerintah
mengindikasikan semakin beratnya tugas dan
melakukan beberapa
peran guru SMK ini dalam mempersiapkan para
terbatasnya guru
meningkatkan
siswa.
upaya
profesionalisme
Maka,
dalam rangka
para
guru.
siswanya untuk lulus UN sebelum benar-benar
Didasarkan pada amanat UU Nomor 14 Tahun
terjun
2004
sesungguhnya.
mengenai
pemerintah
Guru
dan
melahirkan
Dosen,
dunia
kerja
yang
program
Apa yang kemudian terjadi? Bukan tidak
sertifikasi guru. Dengan guru yang profesional,
mungkin bisa memunculkan penyimpangan
maka percepatan belajar mencapai tujuannya
dalam diri guru tersebut, seperti munculnya
cepat dicapai, seiring dengan hal tersebut maka
sikap pesimis dan konsep diri yang negatif pada
kualitas
diri guru. Hal
hidup
dan
sebuah
maka
memasuki
produktivitas
akan
meningkat.
ini
tidak
dapat
dikatakan
muncul semata-mata dikarenakan oleh skill dan
Namun, kenyataannya menurut Ketua
kemampuan akademik guru yang rendah, tetapi
Ikatan Guru Indonesia (IGI), Satria Dharma,
dapat juga dikarenakan
hal
dapat
guru yang rendah. Kesiapan psikologis guru
meningkatkan profesionalisme guru. Rendahnya
ini berkaitan dengan kecerdasan emosional yang
motivasi belajar para guru ditengarai sebagai
dimiliki seorang
salah
yang menyebabkan
yang apabila terjadi, maka akan tercemin
peningkatan mutu dan profesionalitas ini tidak
pada perasaan guru terhadap pekerjaannya,
juga berhasil dicapai. Banyak guru yang tidak
dan kemudian diwujudkan
menekuni profesinya secara utuh, dalam artian
positif guru terhadap pekerjaannya. Komitmen
waktu di luar jam kerjanya tidak diisi dengan
guru, yang diindikasikan guru akan memiliki
pengembangan kompetensi diri sebagai guru,
kebutuhan dan harapan yang tinggi terhadap
tetapi lebih dengan bekerja demi memenuhi
sekolah
kebutuhan
hidup sehari-hari. Belum adanya
termotivasi saat harapannya terpenuhi. Maka,
standar profesional guru sebagaimana tuntutan
peneliti tertarik untuk mengkaji hubungan dan
di negara-negara maju. Kemungkinan rendahnya
pengaruh antara kecerdasan emosional dan
komitmen LPTK selaku pencetak guru dalam
komitmen dan kepuasan kerja yang dimiliki
menghasilkan calon guru yang kompeten dan
guru terhadap profesionalisme guru, yang ketiga
tersebut
satu
tidak
kendala
serta
merta
tempat
kesiapan
psikologis
guru. Kepuasan kerja guru,
mengajar
dalam
dan
sikap
lebih
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
172
komponen tersebut diindikasikan determinan
terdiri atas 3 kompetensi keahlian, yakni
profesionalisme seorang guru, dengan studi
Teknik Komputer dan Informatika, Teknik
kasus pada guru SMK bidang keahlian TIK di
Telekomunikasi
kota Yogyakarta.
Maka, subyek penelitiannya adalah para guru
dan Teknik Broadcasting.
produktif yang mengajar di ketiga atau salah
METODE
satu
Jenis dan desain penelitian ini adalah ex
post facto, dimana penelitian ini bertujuan untuk
dari
kompetensi
keahlian
tersebut.
Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan
Februari 2012 hingga Mei 2012.
meneliti suatu peristiwa yang telah terjadi dan
Populasi dalam penelitian ini adalah para
kemudian mengamati ke belakang tentang
guru produktif SMK bidang keahlian TIK
faktor-faktor yang
dengan
menyebabkan timbulnya
kejadian tersebut (Iskandar, 2009:66).
populasi
berjumlah 79 orang guru
yang tersebar di 14 SMK di wilayah kota
Lokasi penelitian dilakukan pada Sekolah
Yogyakarta.
Menengah Kejuruan yang memiliki bidang
Teknik sampling yang digunakan adalah
keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi
proportionate random sampling. Berdasarkan
(TIK) di kota Yogyakarta. Jumlah SMK yang
formula empiris dari Krejcie dan Morgan
membuka bidang keahlian TIK di wilayah
(Isaac & Michael, 1984: 192), dengan tingkat
kotaYogyakartaialah14sekolah.
Berdasarkan
kepercayaan 95% maka sampel jumlah guru
surat Keputusan Direktur Jendral
Manajemen
yang menjadi responden adalah 66 orang
Pendidikan Dasar dan Menengah
Nomor:
(pembulatan ke atas).
251/C/KEP/MN/2008, bidang keahlian TIK
Tabel 1.
Populasi dan Sampel Guru SMK Bidang Keahlian TIK di Kota Yogyakarta
Status
Jumlah
Jumlah
No
Nama SMK
SMK
Populasi
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
SMK Negeri 3 Yogyakarta
SMK Negeri 2 Yogyakarta
SMK Negeri 7 Yogyakarta
SMK Negeri 5 Yogyakarta
SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta
SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
SMK PIRI 1 Yogyakarta
SMK Tamansiswa Jetis
SMK PIRI 3 Yogyakarta
SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta
SMK Ibu Pawiyatan Tamansiswa
SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
SMK Ma’arif 1 Yogyakarta
Total Populasi Guru
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
8
15
5
10
4
4
7
6
3
2
5
2
6
2
79
7
12
4
8
3
3
6
5
3
2
4
2
5
2
66
173
Setelah
diketahui
jumlah
sampel
responden, kemudian sampel penelitian ini
dialokasikan
secara
proporsional
untuk
masing-masing sekolah dengan tujuan agar
sampel
nantinya
dapat
mewakili
atau
representatif terhadap populasi guru produktif
Gambar 1.
SMK bidang keahlian TIK di wilayah kota
Tata hubung antarvariabel bebas
dan terikat
Teknik
Yogyakarta.
Sampel
guru
pada
masing-masing
pengumpulan
data
penelitian
menggunakan angket tertutup dan dokumentasi.
antara
Penyebaran angket kepada subyek penelitian,
jumlah populasi guru pada sekolah tersebut
yakni guru produktif SMK Bidang Keahlian
dengan
kemudian
TIK di Kota Yogyakarta, yang bertujuan untuk
sampel
memperoleh data atau informasi mengenai
sekolah
didapat
jumlah
dengan
populasi
hasilnya dikalikan
dengan
membagi
guru
jumlah
responden (66). Maka, sebaran pengambilan
masalah
acak sampel responden dari masing-masing
variabel-variabel
sekolah
kepercayaan 95%
dokumentasi bersifat studi dokumentasi berupa
tampak pada Tabel 1. Setelah jumlah sampel
dokumen sekolah, resmi kelembagaan, dan
diketahui dari masing-masing sekolah, maka
referensi – referensi yang relevan dengan fokus
responden guru selanjutnya ditentukan secara
permasalahan penelitian.
dengan
tingkat
Dalam
penelitian
ini
bertujuan
yang
yang
menggambarkan
diteliti.
Sedangkan
Instrumen penelitian disusun berdasarkan
random pada saat dilakukan penelitian sesuai
dengan jumlah sampel guru pada setiap SMK.
penelitian
kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya
yang
relevan.
Instrumen
pada
variabel
mengungkap korelasi antara beberapa variabel
Kecerdasan Emosional (X1) berjumlah 16 butir
bebas (independent
pertanyaan yang
variable)
dan
terikat
(dependent variable), dimana variabel terikat
ialah profesionalisme guru yang dinyatakan
dengan simbol Y. Sedangkan, variabel bebas
terdiri atas 3 variabel, antara lain kecerdasan
emosional
dinyatakan
dengan
simbol
X1;
kepuasan kerja dinyatakan dengan simbol X2
dan komitmen dinyatakan dengan simbol X3.
teori
dikembangkan
kecerdasan
emosional
dari kajian
perspektif
Goleman yang terdiri atas 5 indikator yakni
(a) mengenali emosi diri sendiri; (b) mengatur
emosi diri sendiri; (c) memotivasikan diri
sendiri, (d) mengenal emosi orang lain dan (e)
membina hubungan.
Instrumen
pada
variabel
Kepuasan
Kerja (X2) berjumlah 16 butir pertanyaan,
dikembangkan
relevan
yang
dari beberapa kajian teoritik
kemudian
didapatkan
6
indikator, antara lain: (a) kondisi tempat kerja,
(b) pekerjaan itu sendiri, (c) hubungan dengan
atasan, (d) rekan kerja, (e) promosi dan (f) gaji.
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
174
Instrumen
(X3)
diambil di lokasi yang berbeda, yakni SMK
yang
‘‘17” Seyegan, SMK Muhammadiyah 1 dan 2
dikembangkan berdasarkan kajian teori dengan
Moyudan Sleman. Data hasil uji coba kemudian
perspektif Allen & Mayer dimana terdapat 3
ditabulasikan dan dianalisis melalui rumus
indikator, yakni (a) dimensi afektif, (b) dimensi
Product Moment dari Karl Pearson. Walaupun
berkesinambungan dan (c) dimensi normatif.
instrumen yang valid umumnya reliabel, tetapi
berjumlah
variabel
7
butir
Komitmen
pertanyaan
Instrumen variabel Profesionalisme guru
pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
(Y) berjumlah 90 butir pertanyaan yang
Setelah
didapat
instrumen
penelitian
dikembangkan dengan berlandaskan pada PP.
yang sudah valid dan reliabel berjumlah 129
No. 19 Tahun 2005, Permendiknas No. 16
butir
Tahun 2007 dan mengadopsi angket yang
disebarkan
bersumber dari penelitian di kota Malang (Arif
produktif SMK bidang keahlian Teknologi
Firdausi & Barnawi, 2012 : 111),
Informasi dan komunikasi di kota Yogyakarta.
kemudian
didapat 4 buah indikator, yakni (a) aktualisasi
kemampuan
teknis
pembelajaran,
(b)
pertanyaan,
kemudian
kepada
Sebelum
para
selanjutnya
responden
melakukan
uji
guru
hipotesis,
maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
aktualisasi kepribadian diri, (c) aktualisasi
beberapa
kemampuan komunikasi
mencakup uji normalitas, uji lineritas, uji
(d)
aktualisasi
interpersonal,
penguasaan
dan
pengetahuan
teoritik.
uji
persyaratan
multikolineritas, dan uji
analisis
yang
homokedastisitas.
Analisis inferensial atau pengujian hipotesis
Sebelum
dilakukan
pengukuran
digunakan untuk menentukan apakah hipotesis
instrumen penelitian, instrumen penelitian perlu
nol diterima atau ditolak, dengan kata lain
dikonsultasikan
analisis inferensial. Hasil dari analisis ini
terlebih
dahulu
kepada
pembimbing untuk mendapatkan saran dan
kemudian
akan
kritik perbaikan instrumen. Kemudian, dalam
populasi
mengukur validitas instrumen penelitian ini
analisis yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan validitas isi melalui expert judgement
adalah teknik analisis jalur (path analysis).
dimana
digeneralisasikan
sampel
untuk
diambil.
Teknik
dengan cara berkonsultasi kepada para ahli
mengenai instrumen, apakah instrumen tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah baik, diperlukan perbaikan, ataupun
Kerangka pikir penelitian ini diuraikan
dirombak total. Setelah instrumen tersebut
menjadi dua sub bagian struktur. Sub struktur
disetujui
kemudian dilanjutkan
pertama
mengungkap
dengan validitas konstruk melalui uji coba di
variabel
kecerdasan
lapangan.
kepuasan kerja (X2) terhadap komitmen guru
para
ahli,
Uji coba instrumen menggunakan sampel
yang berjumlah 37 responden guru yang identik
dengan
sampel pada penelitian ini, tetapi
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
pengaruh
emosional
langsung
(X1)
dan
(X3).
Sub
struktur
hubungan
pengaruh
kedua
langsun
mengungkap
dan
tidak
175
langsung variabel kecerdasan emosional (X1),
1. Terdapat pengaruh langsung kecerdasan
guru
emosional terhadap profesionalisme guru
(X3) terhadap profesionalisme guru (Y). Maka
SMK bidang keahlian Teknologi Informasi
selanjutnya, kerangka pikir tersebut dijadikan
dan
dasar perumusan
hipotesis
Yogyakarta.
yang
dirumuskan
kepuasan
kerja
kemudian
hipotesis
(X2),
dan komitmen
mayor. Hipotesis
didasarkan
pada sub
Komunikasi
(TIK)
di
Kota
penelitian
ini,
menjadi
dua
2. Terdapat pengaruh langsung kepuasan kerja
pertama
terhadap profesionalisme guru SMK bidang
pertama,
keahlian
mayor
struktur
sementara hipotesis mayor kedua didasarkan
pada sub struktur kedua. Berikut hipotesis-
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta.
3. Terdapat
pengaruh
langsung
komitmen
terhadap profesionalisme guru SMK bidang
hipotesis penelitian ini diuraikan :
keahlian
Hipotesis Mayor Pertama
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta.
Terdapat pengaruh langsung kecerdasan
emosional
simultan
dan kepuasan
terhadap
kerja
komitmen
secara
Analisis
SMK
menggunakan
guru
bidang keahlian
data
pada
metode
yang bertujuan
penelitian
statistik
ini
inferensial,
menguji hipotesis pertama
Teknologi Informasi dan Komunikasi
hingga ketujuh melalui teknik path analysis atau
(TIK) di Kota Yogyakarta. Hipotesis mayor
analisis jalur. Teknik path analysis atau analisis
pertama memiliki dua hipotesis minor, yakni:
jalur digunakan untuk menguji seberapa besar
1. Terdapat pengaruh langsung kecerdasan
kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur
emosional terhadap komitmen guru SMK
serta pengaruh langsung dan tidak langsung
bidang keahlian Teknologi Informasi dan
pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal
Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta.
pertama yakni antara variabel X1
2. Terdapat pengaruh langsung kepuasan kerja
terhadap
komitmen
keahlian
guru
Teknologi
SMK
bidang
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) di Kota Yogyakarta
Terdapat pengaruh langsung kecerdasan
emosional, kepuasan kerja
secara
simultan
guru
SMK
terhadap
terhadap X3 (hipotesis pertama hingga ketiga)
serta
hubungan kausal kedua yakni antara
variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y (hipotesis
keempat hingga ketujuh).
Berdasarkan
Hipotesis Mayor Kedua:
dan
komitmen
profesionalisme
bidang keahlian Teknologi
dan X2
hasil
pengolahan
hipotesis mayor pertama dan hipotesis mayor
kedua, maka rekapitulasi persamaan struktur
untuk kedua yakni :
Persamaan sub struktur 1
Informasi dan Komunikasi (TIK) di Kota
X3 = 0,663 X1 + 0,187 X2 + 0,503 ɛ 1;
Yogyakarta. Hipotesis mayor kedua memiliki
R2x3x2x1 = 0,497.
beberapa hipotesis minor, antara lain:
pada
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
176
Persamaan sub struktur 2
3. Beberapa
keseluruhan
hipotesis
diuraikan sebagai berikut :
1. Hipotesis
mayor
menunjukkan
dan
minor
hubungan
tak
(X1), Kepuasan Kerja (X2), Komitmen Guru
Kemudian, pemaknaan hasil perhitungan
pada
dan
tentang pengaruh Kecerdasan Emosional
R2yx3x1 = 0,754 ; R2yx3x1x2 =0,755
jalur
langsung
langsung (melalui X3) dan pengaruh total
Y = 0,701 X1 + 0,224 x3 + 0,496 ɛ 2;
analisis
pengaruh
pertama
kausal
antara
variabel X1, X2 dan X3 Hasil uji hipotesis
(X3) terhadap Profesionalisme Guru (Y)
diuraikan sebagai berikut:
a. Pengaruh langsung variabel X1 terhadap
X3 sebesar 0,663 (pengaruh total).
b. Pengaruh langsung variabel X1 terhadap
Y sebesar 0,701 atau 0,701.
menyatakan bahwa secara keseluruhan dan
Pengaruh tidak langsung variabel X1
individu (hipotesis
terhadap Y melalui X3 = ρ x3 x1 x ρ yx
minor)
dinyatakan
hubungan kausal antara variabel bebas
3 = (0,663) x (0,224) = 0,149.
dan
Pengaruh total X1 terhadap Y = ρ yx1+
terikat
memiliki pengaruh yang
signifikan.
pengaruh tidak langsung variabel X1
2. Hipotesis
mayor
dan
minor
kedua
mengungkap pengaruh langsung, pengaruh
tidak langsung, dan pengaruh non kausal
antara variabel X1, X2, X3 dan Y. Hasil uji
hipotsis
menyatakan
keseluruhan,
bahwa
terdapat
yang
terhadap Y melalui X3 = ρ x3 x 2 x ρ yx
dari ketiga
hipotesis minor, hanya dua hipotesis yang
menunjukkan pengaruh
yang
signifikan
antara variabel bebas dan terikat, yakni
(a)
koefisien
jalur
(kecerdasan
X1
terhadap
emosional
X3 sebesar 0,187 (pengaruh total).
d. Pengaruh tidak langsung variabel X2
pengaruh
individu,
c. Pengaruh langsung variabel X2 terhadap
secara
signifikan antara X1, X2, X3 terhadap Y.
Sementara secara
terhadap Y melalui X3 = 0,850.
Y
terhadap
3
= (0,187) x (0,224) = 0,042.
e. Pengaruh langsung variabel X3 terhadap
Y sebesar 0,224 (pengaruh total).
f. Pengaruh
langsung
variabel X1
g. Pengaruh
langsung
variabel X1
jalur X3
sebesar 0,754.
profesionalisme
hipotesis
minor
guru).
yang
tidak
adalah koefisien jalur X2
Sedangkan
signifikan
terhadap Y
(kepuasan kerja terhadap profesionalisme
guru).
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
dan X2
simultan
terhadap X3
sebesar 0,497.
profesionalisme guru), dan (b) koefisien
terhadap Y (komitmen terhadap
secara
h. Pengaruh
dan X3
langsung
variabel X1, X2
sebesar 0,755.
secara
terhadap Y
secara
dan X3
simultan
simultan
terhadap Y
177
Tabel 2.
Rekapitulasi dekomposisi dari koefisien jalur, pengaruh langsung dan tidak langsung, pengaruh
total variabel Kecerdasan Emosional (X1), Kepuasan Kerja (X2), dan Komitmen (X3) terhadap
Profesionalisme Guru (Y)
Pengaruh Variabel
Pengaruh Kaussal
Langsung
Tidak
Langsung
Total
Sisa 1 dan 2
Pengaruh
bersama (R2)
Sub Struktur 1
X1 terhadap X3
0,663
-
0,663
-
X2 terhadap X3
0,187
-
0,187
-
-
-
1
0,503
0,497
X1 dan X2 terhadap X3
Sub Struktur 2
X1 terhadap Y
0,701
0,149
0,850
-
-
X2 terhadap Y
-
0,042
0,042
-
-
X3 terhadap Y
0,224
-
0,224
-
-
X1 dan X3 terhadap Y
-
-
1
0,246
0,754
X1, X2,. dan X3 terhadap Y
-
-
1
0,245
0,755
Gambar 2.
Model Akhir Hubungan Kausal Empiris Struktural X1, X2, dan X3 terhadap Y
Berikut pembahasan dari hasi pengujian
hipotesis dalam penelitian ini :
secara
Pengaruh Kecerdasan Emosional
terhadap Profesionalisme Guru
Guru
pengaruh
emosional
guru
signifikan
terhadap
kecerdasan
profesionalisme
langsung
dapat
meningkatkan
profesionalisme guru tersebut. Profesionalisme
guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat
peningkatan kecerdasan emosional guru maka
dibangun
melalui
aktualisasi
dari
penguasaan empat kompetensi guru, yakni
aktualisasi kemampuan
aktualisasi
kepribadian
teknis pembelajaran,
diri,
aktualisasi
dalam diri guru tersebut. Kontribusi yang
kemampuan
disumbangkan sebesar 0,701
aktualisasi penguasaan pengetahuan teoritik.
yang
mendiskripsikan
atau 49,14%
bahwa
dengan
Guru
yang
komunikasi
memiliki
interpersonal dan
kemampuan
teknis
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
178
pembelajaran, berarti guru tersebut memiliki
dengan permasalahan yang muncul dalam
pemahaman
didik,
lingkungan kerja sejalan dengan indikator
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
kompetensi profesional dan pedagogik yang
dan
menuntut
terhadap
peserta
pengembangan peserta didik
mengaktualisasikan
berbagai
untuk
potensi
yang
dimilikinya. Guru yang memiliki kepribadian
guru
harus
mengembangkan
diri
selalu
di
peka
tengah-
dan
tengah
perkembangan tuntutan stakeholder.
diri, berarti guru tersebut dapat mencerminkan
Lebih lanjut lagi, mereka menggunakan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
kemampuan tersebut untuk mengembangkan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan mengeluarkan penghambat yang mereka
dan
hadapi di karir
berakhlak mulia. Guru yang memiliki
mereka. Guru yang memiliki
kemampuan komunikasi interpersonal, berarti
posisi berhubungan dengan banyak orang, lebih
guru
diterima dan disukai oleh muridnya, sebab
tersebut
mampu
berkomunikasi
dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik,
guru
sesame
kependidikan,
kebutuhan orang lain dan rasa humor secara
stakeholder, orang tua / wali peserta didik, dan
proporsional. Besarnya kontribusi kecerdasan
masyarakat
emosional
pendidik,
tenaga
sekitar.
penguasaan
Guru
yang
memiliki
pengetahuan teoritik,
berarti
tersebut
memiliki
terhadap
menunjukkan
kepekaan terhadap
profesionalisme
bahwa
guru,
peningkatan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
profesionalisme seorang guru dapat diupayakan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi
dengan peningkatan kecerdasan emosional.
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta
penguasaan
terhadap
struktur
dan
metodologi keilmuannya.
Dengan
kecerdasan
Pengaruh Kepuasan Kerja Guru terhadap
Profesionalisme Guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara
emosional
yang
langsung,
tidak
terdapat pengaruh
signifikan antara kepuasan kerja guru terhadap
tinggi, maka akan lebih memudahkan guru
profesionalisme dalam
tersebut meningkatkan penguasaan keempat
Profesionalisme guru tampak pada tingkah
kompetensi
laku
itu
dengan lebih baik.
Guru
diri
guru
tersebut.
guru tersebut saat menjalankan profesi
dengan kecerdasan emosi yang tinggi, akan
keguruannya. Bagaimana seorang guru dapat
memiliki
berperan sebagai guru yang ideal sementara
interpersonal
kemampuan
sejalan
komunikasi
dengan
dan
indikator
sebagai
manusia
biasa,
guru
tersebut
permasalahan
dalam
kompetensi sosial dan kepribadian yang harus
memiliki berbagai
dimiliki seorang guru profesional, sehingga
hidupnya, namun seorang guru harus tetap
lebih dapat menyesuaikan diri di tengah peserta
bisa menunjukkan perilaku profesionalismenya.
didik, orang tua serta masyarakat sekitar.
Tidak adanya pengaruh langsung yang
Dengan kecerdasan emosional yang baik, guru
signifikan antara kepuasan kerja guru dengan
lebih bersemangat dan tidak mudah menyerah
profesionalisme
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
guru
kemudian
dapat
179
dijelaskan dengan teori dua faktor Herzberg.
Indikator kepuasan kerja pada penelitian ini
Pengaruh
Komitmen
Profesionalisme Guru
Indikator promosi digolongkan pada faktor
motivator
atau
mempengaruhi
faktor
kepuasan
intrinsik
kerja.
yang
Sementara
indikator lainnya digolongkan pada faktor
hygiene
yakni
faktor
ekstrinsik
yang
mempengaruhi ketidakpuasan kerja seseorang.
secara langsung, terdapat pengaruh signifikan
komitmen
tidak akan merasa tidak puas, namun bukan
berarti juga mereka merasa puas (netral). Lebih
lanjut lagi, Herzberg menyatakan bahwa jika
ingin memotivasi individu dalam pekerjaannya,
maka penekanan yang dilakukan seharusnya
lebih
terfokus
pada
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau
dengan hasil-hasil yang berasal darinya, seperti
pengakuan, tanggung jawab, promosi dan
pencapaian (faktor motivator). Apabila faktor
hygiene
diperbaiki
misalnya
dengan
memperbaiki hubungan dengan pimpinan, rekan
kerja, kenaikan gaji dan status, dan perbaikan
kondisi fisik kerja mungkin akan menghadirkan
kenyamanan, tetapi bukan memotivasi. Oleh
guru
terhadap
profesionalisme
dalam diri guru tersebut. Kontribusi yang
disumbangkan sebesar 0,224 atau 5,02%yang
mendiskripsikan bahwa dengan peningkatan
komitmen guru maka secara langsung dapat
meningkatkan profesionalisme guru tersebut.
Guru dengan kualitas profesionalisme
Herzberg berpendapat bahwa ketika faktorfaktor hygiene telah terpenuhi, orang tersebut
terhadap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
antara lain situasi kerja, pekerjaan itu sendiri,
pimpinan, promosi, rekan kerja dan gaji.
Guru
tinggi memiliki arti bahwa guru tersebut selalu
berusaha
menampilkan
mendekati
perilaku
yang
standar ideal, merasa bangga
terhadap pekerjaannya dan selalu memperbaiki
kualitas dirinya.
Guru
dengan
komitmen
tinggi maka secara langsung dan kontinyu
akan
meningkatkan
dirinya.
Guru
profesionalisme
dengan
komitmen
dalam
tinggi
cenderung melibatkan diri dengan frekuensi
lebih tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab
yang lebih tinggi juga. Guru akan melibatkan
diri pada setiap usaha perkembangan pendidikan
siswanya melalui pengembangan kompetensi
diri dan bertanggung jawab penuh terhadap hasil
belajar para siswanya.
yang lebih positif, maka lebih difokuskan pada
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional,
Kepuasan Kerja dan Komitmen terhadap
Profesionalisme
Guru
(Determinan
Profesionalisme Guru)
faktor motivator seperti pengakuan, promosi dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanggungjawab. Sebab, seorang guru yang
tingkat profesionalisme guru produktif SMK
merasa puas hanya dikarenakan peningkatan
Bidang
dalam faktor
hygiene (gaji, hubungan rekan
Komunikasi di kota Yogyakarta termasuk dalam
kerja, kepsek, situasi kerja dan status),tidak serta
kategori baik dengan pencapaian skor sebesar
merta akan memberikan sikap kerja yang lebih
72,73%, dimana skor yang rendah dalam
positif.
dimensi aktualisasi
sebab itu, untuk meningkatkan sikap kerja guru
Keahlian
Teknologi Informasi dan
penguasaan pengetahuan
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
180
teoritik,yang
dapat
diartikan
penguasaan
keahliannya. Guru
tersebut juga harus peka
mendalam materi pembelajaran yang mencakup
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
dunia
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
menyesuaikan diri melalui kegiatan-kegiatan
materi serta penguasaan terhadap struktur dan
pengembangan diri, seperti workshop dan
metodologi keilmuan masih rendah. Sementara
seminar. Guru profesional akan komitmen
itu, skor yang
secara pribadi dan bersama- sama berusaha
tertinggi
aktualisasi
kepribadian
diartikan
kemampuan
dalam
diri,
dimensi
yang dapat
dan
dituntut
mengembangkan diri dan
cepat
profesinya. Guru
dalam
profesional akan komitmen terhadap pelayanan
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
kepada siswa dan stakeholder. Guru harus
dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan
mengutamakan pelayanan sehingga akan selalu
bagi muridnya tergolong sangat baik. Sementara
dihadapkan dengan tantangan saat memberikan
itu, uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat
pelayanan yang optimal. Guru profesional
pengaruh
antara
memberikan layanan kepada siswa, dimana
kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan
umur siswa SMK yang masih dalam masa
komitmen guru terhadap profesionalisme dalam
puber,
diri
signifikan
guru
dan
tersebut.
disumbangkan
guru
pendidikan
simultan
sehingga
Kontribusi
yang
perhatian
57%,
yang
Kecerdasan
sebesar
mendiskripsikanbahwa dengan
peningkatan
penuh
guru
harus
memberikan
dan
ekstra
hati-hati.
emosional
yang
baik,
akan
membantu guru tersebut menghadapi semua
kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan
tantangan
dan
komitmen guru maka secara langsung dan
diberikan.Kecerdasan
simultan dapat meningkatkan profesionalisme
membantu
guru tersebut.
permasalahan sosial dan mengontrol emosi
guru
tanggung
jawab
emosional
dalam
yang
akan
memecahkan
Guru yang profesional berperan sebagai
seseorang. Lebih lanjut lagi, guru tersebut akan
komunikator dan fasilitator. Guru profesional
memiliki kemampuan melihat sesuatu dari
memilki tanggung jawab terhadap apa yang dia
sudut pandang orang lain sehingga guru bisa
ajarkan dalam arti tujuan tidak hanya terhenti di
lebih bijak dalam bertindak dan pengambilan
dalam kelas saja saat proses belajar mengajar
keputusan.
formal,
dalam
menempatkan guru menjadi pribadi yang dapat
kompetensi
menghadapi situasi yang berbeda. Sementara
siswa seutuhnya. Sebagai fasilitator, guru yang
itu, guru yang merasa puas akan cenderung
profesional harus lebih aktif dan peka terhadap
memberikan sikap positif yang terlihat dalam
permasalahan belajar siswa, sehingga
dapat
pekerjaannya. Dengan komitmen yang baik,
menfasilitasi pemecahan permasalahan yang
guru akan secara tidak langsung akan terbentuk
dialami
suatu rasa tanggung jawab yang besar dalam
melainkan
berkomitmen
pencapaian tujuan peningkatan
selalu
siswanya.
Guru profesional wajib
mengembangkan
pengetahuan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
dan
dirinya untuk
Kecerdasan
emosional
juga
selalu menjaga setiap amanah
181
yang diberikan padanya serta dengan sadar lebih
mudah terdorong dan terjaga motivasi dalam
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
dirinya untuk selalu menjaga dan meningkatkan
pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
tingkat
dirinya.
sebagai berikut :
dengan
1. Kecerdasan
profesionalisme dalam
Berdasarkan
hasil
penelitian,
emosional
guru
secara
peningkatan salah satu aspek dari kepuasan
signifikan berpengaruh langsung terhadap
kerja, antara lain kondisi pekerjaan,
komitmen guru produktif SMK Bidang
pekerjaan,gaji,
hubungan
status
dengan
kepala
Keahlian
Teknologi
Informasi
dan
sekolah, rekan kerja dan promosi, maka guru
Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta,
dapat menjadi lebih puas terhadap pekerjaannya.
dengan kontribusi sebesar 0,663.
Namun,
dalam
profesionalisme
upaya
guru,
peningkatan
maka
peningkatan
kepuasan kerja melalui aspek promosi
lebih
2. Kepuasan kerja
guru secara
signifikan
berpengaruh langsung terhadap komitmen
guru
produktif
SMK
Bidang Keahlian
dianjurkan tentunya tanpa mengenyampingkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
faktor-faktor
di kota Yogyakarta, dengan kontribusi
lainnya. Pemberian kesempatan
dan tanggung jawab kepada seorang guru untuk
mengembangkan kompetensi
diri,
akan
sebesar 0,187.
3. Kecerdasan emosional dan kepuasan kerja
meningkatkan kreatifitas dan motivasi guru
guru
tersebut. Namun, apabila sebuah pekerjaan atau
berpengaruh langsung terhadap komitmen
tugas tidak memberi kepuasan kepadanya, maka
guru produktif
cenderung terjadi
pengabaian
terhadap
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
pekerjaan
dengan
mengalihkan
di kota Yogyakarta, dengan kontribusi
tersebut
perhatian dan energinya ke hal-hal lain di
luar kepentingan sekolah. Perbaikan tingkat
secara
signifikan
SMK
dan
simultan
Bidang Keahlian
sebesar 24,7%.
4. Kecerdasan
emosional
guru
secara
kecerdasan emosional dalam diri guru dapat
signifikan berpengaruh langsung terhadap
dilakukan melalui penciptaan budaya dan iklim
profesionalisme
kerja yang
saling
Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan
mendukung antara rekan kerja dan kepala
Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta,
sekolah.
dengan kontribusi sebesar 0,701.
nyaman,
kondusif
dan
Dengan pengupayaan peningkatan
kedua variabel tersebut secara bersama-sama,
guru
produktif
SMK
5. Kepuasan kerja guru tidak berpengaruh
maka secara langsung akan menumbuhkan
langsung terhadap profesionalisme
rasa
sebagai
produktif SMK Bidang Keahlian Teknologi
telah
Informasi dan Komunikasi (TIK) di kota
selanjutnya
akan
Yogyakarta.
peningkatan
rasa
komitmen
feedback
positif
didapatkannya,
berdampak
dalam
diri
dari
yang
pada
apa
guru
yang
profesionalisme dalam diri guru tersebut.
6. Komitmen
berpengaruh
guru
secara
langsung
guru
signifikan
terhadap
Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK
182
profesionalisme guru produktif SMK Bidang
Keahlian
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta,
dengan kontribusi sebesar 0,701.
7. Kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan
komitmen guru
simultan
secara
signifikan dan
berpengaruh
terhadap
profesionalisme guru produktif SMK Bidang
Keahlian
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta,
dengan kontribusi sebesar 57%.
8. Kecerdasan emosional berpengaruh tidak
langsung
melalui
profesionalisme
komitmen
guru
produktif
terhadap
SMK
Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta,
dengan kontribusi sebesar 0,149.
9. Kepuasan
kerja
langsung melalui
profesionalisme
berpengaruh
tidak
komitmen
terhadap
guru
produktif
SMK
Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di kota Yogyakarta,
dengan kontribusi sebesar 0,042.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2008. Ikhtisar Data Pendidikan
Nasional Tahun 2007/2008.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Isaac & Michael. 1984. Handbook in Research
and Evaluation. California : EdiTS
Publishers.
Iskandar. 2009.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada.
Kunandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Mahdiansyah. 2010. Perilaku professional
guru kejuruan hasil penelitian di SMK
negeri DKI Jakarta [Versi Elektronik],
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan
(Litjak), 9, 1 - 23.
Meyer, J P & Allen, N J. 1991. A threecomponent
conceptualization
of
organizational commitment :
some
methodological considerations [Versi
elektronik],
Human
Resource
Management Review, 1, 61-98.
Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Napitupulu, E. L. 4 Oktober 2009. Investasi
pada guru, ciptakan masa depan
pendidikan
yang
baik.
Kompas. Diambil tanggal 8
Desember
2011,
dari
http://www.kompas.com/lipsus112009/kp
kread/2009/10/04/18200355/Investasi.pad
a.Guru..Ciptakan.Masa.Depan.Pendidikan
.yang.Baik.
Wagiran.
2008.
Butir-butir
pemikiran
pengembangan pendidikan vokasi secara
holistik [Versi Elektronik]. Disajikan
dalam Seminar Internasional Revitalisasi
Pendidikan
Kejuruan
dalam
Pengembangan
SDM
Nasional
APTEKINDO,
1825
–
1834.
Download