Status Kualitas Lingkungan Riau Pesisir No Isu Lingkungan Tahun 2013 1 Wilayah pesisir dan laut Provinsi Riau kaya akan sumber daya alam seperti potensi ikan, ekosistem hutan mangrove, sumber daya minyak dan mineral yang merupakan modal untuk pembangunan ekonomi daerah. Banyak fungsi lain dari daerah pesisir dan laut dan telah dipakai untuk berbagai kegiatan diantaranya perikanan, aquakultur (budidaya laut), rekreasi dan pariwisata, agroindustri, transporatasi dan pelabuhan, dan pemukiman. Kerusakan lingkungan wilayah pesisir dan laut sebagian besar disebabkan oleh faktor ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat pesisir yang relative masih rendah. Ketergantungan hidupnya akan pemberdayaan alam di sekitarnya, serta kurangnya kesadaran akan haknya mendapatkan lingkungan hidup yang lebih baik. Sementara upaya pemerintah daerah belum mampu meningkatkan pendapatan mereka, sehingga menyebabkan mereka memanfaatkan sumberdaya alam secara tidak terkendali. Oleh karenanya dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat pesisir akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup diharapkan mereka akan peduli untuk menjaga dan mengelola lingkungan hidup dengan baik. Tekanan Respon Upaya yang dilakukan dalam rangka mengendalikan kerusakan wilayah pesisir antara lain: 1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengendalian Kerusakan Pesisir. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau pada tahun 2013 melakukan sosialisasi ini di 7 lokasi yaitu : Kelurahan Guntung, Dumai; Kelurahan Sungai Apit, Siak; Desa Sungai Alam, Bengkalis; Desa Anak Setatah, Kepulauan Meranti; Kecamatan Kuala Indragiri, Indragiri Hilir; Kepenghuluan Melayu Besar Rokan Hilir; Desa Petodaan Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan. 2. Melakukan gerakan penanaman/pelatihan mangrove. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau pada tahun 2013 melakukan gerakan penanaman mangrove di 7 lokasi yaitu : Kelurahan Guntung, Dumai; Kelurahan Sungai Apit, Siak; Desa Sungai Alam, No Isu Lingkungan Tekanan Respon Bengkalis; Desa Anak Setatah, Kepulauan Meranti; Kecamatan Kuala Indragiri, Indragiri Hilir; Kepenghuluan Melayu Besar Rokan Hilir; Desa Petodaan Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan. 3. Pemberdayaan masyarakat melalui pilot project penanaman mangrove di 5 Kabupaten/Kota antara lain : Desa Anak Setatah Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti, Kelurahan Pangkalan Sesai Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai, Desa Tanjung Melayu Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir, Desa Sungai Alam Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis, Kelurahan Sungai Apit Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Hutan No Isu Lingkungan Tahun 2013 1 Isu prioritas utama di Provinsi Riau tahun 2013 adalah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (KARHUTLA). Melihat kecenderungan peningkatan Tekanan Respon Upaya penanggulangan karhuta pada saat status tanggap darurat asap di Riau : No Isu Lingkungan kejadian kebakaran dan risiko dampaknya pada negara lain, penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Riau sangat penting dan harus menjadi prioritas. Dampak kejadian kebakaran hutan dan lahan bersifat multidimensi meliputi dampak secara sosial, ekonomi, lingkungan dan politik. Peningkatan CO2 selama 100 tahun terakhir telah mengakibatkan adanya peningkatan suhu di muka bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini mengakibatkan fenomena ENSO (El-Nino Southern Oscilation) di kawasan Asia Tenggara lebih sering terjadi yang berakibat pada peningkatan intensitas kejadian curah hujan yang ekstrim (Meeth and Washington, 1996) yang berakibat pada kekeringan yang berkepanjangan di Indonesia dan memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Tekanan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Respon Membentuk Tim Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan berdasarkan Keputusan Gubernur Riau Nomor Kpts 511/VI/2013 tanggal 21 Juni 2013. 22 Juni 2013 : Bersama Menteri Kehutanan RI melaksanakan Gelar Pasukan di Kota Dumai diikuti Walikota Dumai, Bupati Bengkalis, Regdam, Manggala Agni RPK Perusahaan, MPA dan Masyarakat 22 Juni 2013 : Kunjungan kerja Menteri Lingkungan Hidup RI beserta KAPOLDA Riau melakukan pantauan udara/fly over ke Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai Melaporkan Ke Mendagri RI (Surat No.660.1/BLH/62.10 Tgl. 20 Juni 2013 Laporan Pengendalian Karhutla Evaluasi Kondisi Kab/Kota kepada Bupati/Walikota No. 660.1/BLH/80.10 Tgl 24 Juni 2013 : Evaluasi Kondisi Karhutla Di Provinsi Riau. Surat Edaran Kepada Bupati/Walikota, Kepala SKPD Prov., Instansi /Perwakilan No Isu Lingkungan Tekanan Respon Pusat di Provinsi No. 08/SE/2013 : Tindak Lanjut Penurunan Kualitas Udara Akibat Karhutla di Provinsi Riau 7. Melaporkan Ke Mendagri RI (Surat No.660.1/BLH/89.10 Tgl. 24 Juni 2013 Laporan Perkembangan Kondisi Tanggap Darurat Bencana Asap Karhutla 8. Tanggal 24 Juni 2013 keputusan Presiden mengirimkan PRC PB (pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana) ke Riau untuk membantu upaya penanggulangan karhutla sebanyak 1.500 orang terdiri dari unsur Kostrad TNIAD dan marinir. Air No Isu Lingkungan Tahun 2013 1 Banjir (flood) merupakan salah satu isu prioritas lingkungan hidup di Provinsi Riau karena permasalahan ini melanda beberapa kabupaten/kota seperti Kampar, Kuantan Singingi, Pekanbaru, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan dan Dumai. Selain itu, dampaknya yang bersifat lintas kabupaten/kota sangat merugikan kehidupan Tekanan Respon Respon yang dilakukan dalam mengatasi banjir di Provinsi Riau dilakukan dengan pendekatan berikut ini : 1. Preventif : melakukan pembinaan terhadap masyarakat yang berada di sekitar hutan agar mereka No Isu Lingkungan manusia. Secara umum, banjir ada dua macam yaitu banjir genangan dan banjir bandang. Banjir genangan biasanya berlangsung lama sedangkan banjir bandang umumnya berlangsung cepat tetapi daya rusaknya lebih besar. Tekanan Respon tidak merusak hutan, meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya banjir, melakukan penanaman pada lahan-lahan kritis dan penguatan kelembagaan daerah yang menangani bencana termasuk banjir. 2. Penanganan pada saat banjir : pengiriman tim penyelamat (tim Search and Rescue) ke lokasi-lokasi banjir, pembentukan posko-posko banjir, bantuan kesehatan dan makanan. 3. Penanganan pasca banjir : rehabilitasi fasilitas umum yang rusak akibat banjir. Udara No Isu Lingkungan Tahun 2012 1 Pencemaran udara (air pollution) berdasarkan sumbernya dibagi atas dua yaitu alami dan antropogenik (Soedomo, 2001). Contoh sumber alami adalah letusan gunung berapi, dekomposisi biotik, debu dan sebagainya sedangkan antropogenik (aktifitas manusia) meliputi transportasi, industri, persampahan dan lain-lain. Di Provinsi Riau, pencemaran udara menjadi salah satu isu prioritas lingkungan hidup pada tahun 2012 Tekanan Respon Respon yang dilakukan dalam rangka mengendalikan pencemaran udara di Provinsi Riau antara lain : 1. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Penanganan kebakaran oleh Regu Pemadam Kebakaran Hutan dan Lahan No Isu Lingkungan karena memiliki dampak lintas kabupaten/kota. Pemicu utama pencemaran udara di Riau adalah : Tekanan 1. Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan dan lahan merupakan penyebab utama penurunan kualitas udara ambien. Ketika terjadi kebakaran berbagai zat-zat pencemar akan dilepaskan ke udara. Parameter pencemaran udara yang biasanya meningkat ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan adalah particulate matter 10 (PM10). 2. Emisi Gas Buang dari Kegiatan Industri (sumber tidak bergerak) Sumber lain pencemaran udara di Provinsi Riau adalah emisi gas buang industri seperti industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (PMKS), Karet, Industri pengolahan kayu, industri pulp and paper, migas dan industri makanan Zat pencemar udara dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga listrik, dalam proses industri dan pengolahan limbah padat dengan pembakaran pada industri. Beberapa parameter yang menentukan kualitas diantaranya adalah Particulat Mattre (PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Ozon (O3) Respon (REGDAM KARHUTLA). Melalui dana hibah dari Negara donor (IFAD-GEF) mendukung upaya pengelolaan dan penyelamatan ekosistem lahan gambut salah satunya dari kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau di daerah rawan karhutla yaitu di Kabupaten Indragiri Hilir, Pelalawan, Rokan Hilir dan Bengkalis. Di tingkat kabupaten dan kecamatan, dibentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPI). Pemantauan kualitas udara ambien pada beberapa tempat di wilayah Provinsi Riau, yaitu : Pekanbaru, Dumai, Duri, Minas dan Rumbai. Data yang ditampilkan adalah data primer yang diperoleh oleh Bapedalda Provinsi Riau dan data yang berasal dari hasil pemantauan PT. Chevron Pasifik Indonesia dan data hasil pengukuran oleh Bapedalda Kota Pekanbaru melalui laboratorium Air Monitoring Quality System (AQMS). No Isu Lingkungan dan Nitrogen Dioksida (NO2). 3. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor (sumber bergerak) Tekanan Respon 2. Pengendalian Emisi Gas Buang Industri Meningkatnya jumlah kendaraan di Provinsi Riau akan meningkatkan kebutuhan bahan bakar, seperti Bensin (Premium) dan Solar. Selain itu, dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor maka mengakibatkan terjadinya kepadatan dan kemacetan arus lalu lintas. Kepadatan dan kemacetan arus lalulintas di perkotaan akan memperparah pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor. 4. Faktor Lain Pemakaian bahan yang menghasilkan Gas Rumah Kaca seperti CFC (Cloro Floro Carbon) yang banyak dipakai pada bidang industri, dan rumah tangga. Kegiatan pembuatan bahan kimia (chemical plan) pada beberapa jenis industri (seperti pulp and paper) dan pembakaran limbah padat dari kegiatan industri serta pembakaran gas yang tidak diinginkan pada Gatering Station (GS) penambangan migas melalui flare, pembakaran gas pada unit pengolahan minyak bumi. Mewajibkan pemilik usaha atau kegiatan untuk melakukan pengukuran kualitas udara (emisi gas buang) sebagaimana yang disyaratkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran udara dan melaporkan hasil pengukuran kualitas udara tersebut kepada Instansi terkait sesuai dengan kewajiban yang termaktub dalam dokumen lingkungan Amdal, RKL/RPL atau UKL/UPL. Meminta kegiatan/usaha untuk melaksanakan daur ulang dan penggunaan kembali atau pemanfaatan terhadap limbah padat yang dihasilkan karena masih memiliki nilai ekonomi dan tidak melakukan pembakaran terhadap limbah padat. Meminta kepada pihak perusahaan agar menerapkan teknologi ramah lingkungan sehingga dalam kegiatannya tidak menghasilkan emisi yang melebihi baku mutu. No Isu Lingkungan Tekanan Respon 3. Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Beberapa pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Riau (Kota Pekanbaru, dan Kampar) melakukan uji petik emisi gas buang terhadap kendaraan roda empat guna mendapatkan data tingkat emisi dari berbagai jenis kendaraan yang ada. 4. Pengendalian Pencemar dari Faktor Lain Tahun 2013 1 Isu pencemaran udara menjadi salah satu isu prioritas lingkungan hidup pada tahun 2013 karena memiliki dampak lintas wilayah. Keterkaitan kejadian kebakaran hutan dan lahan yang terjadi Tahun 2013 dengan penurunan kualitas udara menjadi isu penting dengan meningkatnya jumlah penderita yang disebabkan oleh asap dan terjadinya asap lintas batas Negara (Transboundary Haze Pollution). Pengawasan bahan perusak ozon (BPO). Pengawasan industri pulp and paper dan penambangan migas. Respon yang dilakukan dalam rangka mengendalikan pencemaran udara di Provinsi Riau antara lain : 1. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Pengendalian karhutla pada saat tanggap darurat asap oleh Tim Satgas Udara dengan membuat TMC dan Water bombing, Tim Satgas Darat dengan melakukan pemadaman dan sosialisasi dengan melibatkan unsur-unsur Militer, Polri, Tim Regdam Dishut, No Isu Lingkungan Tekanan Respon Manggala Agni, TRC Satpol Provinsi Riau, MPA dan Regdam Perusahaan serta Tim Satgas Penegakan Hukum yang dikoordinir oleh Polda Riau. Melalui dana hibah dari Negara donor (IFADGEF) mendukung upaya pengelolaan dan penyelamatan ekosistem lahan gambut salah satunya dari kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau di daerah rawan karhutla yaitu di Kabupaten Indragiri Hilir, Pelalawan, Rokan Hilir dan Bengkalis. Meningkatkan upaya koordinasi dengan satker terkait baik tingkat provinsi yang tergabung dalam Pusdalkarhutla maupun dengan kabupaten/kota yang tergabung dalam Satlakdalkarhutla. Pemantauan kualitas udara ambien pada beberapa tempat di wilayah Provinsi Riau, yaitu : Pekanbaru, Dumai, Duri, Minas dan Rumbai. Data yang ditampilkan adalah data primer yang diperoleh oleh BLH Provinsi Riau dan data yang berasal dari hasil pemantauan PT. Chevron Pasifik Indonesia dan data hasil No Isu Lingkungan Tekanan Respon pengukuran oleh Bapedalda Kota Pekanbaru melalui laboratorium Air Monitoring Quality System (AQMS). 2. Pengendalian Emisi Gas Buang Industri Mewajibkan pemilik usaha atau kegiatan untuk melakukan pengukuran kualitas udara (emisi gas buang) sebagaimana yang disyaratkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran udara dan melaporkan hasil pengukuran kualitas udara tersebut kepada Instansi terkait sesuai dengan kewajiban yang termaktub dalam dokumen lingkungan Amdal, RKL/RPL atau UKL/UPL. Meminta kegiatan/usaha untuk melaksanakan daur ulang dan penggunaan kembali atau pemanfaatan terhadap limbah padat yang dihasilkan karena masih memiliki nilai ekonomi dan tidak melakukan pembakaran terhadap limbah padat. Meminta kepada pihak perusahaan agar menerapkan teknologi ramah lingkungan No Isu Lingkungan Tekanan Respon sehingga dalam kegiatannya tidak menghasilkan emisi yang melebihi baku mutu. 3. Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Pengambilan Sampel Bahan Bakar ke 7 (tujuh) SPBU yang ada di Kota Pekanbaru. Pengambilan Sampel Bahan Bakar ini dilakukan oleh Laboratorium AAS Jakarta berseta team BLH Propinsi Riau. Kegiatan ini dilakukan tanggal 3 September 2013. Roadside Monitoring yang dilakukan di 3 (tiga) lokasi, lokasi tersebut adalah JL Diponegoro, Jl Jend Sudirman dan Jalan Tuanku Tambusai. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan 3 (tiga) hari berturut-turut mulai tanggal 3 September 2013 s/d 5 September 2013. Pengambilan sampel buat Roadside monitoring dilakukan oleh Laboratorium AAS. Pelaksanaan Uji Emisi Kendaraan berbahan bakar bensin dan solar dilakukan dari tanggal 3 September 2013 s/d 5 September 2013. No Isu Lingkungan Tekanan Respon Adapun lokasi pelaksanaan uji emisi kendaraan adalah Jl Jend.Sudirman didepan lokasi Purna MTQ, Jl Pangeran Diponegoro di depan Rumah Sakit Arifin Ahmad, Jl Tuanku Tambusai di halaman Gedung ELKOS. Kegiatan ini dilakukan bersama team dari instansi yang terkait seperti Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Ditlantas Polresta Pekanbaru, Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, PPLH Ekoregion Sumatera, Badan Lingkungan Hidup Propinsi Riau, Mahasiswa dan Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Riau serta Bengkel-bengkel yang sudah di tunjuk oleh KLH Jakarta. Pelaksanaan Traffic Counting dilakukan selama 3(tiga) hari dimulai dari tanggal 3 September 2013 s/d 5 September 2013. Traffic Counting dilaksanakan oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Riau. Adapun lokasi Traffic Counting Jl Jend. Sudirman, Jl Pangeran Diponegoro, Jl Tuanku Tambusai. No Isu Lingkungan Tekanan Respon Pelaksanaan Inventarisasi Emisi dilakukan selama 2(dua) hari dimulai dari tanggal 3 September 2013 s/d 4 September 2013. Inventarisasi Emisi dilaksanakan oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Riau. Adapun lokasi Traffic Counting Jl Jend. Sudirman, Jl Pangeran Diponegoro, Jl Tuanku Tambusai. Pelaksanaan Input data Uji Emisi, Traffic Counting dan Inventarisasi Emisi dilakukan pada tanggal 3 September 2013 s/d 5 September 2013 bertempat di Hotel Premiere Jl Jend. Sudirman. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Mahasiswa Mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Riau serta Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru. 4. Pengendalian Pencemar dari Faktor Lain Lainnya Pengawasan bahan perusak ozon (BPO). Pengawasan industri pulp and paper dan penambangan migas. No Isu Lingkungan Tahun 2012 1 Ancaman kemerosotan/kepunahan keanekaragamanhayati di Provinsi Riau khususnya keanekaragamanhayati yang hidup di hutan disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia antara lain alih fungsi hutan, pembakaran hutan, illegal logging, perambahan hutan konservasi, perburuan satwa liar, konflik satwa dan manusia dan faktor-faktor lain. Tekanan ini menyebabkan berkurangnya habitat flora dan fauna. Berdasarkan status keterancamannya sesuai Red Data Book IUCN, beberapa jenis satwa di Riau sudah berstatus terancam punah (endangered) antara lain harimau sumatera, gajah sumatera, macan dahan, beruang madu, tapir dan jenis-jenis lain. Untuk satwa dengan daya jelajah tinggi seperti harimau sumatera dan gajah sumatera, saat ini habitat keduanya jauh berkurang dan mengalami fragmentasi misalnya di Suaka Marga Satwa Balai Raja dan Taman Nasional Teso Nilo, Hutan Wisata Sungai Dumai dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Akibatnya, wilayah jelajahnya (home-range) menjadi sempit dan ketersediaan pangannya berkurang. Berkurangnya habitat dan makanan, telah meningkatkan konflik gajah-harimau dengan manusia karena satwa-satwa tersebut keluar dari habitatnya dan memasuki pemukiman, perladangan atau kebun pemukiman penduduk. Tekanan Respon Respon yang dilakukan dalam rangka konservasi keanekaragamanhayati di Provinsi Riau adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan dan pengamanan kawasankawasan dengan fungsi konservasi keanekaragamanhayati di Riau 2. Pengelolaan Kolaboratif Cagar Biosfir Giam Siak Kecil Bukit Batu yang berlokasi di Kabupaten Siak dan Bengkalis. 3. Pada tanggal 4-8 Oktober 2011 di Pekanbaru, bekerjasama dengan MAB UNESCO, Kementerian Kehutanan RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Sinar Mas Forestry, Pemerintah Provinsi Riau mengadakan pertemuan kerjasama selatan selatan (southsouth cooperation) dalam rangka mendorong pembangunan berkelanjutan di tiga kawasan tropis; Indonesia (Riau), Brasil dan Kongo. 4. Mendorong peran kearifan lokal dalam konservasi keanekaragamanhayati. Pada tahun 2012, ada No Isu Lingkungan Tahun 2013 1 Ancaman kemerosotan/kepunahan keanekaragamanhayati di Provinsi Riau khususnya keanekaragamanhayati yang hidup di hutan disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia antara lain alih fungsi hutan, pembakaran hutan, illegal logging, perambahan hutan konservasi, perburuan satwa liar, konflik satwa dan manusia dan faktor-faktor lain. Tekanan ini Tekanan Respon tiga kelompok masyarakat yang mendapatkan penghargaan lingkungan hidup. 5. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau tahun 2012 melakukan kegiatan Sosialisasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis di 11 kabupaten/kota dengan peserta aparatur pemkab/pemko sebanyak 30 orang di masing-masing lokasi. 6. Pembinaan masyarakat dalam rangka konservasi keanekaragamanhayati. Pada tahun 2012, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau mengadakan pembinaan di 4 desa dan 4 perusahaan di sekitar kawasan konservasi. Respon yang dilakukan dalam rangka konservasi keanekaragamanhayati di Provinsi Riau adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan dan pengamanan kawasankawasan dengan fungsi konservasi keanekaragamanhayati di Riau. 2. Pengelolaan Kolaboratif Cagar Biosfir Giam Siak Kecil Bukit Batu yang No Isu Lingkungan menyebabkan berkurangnya habitat flora dan fauna. Berdasarkan status keterancamannya sesuai Red Data Book IUCN, beberapa jenis satwa di Riau sudah berstatus terancam punah (endangered) antara lain harimau sumatera, gajah sumatera, macan dahan, beruang madu, tapir dan jenis-jenis lain. Untuk satwa dengan daya jelajah tinggi seperti harimau sumatera dan gajah sumatera, saat ini habitat keduanya jauh berkurang dan mengalami fragmentasi misalnya di Suaka Marga Satwa Balai Raja dan Taman Nasional Teso Nilo, Hutan Wisata Sungai Dumai dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Akibatnya, wilayah jelajahnya (home-range) menjadi sempit dan ketersediaan pangannya berkurang. Berkurangnya habitat dan makanan, telah meningkatkan konflik gajah-harimau dengan manusia karena satwa-satwa tersebut keluar dari habitatnya dan memasuki pemukiman, perladangan atau kebun pemukiman penduduk. Tekanan Respon berlokasi di Kabupaten Siak dan Bengkalis. 3. Mendorong peran kearifan lokal dalam konservasi keanekaragamanhayati. 4. Pembinaan masyarakat dalam rangka konservasi keanekaragamanhayati. Pada tahun 2013, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau mengadakan pembinaan di 7 desa dan 4 perusahaan di sekitar kawasan konservasi.