Point of No Return Ancaman Iklim Besar yang Harus Kita Hindari Sebuah Ringkasan Eksekutif Bumi secara cepat sedang menuju Titik Tiada Balik pencegahan dampak perubahan iklim. Dengan melanjutkan jalur yang sekarang akan menyulitkan, bahkan membuat tidak mungkin mencegah dampak meluas dan bencana perubahan iklim. Ongkosnya akan sangat tinggi: milyaran akan dikeluarkan untuk mengatasi kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa cuaca ekstrim, penderitaan manusia yang tak terkira dan kematian puluhan juta orang dari dampaknya bahkan sedekat tahun 20301. Tanpa mengindahkan bencana global yang sedang berlangsung ini, industri bahan bakar fosil berencana untuk menjalankan 14 proyek besar batubara, minyak dan gas yang akan memproduksi jumlah emisi karbon dioksida (CO2) sebanyak jumlah yang dihasilkan seluruh Amerika Serikat pada tahun 20202, dan menghambat tindakan pencegahan perubahan iklim yang dilakukan selama lebih dari satu dekade ini. Ke-14 proyek massif yang (ini) didiskusikan dalam laporan Greenpeace akan menambah sejumlah total 300 milyar ton setara CO2 (Gt CO2 e) emisi baru ke atmosfir pada tahun 2050 akibat dari ekstraksi, produksi dan pembakaran 49.600 juta ton batubara, 29.400 milyar kubik meter gas alam dan 260.000 juta barel minyak. Hal ini merepresentasikan peningkatan bahan bakar fosil yang sangat besar dan peningkatan dampak sangat besar terhadap atmosfir global. Riset untuk laporan Greenpeace terbaru ini dilakukan oleh Ecofys, perusahaan konsultan solusi energi berkelanjutan dan kebijakan iklim. Proses pembakaran batubara, minyak dan gas dari ke-14 proyek ini akan mendorong emisi secara signifikan melampaui apa yang disebut para ilmuwan sebagai “anggaran karbon”, yaitu ; jumlah CO2 tambahan yang tidak boleh dilampaui untuk menjaga perubahan iklim agar tidak menjadi tidak terkendali. Dengan periode krusial adalah sampai tahun 2020. Pada 2020, emisi dari ke-14 proyek dalam laporan ini jika seluruhnya berjalan, maka akan meningkatkan emisi global CO2 dari bahan bakar fosil sebesar 20% dan membuat bumi dalam kisaran pemanasan 5-6OC. Sedangkan untuk menghindari dampak buruk perubahan iklim, peningkatan suhu global perlu dijaga di bawah 2 derajat Celsius. Dengan demikian, penambahan CO2 dengan tingkat sebesar ini dalam beberapa tahun ke depan akan mendorong iklim melampaui titik tiada balik, dan mengunci bumi ke dalam skenario yang mengarah ke bencana perubahan iklim. Gas Emisi sudah keluar kendali. Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) emisi CO2 global, mengalami peningkatan sebanyak 5% pada 2010 untuk peningkatan absolut yang terekam, dan terus meningkat lebih dari 3% pada 2011, melebihi proyeksi kasus terburuk yang akan mengarah ke pemanasan 5-60 C dalam jangka panjang. Untuk menghindari terkuncinya kita dalam bencana pemanasan, maka pembangunan infrastruktur bahan bakar fosil baru harus dihentikan dalam lima tahun4 – sebab menempatkan rencana proyek energi kotor secara langsung bertentangan dengan iklim yang dibutuhkan bagi kehidupan. Tambahan tingkat CO2 dalam proyek ini dalam beberapa tahun ke depan akan mendorong iklim melampaui Titik Tiada Balik, mengunci bumi dalam skenario yang mengarah ke bencana perubahan iklim dan sudah dapat dipastikan bahwa waktu kita sudah habis. Ke-14 proyek energi kotor dalam laporan ini berkisar dari ekspansi besar tambang batubara di Cina sampai ekspansi skala besar ekspor batubara dari Australia, Amerika Serikat dan Indonesia, sampai pembangunan sumber-sumber minyak bumi yang tidak konvensional dari pasir minyak (tar sands) di Kanada, di Kutub Utara, di dalam lautan lepas pantai Brasil, di Irak, di Teluk Meksiko dan di Kazakhstan, dan sampai produksi gas di Afrika dan Laut Kaspia. Berikut adalah proyek energi kotor terbesar yang direncanakan dalam beberapa decade5 mendatang: Lokasi Tipe Provinsi-provinsi bagian Ekspansi tambang Barat Cina# batubara Australia Ekspansi ekspor batubara Kutub Utara Pengeboran minyak dan gas Indonesia Ekspansi ekspor batubara Canada Pasir minyak United States Ekspansi ekspor batubara Iraq Pengeboran minyak Gulf of Mexico Pengeboran minyak dalam Brazil Pengeboran minyak dalam (pre-salt) Kazakhstan Pengeboran minyak United States Shale gas Africa Pengeboran gas Caspian Sea Pengeboran gas Venezuela Pasir minyak Tambahan emisi CO2 pada tahun 2020 (juta ton per tahun) 1.4 760 520 460 420 420 420 350 330 290 280 260 240 190 Selama lebih dari dua dekade, para ahli iklim telah mengingatkan kita dan pemerintah bahwa bila emisi yang menyimpan panas diturunkan secara signifikan, maka konsekuensi perubahan iklim adalah akibatnya7. Dan menghindari dampak terburuk ini, berarti membatasi peningkatan suhu global ke bawah 2 derajat Celsius – yang dengan sendirinya merupakan perubahan pesat dibandingkan dengan masa lalu Bumi. Pada bulan November 2012, Badan Energi Internasional (IEA) dan Bank Dunia mengingatkan bahwa bumi sedang mengarah ke peningkatan suhu antara 3,6 dan 4ºC8. Dengan tambahan CO2 dari ke-14 proyek ini, rata-rata suhu global sangat mungkin untuk melampaui 4 bahkan 6ºC – ini skenario paling buruk yang diidentifikasi para ilmuwan. Walau demikian, pemerintah beberapa negara dan sejumlah perusahaan dalam industri bahan bakar fosil terus mendorong proyek-proyek ini, tanpa memperdulikan dampaknya pada perubahan iklim. Pada November 2012, IEA dalam World Energy Outlook milik mereka, menyebutkan bahwa tak boleh lagi ada karbon yang dilepaskan ke atmosfer melebihi sepertiga jumlah yang ada saat ini, sampai nanti tahun 2050, jika ingin tetap menjaga laju pemanasan global tetap pada kisaran di 2°C9. Pengembangan proyek-proyek batubara, minyak dan gas baru ini datang pada saat para ilmuwan iklim terus menerus mengaitkan kejadian cuaca ekstrim yang mengkhawatirkan dengan perubahan iklim10. Kejadian cuaca ekstrim termasuk badai Sandy pada bulan Oktober 201211, kemarau di Amerika Serikat pada tahun tahun 2011 dan 201212, gelombang panas dan kebakaran hutan di Rusia pada tahun 201013, dan gelombang panas Eropa pada tahun 200314 yang menyebabkan kematian puluhan ribu jiwa15. Bencana yang dialami bumi saat ini terjadi pada saat suhu rata-rata global telah meningkat sebesar 0,8º C16. Dan hal ini sedikit dari keadaan masa depan jika emisi gas rumahkaca terus melambung. Dan dampak pada manusia jika kita terus memicu bencana perubahan iklim akan sangat buruk. Pada September 2012, sebuah laporan terbaru, yang dikomisikan oleh 20 pemerintahan negara, memberikan gambaran tentang bencana yang menunggu. Saat ini saja diperkirakan perubahan iklim telah memakan korban 5 juta jiwa dalam satu tahunnya. Pada tahun 2030, diperkirakan kematian dapat mencapai angka100 juta jiwa17. Penelitian Ecofys telah mengidentifikasi jalur-jalur menuju bencana iklim dan jalurjalur untuk menghindari kekacauan iklim. Jalur untuk menghindar yang paling menarik yang diidentifikasi oleh Ecofys menunjuk bahwa masih ada 75% kesempatan untuk menahan peningkatan suhu global rata-rata di bawah 20C, tapi dengan catatan, bahwa jika tindakan untuk menurunkan emisi diambil sekarang. Hal ini tidak akan mudah tapi tetap mungkinkan. Salah satu tindak kunci adalah menghindari emisi baru dari ke-14 proyek dalam laporan ini. Juga diperlukan tindakan dari pemerintah untuk menepati apa yang mereka janjikan dan menurunkan emisi global. Jalur 75% Ecofys membutuhkan kepastian puncak emisi dicapai pada tahun 2015 dan menurun 5% tiap tahun setelahnya. Emisi CO2 baru yang dihindari dengan membatalkan ke-14 proyek energi kotor ini akan menutup sekitar sepertiga dari total penurunan yang diperlukan untuk menghindari bencana perubahan iklim19. Perbedaan besar antara apa yang dikatakan pemerintah dengan apa yang secara nyata mereka lakukan untuk mencegah bencana perubahan iklim sangat jelas dalam ke-14 proyek ini. Pemerintah telah menyetujui bahwa mereka semua harus menjaga kenaikan temperature harus dibawah 20C. Jika pemerintah yang mendukung proyek-proyek dalam laporan ini membantu mendorong bumi melewati Titik Tiada Balik. Ironi yang paling besar adalah kekacauan iklim yang akan terjadi sebenarnya dapat dicegah. Teknologi untuk menghindari emisi dari ke-14 proyek ini dan menurunkan emisi global secara keseluruhan sudah tersedia saat ini. Energi bersih dan aman yang terbarukan, disandingkan dengan peningkatan penerapan efisiensi energi, dapat memberikan tenaga yang diperlukan untuk menjalankan planet ini dan menghindari risiko terdorongnya kita mendekati bencana perubahan iklim. Hal ini sangat jelas dapat dilihat dari kemajuan menakjubkan dalam pengembangan energi terbarukan dalam dekade yang lalu. Pada tahun 2011, energi terbarukan memberikan lebih dari 30% produksi listrik global baru, naik dari kurang dari 5% pada tahun 200520. Peningkatan luar biasa ini dapat berlanjut dan sejauh ini adalah harapan terbaik untuk menghindari dampak serius perubahan iklim. Skenario energi terbarukan global yang dikembangkan oleh Greenpeace, Energy [R]evolution, menujukkan bagaimana menyediakan tenaga dan mobilitas yang dijanjikan proyek-proyek kotor ini tanpa emisi dan kehancurannya dengan bukan cuma lebih cepat tapi juga lebih murah21. Skenario tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2035 energi terbarukan harus meningkat sampai 65% dari produksi listrik, dan efisiensi energi harus meningkat untuk mengurangi dampak yang telah terjadi di bumi akibat perubahan iklim dan untuk menghindari bencana dari peningkatan suhu rata-rata global dari 4 ke 6º C. Bumi tidak mampu membiarkan proyek-proyek batubara baru dalam laporan ini terus berjalan dan mengunci produksi listrik kotor selama berdekade lamanya, atau membiarkan proyek-proyek minyak menunda pergeseran menuju sistem transpor yang berkelanjutan. Skenario Greenpeace menunjukkan bahwa pada tahun 2020 energi terbarukan mampu menyediakan dua kali lebih banyak tenaga dibandingkan dengan hasil keluaran empat proyek batubara yang disoroti dalam laporan ini.22 Mobil-mobil yang lebih efisien, ditambah perpindahan ke penggunaan energi yang lebih efisien dan pemakaian energi yang lebih cerdas dalam pembangkitan tenaga, gedung-gedung dan industri, dapat menghemat minyak lebih dari yang dapat dihasilkan dari ketujuh proyek minyak massif yang dibahas dalam laporan ini.23 Tidak akan ada kebutuhan untuk mengeksploitasi minyak dan gas di kawasan rentan di Kutub Utara jika dunia mengadopsi masa depan dengan energi bersih. Masa depan dengan energi bersih yang dimungkinkan dengan pengembangan energi terbarukan secara dramatis hanya akan menjadi kenyataan jika pemerintah menahan investasi untuk bahan bakar fosil dan dukungan energi terbarukan. Saat ini bumi jelas-jelas berada pada Titik Tiada Balik: pilihannya ada antara menggantikan batubara, minyak dan gas dengan energi terbarukan atau menghadapi masa depan yang amat kacau akibat perubahan iklim.