efek rumah kaca, problem kesehatan masyarakat

advertisement
A. Pendahuluan
Teknologi adalah bentuk aplikasi dari ilmu
pengetahuan dalam mewujudkan kesejahteraan
umat manusia. Teknologi diciptakan agar hidup
manusia dipermudah, dan lebih produktif atau
lebih efisien, yang akhirnya manusia akan hidup
lebih nyaman dan lebih sejahtera. Namun
belakangan ini teknologi ibarat pisau bermata
dua, satu sisi teknologi memang dapat
mempermudah dan mensejahterakan umat.
manusia, namun di sisi yang lain teknologi
mempunyai dampak yang negatif terhadap
kehidupan manusia.
LANJUTAN..
Dengan meningkatnya teknologi dan
pemanfaatannya bagI kehidupan umat
manusia, justru manusia dihadapkan pada
berbagai masalah, terutama adalah
masalah
kesehatan.
Semua
sektor
pembangunan dewasa ini mengalami
peningkatan yang luar biasa berkat
kemajuan teknologi, tetapi ironisnya semua
kemajuan teknologi di semua sektor
pembangunan
tersebut
mempunyai
dampak
negatif
pada
kesehatan
masyarakat
LANJUTAN..
"Perkembangan teknologi peftanian
misalnya, penggunaan Pupuk buatan
dan penggunaan pestisida untuk
pemberantasan hama, jelas akan
merugikan kesehatan. Perkembangan
teknologi pangan seperti pengawetan
makanan,
penggunaan
kemasan
makanan dari plastik dan foam,
penggunaan penyedap makanan, dan
sebagainya juga merugikan kesehatan.
LANJUTAN..
Perkembangan teknologi pertambangan
dengan menggunakan bahan-bahan kimia,
limbahnya
juga
akan
mengancam
kesehatan manusia, seperti kasus di Buyat
beberapa waktu yang lalu. 1)i sektor perhubungan, khususnya transportasi, dengan
meningkatnya
peggunaan
kendaraan
bermotor maka emisi atau gas buangan
kendaraan
bermotor
tersebut
akan
mengganggu kesehatan masyarakat.
LANJUTAN..
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 tahun
1982
tentang
Ketentuan-ketentuan
Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 4 Ayat 6
menyebutkan bahwa baku mutu lingkungan adalah
batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur
pencemar yang ditenggang adanya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup. Udara adalah salah satu lingkungan hidup
kita, oleh sebab itu zat-zat atau gas-gas yang ada di
dalamnya harus sesuai dengan baku mutu
lingkungan seperti yang diatur dalam undangundang tersebut. Apabila melebihi dari ambang
batas yang ditentukan akan terjadi polusi udara, dan
mengganggu kesehatan masyarakat.
B. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)
Pada awalnya istilah efek rumah kaca atau
`green house effect' ini digunakan
berdasarkan pengalaman para petani di
daerah beriklim atau berhawa dingin yang
menanam sayursayuran dan biji-bijian
dalam rumah kaca Pengalaman mereka
menunjukkan bahwa pada waktu siang
hari, .pada cuaca cerah meskipun tanpa
alat pemanas suhu, dalam ruangan rumah
kaca suhu lebih tinggi daripada suhu di
luarnya.
LANJUTAN..
Hal ini terjadi karena sinar matahari yang
menembus kaca dipantulkan kembali oleh
tanaman/tanah dalam ruangan rumah kaca
sebagai radiasi infra merah yang berupa
panas. Sinar yang dipantulkan tidak dapat
keluar ruangan rumah kaca sehingga
udara dalam rumah kaca suhunya naik dan
panas sebagai akibat dari udara yang
terperangkap di dalam ruangan rumah
kaca dan tidak tercampur dengan udara di
luar rumah kaca.
LANJUTAN..
Akibatnya suhu dalam ruangan rumah
kaca lebih tinggi daripada suhu di
luarnya. Oleh sebab itu, selanjutnya
dikenal sebagai `efek rumah kaca'. Efek
rumah kaca ini juga dapat terjadi dalam
mobil yang di parkir di tempat yang
panas, dalam keadaan jendela tertutup,
akibatnya suhu dalam mobil akan lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu di luar.
LANJUTAN..
Dalam keadaan yang normal, sinar
matahari masuk menembus atmosfer dan
diabsorbsi
oleh
permukaan
bumi.
Kemudian panas atau sinar matahari ini
siap dipantulkan kembali, yang diemisikan
atau dibuang oleh permukaan bumi
sebagai radiasi infra merah ke atmosfer
Akan tetapi pada kasus rumah kaca,
radiasi infra merah ini tidak dapat keluar ke
atmosfer seperti pada saat radiasi atau
sinar matahari masuk
LANJUTAN..
.
Radiasi infra merah ini terperangkap oleh beberapa gas,
sehingga menimbulkan reaksi atau efek rumah: kaca.
Secara rinci terjadinya efek rumah kaca di atmosfer dapat
dijelaskan ebagai berikut. Pancaran sinar matahari yang
sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh
berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan
sebagian lain diserap oleh bumi. Bagian yang diserap
akan dipancarkan lagi oleh bumi sebagai radiasi infra
merah yang panas. Radiasi infra merah tersebut di
atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti
uap air (1120) dan Carbon dioksida (CO2) sehingga tidak
terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas
terperangkap dan akhirnya mengakibatkan peningkatan
suhu lapisan trospofer dan bumi maka terjadilah efek
rumah, kaca di bumi (Meivena dan Arnelly, 2004).
C. Pemanasan Global (Global Warming)
Akibat atau efek yang sangat serius dari
rumah kaca adalah apa yang disebut
pemanasan global atau pemanasan bumi
(global warming).
Secara umum dapat dikatakan bahwa
pemanasan global merupakan peristiwa
meningkatnya suhu rata-rata bumi yang
diakibatkan
oleh
meningkatnya
penggunaan teknologi clan aktivitas
manusia
sehingga
menyebabkan
meningkatnya gas-gas rumah kaca.
Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya gas
rumah kaca, antara lain: (Messmer, Maja: 1998).
a. Konsumsi bahan bakar fosil ( minyak tanah,
gas, dan batu bara) pada industri, transportasi,
pembangkit tenaga listrik, dan penggunaan
pada rumah tangga dan perkantoran.
b. Kebakaran dan penggundulan hutan: menurut
Bank Dunia, laju kerusakan hutan di Indonesia
tahun 1990 sampai dengan tahun 2004 adalah
sebesar 2 — 2,2 juta ha per tahun.
Sedangkan kebakaran hutan pada periode
yang sama telah melahap 22,7 ha per tahun.
c. Kegiatan pertanian dan peternakan yang
mengeluarkan emisi antara lain CO2, N20 dan
0114.
d. Sampah: kegiatan manusia selalu menghasilkan
sampah, baik sampah organik maupun sampah nonorganik. Sampah di Indonesia, terutama di kota-kota
besar, bukan saja menimbulkan masalah temp at
pembuangannya saja, melainkan juga dampak
sampah tersebut. Karena sampah mempunyai
kontribusi yang besar terhadap pemanasan global,
diperkirakan 1 ton sampah padat akan menghasilkan
sekitar 50 kg gas metan atau metana. Oleh sebab itu
makin besar jumlah volume sampah, makin besar
menghasilkan gas metan ke atmosfer, dan, makin
besar menimbulkan efek rumah kaca atau
pemanasan global.
Volume sampah di Indonesia makin lama
makin meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi dan pertambahan penduduk.
Apabila pada tahun 199 tiap penduduk
Indonesia menghasilkan sampah 0,5 kg
per orang/hari maka pada tahun 2003
meningkat menjadi 1,0 kg sampah per
orang/hari. Pada tahun 2015 nanti di
perkirakan setiap penduduk Indonesia
akan menghasilkan sampah 2,1 kg per
hari.
Gas Rumah Kaca
Efek rumah kaca ini terjadi karena adanya gas yang menyebabkan
terjadinya efek rumah kaca, yang disebut gas-gas rumah kaca (GRK),
antara lain:
1.
Karbon dioksida (CO2):
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting
penyebab pemanasan global. Sumbangan utama
manusia terhadap meningkatnya jumlah CO2 di
atmosfer berasal. Dari hasil pembakaran utamanya
dari kendaraan bermotor, juga pembakaran yang
dilakukan oleh pabrik, dan rumah tangga. Akhirakhir ini dengan sering terjadinya kebakaran,
terutama kebakaran hutan akan menambah
kontribusi CO2 dalam atmosfer, yang berarti
meningkatnya efek rumah: kaca atau pemanasan
global.
2. Uap air (H20):
Uap air bersifat tidak terlihat dan. harus
dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi
ketika uap membentuk butirbutir air. Uap air
juga merupakan penyumbang besar efek
rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer
berada di luar kendali manusia dan
dipengaruhi oleh suhu global. Jika bumi
menjadi lebih hangat, jumlah tiap air di
atmosfer akan meningkat karena naiknya laju
penguapan,
dan
selanjutnya
akan
meningkatkan efek rumah kaca, serta makin
mendorong pemanasan
D. Dampak Pemanasan Global
1. Iklim mulai tidak stabil
Pemanasan global dapat menyebabkan kenaikan
permukaan air laut akibat pencairan di kutub, perubahan
pola angin, meningkatnya badai atmosfer, bertambahnya
populasi dan jenis organisme penyebab penyakit yang
berdampak pada kesehatan masyarakat. Di samping itu,
pemanasan global dapat menyebabkan perubahan pola
curab dan siklus hydrology. Seperti yang kita rasakan
pada saat kini yaitu bulsin Juli yang seharusnya sudah
berada dalam musim panas (kering), tetapi curah hujan
masih tinggi, bahkan di beberapa daerah termasuk
Jakarta, masih terjadi banjir. Di samping itu dengan tidak
stabilnya
musim
ini
juga
berdampak
kepada
meningkatnya penyebaran penyakit seperti demam
berdarah (Kompas, 20 Agustus 2005).
2. Peningkatan permukaan air laut
Berbagai studi tentang perubahan iklim
memperlihatkan telah terjadi kenaikan
permukaan air laut sebesar 1 — 2 meter
dalam 100 tahun terakhir ini. Menurut
IPCC (Inter governmental Climate
Change) pada, tahun 2030 nanti
permukaan air-laut akan bertambah
antara 8 — 29 cm dari permukaan air
laut saat ini.
3. Dampak sosial ekonomi dan
politik
Kebakaran hutan tahun 1997 telah menghabiskan biaya
kesehatan lebih dari Rp 1,2 triliun, dan hilangnya hari
kerja penduduk sebanyak 2,5 juta hari. Sementara itu
akibat
kebakaran
hutan
tersebut
diperkirakan
mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar US$9,3.miliar
(Bappenas, 2000). Sedangkan dampak politik yang terjadi
berupa hilangnya batas-batas negara atau berkurangnya
pulau-pulau kecil akibat kenaikan permukaan air laut.
Banyak pulau-pulau kecil yang hilang karena naiknya
permukaan air laut. Dengan naiknya permukaan air laut
juga menyebabkan mundurnya garis pantai di sebagian
besar wilayah Indonesia. Akibatnya bila ditarik garis batas
12 mil laut dari garis pantai maka sudah barang tentu
wilayah Indonesia akan berkurang.
4. Sumber daya air
Perubahan suhu akibat perubahan iklim
menyebabkan perubahan curah hujan
serta menyebabkan. pergeseran vegetasi
di daerah hulu sungai, sehingga akan
mempengaruhi ketersediaan air dan
limpasan permukaan air tanah. Secara
umum di Indonesia, diperkirakan pada
tahun 2080 akan terdapat .2 — 3,5 miliar
penduduk
yang
akan
mengalami
kekurangan
air, akibat menurunnya
persediaan air tanah.
5. Kesehatan Masyarakat
Transmisi beberapa penyakit menular sangat
dipengaruhi oleh faktor iklim dan suhu. Parasit dan
vektor penyakit sangat peka terhadap faktor-faktor
iklim, khususnya suhu dan kelembababn udara.
Penyakit-penyakit tropis yang ditularkan melalui
vektor seperti malaria, demam berdarah, filariasis
(kaki gajah) akan makin meningkat, bukan hanya di
negara yang beriklim tropis, tetapi juga di negaranegara sub-tropis, bahkan dinegara yang bermusim
dingin. Di indonesia penyakit-penyakit tersebut yang
semula terjadi di daerah dataran rendah, mungkin
pada waktu yang akan datang akan menyebar di
daerah pegunungan yang berhawa dingin, namun
karena pemanasan global berubah menjadi bersuhu
panas.
E. Meminimalkan Dampak
Pemanasan Global
Seperti
telah
disebutkan
diatas,
pemanasan global ini terjadi karena efek
rumah kaca. Pada gilirannya efek rumah
kaca terjadi karena meningkatnya gas-gas
rumah kaca di atmosfer bumi akibat dari
meningkatnya teknologi dan kegiatan
manusia. Oleh terancamnya kehidupan
dibumi ini, termasuk manusia.
upaya-upaya untuk meminimalkan dampak pemanasan
global tersebut, antara lain:
1. Konservasi dan efisiensi energi
Penghematan energi, bukan semata-mata
untuk alasan ekonomi seperti Kepres No.
10/2005, tetapi seyogyanya juga untuk
alasan konversi energi. Potensi terbesar
untuk penghematan energi adalah di dunia
industri, dimana sebagian besar energi
dikonsumsi. Penghematan energi yang lain
adlah sektor transportasi dan rumah
tangga, baik dalam penggunaan listrik
maupun bahan bakar lainnya.
2. Eliminasi CFC
Eliminasi CFC sangat diperlukan karena
gas-gas
tersebut
dapat
menyumbangkan 20% dari efek rumah
kaca pada tahun 2030. Oleh karena itu,
harus segera diambil tindakan guna
penghapusan penggunaan CFC secara
menyeluruh. Penggantian 'freon' dengan
gas lain dalam sistem atau peralatan
pendingin udara perlu segera dilakukan.
3. Menukar bahan bakar
Emisi GRK dari penggunaan bahan bakar fosil
(minyak
bumi)
yang
bervariasi
atau
menggantinya dengan bahan bakar dari
bahan baku tumbuh-tumbuhan atau biogas.
Untuk produksi jumlah panas atau listrik yang
sama, gas alam menghasilkan CO2 40% lebih
rendah dibandingkan dengan batu bara, dan
sekitar 25% lebih rendah daripada minyak.
Sehingga dengan menukar sumber bahan
bakar dari minyak bumi ke gas alam dan
biogas dapat mengurangi emisi CO2.
4. Teknologi energi yang dapat diperbarui
(renewable)
Upaya mengurangi emisi GRK dapat
dilakukan dengan mengembangkan suatu
teknologi yang dapat menekan emisi
penyebab efek rumah kaca, seperti PLTA,
pemanas air dengan tenaga matahari,
penggunaan tenaga angin dikonversi
menjadi listrik maupun penangkapan
metana dari tempat sampah dan kotoran
manusia atau hewan menjadi energi atau
listrik.
5. Reboisasi kehutanan
Untuk menyerap 10% emisi CO2 yang
ada di atmosfer saat ini dapat dilakukan
dengan tanaman areal seluas. Zambia
atau Turki, sendangkan untuk menyerap
semua emisi tahunan diperlukan
menanam
seluas
Australia.
(http.pkrtn.go.id/global
warning/
bambang / doc.)
F. Aspek Hukum dalam Pemanasan Global
Dalam rangka mengurangi penggunaan CFC (clorofluorocarbon), yang merupakan bahan perusak ozon (BPO),
pemerintah Indonesia telah meratifikasi Protokol
Montreal. Karena menurut protokol Montreal Indonesia
termasuk salah satu negara yang mempunyai konsumsi
BPO, meskipun masih kurang dari 0,3 kilogram per kapita
per tahun. Di samping itu, Indonesia juga telah
meratifikasi Konvensi Wina melalui Keputusan Presiden
No. 23/1992, kemudian Amandemen Kopenhagen melalui
Keputusan Presiden No 92/1998, Amandemen Beijing
melalui Peraturan Presiden No. 33/2005. Konsekuensinya
Indonesia wajib melindungi lapisan own serta mengawasi
dan mengendalikan konsumsi BPO (Tempo, edisi 1925
Oktober 2005)
Perubahan suhu yg sangant
ekstrim
Pemanasan global efek rumah
kaca
TERIMA KASIH..
Download